Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memang memberikan manfaat
dan damapak positif kehidupan manusia, baik dari efektifitas kerja dan efisiensi
kerja. Kehidupan manusia menjadi terpenuhi secara instan, serba cepat dan segala
sesuatu menjadi serba mudah.
Namun demikian pada sisi lain perkembangan teknologi dan ilmu
pengetahuan juga berdampak negative pada kehidupan manusia itu sendiri,
terutama dampak dari penggunaan bahan bahan yang terbuat dari Zat kimia,
terutama pada aspek kesehatan manuasia. Salah satu contoh dari berbagai produk
yang dihasilkan dari proses dengan menggunakan bahan makanan adalah,
penggunaan bahan kimia untuk pengemasan makanan, seperti penggunaan bahan
yang terbuat dari plastik
Berdasarkan pengamatan kita sehari-hari penggunaan plastik dikalangan
masyarakat begitu meluas, bahkan sangat tinggi ketergantungannya maka sangat
sulit untuk dipisahkan pada kehidupan sehari-hari. Memang plastic merupakan
bahan pembungkus makanan yang murah, mudah didapat dan tahan lama, namun
masyarakat tida sadar akan bahayanya apabila tidak benar dalam penggunaanya.
Menurut narasumber IPTEK VOICE Dr. Agus Haryono dari Pusat
Penelitian Kimia (LIPI) mengatakan setiap hari ketergantungan terhadap palstik
semakin tinggi namun bahayanya kurang disadari masyarakat. Sesungguhnya
penggunaan bahan palstik dalam konsumsi makanan tidak perlu ditakutkan
asalkan tau cara penggunaanya.
Bagi masyarakat awam cara mudah untuk menghindari bahaya palstik yaitu
dengan membedakan antara plastik untuk kemasan makanan dan keperluan
lainnya. Plastic harus dibuat berdasarkan SNI (Standar Nasional Indonesia),
sehingga lebih aman pada suhu tertentu pada lemak atau minyak.
Pada plastik keresek, hindari pemakaiannya dari makanan berminyak dan
suhu panas, karena zat-zat adiktif dalam palstik mudah terurai dalam makanan
tersebut, apalagi terkontaminasi. Secara akumulatif pada binatang percobaan

1
dapat mengakibatkan penyakit kanker, perubahan kormone, dan menyebabkan
kelahiran berjenis kelamin ganda.
Selain itu pada plastik dengan jenis kelamin seperti pada botol susu untuk
balita, cara untuk mengetahui keasliannya yaitu dengan merebus plastik atau
wadah tersebut dalam air panas selama satu jam, apabila terjadi perubahan bentuk
atau pecah, maka dapat indikasikan melamin itu palsu. Melamin, urea dan bahan
berbahaya lainnya.
Sehingga dari serangkaian masalah yang dapat ditimbulkan oleh plastik maka,
penelitian ini mencoba memaparkan solusi alternative masalah pembukus
kemasan kini pada pengemas produk pangan yang aman dan ramah lingkungan,
dan menyehatkan. Misalnya pemakaian daun pisang serta bioplastik atau plastik
biodegradable, sebagai pengemas bahan pangan yang aman dan ramah
lingkungan. Daun pisang itu sendiri merupakan daun dari pohon pisang yang
digunakan sebagai bahan dekoratif pada berbagai kegiatan keagamaan atau
sebagai bahan dalam kuliner, seperti beberapa Negara di Asia Selatan dan Asia
Tenggara. Dan plastik biodegradable artinya plastik ini dapat diuraikan kembali
oleh mikroorganisme secara alami, dapat dipengaruhi, yaitu senyawa-senyawa
yang terdapat dalam pati tanaman misalnya tapioca dan jagung. Bahan alami
tersebut sangat banyak manfaatnya seperti mengurangi tingkat pemanasan global,
menambah cita rasa makanan kerena aroma daun pisang yang khas, menyehatkan
tubuh karena tidak mengandut zat adiktif, serta mengurangi pencemaran
lingkungan.
Tulisan ini akan membahas beberapa hal penting seperti, faktor apa yang
memperngaruhi masyarakat memakai kemasan plastic, bagaimanakah dampaknya
penggunaan kemasan plastic , apa yang disebut dengan bahasn pengemas alami,
apa jenisnya dan bagaimana manfaatnya dalam pengemasan makanan.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang masalah yang terungkap diatas dapat dijabarkan rumusan
masalah sebagai berikut:

2
1.2.1 Faktor apa saja yang menyebabkan masyarakat lebih banyak
menggunakan bahan pengemas plastik dibandingkan dengan bahan
pengemas alami?
1.2.2 Bagaimana cara menentukan kemasan plastik yang berbahaya atau
tidak?
1.2.3 Bahan pengemas jenis apa yang aman dan ramah lingkungan?
1.2.4 Apa pengertian dari daun pisang dan plastik biodegradable?
1.2.5 Apa manfaat dari penggunnaan bahan pengemas alami?
1.2.6 Bagaimana solusinya agar terhindar dari bahaya bahan pengemas
plastik?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui faktor penyebab masyarakat lebih banyak
menggunakan bahan pengemas plastik dibandingkan dengan bahan
pengemas alami.
1.3.2 Untuk mengetahui cara menentukan kemasan plastik yang berbahaya
atau tidak.
1.3.3 Untuk mengetahui bahan pengemas jenis apa yang aman dan ramah
lingkungan.
1.3.4 Untuk mengetahui pengertian dari daun pisang dan platik
biodegradable.
1.3.5 Untuk mengetahui manfaat dari penggunaan bahan pengemas alami.
1.3.6 Untuk mengetahui solusinya agar terhindar dari bahaya bahan pengemas
plastik.

1.4 Manfaat Penulisan


Karya tulis ini sangat bermanfaat bagi semua lapisan masyarakat untuk
menambah wawasan kita mengenai bahan pengemas pangan yang aman serta
tidak aman sehingga kita lebih bisa selektif dalam menentukan bahan pengemas
serta nantinya kita bisa melakukan inovasi bahan pengemas yang aman dan ramah
lingkungan dari SDA ( Sumber daya Alami ) yang lain. Secara terperinci manfaat
ini adalah sebagai berikut:

3
1.4.1 Secara Teoritis, mampu memperluas wawasan dan pengetahuan
terutama hal-hal yang berhubungan dengan pengembangan dan
manfaat pembungkus yang alami yaitu daun pisang dan talas bogor,
sehingga dapat mengurangi tingkat atau dampak negatif akibat
penggunaan bahan-bahan kimia seperti plastik.
1.4.2 Penulisan ini secara praktis dapat melatih dan mengembangkan sikap
menggali sumber alami masyarakat, terutama pentingnya penggunaan
pembungkus makanan dari alam, yang lebih higienis dan tidak
mengandung zat-zat kimia yang berbahaya.
1.4.3 Dari segi ekonomis akan menghemat penggunaan bahan bahan dari
alam, ketimbang yang terbuat dari plastic ataupun dari karton dan
kardus.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Daun Pisang


Daun pisang adalah daun dari pohon pisang yang digunakan sebagai bahan
dekoratif pada berbagai kegiatan keagamaan atau sebagai bahan pelengkap dalam
kuliner, seperti yang dilakukan beberapa Negara di Asia Selatan dan Asia
Tenggara (Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1994:234)
Pendapat lain tertera pada (Ensiklopedia Bebas 1997:65) dikemukakan,
bahwa daun pisang merupakan komponen tumbuhan atau tanaman yang multi
guna baik buah dan daunnnya maupun akarnya. Terutama pada bagian daun
tanaman ini dilapisi dengan lilin, atau zat yang dapat merekatkan sehingga
membuat daun pisang dapat menampung hidangan berkuah kental. Dari dua
pendapat tersebut daun pisang memiliki cirri dan keunikan yang sangat spesifik,
yaitu warnanya yang sangat kehijauan alami angat cocok untuk mengemas
makanan dan juga bahan-bahan makanan lainnya. Sehingga masyarakat
tradisional kita banyak menggunakan daun pisang untuk membungkus makanan,
karena lebih segar dan lebih menggungah selera untuk makan.
Pada masyarakat tradisional dipedesaan daun pisang dipergunakan pada
acara-acara resmi baik dalam perkawinan,upacara-upara keagamaan dan juga
pembungkus makan makanan tradisional, karena lebih bersifat alami dan
merupakan symbol kedekatan masyarakat dengan alam. (Wildan Y. 1999:288).

2.2 Pengertian Talas Bogor


Talas bogor ialah alah satu tanaman khas Kota Bogor Jawa Barat, ini
merupakan tanaman yang memiliki potensi yang selama ini masih belum banyak
digali. Pemanfaatannya masih berupa pangan dan produk setengah jadi berupa
pati, tepung dan chips. (Pemanfaatan Sumber Daya).
Lewat serangkaian proses, talas bogor mampu menghasilkan glukosa yang
dapat digunakan sebagai bahan baku produksi asam poliktaktat melewati tahapan
Mpolimerisasi dengan bantuan enzim. Potensi tersebut dapat digunakan sebagai
peluang kemasan bio-Plastik.

5
Isu pemanasan global menjadikan masyarakat semakin sadar tentang
pentingnya pengembangan kemasan palstik ramah lingkungan. Salah satu bentuk
kepedulian tersebut ialah dengan mengurangi pemakaian plastic sintesis. Plastic
sintetis memang memiliki berbagai keunggulan seperti mepunyai sifat mekanik
dan berrier yang baik, harganya murah, dan kemudahannya dalam proses
pembuatan serta aplikasinya.
Namun palstik sintetik mempunyai kestabilan fisiko-kimia yang sangat kuat
sehingga plastik sangat sukar terdegrasi secara alami dan menimbulkan masalah
dalam penanganan limbahnya. Selain itu, kemasan pangan dari plastic sintetik
berpotensi mengalami migrasi polimer ke dalam, bahan pangan, sehingga
berakibat buruk bagi kesehatan.
Penggunaan kemasan plastik ramah lingkungan diharapkan dapat menjadi
alternative solusi bagi permasalahan diatas. Palastik ramah lingkungan yang
dibuat seluruhnya dari polimer alami (bio-palstik) selain dapat turut berperan serta
dalam menurunkan laju pemanasan global, juga dapat membantu peningkatan
citra dan diversifikasi produk turunan dari talas bogor. Sehingga pada akhirnya
diharapkan mampu menyejahterakan petani talas bogor karena adanya
peningkatan produktifitas. Dan lebih pentingnya lagi, kemasan bio-plastik mampu
berfungsi sebagai sebagai pengemas pangan yang memperpanjang umur simpan
produk dan mejaga kualitas produk pangan.
Dimasa mendatang, konsumsi bahan kemasan bio-palstik akan berkembang
dengan pesat. Sebab, bahan baku plastik sintetik yakni berasal dari minyak bumi
akan mengalami kelangkaan dan harga yang semakin tinggi.Terlihat dari gambar
grafik dibawah ini, setiap tahunnya terdapat tren peningkatan penggunaan
kemasan palstik yang berbahan baku alami. Melalui peluang inilah, akanlah
sangat baik bila kita mampu dalam rangka meningkatkan mutu produk pangan dan
pemberdayaan ekonomi masyarakat. Tercatat terdapat pertumbuhan pasar sebesar
30% setiap tahunnya.

2.3 Bahaya Penggunaan Bahan Kemasaan Plastik.


Penggunaan plastic sebagai pengemas makanan dapat mengganggu kesehatan
karena zat - zat adiktif yang terkandung di dalamnya. Dan sisa kemasan

6
plastic yang ada dapat merusak lingkungan karena sampah plastik tidak
mudah hancur atau terutai. (Kamus Biologi 2001 : 4 )

2.4 Contoh-Contoh PanganYang Dikemas Daun Pisang


Ada beberapa pangan yang dikemas dengan daun pisang, pangan tersebut
biasanya pangan-pangan tradisional yang memang dari sejak dulu di kemas
dengan daun pisang dan saat ini pengemas pisang menjadi ciri khas bagi
pangan-pangan tersebut. (Pemanfaatan Sumber Daya Alam)
Bentuk – bentuk wadah lipatan dari daun pisang dan contoh –contoh pangan
yang dikemas dengan daun pisang. Daun pisang yang digunakan sebagai
pengemas pangan mempunyai beberapa bentuk wadah diantaranya pincuk,
tum, takir dan sudi.
Pincuk adalah piring saji tradisonal berbentuk segi empat dengan tiga sisi.
Tum adalah piring saji tradisional yang dibuat dengan cara mengakupkan
ujung – ujung dari daun pisang dan dikunci dengan biting.
Takir adalah wadah berbentuk bak, kotak yang tebuka bagian atasnya.
Sudi adalah wadah berbentuk bndar dengan tonjolan ditengahnya.
Selain itu daun pisang dapat digunakan sebagai pembungkus arem – arem,
bebek betutu, nasi bungkus, tempe, dan tumpeng.

7
BAB III
METODE PENULISAN

3.1 Sumber Data


Sumber data yang kami peroleh dari Buku Ensiklopedia Nasional Indonesia
1994:824) serta dari situs-situs internet seperti google, Wikipedia, dll. Sumber
data juga dikembangkan dan dianalisis dengan metode kepustakaan, yaitu
menggali teori-teori dasar dan konsep yang telah dikemukakan oleh para alhi
terhadulu. (Irawati Singarimbun:1999:70)

3.2 Metode Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang kami gunakan yaitu
1. study pustaka yaitu: teknik pengumpulan data atau cara pengumpulan
data dengan membaca sesuai dengan tema suatu penelitian ilmiah serta kami
juga memperoleh data sari situs-situs internet. Study pustaka ini bermanfaat
dalam suatu penyusun kerangka dasar teori yang mendukung suatu penulisan.
2.Serta dalam penulisan karya ilmiah ini kami juga melakukan wawancara
atau tanya jawab dengan berbagai narasumber untuk mendapatkan data atau
informasi ((Irawati Singarimbun:1999:70)

3.3 Metode Penyajian


Dalam penyajian data kami menggunakan metode deskriftif yaitu:
memaparkan dan menggambarkan suatu fenomena setelah melalui studi dan
analisis berbagai sumber atau pustaka yang releven. (Irawati S:1999:70).
Penyajian secara diskriftif ini juga untuk menjelaskan, memaparkan semua
informasi yang kami dapat dari berbagai peristiwa yang ada dan di dukung dengan
berbagai teori, bukti danfakta-fakta yanga ada, terutama dengan menggunakan
sumber-sumber pustaka dan analisis berbagai melalui dan media seperti buku,
brosur, majalah dan situs-situs internet yang relevan dengan permasalahan.

8
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN

4.1. Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Memilih Pengemas Alami


Pada masyarakat pedesaan dan juga beberapa diperkotaan nampaknya telah
terjadi perubahan pola pikir dan juga perilaku dalam pengemasan konosumsi
makanan. Pola ini terjadi karena semakain kuatnya arus informasi dan kesehatan
yang menayangkan tentang beberapak dampak negative dari penggunaan zat zat
yang berbahaya dari bahan bahan kimia.
Bahan bahan kimia yang sering digunakan dalam pembukngkus makanan
sering kali mengandung zat aditif, pewarna dan pengawet makanan serta bahan
bahan dari industry tekstil, terutama pada plastik, kertas dan bahan kimia lainnya.
Zat zat tersebut berbahaya bagi tubuh manusia, terutama pada saluran pencernaan
dengan efek memertinggi keracunan dalam tubuh melalui makanan. Satu contoh
yang pernah diekspos dalam media TV swasta “TV one “ yang menayangkan
bahaya plastic, terutama plastic yang ada zat warnanya, dan yang gelap, kecuali
yang tipis dan transparan. Berpijak dari hal tersebut maka bahan bahan pengemas
alami sangat penting untuk dijadikan pengemas yang lebih higeinis, terutama
dalam hal ini daun pisang dan talas bogor.
Latar belakang bahan – bahan pangan di kemas dengan daun pisang atau
pengemas alami adalah pengemas alami tersebut mempunyai banyak kelebihan
seperti contoh : daun pisang. Pengemas pangan dari daun pisang lebih higienis
karena daun pisang tersebut tidak mengandung zat – zat kimia yang berbahaya.
Selain itu pembungkus pangan dari bahan daun pisang mempunyai ciri khas yaitu
rasanya, yang membuat rasa dari pangan tersebut lebih terasa nikmat atau tercium
bau harum. Pembungkus daun pisang juga mudah di dapat. Daun pisang
mengadung polifenol dalam jumlah besar yang sama seperti pada daun the,
berbentuk EGCG, EGCG tersebut yang menghasilkan aroma khas ketika menjadi
bahan pelengkap makanan. Daun pisang juga dilapisi oelh zat lilin yang membuat
daun pisang dapat menampung hidangan berkuah kental.

9
4.2. Kreativitas Pengemas daun Pisang dan Talas Bogor
Bentuk – bentuk wadah lipatan dari daun pisang dan contoh – contoh pangan
yang dikemas dengan daun pisang. Daun pisang yang digunakan sebagai
pengemas pangan mempunyai beberapa bentuk wadah diantaranya pincuk, tum,
takir dan sudi.
1. Pincuk adalah piring saji tradisonal berbentuk segi empat dengan tiga sisi.
2. Tum adalah piring saji tradisional yang dibuat dengan cara mengakupkan
ujung – ujung dari daun pisang dan dikunci dengan biting.
3. Takir adalah wadah berbentuk bak, kotak yang tebuka bagian atasnya.
4. Sudi adalah wadah berbentuk bndar dengan tonjolan ditengahnya.
Selain itu daun pisang dapat digunakan sebagai pembungkus arem – arem,
bebek betutu, nasi bungkus, tempe, dan tumpeng.
5. Arem – arem adalah panganan serupa lemper yang berisi nasi, sayuran
ataupun sambal goreng yang dibungkus dengan daun pisang. Arem – arem
popular sebagai panganan pengganti sarapan. Biasanya ukurannya dibuat
lebih besar daripada lemper. Dalam pembuatannya isi arem – arem, yang
biasanya adalah sambal goreng, dibuat terlebih dahulu. Selanjutnya beras
dimasak setengah matang. Nasi setengah matang kemudian di atat pada
permukaan yang rata, isi ditaruh diatasnya lalu digulung dengan nasi.
Selanjutnya, gulungan dibungkus dengan daun pisang dan kemudian
dikukus hingga masak.
6. Bebek Betutu adalah masakan kebanggaan masyarakat Bali. Biasanya
dibuat dari bebek yang dibungkus dengan daun pisang, lalu di bungkus
lagi dengan plepah pinang hingga rapat. Bebek ditanam di dalam lubang di
dalam tanah, dan di tutup dengan bara api selama 6 – 7 jam sampai
matang. Betutu adalah cara masak ayam dan bebek yang sangat khas di
Bali dari penampakannya, ayam betutu sangat mirib dengan ingkung ayam
yang dipakai dalam upacara tradisi Jawa.
7. Nasi bungkus adalah nasi putih beserta lauk untuk satu orang agar bisa
di bawa dan dimakan di temapt lain. Nasi bungkus bukan nama jenis
makanan melainkan cara mengemas makanan. Bila nasi beserta lauk pauk

10
di kemas dalam kotak dalam karton, maka nasi tersebut di sebut nasi kotak
atau nasi dus. Daun pisang digunakan sebagai pembungkus karena daun
pisang mengeluarkan aroma yang harum bila terkena makanan panas.
8.Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji
kedelai, atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis
kapang Rhizopus, yaitu Rhizopu oligospurus. Tempe banyak dikonsumsi di
Indonesia tetapi sekarang telah mendunia. Kaum vegetarian dseluruh dunia
yang telah banyak menggunakan tempe sebagai pengganti daging.
Akibatnya sekarang tempe diproduksi dibanyak tempat di dunia, tidak
hanya di Indonesia.
9. Tumpeng adalah cara penyajian nasi beserta lauk pauknya dalam bentuk
kerucut, karena itu disebut pula nasi tumpeng. Olahan nasi yang dipakai
pada umumnya berupa nasi kuning, meskipun kerap juga digunakan nasi
putih ataupun nasi uduk. Cara penyajian nasi khas Jawa ini, atau
masyarakat Betawi biasanya dibuat pada saat kenduri atau perayaan suatu
kejadian penting, meskipun demikian,masyarakat indonesia mengenal
kegiatan ini secara umum.
4.3 Talas Bogor sebagai bioplastik pengemas pangan dan bahaya penggunaan
plastik. Talas Bogor adalah tanaman khas Bogor yang mempunyai potensi
yang bersar untuk dikembangkan menjadi produk bernilai tinggi, baik untuk
produk maupun produk nonpangan.

4.4 Proses Pembuatan Bioplastik dari Talas Bogor.


Lewat serangkaian proses, talas Bogor mampu menghasilkan glukosa yang
mampu digunakan sebagai bahan baku produksi asam polilaktat melewati
proses fermentasi oleh mikroba menghasil asam laktat dan proses esterifikasi
serta polimerisasi dengan bantuan enzim.

4.5 Manfaat Dari Bioplastik Talas Bogor.


Talas Bogor sangat bermanfaat untuk menurunkan laju pemanasan global.
Peningkatan citra dan difersifikasi produk turunan dari talas Bogor. Sehingga
pada akhirnya diharapkan mampu mensejahterakan petani talas Bogor karena

11
adanya produktifitas. Kemasan bioplastik juga mampu memperpanjang umur
simpanan produk dan menjaga kualitas produk pangan. Selain itu tujuan
penggunaan bioplastik ini adalah untuk mendayagunakan bahan baku lokal
untuk menghasilkan mutu produk pangan dan pemberdayaan ekonomi
masyarakat.
4.6 Solusi untuk menghindari bahan pengemas makanan yang berasal dari bahan
kimia yaitu gunakan sedapat mungkin bahan- bahan yang dikemas dengan
daun pisang atau talas bogor terutama makanan-makanan yang siap saji
terutama nasi, lontong, sayur karena makanan itu akan cepat terkontaminasi
jika dalam keadaan panas, janganlah menyimpan air atau makanan dalam
keadaan panas, hindari penggunaan bahan-bahan dari plastik secara berulang-
ulang, berikan saran pada pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan dalam
penggunaan bahan pengemas dari bahan kimia, bungkuslah makanan terlebih
dengan daun pisang atau dengan daunt alas bogor sebelum dibungkus dengan
plastic pembungkus ketika akan dipanaskan. Terapkan, sebarkan dan ajaklah
setiap orang dilingkungan rumah, kantor, sekolah, dan dimanapun untuk
mengetahui informasi ini idan mengimplementasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.

12
BAB V
SIMPULAN & SARAN

5.1 Simpulan
Sebagian besar dari kita sudah mengetahui tentang bahan pengemas
lingkungan yang ramah lingkungan dan bahan pengemas pangan yang tidak
ramah lingkungan, tetapi ada juga sebagian kecil lainnya yang belum mengetahui
bahan pengemas makanan yang tidak ramah lingkungan. Masih ada sebagian dari
kita yang belum mengetahui secara pasti penggunaan pengemas yang tidak alami
atau plastik, walaupun sebagian kecil ada yang mengetahui secara pasti.
Pemerintah sebenarnya kurang tegas dalam mengatasi masalah pengggunaan
pengemas pangan yang tidak alami dan yang menimbulkan berbagai kerugian
seperti penggunaan pengemas pangan yang tidak alami seperti plastik dapat
merusak lingkungan, kesehatan tubuh pun terganggu dikarenakan zat adiktif yang
terkandung di dalamnya yang dapat berbaur dengan makanan yang dikemas
dengan plastik. Disini masyarakat diharapkan agar mampu berinovasi dengan
bahan baku alami lainya.

5.2 Saran-saran
5.2.1 Memberikan penyuluhan lebih lanjut kepada masyarakat mengenai
bahan pengemas makanan yang tidak alami, pengertian, fungsi hingga
dampaknya apabila tidak menggunakan sesuai fungsinya.
5.2.2 Masyarakat harus lebih selektif dalam memilih pengemas makanan dan
berusaha tidak menggunakan pengemas makanan yang tidak alami
seperti plastik yang banyak mengandung zat adiktif yang dapat
mengganggu kesehatan. Dan berusaha menggunakan plastik yang
berstandar SNI.
5.2.3 Masyarakat hendaknya dapat memanfaatkan SDA secara efektif dan
efesien sebagai bahan pengemas pengganti plastik sebab bahan balku
plastik sintetik yakni berasal dari minyak bumi alam mengalami
kelangkaan dan harga bahan baku akan melambung tinggi.

13
LAMPIRAN I
BAHAYA ZAT KIMIA DALAM KEMASAN PLASTIK

1.unsur-unsur kimia tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan.


2. VCM terbukti mengakibatkan kanker hati,
3. senyawa Pb merupakan racun bagi ginjal dan syaraf,
4. senyawa Cd merupakan racun bagi ginjal dan
5. dapat mengakibatkan kanker paru dan
6. senyawa ester ftalat dapat mengganggu sistem Endokrin.
7. zat-zat adiktif dalam plastik mudah terurai dalam lemak dan panas, apabila
terkontaminasi dengan makanan yang masuk ke dalam tubuh, secara akumulatif pada
binatang percobaan dapat mengakibatkan penyakit mematikan itu.

14
LAMPIRAN II
Bentuk – Bentuk Kemasan dari Daun Pisang

Pincuk Tum
T
T

Takir Sudi

15
LAMPIRAN III
WAWANCARA EKSLUSIF DENGAN PENGEMAS MAKANAN
TRADISIONAL

Tipat Lontong

16
Ibu Penjual Tipat Lontong
Ibu Penjual Sumping

17
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
www.google.com.25/03/12
www.ensiklopedia.co.id
Irawati Singarimbun:1999:70
Pemanfaatan Sumber Daya

18

Anda mungkin juga menyukai