Anda di halaman 1dari 44

Kerangka Acuan Kerja

(KAK)

PENGEMBANGAN PUSAT – PUSAT PERMUKIMAN YANG MENDUKUNG


OPTIMALISASI PLBN LABANG, PLBN LONG MIDANG DAN PLBN LONG
NAWANG DI KAWASAN PERBATASAN DARAT NEGARA DI PULAU
KALIMANTAN

Tahun Anggaran 2019

JASA KONSULTANSI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM PERUMAHAN RAKYAT


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)/TERM OF REFERENCE

(KAK/TOR)

Kementerian negara / lembaga : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan


Rakyat

Unit Eselon I/II : Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah/Pusat


Pengembangan Kawasan Perkotaan

Program : Program Pengembangan Infrastruktur Wilayah

Hasil (Outcome) : Meningkatkan Keterpaduan Pelaksanaan


Pembangunan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat dengan Kebijakan
Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

Kegiatan : Pengembangan Pusat – Pusat Permukiman yang


Mendukung Optimalisasi PLBN Labang, PLBN Long
Midang dan PLBN Long Nawang di Kawasan
Perbatasan Darat Negara di Pulau Kalimantan

Indikator Kinerja Kegiatan : Jumlah Dokumen Pengembangan Pusat – Pusat


Permukiman yang Mendukung Optimalisasi PLBN
Labang, PLBN Long Midang dan PLBN Long
Nawang di Kawasan Perbatasan Darat Negara di
Pulau Kalimantan

Jenis Keluaran (Output) : Kegiatan, Laporan Penyelenggaraan

Volume Keluaran (Output) : 1 (satu) laporan, 1 (satu) dokumen, dan 1 (satu)


album peta

Satuan Ukuran dan Jenis Kegiatan : Kegiatan, Laporan Penyelenggaraan

A. LATAR BELAKANG
1. Dasar hukum dan kebijakan
Kegiatan Pengembangan Pusat – Pusat Permukiman yang Mendukung Optimalisasi
PLBN Labang, PLBN Long Midang, PLBN Long Nawang di Kawasan Perbatasan Darat
Negara di Pulau Kalimantan memiliki dasar hukum dan kebijakan sebagai berikut:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, beserta peraturan pelaksanaannya;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2004-2025, beserta peraturan
pelaksanaannya;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, beserta peraturan pelaksanaannya;
4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, beserta peraturan pelaksanaannya;
5. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional tahun 2015-2019;
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13.1/PRT/M/2015 tentang Rencana
Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019;
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Kebijakan Nasional
a. UURI Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, beserta peraturan pelaksanaannya;
b. UURI Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pangairan, beserta peraturan
pelaksanaannya;
c. UURI Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman,
beserta peraturan pelaksanaannya;
d. UURI Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
e. UURI Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa;
f. UURI Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan;
g. UURI Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan;
h. UURI Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan;
i. UURI Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan;
j. UURI Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil;
k. UURI Nomor 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus; dan
l. Perpres Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum.
m. Inpres Nomor 1 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan 11 (sebelas) Pos
Lintas Batas Negara Terpadu dan Sarana Prasarana Penunjang di Kawasan
Perbatasan
Kebijakan Rencana Tata Ruang
Kebijakan tata ruang jangka panjang 20 tahun yang terkait pengembangan kawasan
perdesaan, struktur ruang dan pola ruang, strategi operasionalisasi dan perwujudan,
serta pengembangan kawasan strategis.
a. RTRWN terkait kawasan perencanaan maupun rencana pengembangan
infrastruktur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 jo Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017;
b. RTR Pulau Kalimantan terkait kawasan perencanaan dan rencana pengembangan
infrastruktur dalam Perpres Nomor 3 Tahun 2012;
c. RTR Kawasan Perbatasan di Pulau Kalimantan dalam Perpres Nomor 31 Tahun
2015;
d. RTRW Provinsi Kalimantan Utara;
e. RTRW Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Malinau.
Kebijakan Pembangunan Nasional dan Daerah
a. RPJPN 2005-2025 dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007;
b. RPJMN 2015-2019 dalam Perpres Nomor 2 Tahun 2015;
c. RPJPD dalam Peraturan Daerah Provinsi Provinsi Kalimantan Utara;
d. RPJMD dalam Peraturan Daerah Provinsi Provinsi Kalimantan Utara;
e. RPJPD Kabupaten Nunukan dan Malinau;
f. RPJMD Kabupaten Nunukan dan Malinau.

Kebijakan Penetapan Lokasi dan Hierarki Infrastruktur Sektoral


Kebijakan yang menunjukkan lokasi dan hierarki infrasturktur sectoral termuat di dalam
peraturan perundang-undangan (PP, Permen/Kepmen):
a. Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Jalan dan Jembatan

 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor :


290/KPTS/M/2015 tentang Penetapan Ruas Jalan Menurut Statusnya sebagai
Jalan Nasional
 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor :
248/KPTS/M/2015 tentang Penetapan Ruas Jalan dalam Jaringan Jalan Primer
Menurut Fungsinya sebagai Jalan Primer (JAP) dan Jalan Kolektor-1 (JKP-1)
 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 567/KPTS/M/2010 tentang Rencana
Umum Jaringan Jalan Nasional beserta perubahannya sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 92/KPTS/M/2011
tentang Perubahan Pertama Atas Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
567/KPTS/M/2010 tentang Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional
Sumber Daya Air

 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor


04/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai
 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 293/KPTS/M/2014 tentang
Penetapan Status Daerah Irigasi yang Pengelolannya Menjadi Wewenang dan
Tanggung Jawab Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota
Cipta Karya

 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2006 tentang Kebijakan


Dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-
SPAM)
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21 tahun 2006 tentang Kebijakan Dan
Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-
SPP)
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 6 Tahun 2007 tentang Pedoman
Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 tahun 2008 tentang Kebijakan Dan
Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman
(KSNP-SPALP)
Perumahan
 Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 10 tahun 2013 tentang Pedoman
Bantuan Pembangunan Rumah Khusus
 Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 7 tahun 2013 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 10 tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman dengan Hunian
Berimbang
b. Perhubungan
 Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan
Sistem Logistik Nasional
 Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019
Bandar Udara
 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 69 Tahun 2013 tentang Tatanan
Kebandarudaraan Nasional
 Peraturan Menteri Perhubungan yang mengatur tentang Rencana Induk masing-
masing bandar udara
Pelabuhan Laut
 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KP 414 Tahun 2013 tentang Penetapan
Rencana Induk Pelabuhan Nasional
 Peraturan Menteri Perhubungan yang mengatur tentang Rencana Induk masing-
masing Pelabuhan
Perkeretaapian
 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 43 Tahun 2011 tentang Rencana
Induk Perkeretaapian Nasional
c. Pelabuhan Perikanan

 Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 45/KEPMEN-KP/2014 tentang


Rencana Induk Pelabuhan Perikanan Nasional
 Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2015-2019
Kebijakan Kawasan Strategis dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
a. Kawasan Industri
 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk
Pembangunan Industri Nasional Tahun 2015-2035
 Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 31.1/M-IND/PER/3/2015 tentang Rencana
Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2015-2019

b. Kawasan Pariwisata
 Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional
 Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 29 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis
Kementerian Pariwisata Tahun 2015-2019.
2. Gambaran Umum
Salah satu arahan pembangunan jangka panjang yang tercantum dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005 – 2025 yaitu peningkatan
pembangunan daerah diprioritaskan pada daerah-daerah yang belum berkembang
tertutama di luar Jawa, dimana salah satu strateginya adalah pengembangan wilayah-
wilayah perbatasan. Kawasan perbatasan dikembangkan sebagai serambi depan
negara untuk memudahkan masyarakat setempat memanfaatkan peluang yang ada di
perbatasan dan untuk mencegah aktivitas illegal antar negara. Pengembangan wilayah-
wilayah perbatasan ditujukan untuk mendorong pembangunan di wilayah perbatasan
agar tidak terjadi kesenjangan antara wilayah perbatasan dengan wilayah negara
tetangga serta agar tidak terjadi pergerakan barang dan orang secara ilegal yang
merugikan masyarakat dan negara.
Sejalan dengan RPJP, kebijakan dan strategi pembangunan desa yang termuat dalam
Nawacita adalah “Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah
dan desa-desa dalam kerangka Negara Kesatuan.”
Selanjutnya, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019
menerjemahkan amanat Nawacita tersebut melalui penetapan sasaran-sasaran sebagai
berikut:
1. Penurunan desa tertinggal sampai 5000 desa dan peningkatan desa mandiri
sampai 2000 desa;
2. Peningkatan keterkaitan pembangunan desa-kota , dengan memperkuat 40
(empat puluh) pusat-pusat pertumbuhan baru;
3. Pengembangan 26 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan negara yang dapat mendorong
pengembangan kawasan sekitarnya, terutama 187 lokasi prioritas (lokpri)
perbatasan.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada tahun 2015
menginisiasi suatu pendekatan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan
perumahan rakyat yang berbasis wilayah melalui konsep Wilayah Pengembangan
Strategis (WPS) yaitu suatu pendekatan pembangunan yang memadukan antara
pengembangan wilayah dan “market driven”. Secara umum, konsep WPS memadukan
pengembangan kawasan perkotaan sebagai mesin pertumbuhan, kawasan pelabuhan
sebagai outlet perdagangan, kawasan industri sebagai hilirisasi sumber daya dari
hinterland, serta kawasan pariwisata yang dapat mendorong pula pertumbuhan
ekonomi kawasan. Dalam hal ini, wilayah perdesaan menjadi bagian dari WPS yang
tidak terpisahkan. Pengembangan kawasan perdesaan memegang peranan penting di
dalam pertumbuhan ekonomi WPS baik dalam hal konsentrasi penduduk,
pembangunan/pengembangan infrastruktur, pengembangan ekonomi lokal, dan
penguatan investasi. Sesuai dengan arah kebijakan dan strategi yang tercantum dalam
RPJMN 2015 – 2019 maka pengembangan desa dan kawasan perdesaan termasuk di
kawasan perbatasan, daerah tertinggal, pulau-pulau kecil terluar harus dilakukan dalam
kerangka penguatan keterkaitan desa-kota. Dengan demikian, pengembangan tidak
hanya dilakukan pada kawasan perdesaan tetapi juga perlu dilakukan pada kota-kota
yang memiliki keterkaitan yang kuat dengan kawasan perdesaan.
BPIW melalui Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan menyelenggarakan fungsi
berupa koordinasi dan penyusunan kebijakan teknis, rencana, dan program
keterpaduan pengembangan kawasan perdesaan dengan infrastruktur bidang
pekerjaan umum dan perumahan rakyat serta koordinasi dan pengembangan area
inkubasi di kawasan perkotaan dan perdesaan.

Gambar 1. Kedudukan Kawasan Perdesaan dalam Konsepsi WPS (Wilayah


Pengembangan Strategis)
Terkait sasaran nomor 3 yaitu pengembangan 26 Pusat Kegiatan Strategis Nasional
(PKSN) sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan negara yang dapat
mendorong pengembangan kawasan sekitarnya, terutama 187 lokasi prioritas (lokpri)
perbatasan, kawasan perbatasan akan didorong perkembangannya menjadi pusat-
pusat pertumbuhan ekonomi baru untuk membantu mempercepat pembangunan
kawasan perbatasan sekaligus menjadi lokomotif pertumbuhan yang diharapkan dapat
mengangkat ekonomi di kawasan perbatasan.
Pembangunan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) di 7 lokasi telah rampung dan
diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) sesuai dengan Inpres no. 6
Tahun 2015 telah dibangun 7 PLBN yaitu PLBN Aruk, PLBN Entikong, PLBN Nanga
Badau, PLBN Motaain, PLBN Motamasin, PLBN Wini dan PLBN Skouw.

Arah kebijakan pengembangan kawasan perbatasan 2015-2019 salah satunya adalah


untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan yang mampu
menempatkan kawasan perbatasan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan
perdagangan dengan negara tetangga secara terintegrasi dan berwawasan lingkungan.
Percepatan pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan telah diupayakan dengan
membangun beberapa Pos Lintas Batas Negara (PLBN) di kota kecamatan yang
terletak di wilayah perbatasan. Namun demikian, upaya tersebut dirasakan masih belum
memberikan hasil yang optimal dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi kawasan.
Salah satu upaya lain yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan
ekonomi kawasan perbatasan adalah dengan dikeluarkannya Inpres No 1 Tahun 2019
Tentang Percepatan Pembangunan 11 (sebelas) Pos Lintas Batas Negara Terpadu dan
Sarana Prasarana Penunjang di Kawasan Perbatasan, yang nantinya akan mendorong
pengembangan kota-kota kecil kecamatan yang ada di wilayah perbatasan. Adapun 11
(sebelas) PLBN Terpadu tersebut adalah :
Tabel 1. Lokasi Percepatan Pembangunan PLBN Terpadu 2019
Lokasi
No Nama PLBN Terpadu
Kecamatan Kabupaten Provinsi
1 PLBN Terpadu Serasan Serasan Natuna Kepulauan Riau
2 PLBN Terpadu Jagoi Babang Jagoi Babang Bengkayang Kalimantan Barat
3 PLBN Terpadu Sei Kelik Ketungau Hulu Sintang Kalimantan Barat
4 PLBN Terpadu Sei Nyamuk Sebatik Utara Nunukan Kalimantan Utara
5 PLBN Terpadu Labang Lumbis Ogong Nunukan Kalimantan Utara
6 PLBN Terpadu Long Midang Krayan Nunukan Kalimantan Utara
7 PLBN Terpadu Long Nawang Kayan Hulu Malinau Kalimantan Utara
8 PLBN Terpadu Oepoli Amfoang Kupang NTT
Timur
9 PLBN Terpadu Napan Bikomi Utara Timor NTT
Tengah Utara
10 PLBN Terpadu Sota Distrik Sota Merauke Papua
11 PLBN Terpadu Yetetkun Distrik Ninati Boven Digoel Papua
Gambar 2. Sebaran Lokasi Percepatan Pembangunan PLBN Terpadu 2019
Dengan adanya percepatan pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan dirasa perlu
untuk melakukan penjabaran operasional rencana teknis dalam rangka pengembangan
pusat-pusat permukiman perbatasan negara dan penyediaan sistem jaringan prasarana
permukiman yang layak huni dan berkelanjutan baik secara struktur maupun pola ruang
kawasan. Sehingga fasilitas yang sudah dibangun pada tahap I dan tahap II dapat di
optimalkan dari berkembangnya pusat permukiman baru di sepanjang koridor jalan
nasional di pebatasan Pulau Kalimantan. Pengembangan pusat permukiman baru harus
didasari dari pem bangunan fasilitas dan jaringan infrastruktur permukiman yang
memadai dan mendukung aktifitas masyarakat tersebut.
Untuk mendukung hal tersebut, pada TA 2019 Badan Pengembangan Infrastruktur
Wilayah, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan rakyat akan melaksanakan
kegiatan Pengembangan Pusat – Pusat Permukiman yang Mendukung Optimalisasi
PLBN di Kawasan Perbatasan pada lokasi berdasarkan Inpres No 1 Tahun 2019.
Adapun rincian lokasi yang dilaksanakan melalui kegiatan kontraktual ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 2. Lokasi Pusat Permukiman Sekitar PLBN
No Kawasan Provinsi Kabupaten

1 PLBN Labang Kalimantan Utara 1 Nunukan

2 PLBN Long Midang Kalimantan Utara 2 Nunukan

3 PLBN Long Nawang Kalimantan Utara 3 Malinau

B. MAKSUD
Adapun maksud dari kegiatan ini dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Merencanakan Pengembangan pusat-pusat permukiman di sekitar Pos Lintas Batas


Negara sebagai acuan dasar dan arahan pemanfaatan ruang di kawasan perbatasan
negara untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, peningkatan kesejahteran masyarakat
serta pembangunan berkelanjutan;
b. Memberikan dukungan infrastruktur PUPR yang terpadu dengan infrastruktur strategis
lainnya (non-PUPR) dalam rangka meningkatkan fungsi Pos Lintas Batas Negara
(PLBN) sehingga dapat memperkuat sistem keterkaitan antara PLBN dengan pusat-
pusat permukiman sekitarnya dan dapat menjadi stimulan bagi pengembangan
kawasan di sekitarnya.

C. TUJUAN
Adapun tujuan dari kegiatan ini dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Menyusun rencana pengembangan pusat permukiman di kawasan sekitar PLBN
Labang, PLBN Long Midang, PLBN Long Nawang untuk mempercepat
pengembangan infrastruktur PUPR dan infrastruktur strategis lainnya (non-PUPR)
yang terpadu antar sektor, antar wilayah, dan antar tingkat pemerintahan berdasarkan
kebutuhan jangka panjang (10 tahun), jangka menengah (5 tahun), dan jangka pendek
(1 tahun);
b. Menyusun arahan dan acuan pembangunan wilayah/kawasan, serta kesesuaian
pemanfaatan bangunan dengan peruntukan lahan; dan
c. Menyusun pra studi kelayakan jaringan infrastruktur PUPR di pusat permukiman
kawasan perbatasan.

D. SASARAN
Sasaran dari pekerjaan ini sekurang-kurangnya meliputi:

1. Tersusunnya profil pusat-pusat permukiman sekitar PLBN yang sekurang-kurangnya


memuat gambaran umum, potensi, serta permasalahan pengembangan kawasan;
2. Terumuskannya review kebijakan, rencana, dan program eksisting pengembangan
kawasan, pembangunan infrastruktur PUPR, dan pembangunan infrastruktur non-
PUPR;
3. Tersusunnya profil dan analisis kinerja infrastruktur PUPR dan infrastruktur strategis
lainnya (non-PUPR) pada kota kecil yang berada di sekitar kawasan perdesaan;
4. Tersusunnya profil dan analisis kinerja infrastruktur PUPR dan infrastruktur strategis
lainnya (non-PUPR) kawasan perdesaan yang terkait dengan pengembangan ekonomi
dan pemenuhan standar kehidupan masyarakat perdesaan yang layak;
5. Terumuskannya analisis dan strategi keterpaduan pengembangan kota kecil dan
kawasan perdesaan secara fungsi, lokasi, besaran kawasan, biaya, antartingkat
pemerintahan, antarsektor, kelembagaan dan pembiayaan baik yang terkait infrastruktur
PUPR maupun non-PUPR;
6. Terumuskannya konsep pengembangan pusat-pusat permukiman yang di dalamnya
terdapat penentuan zona peruntukan kawasan serta strategi pengembangannya;
7. Terumuskannya konsep pengembangan kawasan;
8. Tersusunnya Key Performance Indicators (KPI) dan rencana pengembangan
(development plan) kawasan pusat permukiman;
9. Terumuskannya analisis dalam rangka perumusan program pembangunan infrastruktur
PUPR dan infrastruktur strategis lainnya (non-PUPR) dalam rangka mendukung
pengembangan pusat permukiman;
10. Terumuskannya rencana dan program pembangunan infrastruktur PUPR dan
infrastrutur strategis lainnya (non-PUPR) yang mendukung pengembangan kota kecil
dan kawasan-kawasan perdesaan untuk jangka panjang (10 tahun), jangka menengah
(5 tahun), dan jangka pendek (1 tahun);
11. Tersusunnya siteplan pusat pengembangan pusat-pusat permukiman yang dilengkapi
dengan studi pra kelayakan, analisa program ruang kawasan, gambar-gambar pra-
desain, dan gambar 3 dimensi; dan
12. Tersusunnya Pra-Desain program-program prioritas pengembangan pusat-pusat
permukiman yang dilengkapi dengan studi pra kelayakan, gambar-gambar teknis
perencanaan, gambar 3 dimensi, dan analisa harga satuan.

E. RUANG LINGKUP
1. Lingkup Wilayah Perencanaan
Ruang lingkup wilayah makro dalam pekerjaan ini meliputi pusat-pusat permukiman di
sekitar PLBN Labang, PLBN Long Midang, PLBN Long Nawang dengan
mempertimbang delineasi Wilayah Pengembangan Strategis, pengembangan pusat-
pusat pertumbuhan baru, dan hubungan fungsional antar pusat permukiman dengan
PLBN. Penyusunan perencanaan ini diharapkan dapat mendukung pengembangan
kawasan perkotaan Nunukan dan Malinau. Penyusunan rencana terkait pengembangan
pusat permukiman yang mendukung PLBN pada tahun 2019 di Pulau Kalimantan
meliputi:
1. PLBN Labang, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara;
2. PLBN Long Midang, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara;
3. PLBN Long Nawang, Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara.
2. Lingkup Tahapan dan Substansi Pekerjaan
Ruang lingkup tahapan dan substansi pekerjaan ini sekurang-kurangnya meliputi:
a. Persiapan dan Organisasi Kerja
1) Mobilisasi tenaga ahli, asisten tenaga ahli, dan tenaga pendukung;
2) Kajian literatur, teori, dan benchmark/pengalaman praksis di Indonesia atau
negara lain yang berhasil terkait pengembangan pusat-pusat permukiman di
kawasan perbatasan;
3) Review terhadap kebijakan pengembangan pusat-pusat permukiman serta
pembangunan infrastruktur berdasarkan rencana pembangunan dan rencana
tata ruang baik nasional (RPJPN dan RTRWN), pulau/kepulauan (RTR
Pulau/Kepulauan), kawasan perbatasan (RTR Kawasan Perbatasan), provinsi
(RPJPD, RPJMD , RTRW Provinsi), kabupaten/kota (RPJPD, RPJMD, RTRW
Kabupaten/Kota), serta kebijakan sektoral seperti Rencana RDTR Kawasan
Perbatasan oleh Kementerian ATR, Pengembangan Infrastruktur Sosial
Ekonomi Wilayah (PISEW), pengembangan permukiman nelayan dari Ditjen
CK, program Kementerian Pertanian, Kementerian Pariwisata, Kementerian
Kelautan dan Perikanan, dll;
4) Identifikasi stakeholder pusat dan daerah terkait;
5) Pengumpulan data dan informasi awal wilayah perencanaan;
• Pengumpulan Data Sekunder di tingkat Pusat, khususnya terkait dengan
bidang infrastruktur dan kawasan strategis sekurang-kurangnya di Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Bappenas, Kementerian DPDTT,
Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Kementerian Pertanian, Kementerian
Pariwisata, Kementerian Kelautan dan Perikanan, dll;
• Pengumpulan Data Sekunder di Tingkat Daerah melalui Bappeda serta
Dinas-dinas terkait untuk mendapatkan data eksisting ketersediaan
infrastruktur PUPR dan non-PUPR serta backlog-nya. Pengumpulan data
sekunder tingkat daerah dilakukan bersamaan dengan Survey I dan II.
6) Penyusunan peta dasar;
7) Penajaman metodologi pelaksanaan pekerjaan;
8) Inventarisasi kebutuhan data, desain survei, dan penyiapan perangkat survei;
9) Penyusunan rencana kerja dan jadwal rinci mingguan pelaksanaan pekerjaan;
10) Penyusunan Rencana Mutu Kontrak (RMK);
11) Desk Study
Metode desk study yaitu cara pengumpulan data dan informasi melalui
pemeriksanaan dan analisis data dan informasi yang menggunakan data
sekunder, baik berupa dokumen-dokumen data, hasil studi terdahulu dan
praturan perundang-undangan baik yang diperoleh dalam bentuk buku maupun
hasil pencarian di internet
12) Kick Off
Rapat ini merupakan rangkaian kegiatan swakelola. Rapat Kick Off merupakan
pertemuan awal antara pemerintah pusat dengan perwakilan pemerintah
daerah dari lokasi prioritas sebagai wadah untuk mensosialisasikan serta
menginformasikan kepada daerah mengenai lokasi pengembangan kawasan
perdesaan prioritas nasional serta diharapkan dukungan daerah dalam
membantu proses penyusunan dokumen pengembangan kawasan. Tujuan lain
dari pelaksanaan kick off meeting ini untuk menyamakan presepsi diantara
semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan proyek. Selain itu, rapat ini
menyangkut prosedur dan teknis pelaksanaan proyek. Rapat Kick Off juga
dapat dianggap sebagai kesempatan untuk menyelaraskan presepsi dalam
suatu proyek. Maksud dilaksanakannya rapat Kick Off adalah untuk
menyatakan bahwa proyek dimulai, menyampaikan secara ringkas tujuan
proyek dan peran/tanggung jawab setiap pihak dalam pencapaian tujuan
tersebut, mengklarifikasi harapan setiap pihak yang berperan dalam proyek,
serta membentuk dan menumbuhkan komitmen bersama dalam
menyukseskan proyek.
13) Rapat Koordinasi Daerah dan Survei I
Kegiatan ini akan dilaksanakan pada bulan 2 (dua). Rapat koordinasi awal di
Bappeda/Kantor Kecamatan bertujuan untuk mensosialisasikan kegiatan,
melakukan identifikasi awal terhadap potensi dan permasalahan kawasan,
serta untuk mendapatkan data awal program-program prioritas usulan aparat
desa. Untuk itu sebelum dilaksanakan kunjungan, terlebih dahulu harus dijalin
komunikasi yang intensif antara konsultan dan pemerintah daerah. Sebelum
dilaksanakan rapat koordinasi, konsultan terlebih dahulu harus melaksanakan
diskusi kecil dengan Kepala Bappeda dan pejabat terkait untuk menentukan
delineasi kawasan pusat-pusat permukiman. Dengan demikian desa-desa yang
diundang pada rapat koordinasi adalah desa-desa yang selanjutnya akan
disurvey untuk disusun masterplannya.
Rapat koordinasi di daerah akan dilaksanakan di Kantor Bappeda setempat
dan membutuhkan arahan/kebijakan dari pejabat Eselon II / Kepala Dinas dari
OPD terkait dalam rangka penyusunan dokumen masterplan. Selain
mengundang Camat dan Kepala Desa setempat, adapun daftar undangan
setingkat Eselon II sekurang-kurangnya adalah sebagai berikut :
1. Asisten Deputi Pemberdayaan Kawasan Perdesaan, Kemenko PMK
2. Kepala Bappeda Kabupaten terkait
3. Kepala Dinas PU Kabupaten terkait
4. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten terkait
5. Kepala Dinas Perikanan Kabupaten terkait
6. Kepala Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman Provinsi
terkait, Kementerian PUPR
7. Kepala Satuan Kerja Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Provinsi terkait, Kementerian PUPR
8. Camat terkait
9. Kepala Desa terkait
Rapat koordinasi awal dilaksanakan dengan mengundang Bappeda, Dinas PU,
aparat kecamatan dan aparat desa. Rapat koordinasi awal dilaksanakan di
pada setiap kawasan, yaitu pada Kab. Nunukan 1 (satu) kali dan Kab. Malinau
1 (satu) kali. Rapat ini diselenggarakan sekurang-kurangnya terdiri dari: makan
besar 35 orang, snack 35 orang, biaya transport peserta untuk 35 orang,
honorarium narasumber setingkat Es II sebanyak 2 (dua) orang masing-masing
1 JP, setingkat Es III sebanyak 2 (dua) orang masing-masing 1 JP.
Rapat Koordinasi dengan Bappeda untuk membahas delineasi kawasan
perdesaan yang akan disusun masterplannya termasuk identifikasi awal
kawasan pusat-pusat permukiman di sekitar PLBN.
Rapat koordinasi dilaksanakan bersamaan dengan Pengumpulan Data
Sekunder di Tingkat Daerah melalui Bappeda serta Dinas-dinas terkait untuk
mendapatkan data eksisting ketersediaan infrastruktur PUPR dan non-PUPR
serta backlog-nya serta dokumen – dokumen perencanaan yang sudah
disusun.
Setelah Rakor akan dilaksanakan Survey I dalam rangka pengumpulan data-
data primer infrastruktur melalui field study. Pelaksanaan pengumpulan data
primer dilakukan dengan metode kunjungan ke instansi Pemerintah, Swasta
baik pusat dan daerah hasil identifikasi stakeholder. Penyedia jasa wajib
menyusun perangkat survei. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui:
 Pengumpulan data sekunder pada berbagai instansi terkait;
 Pengumpulan data primer untuk melengkapi ketersediaan data sekunder;
 Pengumpulan dokumen kebijakan/kajian terdahulu terkait pekerjaan
serupa;
 Pengolahan dan penstrukturan data, serta penyajian dalam format yang
menarik seperti grafik (chart), peta, dan infografis.

Lokasi pengumpulan data sekunder didaerah akan dilaksanakan bersamaan


dengan survey I pada setiap kawasan (PLBN Labang, PLBN Long Midang,
dan PLBN Long Nawang).

Survey I dilakukan untuk mendapatkan data primer yang dilaksanakan pada


bulan ke-2 (kedua) awal, minimal selama selama 10 (sepuluh) hari (3 hari
perjalanan dan 7 hari dialokasikan untuk pelaksanaan rakor dan survey
lapangan) oleh 3 (tiga) orang dari tim dengan melibatkan aparat desa dan
dengan metode kuesioner serta kunjungan langsung ke lapangan. Masing-
masing kepala desa dari desa yang termasuk dalam delineasi masterplan
diminta untuk mengisi kuesioner yang sekurang-kurangnya memuat potensi
kawasan (jenis potensi, luasan, lokasi, nilai ekonomi), permasalahan (jenis
permasalahan, lokasi) dan usulan program (jenis program, lokasi, besaran,
perkiraan anggaran). Setelah itu tim penyusun masterplan akan memverifikasi
komoditas potensial dan usulan program berdasarkan kuesioner tersebut
langsung di lokasi untuk mendapatkan data-data terinci yang dibutuhkan dalam
menyusun masterplan dan matriks program pengembangan kawasan.
Kelengkapan dari survey I untuk masing-masing kawasan adalah sebagai
berikut:
 PLBN Labang : Transport untuk 3 orang (pesawat PP Jakarta – Balikpapan;
Balikpapan – Malinau), transportasi air speedboat (Malinau – Labang), biaya
penginapan setingkat Es IV untuk 3 orang selama 9 hari, sewa mobil untuk
survey lapangan 3 unit selama 8 hari.
 PLBN Long Midang : Transport untuk 3 orang (pesawat PP Jakarta –
Tarakan; Tarakan – Nunukan (Rakor); Nunukan - Long Midang), biaya
penginapan setingkat Es IV untuk 3 orang selama 9 hari, sewa mobil untuk
survey lapangan 3 unit selama 8 hari.
 PLBN Long Nawang : Transport untuk 3 orang (pesawat PP Jakarta –
Balikpapan; Balikpapan – Malinau (Rakor); Malinau – Long Apung), biaya
penginapan setingkat Es IV untuk 3 orang selama 9 hari, sewa mobil untuk
survey lapangan 3 unit selama 8 hari.

14) Penyusunan Profil Kawasan


 Nama, luas, dan delineasi kawasan;
 Nama, luas, dan identifikasi pusat-pusat permukiman;
 Posisi kawasan pusat-pusat permukiman dalam konstelasi regional
sekurang-kurangnya meliputi: peran kawasan pada skala global, nasional,
provinsi, dan WPS; kontribusi PDRB kawasan ke nasional dan regional;
sektor unggulan dan peluang investasi utama;
 Karakteristik perekonomian yang meliputi struktur ekonomi kawasan,
pertumbuhan ekonomi, komoditas unggulan, skala pemasaran, dan
proyeksi pengembangan ke depan;
 Karakteristik zonasi kawasan yang mencakup kawasan perumahan,
perdagangan dan jasa, sarana pelayanan umum dan kawasan khusus;
 Karakteristik kelembagaan yang mencakup sektor permodalan serta
kelembagaan pengelola kawasan;
 Karakteristik sosial kependudukan termasuk social capital (fungsi-fungsi
pranata sosial, tradisi budaya, persepsi, dan nilai-nilai lokal); dan
 Karakteristik lingkungan.
 Kondisi, sebaran, dan gap infrastruktur PUPR dan infrastruktur strategis
lainnya (non-PUPR); dan
 Kinerja pelayanan infrastruktur, khususnya pada sub-sektor SDA, Bina
Marga, Cipta Karya, dan Perumahan
 Indikasi Program Awal
15) Pembahasan Laporan Pendahuluan.
 Pembahasan Laporan Pendahuluan diselenggarakan dengan paket
meeting halfday sesuai ketentuan peraturan yang berlaku yang
diselenggarakan pada bulan ke 2 (dua) dalam pekerjaan ini dengan
mengundang seluruh unit organisasi yang bersifat teknis di lingkungan
Kementerian PUPR dan stakeholder terkait pelaksanaan pekerjaan dan
sekurang-kurangnya dihadiri 30 (tiga puluh) peserta;
 Adapun Laporan Pendahuluan sekurang-kurangnya memuat landasan
teori dan kebijakan; pendekatan, metodologi (pengumpulan data dan
analisis); Program Kerja (rencana tahapan pelaksanaan dan jadwal
pekerjaan); Profil Kawasan (gambaran umum kawasan, potensi,
permasalahan, kedudukan kawasan, dan isu strategis kawasan); dan
 Kelengkapan pembahasan terdiri dari penggandaan materi sebanyak 30
set, uang saku, dan biaya transport untuk masing-masing peserta serta
honorarium narasumber setingkat eselon II sebanyak 1 orang 2 JP dan
setingkat eselon III sebanyak 1 orang 2 JP

b. Penyusunan Analisis
1) Penetapan Lokasi Permukiman
 Analisis fungsi dan peran kawasan permukiman dalam kaitannya dengan
hierarki kawasan dan keterkaitannya dengan lokasi PLBN;
 Analisis potensi ekonomi pengembangan kawasan;
 Analisis ketersediaan infrastruktur PUPR dan non-PUPR yang terkait
dalam mendukung pengembangan kawasan di sekitar PLBN.
2) Analisis Pengembangan Kota Kecil
 Analisis posisi pusat-pusat permukiman dalam konstelasi regional dan
nasional untuk mengetahui kedudukan pusat-pusat permukiman terhadap
lokasi PLBN serta lokasi yang lebih makro secara administrasi;
 Analisis lingkungan fisik (built environment) struktur dan serta
kecenderungan perkembangan pusat-pusat permukiman untuk
mengetahui daya dukung lahan pada pusat-pusat permukiman serta
pembagian zonasi kawasan;
 Analisis keterkaitan potensi ekonomi antar pusat-pusat permukiman,
antara pusat-pusat permukiman dengan lokasi PLBN serta antara pusat-
pusat permukiman dengan kota sekitar sebagai wujud keterkaitan desa-
kota;
 Analisis isu strategis dan permasalahan pengembangan pusat-pusat
permukiman untuk menajamkan informasi terkait daya dukung secara fisik
maupun non fisik;
 Analisis proyeksi pertumbuhan penduduk dan ekonomi perkotaan untuk
mengukur kebutuhan infrastruktur yang didasarkan pada jumlah penduduk
dalam rentang waktu perencanaan hingga jangka panjang;
 Analisis sistem jaringan prasarana kawasan;
 Analisis kebutuhan pengembangan infrastruktur yang mendukung
pemenuhan Standar Pelayanan Minimal Permukiman sekurang-kurangnya
memuat analisis pengembangan permukiman dan kesehatan untuk
mendukung optimalisasi PLBN;
 Analisis sumber pembiayaan dan kelayakan ekonomi/investasi;
 Analisis pertumbuhan fisik dan ekonomi sebagai dampak dari
pembangunan infrastruktur;
 Analisis isu strategis kawasan;
 Analisis lain yang dibutuhkan dalam penyusunan dan pelaksanaan
kegiatan ini.
3) Rapat Unor dan Kementerian Lembaga
Rapat ini merupakan rangkaian kegiatan swakelola. Rapat Koordinasi ini
dilakukan dengan mengundang Unit Organisasi terkait di lingkungan Kementerian
PUPR dan Kementerian/Lembaga terkait sebagai stakeholders dari
pengembangan kawasan perbatasan. Rapat koordinasi ini dilakukan guna
mensosialisasikan hasil dari survey pertama dan juga menjaring masukan dari
stakeholders guna penyempurnaan hasil survey dan juga persiapan pelaksanaan
survey kedua.

4) Rapat Kajian Pakar


Rapat kajian pakar ini merupakan rangkaian kegiatan swakelola. Rapat Kajian
Pakar dilakukan untuk mendapatkan masukan substantif dari kalangan akademisi
dengan mengundang para pakar Pengembangan Kawasan Perbatasan dan
Kawasan Perdesaan sebagai narasumber.

5) Survey II
Survey kedua dilaksanakan pada bulan ke 4 (empat) selama 10 (sepuluh) hari,
dilaksanakan dalam rangka pengumpulan data primer kawasan prioritas dan
program prioritas yang bertujuan untuk melengkapi dan mendetailkan data yang
dibutuhkan dalam penyusunan masterplan sesuai masukan dalam FGD pusat
diantaranya termasuk pemetaan sosial ekonomi lingkungan kota kecil dan
kawasan prioritas yang menitikberatkan pada beberapa pembahasan non
infrastruktur PUPR.

Survey kedua ini juga difokuskan pada Pembahasan Penentuan Lokasi Prioritas
dengan melibatkan minimal perangkat desa, Bappeda dan Dinas PU daerah
beserta penyusunan Pra-Desain kawasan prioritas dan program-program
prioritas kawasan hingga dapat dihasilkan desain denah, tampak, perspektif 3D,
dan detail kebutuhan pendanaan. Pada survey kedua dilakukan pemetaan udara
(aerial mapping), foto udara (aerial photography), dan video udara (aerial
videography) dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 05/PRT/M/2013 tentang Pedoman Pemetaan Sosial Ekonomi
Lingkungan Bidang Pekerjaan Umum yang meliputi kegiatan persiapan
pemetaan, pelaksanaan pemetaan, dan penyajian peta.

Kelengkapan dari survey II untuk masing-masing kawasan adalah sebagai


berikut:
 PLBN Labang : Transport untuk 3 orang (pesawat PP Jakarta – Balikpapan;
Balikpapan – Malinau), transportasi air speedboat (Malinau – Labang), biaya
penginapan setingkat Es IV untuk 3 orang selama 9 hari, sewa mobil untuk
survey lapangan 3 unit selama 8 hari.
 PLBN Long Midang : Transport untuk 3 orang (pesawat PP Jakarta –
Tarakan; Tarakan - Long Midang), biaya penginapan setingkat Es IV untuk 3
orang selama 9 hari, sewa mobil untuk survey lapangan 3 unit selama 8 hari.
 PLBN Long Nawang : Transport untuk 3 orang (pesawat PP Jakarta –
Balikpapan; Balikpapan – Malinau; Malinau – Long Apung), biaya penginapan
setingkat Es IV untuk 3 orang selama 9 hari, sewa mobil untuk survey
lapangan 3 unit selama 8 hari.

6) FGD Pusat
FGD di pusat dilaksanakan pada bulan ke 5 (lima) dalam rangka ekspose awal
masterplan yang telah disusun dan mendapatkan masukan penyempurnaan dari
K/L terkait. FGD dilaksanakan di pusat dilaksanakan dengan melibatkan stake
holder terkait pelaksana pembangunan di Kawasan Pusat-Pusat Permukiman
yang sekurang-kurangnya meliputi: Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi,
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan,
Kementerian Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Bappenas,
Kementerian PUPR, Kementerian Dalam Negeri, Badan Nasional Pengelola
Perbatasan (BNPP), Kementerian Desa PDTT, Kementerian ATR, Kementerian
Komunikasi dan Informatika, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertanian,
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Kementerian Perhubungan
dan kementerian terkait lainnya.
Focus Group Discussion mengundang K/L pusat dan unit organisasi di
lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan
stakeholders terkait pelaksanaan pekerjaan dan sekurang-kurangnya dihadiri 50
(lima puluh) orang peserta serta sekurang-kurangnya mengundang:
1. Asisten Deputi Pemberdayaan Kawasan Perdesaan, Kemenko PMK
2. Asisten Deputi Penataan Ruang dan Kawasan Strategis Ekonomi, Kemenko
Bidang Perekonomian
3. Direktur Daerah Tertinggal, Transmigrasi, dan Perdesaan, Deputi Bidang
Pengembangan Regional, Kementerian PPN/Bappenas
4. Direktur Perencanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan, Ditjen PKP,
Kementerian Desa PDTT
5. Direktur Penataan Kawasan, Ditjen Tata Ruang, Kementerian Agraria dan
Tata Ruang
6. Direktur Penataan Daerah Otonomi Khusus dan DPOD, Ditjen Otonomi
Daerah, Kementerian Dalam Negeri
7. Direktur Kawasan, Perkotaan, dan Batas Negara, Ditjen Bina Administrasi
Kewilayahan, Kementerian Dalam Negeri
8. Asisten Deputi Penataan Ruang Kawasan Perbatasan, Deputi Bidang
Pengelolaan Potensi Kawasan Perbatasan, Badan Nasional Pengelola
Perbatasan
9. Asisten Deputi Pengelolaan Lintas Batas Negara, Deputi Bidang
Pengelolaan Batas Wilayah Negara, Badan Nasional Pengelola Perbatasan
10. Asisten Deputi Infrastruktur Fisik, Deputi Bidang Pengelolaan Infrastruktur
Kawasan Perbatasan, Badan Nasional Pengelola Perbatasan
11. Asisten Deputi Infrastruktur Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat, Deputi
Bidang Pengelolaan Infrastruktur Kawasan Perbatasan, Badan Nasional
Pengelola Perbatasan
12. Biro Perencanaan dan Keuangan, Kementerian Pertanian
13. Direktur Sarana Perhubungan Darat, Kementerian Perhubungan
14. Asisten Deputi Koordinasi Wilayah Perbatasan dan Tata Ruang Pertahanan,
Kementerian Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan
15. Direktur Hukum dan Perjanjian Kewilayahan, Kementerian Luar Negeri
16. Direktur Direktorat Rencana, Penggunaan dan Pembentukan Wilayah
Pengelolaan Hutan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
17. Direktur Direktorat Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan,
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
18. Direktur Layanan Telekomunikasi dan Informasi untuk Masyarakat Dan
Pemerintah, Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI),
Kementerian Komunikasi dan Informatika
19. Direktur Pengembangan Jaringan Jalan, Ditjen Bina Marga, PUPR
20. Direktur Bina Penatagunaan Sumber Daya Air, Ditjen SDA, PUPR
21. Direktur Keterpaduan Infrastruktur Permukiman, Ditjen Cipta Karya, PUPR
22. Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman, Ditjen Cipta Karya, PUPR
23. Direktur Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, Ditjen Cipta Karya,
PUPR
24. Direktur Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Ditjen Cipta
Karya, PUPR
25. Direktur Perencanaan Penyediaan Perumahan, Ditjen Penyediaan
Perumahan, PUPR
26. Direktur Perencanaan Rumah Swadaya, Ditjen Penyediaan Perumahan,
PUPR
Rincian pembiayaan FGD di Jakarta adalah penggandaan materi sebanyak 50
(lima puluh) set, paket kegiatan full day setingkat Es II untuk 50 (lima puluh)
orang, uang harian paket full day di Jakarta untuk 50 (lima puluh) orang, biaya
transport peserta untuk 50 (lima puluh) orang, spanduk 1 (satu) set, Honor
narasumber setingkat pakar sebanyak 1 (satu) orang masing-masing 1 JP,
setingkat es II sebanyak 3 (tiga) orang masing-masing 2 JP, setingkat es III
sebanyak 2 (dua) orang masing-masing 2 JP, serta moderator untuk 1 (satu)
orang.
7) Laporan Antara
Pembahasan Laporan Antara ini diselenggarakan dengan ketentuan sebagai
berikut:
 Pembahasan Laporan Antara diselenggarakan dengan paket meeting
halfday sesuai ketentuan peraturan yang berlaku yang diselenggarakan
pada bulan ke 5 (lima) dalam pekerjaan ini dengan mengundang seluruh
unit organisasi yang bersifat teknis di lingkungan Kementerian PUPR dan
stakeholder terkait pelaksanaan pekerjaan dan sekurang-kurangnya
dihadiri 30 (tiga puluh) peserta;
 Adapun Laporan Antara sekurang-kurangnya memuat landasan teori dan
kebijakan; pendekatan, metodologi (pengumpulan data dan analisis);
Program Kerja (rencana tahapan pelaksanaan dan jadwal pekerjaan);
Profil Kawasan (gambaran umum kawasan, potensi, permasalahan,
kedudukan kawasan, dan isu strategis kawasan, profil infrastruktur);
Analisis Kawasan (posisi kawasan dalam konstelasi regional, lingkungan
fisik, potensi ekonomi pengembangan kawsan, sistem agribisnis,
kependudukan, kebutuhan pengembangan infrastruktur); Konsep
Pengembangan Kawasan; Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur dan
Sinkronisasi Program, Program Pengembangan Kawasan; dan Analisis
Sumber Pembiayaan.
 Kelengkapan pembahasan terdiri dari penggandaan materi 30 (tiga puluh)
set, uang saku 30 (tiga puluh) orang, dan transport untuk 30 (tiga puluh)
orang serta honorarium narasumber eselon II sebanyak 1 (satu) orang
masing-masing 2 JP dan setingkat eselon III sebanyak 1 (satu) orang 2 JP.

c. Penyusunan Rencana dan Program


1) Penyusunan rencana ultimate pengembangan pusat-pusat permukiman
kawasan, dan infrastruktur;
2) Penyusunan Program Pembangunan Infrastruktur PUPR dan Non-PUPR
berdasarkan kebutuhan jangka panjang (10 tahun), jangka menengah (5
tahunan), dan tahunan (1 tahun) dilengkapi dengan pembagian kewenangan
sektor pusat, provinsi, kabupaten/kota, kemajuan pemenuhan readiness criteria
(lahan, FS, DED, Dokumen Lingkungan). Infrastruktur PUPR sekurang-
kurangnya meliputi:
- Infrastruktur Bidang Sumber Daya Air, dengan sasaran strategis
meningkatnya dukungan untuk kedaulatan pangan dan energi, serta
meningkatnya ketahanan air;
- Infrastruktur Bidang Jalan dan Jembatan, dengan sasaran strategis
meningkatnya dukungan konektivitas bagi penguatan daya saing, serta
meningkatnya kemantapan jalan nasional; dan
- Infrastruktur Bidang Permukiman dan Perumahan, dengan sasaran strategis
meningkatnya dukungan layanan infrastruktur dasar permukiman dan
perumahan, meningkatnya kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur
permukiman, meningkatnya penyediaan dan pembiayaan perumahan.
Adapun rencana dan program pengembangan Infrastruktur non-PUPR sekurang-
kurangnya meliputi:
a) Pengembangan sarana kesehatan
b) Pengembangan permodalan/lembaga keuangan mikro
c) Penerapan teknologi informasi komunikasi
d) Pembangunan suplai energi
e) Penerapan teknologi dan inovasi
f) Pengembangan kelembagaan dan kerjasama
g) Pengembangan pendidikan kejuruan dan pelatihan keterampilan
3) Perumusan Key Performance Indicators (KPI) untuk infrastruktur PUPR dan non-
PUPR serta rencana pengembangan (development plan) kawasan perdesaan
untuk kondisi infrastruktur PUPR, kondisi fisik (kontur, hidrologi, geologi,
topografi, klimatologi), kondisi sosial (fasilitas pendidikan, kesehatan,
peribadatan, ruang publik (RTH), kondisi ekonomi (pasar, koperasi, BUMDES)
untuk kondisi saat ini dan kondisi di masa mendatang yang lebih berorientasi
kepada output dan outcome;
Tabel 3. Sasaran Key Performance Indicator (KPI)
No. Bidang Indikator Satuan

1. Sumber Tingkat dukungan kedaulatan pangan dan %


Daya Air ketahanan energi

Tingkat dukungan ketahanan air nasional %

Presentase cakupan jaringan irigasi %

2. Jalan Tingkat konektivitas jalan nasional %

Tingkat kemantapan jalan nasional %

Tingkat kemantapan jalan kabupaten %

Tingkat kemantapan jalan usaha tani %

3. Infrastruktur Persentase penurunan luasan permukiman %


Permukiman kumuh perdesaan

Persentase peningkatan cakupan pelayanan %


akses air minum

Persentase peningkatan cakupan pelayanan %


akses sanitasi

Persentase peningkatan cakupan pelayanan %


akses persampahan

4. Perumahan Persentasi penurunan kekurangan tempat %


tinggal (backlog) berdasarkan perspektif
menghuni

Persentase penurunan rumah tidak layak huni %

5. Pendidikan Tingkat keterpenuhan pelayanan pendidikan %

6. Kesehatan Tingkat keterpenuhan pelayanan kesehatan %

7. Energi Presentase cakupan pelayanan listrik %

Presentase cakupan pelayanan seluler %

4) Penyusunan Strategi Keterpaduan Pengembangan Kawasan dan Infrastruktur,


sekurang-kurangnya meliputi:
- Prioritisasi dan jangka waktu pelaksanaan pembangunan infrastruktur;
- Keterpaduan antarsektor;
- Keterpaduan antara pusat dan daerah dan antardaerah;
- Skema pembiayaan; dan
- Kelembagaan.
d. Penyusunan Pra Studi Kelayakan Pengembangan Infrastruktur PUPR Pusat-
Pusat Permukiman di sekitar PLBN
Pra studi kelayakan merupakan bagian dari tahapan evaluasi kelayakan
pengembangan infrastruktur dalam rangka menindaklanjuti kebijakan program
perencanaan yang telah disusun, untuk menghasilkan alternatif solusi kebijakan yang
akan nantinya dapat dikaji lebih rinci dalam studi kelayakan dan perancangan teknik
dengan memperhatikan beberapa aspek utama yaitu aspek teknis, aspek lingkungan
dan keselamatan, aspek ekonomi, dan aspek lain-lain.
Fungsi pra studi kelayakan adalah untuk menilai tingkat kelayakan program
pengembangan infrastruktur dengan membandingkan kinerja ekonomis suatu alternatif
terhadap alternatif yang lain.
Ruang lingkup pra studi kelayakan sekurang-kurangnya memuat analisis sebagai
berikut:
a. Analisis kebutuhan
Analisis ini untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya permasalahan yang harus
diatasi yang memberikan justifikasi bahwa pengembangan infrastruktur tersebut
adalah opsi terbaik untuk mengatasi permasalahan dimaksud.
b. Analisis teknis
Analisis ini mengkaji kelayakan teknis dan menetapkan persyaratan teknis
minimum suatu pengembangan infrastruktur.
c. Analisis ekonomi
Analisis ekonomi bertujuan untuk memperkirakan manfaat dan biaya proyek dari
sudut pandang ekonomi. Proyek akan dianggap layak jika proyek tersebut
dibutuhkan dan mampu memberikan manfaat yang lebih baik.
d. Kajian lingkungan dan sosial
Kajian ini bertujuan untuk menganalisis resiko dampak lingkungan dan sosial yang
berpotensi terjadi dari proyek baik pada tahapan pra-konstruksi, konstruksi, dan
operasi.
e. Kajian regulasi dan kelembagaan
Kajian ini berisi tentang kerangka kerja hukum tentang apakah terdapat hambatan
hukum bagi pengembangan dan pelaksanaan proyek.
f. Analisis resiko
Analisis resiko bertujuan untuk menjelaskan pengelolaan resiko-resiko yang
terkait dengan pelaksanaan proyek serta bagaimana mengalokasikan dan
memitigasi resiko-resiko tersebut.

Pra studi kelayakan pengembangan infrastruktur PUPR pusat-pusat permukiman


sekurang-kurangnya disusun untuk pengembangan infrastruktur sebagai berikut:
1) jaringan jalan;
2) penyediaan air bersih;
3) sanitasi;
4) persampahan;
5) perumahan; dan
6) infrastruktur lain yang mendukung kegiatan utama kawasan.
e. Penyusunan Siteplan Lokasi Prioritas Pusat Pengembangan Pusat-Pusat
Permukiman
Lokasi prioritas pusat-pusat permukiman merupakan lokasi yang direncanakan
sebagai lokasi pengembangan kawasan. Lokasi prioritas pusat – pusat permukiman
dipilih berdasarkan kriteria pertimbangan kondisi eksisting dan proyeksi kawasan,
sekurang-kurangnya sebagai berikut:
1) Kesiapan lahan untuk pengembangan infrastruktur meliputi kepemilikan lahan,
kesesuaian kondisi fisik lahan, dan kesesuaian dengan rencana tata ruang;
2) Aksesibilitas terhadap kawasan lain yang mendukung lokasi prioritas tersebut,
antara lain aksesibilitas terhadap PLBN serta kawasan potensial lainnya;
3) Ketersediaan prasarana dan sarana di lokasi yang akan ditentukan menjadi
lokasi prioritas pusat permukiman; dan
4) Kesiapan masyarakat sekitar untuk mendukung pengembangan lokasi
prioritas.
Pusat pengembangan permukiman juga perlu memperhatikan ketersediaan
infrastruktur yang mendukung fungsi dan peran PLBN sekitar. Selain itu, lokasi
pusat prioritas pengembangan permukiman perbatasan merupakan wujud
pengembangan kawasan perbatasan sebagai salah satu pusat pertumbuhan
ekonomi. Sebelum dilakukan pemilihan terhadap pusat pengembangan, terlebih
dahulu dibuat matriks analisis kelayakan lokasi yang menghasilkan beberapa
alternatif lokasi pusat pengembangan.
Pusat pengembangan kawasan permukiman yang disusun siteplannya memuat
peta rencana pengembangan sekurang-kurangnya dalam skala 1: 5.000. Kondisi
eksisting dan rencana pengembangan disajikan dalam peta topografi, video udara,
serta foto udara. Output video yang dihasilkan adalah untuk masing-masing
kawasan. Untuk konten yang terdapat dalam output video adalah meliputi
gambaran umum kawasan, konektivitas, potensi dan permasalahan kawasan,
program prioritas kawasan, dan menampilkan animasi 3D untuk kawasan prioritas
kawasan.
f. Penyusunan Pra-Desain Program Prioritas Pengembangan Pusat-Pusat
Permukiman
Program prioritas pengembangan pusat-pusat permukiman merupakan program
yang jika diimplementasikan dapat secara signifikan mendukung pengembangan
pusat-pusat permukiman. Program prioritas yang disusun pra-desainnya dapat
berupa program bidang jalan, sumber daya air, permukiman, maupun perumahan
rakyat. Program tersebut juga dapat berupa infrastruktur lain yang mendukung
pengembangan permukiman kawasan sesuai kebutuhan pengembangan kawasan,
seperti pembuatan tambatan kapal, talud penahan gelombang,
pembangunan/revitalisasi pasar, dll. Pra-Desain program prioritas disajikan melalui
gambar-gambar teknik dan gambar skematik dengan tingkat kedetilan minimal 1:
1000 serta dilengkapi dengan visualisasi tiga dimensi.
Adapun tahapan yang harus dilalui adalah sebagai berikut:
1) Survei primer penyusunan program prioritas;
2) Penyusunan Program Bangunan dan Lingkungan
- Analisis Pengembangan Pembangunan Berbasis Peran Masyarakat; dan
- Konsep Dasar Pra Desain berdasarkan hasil analisis kawasan dan
wilayah perencanaan.
3) Penyusunan Rencana Umum dan Panduan Rancangan;
- Rencana Umum yang disusun berdasarkan analisis kebutuhan ruang dan
pemanfaatan ruang dalam suatu kawasan prioritas. Rencana umum
tersebut sekurang-kurangnya terdiri atas intensitas pemanfaatan lahan,
tata bangunan, sistem sirkulasi dan jalur perhubung, sistem ruang
terbuka dan tata hijau, tata kualitas lingkungan, sistem prasarana dan
utilitas lingkungan; dan
- Rancangan 3 Dimensi (tiap blok pengembangan, dan simulasi rancangan
tiga dimensional).
4) Estimasi pembiayaan untuk menghitung kebutuhan pengembangan kawasan
yang memuat hal-hal berikut:
- Indikasi Biaya Pembangunan Infrastruktur dalam satu kawasan yang
dapat digunakan untuk menyiapkan DED;
- Sumber Pembiayaan; dan
- Tahapan Pembangunan.
5) Penyusunan Kebutuhan Business Plan;
Identifikasi kebutuhan business plan yang perlu dilakukan sekurang-
kurangnya meliputi: manajemen perizinan, manajemen pertanahan,
manajemen perencanaan, manajemen produksi, manajemen penjualan,
manajemen pengelolaan properti, manajemen pengendalian/pengawasan,
manajemen personalia, dan manajemen pembiayaan/pendanaan.
g. FGD Daerah dan Survey Penajaman Data
FGD daerah dilaksanakan pada bulan ke 6 (enam) di lokasi kawasan perencanaan
dengan melibatkan pemerintah tingkat desa dan kecamatan serta SKPD daerah
terkait serta dari instansi pemerintah pusat sekurang-kurangnya mengundang
Camat dan Kepala Desa setempat, adapun pejabat setingkat Eselon II diundang
dalam penyelenggaraan FGD Daerah, sebagai berikut :
1. Asisten Deputi Pemberdayaan Kawasan Perdesaan, Kemenko PMK
2. Asisten Deputi Penataan Ruang dan Kawasan Strategis Ekonomi, Kemenko
Bidang Perekonomian
3. Direktur Daerah Tertinggal, Transmigrasi, dan Perdesaan, Bappenas
4. Direktur Perencanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan, Ditjen PKP,
Kementerian Desa PDTT
5. Asisten Deputi Pengelolaan Batas Wilayah Darat Badan Nasional
Pengelolaan Perbatasan (BNPP)
6. Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman, Ditjen Cipta Karya,
Kementerian PUPR
7. Direktur Keterpaduan Infrastruktur Permukiman, Ditjen Cipta Karya,
Kementerian PUPR
8. PPK Perencanaan dan Pengendalian Program Infrastruktur Permukiman,
Ditjen Cipta Karya, KemenPUPR
9. Kepala Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman Provinsi
Kalimantan Utara, Ditjen Cipta Karya, KemenPUPR
10. Kepala Satuan Kerja Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Provinsi
Kalimantan Utara, Ditjen Cipta Karya, KemenPUPR
11. Kepala Satuan Kerja Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
Provinsi Kalimantan Utara, Ditjen Cipta Karya, KemenPUPR
12. Kepala SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Kalimantan Utara, Ditjen
Penyediaan Perumahan, KemenPUPR
13. Kepala Balai Wilayah Sungai Kalimantan III
14. Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan XII
15. Kepala Dinas PUPR dan Kawasan Permukiman Kabupaten
16. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten
17. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
18. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten
19. Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten
20. Kepala Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian
21. Camat dan kepala desa terkait
 FGD di Kab. Nunukan
FGD tingkat daerah Untuk PLBN Labang dan PLBN Long Widang
dilaksanakan sebanyak 1 (satu) kali pada Kab. Nunukan. Rincian
pembiayaan FGD di Kab. Nunukan terdiri dari pembuatan spanduk
sebanyak 1 set, penggandaan materi untuk 50 set, paket kegiatan full day
untuk 50 orang, uang harian paket full day setingkat Es II untuk 50 orang,
biaya transport peserta 50 orang, sewa mobil 3 unit selama 4 hari, honor
narasumber setingkat Es II sebanyak 2 (dua) orang (Bappeda dan Kepala
Pusat) masing-masing 2 JP, setingkat Es II sebanyak 3 (tiga) orang
masing-masing 1 JP, dan setingkat Esselon III sebanyak 1 (satu) orang 2
JP, Transportasi udara PP (Jakarta – Tarakan; Tarakan - Nunukan) untuk
5 orang, biaya penginapan setingkat Es III untuk 2 orang selama 2 hari,
biaya penginapan setingkat Es IV untuk 3 orang selama 3 hari, serta uang
harian narasumber untuk 2 orang selama 2 hari dan taksi Jakarta PP
untuk 2 orang.
 FGD di Kab. Malinau
FGD tingkat daerah Untuk PLBN Long Nawang dilaksanakan sebanyak 1
(satu) kali pada Kab. Malinau. Rincian pembiayaan FGD di Kab. Nunukan
terdiri dari pembuatan spanduk sebanyak 1 set, penggandaan materi
untuk 50 set, paket kegiatan full day setingkat Es II untuk 50 orang, uang
harian paket full day untuk 50 orang, biaya transport peserta 50 orang,
sewa mobil 3 unit selama 4 hari, honor narasumber setingkat Es II
sebanyak 2 (dua) orang (Bappeda dan Kepala Pusat) masing-masing 2
JP, setingkat Es II sebanyak 3 (tiga) orang masing-masing 1 JP, dan
setingkat Esselon III sebanyak 1 (satu) orang 2 JP, Transportasi udara PP
(Jakarta – Tarakan; Tarakan - Malinau) untuk 5 orang, biaya penginapan
setingkat Es III untuk 2 orang selama 2 hari, biaya penginapan setingkat
ES IV untuk 3 orang selama 3 hari, serta uang harian narasumber untuk 2
orang selama 2 hari dan taksi Jakarta PP untuk 2 orang.
Setelah pelaksanaan FGD Daerah, maka akan dilaksanakan survey penajaman
program. Survey ini dilaksanakan untuk menajamkan dan memverifikasi kembali
program-program berdasarkan masukan yang didapatkan dari rapat FGD daerah.

h. Workshop Unor Kementerian PUPR


Rapat ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan swakelola. Workshop Unor
PUPR bertujuan untuk menajamkan dan memverifikasi program pengembangan
kawasan bidang PUPR (sumberdaya air, bina marga, cipta karya dan perumahan)
berdasarkan hasil analisis dan survey di lokasi PLBN Labang, PLBN Long Midang,
dan PLBN Long Nawang dengan data readiness criteria dan justifikasi Unor PUPR.

i. Seminar Akhir
Seminar Akhir di Jakarta membahas hasil dari Konsepsi Masterplan dan Pra
Desain yang dihadiri oleh instansi pemerintah pusat antara lain Kementerian
Koordinator Bidang Ekonomi, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan, Kementerian Koordinator bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan, Bappenas, Kementerian PUPR, Kementerian Dalam Negeri, Badan
Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP), Kementerian Desa PDTT, Kementerian
ATR, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Luar Negeri,
Kementerian Pertanian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan
Kementerian Perhubungan, dan Kementerian/Lembaga) terkait lainnya, pakar, dan
perwakilan pemerintah daerah pada lokasi PLBN;
Seminar diselenggarakan dengan paket meeting full day setingkat eselon II untuk
60 (enam puluh) orang di Jakarta sesuai ketentuan peraturan berlaku yang
dilaksanakan 1 (satu) kali pada bulan ke 7 (tujuh). Seminar ini mengundang seluruh
unit organisasi yang bersifat teknis di mengundang unor dan sektor yang terkait,
serta Stakeholder terkait pelaksanaan pekerjaan;
Seminar akhir juga menghadirkan perwakilan pemerintah daerah dari yang disusun
masterplannya, yaitu sebanyak 1 (satu) orang Kepala Bappeda Kabupaten
Nunukan, 1 (satu) orang Kepala Bappeda Kabupaten Malinau, dan 1 (satu) orang
perwakilan Bappeda Provinsi Kalimantan Utara dengan pembiayaan sekurang-
kurangnya terdiri dari: tiket pesawat PP Kabupaten-Jakarta-Kabupaten, penginapan
setingkat eselon III untuk 2 malam, uang harian untuk 2 hari, taksi jakarta PP dan
taksi daerah PP untuk masing-masing perwakilan lokasi.
Seminar akhir sekurang – kurangnya dihadiri oleh 60 (enam puluh) peserta yang
terdiri dari Kementerian / Lembaga dengan paket meeting fullday setingkat eselon II
sejumlah 60 pax, perwakilan daerah (Bappeda Kabupaten dan Bappeda Provinsi),
dan honor untuk: moderator sebanyak 1 (satu) orang, narasumber dari pakar
perencana 1 (satu) orang 1 JP, narasumber setingkat eselon II sebanyak 3 (tiga)
orang masing-masing 2 JP, narasumber setingkat eselon III sebanyak 2 (dua)
orang masing-masing 2 JP. Kelengkapan seminar sekurang – kurangnya meliputi:
penggandaan materi 60 (enam puluh) set, spanduk 1 (satu) buah, seminar kit
(tas/usb) 60 (enam puluh) set, uang harian paket full day serta biaya transport
untuk 60 (enam puluh) orang.
j. Pembahasan Laporan Akhir
 Pembahasan Laporan Akhir diselenggarakan dengan paket meeting halfday
sesuai ketentuan peraturan yang berlaku yang diselenggarakan pada bulan 8
dalam pekerjaan ini dengan mengundang seluruh unit organisasi yang bersifat
teknis di lingkungan Kementerian PUPR dan stakeholder terkait pelaksanaan
pekerjaan dan sekurang-kurangnya dihadiri 30 (tiga puluh) peserta serta
mengundang narasumber setingkat eselon II sebanyak 1 orang 2 JP dan
narasumber setingkat eselon III sebanyak 1 orang 2 JP;
 Adapun Laporan Akhir sekurang-kurangnya memuat landasan teori dan
kebijakan; pendekatan, metodologi (pengumpulan data dan analisis); Program
Kerja (rencana tahapan pelaksanaan dan jadwal pekerjaan); Profil Kawasan
(gambaran umum kawasan, potensi, permasalahan, kedudukan kawasan, dan
isu strategis kawasan, profil infrastruktur); Analisis Kawasan (posisi kawasan
dalam konstelasi regional, lingkungan fisik, potensi ekonomi pengembangan
kawsan, sistem agribisnis, kependudukan, kebutuhan pengembangan
infrastruktur); Konsep Pengembangan Kawasan; Keterpaduan Pembangunan
Infrastruktur dan Sinkronisasi Program, Program Pengembangan Kawasan;
Analisis Sumber Pembiayaan; Pra Desain Kawasan Prioritas; Bill of Quantities
(BOQ); Pra Studi Kelayakan; Rencana Pengembanan Bisnis Potensi Kawasan
dan Strategi Implementasi; dan
 Kelengkapan pembahasan terdiri dari penggandaan materi sebanyak 30 (tiga
puluh) set, uang saku halfday untuk 30 (tiga puluh) orang, dan transport untuk
masing-masing peserta sebanyak 30 (tiga puluh) orang.
F. KELUARAN
Keluaran dari kegiatan ini adalah sebagai berikut :
1. Dokumen penyusunan Rencana Pengembangan Pusat-Pusat Permukiman yang
Mendukung Optimalisasi PLBN Labang, PLBN Long Midang, dan PLBN Long
Nawang di Perbatasan Darat di Kalimantan sesuai dengan lokasi arahan RPJMN
2015-2019, yang memuat sekurang-kurangnya :
a. Profil dan kinerja kawasan pusat permukiman dengan telaah secara mendalam
terkait identifikasi lokasi kawasan permukiman, delineasi pusat permukiman,
kondisi eksisting terkait infrastruktur PUPR serta infrastruktur strategis lainnya di
kawasan permukiman, kondisi eksisting terkait kependudukan, jaringan
transportasi, struktur ekonomi, kelembagaan, lingkungan, ketersediaan sumber
daya air, permukiman, kondisi geografis, serta posisi pusat permukiman dalam
konstelasi regional;
b. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pusat Permukiman
c. Analisis Pengembangan Pusat Permukiman sekurang-kurangnya mencakup
analisis posisi kawasan dalam konstelasi regional, analisis lingkungan fisik serta
kecenderungan perkembangan kawasan, analisis potensi ekonomi
pengembangan kawasan, analisis isu strategis dan permasalahan
pengembangan kawasan, analisis proyeksi pertumbuhan penduduk, analisis
jaringan prasarana kawasan, analisis proyeksi kebutuhan pengembangan
infrastruktur, analisis sumber pembiayaan dan kelayakan ekonomi, analisis
pertumbuhan fisik dan ekonomi sebagai dampak dari pembangunan
infrastruktur, analisis isu strategis kawasan.
d. Konsep Pengembangan Pusat-Pusat Permukiman
 Penentuan pusat permukiman yang mampu mendukung fungsi dan peran
PLBN dan kawasan perbatasan;
 Pemilihan kawasan prioritas yang akan ditangani (indikator yang digunakan
pemilihan harus melalui proses pengkajian dan harus memenuhi keriteria
yaitu menjadi daya ungkit aktivitas kawasan perbatasan, merupakan
kawasan strategis dari sisi fisik, sosial dan ekonomi);
 Prospek pengembangan kawasan melalui analisis potensi ekonomi, analisis
aktivitas, serta analisis backward and forward linkage;
 Adanya alur distribusi pergerakan manusia dan barang serta aktivitas utama
dan pendukung kawasan;
e. Model Pengembangan Kawasan
f. Program dan kegiatan infrastruktur PUPR dan infrastrutur strategis lainnya (non-
PUPR) di Pusat Permukiman Kab. Nunukan dan Kab. Malinau di Kawasan
sekitar PLBN untuk jangka panjang (10 tahun), jangka menengah (5 tahun), dan
tahunan (1 tahun) yang sekurang-kurangnya memuat sebelas aspek
pengembangan kawasan pusat permukiman, meliputi:
 Pengembangan infrastruktur transportasi dan sumber daya air
 Pengembangan permukiman dan kesehatan
 Penerapan teknologi informasi komunikasi
 Pembangunan suplai energi
 Penerapan teknologi dan inovasi
 Pengembangan kelembagaan dan kerjasama
 Pengembangan pendidikan kejuruan dan pelatihan keterampilan
 Peningkatan fungsi pemanfaatan kawasan;
2. Album Peta Rencana Pengembangan Pusat-Pusat Permukiman di sekitar PLBN
Labang, PLBN Long Midang, dan PLBN Long Nawang.
3. Peta spasial dan peta indikasi program pada skala 1:5000 untuk pusat permukiman
di sekitar PLBN Labang dan PLBN Long Midang di Kabupaten Nunukan, serta PLBN Long
Nawang di Kabupaten Malinau.
4. Pra-Desain Program-program prioritas pengembangan pusat permukiman pada
skala 1:1000.
5. Visualisasi 3 dimensi untuk pusat pengembangan pusat permukiman dan program-
program prioritas.
6. Video profil dan pengembangan kawasan. Untuk konten yang terdapat dalam output
video adalah meliputi gambaran umum kawasan, konektivitas, potensi dan
permasalahan kawasan, program prioritas kawasan, dan menampilkan animasi 3D
untuk kawasan prioritas kawasan
7. Desain dan layout untuk kebutuhan panel-panel pameran.
8. Laporan pelaksanaan kegiatan penyusunan Rencana Pengembangan Pusat-Pusat
Permukiman yang Mendukung Optimalisasi PLBN Labang, PLBN Long Midang, dan
PLBN Long Nawang di Perbatasan Darat di Kalimantan (lap. Bulanan, lap.
Pendahuluan, lap. Antara, lap. Akhir, proceeding, dan buku deluxe).

G. MANFAAT
Manfaat dari kegiatan ini adalah sebagai bahan acuan pembahasan program
pengembangan dalam rangka kegiatan pra-konsultasi regional untuk mendukung
pengembangan pusat-pusat permukiman di sekitar PLBN Labang, PLBN Long Midang,
dan PLBN Long Nawang. Sesuai dengan business process pemrograman Kementerian
PUPR, BPIW berperan sebagai penyusun arahan program pengembangan infrastruktur
PUPR sehingga diperlukan perencanaan secara menyeluruh (konprehensif) dan
terpadu (integratif) dibawah koordinasi BPIW.

H. JADWAL TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN


Kegiatan penyusunan Rencana Pengembangan Pusat-Pusat Permukiman yang Mendukung
Optimalisasi PLBN Labang, PLBN Long Midang, dan PLBN Long Nawang di Perbatasan
Darat di Kalimantan dilaksanakan selama 8 (delapan) bulan kalender secara berturut-turut
untuk tahun anggaran 2019.
Tabel 5. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
Bulan ke-
No Tahapan Pekerjaan
1 2 3 4 5 6 7 8
A. Persiapan dan Organisasi Kerja
1. Mobilisasi tenaga ahli, asisten tenaga ahli, dan tenaga 
pendukung
2. Kajian Literatur, Teori, dan Benchmark 
3. Review terhadap kebijakan pengembangan kawasan 
perdesaan serta pembangunan infrastruktur
berdasarkan rencana pembangunan dan rencana tata
ruang baik nasional, provinsi, kabupaten dan sektoral
4. Identifikasi Stakeholder Pusat dan Daerah 
5. Pengumpulan Data dan Informasi Awal Wilayah 
Perencanaan
6. Penyusunan Peta Dasar 
7. Penajaman Metodologi pelaksanaan pekerjaan 
8. Inventarisasi kebutuhan data, desain survei, dan 
perangkat survei
9. Penyusunan Rencana Kerja dan Jadwal Rinci 
Pelaksanaan Pekerjaan
10. Pembahasan RMK 
11. Pembahasan Laporan Pendahuluan 
Bulan ke-
No Tahapan Pekerjaan
1 2 3 4 5 6 7 8
B. Pengumpulan Data
1. Pengumpulan Data Sekunder di Tingkat Pusat  
2. Pengumpulan Data Sekunder di Tingkat Daerah   
3. Pengumpulan Data Primer Infrastruktur   
4. Rembug kawasan tingkat kecamatan dalam membahas 
isu strategis kawasan
C. Penetapan Lokasi Kawasan Perdesaan Prioritas
Nasional
1. Analisis dan komparasi kedudukan masing-masing 
wilayah
2. Analisis potensi ekonomi pengembangan kawasan 
3. Rapat Koordinasi Tingkat Daerah dalam penentuan 
locus Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional
D. Analisis Pengembangan Kawasan Perdesaan
1. Analisis posisi kawasan dalam konstelasi regional dan 
global
2. Analisis lingkungan fisik (built environment) struktur dan 
serta kecenderungan perkembangan kawasan
3. Analisis potensi ekonomi pengembangan kawasan 

4. Analisis isu strategis dan permasalahan pengembangan 


kawasan
5. Analisis system agribisnis dari hulu ke hilir, meliputi sub 
system produksi, sub system pengolahan, dan sub
system pemasaran
6. Analisis proyeksi pertumbuhan penduduk dan ekonomi 
kawasan
7. Analisis kebutuhan pengembangan infrastruktur yang 
mendukung pengembangan ekonomi kawasan
8. Analisis kebutuhan pengembangan infrastruktur yang 
mendukung terpenuhi Standar Pelayanan Minimal
Permukiman Perdesaan
9. Analisis keterpaduan program dan sinkronisasi 
pembangunan infrastruktur
10. Analisis sumber pembiayaan dan kelayakan 
ekonomi/investasi
E. Penyusunan Profil Kawasan Eksisting
1. Penentuan nama, luas dan deliniasi kawasan 
2. Penyajian Hasil Survei Primer dilihat dari berbagai 
aspek karakteristik
3. Pembahasan Laporan Antara 
F. Penyusunan Rencana dan Program
1. Penyusunan Rencana Ultimate Pengembangan 
Kawasan dan Infrastruktur
2. Penyusunan Program Pembangunan Infrastruktur 
Bulan ke-
No Tahapan Pekerjaan
1 2 3 4 5 6 7 8
PUPR dan Non-PUPR berdasarkan kebutuhan jangka
panjang, jangka menengah dan jangka pendek
3. Perumusan Key Performance Indicators (KPI) untuk 
infrastruktur dan rencana pengembangan (development
plan) kawasan perdesaan
4. Penyusunan Strategi Keterpaduan Pengembangan 
Kawasan dan Infrastruktur
5. FGD Pusat Ekspose Konsepsi Pengembangan 
Pusat-Pusat Permukiman
G. Penyusunan Pra-Desain Pusat Pengembangan
Kawasan dan Program Prioritas Pengembangan
Pusat-Pusat Permukiman
1. Survei primer program prioritas 
2. Penyusunan Program Bangunan dan Lingkungan 
3. Penyusunan Rencana Umum dan Panduan Rancangan 
4. Penyusunan BOQ (Bill of Quantity) 
5. Penyusunan Kebutuhan Business Plan 
6. FGD Daerah 
7. Seminar Akhir 
8. Pembahasan Laporan Akhir 
H. Penyusunan dan Penyerahan Laporan
1. RMK 
2. Laporan Bulanan        
3. Laporan Pendahuluan 
4. Laporan Antara 
5. Prosiding 
6. Laporan Akhir Rencana Pengembangan Pusat 
Permukiman Kawasan Perbatasan
7. Buku Deluxe Executive Summary Rencana 
Pengembangan Pusat Permukiman Kawasan
Perbatasan
8. Album Peta dan Foto Udara Kawasan Pusat 
Permukiman
9. DVD Laporan 

I. PERSONIL
Kegiatan ini dikategorikan ke dalam jenis kegiatan jasa konsultansi, dan dilakukan oleh
konsultan dan diminta memberikan layanan jasa tenaga ahli yang dibutuhkan yang
terdiri dari tim kerja serta tenaga pendukungnya. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini
dibutuhkan 1 orang Team Leader, 9 orang Tenaga Ahli dan 3 orang Tenaga Sub
Profesional dengan total 83 MM, sebagaimana yang dijelaskan dalam tabel berikut ini:
TABEL 4. Kebutuhan Dan Mobilisasi Tenaga Ahli, Tenaga
Sub Profesional Dan Tenaga Pendukung

Jumlah Jumlah
Kualifikasi
Orang Bulan
No Posisi/Jabatan
Pendidikan keahlian pengalaman

Tenaga Ahli Nasional


Ahli utama (12
Ahli Perencanaan bulan)/
1. Wilayah Kota S1 PWK SKA 1 (satu) 8
(Ketua Tim) Ahli madya (48
bulan)

Ahli madya (12


Ahli Perencanaan bulan)/
2. S1 PWK SKA 1 (satu) 8
Wilayah Ahli muda (36
bulan)

Ahli madya (12


bulan)/
3. Ahli Arsitektur S1 Arsitektur SKA 1 (satu) 6
Ahli muda (36
bulan)

S1
Ahli Pemetaan Geodesi/Geografi/ - 36 bulan 1 (satu) 8
4.
PWK

Ahli madya (12


bulan)/
5. Ahli Sipil S1 Teknik Sipil SKA 1 (satu) 5
Ahli muda (36
bulan)

Ahli madya (12


Ahli Teknik S1 Teknik bulan)/
6. SKA 1 (satu) 6
Lingkungan Lingkungan Ahli muda (36
bulan)

S1 PWK/Ekonomi
Ahli Ekonomi
7. Wilayah/ Ekonomi - 36 bulan 1 (satu) 7
Wilayah
Pembangunan

S1 Arsitektur/ Ahli madya (12


Ahli Permukiman Perencanaan bulan)/
8. SKA 1 (satu) 6
dan Perumahan Wilayah dan Ahli muda (36
Kota/Sipil bulan)
Jumlah Jumlah
Kualifikasi
Orang Bulan
No Posisi/Jabatan
Pendidikan keahlian pengalaman

S1
Ahli Pembiayaan Ekonomi/Manajem
dan Investasi en
9. - 36 bulan 1 (satu) 6
Infrastruktur dan Keuangan/Bisnis
Permukiman Manajemen/PWK/
Arsitektur
Ahli Komunikasi S1 Desain
Visual/Desain Grafis/Arsitek/Desa 5
10. - 12 bulan 1 (satu)
grafis/Animasi 3D in Komunikasi
Visual
Tenaga Sub Profesional

1. Tenaga Sub S1 PWK - 12 bulan 8


Profesional
Perencana 1 (satu)
Wilayah Kota

2. Tenaga Sub S1 Arsitektur - 12 bulan 1 (satu) 5


Profesional
Arsitektur

3. Tenaga Sub S1 PWK/S1 - 12 bulan 1 (satu) 5


Profesional Lingkungan
Perumahan dan
Permukiman

Adapun kualifikasi tenaga ahli tersebut adalah sebagai berikut :

a. Ketua Tim atau Team Leader


Merupakan tenaga ahli utama dengan pengalaman minimal 12 (dua belas) bulan atau
tenaga ahli madya dengan pengalaman minimal 48 (empat puluh delapan) bulan sesuai
dengan Keputusan Menteri PUPR Nomor 897/KPTS/M/2017 tentang Besaran
Remunerasi Minimal Tenaga Kerja Konstruksi pada Jenjang Jabatan Ahli untuk Layanan
Jasa Konsultansi Konstruksi.
Ketua tim merupakan lulusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK)/Planologi
dari perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah disamakan dengan
negeri, berijazah minimal S1 yang dilengkapi dengan sertifikasi yang diakui oleh LPJK
dan/atau asosiasi dibidangnya dan surat pengalaman kerja pada penanganan kegiatan
dalam bidang perencanaan wilayah.
Tenaga Ahli PWK memiliki tugas untuk merencanakan dan melaksanakan semua
kegiatan dalam aspek perencanaan kawasan. Sebagai ketua tim, Tenaga Ahli PWK
bertanggungjawab mengkoordinir tugas-tugas tenaga ahli lainnya, menerima laporan,
perkembangan dari aktivitas setiap anggota tim, dan soliditas/kekompakan tim, sehingga
dicapai tujuan, sasaran, output, outcome, benefit, dan dampak positif dari kegiatan ini.
b. Ahli Perencanaan Wilayah Kota
Merupakan tenaga ahli madya dengan pengalaman minimal 12 (dua belas) bulan atau
tenaga ahli muda dengan pengalaman minimal 36 (tiga puluh enam) bulan sesuai
Keputusan Menteri PUPR Nomor 897/KPTS/M/2017 tentang Besaran Remunerasi
Minimal Tenaga Kerja Konstruksi pada Jenjang Jabatan Ahli untuk Layanan Jasa
Konsultansi Konstruksi.
Merupakan Sarjana lulusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota dari perguruan tinggi
negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah disamakan dengan negeri, berijazah
minimal S1 yang dibuktikan dengan sertifikasi dibidangnya yang dilengkapi dengan
sertifikasi yang diakui oleh LPJK dan/atau asosiasi dibidangnya dan surat pengalaman
kerja pada penyusunan program dan kegiatan pengembangan infrastruktur wilayah, serta
berpengalaman dalam penyusunan studi kelayakan perumahan.
Ahli Perencanaan Wilayah Kota memiliki tugas melakukan pengumpulan data dan
merencanakan dan melaksanakan semua kegiatan dalam aspek perencanaan
pengembangan wilayah di Kawasan Perbatasan.
Sebagai anggota tim, Ahli Perencanaan Wilayah Kota bertanggungjawab terhadap
pengumpulan data dan informasi mengenai perumahan dan permukiman, pengolahan
dan analisis data, dan penyampaian laporan hasil analisis kepada ketua tim
c. Ahli Arsitektur
Merupakan tenaga ahli madya dengan pengalaman minimal 12 (dua belas) bulan atau
tenaga ahli muda dengan pengalaman minimal 36 (tiga puluh enam) bulan sesuai
Keputusan Menteri PUPR Nomor 897/KPTS/M/2017 tentang Besaran Remunerasi
Minimal Tenaga Kerja Konstruksi pada Jenjang Jabatan Ahli untuk Layanan Jasa
Konsultansi Konstruksi.
Tenaga ahli arsitektur merupakan sarjana lulusan Teknik Arsitektur dari perguruan tinggi
negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah disamakan dengan negeri, berijazah
minimal S1 yang dilengkapi dengan sertifikasi yang diakui oleh LPJK dan/atau asosiasi
dibidangnya dan surat pengalaman kerja pada penanganan kegiatan dalam bidang
perancangan kota/wilayah perdesaan.
Tenaga Ahli Arsitektur memiliki tugas merencanakan dan melaksanakan semua kegiatan
dalam aspek design/gambar-gambar arsitektur dan perancangan kawasan perdesaan,
beserta detail-detailnya yang diperlukan serta bertanggungjawab memberikan laporan
kepada ketua tim terhadap perkembangan dari aktivitasnya sehingga dicapai tujuan,
sasaran, output, outcome, benefit, dan dampak positif dari kegiatan ini.
d. Ahli Sipil
Merupakan tenaga ahli madya dengan pengalaman minimal 12 (dua belas) bulan atau
tenaga ahli muda dengan pengalaman minimal 36 (tiga puluh enam) bulan sesuai
Keputusan Menteri PUPR Nomor 897/KPTS/M/2017 tentang Besaran Remunerasi
Minimal Tenaga Kerja Konstruksi pada Jenjang Jabatan Ahli untuk Layanan Jasa
Konsultansi Konstruksi.
Ahli sipil merupakan sarjana lulusan Teknik Sipil dari perguruan tinggi negeri atau
perguruan swasta yang telah disamakan dengan negeri, berijazah minimal S1 yang
dilengkapi dengan sertifikasi yang diakui oleh LPJK dan/atau asosiasi dibidangnya dan
surat pengalaman kerja pada penyusunan program dan kegiatan pengembangan
infrastruktur wilayah.
Tenaga ahli sipil memiliki tugas melakukan analisa transportasi dan pengembangan
jaringan jalan dalam mendukung ketahanan pangan di kawasan perdesaan,
mengidentifikasi dan merumuskan ketentuan teknis perencanaan program-program
prioritas, mengupayakan dan menyimpulkan hasil survey lapangan, membuat konsep
dasar, outline sistem struktur, rencana struktur, serta perhitungan awal struktur, dan
membuat prakiraan biaya awal.
e. Ahli Lingkungan
Merupakan tenaga ahli madya dengan pengalaman minimal 12 (dua belas) bulan atau
tenaga ahli muda dengan pengalaman minimal 36 (tiga puluh enam) bulan sesuai
Keputusan Menteri PUPR Nomor 897/KPTS/M/2017 tentang Besaran Remunerasi
Minimal Tenaga Kerja Konstruksi pada Jenjang Jabatan Ahli untuk Layanan Jasa
Konsultansi Konstruksi.
Tenaga ahli Lingkungan merupakan sarjana lulusan Teknik Lingkungan dari perguruan
tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah disamakan dengan negeri,
berijazah minimal S1 yang dilengkapi dengan sertifikasi yang diakui oleh LPJK dan/atau
asosiasi dibidangnya dan surat pengalaman kerja pada penanganan kegiatan dalam
bidang teknik lingkungan.
Tenaga Ahli Lingkungan memiliki tugas merencanakan dan melaksanakan semua
kegiatan dalam aspek pengendalian lingkungan yang menyangkut penyediaan air minum,
sistem pembuangan limbah, sistem drainase dan sanitasi lingkungan, pengendalian
pencemar dan pengelolaan kualitas air, tanah, dan udara, serta pengendalian dan
pengelolaan dampak lingkungan.
Sebagai anggota tim, Tenaga Ahli Lingkungan bertanggungjawab terhadap pengumpulan
data dan informasi mengenai kondisi lingkungan kawasan, pengolahan dan analisis data
kondisi lingkungan, dan penyampaian laporan hasil analisis lingkungan kepada ketua tim.

f. Ahli Ekonomi Wilayah


Merupakan tenaga ahli ekonomi wilayah dengan pengalaman minimal 36 (tiga puluh
enam) bulan sesuai Keputusan Menteri PUPR Nomor 897/KPTS/M/2017 tentang
Besaran Remunerasi Minimal Tenaga Kerja Konstruksi pada Jenjang Jabatan Ahli untuk
Layanan Jasa Konsultansi Konstruksi.
Merupakan Sarjana lulusan Ekonomi Studi Pembangunan/PWK dari perguruan tinggi
negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah disamakan dengan negeri, berijazah
minimal S1 ekomomi studi pembangunan dengan pengalaman paling sedikit 36 (tiga
puluh enam) bulan yang dibuktikan dengan surat pengalaman kerja pada penanganan
kegiatan dalam bidang ekonomi perkotaan atau berijazah minimal S1 PWK dengan
pengalaman ahli madya paling sedikit 12 (dua belas) bulan/ ahli muda paling sedikit 36
(tiga puluh enam) bulan yang dibuktikan dengan sertifikasi yang diakui oleh LPJK
dan/atau asosiasi dibidangnya dan surat pengalaman kerja pada penanganan kegiatan
dalam bidang ekonomi perkotaan.
Ahli Ekonomi Wilayah memiliki tugas melakukan pengumpulan data dan melakukan
kajian aspek ekonomi pengembangan kewilayahan yang akan menjadi masukan bagi
perencanaan infrastruktur dan pengembangan kawasan perbatasan. Sebagai anggota
tim, Ahli Ekonomi Wilayah bertanggungjawab terhadap pengumpulan data dan informasi
mengenai kondisi ekonomi kawasan, pengolahan dan analisis data kondisi ekonomi, dan
penyampaian laporan hasil analisis ekonomi kepada ketua Tim.
g. Ahli Permukiman dan Perumahan
Merupakan tenaga ahli madya dengan pengalaman minimal 12 (dua belas) bulan atau
tenaga ahli muda dengan pengalaman minimal 36 (tiga puluh enam) bulan sesuai
Keputusan Menteri PUPR Nomor 897/KPTS/M/2017 tentang Besaran Remunerasi
Minimal Tenaga Kerja Konstruksi pada Jenjang Jabatan Ahli untuk Layanan Jasa
Konsultansi Konstruksi.
Merupakan Sarjana lulusan Teknik Arsitektur/Perencanaan Wilayah dan Kota/Teknik
Lingkungan/Sipil dari perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah
disamakan dengan negeri, berijazah minimal S1 yang dibuktikan dengan sertifikasi
dibidangnya yang dilengkapi dengan sertifikasi yang diakui oleh LPJK dan/atau asosiasi
dibidangnya dan surat pengalaman kerja pada penyusunan program dan kegiatan
pengembangan infrastruktur wilayah, serta berpengalaman dalam penyusunan studi
kelayakan perumahan.
Ahli Perumahan dan Permukiman memiliki tugas melakukan pengumpulan data dan
merencanakan dan melaksanakan semua kegiatan dalam aspek perencanaan kawasan
perumahan dan infrastruktur permukiman di Kawasan Perbatasan.
Sebagai anggota tim, Ahli Perumahan dan Permukiman bertanggungjawab terhadap
pengumpulan data dan informasi mengenai perumahan dan permukiman, pengolahan
dan analisis data, dan penyampaian laporan hasil analisis kepada ketua tim.

h. Ahli Pembiayaan dan Investasi Infrastruktur dan Permukiman


Merupakan tenaga ahli madya dengan pengalaman minimal 12 (dua belas) bulan atau
tenaga ahli muda dengan pengalaman minimal 36 (tiga puluh enam) bulan sesuai
Keputusan Menteri PUPR Nomor 897/KPTS/M/2017 tentang Besaran Remunerasi
Minimal Tenaga Kerja Konstruksi pada Jenjang Jabatan Ahli untuk Layanan Jasa
Konsultansi Konstruksi.
Merupakan Sarjana lulusan Ekonomi/Manajemen Keuangan/Bisnis
Manajemen/PWK/Arsitektur/Sipil dari perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi
swasta yang telah disamakan dengan negeri, berijazah minimal S1 yang dibuktikan
dengan sertifikasi dibidangnya yang dilengkapi dengan sertifikasi yang diakui oleh LPJK
dan/atau asosiasi dibidangnya dan surat pengalaman kerja pada penanganan kegiatan
dalam bidang perencanaan pembiayaan (financing) infrastruktur dan manajemen
investasi infrastruktur, serta berpengalaman dalam penyusunan studi kelayakan
pembiayaan infrastruktur.
Ahli Pembiayaan dan Investasi Infrastruktur dan Permukiman memiliki tugas melakukan
pengumpulan data dan merencanakan dan melaksanakan semua kegiatan dalam aspek
pembiayaan dan aspek manajemen investasi infrastruktur, terutama investasi dan
pembiayaan pembangunan infrastruktur, beserta detil-detilnya yang diperlukan untuk
tahap penyusunan studi ini.
Sebagai anggota tim, Ahli Pembiayaan dan Investasi Infrastruktur dan Permukiman
bertanggungjawab terhadap pengumpulan data dan informasi mengenai pembiayaan,
kondisi dan prospek investasi kawasan, pengolahan dan analisis pembiayaan dan
investasi kawasan, dan penyampaian laporan hasil analisis pembiayaan dan analisis
investasi kawasan kepada ketua tim.
i. Ahli Komunikasi Visual/ Desain Grafis/ Animasi 3D
Merupakan tenaga ahli dengan pengalaman minimal 36 (tiga puluh enam) bulan sesuai
Keputusan Menteri PUPR Nomor 897/KPTS/M/2017 tentang Besaran Remunerasi
Minimal Tenaga Kerja Konstruksi pada Jenjang Jabatan Ahli untuk Layanan Jasa
Konsultansi Konstruksi.
Tenaga ahli Komunikasi Visual/Desain Grafis merupakan sarjana lulusan Desain
Grafis/Desain Komunikasi Visual dari perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi
swasta yang telah disamakan dengan negeri, berijazah minimal S1 yang dilengkapi
dengan surat pengalaman kerja pada pengolahan data spasial dan pemetaan kawasa.
Tenaga Ahli Komunikasi Visual/Desain Grafis memiliki tugas menjabarkan konsep
pengembangan kawasan perkotaan dalam peta pengembangan. Selain itu juga
membantu menerjemahkan perencanaan kawasan menjadi desain grafis yang informatif.
Sehingga output kegiatan yang diharapkan dapat diinformasikan/ditampilkan dengan
baik, dan penyampaian laporan hasil analisis lingkungan kepada ketua tim.
j. Ahli Pemetaan
Merupakan tenaga ahli dengan pengalaman minimal 36 (tiga puluh enam) bulan sesuai
Keputusan Menteri PUPR Nomor 897/KPTS/M/2017 tentang Besaran Remunerasi
Minimal Tenaga Kerja Konstruksi pada Jenjang Jabatan Ahli untuk Layanan Jasa
Konsultansi Konstruksi.
Tenaga ahli pemetaan merupakan sarjana lulusan Teknik Geodesi/Teknik Geografi/PWK
dari perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah disamakan dengan
negeri, berijazah minimal S1 dengan pengalaman dalam pengolahan peta spasial dan
peta kawasan.
Ahli pemetaan memiliki tugas menjabarkan konsep pengembangan wilayah perdesaan
dalam peta pengembangan. Selain itu juga membantu seluruh tenaga ahli yang
berhubungan peta. Sehingga seluruh kebutuhan pemetaan dalam kegiatan dapat
terpenuhi dan seluruh output kegiatan yang diharapkan dapat terpetakan dengan baik
dan informatif.

Adapun kualifikasi tenaga sub-profesional adalah sebagai berikut :


a) Tenaga sub-Profesional Perencanaan Wilayah
Merupakan sarjana lulusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
(PWK)/Planologi dari perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang
telah disamakan dengan negeri, berijazah minimal S1 dengan pengalaman
minimal 12 (dua belas) bulan. tenaga sub-profesional Perencanaan Wilayah
memiliki tugas membantu dan melaksanakan arahan dari tenaga ahli
perencanaan wilayah dan kota dalam aspek perencanaan spasial kawasan
perencanaan dan kawasan strategis prioritas. Selain itu, tenaga sub profesional
perencanaan wilayah juga terlibat langsung dalam penyusunan laporan,
merumuskan tujuan, sasaran, output, outcome, benefit dan dampak positif dari
kegiatan ini.
b) Tenaga sub-Profesional Perumahan dan Permukiman
Merupakan sarjana lulusan Teknik Sipil/Teknik Lingkungan dari perguruan tinggi
negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah disamakan dengan negeri,
berijazah S1 dengan pengalaman minimal 12 ( dua belas ) bulan.

Sub Professional Teknik Sipil memiliki tugas untuk membantu ahli Perumahan
dan Permukiman untuk mengumpulkan data dan informasi, merencanakan dan
melaksanakan semua kegiatan dalam aspek analisis, interpretasi dan evaluasi
data infrastruktur terkait kawasan permukiman perbatasan.
c) Tenaga sub-Profesional Arsitektur
Merupakan sarjana lulusan Teknik Arsitektur dari perguruan tinggi negeri atau
perguruan tinggi swasta yang telah disamakan dengan negeri, berijazah S1
dengan pengalaman minimal 12 ( dua belas ) bulan.
tenaga sub-profesional arsitektur memiliki tugas membantu dan melaksanakan
arahan dari tenaga ahli arsitektur dalam aspek aspek desain/gambar-gambar
arsitektur dan perancangan kawasan perdesaan beserta detail-detailnya. Selain
itu, tenaga sub professional arsitektur juga terlibat langsung dalam penyusunan
laporan, merumuskan tujuan, sasaran, output, outcome, benefit dan dampak
positif dari kegiatan ini.

J. SUMBER PENDANAAN
Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan APBN Tahun Anggaran 2019 sebesar Rp.
2.700.000.000,- (dua milyar tujuh ratus juta rupiah) termasuk PPN.
K. NAMA DAN ORGANISASI PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
Nama Pejabat Pembuat Komitmen: Benny Hermawan, ST., M.Sc
Satuan Kerja: Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan.

L. TIPE PELAKSANAAN KEGIATAN


Pekerjaan ini dilaksanakan secara kontraktual dengan jenis jasa konsultansi.

M. METODOLOGI

Kegiatan ini dilaksanakan dengan metode sebagai berikut:


1. Desk Study
Metode desk study yaitu cara pengumpulan data dan informasi melalui
pemeriksanaan dan analisis data dan informasi yang menggunakan data sekunder,
baik berupa dokumen-dokumen data, hasil studi terdahulu dan praturan perundang-
undangan baik yang diperoleh dalam bentuk buku maupun hasil pencarian di
internet.
2. Pembahasan Laporan Pendahuluan
Pembahasan laporan pendahuluan dimaksud memberikan penjelasan antara
penyedia jasa, pengguna jasa dan stakeholder untuk mengkonfirmasi pekerjaan,
output yang diharapkan, serta identifikasi stakeholder baik pemerintah pusat,
pemerintah daerah, kelompok masyarakat dan dunia usaha dengan mencatat nama,
alamat dan nomor kontak/email yang dapat dihubungi untuk mempermudah interaksi
di masa yang akan datang.

3. Pengumpulan Data Sekunder


Pelaksanaan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan metode kunjungan ke
instansi Pemerintah, Swasta baik pusat dan daerah hasil identifikasi stakeholder.
Penyedia jasa wajib menyusun perangkat survei. Pengumpulan data sekunder
dilakukan melalui:
- Pengumpulan data sekunder pada berbagai instansi terkait;
- Pengumpulan data primer untuk melengkapi ketersediaan data sekunder;
- Pengumpulan dokumen kebijakan/kajian terdahulu terkait pekerjaan serupa;
- Pengolahan dan penstrukturan data, serta penyajian dalam format yang menarik
seperti grafik (chart), peta, dan infografis.

4. Rapat koordinasi awal di Kantor Bappeda/Kantor Kecamatan


Rapat koordinasi awal di Bappeda/Kantor Kecamatan bertujuan untuk
mensosialisasikan kegiatan, melakukan identifikasi awal terhadap potensi dan
permasalahan kawasan, serta untuk mendapatkan data awal program-program
prioritas usulan aparat desa. Untuk itu sebelum dilaksanakan kunjungan, terlebih
dahulu harus dijalin komunikasi yang intensif antara konsultan dan pemerintah
daerah. Sebelum dilaksanakan rapat koordinasi, konsultan terlebih dahulu harus
melaksanakan diskusi kecil dengan Kepala Bappeda dan pejabat terkait untuk
menentukan delineasi kawasan pusat-pusat permukiman. Dengan demikian desa-
desa yang diundang pada rapat koordinasi adalah desa-desa yang selanjutnya akan
disurvey untuk disusun masterplannya.

5. Pengumpulan Data Primer Infrastruktur melalui Field Study (survey pertama)


Pelaksanaan pengumpulan data primer dilakukan dengan mengunjungi lokasi dan
mengamati kondisi infrastruktur utama kawasan perdesaan dan kota kecil dengan
melakukan pengambilan gambar foto dan gambar video, pencatatan koordinat lokasi
kawasan kumuh perdesaan, infrastruktur, dan kawasan prioritas menggunakan GPS,
dan wawancara dengan stakeholder setempat yaitu:
 Infrastruktur Jalan dan Jembatan yang mendukung aksesbilitas kawasan ke
PLBN dan lokasi potensial lainnya serta kewenangan masing-masing
infrastruktur;
 Infrastruktur Sumber Daya Air yang mendukung sentra produksi, sentra
pengolahan, dan sentra pemasaran serta kewenangan masing-masing
infrastruktur;
 Pendukung pengembangan permukiman serta kesehatan;
Pengumpulan data primer/survey lapangan dilakukan sebanyak 2 kali. Survey
pertama dilaksanakan ditujukan untuk mendetailkan potensi dan permasalahan
kawasan setelah dilaksanakan rapat koordinasi awal dan menganalisis sistem
jaringan perkotaan dan sistem agribisnis kawasan perdesaan (produksi, pengolahan,
pemasaran). Pada survey pertama juga dilakukan delineasi kawasan prioritas dan
program-program prioritas yang didapatkan dari diskusi dengan pemerintah daerah
dan analisis yang dilakukan konsultan. Survey lapangan dilakukan dengan
didampingi oleh aparat kecamatan dan desa terkait.

6. FGD di pusat
FGD di pusat dilakukan dalam rangka ekspose awal masterplan yang telah disusun
dan mendapatkan masukan penyempurnaan dari K/L terkait. FGD dilaksanakan di
pusat dilaksanakan dengan melibatkan stake holder terkait pelaksana pembangunan
di Kawasan Pusat-Pusat Permukiman PLBN Labang, PLBN Long Midang, PLBN
Long Nawang.

7. Pengumpulan Data Primer Kawasan Prioritas dan Program Prioritas (survey


kedua)
Survey kedua dilaksanakan setelah FGD di pusat selama 6 (enam) hari, bertujuan
untuk melengkapi dan mendetailkan data yang dibutuhkan dalam penyusunan
masterplan sesuai masukan dalam FGD pusat diantaranya termasuk pemetaan
sosial ekonomi lingkungan kota kecil dan kawasan prioritas yang menitikberatkan
pada beberapa pembahasan non infrastruktur PUPR. yaitu :
 Pendukung pengembangan permodalan/lembaga keuangan mikro kawasan;
 Pendukung pengembangan agribisnis kawasan;
 Pendukung penerapan teknologi, informasi dan komunikasi;
 Pendukung suplai energi kawasan;
 Pendukung penerapan teknologi dan inovasi;
 Pendukung pengembangan kelembagaan dan kerjasama;
 Pendukung pengembangan pendidikan kejuruan dan pelatihan keterampilan.
Survey kedua juga difokuskan pada penyusunan Pra-Desain program-program
prioritas kawasan hingga dapat dihasilkan desain denah, tampak, perspektif 3D, dan
detail kebutuhan pendanaan. Pada survey kedua dilakukan pemetaan udara (aerial
mapping), foto udara (aerial photography), dan video udara (aerial videography)
dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
05/PRT/M/2013 tentang Pedoman Pemetaan Sosial Ekonomi Lingkungan Bidang
Pekerjaan Umum yang meliputi kegiatan persiapan pemetaan, pelaksanaan
pemetaan, dan penyajian peta.

8. Pengadaan dan Pengolahan Peta Rupa Bumi


Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) bisa diperoleh di dengan mengunduh di
http://tanahair.indonesia.go.id menyediakan fasilitas download peta RBI skala 25K,
50K dan 250K. Untuk seluruh Pulau Jawa sudah tercover oleh peta dengan skala 1 :
25.000. Sementara pulau di luar jawa baru tercover peta dengan skala 1: 50.000 dan
1:250.000.
Tema peta RBI yang dapat didownload melalui portal http://tanahair.indonesia.go.id
meliputi Utilitas, Penutupan Lahan, Transportasi, Hidrografi, Toponimi, Lingkungan
Terbangun dan Hipsografi. Untuk Garis Pantai dan Batas Wilayah hanya tercover
pada skala 1:250.000.
9. Pengadaan Peta Udara (Aerial Mapping), Foto Udara (Aerial Photography),
dan Video Udara (Aerial Videography) pada Pusat-Pusat Permukiman
Perbatasan
Pengadaan peta udara, foto udara, dan video udara digunakan pada pembuatan
siteplan kawasan prioritas pra-desain program-program prioritas. Kawasan prioritas
digambarkan dengan skala peta 1:5000 untuk masing-masing pusat-pusat
permukiman. Adapun tingkat kedetailan peta dan gambar yang dihasilkan pada
kegiatan penyusunan pra desain program-program prioritas yaitu minimal 1:1000
untuk minimal 5 (lima) program prioritas pada masing-masing kawasan.
Pengadaan Peta Udara (Aerial Mapping) dilakukan menggunakan teknik foto udara
atau fotogrametri menggunakan wahana Pesawat Udara Tanpa Awak / UAV
(Unmenned Aerial Vehicle) atau Drone. Pekerjaan ini menghasilkan Peta
Garis/Peta Topografi yang detail dengan skala antara 1:500 s.d. 1:1.000 untuk
kawasan prioritas. Pengadaan Foto Udara (Aerial Photography) dan Video Udara
(Aerial Videography) digunakan sebagai bahan dasar pembuatan animasi bergerak
3 (tiga) dimensi dan visualisasi 3 (tiga) dimensi.
Output pengadaan ini adalah:

a. Print out format *pdf yaitu peta topografi berikut kontur interval 1 meter dengan
skala disesuaikan dengan ukuran kertas A3.
b. Softcopy data processing meliputi:
 Peta Topografi berikut dengan kontur interval 1 meter dalam format file:
.shp dan .dwg; dan
 Data digital ketinggian DEM (Digital Elevation Model) dalam format file :
.GeoTif atau TIF terdiri dari DSM (Digital Surface Model) dan DTM
(Digital Terrain Model).
10. Pembuatan Peta Digital Sistem Informasi Geografis
Pembuatan peta digital menggunakan software sistem informasi geografis yang
memuat shapefile (view) dan file siap cetaknya (layout). Skala peta yang digunakan
minimal adalah 1:10.000 untuk kawasan perdesaan dan 1:50.000 untuk wilayah
antar kota-desa. Pembuatan peta digital dipadukan antara perolehan data
sekunder, survei GPS untuk infrastruktur, dilengkapi dengan atribut basis data
sesuai dengan data infrastruktur. Peta yang diproduksi sekurang-kurangnya:
a. Peta Wilayah Administrasi;
b. Peta Profil Infrastruktur Jalan dan Jembatan;
c. Peta Profil Infrastruktur Sumber Daya Air;
d. Peta Profil Infrastruktur Permukiman (Cipta Karya);
e. Peta Profil Perumahan;
f. Peta Rencana Infrastruktur PUPR Tahun 2029;
g. Peta Program Pembangunan Infrastruktur PUPR Tahun 2020;
h. Peta Program Pembangunan Infrastruktur PUPR Tahun 2020-2022;
i. Peta Program Pembangunan Infrastruktur PUPR Tahun 2020-2024.
j. Pembuatan peta GIS berpedoman pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Nomor 25/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Data
dan Informasi Geospasial Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat.
11. FGD di daerah
FGD di daerah dilakukan setelah penyedia jasa mematangkan masterplan dan pra
desain berdasarkan data yang didapat dari survey kedua. FGD daerah
dimaksudkan sebagai verifikasi kepada pemerintah daerah serta untuk
mendapatkan masukan penyempurnaan terhadap masterplan dan pra desain yang
disusun.

12. Pembahasan laporan antara dan laporan akhir


Pembahasan laporan antara dan laporan akhir dilakukan dengan mengundang
instansi yang terkait dengan pengembangan Pusat-Pusat Permukiman di PLBN
Labang, PLBN Long Midang, dan PLBN Long Nawang.

13. Seminar akhir di pusat


Seminar merupakan wadah dalam menampung berbagai masukan, kajian serta
pengetahuan baru dari berbagai tenaga ahli serta pandangan sektor dalam
menyusun rencana pengembangan pusat-pusat permukiman. Seminar ditujukan
untuk mempublikasikan dan mensosialisasikan Masterplan Pengembangan Pusat-
Pusat Permukiman di sekitar PLBN serta untuk membangun komitmen
implementasi masterplan pada tahun mendatang.
14. Menyusun Laporan
Adapun laporan yang disusun yaitu:
 Laporan Pendahuluan;
 Laporan Antara;
 Laporan Bulanan;
 Draft Laporan Akhir;
 Laporan Akhir;
 Laporan Prosiding;
 Album Peta A3;
 Cetak Peta;
 Buku Deluxe Executive;
 Laporan dalam bentuk Hardisc Eksternal (1 TB); dan Dokumen Rencana Mutu
Kontrak

N. KELUARAN DAN PELAPORAN


1) LAPORAN PENDAHULUAN
Laporan ini menjelaskan secara rinci tentang rencana pelaksanaan kegiatan meliputi:
 Data dan informasi awal wilayah perencanaan.
 Peta tematik kawasan/wilayah perencanaan.
 Metodologi pelaksanaan pekerjaan.
 Kebutuhan data, desain survei, dan penyiapan perangkat survei.
 Rencana kerja dan jadwal pelaksanaan pekerjaan.
Laporan diserahkan selambar-lambatnya 1 (satu) bulan setelah Kegiatan penyusunan
Rencana Pengembangan Pusat-Pusat Permukiman yang Mendukung Optimalisasi
PLBN Labang, PLBN Long Midang, dan PLBN Long Nawang di Perbatasan Darat di
Kalimantan dimulai dan dibuat rangkap 10 (sepuluh) dengan softcopy-nya.
2) LAPORAN BULANAN
Laporan ini menjelaskan proses dan capaian pelaksanaan uraian kegiatan di setiap
bulan waktu pelaksanaan kegiatan termasuk kajian dan identifikasi, permasalahan dan
potensi, lokasi, kebijakan dan strategi serta program sektor-sektor terkait. Laporan
diserahkan selambat-lambatnya pada minggu pertama bulan berjalan dan dibuat
rangkat 3 (tiga) dengan softcopy-nya.
3) LAPORAN ANTARA
Laporan ini menjelaskan proses dan capaian pelaksanaan uraian kegiatan di setengah
waktu pelaksanaan kegiatan meliputi:
 Hasil analisis pengembangan kawasan
 Profil dan kinerja infrastruktur meliputi Analisis Sosial, Budaya, Ekonomi,
Lingkungan, Pembiayaan dan Infrastruktur; dan Analisis Infrastruktur PUPR dan non-
PUPR.
Laporan diserahkan selambat-lambatnya 4 (empat) bulan setelah dimulainya pekerjaan
dan dibuat rangkap 10 (sepuluh) dengan softcopy-nya.
4) DRAFT LAPORAN AKHIR
Laporan ini menjelaskan rencana dan program yang meliputi:
 Rencana Pengembangan Kawasan dan Infrastruktur;
 Program Pembangunan Infrastruktur PUPR & Non-PUPR jangka panjang (10
tahun), jangka menengah (5 tahun), dan jangka pendek (1 tahun);
 Key Performance Indicators (KPI);
 Strategi Keterpaduan Pengembangan Kawasan.
Laporan diserahkan selambat-lambatnya 7 (tujuh) bulan setelah kegiatan penyusunan
Rencana Pengembangan Pusat-Pusat Permukiman yang Mendukung Optimalisasi
PLBN Labang, PLBN Long Midang, dan PLBN Long Nawang di Perbatasan Darat di
Kalimantan ini dimulai sebanyak 5 (lima) eksemplar. Laporan ini diperuntukkan untuk
Bidang Pengembangan Infrastruktur Kota Kecil dan Perdesaan dan didistribusikan ke
Satuan Kerja Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan, Badan Nasional Pengelola
Perbatasan dan Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) terkait.
5) LAPORAN AKHIR
Laporan ini menjelaskan hasil dari pelaksanaan Kegiatan penyusunan Rencana
Pengembangan Pusat-Pusat Permukiman yang Mendukung Optimalisasi PLBN
Labang, PLBN Long Midang, dan PLBN Long Nawang di Perbatasan Darat di
Kalimantan meliputi:
 Hasil analisis penetapan kawasan prioritas, antara lain:
- Analisis Potensi Kawasan/Sub Kawasan Strategis/Prioritas;
- Penentuan Kriteria Kawasan Prioritas;
- Penetapan Kawasan Prioritas;
- Profil Kawasan Perkotaan Prioritas.
 Hasil studi kelayakan
 Rancangan Pra Desain Kawasan Prioritas
 Rancangan Pra Desain Kawasan dan Studi Kelayakan
 Hasil kegiatan seminar
mulai dari persiapan sampai dengan output akhir dari kegiatan itu sendiri termasuk
didalamnya berisikan hasil analisis, masterplan, development plan, pra-desain, peta-
peta, dan tabel Program. Laporan diserahkan selambat-lambatnya 8 (delapan) bulan
setelah Kegiatan penyusunan Rencana Pengembangan Pusat-Pusat Permukiman yang
Mendukung Optimalisasi PLBN Labang, PLBN Long Midang, dan PLBN Long Nawang
di Perbatasan Darat di Kalimantan ini dimulai sebanyak 15 (lima belas) eksemplar.
Laporan ini diperuntukkan untuk Bidang Pengembangan Infrastruktur Kota Kecil dan
Perdesaan dan didistribusikan ke Satuan Kerja Pusat Pengembangan Kawasan
Perkotaan, Kementerian Koordinator PMK, Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian, Bappenas, Badan Nasional Pengelola Perbatasan, Unit Organisasi
terkait di Lingkungan Kementerian PUPR, dan Kementerian/ Lembaga terkait lainnya,
serta Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) terkait.
6) LAPORAN PROSIDING
Laporan Prosiding merupakan kumpulan hasil pelaksanaan survey, rapat koordinasi,
FGD, dan seminar. Laporan dibuat 8 (delapan) bulan setelah dimulainya pekerjaan dan
dibuat rangkap 10 (sepuluh) dengan softcopy-nya.

7) DOKUMEN RENCANA MUTU KONTRAK (RMK)


Dokumen RMK serahkan paling lambat 1 (satu) bulan setelah SPMK dibuat sebanyak 3
(tiga) rangkap dengan softcopy-nya.
Dokumen RMK memuat:
a. Lembar Pengesahan
b. Kebijakan mutu dan sasaran mutu proyek (pekerjaan)
c. Informasi proyek (pekerjaan)
d. Penjelasan Lingkup Proyek (pekerjaan)
e. Lokasi Proyek
f. Pihak-pihak yang terlibat
g. Struktur organisasi proyek
h. Tugas, tanggung jawab, dan wewenang
i. Metode kerja pelaksanaan
j. Jadwal pelaksanaan pekerjaan
k. Jadwal tenaga kerja
l. Jadwal Pelaporan
m. Progress Kerja
n. Jadwal pengetesan (pembahasan)
o. Cash Flow

8) ALBUM PETA A3
Album ini berisi gambar-gambar Rencana Pengembangan Pusat-Pusat Permukiman
yang Mendukung Optimalisasi PLBN Labang, PLBN Long Midang, dan PLBN Long
Nawang di Perbatasan Darat di Kalimantan. Album Peta A3 diserahkan selambat-
lambatnya 8 (delapan) bulan setelah Kegiatan penyusunan Rencana Pengembangan
Pusat-Pusat Permukiman yang Mendukung Optimalisasi PLBN Labang, PLBN Long
Midang, dan PLBN Long Nawang di Perbatasan Darat di Kalimantan dicetak sebanyak
10 (sepuluh) eksemplar pada masing-masing kota kecil dan kawasan. Laporan ini
diperuntukkan untuk Bidang Pengembangan Infrastruktur Kota Kecil dan Perdesaan
dan didistribusikan ke Satuan Kerja Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan,
Kementerian Koordinator PMK, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,
Bappenas, Badan Nasional Pengelola Perbatasan, Unit Organisasi terkait di
Lingkungan Kementerian PUPR, dan Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) terkait.
9) BUKU DELUXE EXECUTIVE
Buku Deluxe Executive dibuat dengan desain khusus yang estetis dan memuat
ringkasan dari seluruh hasil kajian dan analisis terpilih yang dilaksanakan dalam
Kegiatan penyusunan Rencana Pengembangan Pusat-Pusat Permukiman yang
Mendukung Optimalisasi PLBN Labang, PLBN Long Midang, dan PLBN Long Nawang
di Perbatasan Darat di Kalimantan. Peta yang dimuat dalam deluxe executive
merupakan peta-peta yang menggambarkan konsep dan rencana pengembangan kota
kecil dan kawasan perdesaan khususnya yang terkait dengan infrastruktur PUPR. Buku
Deluxe Executive diserahkan selambat-lambatnya 8 (delapan) bulan setelah Kegiatan
penyusunan Rencana Pengembangan Pusat-Pusat Permukiman yang Mendukung
Optimalisasi PLBN Labang, PLBN Long Midang, dan PLBN Long Nawang di
Perbatasan Darat di Kalimantan dan dicetak sebanyak 40 (empat puluh) eksemplar.
Laporan ini diperuntukkan untuk Bidang Pengembangan Infrastruktur Kota Kecil dan
Perdesaan dan didistribusikan ke Satuan Kerja Pusat Pengembangan Kawasan
Perkotaan, Kementerian Koordinator PMK, Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian, Bappenas, Badan Nasional Pengelola Perbatasan, Unit Organisasi
terkait di Lingkungan Kementerian PUPR, dan Organisasi Pemerintah Daerah (OPD)
terkait.
10) PENYAMPAIAN LAPORAN DALAM HARDISK EXTERNAL
Semua materi yang merupakan bagian dari Kegiatan penyusunan Rencana
Pengembangan Pusat-Pusat Permukiman yang Mendukung Optimalisasi PLBN
Labang, PLBN Long Midang, dan PLBN Long Nawang di Perbatasan Darat di
Kalimantan termasuk didalamnya program GIS, hasil pemetaan foto satelit, video,
dokumentasi survey dan rapat, serta berkas kelengkapan lain dikumpulkan dalam
format softcopy dalam bentuk Hardisc Eksternal (1 Tera) sebanyak 1 (satu) buah.
11) PRODUKSI DALAM NEGERI
Semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan KAK ini harus mengutamakan produksi
dalam negeri dan dilakukan di dalam wilayah negara Republik Indonesia kecuali
ditetapkan lain dalam lokasi kegiatan dengan pertimbangan keterbatasan kompetensi
dalam negeri.

O. KEPEMILIKAN DATA DAN HASIL KEGIATAN


Semua bentuk data, gambar, dokumen, peta, citra satelit, foto udara, baik hardcopy
maupun softcopy, DVD, atau peralatan lainnya yang digunakan selama pekerjaan,
dengan terbitnya kontrak tersebut menjadi hak milik pemberi pekerjaan yakni Satuan
Kerja Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan, Badan Pengembangan Infrastruktur
Wilayah.

P. LAIN-LAIN
Hal-hal yang belum diatur dalam KAK ini dan dianggap sangat penting, akan
dilaksanakan sesuai kesepakatan antara pemberi kerja dengan penerima kerja.

Kepala Satuan Kerja Pusat Pengembangan


Kawasan Perkotaan

Ir. Agusta Ersada Sinulingga MT


NIP. 195908191985031013

Anda mungkin juga menyukai