Penipisan Pipa. Korosi pertama pada boiler biasa terjadi pada pipa yang alirannya
mengalami semacam tabrakan atau turbulen, seperti pada lekukan pipa. Kondisi ini
menyebabkan molekul-molekul Fe hanya teroksidasi hingga membentuk Fe2+ dan
tidak lebih lanjut membentuk Fe3+ yang berfungsi untuk membentuk magnetit.
Karena tidak terbentuk lapisan magnetit, maka korosi akan lebih dalam mengikis pipa
boiler. Pengikisanpun terus berlanjut didukung dengan aliran fluida di dalam pipa
yang turbulen, sehingga ketebalan pipa berangsur-angsur menipis akibat korosi jenis
ini.
Adanya zat kimia yang memudahkan besi untuk lebih mudah terlarutkan
Korosi ini sangat berbahaya karena pada suatu saat pipa yang terkorosi dapat pecah dan
meledak akibat tekanan fluida yang tinggi pada sisi pipa yang menipis. Untuk
menghindarinya perlu dilakukan inspeksi menyeluruh pada setiap bagian pipa boiler. Jika
ditemukan tanda-tanda penipisan pipa atau korosi, segera ganti bagian tersebut dengan pipa
baru.
Oxygen Pitting. Korosi ini disebabkan oleh adanya kandungan oksigen yang berlebihan
pada air boiler. Molekul oksigen akan terlokalisasi pada suatu titik tertentu dan mengoksidasi
besi pipa pada titik tersebut. Hasil korosi yang ditimbulkan tidak tetap menempel pada area
sebelumnya, akan tetapi molekul Fe(OH)2 akan terlarut ke dalam air dan meninggalkan jejak
berupa lubang kecil (pitting) pada permukaan pipa. Jika kandungan oksigen terus berlebihan,
maka akan semakin banyak lubang pitting yang ditimbulkan atau bahkan akan semakin
memperdalam lubang yang sebelumnya sudah terbentuk.
Oxygen pitting biasa terjadi pada boiler kecil yang tidak terdapat fasilitas deaerasi untuk
menghilangkan udara terlarut di dalam air. Boiler yang dalam kondisi tidak sedang beroperasi
dan pipa-pipanya terisi oleh udara bebas, kemungkinan terjadinya oxygen pitting juga cukup
besar.
Chelant Corrosion. Chelant adalah salah satu jenis zat kimia yang umumnya berupa
asam ethylenediaminetetraacetic dan asam nitrilotriacetic, yang berfungsi sebagai pengikat
ion-ion kalsium, magnesium, dan besi agar tetap larut di dalam air boiler. Zat ini biasa
digunakan pada sistem pengolahan air boiler untuk mencegah ion-ion mineral agar tidak
mengendap dan membentuk kerak pada pipa boiler. Akan tetapi jika penggunaan chelant ini
tidak terkontrol, maka ia akan justru mengkorosi pipa boiler itu sendiri karena sifatnya yang
asam.
Corrosion Fatigue. Korosi jenis ini biasa terjadi pada boiler yang berukuran besar. Lebih
spesifik lagi, korosi ini terjadi pada pipa-pipa boiler sisi waterwall yang menggantung tinggi.
Area waterwall menjadi area transisi fluida air dari cair untuk menjadi uap, sehingga
proses nucleate boilling yang terjadi pada permukaan sisi dalam pipa ditambah dengan
adanya tegangan pada pipa akibat posisinya yang "menggantung", mendorong
terjadinya corrosion fatigue. Faktor lain yang akan mempercepat terjadinya korosi ini adalah
kandungan oksigen terlarut di dalam air boiler yang terlalu tinggi, serta pH air yang terlalu
rendah.
Korosi Asam Fosfat. Sodium fosfat menjadi salah satu zat kimia yang lazim disuntikan ke
air boiler untuk mencegah menggumpalnya ion-ion mineral yang masih mungkin terkandung
di dalam air boiler. Namun penggunaan sodium fosfat yang tidak terkontrol justru akan
menimbulkan korosi pada pipa boiler, karena terbentuknya asam fosfat. Beberapa faktor yang
lain mendukung terjadinya korosi ini yaitu terbentuknya kerak di dalam pipa, meningkatnya
tekanan kerja boiler, serta rasio molar sodium fosfat yang kurang dari 2,8.
Under-deposit acid corrosion. Korosi jenis ini terjadi pada saat air boiler menjadi bersifat
asam pada permukaan dalam pipa yang terbentuk kerak. Ion hidrogen yang terbentuk akan
menembus kerak sehingga pada saat bertemu dengan permukaan pipa ia akan men-
dekarbonasi pipa tersebut. Ion hidrogen mengikat karbon yang terkandung pada pipa dan
membentuk metana. Di sisi lain secara perlahan atom-atom Fe pun akan teroksidasi.
Caustic Embrittlement. Material pipa boiler dapat berubah menjadi sangat rapuh akibat
konsentrasi basa yang meningkat. Fenomena ini biasa terjadi pada boiler yang menggunakan
sodium karbonat untuk mengontrol kandungan mineral-mineral magnesium dan kalsium di
dalam air agar tidak mengendap. Pada saat air berubah fase menjadi uap, sodium karbonat
tidak ikut menguap sehingga konsentrasinya di dalam air semakin banyak. Konsentrasi
sodium karbonat yang terlalu tinggi akan menghidrolisis air sehingga terbentuk sodium
hidroksida yang bersifat basa.
Na2CO3 + H2 O → 2NaOH + CO2
Terbentuknya sodium hidroksida menyebabkan air bersifat basa. Air boiler yang telah
bersifat basa tersebut dapat secara kapiler masuk ke sela-sela material pipa dan menimbulkan
reaksi kimia antara sodium hidroksida dengan besi membentuk sodium ferit (Na2FeO4).
Fenomena ini akan menyebabkan bagian-bagian pipa seperti lekukan, las-lasan, menjadi
rapuh.
Galvanic Corrosion. Mineral-mineral yang terlarut di dalam air boiler dapat menimbulkan
korosi galvanik. Korosi galvanik adalah korosi yang diakibatkan oleh adanya perbedaan
potensial elektroda antar logam. Adanya perbedaan potensial tersebut menjadi gaya yang
mendorong ion-ion anoda dan katoda untuk saling bertukar posisi. Mineral-mineral yang
umum terlarut di dalam air adalah kalsium dan magnesium. Keduanya jika larut ke dalam air
akan membentuk ion-ion positif. Ion-ion mineral ini karena perbedaan nilai potensial
elektrode alaminya dengan besi pipa boiler, akan bekerja sebagai katoda. Sedangkan ion-ion
Fe2+ akan bekerja sebagai anoda. Korosi terjadi pada saat atom-atom Fe larut ke dalam air,
sedangkan ion-ion mineral mengendap ke permukaan pipa boiler.
Komponen – komponen dari cooling sistem yang biasa terserang korosi Sistem pendigin
bekerja berdasarkan perpindahan panas antara udara dan air. Di dalam sistem
pendingin terjadi suatu siklus panas dan dingin. Air yang telah didinginkan oleh
cooling tower dipompa dan didistribusikan ke mesin-mesin industri seperti kompresor,
kondensor dan chiller untuk mendinginkan fluida kerjanya. Air panas yang keluar dari
penukar kalor mesin-mesin tersebur selanjutnya kembali lagi ke cooling tower untuk
didinginkan lagi hingga seterusnya. Di sistem pendingin ini karena permukaan logam
selalu kontak dengan air maka korosi di sistem pendingin ini sering dikatakan sebagai
korosi dalam air. Semua air dapat jadi penyebab korosi karena air dapat berfungsi
sebagai pereaksi, katalisator, sebagai pelarut , maupun sebagai elektrolit untuk
terjadinya korosi padsa logam. Tetapi korosivitas dari masingmasing air ini akan
berlainan terhadap logam yang sama karena agresivitas berbeda disebabkan
mempunyai kom posisi zat terlarut yang tidak sama. Komponen-komponen dari cooling
system yang biasa terserang korosi adalah sebagai berikut : 1. Pompa dan pipa pompa.
2. Pipa masuk after cooler kompresor. 3. Katup-katup ,elbow , dan sambungan-
sambungan