(KAK)
JASA KONSULTANSI
(KAK/TOR)
A. LATAR BELAKANG
1. Dasar hukum dan kebijakan
Kegiatan Pengembangan Pusat – Pusat Permukiman yang Mendukung Optimalisasi
PLBN Labang, PLBN Long Midang, PLBN Long Nawang di Kawasan Perbatasan Darat
Negara di Pulau Kalimantan memiliki dasar hukum dan kebijakan sebagai berikut:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, beserta peraturan pelaksanaannya;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2004-2025, beserta peraturan
pelaksanaannya;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, beserta peraturan pelaksanaannya;
4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, beserta peraturan pelaksanaannya;
5. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional tahun 2015-2019;
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13.1/PRT/M/2015 tentang Rencana
Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019;
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Kebijakan Nasional
a. UURI Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, beserta peraturan pelaksanaannya;
b. UURI Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pangairan, beserta peraturan
pelaksanaannya;
c. UURI Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman,
beserta peraturan pelaksanaannya;
d. UURI Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
e. UURI Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa;
f. UURI Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan;
g. UURI Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan;
h. UURI Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan;
i. UURI Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan;
j. UURI Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil;
k. UURI Nomor 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus; dan
l. Perpres Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum.
m. Inpres Nomor 1 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan 11 (sebelas) Pos
Lintas Batas Negara Terpadu dan Sarana Prasarana Penunjang di Kawasan
Perbatasan
Kebijakan Rencana Tata Ruang
Kebijakan tata ruang jangka panjang 20 tahun yang terkait pengembangan kawasan
perdesaan, struktur ruang dan pola ruang, strategi operasionalisasi dan perwujudan,
serta pengembangan kawasan strategis.
a. RTRWN terkait kawasan perencanaan maupun rencana pengembangan
infrastruktur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 jo Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017;
b. RTR Pulau Kalimantan terkait kawasan perencanaan dan rencana pengembangan
infrastruktur dalam Perpres Nomor 3 Tahun 2012;
c. RTR Kawasan Perbatasan di Pulau Kalimantan dalam Perpres Nomor 31 Tahun
2015;
d. RTRW Provinsi Kalimantan Utara;
e. RTRW Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Malinau.
Kebijakan Pembangunan Nasional dan Daerah
a. RPJPN 2005-2025 dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007;
b. RPJMN 2015-2019 dalam Perpres Nomor 2 Tahun 2015;
c. RPJPD dalam Peraturan Daerah Provinsi Provinsi Kalimantan Utara;
d. RPJMD dalam Peraturan Daerah Provinsi Provinsi Kalimantan Utara;
e. RPJPD Kabupaten Nunukan dan Malinau;
f. RPJMD Kabupaten Nunukan dan Malinau.
b. Kawasan Pariwisata
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional
Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 29 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis
Kementerian Pariwisata Tahun 2015-2019.
2. Gambaran Umum
Salah satu arahan pembangunan jangka panjang yang tercantum dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005 – 2025 yaitu peningkatan
pembangunan daerah diprioritaskan pada daerah-daerah yang belum berkembang
tertutama di luar Jawa, dimana salah satu strateginya adalah pengembangan wilayah-
wilayah perbatasan. Kawasan perbatasan dikembangkan sebagai serambi depan
negara untuk memudahkan masyarakat setempat memanfaatkan peluang yang ada di
perbatasan dan untuk mencegah aktivitas illegal antar negara. Pengembangan wilayah-
wilayah perbatasan ditujukan untuk mendorong pembangunan di wilayah perbatasan
agar tidak terjadi kesenjangan antara wilayah perbatasan dengan wilayah negara
tetangga serta agar tidak terjadi pergerakan barang dan orang secara ilegal yang
merugikan masyarakat dan negara.
Sejalan dengan RPJP, kebijakan dan strategi pembangunan desa yang termuat dalam
Nawacita adalah “Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah
dan desa-desa dalam kerangka Negara Kesatuan.”
Selanjutnya, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019
menerjemahkan amanat Nawacita tersebut melalui penetapan sasaran-sasaran sebagai
berikut:
1. Penurunan desa tertinggal sampai 5000 desa dan peningkatan desa mandiri
sampai 2000 desa;
2. Peningkatan keterkaitan pembangunan desa-kota , dengan memperkuat 40
(empat puluh) pusat-pusat pertumbuhan baru;
3. Pengembangan 26 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan negara yang dapat mendorong
pengembangan kawasan sekitarnya, terutama 187 lokasi prioritas (lokpri)
perbatasan.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada tahun 2015
menginisiasi suatu pendekatan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan
perumahan rakyat yang berbasis wilayah melalui konsep Wilayah Pengembangan
Strategis (WPS) yaitu suatu pendekatan pembangunan yang memadukan antara
pengembangan wilayah dan “market driven”. Secara umum, konsep WPS memadukan
pengembangan kawasan perkotaan sebagai mesin pertumbuhan, kawasan pelabuhan
sebagai outlet perdagangan, kawasan industri sebagai hilirisasi sumber daya dari
hinterland, serta kawasan pariwisata yang dapat mendorong pula pertumbuhan
ekonomi kawasan. Dalam hal ini, wilayah perdesaan menjadi bagian dari WPS yang
tidak terpisahkan. Pengembangan kawasan perdesaan memegang peranan penting di
dalam pertumbuhan ekonomi WPS baik dalam hal konsentrasi penduduk,
pembangunan/pengembangan infrastruktur, pengembangan ekonomi lokal, dan
penguatan investasi. Sesuai dengan arah kebijakan dan strategi yang tercantum dalam
RPJMN 2015 – 2019 maka pengembangan desa dan kawasan perdesaan termasuk di
kawasan perbatasan, daerah tertinggal, pulau-pulau kecil terluar harus dilakukan dalam
kerangka penguatan keterkaitan desa-kota. Dengan demikian, pengembangan tidak
hanya dilakukan pada kawasan perdesaan tetapi juga perlu dilakukan pada kota-kota
yang memiliki keterkaitan yang kuat dengan kawasan perdesaan.
BPIW melalui Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan menyelenggarakan fungsi
berupa koordinasi dan penyusunan kebijakan teknis, rencana, dan program
keterpaduan pengembangan kawasan perdesaan dengan infrastruktur bidang
pekerjaan umum dan perumahan rakyat serta koordinasi dan pengembangan area
inkubasi di kawasan perkotaan dan perdesaan.
B. MAKSUD
Adapun maksud dari kegiatan ini dapat diuraikan sebagai berikut:
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari kegiatan ini dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Menyusun rencana pengembangan pusat permukiman di kawasan sekitar PLBN
Labang, PLBN Long Midang, PLBN Long Nawang untuk mempercepat
pengembangan infrastruktur PUPR dan infrastruktur strategis lainnya (non-PUPR)
yang terpadu antar sektor, antar wilayah, dan antar tingkat pemerintahan berdasarkan
kebutuhan jangka panjang (10 tahun), jangka menengah (5 tahun), dan jangka pendek
(1 tahun);
b. Menyusun arahan dan acuan pembangunan wilayah/kawasan, serta kesesuaian
pemanfaatan bangunan dengan peruntukan lahan; dan
c. Menyusun pra studi kelayakan jaringan infrastruktur PUPR di pusat permukiman
kawasan perbatasan.
D. SASARAN
Sasaran dari pekerjaan ini sekurang-kurangnya meliputi:
E. RUANG LINGKUP
1. Lingkup Wilayah Perencanaan
Ruang lingkup wilayah makro dalam pekerjaan ini meliputi pusat-pusat permukiman di
sekitar PLBN Labang, PLBN Long Midang, PLBN Long Nawang dengan
mempertimbang delineasi Wilayah Pengembangan Strategis, pengembangan pusat-
pusat pertumbuhan baru, dan hubungan fungsional antar pusat permukiman dengan
PLBN. Penyusunan perencanaan ini diharapkan dapat mendukung pengembangan
kawasan perkotaan Nunukan dan Malinau. Penyusunan rencana terkait pengembangan
pusat permukiman yang mendukung PLBN pada tahun 2019 di Pulau Kalimantan
meliputi:
1. PLBN Labang, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara;
2. PLBN Long Midang, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara;
3. PLBN Long Nawang, Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara.
2. Lingkup Tahapan dan Substansi Pekerjaan
Ruang lingkup tahapan dan substansi pekerjaan ini sekurang-kurangnya meliputi:
a. Persiapan dan Organisasi Kerja
1) Mobilisasi tenaga ahli, asisten tenaga ahli, dan tenaga pendukung;
2) Kajian literatur, teori, dan benchmark/pengalaman praksis di Indonesia atau
negara lain yang berhasil terkait pengembangan pusat-pusat permukiman di
kawasan perbatasan;
3) Review terhadap kebijakan pengembangan pusat-pusat permukiman serta
pembangunan infrastruktur berdasarkan rencana pembangunan dan rencana
tata ruang baik nasional (RPJPN dan RTRWN), pulau/kepulauan (RTR
Pulau/Kepulauan), kawasan perbatasan (RTR Kawasan Perbatasan), provinsi
(RPJPD, RPJMD , RTRW Provinsi), kabupaten/kota (RPJPD, RPJMD, RTRW
Kabupaten/Kota), serta kebijakan sektoral seperti Rencana RDTR Kawasan
Perbatasan oleh Kementerian ATR, Pengembangan Infrastruktur Sosial
Ekonomi Wilayah (PISEW), pengembangan permukiman nelayan dari Ditjen
CK, program Kementerian Pertanian, Kementerian Pariwisata, Kementerian
Kelautan dan Perikanan, dll;
4) Identifikasi stakeholder pusat dan daerah terkait;
5) Pengumpulan data dan informasi awal wilayah perencanaan;
• Pengumpulan Data Sekunder di tingkat Pusat, khususnya terkait dengan
bidang infrastruktur dan kawasan strategis sekurang-kurangnya di Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Bappenas, Kementerian DPDTT,
Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Kementerian Pertanian, Kementerian
Pariwisata, Kementerian Kelautan dan Perikanan, dll;
• Pengumpulan Data Sekunder di Tingkat Daerah melalui Bappeda serta
Dinas-dinas terkait untuk mendapatkan data eksisting ketersediaan
infrastruktur PUPR dan non-PUPR serta backlog-nya. Pengumpulan data
sekunder tingkat daerah dilakukan bersamaan dengan Survey I dan II.
6) Penyusunan peta dasar;
7) Penajaman metodologi pelaksanaan pekerjaan;
8) Inventarisasi kebutuhan data, desain survei, dan penyiapan perangkat survei;
9) Penyusunan rencana kerja dan jadwal rinci mingguan pelaksanaan pekerjaan;
10) Penyusunan Rencana Mutu Kontrak (RMK);
11) Desk Study
Metode desk study yaitu cara pengumpulan data dan informasi melalui
pemeriksanaan dan analisis data dan informasi yang menggunakan data
sekunder, baik berupa dokumen-dokumen data, hasil studi terdahulu dan
praturan perundang-undangan baik yang diperoleh dalam bentuk buku maupun
hasil pencarian di internet
12) Kick Off
Rapat ini merupakan rangkaian kegiatan swakelola. Rapat Kick Off merupakan
pertemuan awal antara pemerintah pusat dengan perwakilan pemerintah
daerah dari lokasi prioritas sebagai wadah untuk mensosialisasikan serta
menginformasikan kepada daerah mengenai lokasi pengembangan kawasan
perdesaan prioritas nasional serta diharapkan dukungan daerah dalam
membantu proses penyusunan dokumen pengembangan kawasan. Tujuan lain
dari pelaksanaan kick off meeting ini untuk menyamakan presepsi diantara
semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan proyek. Selain itu, rapat ini
menyangkut prosedur dan teknis pelaksanaan proyek. Rapat Kick Off juga
dapat dianggap sebagai kesempatan untuk menyelaraskan presepsi dalam
suatu proyek. Maksud dilaksanakannya rapat Kick Off adalah untuk
menyatakan bahwa proyek dimulai, menyampaikan secara ringkas tujuan
proyek dan peran/tanggung jawab setiap pihak dalam pencapaian tujuan
tersebut, mengklarifikasi harapan setiap pihak yang berperan dalam proyek,
serta membentuk dan menumbuhkan komitmen bersama dalam
menyukseskan proyek.
13) Rapat Koordinasi Daerah dan Survei I
Kegiatan ini akan dilaksanakan pada bulan 2 (dua). Rapat koordinasi awal di
Bappeda/Kantor Kecamatan bertujuan untuk mensosialisasikan kegiatan,
melakukan identifikasi awal terhadap potensi dan permasalahan kawasan,
serta untuk mendapatkan data awal program-program prioritas usulan aparat
desa. Untuk itu sebelum dilaksanakan kunjungan, terlebih dahulu harus dijalin
komunikasi yang intensif antara konsultan dan pemerintah daerah. Sebelum
dilaksanakan rapat koordinasi, konsultan terlebih dahulu harus melaksanakan
diskusi kecil dengan Kepala Bappeda dan pejabat terkait untuk menentukan
delineasi kawasan pusat-pusat permukiman. Dengan demikian desa-desa yang
diundang pada rapat koordinasi adalah desa-desa yang selanjutnya akan
disurvey untuk disusun masterplannya.
Rapat koordinasi di daerah akan dilaksanakan di Kantor Bappeda setempat
dan membutuhkan arahan/kebijakan dari pejabat Eselon II / Kepala Dinas dari
OPD terkait dalam rangka penyusunan dokumen masterplan. Selain
mengundang Camat dan Kepala Desa setempat, adapun daftar undangan
setingkat Eselon II sekurang-kurangnya adalah sebagai berikut :
1. Asisten Deputi Pemberdayaan Kawasan Perdesaan, Kemenko PMK
2. Kepala Bappeda Kabupaten terkait
3. Kepala Dinas PU Kabupaten terkait
4. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten terkait
5. Kepala Dinas Perikanan Kabupaten terkait
6. Kepala Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman Provinsi
terkait, Kementerian PUPR
7. Kepala Satuan Kerja Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Provinsi terkait, Kementerian PUPR
8. Camat terkait
9. Kepala Desa terkait
Rapat koordinasi awal dilaksanakan dengan mengundang Bappeda, Dinas PU,
aparat kecamatan dan aparat desa. Rapat koordinasi awal dilaksanakan di
pada setiap kawasan, yaitu pada Kab. Nunukan 1 (satu) kali dan Kab. Malinau
1 (satu) kali. Rapat ini diselenggarakan sekurang-kurangnya terdiri dari: makan
besar 35 orang, snack 35 orang, biaya transport peserta untuk 35 orang,
honorarium narasumber setingkat Es II sebanyak 2 (dua) orang masing-masing
1 JP, setingkat Es III sebanyak 2 (dua) orang masing-masing 1 JP.
Rapat Koordinasi dengan Bappeda untuk membahas delineasi kawasan
perdesaan yang akan disusun masterplannya termasuk identifikasi awal
kawasan pusat-pusat permukiman di sekitar PLBN.
Rapat koordinasi dilaksanakan bersamaan dengan Pengumpulan Data
Sekunder di Tingkat Daerah melalui Bappeda serta Dinas-dinas terkait untuk
mendapatkan data eksisting ketersediaan infrastruktur PUPR dan non-PUPR
serta backlog-nya serta dokumen – dokumen perencanaan yang sudah
disusun.
Setelah Rakor akan dilaksanakan Survey I dalam rangka pengumpulan data-
data primer infrastruktur melalui field study. Pelaksanaan pengumpulan data
primer dilakukan dengan metode kunjungan ke instansi Pemerintah, Swasta
baik pusat dan daerah hasil identifikasi stakeholder. Penyedia jasa wajib
menyusun perangkat survei. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui:
Pengumpulan data sekunder pada berbagai instansi terkait;
Pengumpulan data primer untuk melengkapi ketersediaan data sekunder;
Pengumpulan dokumen kebijakan/kajian terdahulu terkait pekerjaan
serupa;
Pengolahan dan penstrukturan data, serta penyajian dalam format yang
menarik seperti grafik (chart), peta, dan infografis.
b. Penyusunan Analisis
1) Penetapan Lokasi Permukiman
Analisis fungsi dan peran kawasan permukiman dalam kaitannya dengan
hierarki kawasan dan keterkaitannya dengan lokasi PLBN;
Analisis potensi ekonomi pengembangan kawasan;
Analisis ketersediaan infrastruktur PUPR dan non-PUPR yang terkait
dalam mendukung pengembangan kawasan di sekitar PLBN.
2) Analisis Pengembangan Kota Kecil
Analisis posisi pusat-pusat permukiman dalam konstelasi regional dan
nasional untuk mengetahui kedudukan pusat-pusat permukiman terhadap
lokasi PLBN serta lokasi yang lebih makro secara administrasi;
Analisis lingkungan fisik (built environment) struktur dan serta
kecenderungan perkembangan pusat-pusat permukiman untuk
mengetahui daya dukung lahan pada pusat-pusat permukiman serta
pembagian zonasi kawasan;
Analisis keterkaitan potensi ekonomi antar pusat-pusat permukiman,
antara pusat-pusat permukiman dengan lokasi PLBN serta antara pusat-
pusat permukiman dengan kota sekitar sebagai wujud keterkaitan desa-
kota;
Analisis isu strategis dan permasalahan pengembangan pusat-pusat
permukiman untuk menajamkan informasi terkait daya dukung secara fisik
maupun non fisik;
Analisis proyeksi pertumbuhan penduduk dan ekonomi perkotaan untuk
mengukur kebutuhan infrastruktur yang didasarkan pada jumlah penduduk
dalam rentang waktu perencanaan hingga jangka panjang;
Analisis sistem jaringan prasarana kawasan;
Analisis kebutuhan pengembangan infrastruktur yang mendukung
pemenuhan Standar Pelayanan Minimal Permukiman sekurang-kurangnya
memuat analisis pengembangan permukiman dan kesehatan untuk
mendukung optimalisasi PLBN;
Analisis sumber pembiayaan dan kelayakan ekonomi/investasi;
Analisis pertumbuhan fisik dan ekonomi sebagai dampak dari
pembangunan infrastruktur;
Analisis isu strategis kawasan;
Analisis lain yang dibutuhkan dalam penyusunan dan pelaksanaan
kegiatan ini.
3) Rapat Unor dan Kementerian Lembaga
Rapat ini merupakan rangkaian kegiatan swakelola. Rapat Koordinasi ini
dilakukan dengan mengundang Unit Organisasi terkait di lingkungan Kementerian
PUPR dan Kementerian/Lembaga terkait sebagai stakeholders dari
pengembangan kawasan perbatasan. Rapat koordinasi ini dilakukan guna
mensosialisasikan hasil dari survey pertama dan juga menjaring masukan dari
stakeholders guna penyempurnaan hasil survey dan juga persiapan pelaksanaan
survey kedua.
5) Survey II
Survey kedua dilaksanakan pada bulan ke 4 (empat) selama 10 (sepuluh) hari,
dilaksanakan dalam rangka pengumpulan data primer kawasan prioritas dan
program prioritas yang bertujuan untuk melengkapi dan mendetailkan data yang
dibutuhkan dalam penyusunan masterplan sesuai masukan dalam FGD pusat
diantaranya termasuk pemetaan sosial ekonomi lingkungan kota kecil dan
kawasan prioritas yang menitikberatkan pada beberapa pembahasan non
infrastruktur PUPR.
Survey kedua ini juga difokuskan pada Pembahasan Penentuan Lokasi Prioritas
dengan melibatkan minimal perangkat desa, Bappeda dan Dinas PU daerah
beserta penyusunan Pra-Desain kawasan prioritas dan program-program
prioritas kawasan hingga dapat dihasilkan desain denah, tampak, perspektif 3D,
dan detail kebutuhan pendanaan. Pada survey kedua dilakukan pemetaan udara
(aerial mapping), foto udara (aerial photography), dan video udara (aerial
videography) dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 05/PRT/M/2013 tentang Pedoman Pemetaan Sosial Ekonomi
Lingkungan Bidang Pekerjaan Umum yang meliputi kegiatan persiapan
pemetaan, pelaksanaan pemetaan, dan penyajian peta.
6) FGD Pusat
FGD di pusat dilaksanakan pada bulan ke 5 (lima) dalam rangka ekspose awal
masterplan yang telah disusun dan mendapatkan masukan penyempurnaan dari
K/L terkait. FGD dilaksanakan di pusat dilaksanakan dengan melibatkan stake
holder terkait pelaksana pembangunan di Kawasan Pusat-Pusat Permukiman
yang sekurang-kurangnya meliputi: Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi,
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan,
Kementerian Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Bappenas,
Kementerian PUPR, Kementerian Dalam Negeri, Badan Nasional Pengelola
Perbatasan (BNPP), Kementerian Desa PDTT, Kementerian ATR, Kementerian
Komunikasi dan Informatika, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertanian,
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Kementerian Perhubungan
dan kementerian terkait lainnya.
Focus Group Discussion mengundang K/L pusat dan unit organisasi di
lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan
stakeholders terkait pelaksanaan pekerjaan dan sekurang-kurangnya dihadiri 50
(lima puluh) orang peserta serta sekurang-kurangnya mengundang:
1. Asisten Deputi Pemberdayaan Kawasan Perdesaan, Kemenko PMK
2. Asisten Deputi Penataan Ruang dan Kawasan Strategis Ekonomi, Kemenko
Bidang Perekonomian
3. Direktur Daerah Tertinggal, Transmigrasi, dan Perdesaan, Deputi Bidang
Pengembangan Regional, Kementerian PPN/Bappenas
4. Direktur Perencanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan, Ditjen PKP,
Kementerian Desa PDTT
5. Direktur Penataan Kawasan, Ditjen Tata Ruang, Kementerian Agraria dan
Tata Ruang
6. Direktur Penataan Daerah Otonomi Khusus dan DPOD, Ditjen Otonomi
Daerah, Kementerian Dalam Negeri
7. Direktur Kawasan, Perkotaan, dan Batas Negara, Ditjen Bina Administrasi
Kewilayahan, Kementerian Dalam Negeri
8. Asisten Deputi Penataan Ruang Kawasan Perbatasan, Deputi Bidang
Pengelolaan Potensi Kawasan Perbatasan, Badan Nasional Pengelola
Perbatasan
9. Asisten Deputi Pengelolaan Lintas Batas Negara, Deputi Bidang
Pengelolaan Batas Wilayah Negara, Badan Nasional Pengelola Perbatasan
10. Asisten Deputi Infrastruktur Fisik, Deputi Bidang Pengelolaan Infrastruktur
Kawasan Perbatasan, Badan Nasional Pengelola Perbatasan
11. Asisten Deputi Infrastruktur Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat, Deputi
Bidang Pengelolaan Infrastruktur Kawasan Perbatasan, Badan Nasional
Pengelola Perbatasan
12. Biro Perencanaan dan Keuangan, Kementerian Pertanian
13. Direktur Sarana Perhubungan Darat, Kementerian Perhubungan
14. Asisten Deputi Koordinasi Wilayah Perbatasan dan Tata Ruang Pertahanan,
Kementerian Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan
15. Direktur Hukum dan Perjanjian Kewilayahan, Kementerian Luar Negeri
16. Direktur Direktorat Rencana, Penggunaan dan Pembentukan Wilayah
Pengelolaan Hutan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
17. Direktur Direktorat Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan,
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
18. Direktur Layanan Telekomunikasi dan Informasi untuk Masyarakat Dan
Pemerintah, Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI),
Kementerian Komunikasi dan Informatika
19. Direktur Pengembangan Jaringan Jalan, Ditjen Bina Marga, PUPR
20. Direktur Bina Penatagunaan Sumber Daya Air, Ditjen SDA, PUPR
21. Direktur Keterpaduan Infrastruktur Permukiman, Ditjen Cipta Karya, PUPR
22. Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman, Ditjen Cipta Karya, PUPR
23. Direktur Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, Ditjen Cipta Karya,
PUPR
24. Direktur Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Ditjen Cipta
Karya, PUPR
25. Direktur Perencanaan Penyediaan Perumahan, Ditjen Penyediaan
Perumahan, PUPR
26. Direktur Perencanaan Rumah Swadaya, Ditjen Penyediaan Perumahan,
PUPR
Rincian pembiayaan FGD di Jakarta adalah penggandaan materi sebanyak 50
(lima puluh) set, paket kegiatan full day setingkat Es II untuk 50 (lima puluh)
orang, uang harian paket full day di Jakarta untuk 50 (lima puluh) orang, biaya
transport peserta untuk 50 (lima puluh) orang, spanduk 1 (satu) set, Honor
narasumber setingkat pakar sebanyak 1 (satu) orang masing-masing 1 JP,
setingkat es II sebanyak 3 (tiga) orang masing-masing 2 JP, setingkat es III
sebanyak 2 (dua) orang masing-masing 2 JP, serta moderator untuk 1 (satu)
orang.
7) Laporan Antara
Pembahasan Laporan Antara ini diselenggarakan dengan ketentuan sebagai
berikut:
Pembahasan Laporan Antara diselenggarakan dengan paket meeting
halfday sesuai ketentuan peraturan yang berlaku yang diselenggarakan
pada bulan ke 5 (lima) dalam pekerjaan ini dengan mengundang seluruh
unit organisasi yang bersifat teknis di lingkungan Kementerian PUPR dan
stakeholder terkait pelaksanaan pekerjaan dan sekurang-kurangnya
dihadiri 30 (tiga puluh) peserta;
Adapun Laporan Antara sekurang-kurangnya memuat landasan teori dan
kebijakan; pendekatan, metodologi (pengumpulan data dan analisis);
Program Kerja (rencana tahapan pelaksanaan dan jadwal pekerjaan);
Profil Kawasan (gambaran umum kawasan, potensi, permasalahan,
kedudukan kawasan, dan isu strategis kawasan, profil infrastruktur);
Analisis Kawasan (posisi kawasan dalam konstelasi regional, lingkungan
fisik, potensi ekonomi pengembangan kawsan, sistem agribisnis,
kependudukan, kebutuhan pengembangan infrastruktur); Konsep
Pengembangan Kawasan; Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur dan
Sinkronisasi Program, Program Pengembangan Kawasan; dan Analisis
Sumber Pembiayaan.
Kelengkapan pembahasan terdiri dari penggandaan materi 30 (tiga puluh)
set, uang saku 30 (tiga puluh) orang, dan transport untuk 30 (tiga puluh)
orang serta honorarium narasumber eselon II sebanyak 1 (satu) orang
masing-masing 2 JP dan setingkat eselon III sebanyak 1 (satu) orang 2 JP.
i. Seminar Akhir
Seminar Akhir di Jakarta membahas hasil dari Konsepsi Masterplan dan Pra
Desain yang dihadiri oleh instansi pemerintah pusat antara lain Kementerian
Koordinator Bidang Ekonomi, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan, Kementerian Koordinator bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan, Bappenas, Kementerian PUPR, Kementerian Dalam Negeri, Badan
Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP), Kementerian Desa PDTT, Kementerian
ATR, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Luar Negeri,
Kementerian Pertanian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan
Kementerian Perhubungan, dan Kementerian/Lembaga) terkait lainnya, pakar, dan
perwakilan pemerintah daerah pada lokasi PLBN;
Seminar diselenggarakan dengan paket meeting full day setingkat eselon II untuk
60 (enam puluh) orang di Jakarta sesuai ketentuan peraturan berlaku yang
dilaksanakan 1 (satu) kali pada bulan ke 7 (tujuh). Seminar ini mengundang seluruh
unit organisasi yang bersifat teknis di mengundang unor dan sektor yang terkait,
serta Stakeholder terkait pelaksanaan pekerjaan;
Seminar akhir juga menghadirkan perwakilan pemerintah daerah dari yang disusun
masterplannya, yaitu sebanyak 1 (satu) orang Kepala Bappeda Kabupaten
Nunukan, 1 (satu) orang Kepala Bappeda Kabupaten Malinau, dan 1 (satu) orang
perwakilan Bappeda Provinsi Kalimantan Utara dengan pembiayaan sekurang-
kurangnya terdiri dari: tiket pesawat PP Kabupaten-Jakarta-Kabupaten, penginapan
setingkat eselon III untuk 2 malam, uang harian untuk 2 hari, taksi jakarta PP dan
taksi daerah PP untuk masing-masing perwakilan lokasi.
Seminar akhir sekurang – kurangnya dihadiri oleh 60 (enam puluh) peserta yang
terdiri dari Kementerian / Lembaga dengan paket meeting fullday setingkat eselon II
sejumlah 60 pax, perwakilan daerah (Bappeda Kabupaten dan Bappeda Provinsi),
dan honor untuk: moderator sebanyak 1 (satu) orang, narasumber dari pakar
perencana 1 (satu) orang 1 JP, narasumber setingkat eselon II sebanyak 3 (tiga)
orang masing-masing 2 JP, narasumber setingkat eselon III sebanyak 2 (dua)
orang masing-masing 2 JP. Kelengkapan seminar sekurang – kurangnya meliputi:
penggandaan materi 60 (enam puluh) set, spanduk 1 (satu) buah, seminar kit
(tas/usb) 60 (enam puluh) set, uang harian paket full day serta biaya transport
untuk 60 (enam puluh) orang.
j. Pembahasan Laporan Akhir
Pembahasan Laporan Akhir diselenggarakan dengan paket meeting halfday
sesuai ketentuan peraturan yang berlaku yang diselenggarakan pada bulan 8
dalam pekerjaan ini dengan mengundang seluruh unit organisasi yang bersifat
teknis di lingkungan Kementerian PUPR dan stakeholder terkait pelaksanaan
pekerjaan dan sekurang-kurangnya dihadiri 30 (tiga puluh) peserta serta
mengundang narasumber setingkat eselon II sebanyak 1 orang 2 JP dan
narasumber setingkat eselon III sebanyak 1 orang 2 JP;
Adapun Laporan Akhir sekurang-kurangnya memuat landasan teori dan
kebijakan; pendekatan, metodologi (pengumpulan data dan analisis); Program
Kerja (rencana tahapan pelaksanaan dan jadwal pekerjaan); Profil Kawasan
(gambaran umum kawasan, potensi, permasalahan, kedudukan kawasan, dan
isu strategis kawasan, profil infrastruktur); Analisis Kawasan (posisi kawasan
dalam konstelasi regional, lingkungan fisik, potensi ekonomi pengembangan
kawsan, sistem agribisnis, kependudukan, kebutuhan pengembangan
infrastruktur); Konsep Pengembangan Kawasan; Keterpaduan Pembangunan
Infrastruktur dan Sinkronisasi Program, Program Pengembangan Kawasan;
Analisis Sumber Pembiayaan; Pra Desain Kawasan Prioritas; Bill of Quantities
(BOQ); Pra Studi Kelayakan; Rencana Pengembanan Bisnis Potensi Kawasan
dan Strategi Implementasi; dan
Kelengkapan pembahasan terdiri dari penggandaan materi sebanyak 30 (tiga
puluh) set, uang saku halfday untuk 30 (tiga puluh) orang, dan transport untuk
masing-masing peserta sebanyak 30 (tiga puluh) orang.
F. KELUARAN
Keluaran dari kegiatan ini adalah sebagai berikut :
1. Dokumen penyusunan Rencana Pengembangan Pusat-Pusat Permukiman yang
Mendukung Optimalisasi PLBN Labang, PLBN Long Midang, dan PLBN Long
Nawang di Perbatasan Darat di Kalimantan sesuai dengan lokasi arahan RPJMN
2015-2019, yang memuat sekurang-kurangnya :
a. Profil dan kinerja kawasan pusat permukiman dengan telaah secara mendalam
terkait identifikasi lokasi kawasan permukiman, delineasi pusat permukiman,
kondisi eksisting terkait infrastruktur PUPR serta infrastruktur strategis lainnya di
kawasan permukiman, kondisi eksisting terkait kependudukan, jaringan
transportasi, struktur ekonomi, kelembagaan, lingkungan, ketersediaan sumber
daya air, permukiman, kondisi geografis, serta posisi pusat permukiman dalam
konstelasi regional;
b. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pusat Permukiman
c. Analisis Pengembangan Pusat Permukiman sekurang-kurangnya mencakup
analisis posisi kawasan dalam konstelasi regional, analisis lingkungan fisik serta
kecenderungan perkembangan kawasan, analisis potensi ekonomi
pengembangan kawasan, analisis isu strategis dan permasalahan
pengembangan kawasan, analisis proyeksi pertumbuhan penduduk, analisis
jaringan prasarana kawasan, analisis proyeksi kebutuhan pengembangan
infrastruktur, analisis sumber pembiayaan dan kelayakan ekonomi, analisis
pertumbuhan fisik dan ekonomi sebagai dampak dari pembangunan
infrastruktur, analisis isu strategis kawasan.
d. Konsep Pengembangan Pusat-Pusat Permukiman
Penentuan pusat permukiman yang mampu mendukung fungsi dan peran
PLBN dan kawasan perbatasan;
Pemilihan kawasan prioritas yang akan ditangani (indikator yang digunakan
pemilihan harus melalui proses pengkajian dan harus memenuhi keriteria
yaitu menjadi daya ungkit aktivitas kawasan perbatasan, merupakan
kawasan strategis dari sisi fisik, sosial dan ekonomi);
Prospek pengembangan kawasan melalui analisis potensi ekonomi, analisis
aktivitas, serta analisis backward and forward linkage;
Adanya alur distribusi pergerakan manusia dan barang serta aktivitas utama
dan pendukung kawasan;
e. Model Pengembangan Kawasan
f. Program dan kegiatan infrastruktur PUPR dan infrastrutur strategis lainnya (non-
PUPR) di Pusat Permukiman Kab. Nunukan dan Kab. Malinau di Kawasan
sekitar PLBN untuk jangka panjang (10 tahun), jangka menengah (5 tahun), dan
tahunan (1 tahun) yang sekurang-kurangnya memuat sebelas aspek
pengembangan kawasan pusat permukiman, meliputi:
Pengembangan infrastruktur transportasi dan sumber daya air
Pengembangan permukiman dan kesehatan
Penerapan teknologi informasi komunikasi
Pembangunan suplai energi
Penerapan teknologi dan inovasi
Pengembangan kelembagaan dan kerjasama
Pengembangan pendidikan kejuruan dan pelatihan keterampilan
Peningkatan fungsi pemanfaatan kawasan;
2. Album Peta Rencana Pengembangan Pusat-Pusat Permukiman di sekitar PLBN
Labang, PLBN Long Midang, dan PLBN Long Nawang.
3. Peta spasial dan peta indikasi program pada skala 1:5000 untuk pusat permukiman
di sekitar PLBN Labang dan PLBN Long Midang di Kabupaten Nunukan, serta PLBN Long
Nawang di Kabupaten Malinau.
4. Pra-Desain Program-program prioritas pengembangan pusat permukiman pada
skala 1:1000.
5. Visualisasi 3 dimensi untuk pusat pengembangan pusat permukiman dan program-
program prioritas.
6. Video profil dan pengembangan kawasan. Untuk konten yang terdapat dalam output
video adalah meliputi gambaran umum kawasan, konektivitas, potensi dan
permasalahan kawasan, program prioritas kawasan, dan menampilkan animasi 3D
untuk kawasan prioritas kawasan
7. Desain dan layout untuk kebutuhan panel-panel pameran.
8. Laporan pelaksanaan kegiatan penyusunan Rencana Pengembangan Pusat-Pusat
Permukiman yang Mendukung Optimalisasi PLBN Labang, PLBN Long Midang, dan
PLBN Long Nawang di Perbatasan Darat di Kalimantan (lap. Bulanan, lap.
Pendahuluan, lap. Antara, lap. Akhir, proceeding, dan buku deluxe).
G. MANFAAT
Manfaat dari kegiatan ini adalah sebagai bahan acuan pembahasan program
pengembangan dalam rangka kegiatan pra-konsultasi regional untuk mendukung
pengembangan pusat-pusat permukiman di sekitar PLBN Labang, PLBN Long Midang,
dan PLBN Long Nawang. Sesuai dengan business process pemrograman Kementerian
PUPR, BPIW berperan sebagai penyusun arahan program pengembangan infrastruktur
PUPR sehingga diperlukan perencanaan secara menyeluruh (konprehensif) dan
terpadu (integratif) dibawah koordinasi BPIW.
I. PERSONIL
Kegiatan ini dikategorikan ke dalam jenis kegiatan jasa konsultansi, dan dilakukan oleh
konsultan dan diminta memberikan layanan jasa tenaga ahli yang dibutuhkan yang
terdiri dari tim kerja serta tenaga pendukungnya. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini
dibutuhkan 1 orang Team Leader, 9 orang Tenaga Ahli dan 3 orang Tenaga Sub
Profesional dengan total 83 MM, sebagaimana yang dijelaskan dalam tabel berikut ini:
TABEL 4. Kebutuhan Dan Mobilisasi Tenaga Ahli, Tenaga
Sub Profesional Dan Tenaga Pendukung
Jumlah Jumlah
Kualifikasi
Orang Bulan
No Posisi/Jabatan
Pendidikan keahlian pengalaman
S1
Ahli Pemetaan Geodesi/Geografi/ - 36 bulan 1 (satu) 8
4.
PWK
S1 PWK/Ekonomi
Ahli Ekonomi
7. Wilayah/ Ekonomi - 36 bulan 1 (satu) 7
Wilayah
Pembangunan
S1
Ahli Pembiayaan Ekonomi/Manajem
dan Investasi en
9. - 36 bulan 1 (satu) 6
Infrastruktur dan Keuangan/Bisnis
Permukiman Manajemen/PWK/
Arsitektur
Ahli Komunikasi S1 Desain
Visual/Desain Grafis/Arsitek/Desa 5
10. - 12 bulan 1 (satu)
grafis/Animasi 3D in Komunikasi
Visual
Tenaga Sub Profesional
Sub Professional Teknik Sipil memiliki tugas untuk membantu ahli Perumahan
dan Permukiman untuk mengumpulkan data dan informasi, merencanakan dan
melaksanakan semua kegiatan dalam aspek analisis, interpretasi dan evaluasi
data infrastruktur terkait kawasan permukiman perbatasan.
c) Tenaga sub-Profesional Arsitektur
Merupakan sarjana lulusan Teknik Arsitektur dari perguruan tinggi negeri atau
perguruan tinggi swasta yang telah disamakan dengan negeri, berijazah S1
dengan pengalaman minimal 12 ( dua belas ) bulan.
tenaga sub-profesional arsitektur memiliki tugas membantu dan melaksanakan
arahan dari tenaga ahli arsitektur dalam aspek aspek desain/gambar-gambar
arsitektur dan perancangan kawasan perdesaan beserta detail-detailnya. Selain
itu, tenaga sub professional arsitektur juga terlibat langsung dalam penyusunan
laporan, merumuskan tujuan, sasaran, output, outcome, benefit dan dampak
positif dari kegiatan ini.
J. SUMBER PENDANAAN
Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan APBN Tahun Anggaran 2019 sebesar Rp.
2.700.000.000,- (dua milyar tujuh ratus juta rupiah) termasuk PPN.
K. NAMA DAN ORGANISASI PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
Nama Pejabat Pembuat Komitmen: Benny Hermawan, ST., M.Sc
Satuan Kerja: Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan.
M. METODOLOGI
6. FGD di pusat
FGD di pusat dilakukan dalam rangka ekspose awal masterplan yang telah disusun
dan mendapatkan masukan penyempurnaan dari K/L terkait. FGD dilaksanakan di
pusat dilaksanakan dengan melibatkan stake holder terkait pelaksana pembangunan
di Kawasan Pusat-Pusat Permukiman PLBN Labang, PLBN Long Midang, PLBN
Long Nawang.
a. Print out format *pdf yaitu peta topografi berikut kontur interval 1 meter dengan
skala disesuaikan dengan ukuran kertas A3.
b. Softcopy data processing meliputi:
Peta Topografi berikut dengan kontur interval 1 meter dalam format file:
.shp dan .dwg; dan
Data digital ketinggian DEM (Digital Elevation Model) dalam format file :
.GeoTif atau TIF terdiri dari DSM (Digital Surface Model) dan DTM
(Digital Terrain Model).
10. Pembuatan Peta Digital Sistem Informasi Geografis
Pembuatan peta digital menggunakan software sistem informasi geografis yang
memuat shapefile (view) dan file siap cetaknya (layout). Skala peta yang digunakan
minimal adalah 1:10.000 untuk kawasan perdesaan dan 1:50.000 untuk wilayah
antar kota-desa. Pembuatan peta digital dipadukan antara perolehan data
sekunder, survei GPS untuk infrastruktur, dilengkapi dengan atribut basis data
sesuai dengan data infrastruktur. Peta yang diproduksi sekurang-kurangnya:
a. Peta Wilayah Administrasi;
b. Peta Profil Infrastruktur Jalan dan Jembatan;
c. Peta Profil Infrastruktur Sumber Daya Air;
d. Peta Profil Infrastruktur Permukiman (Cipta Karya);
e. Peta Profil Perumahan;
f. Peta Rencana Infrastruktur PUPR Tahun 2029;
g. Peta Program Pembangunan Infrastruktur PUPR Tahun 2020;
h. Peta Program Pembangunan Infrastruktur PUPR Tahun 2020-2022;
i. Peta Program Pembangunan Infrastruktur PUPR Tahun 2020-2024.
j. Pembuatan peta GIS berpedoman pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Nomor 25/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Data
dan Informasi Geospasial Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat.
11. FGD di daerah
FGD di daerah dilakukan setelah penyedia jasa mematangkan masterplan dan pra
desain berdasarkan data yang didapat dari survey kedua. FGD daerah
dimaksudkan sebagai verifikasi kepada pemerintah daerah serta untuk
mendapatkan masukan penyempurnaan terhadap masterplan dan pra desain yang
disusun.
8) ALBUM PETA A3
Album ini berisi gambar-gambar Rencana Pengembangan Pusat-Pusat Permukiman
yang Mendukung Optimalisasi PLBN Labang, PLBN Long Midang, dan PLBN Long
Nawang di Perbatasan Darat di Kalimantan. Album Peta A3 diserahkan selambat-
lambatnya 8 (delapan) bulan setelah Kegiatan penyusunan Rencana Pengembangan
Pusat-Pusat Permukiman yang Mendukung Optimalisasi PLBN Labang, PLBN Long
Midang, dan PLBN Long Nawang di Perbatasan Darat di Kalimantan dicetak sebanyak
10 (sepuluh) eksemplar pada masing-masing kota kecil dan kawasan. Laporan ini
diperuntukkan untuk Bidang Pengembangan Infrastruktur Kota Kecil dan Perdesaan
dan didistribusikan ke Satuan Kerja Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan,
Kementerian Koordinator PMK, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,
Bappenas, Badan Nasional Pengelola Perbatasan, Unit Organisasi terkait di
Lingkungan Kementerian PUPR, dan Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) terkait.
9) BUKU DELUXE EXECUTIVE
Buku Deluxe Executive dibuat dengan desain khusus yang estetis dan memuat
ringkasan dari seluruh hasil kajian dan analisis terpilih yang dilaksanakan dalam
Kegiatan penyusunan Rencana Pengembangan Pusat-Pusat Permukiman yang
Mendukung Optimalisasi PLBN Labang, PLBN Long Midang, dan PLBN Long Nawang
di Perbatasan Darat di Kalimantan. Peta yang dimuat dalam deluxe executive
merupakan peta-peta yang menggambarkan konsep dan rencana pengembangan kota
kecil dan kawasan perdesaan khususnya yang terkait dengan infrastruktur PUPR. Buku
Deluxe Executive diserahkan selambat-lambatnya 8 (delapan) bulan setelah Kegiatan
penyusunan Rencana Pengembangan Pusat-Pusat Permukiman yang Mendukung
Optimalisasi PLBN Labang, PLBN Long Midang, dan PLBN Long Nawang di
Perbatasan Darat di Kalimantan dan dicetak sebanyak 40 (empat puluh) eksemplar.
Laporan ini diperuntukkan untuk Bidang Pengembangan Infrastruktur Kota Kecil dan
Perdesaan dan didistribusikan ke Satuan Kerja Pusat Pengembangan Kawasan
Perkotaan, Kementerian Koordinator PMK, Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian, Bappenas, Badan Nasional Pengelola Perbatasan, Unit Organisasi
terkait di Lingkungan Kementerian PUPR, dan Organisasi Pemerintah Daerah (OPD)
terkait.
10) PENYAMPAIAN LAPORAN DALAM HARDISK EXTERNAL
Semua materi yang merupakan bagian dari Kegiatan penyusunan Rencana
Pengembangan Pusat-Pusat Permukiman yang Mendukung Optimalisasi PLBN
Labang, PLBN Long Midang, dan PLBN Long Nawang di Perbatasan Darat di
Kalimantan termasuk didalamnya program GIS, hasil pemetaan foto satelit, video,
dokumentasi survey dan rapat, serta berkas kelengkapan lain dikumpulkan dalam
format softcopy dalam bentuk Hardisc Eksternal (1 Tera) sebanyak 1 (satu) buah.
11) PRODUKSI DALAM NEGERI
Semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan KAK ini harus mengutamakan produksi
dalam negeri dan dilakukan di dalam wilayah negara Republik Indonesia kecuali
ditetapkan lain dalam lokasi kegiatan dengan pertimbangan keterbatasan kompetensi
dalam negeri.
P. LAIN-LAIN
Hal-hal yang belum diatur dalam KAK ini dan dianggap sangat penting, akan
dilaksanakan sesuai kesepakatan antara pemberi kerja dengan penerima kerja.