Anda di halaman 1dari 20

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental ulang atau
pre posttest control group yaitu dengan melakukan pengukuran atau observasi
sebelum dan sesudah perlakuan diberikan.

3.2 Rancangan Penelitian


Perlakuan : H0 X H1X H2
Kontrol : H0 Y H1Y H2
Keterangan :
X : Obat kumur ekstrak daun neem
Y : Plasebo yaitu berkumur dengan akuades yang diberi bahan
pemanis, penyegar dan pewarna yang sama dengan kelompok
perlakuan
H0 : Pengukuran jumlah bakteri sebelum perlakuan (baseline salivary
bacterial count)
H1 : Pengukuran jumlah bakteri sesudah perlakuan
H2 : Pengukuran jumlah bakteri hari ke 7 sesudah perlakuan

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian


3.3.1 Tempat
1. Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera
Utara untuk formulasi obat kumur.
2. Halaman Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara sebagai
tempat perlakuan berkumur.
3. Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara
untuk tempat perhitungan jumlah bakteri.

Universitas Sumatera Utara


3.3.2 Waktu
Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu ± 6 bulan (Juli 2013 –
Januari 2014).

3.4 Populasi dan Sampel


3.4.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa India angkatan 2011-2013
sebanyak 115 orang dari Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara,
Medan.

3.4.2 Sampel
Besar sampel diambil mengikut rumus Federer seperti berikut :
(n-1) (r-1) ≥ 15
Keterangan :
r : Jumlah perlakuan
n: Jumlah sampel dalam setiap kelompok

Perhitungan: (n-1)(3-1) ≥ 15
(n-1)(2) ≥ 15
n-1 ≥ 7,5
n ≥ 8,5
n≥9
Jumlah sampel minimum dalam setiap kelompok adalah 9 orang, tapi untuk
menghindarkan kasus drop-out maka diambil 15 orang mahasiswa dalam setiap
kelompok. Mahasiswa dengan jumlah 30 orang yang mengikut kriteria inklusi dan
eksklusi sebagai berikut:
Kriteria Inklusi:
1. Terdapat ≥ 20 elemen gigi
2. Kooperatif dan bersedia menjadi subjek penelitian dengan
menandatangani informed consent

Universitas Sumatera Utara


Kriteria Eksklusi:
1. Menderita karies
2. Menderita penyakit periodontal
3. Pemakai piranti ortodonti cekat atau lepasan
4. Pemakai protesa
5. Gigi yang berjejal
6. Penderita penyakit sistemik seperti penyakit DM, penyakit saluran
pernafasan dan kelainan jantung
7. Perokok
8. Rutin menggunakan obat kumur antiseptik
9. Menggunakan antibiotik sejak 3 bulan sebelum penelitian
Setelah sampel diperoleh, maka secara randomisasi sampel dibagi atas 2
kelompok, yaitu kelompok perlakuan berkumur ekstrak daun neemdan kelompok
kontrol berkumur akuades dimana masing-masing kelompok terdiri dari 15 orang
mahasiswa.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional


1. Variabel perlakuan:
Berkumur ekstrak daun neem: berkumur larutan ektrak daun neem dengan
konsentrasi 0,25% sesuai dengan Kadar Bunuh Minimum, sebanyak 15 ml selama 30
detik.
2. Variabel efek:
Jumlah bakteri: jumlah bakteri sebelum berkumur, sesudah berkumur dan
sesudah berkumur pada hari ke-7 yang dihitung dengan Colony Forming Unit (CFU)
di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi, USU.
3. Variabel Terkendali:
a. Volume obat kumur: 15 ml setiap berkumur
b. Lama berkumur: selama 30 detik
c. Frekuensi berkumur: 2 kali sehari (pagi: 7.00 pagi dan sesudah
makan siang: 12.30 siang)

Universitas Sumatera Utara


4. Variabel Tidak Terkendali: Cara berkumur

3.6 Metode Penelitian


3.6.1 Prosedur Pembuatan Obat Kumur
a. Pembuatan Simplisia
1. Daun neem diseleksi kemudian dicuci bersih dengan air mengalir dan
ditiriskan.
2. Daun neem yang telah dicuci ditimbang dengan alat penimbang dan
dicatat berat basahnya.
3. Daun dikeringkan dengan menggunakan kertas alas perkamen di dalam
lemari pengering dengan suhu 40°C sampai kering (dapat diremas rapuh).
4. Daun yang sudah kering ditimbang kembali dan dihaluskan dengan
blender sampai menjadi serbuk,lalu diletakkan dalam wadah tertutup.
b. Pembuatan Ekstrak
1. Simplisia ditimbang sebanyak 250 gram lalu ditambahkan etanol 70%
untuk perendaman lalu disimpan dalam wadah tertutup dan didiamkan selama 1 jam
pada suhu 25°C sambil sesekali diaduk dengan menggunakan spatula.
2. Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator dengan hati-
hati sambil sesekali ditekan, di bawah perkolator diletakkan kapas yang telah dibasahi
etanol dan dilapisi kertas saring, kemudian dituangkan etanol 70% sampai hampir
penuh.
3. Perkolator ditutup dengan aluminium foil serta dibiarkan selama 24 jam.
4. Kran perkolator menetes dengan kecepatan 20 tetas/menit (1 ml/menit),
perkolat ditampung dalam botol.
5. Ditambah berulang-ulang etanol secukupnya supaya massa daun neem
tidak kekeringan.
6. Perkolat yang diperoleh dipekatkan dengan alat penguap vaccum
rotavapor yang akan memekatkan ekstrak cair untuk mendapatkan ekstrak
kental,pada tekanan rendah dengan suhu tidak lebih dari 50°C.

Universitas Sumatera Utara


7. Setelah itu diuapkan sisa air dengan menggunakan waterbathhingga
diperoleh ekstrak kental. Ekstrak dimasukkan dalam botol kaca dan disimpan dalam
kulkas.
c. Formulasi Obat Kumur
1. Ekstrak kental daun neem ditimbang sebanyak 0,625 gram. Setelah itu,
dimasukkan dalam mortil.
2. Carboxymethyl cellulose (CMC) 0,5% sebagai suspending agent dalam
sediaan tersuspensi ditambahkan dalam ekstrak kental tersebut untuk melarutkan zat
yang tidak terlarut dalam air secara homogen. Diaduk dengan stamfer sampai
homogen.
3. Larutan Saccharin 50 g sebagai bahan pemanis, peppermint oil 5
tetessebagai bahan penyegar dan akuades dimasukkan dalam campuran dan diaduk.
4. Tambahkan bahan pewarna secukupnya sampai warna yang dikehendaki.
5. Campuran dicukupkan sampai 250 ml dan hasil campuran dimasukkan
dalam botol kosong (250 ml) dengan corong kaca.

3.6.2 Prosedur Berkumur


1. Seluruh subjek (30 orang) yang terpilih dikumpulkan di ruangan khusus
untuk diberi penjelasan mengenai prosedur penelitian dan diberi informed consent
untuk ditandatangani. Mereka dibagi secara acak menjadi dua kelompok dengan 15
orang dalam masing-masing kelompok, yaitu:
a. Kelompok perlakuan (Kelompok I) berkumur ekstrak daun neem
b. Kelompok kontrol (Kelompok II) berkumur akuades
Penelitian pada kedua kelompok dilakukan pada hari dan waktu yang sama,
dan diobservasi oleh 2 orang pemeriksa untuk masing-masing kelompok.
2. Sebelum memulai penelitian pada hari pertama, sampel saliva kedua
kelompok ditampung dalam tabung yang steril (pretest) dan ditutup rapat.
3. Subjek kelompok perlakuan diberi obat kumur neem dengan konsentrasi
0,25% sebanyak 15 ml untuk berkumur selama 30 detik dengan pengawasan peneliti.

Universitas Sumatera Utara


Subjek kelompok kontrol diberi akuades sebanyak 15 ml untuk berkumur selama 30
detik.
4. Setelah berkumur, air kumur pada kedua kelompok ditampung dalam
tabung steril (post test) dan ditutup rapat.
5. Pada hari yang sama sesudah makan siang, subjek kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol diinstruksikan untuk berkumur sekali lagi di bawah
pengawasan peneliti.
6. Mulai hari kedua sampai dengan hari keenam (5 hari), subjek pada kedua
kelompok diinstruksikan untuk berkumur 2 kali sehari yaitu pada setiap pagi pukul
7.00 pagi di halaman Fakultas Kedokteran Gigi USU dan sesudah makan siang
sekitar pukul 12.30 siang dibawah pengawasan peneliti. Waktu ini dipilih karena pH
rongga mulut adalah rendah (pH<5) menyebabkan suasana rongga mulut menjadi
keasaman. Kondisi keasaman ini menyebabkan jumlah bakteri kariogenik bertambah
dan mengakibatkan email mengalami demineralisasi. Penggunaan obat kumur ekstrak
daun neem diharapkan dapat membunuh bakteri kariogenik dan mengembalikan pH
rongga mulut ke kadar normal (pH=6,3-7,0) dengan lebih cepat dari yang seharunya.
7. Pada hari ketujuh setelah berkumur pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol, air kumur ditampung dalam tabung steril dan ditutup rapat.
Kemudian sampel dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi USU
untuk dilakukan perhitungan jumlah bakteri.

3.6.3 Perhitungan jumlah bakteri


1. Sebanyak 1 ml sampel saliva (pre test) dan 1 ml air kumur (post test) pada
kedua kelompok dipindahkan ke tabung reaksi untuk melakukan pengenceran secara
seri.
2. Pengenceran secara seri dilakukan pada kedua sampel pre dan post test :4
tabung reaksi berisi 9 ml sodium chloride0,9% disediakan. Pada setiap tabung reaksi
diberi nomor satu sampai empat, tabung nomor satu adalah tabung yang berisi air
kumur yang sekaligus dihitung sebagai pengenceran pertama kemudian
dihomogenisasikan, setelah suspensi tersebut homogen dengan pipet steril

Universitas Sumatera Utara


dimasukkan ke dalam tabung nomor dua, dikocok sampai homogen sehingga terjadi
pengenceran, dari tabung nomor dua diambil suspensi sebanyak 1 ml dengan
menggunakan pipet steril kembali, masukkan ke dalam tabung nomor tiga, dikocok
hati-hati sampai homogen sehingga terjadi pengenceran. Pengenceran dilakukan pada
tabung nomor empat dengan mengambil suspensi sebanyak 1 ml dengan
menggunakan pipet steril dari tabung ketiga dan dimasukkan kedalam tabung
keempat.
3. Suspensi saliva dari pengenceran tabung keempat, diambil dengan pipet
steril sebanyak 1 ml, kemudian di sebar pada piring petri steril yang mengandungi
natrium agar (NA) dengan menggunakan hockey stick.
4. Tahap selanjutnya, piring petri dimasukkan dalam inkubator 37°C selama
2x 24jam.
5. Sesudah 48 jam, jumlah bakteri pada setiap piring petri dihitung dengan
Colony Forming Unit.
6. Pengukuran jumlah bakteri diulang kembali pada hari ketujuh sesudah
berkumur pada kedua kelompok.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data


Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi yaitu data dimasukkan
kedalam program komputer untuk dianalisis dengan uji statistik.
a. Univariat: untuk menghitung rata-rata jumlah bakteri sebelum berkumur,
sesudah berkumur dan sesudah berkumur ekstrak daun neem dan akuades pada hari
ketujuh pada kelompok perlakuan dan kontrol.
b. Bivariat: uji t berpasangan untuk menghitung perbedaan rata-rata jumlah
bakteri sebelum (baseline salivary bacterial count) dan sesudah berkumur ekstrak
daun neem dan akuades, sebelum (baseline salivary bacterial count) dan sesudah
berkumur ekstrak daun neem dan akuades pada hari ketujuh, dan sesudah berkumur
dan sesudah berkumur ekstrak daun neem dan akuades pada hari ketujuh pada
kelompok perlakuan dan kontrol. Uji t tidak berpasangan untuk menghitung

Universitas Sumatera Utara


perbedaan selisih jumlah bakteri antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
pada hari ketujuh.
c. Multivarian: untuk menghitung perbedaan rata-rata jumlah bakteri
sebelum (baseline salivary bacterial count), sesudah berkumur dan sesudah berkumur
ekstrak daun neem dan akuades pada hari ketujuh pada kelompok perlakuan dan
kontrol dengan menggunakan uji Repeated Measures Anova.

3.8 Etika Penelitian


Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup :
1. Lembar persiapan (informed consent)
Peneliti melakukan pendekatan dan memberikan lembar persetujuan kepada
responden kemudian menjelaskan lebih dulu tujuan penelitian, tindakan yang akan
dilakukan serta menjelaskan manfaat diperoleh dari hal-hal lain yang berkaitan
dengan penelitian.
2. Ethical Clearance
Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada
Komisi Etik Penelitian Kesehatan berdasarkan ketentuan etika yang bersifat
internasional maupun nasional.

Universitas Sumatera Utara


3.9 Alur Penelitian
a. Sebelum Penelitian

Pembuatan Simplisia

Pembuatan Ekstrak

konsentrasi
Formulasi Obat Kumur
0,25%

b. Saat Penelitian

Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol

Sampel saliva sebelum berkumur(baseline


salivary bacterial count)

Berkumur (pagi)

Hari 1
Sampel air kumur

Makan siang

Berkumur pagi: 7.00 pagi

Hari ke-2
sampai hari Berkumur 2 kali sehari
ke-6
siang:12.30 siang
Berkumur (pagi)

Hari ke-7
Sampel air kumur

Universitas Sumatera Utara


BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Responden


Pada penelitian ini, secara keseluruhan jumlah responden perempuan (83,3%)
lebih banyak daripada laki-laki (16,7%). Pada kelompok perlakuan, persentase
sampel laki-laki sebanyak 20% dan perempuan sebanyak 80%. Pada kelompok
kontrol, persentase sampel laki-laki sebanyak 13,3% dan perempuan sebanyak 86,7%
(Tabel 1).

Tabel 1. Gambaran responden penelitian


Kelompok Laki-laki Perempuan Jumlah
n % n %
Perlakuan 3 20 12 80 15
Kontrol 2 13,3 13 86,7 15
Total 5 16,7 25 83,3 30

4.2 Rerata Jumlah Bakteri Sebelum dan Sesudah Perlakuan


Pada kelompok perlakuan, rerata jumlah bakteri sebelum berkumuradalah
277,5x105 ± 14,1x105 CFU/ml, sesudah berkumur 25,7x105 ± 3,9x105 CFU/ml dan
sesudah berkumur pada hari ketujuh 1,7x105 ± 0,16x105 CFU/ml. Sedangkan pada
kelompok kontrol rerata jumlah bakteri sebelum berkumur adalah 282,4x105 ±
10,0x105 CFU/ml, sesudah berkumur 285,2x105 ± 9,0x105 CFU/ml, dan sesudah
berkumur pada hari ketujuh 276,7x105 ± 9,8x105 CFU/ml. Terlihat adanya trend
penurunan rerata jumlah bakteri pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
(Gambar 4).

Universitas Sumatera Utara


300

Jumlah Bakteri CFU/ml


250
200
150 Perlakuan
100 Kontrol
50
0
Pretest Postest 1 Postest 2

Perlakuan

Gambar 4. Grafik garis jumlah bakteri pada kelompok


perlakuan dan kelompok kontrol

4.3 Jumlah Bakteri Sebelum Berkumur dan Sesudah Berkumur


Jumlah bakteri sebelum berkumur pada kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dengan menggunakan uji t
tidak berpasangan(p=0,279) yang berarti bahwa kondisi pemeriksaan awal sama pada
kedua kelompok. Pada kelompok perlakuan, selisih jumlah bakteri sebesar 251,8x105
± 17,1x105 CFU/ml dan hasil analisis menunjukkan ada perbedaan yang signifikan
sebelum dan sesudah perlakuan (Z=57,060 ; p=0,0001). Pada kelompok kontrol,
selisih jumlah bakteri sebesar 2,8x105 ± 11,1x105 CFU/ml dan hasil analisis
menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan sebelum dan sesudah berkumur akuades
(Z= -0,981 ; p=0,343) (Tabel 2).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2. Hasil analisis statistik jumlah bakteri sebelum berkumur (Pretest) dan
sesudah berkumur (Postest 1)

Jumlah bakteri
Sebelum Sesudah
berkumurPretest berkumur Selisih Hasil
Kelompok n (CFU/ml) Postest 1 (CFU/ml) Analisis
(CFU/ml) Statistik
x̅ ± SD x̅ ± SD x̅ ± SD

Perlakuan 15 277,5x105 ± 25,7 x 105 ± 251,8x105 ± Z=


14,1x105 3,9 x 105 17,1x105 57,060
p= 0,0001

Kontrol 15 282,4x105 ± 285,2x105 ± 2,8x105 ± Z= -0,981


10,0x105 9,0x105 11,1x105 p= 0,343

4.4 Jumlah Bakteri Sebelum Berkumur dan Sesudah Berkumur pada


Hari Ketujuh
Pada kelompok perlakuan, selisih jumlah bakteri sebesar 275,8x105 ± 14,1x105
CFU/ml dan hasil analisis menunjukkan ada perbedaan signifikan sebelum dan
sesudah perlakuan pada hari ketujuh (Z=75,867 ; p=0,0001). Pada kelompok kontrol,
selisih jumlah bakteri sebesar 5,7x105 ± 11,4x105 CFU/ml dan hasil analisis
menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan sebelum dan sesudah berkumur akuades
pada hari ketujuh (Z= 1,929 ; p=0,074) (Tabel 3).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3. Hasil analisis statistik jumlah bakteri sebelum berkumur (Pretest) dan
sesudah berkumur pada hari ketujuh (Postest 2)

Jumlah bakteri
Sebelum Sesudah
berkumurPretest berkumur hari Selisih Hasil
Kelompok n (CFU/ml) ketujuh (CFU/ml) Analisis
Postest 2 Statistik
(CFU/ml)
x̅ ± SD x̅ ± SD x̅ ± SD

Perlakuan 15 277,5x105 ± 1,7x105 ± 275,8x105 ± Z=


14,1x105 0,16x105 14,1x105 75,867
p= 0,0001

Kontrol 15 282,4x105 ± 276,7x105 ± 5,7x105 ± Z= 1,929


10,0x105 9,8x105 11,4x105 p= 0,074

4.5 Jumlah Bakteri Sesudah Berkumur dan Sesudah Berkumur pada


Hari Ketujuh
Pada kelompok perlakuan, selisih jumlah bakteri sebesar 23,9x105 ± 3,98x105
CFU/ml dan hasil analisis menunjukkan ada perbedaan yang signifikan sesudah
berkumur dan sesudah berkumur pada hari ketujuh (Z=23,335 ; p=0,0001). Pada
kelompok kontrol, selisih jumlah bakteri sebesar 8,5x105 ± 10,2x105 CFU/ml dan
hasil analisis menunjukkan ada perbedaan signifikan sesudah berkumur dan sesudah
berkumur akuades pada hari ketujuh (Z= 3,216 ; p=0,006) (Tabel 4).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4. Hasil analisis statistik jumlah bakteri sesudah berkumur (Postest 1) dan
sesudah berkumur pada hari ketujuh (Postest2)

Jumlah Bakteri
Sesudah Sesudah
berkumurPostest berkumur hari Selisih Hasil
Kelompok n 1 ketujuh (CFU/ml) Analisis
(CFU/ml) Postest 2 Statistik
(CFU/ml)
x̅ ± SD x̅ ± SD x̅ ± SD

Perlakuan 15 25,7x105 ± 1,7x105 ± 23,9x105 ± Z=


3,9x105 0,16x105 3,98x105 23,335
p= 0,0001

Kontrol 15 285,2x105 ± 276,7x105 ± 8,5x105 ± Z= 3,216


9,0x105 9,8x105 10,2x105 p= 0,006

4.6 Uji Efektivitas terhadap Jumlah Bakteri pada Kelompok Perlakuan


pada Pretest, Postest 1 dan Postest 2
Hasil ujiRepeated Measures Anova menunjukkan nilai p<0,05, artinya terdapat
perbedaan yang signifikan antara penurunan jumlah bakteri sebelum berkumur,
sesudah berkumur dan sesudah berkumur ekstrak daun neem pada hari ketujuh (Tabel
5).

Tabel 5. Hasil Uji Repeated Measures Anova terhadap jumlah bakteri pada tiga waktu
pengukuran pada kelompok perlakuan

Jumlah bakteri Hasil Analisis


Waktu Pengukuran n
x̅ ± SD (CFU/ml) Statistik
Pretest 15 277,5x105 ± 14,1x105

Universitas Sumatera Utara


Postest 1 15 25,7 x 105 ± 3,9 x 105 p=0,0001

Postest 2 15 1,7x105 ± 0,164

4.7 Uji Efektivitas terhadap Jumlah Bakteri pada Kelompok Kontrol


pada Pretest, Postest 1 dan Postest 2
Hasil analisis uji Repeated Measures Anova menunjukkan nilai p<0,05, artinya
terdapat perbedaan yang signifikan antara penurunan jumlah bakteri sebelum
berkumur, sesudah berkumur dan sesudah berkumur akuades pada hari ketujuh (Tabel
6).

Tabel 6. Hasil Uji Repeated Measures Anova terhadap jumlah bakteri pada tiga waktu
pengukuran pada kelompok kontrol

Jumlah bakteri Hasil Analisis


Waktu Pengukuran n
x̅ ± SD (CFU/ml) Statistik
Pretest 15 282,4x105 ± 10,0x105

Postest 1 15 285,2x105 ± 9,0x105 p=0,026

Postest 2 15 276,7x105 ±9,8x105

4.8 Perbedaan Efektivitas terhadap Jumlah Bakteri Antara Kelompok


Perlakuan dan Kelompok Kontrol pada Hari Ketujuh
Hasil analisis uji t tidak berpasangan diketahui p=0,0001(p<0,05),artinya terdapat
perbedaan yang signifikan antara selisih jumlah bakteriantara kelompok perlakuan
(275,8x105 ± 14,1x105 CFU/ml) dan kelompok kontrol (5,7x105 ± 11,4x105 CFU/ml)
pada hari ketujuh, berarti berkumur ekstrak daun neem lebih efektif dalam
menurunkan jumlah bakteri (Tabel 7).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 7. Hasil analisis statistik perbedaan selisih jumlah bakteri antara kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol pada hari ketujuh

Selisih jumlah bakteri (CFU/ml) Hasil Analisis


Kelompok n
x̅ ± SD Statistik

Perlakuan 15 275,8x105 ± 14,1x105


Z = -57,800
5 5
Kontrol 15 5,7x10 ± 11,4x10 p = 0,0001

Universitas Sumatera Utara


BAB 5
PEMBAHASAN

Pada kelompok perlakuan dankelompok kontrol, rerata jumlah bakteri menunjukkan


adanya trend penurunan. Pada kelompok perlakuan, rerata jumlah bakteri sebelum
berkumur adalah 277,5x105 ± 14,1x105 CFU/ml, rerata sesudah berkumur adalah
25,7x105 ± 3,9x105 CFU/ml dan rerata sesudah berkumur pada hari ketujuh adalah
1,7x105 ± 0,16x105 CFU/ml. Pada kelompok kontrol, rerata jumlah bakteri sebelum
berkumur adalah 282,4x105 ± 10,0x105 CFU/ml, rerata sesudah berkumur adalah
285,2x105 ± 9,0x105 CFU/ml dan rerata sesudah berkumur pada hari ketujuh adalah
276,7x105 ± 9,8x105 CFU/ml. Hal ini mungkin disebabkan karena aksi mekanis
berkumur menstimulasi mechanoreceptors pada jaringan gingiva yang menyebabkan
produksi dan aliran saliva meningkat sehingga mengeliminasi jumlah bakteri dalam
rongga mulut.38
Hasil uji jumlah bakteri sebelum berkumur pada kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05). Hal ini
menunjukkan kedua kelompok berada dalam kondisi pemeriksaan awal sama yaitu
pada waktu pagi sebelum perlakuan, sekresi saliva rendah (0,3mL/min)sehingga
menyebabkan jumlah bakteri di rongga mulut meningkat.34,35
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikansebelum dan sesudah berkumur (Postest 1), sebelum dan sesudah berkumur
pada hari ketujuh (Postest 2), sesudah berkumur (Postest 1) dan sesudah berkumur
pada hari ketujuh (Postest 2) pada kelompok perlakuan dengan p<0,05. Hal ini sesuai
dengan penelitian Curry dkk. yang menjelaskan bahwa berkumur dengan ekstrak
herbal menunjukkan penurunan jumlah bakteri (S. mutans dan Lactobasilus) yang

Universitas Sumatera Utara


banyak antara sebelum dan sesudah berkumur dalam selisih waktu 30 menit, hari
pertama dan hari ketujuh.36
Hasil uji Repeated Measures Anovamenunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
antara penurunan jumlah bakteri sebelum berkumur, sesudah berkumur dan sesudah
berkumur pada hari ketujuh pada kelompok perlakuan (p<0,05). Hal ini disebabkan
karena ekstrak daun neem mempunyai sifat antibakteri dengan adanya komponen
aktif neem yang tergolong dalam kelompol fenol. Senyawa fenol dapat
menghancurkan dinding sel bakteri yang secara langsung akan menghambat
pertumbuhan bakteri. Penghancuran dinding sel bakteri akan menyebabkan tekanan
osmotik sel terganggu dan akhirnya menyebabkan kematian sel, selanjutnya
mengurangi kemampuan bakteri kariogenik untuk mengkolonisasi permukaan gigi
dan mencegah terjadinya karies gigi.28 Hasil ini sesuai dengan penelitian Botelho dkk.
yang meneliti efek obat kumur ekstrak daun neem pada penderita gingivitis kronis
dan membandingkan efektivitasnya dengan obat kumur klorheksidin. Jumlah bakteri
kariogenik pada kelompok perlakuan menunjukkan penurunan yang signifikan
setelah 7 hari terapi.13
Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok kontrol, tidak terdapat perbedaan
signifikan sebelum dan sesudah berkumur (Postest 1) dan sebelum dan sesudah
berkumur pada hari ketujuh (Postest 2) (p>0,05). Sebaliknya ada perbedaan
signifikan sesudah berkumur (Postest 1) dan sesudah berkumur pada hari ketujuh
(Postest 2) (p<0,05). Hasil uji Repeated Measures Anova menunjukkan ada
perbedaan yang signifikan antara penurunan jumlah bakteri sebelum berkumur,
sesudah berkumur dan sesudah berkumur pada hari ketujuh (p<0,05).Hal ini sesuai
dengan pernyataan yang tercantum dalam New York Times Health bahwa berkumur
akuades tanpa melakukan penyikatan gigi dapat mengurangi jumlah bakteri dalam
rongga mulut sekitar 30%.37
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan perbedaan yang
signifikan antara selisih jumlah bakteri antara kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol pada hari ketujuh (p<0,05), yang berarti bahwa berkumur ekstrak daun neem
lebih efektif dalam menurunkan jumlah bakteri.

Universitas Sumatera Utara


BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
1. Ada perbedaan yang signifikan rata-rata jumlah bakteri sebelum dan
sesudah berkumur pada kelompok perlakuan yaitu251,8x105 ± 17,1x105 CFU/ml
(p<0,05). Tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata jumlah bakteri sebelum dan
sesudah berkumur pada kelompok kontrol yaitu 2,8x105 ± 11,1x105 CFU/ml (p>0,05).
2. Ada perbedaan yang signifikan rata-rata jumlah bakteri sebelum dan
sesudah berkumur pada hari ketujuh pada kelompok perlakuan yaitu 275,8x105 ±
14,1x105 CFU/ml (p<0,05). Tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata jumlah
bakteri sebelum dan sesudah berkumur pada hari ketujuh pada kelompok kontrol
yaitu 5,7x105 ± 11,4x105 CFU/ml (p>0,05).
3. Ada perbedaan yang signifikan rata-rata jumlah bakteri sebelum berkumur,
sesudah berkumur dan sesudah berkumur pada hari ketujuh pada kelompok perlakuan
yaitu p=0,0001 (p<0,05). Ada perbedaan yang signifikan rata-rata jumlah bakteri
sebelum berkumur, sesudah berkumur dan sesudah berkumur pada hari ketujuh pada
kelompok kontrol yaitu p=0,026 (p<0,05).
4. Ada perbedaan yang signifikan antara selisih jumlah bakteri antara
kelompok perlakuan (275,8x105 ± 14,1x105 CFU/ml) dan kelompok kontrol (5,7x105
± 11,4x105CFU/ml) pada hari ketujuh, berarti berkumur ekstrak daun neem lebih
efektif dalam menurunkan jumlah bakteri (p=0,0001).

6.2 Saran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai :

Universitas Sumatera Utara


1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan agar dapat menghasilkan produk ekstrak
daun neem seperti obat kumur atau pasta gigi yang layak untuk dipasarkan.
2. Keterbatasan penelitian ini adalah pengukuran dilakukan pada air kumur,
disarankan penelitian dilakukan pada saliva untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
3. Panduan untuk penelitian lanjutan mengenai efektivitas berkumur ekstrak
daun neem terhadap penyakit periodontal.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai