Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN JARINGAN KOMUNIKASI BROADBAND

JUDUL

HALAMAN JUDUL

Disusun Oleh

Fathurachman Koesnandar 4316030016


Nicholas Walditama 4316030010
Shafira Rana Rafidah 4316030023

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
DESEMBER 2019
DAFTAR ISI
JUDUL .................................................................................................................... 1
HALAMAN JUDUL............................................................................................... 1
ABSTRAK .............................................................................................................. 5
BAB I .......................................................................................... PENDAHULUAN
....................................................................................................................... 6
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 6
1.2 Tujuan ..................................................................................................... 7
BAB II ............................................................................................. DASAR TEORI
....................................................................................................................... 8
BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN ........................................................... 9
3.1 Prosedur Penelitian ................................................................................. 9
3.1.1 Sistem Modeling .................................................................................. 9
3.1.2 Sistem Konfigurasi ............................................................................. 10
3.1.3 Pengujian ............................................................................................ 11
3.1.3.1 Pengujian Koneksi ...................................................................... 11
3.1.3.2 Pengujian Keandalan .................................................................. 12
3.2 Hasil Pengujian dan Pengukuran .......................................................... 14
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 22

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Model VPN ......................................................................................... 9

Gambar 3.2 Topologi Sistem ................................................................................ 10

Gambar 3.3 Jalur eksplisit RSVP (Garis hijau merupakan jalur PE-B ke PE-C) . 11

Gambar 3.4 Testing Model ................................................................................... 12

Gambar 3.5 Model Pengukuran Traffic Tanpa beban ........................................... 13

Gambar 3.6 Model Pengukuran dengan Beban Traffic Tambahan ....................... 13

Gambar 3.7 Grafik Pengukuran Delay Tanpa Beban Trafik................................. 15

Gambar 3.8 Grafik Pengukuran Delay Dengan Beban Trafik .............................. 16

Gambar 3.9 Grafik Pengukuran Jitter Tanpa Beban Trafik .................................. 17

Gambar 3.10 Grafik Pengukuran Jitter Dengan Beban Trafik ............................. 17

Gambar 3.11 Grafik Pengukuran Packet loss Tanpa Beban Trafik ...................... 18

Gambar 3.12 Grafik Pengukuran Packet loss Tanpa Beban Trafik ...................... 19

Gambar 3.13 Grafik Pengukuran Throughput Tanpa Beban Trafik ..................... 20

Gambar 3.14 Grafik Pengukuran Throughput Dengan Beban Trafik ................... 20

3
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Variasi Platform .................................................................................... 10

Tabel 3.2 End-to-End Connectivity ....................................................................... 14

Tabel 3.3 Network Recovery Connectivity ............................................................ 14

Tabel 3.4 Nilai Rata-rata Delay ............................................................................ 16

Tabel 3.5 Kondisi Jitter dari Protokol................................................................... 18

Tabel 3.6 Nilai Rata-Rata Packet loss (%)............................................................ 19

Tabel 3.7 Nilai Rata-rata Throughput ................................................................... 21

4
ABSTRAK

Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah skalabilitas jaringan dan


mempertahankan keandalan adalah menggunakan jaringan VPN MPLS. Pada
kenyataannya, jaringan saat ini sudah menggunakan multiplatform dari beberapa
vendor perangkat keras yang berbeda, yaitu, platform Cisco dan Juniper. Makalah
ini membahas perbandingan hasil simulasi untuk melihat interoperabilitas MPLS
VPN multiplatform dan keandalan melalui rekayasa traffic menggunakan protokol
RSVP-TE dan LDP. Baik protokol RSVP dan LDP diuji pada jaringan yang stabil
dan dalam recovery mode, serta kondisi tanpa beban dan dengan beban traffic
tambahan. Recovery mode adalah kondisi setelah failover disebabkan karena
penghentian salah satu link di jaringan. Kondisi tanpa beban berarti bahwa jaringan
tidak diisi dengan trafik tambahan. Hanya ada traffic dari aktifitas pengukuran itu
sendiri. Sementara, kondisi jaringan dengan beban tambahan adalah kondisi di
mana ada beban lalu lintas paket UDP tambahan 4,5 Mbps selain beban pengukuran
itu sendiri.

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


ISP adalah hal utama dalam penyediaan sistem dan saluran komunikasi data.
Konvergensi Internet dengan telekomunikasi memungkinkan penggunaan sumber
daya jaringan ISP secara optimal. Sebagai contoh, Virtual Private Network (VPN)
memungkinkan private data link di jaringan publik dengan skalabilitas dan
keamanan yang tinggi. Dengan VPN, ISP dapat memanfaatkan jaringan mereka di
Internet untuk digunakan sebagai komunikasi data pribadi bagi pengguna selama
pengguna terhubung ke Point of Presence (PoP) penyedia.
Internet Engineering Task Force (IETF) menstandarkan solusi seperti Multi
Protocol Label Switch (MPLS) sebagai perluasan VPN untuk meningkatkan kinerja
forwarding dan kecerdasan rekayasa traffic pada jaringan berbasis paket. MPLS
menggabungkan keuntungan dari lapisan OSI kedua dari forwarding dan efisiensi
routing pada lapisan OSI ketiga untuk meningkatkan kinerja dengan label
switching. Mekanisme ini secara berturut-turut digunakan sebagai metode untuk
mengontrol arus traffic di jaringan untuk memastikan kekakuan traffic yang dikenal
sebagai traffic engineering (rekayasa traffic).
Ada dua protokol yang mendukung rekayasa traffic, yaitu Resource
Reservation Protocol (RSVP) dan Constraint-Based Routed Label Distribution
Protocol (CR-LDP). Protokol-protokol ini menawarkan fungsi yang sama tetapi
dengan mekanisme yang berbeda. Namun, RSVP menunjukkan keuntungan pada
transportasi data karena menggunakan UDP sehingga connectionless. Di sisi lain,
beberapa platform menolak akses UDP sehingga pada tingkat transportasi data,
ketersediaan, dan aksesibilitas menentukan protokol mana yang akan digunakan.
Pada kenyataannya, Internet tidak selalu merupakan singleplatform tetapi
multiplatform dari vendor perangkat keras yang berbeda seperti Cisco dan Juniper.
Setiap vendor memiliki aturan skalabilitas untuk setiap perangkat kerasnya. Oleh
karena itu, vendor perangkat keras dan ISP harus berbagi informasi yang sama
untuk menentukan protokol mana yang harus diimplementasikan pada jaringan
MPLS mengingat penentuan protokol menjadi faktor penting untuk menentukan
peringkat produsen perangkat dan ISP

6
Makalah ini membandingkan hasil rekayasa traffic dengan menyesuaikan
arus traffic dengan menetapkan dan mengendalikan protokol RSVE-TE dan LDP
pada jaringan multiplatform MPLS.

1.2 Tujuan
Membandingkan interoperabilitas dan keandalan protokol RSVP dan LDP
pada jaringan multiplatform MPLS. Keandalan akan terlihat dengan menguji
kinerja layanan (QoS).

7
BAB II
DASAR TEORI

8
BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN

3.1 Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian dilakukan sebagai berikut :
1. Sistem Modeling
2. Sistem Konfigurasi
3. Pengujian
4. Analisis

3.1.1 Sistem Modeling


Kami mempertimbangkan model perusahaan kecil, yang memiliki satu
kantor pusat dan dua kantor cabang. Mereka terhubung melalui jaringan VPN oleh
ISP. Setiap kantor cabang memiliki dua jaringan dan kantor pusat hanya memiliki
satu jaringan. ISP menerapkan MPLS pada jaringan inti mereka sendiri. Model
sistem digambarkan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Model VPN


(Sumber: Ismail, dkk, 2017)

Jaringan ini mensimulasikan tiga Customer Edge (CE), Provider Edge (PE),
dan lima router sebagai jaringan inti dari ISP. Dalam pengujian multiplatform,
router CE berasal dari Cisco, dan pada router jaringan inti dan PE berasal dari Cisco
dan Juniper. Di setiap jaringan di setiap lokasi bisnis, router bertindak sebagai

9
gateway untuk terhubung ke jaringan ISP dengan PoP. Secara grafis, topologi
sistem digambarkan pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Topologi Sistem


(Sumber: Ismail, dkk, 2017)

Topologi memiliki tiga komponen utama sistem, CE, PR, dan Label Switch
Router (LSR). Ketiga komponen akan dikonfigurasikan untuk mensimulasikan
rekayasa traffic pada jaringan VPN MPLS lapisan OSI ketiga. Variasi platform
disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Variasi Platform


No. Node Platform
1 CE-A, CE-B, CE-C, PE-A, LSR-4 Cisco
2 PE-B, PE-C, LSR-5 Juniper
(Sumber: Ismail, dkk, 2017)

3.1.2 Sistem Konfigurasi


Pada dasarnya, rekayasa trafik dalam simulasi kami diwujudkan dengan
menyesuaikan arus traffic yang ditentukan oleh IGP untuk mencegah trafik
congestion pada rute tertentu dengan protokol routing yang mengontrol jaringan
multiplatform MPLS. Dalam penelitian ini, protokol RSVP digunakan untuk

10
rekayasa trafik pada jaringan MPLS sehingga congestion pada jaringan dapat
dihindari pada link tertentu.
Dengan protokol LDP, pemilihan jalur di jaringan mengikuti IGP. Tugas
LDP adalah memberi label paket memasuki jaringan MPLS. Di router LSR5, semua
antarmuka yang digunakan oleh IGP tergabung ke dalam protokol LDP dan MPLS.
Itu karena semua antarmuka digunakan dalam jaringan MPLS.

Gambar 3.3 Jalur eksplisit RSVP (Garis hijau merupakan jalur PE-B ke PE-C)
(Sumber: Ismail, dkk, 2017)

Penentuan jalur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jalur Eksplisit
dan Jalur Dinamis. Jalur eksplisit digunakan sebagai jalur utama dalam mengangkut
data dari setiap PE dan Dynamic Path bertindak sebagai redundansi jika salah satu
node gagal berfungsi. Jalur Eksplisit digambarkan pada Gambar 3.3. Dalam
jaringan MPLS, jalur yang menghubungkan LSR disebut Label Switched Path
(LSP). Alamat yang akan diteruskan oleh LSP ditentukan oleh antarmuka tunnel
yang terpisah.

3.1.3 Pengujian
3.1.3.1 Pengujian Koneksi
Uji konektivitas dimaksudkan untuk memeriksa interoperabilitas
multiplatform dari MPLS VPN. Pengujian dilakukan dengan menghubungkan host
ke setiap router CE pada jaringan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.4.

11
Gambar 3.4 Testing Model
(Sumber: Ismail, dkk, 2017)

Host yang digunakan untuk menguji konektivitas menggunakan sistem


operasi Ubuntu 12.04. Alat yang digunakan dalam pengujian adalah Ping dan
Traceroute. Proses pengujian akan dilakukan dari Host B dan Host C ke Host A
dengan dua skenario untuk setiap protokol. Saat jaringan stabil (disebut pengujian
konektivitas end-to-end) dan ketika jaringan mengalami kegagalan (disebut
pengujian pemulihan jaringan).
Tes konektivitas end-to-end dan pemulihan jaringan dilakukan pada
protokol LDP dan RSVP. Pengujian dilakukan dengan mengirimkan permintaan
ping dari Host B dan Host C ke Host A dengan total 100 paket dan dapat dilihat
berapa banyak paket yang dapat diterima. Jumlah 100 paket cukup untuk melihat
konektivitas jaringan.

3.1.3.2 Pengujian Keandalan


Keandalan mengacu pada kinerja sistem. Pengukuran kinerja jaringan
dilakukan dengan menghubungkan host ke setiap router CE. Parameter kinerja yang
dibandingkan adalah delay, jitter, packet loss, dan throughput. Pengukuran kinerja
jaringan dengan protokol LDP dan RSVP dilakukan dalam dua kondisi, tanpa beban
dan dengan beban (dengan traffic UDP tambahan). Gambar 3.5 menunjukkan
model pengukuran trafik tanpa beban.

12
Gambar 3.5 Model Pengukuran Traffic Tanpa beban
(Sumber: Ismail, dkk, 2017)

Untuk mensimulasikan jaringan dengan beban, jaringan akan dialiri oleh


trafik UDP sebesar 50% dari beban trafik maksimum, yaitu 4,5 Mbps yang dikirim
dari Host-A ke Host-B dan Host-C. Pengukuran jaringan yang dimuat digambarkan
pada Gambar 3.6.

Gambar 3.6 Model Pengukuran dengan Beban Traffic Tambahan


(Sumber: Ismail, dkk, 2017)

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan dua alat, Ping dan Iperf. Ping
digunakan untuk menentukan delay, sementara Iperf digunakan untuk mengirim
traffic dan mengukur jitter, packet loss, dan throughput. Pengukuran dilakukan
dengan mengambil sampel data setiap detik selama 60 detik.

13
3.2 Hasil Pengujian dan Pengukuran

3.2.1 End-to-End Delay Connectivity


Nilai konektivitas end-to-end delay diuji dengan menggunakan perintah
ping pada OS Linux. Tujuan pengujian ini untuk mengetahui bahwa jaringan
terhubung dengan baik.

Tabel 3.2 End-to-End Connectivity


Protokol Host Packet Sent Packet Received Lost
LDP B-A 100 100 0
C-A 100 100 0
RSVP B-A 100 100 0
C-A 100 100 0
(Sumber: Ismail, dkk, 2017)

Pada Tabel 3.2 memperlihatkan hasil pengujian konektivitas. Dari hasil


pengujian dapat dilihat bahwa dari semua paket yang dikirimkan pada setiap
jaringan antar host diterima dengan sepenuhnya atau baik tanpa adanya paket yang
hilang. Hal ini menunjukkan bahwa konektivitas jaringan stabil dan tidak memiliki
masalah.
Pengujian traceroute dengan protokol LDP dari host B-A dan host C-A
menunjukkan kesamaan jalur yaitu melalui LSR5 dan LSR 4. Hal ini
memungkinkan terjadinya kepadatan trafik karena LSR3 dan LSR2 melalui jalur
yang sama. Sedangkan dengan menggunakan protokol RSVP menunjukkan trafik
dari host B-A dan host C-A melalui jalur yang berbeda. Hal ini karena untuk
menghindari terjadinya kemacetan trafik dalam jaringan.

3.2.2 Network Recovery


Selama proses pengiriman paket, akan dilakukan penghapusan salah satu
link/ jalur di topologi jaringan untuk mensimulasikan bila terjadi kegagalan link/
jalur di jaringan. Tujuannya yaitu untuk melihat kecepatan dari setiap protokol
dalam melakukan pemulihan.

Tabel 3.3 Network Recovery Connectivity


Protocol Host Packet Sent Packet Received Lost
LDP B-A 100 52 48
C-A 100 52 48

14
RSVP B-A 100 66 34
C-A 100 63 37
(Sumber: Ismail, dkk, 2017)

Hasil simulasi ditunjukkan pada (Tabel 3.3). Secara umum jumlah paket
yang hilang dengan menggunakan protokol RSVP lebih sedikit dibandingkan
dengan menggunakan protokol LDP. Berdasarkan data dari Tabel 3.3 menunjukkan
bahwa protokol RSVP memiliki waktu pemulihan lebih cepat dibandingkan
protokol LDP. Nilai paket yang hilang (lost) pada protokol RSVP sebesar 35,5%
sedangkan protokol LDP sebesar 48%. Hal ini dikarenakan dalam protokol RSVP
pembentukan LSP dilakukan dengan metode make-before-break.

3.2.3 Delay
Delay adalah waktu yang dibutuhkan oleh paket data dari pengirim ke
penerima. Pengukuran dilakukan dengan waktu 60 detik dengan dua metode yaitu
penambahan beban trafik dan tidak ada penambahan beban trafik. Hasil pengukuran
delay yang didapat ditunjukkan pada Gambar 3.7 dan Gambar 3.8.

Gambar 3.7 Grafik Pengukuran Delay Tanpa Beban Trafik


(Sumber : Ismail, dkk, 2017)

Pada Gambar 3.7 dapat dilihat hasil pengukuran delay tanpa adanya beban
trafik untuk jalur dari host B-A dan host C-A. Rata-rata delay antara protokol RSVP
dan LDP tidak ada perbedaan yang signifikan. Tingkat rata-rata delay untuk
protokol LDP berkisar 50-70 ms, sedangkan untuk protokol RSVP berkisar 40-60
ms.

15
Gambar 3.8 Grafik Pengukuran Delay Dengan Beban Trafik
(Sumber : Ismail, dkk, 2017)

Penambahan beban trafik yaitu dengan cara memberikan kepadatan trafik


dengan UDP di jaringan. Perbedaan delay terlihat sangat signifikan antara protokol
LDP dan RSVP yang ditunjukkan pada (Gambar 3.8). Rata-rata delay dengan
protokol LDP yaitu sekitar 80 ms, sedangkan dengan menggunakan protokol RSVP
rata-rata delay relatif stabil yaitu berkisar 50 ms.

Tabel 3.4 Nilai Rata-rata Delay

Condition Protocol Delay (ms)

Without Traffic LDP 59.41

RSVP 50.24

With Traffic Load LDP 98.82

RSVP 52.40
(Sumber: Ismail, dkk, 2017)

Berdasarkan data hasil pengujian delay yang diperlihatkan pada Tabel 3.4
dari dua kondisi pengujian berbeda didapatkan bahwa terdapat perbedaan kinerja
jaringan setelah ditambahkan beban trafik. Semua trafik dari host B-A dan C-A
dengan menggunakan protokol LDP akan melewati jalur yang sama dan
menghasilkan kumpulan paket pada jalur yang sama. Penumpukan paket akan
menyebabkan antrian yang panjang sehingga akan menyebabkan nilai delay lebih
tinggi. Sedangkan dengan protokol RSVP karena jalur yang digunakan berbeda
antara host B-A dan host C-A maka nilai delay akan lebih rendah.

16
3.2.4 Jitter
Jitter adalah variasi dari delay akibat adanya perbedaan waktu atau interval
kedatangan paket data dari penerima. Pengukuran jitter dilakukan dengan
menggunakan iPerf. Pengukuran tanpa beban tambahan dilakukan dengan
mengirimkan paket UDP sebesar 9 Mbps. Seperti ditampilkan pada Gambar 3.9
hasil pengukuran didapatkan antara protokol LDP dan RSVP memiliki nilai yang
relatif sama yaitu berkisar 2 ms.

Gambar 3.9 Grafik Pengukuran Jitter Tanpa Beban Trafik


(Sumber : Ismail, dkk, 2017)

Pengukuran jitter dengan penambahan beban trafik ditunjukkan pada


(Gambar 3.10). Pengukuran dilakukan dengan menambahkan beban trafik sebesar
4,5 Mbps. Hasil pengujian menunjukkan nilai rata-rata jitter dengan menggunakan
protokol LDP dan RSVP berbeda. Nilai rata-rata jitter dengan menggunakan
protokol LDP berkisar 4 ms. Sedangkan, nilai rata-rata jitter dengan protokol RSVP
berkisar 2 ms.

Gambar 3.10 Grafik Pengukuran Jitter Dengan Beban Trafik


(Sumber : Ismail, dkk, 2017)

17
Pada Tabel 3.5 menunjukkan rata-rata nilai pengujian jitter yang dilakukan
selama 60 s dengan menggunakan iPerf. Dengan adanya penambahan beban trafik
nilai jitter pada protokol LDP mengalami penurunan yang besar dibandingan tidak
adanya penambahan beban trafik. Sedangkan penambahan beban trafik pada
protokol RSVP hanya mengalami penurunan sedikit dibandingkan tidak adanya
penambahan beban trafik.

Tabel 3.5 Kondisi Jitter dari Protokol

Condition Protocol Jitter (ms)

Without Traffic LDP 2.06

RSVP 2.06

With Traffic Load LDP 3.96

RSVP 2.39
(Sumber: Ismail, dkk, 2017)

3.2.5 Packet Loss


Packet loss adalah angka untuk menentukan dari banyaknya paket yang
hilang di penerima. Pengukuran packet loss dilakukan dengan menggunakan iPerf.
Pengukuran tanpa beban tambahan dilakukan dengan mengirimkan paket UDP
sebesar 9 Mbps. Pada Gambar 3.11 hasil pengujian selama 60 s menunjukkan antara
protokol LDP dan RSVP memiliki nilai relatif yang sama yaitu 0%. Nilai grafik
awal memiliki impuls diakibatkan dari adanya pengaruh luar yang berasal dari
simulator sistem.

Gambar 3.11 Grafik Pengukuran Packet loss Tanpa Beban Trafik


(Sumber : Ismail, dkk, 2017)

18
Pengukuran packet loss dengan penambahan beban trafik ditunjukkan pada
(Gambar 3.12). Pengukuran dilakukan dengan menambahkan beban trafik sebesar
4,5 Mbps. Hasil pengujian menunjukkan nilai rata-rata packet loss dengan
menggunakan protokol LDP dan RSVP memiliki perbedaan yang signifikan. Nilai
rata-rata packet loss dengan menggunakan protokol LDP berkisar 60%. Sedangkan,
nilai rata-rata packet loss dengan protokol RSVP berkisar 15%.

Gambar 3.12 Grafik Pengukuran Packet loss Tanpa Beban Trafik


(Sumber : Ismail, dkk, 2017)

Pada Tabel 3.6 menunjukkan rata-rata nilai pengujian packet loss yang
dilakukan selama 60 s dengan menggunakan iPerf. Dengan adanya penambahan
beban trafik nilai packet loss pada protokol LDP dan RSVP memiliki nilai
perbedaan yang signifikan. Hal ini menujukkan jumlah paket yang loss pada
protokol LDP lebih besar dibandingkan protokol RSVP.

Tabel 3.6 Nilai Rata-Rata Packet loss (%)

Condition Protocol Packet Loss (%)

Without Traffic LDP 0.08

RSVP 0.30

With Traffic Load LDP 59.48

RSVP 12.18
(Sumber: Ismail, dkk, 2017)

3.2.6 Throughput

19
Throughput adalah berapa banyak paket data yang diterima oleh sebuah
node dalam rentang pengamatan tertentu. Nilai throughput dipengaruhi oleh delay,
jitter, dan packet loss dalam jaringan.

Gambar 3.13 Grafik Pengukuran Throughput Tanpa Beban Trafik


(Sumber : Ismail, dkk, 2017)

Pengukuran throughput dilakukan dengan menggunakan iPerf. Pengukuran


tanpa beban tambahan dilakukan dengan mengirimkan paket UDP sebesar 9 Mbps.
Pada Gambar 3.13 hasil pengujian selama 60 s menunjukkan nilai rata-rata
throughput memiliki nilai yang relatif sama yaitu sekitar 9 ms. Nilai grafik awal
memiliki impuls diakibatkan dari adanya pengaruh luar yang berasal dari simulator
sistem. Pengukuran throughput dalam jaringan tidak akan mencapai nilai
maksimum karena kemampuan dari simulator yang terbatas hanya 9 Mbps.

Gambar 3.14 Grafik Pengukuran Throughput Dengan Beban Trafik


(Sumber : Ismail, dkk, 2017)

Pengukuran throughput dengan penambahan beban trafik dilakukan dengan


menambahkan beban trafik sebesar 4,5 Mbps ditunjukkan pada (Gambar 3.14).
Hasil pengujian menunjukkan nilai rata-rata throughput dengan menggunakan
protokol LDP dan RSVP memiliki perbedaan yang signifikan. Nilai rata-rata

20
throughput dengan menggunakan protokol LDP sekitar 4 Mbps. Sedangkan, nilai
rata-rata throughput dengan protokol RSVP berkisar 8 Mbps. Hal ini menunjukkan
throughput pada jaringan dengan protokol RSVP lebih besar dibandingkan pada
protokol LDP.
Tabel 3.7 Nilai Rata-rata Throughput

Condition Protocol Throughput (ms)

Without Traffic LDP 9.00

RSVP 8.96

With Traffic Load LDP 3.59

RSVP 7.81
(Sumber: Ismail, dkk, 2017)

Pada Tabel 3.7 menunjukkan bahwa rata-rata nilai throughput dalam


jaringan dengan pengujian selama 60 s pada protokol LDP dan potokol RSVP untuk
trafik tanpa beban memiliki nilai yang relatif sama. Hal ini dikarenakan paket yang
hilang pada kedua protokol dibawah 1% dan mendekati nilai throughput maksimum
akibat rendahnya collision (tabrakan antar paket di dalam jaringan) sehingga paket
yang dikirimkan dapat diterima dengan baik.
Sedangkan nilai throughput pada protokol LDP dan RSVP dengan beban
tambahan menyebabkan adanya paket yang hilang. Pada protokol LDP presentase
paket yang hilang yaitu 59,48%. Sedangkan pada protokol RSVP presentase paket
yang hilang yaitu 12,18%. Tingginya nilai hilangnya paket pada LDP menyebabkan
paket yang diterima menurun akibat adanya collision di jaringan. Sedangkan pada
RSVP karena jalur trafik yang digunakan berbeda maka, dapat meminimalkan
adanya collision di jaringan sehingga paket yang diterima lebih baik.

21
BAB IV
SIMPULAN

Pada jaringan yang stabil dan tanpa beban trafik tambahan, delay rata-rata
pada protokol LDP adalah 59,41 ms, jitter 2,06 ms, kehilangan paket 0,08%, dan
throughput 8,99 Mbps. Sementara itu, pada protokol RSVP, delay rata-rata adalah
52,40 ms, jitter 2,39 ms, paket loss 12,18%, dan throughput 7,80 Mbps. Ketika
failover terjadi dan pada recovery mode, protokol LDP terdapat 48% paket yang
hilang per 100 paket yang dikirim sedangkan pada paket RSVP persentase
kehilangan adalah 35,5% per 100 paket yang dikirim. Kedua protokol memiliki
interoperabilitas pada lapisan ketiga multiplatform MPLS VPN, tetapi pada kondisi
lalu lintas yang padat, protokol RSVP memiliki keandalan yang lebih baik daripada
protokol LDP.

22

Anda mungkin juga menyukai