VIROLOGI
CORONAVIRIDAE
DISUSUN OLEH
KELOMPOK III
WAHYUDI 173145453136
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan kekuatan-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Penyusunan makalah ini merupakan proses yang panjang dan melibatkan berbagai
pihak, dan dosen pengajar yang telah memberikan kesempatan dan pengarahan
kepada kami dalam penulisan makalah ini.
Penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kami
mengharapkan pembaca dapat memberikan kritik dan saran demi penyempurnaan
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan
kita. Kami mengucapkan terima kasih atas perhatian dan kerjasama dari semua
pihak yang telah mendukung guna keberhasilan penulisan makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Coronaviridae merupakan salah satu family virus, yang memiliki dua sub
family yaitu coronavirinae (coronavirus) dan torovirinae yang merupakan
enveloped virus positif RNA. Virus ini disebut coronaviridae karena bentuknya
yang menyerupai korona matahari.
Coronavirus berasal dari bahasa Yunani κορών yang berarti mahkota
(corona). Dilihat di bawah mikroskop elektron, mahkota terlihat seperti
tancapan paku-paku yang terbuat dari S glikoprotein. Struktur inilah yang
terikat pada sel inang dan nantinya dapat menyebabkan virus dapat masuk ke
dalam sel inang.
Corona Virus yang pernah terjadi sebelumnya pada tahun 2002-2003 di
sepanjang benua Asia hingga Amerika telah merenggut banyak korban serta
memberikan perhatian penuh dari seluruh dunia terhadap kasus tersebut.
Tujuh kasus virus yang disebut novel coronavirus (NCoV) itu muncul di
wilayah Provinsi al-Ahsa, bagian timur Arab Saudi.Virus NCoV menyebabkan
pasien mengalami pneumonia dan kadang-kadang gagal ginjal. Virus ini
berasal dari keluarga yang sama dengan virus yang menyebabkan wabah
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang terjadi di Asia pada tahun
2003.
Hingga saat ini belum terdapat pengobatan yang spesifiik untuk penyakit
yang disebabkan oleh Corona virus, tatalaksana yang diberikan masih dalam
bentuk supportif dan mencegah komplikasi lebih lanjut dari infeksi sekunder.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari coronaviridae?
2. Bagaimana sejarah dari coronaviridae?
3. Bagaimana klasifikasi dari coronaviridae?
4. Bagaimana Karakteristik dari coronaviridae?
5. Bagaimana patogenesis dari coronaviridae?
6. Apa saja penyakit yang dapat ditimbulkan coronaviridae?
7. Bagaimana diagnosis laboratorium dari coronaviridae?
8. Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan dari coronaviridae?
C. Tujuan Makalah
1. Dapat mengetahui defenisi dari coronaviridae.
2. Dapat mengetahui sejarah dari coronaviridae.
3. Dapat mengetahui klasifikasi dari coronaviridae.
4. Dapat mengetahui karakteristik dari coronaviridae.
5. Dapat mengetahui patogenesis dari coronaviridae.
6. Dapat mengetahui penyakit yang ditimbulkan coronaviridae.
7. Dapat mengetahui diagnosis laboratorium dari coronaviridae.
8. Dapat mengetahui cara pencegahan dan pengobatan dari coronaviridae.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A) Definisi
Coronavirinae (Koronavirus) adalah virus dari familia Coronaviridae yang
dapat menyebabkan penyakit pada manusia, mamalia, dan burung. Tipe baru
dari coronavirus telah diidentifikasi sebagai penyebab penyakit gawat yang
disebut SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome). SARS coronavirus
(SARS Co-V) secara resmi telah dideklarasikan oleh WHO sebagai agen
causative penyebab SARS. SARS-CoV mempunyai patogenesis yang unik
sebab mereka menyebabkan infeksi pernafasan pada bagian atas dan bawah
sekaligus serta dapat menyebabkan gastroenteritis.
Coronavirus berasal dari bahasa Yunani κορών yang berarti mahkota
(corona). Dilihat di bawah mikroskop elektron, mahkota terlihat seperti
tancapan paku-paku yang terbuat dari S glikoprotein. Struktur inilah yang
terikat pada sel inang dan nantinya dapat menyebabkan virus dapat masuk ke
dalam sel inang.
Coronavirus merupakan virus RNA besar yang terselubung. Coronavirus
merupakan virus RNA strand positif terbesar. Coronavirus menginfeksi
manusia dan hewan sebagai penyebab penyakit pernafasan dan saluran
pencernaan. Coronavirus pada manusia menyebabkan batuk pilek dan telah
dikaitkan dengan gastroenteritis pada bayi. Coronavirus pada hewan yang
lebih rendah menimbulkan infeksi menetap pada inang alamiahnya. Virus
manusia sukar untuk dibiakkan dan karena itu dicirikan dengan buruk.
B) Sejarah
Kasus sindrom pernapasan akut parah, atau lebih dikenal dengan SARS
(Severe Acute Respiratory Syndrome) masih menempatkan berita utama di
sebagian besar media masa dunia. Dan bahkan hari demi hari masyarakat
semakin panik karena jumlah pasien yang terus bertambah, sementara belum
ada cara penanggulangannya. WHO telah menunjuk 11 laboratorium di
berbagai negara, termasuk National Institute of Infectious Diseases (NIID)-
Tokyo dan The Center for Disease Control and Prevention (CDC)-Atlanta,
untuk meneliti virus penyebabnya. Pada awalnya peneliti di Cina mengatakan
kalau penyebabnya adalah bakteri Chlamydia. Namun setelah itu peneliti dari
Hongkong dan beberapa peneliti dari negara lainnya menduga bahwa ada dua
kemungkinan penyebabknya, yaitu Coronavirus dan Paramyxovirus. Setelah
melalui masa yang cukup lama, akhirnya WHO mengumumkan bahwa yang
menjadi dalang SARS adalah Coronavirus.
Analisa pencarian penyebab SARS dilakukan dengan mengisolasi virus
dari pasien yang diduga mengidap SARS. Kepastian terhadap Coronavirus ini
adalah karena ditemukannya virus ini dari pasien SARS. Analisa yang
dilakukan antara lain adalah analisa dengan mikroskop, PCR dan sekuensing.
Hasil analisa mikroskop dan PCR memastikan bahwa virus yang bersangkutan
adalah Coronavirus, namun dari hasil analisa sekuennya ditemukan perbedaan
antara Coronavirus dari pasien SARS dengan Coronavirus yang ditemukan
selama ini. Perbedaan sekuen ini menimbulkan prasangka bahwa
kemungkinan virus penyebab SARS ini adalah Coronavirus yang sudah
bermutasi. Karena perbedaan ini, khusus untuk Coronavirus penyebab SARS,
diberi nama baru yaitu virus SARS.
C) Klasifikasi
Group : Virus RNA
Ordo : Nidovirales
Famili : Coronaviridae
Genus : Coronavirus
D) Karakteristik
a. Struktur dan Komposisi
Koronavirus merupakan partikel berselubung, berukuran 80-160
nm yang mengandung genom tak bersegmen dari RNA beruntai tunggal
(27-30 kb; BM 5-6x106), genom terbesar di antara virus RNA.
Nukleokapsid heliks berdiameter 9-11 nm. Terdapat tonjolan berbentuk
ganda atau daun bunga dengan panjang 20 nm yang berjarak lebar pada
permukaan luar selubung, menyerupai korona matahari. Protein struktural
virus meliputi protein nukleokapsid terfosforilasi 50-60K, glikoprotein 20-
30K (E1) yang bertindak sebagai protein matriks yang tertanam dalam
lapisan ganda lipid selubung dan berinteraksi dengan nukleokapsid, dan
glikoprotein E2 (180-200K) yang membentuk peplomer berbentuk daun
bunga. Beberapa virus mengandung glikoprotein ketiga (E3; 120-140K)
yang menyebabkan hemaglutinasi dan mempunyai aktivitas asetilesterase.
b. Genom
RNA beruntai tunggal linear tak bersegmen, protein stuktural virus
meliputi protein nukleokapsid terfosforilasi dan mengandung dua
glikoprotein (bertindak sebagai protein matriks yang teranam dalam lapisan
ganda lipid selubung dan berinteraksi dengan nukleokapsid), dan satu
fosfoprotein terselubung serta mengandung duri besar / daun bunga yang
menyebabkan hemaglutirasi dan mempunyai aktivitas asetil esterase.
E) Patogenesis
SARS secara klinis banyak melibatkan saluran nafas bagian bawah,
dibandingkan dengan saluran napas bagian atas. Pada saluran nafas bawah, sel
– sel asinus adalah sasaran yang lebih banyak terkena daripada trakea ataupun
bronkus. Menurut hasil pemeriksaan post mortem yang dilakukan, diketahui
sars memiliki 2 fase dalam pathogenesis.
Fase awal terjadi selama 10 hari pertama penyakit, pada fase ini terjadi
proses akut yang mengakibatkan diffuse alveolar damage (DAD) yang
eksudatif. Fase ini dicirikan dengan adanya infiltrasi dari campuran sel – sel
inflamasi serta edema dan pembentukan membrane hialin.
Membran hialin terbentuk dari endapan protein plasma serta debris
nucleus dan sitoplasma sel – sel epitel paru (pneumonia) yang rusak. Dengan
adanya nekrosis sel – sel epitel paru maka barrier antara sirkulasi darah dan
jalan udara menjadi hilang sehingga cairan yang berasal dari pembuluh darah
kapiler paru menjadi bebas untuk masuk kedalam ruang alveolus. Namun
demikian, karena keterbatasan jumlah pasien SARS yang meninggal untuk
diautopsi, maka masih belum dapat dibuktikan apakah kerusakan epitel paru
disebabkan efek toksik virus secara langsung atau sebagai akibat dari respon
imun tubuh. Pada tahap eksudatif ini, RNA dan antigen virus dapat
diidentifikasi dari makrofag alveolar dan sel epitel paru dengan menggunakan
mikroskop electron.
Fase selanjutnya tepat setelah 10 hari perjalanan penyakit dan ditandai
dengan perubahan pada DAD eksudatif menjadi DAD yang terorganisir. Pada
periode ini, terdapat metaplasia sel epitel skuamosa bronkial, bertambahnya
ragam sel dan fibrolisis pada dinding dan lumen alveolus. Pada fase ini
tampak dominasi pneumosit tipe 2 dengan pembesaran nucleus, serta nucleoli
yang eosinofilik. Selanjutnya sering kali ditemukan sel raksasa dengan banyak
nucleus (multinucleated giant cells) di dalam rongga alveoli. Seperti infeksi
CoV lainnya, maka sel raksasa tersebut awalnya diduga sebagai akibat
langsung dari CoV SARS. Tetapi setelah dilakukan pemeriksaan
imunoperoksidase dan hibridisasiin situ, didapatkan bahwa CoV SARS justru
berada didalam jumlah yang rendah. Maka disimpulkan, bahwa pada fase ini
berbagai proses patologis yang terjadi tidak diakibatkan langsung oleh karena
replikasi virus yang terus menerus, melainkan karena beratnya kerusakan sel
epitel paru yang terjadi pada tahap DAD eksudatif dan diperberat dengan
penggunaan ventilator.
G) Diagnosa Laboratorium
Diagnosa infeksi Coronavirus dengan cara :
1. Isolasi dan identifikasi virus (mengusahakan isolasi virus dengan
menggunakan biakan organ trakea embrionik manusia)
2. Pemeriksaan langsung (dapat dideteksi dengan menggunakan uji enterik
ELISA pada tinja dengan menggunakan mikroskop elektron)
3. Serologi (menggunakan uji hemaglutinasi pasif dimana sel eritrosit dapat
dilapisi antigen koronavirus diaglutinasi oleh sera yang mengandung
antibodi)