Anda di halaman 1dari 10

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM PERKEMIHAN

Untuk memenuhi tugas mata kuliah system perkemihan


Dibina Oleh :
Ns. Putu Sintya Arlinda Arsa, S.Kep.,M.Kep

DISUSUN OLEH

Ayu Apry Muliyanty 1501070385

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG


PRODI SI KEPERAWATAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul ” Konsep Dasar
Asuhan Keperawatan Pada Sistem Perkemihan”. Penulisan makalah ini merupakan
salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Sistem Pencernaan di Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Kendedes Malang.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki.
Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada saya,
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.

Malang, 20 Mei 2019

Penulis
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
SISTEM PERKEMIHAN

I. PENGKAJIAN
1. Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin (wanita lebih beresiko lebih
tinggi dari pada pria), pendidikan, pekerjaan, suku/ bangsa, agama, status,
alamat, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, diagnosa medik, nomor
Rekam Medik.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : Klien biasanya mengatakan nyeri pada punggung
bagian bawah.
b. Riwayat penyakit sekarang : Biasanya klien datang ke rumah sakit atau
ke ptugas kesehatan karena nyeri pada punggung bagian bawah dan
nyeri pada saat kencing, demam, menggigil dan lain-lain.
c. Riwayat penyakit dahulu : Apakah klien pernah menglami penyakit ini
sebelumnya, apakah klien menderita penyakit DM, Hipertensi dan
Penyakit Jantung.
d. Riwayat penyakit keluarga : Biasanya keluarga tidak pernah mengalami
penyakit seperti ini, karena ISK bukan penyakit keturunan.

3. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Head To Toe

1. Keadaan umum : klien nampak pucat, keasadaran composmentis.

2. Tanda vital :

 TD : > 120/70

 Nadi : > 100x/menit

 Suhu : > 37,5 oC

 RR : > 20x/menit
2. Kepala : mesosepal, rambut hitam, tipis, bersih

3. Mata : anemis (-), sclera ikterik (-), pupil terhadap cahaya (+)

4. Hidung : cuping hidung (-), secret (-), epistaksis (-), tidak terpasan
NGT

5. Telinga : serumen (-), bentuk simetris

6. Leher : tidak ada kelainan

7. Dada : bentuk normal, pengembangan dada simetris, (-) retraksi


dinding dada.
8. Jantung :

a. Inspeksi : tidak ada pembesaran

b. Palpasi : tidak teraba adanya pembesaran

c. Perkusi : bunyi jantung pekak

d. Auskultasi : BJ1 dan BJ2 tunggal

9. 10. Paru-paru :

 Inspeksi : pengembangan paru kanan kiri simetris

 Palpasi : biasanya tidak ada nyeri tekan

 Perkusi : sonor seluruh lapang pandang

 Auskultasi : pernafasan vesikuler

10. Abdomen :

a. Inspeksi : biasanya abdomen tampak rata tidak ada pembesaran

b. Palpasi : biasanya tidak ada pengerasan abdomen

c. Perkusi : timpani
d. Auskultasi : bising usus normal 12x/menit

12. Genetalia : nampak kotor, nyeri tekan, adanya infeksi pada SK

13. Ekstremitas : tonus otot

b. Fungsional Gordon

1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan : pasien mengatakan kesehatan


merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang sakit maka akan
segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.

2. Pola nutrisi dan metabolic : nutrisi tidak ada gangguan tetapi metabolic
adanya gangguan pada fungsi urogenital.

3. Pola eliminasi : adanya disuria dan poliuria.

4. Pola aktivitas dan latihan : aktivitas sedikit terganggu karena nyeri pada
punggung dan frekuensi BAK yang sering.

5. Pola istirahat tidur : tidur tidak seperti biasanya, sering terbangun malam
karena kencing (nokturia), dan nyeri pada punggung.
6. Pola persepsi sensori dan kognitif : tidak ada gangguan pada pola
persepsi sensori dan kognitif, penglihatan masih jelas.

7. Pola hubungan dengan orang lain : interaksi dengan orang lain masih
cukup baik dalam menjalani keseharian dalam berkomunikasi.

8. Pola reproduksi / seksual : terjadi perubahan seksualitas karena adanya


penyakit yang di derita.

9. Pola persepsi diri dan konsep diri : terjadi perubahan pada rasa gairah
seksual dalam hubungan.
10. Pola mekanisme koping : klien apabila merasakan tidak nyaman selalu
memegangi punggungnya.

11. Pola nilai kepercayaan / keyakinan : individu ingin penyakitnya sembuh


dan percaya bahwa petugas kesehatan akan memberikan yang terbaik
dalam perawatan.

4. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis : penampilan : kabur/keruh, bau : ammonia, berat jenis :
<1,005, protein: > 8mg/dL atau >80mg/24jam, SDM : >2 per lapang
daya rendah, serpihan.

2. USG dan Radiologi : USG dan rontgen bisa membantu menemukan


adanya batu ginjal, kelainan struktural atau penyebab penyumbatan air
kemih lainnya.

3. Creatinin : dewasa, serum : 0,5-1,5 mg/dL; 45-132,5 mmol/L (unitSI)

4. Pemeriksaan IVP : Pielogram intravena (IVP) mengidentifikasi


perubahan atau abnormalitas struktur saluran perkemihan. Bahan
radiopaque disuntikan, dan sinar x dilakukan pada waktu tertentu. IVP
berguna untuk mengetahui lokasi batu dan tumor dan mendiagnosa
penyakit ginjal.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri Akut dan ketidaknyamanan berhubungan dengan infeksi ginjal
2. Hipertermi berhubungan dengan Sepsis (respon imunologi terhadap
infeksi).
3. Gangguan pola eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran kemih
(fungsi pemekatan urin yang menurun).
4. Kelebihan volume cairan b.d penurunan keluaran urin, retensi cairan dan
natrium
5. Gangguan perfusi jaringan cerebral b.d retensi air dan hipernatremia
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah,
anoreksia, pembatasan diet dan perubahan mambran mukosa mulut
7. Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi produk sampah dan
prosedur dialisis
8. Gangguan harga diri b.d ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra
tubuh dan fungsi seksual.

III. INTERVENSI
1. Kaji status cairan :
 Timbang berat badan tiap hari
 Keseimbangan masukan dan keluaran
 Turgor kulit dan adanya edema
 Distensi vena leher
 Tekanan darah ,denyut dan irama nadi
2. Batasi masukan cairan :
 Identifikasi sumber potensial cairan :
- Medikasi dan cairan yang digunakan untuk pengobatan :
oral dan intravena
- Makanan
 Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan
 Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat pembatasan
cairan
 Tingkatkan dan dorong hygiene oral dgn sering
3. Manajemen Nyeri
 Menjelaskan dan membantu pasien dengan tindakan pereda nyeri
nonfarmakologi.
 Melakukan manajemen nyeri keperawatan.
 Mengkaji nyeri dengan pendekatan PQRST.
 Mengistirahatkan pasien pada saat nyeri muncul.
 Mengajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam pada saat nyeri
muncul.
 Mengajarkan teknik distraksi pada saat nyeri.
4. Gangguan pola eliminasi urine
 Mengawasi masukan dan pengeluaran dan karakteristik urine
 Menentukan pola berkemih normal pasien dan perhatikan variasi
 Mendorong meningkatkan pemasukkan urine
 Mengkolaborasi pemberian obat sesuai indikasi

IV. IMPLEMENTASI
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas
yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/
pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu
mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien
terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan
pelaksanaan perawatan (Doenges E Marilyn, dkk,).

V. EVALUASI
Proses yang dilakukan untuk menilai keberhasilan dari suatu tindakan
yang dilakukan, menentukan sejauh mana tujuan sudah tercapai.

PENUTUP
Asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian kegiatan yang
sistematis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal. Sebelum
melakukan rencana tindakan keperawatan, perawat hendaklah menjelaskan tindakan
keperawatan yang dilakukan terhadap pasien. Dalam pelaksanaan, perawatan
melakukan fungsinya sebagai independent, interdependent dan dependent. Pada
fungsi independent perawat melakukan tindakan atas dasar inisiatif sendiri.
Contohnya memberikan latihan pernapasan perut dalam posisi duduk dan berbaring.
Pada fungsi interdependent, perawat melakukan fungsi kolaborasi dengan tim
kesehatan lainnya. Dan fungsi independent perawat melakukan fungsi tambahan
untuk menjalankan program dari tim kesehatan lain seperti pengobatan.
Di samping itu perawat harus memperhatikan keadaan umum dan respon
pasien selama pelaksanaan. Dan untuk melatih pasien agar mandiri, sebaiknya dalam
tahap pelaksanaan ini adalah sebagai berikut : persiapan, pelaksanaan dan
dokumentasi. Pada fase persiapan, perawat dituntut memiliki pengetahuan dan
keterampilan. Selain itu perawat juga harus mampu menganalisa situasi dan kondiri
pasien baik fisik maupun mentalnya sehingga dalam merencanakan, memvalidasi
rencana serta dalam pelaksanaannya perawat akan terhindar dari kesalahan.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. J. and Moyet. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10.
Jakarta: EGC Carpenito, L. J. 2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik
Klinis. Jakarta: EGC
McPhee, S. J and Papadakis, M. A, dkk. 2012. Current Medical Diagnosis &
Treatment. USA: Cenveo Publisher Services.
Nanda. 2012. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
Wijaya, A. S, dan Putri, Y. M. 2013. Keperewatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta:
Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai