DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4 KELAS A2
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
anugerah-Nya kami bisa menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Kanker Kandung Kemih” tepat pada waktu
yang telah ditentukan, sebagai tugas kelompok untuk mata ajar Keperawatan
Perkemihan.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan
kepada pembaca agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada
pasien yang mengalami kanker kandung kemih. Dalam penyelesaian makalah
ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ucapkan
terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Ika Yuni Widyawati S.Kep.Ns., M.Kep. MB selaku
fasilitator.
3. Teman-teman Angkatan 2011 kelas B yang telah memberikan motivasi
dalam penyusunan asuhan keperawatan ini yang tidak dapat kami
sebutkan satu persatu.
Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurna,
karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
menyempurnakan asuhan keperawatan ini menjadi lebih baik lagi.
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat dan menambah pengetahuan terutama bagi kelompok kami
dan mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya.
Penulis
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Membantu mahasiswa dalam memahami secara umum konsep
dari kanker kandung kemih.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan
kanker kandung kemih.
2) Mampu menemukan masalah keperawatan pada klien
dengan kanker kandung kemih.
Gambar 2. A) Vesica urinaria tampak lateral. B) Bagian dalam vesica urinaria laki-laki tampak depan. (Snell
2011)
2.7 WOC
Terlampir
Gambar 5. Alat forceps dapat dimasukkan melalui sitokop untuk keperluan biopsi pada kandunng kemih
(Muttaqin
2011)
Keterangan gambar :
1. Kiri: Sistoskopi dengan gambaran masa kanker pada dinding
kandung kemih.
2. Kanan: Radiologis IVP dengan adanya masa pada kandung
kemih.
d. Flow Cytometri (Nursalam 2009)
e. Pielogram Intravena / IVP
Prosedur yang lazim pada IVP adalah foto polos radiografi abdomen
yang
kemudian dilanjutkan dengan penyuntikan media kontras intravena.
Jika BUN >70 (azotemia berat) maka tidak dilakukan pemeriksaan IVP
karena GFR-nya rendah. Dengan demikian, zat warna tidak dapat diekskresi
dan pielogram sulit dilihat. IVP dapat memastikan keberadaan posisi ginjal,
serta menilai ukuran dan bentuk ginjal. Efek berbagai pemyakit terhadap
kemampuan ginjal untuk memekatkan dan mengekskresi zat warna
juga dapat dinilai (Price dan Wilson 2005).
f. Arteriogram ginjal
Tindakan memasukkan kateter melalui arteri femoralis dan aorta
abdominlis sampai setinggi arteri renalis selanjutnya media kontas
disuntikkan. Tindakan ini untuk dapat sipakai untuk melihat pembuluh
darah pada neoplasma (Price dan Wilson 2005).
3. Biopsi
Jika pada test pencitraan dicurigai kanker telah menyebar, biopsi
dapat digunakan untuk memastikan penyebaran kanker ke luar kandung
kemih seperti jaringan sekitar kandung kemih, kelenjar limfa, atau organ
tubuh lain (American Cancer Society 2012).
Secara umum peran perawat dalam menjalakan pengkajian
diagnostik meliputi: (Muttaqin 2011)
1. Memenuhi informasi umum tentang prosedur diagnostik yang akan
dilaksankan.
2. Memberikan informasi waktu dan jadwal yang tepat kapan prosedur
2.9 Penatalaksanaan
1. Tindakan konservatif
Irigasi kandung kemih adalah tindakan mencuci kandung kemih
dengan cairan yang mengalir. Tindakan ini dilakukan untuk
memepertahankan
kepatenan kandung kemih, membuang atau meminimalkan obstruksi seperti
bekuan dan plug mucus dalam kandung kemih, mencegah atau mengatasi
inflamasi atau infeksi kandung kemih dan untuk memasukkan obat untuk
pengobatan kandung kemih lokal. (Johnson 2005)
Irigasi dilakuakan dengan instilasi formalin, fenol atau perak nitrat
untuk mencapai penghilangan hematuria dan strangulasi (pengeluaran
urine yang lambat dan menyakitkan). (Baughman 2000)
2. Tindakan invasive minimal
Tindakan yang pertama dilakukan untuk mengatasi kanker kandung
kemih adalah dengan TURB. setelah itu dilanjutkan dengan irigasi
atau diversi urine baik secara sementara ataupun permanen.
Transurethral reseksi bledder (TURB): Prosedur ini, atau disebut dengan
"reseksi transurethral dari tumor kandung kemih", umum untuk
kanker kandung kemih tahap awal, atau mereka yang terbatas pada
lapisan superfisial dari dinding kandung kemih. Operasi kanker kandung
kemih ini dilakukan dengan melewatkan instrumen melalui uretra, yang
menghindari memotong melalui perut. Instrumen bedah yang digunakan
untuk operasi ini disebut resectoscope. Sebuah loop kawat di salah satu
ujung resectoscope digunakan untuk menghilangkan jaringan abnormal atau
tumor. Setelah prosedur ini, membakar dasar tumor (fulguration) dapat
membantu memastikan bahwa sel-sel kanker yang tersisa dihancurkan.
Atau laser energi tinggi dapat digunakan. Dan cytoscope digunakan untuk
melihat bagian dalam kandung kemih selama prosedur.
3. Pembedahan untuk kanker kandung kemih (Cancer Treatment Cancer of
America 2013)
Pembedahan biasanya pilihan pengobatan pertama untuk tahap awal
kanker kandung kemih karena tumor memiliki kemungkinan tidak
menyebar ke area lain dari tubuh. Prosedur pembedahan kanker kandung
kemih adalah Cystectomy, pembedahan ini bisa digunakan untuk
menghapus baik seluruh atau sebagian dari kandung kemih. Kadang-
kadang, kandung kemih dapat diakses melalui sayatan di perut. Hal ini juga
Nursing Faculty of Airlangga University | Keperawatan Perkemihan | Askep Klien dengan Ca
Bladder Page 25
mungkin untuk melakukan operasi laparoskopi.Operasi laparoskopi, juga
disebut operasi lubang kunci, dapat mengurangi rasa sakit dan
mempersingkat waktu pemulihan.
2.11 Prognosis
1) Tumor superficial : ketahanan hidup 5 tahun 75 %.
2) Tumor infasif : ketahanan hidup 5 tahun 10 %.
3) Tumor terfiksasi dan metastasis : median ketahanan hidup 1 tahun.
4) Tindak lanjut jangka panjang dibutuhkan selama hidup (Grace & Borley
2006).
3.1 Pengkajian
3.1.1 Anamnesa
a. Identitas pasien (data demografi)
Data demografi pasien meliputi: nama, alamat, jenis kelamin,
usia, pekerjaan, dst. Pajanan okupasional dengan zat – zat karsinogen
khususnya bahan pewarna dan pelarut yang digunakan dalam indutri
dapat menjadi faktor resiko.
b. Keluhan utama
Keluhan yang paling lazim didapatkan adalah adanya darah
pada urin (hematuria). Hematuria mungkin dapat dilihat dengan mata
telanjang (gross), tetapi mungkin pula hanya terlihat dengan bantuan
mikroskop (mikroskopis). Hematuria biasanya tidak menimbulkan
rasa sakit. Keluhan lainnya meliputi sering BAK dan nyeri saat BAK
(diuria).
Pasien dengan penyakit lanjut dapat hadir dengan nyeri panggul
atau tulang, edema ekstremitas bawah dari kompresi korpus
iliaka, atau nyeri panggul dari obstruksi saluran kemih. Superfisial
kanker kandung kemih jarang ditemukan selama pemeriksaan fisik.
Kadang – kadang, massa abdomen atau pelvis dapat teraba. Periksa
untuk limfadenopati.
c. Riwayat penyakit sekarang
Mendiskripsikan secara kronologis tentang perjalanan penyakit
pasien mulai dari awal mula sakit sampai dibawa ke rumah
sakit.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pasien memiliki riwayat kesehatan seperti infeksi atau
iritasi saluran kemih atau gangguan berkemih seperti hematuria dan
disuria.
e. Riwayat penyakit keluarga
Berhunbungan dengan riwayat kanker dalam keluarga seperti
kanker prostat, kanker ginjal, dan lain-
lain.
f. Riwayat penggunaan obat-obatan
Pasien mungkin mengkonsumsi obat-obatan seperti
siklofosfamid (cytoxan) yang menjadi faktor penyebab.
g. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan.
Misalnya kebiasaan merokok. Panjanan lingkungan dengan zat
karsinogen seperti 2-naftilamin, senyawa
nitrat.
3.1.2 Pemeriksan Fisik
a. Keadaan umum pasien (tanda-tanda vital)
pasien b. Kesadaran
c. Pemeriksaan Head to Toes
- Kepala: normal
- Mata:
inspeksi: konjungtiva anemis
- Hidung: normal
Nursing Faculty of Airlangga University | Keperawatan Perkemihan | Askep Klien dengan Ca
Bladder Page 32
- Dada & axila: normal
- Pernafasan: normal
2. Nyeri b.d supresi sel saraf akibat pembesaran karsinoma pada kandung kemih
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam, skala nyeri menurun
Kriteria evaluasi : Secara objektif klien tampak lebih nyaman
Intervensi Rasional
Perhatikan lokasi, intensitas, dan durasi Menentukan keparahan nyeri
nyeri
Berikan rasa nyaman (perubahan posisi, Menurunkan tegangan otot
kompres hangat)
Dorong menggunakan teknik relaksasi Meningkatkan kemampuan koping
(nafas dalam, imaginary, atau
visualisasi)
Kolaborasi pemberian obat analgesik, Menurunkan nyeri dang meningkatkan
kortikosteroid, antispasmodik relaksasi otot.
Pantau skala nyeri Menetukan penurunan skala nyeri
3.5 Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah mendapatkan intervensi
keperawatan adalah sebagai berikut.
1. Eliminasi urine dapat optimal sesuai toleransi individu
2. Penurunan skala nyeri
3. Perfusi jaringan ginjal adekuat
4. Pasien menunjukkan toleransi terhadap aktivitas.
5. Tidak terjadi infeksi pada luka pasca bedah.
6. Informasi kesehatan terpenuhi
4.1 Kasus
Seorang laki-laki (62 tahun) pendidikan terakhir SLTP bekerja sebagai
wiraswasta
di bidang percetakan sablon. Masuk Rumah Sakit tanggal 18 Februari
2014 dengan diagnosa Ca Buli T3 NX M0. Pada tanggal yang sama dilakukan
pengkajian. Didapatkan data sbb.: klien mengeluh nyeri, kencing darah
selama satu bulan, buang air kecil tidak lancar disertai darah selama 10 hari
sebelum dibawa ke Rumah Sakit, tidak ada riwayat alergi makanan dan obat.
Dari pemeriksaan didapatkan hasil sbb.: TD: 140/90 mmHg, nadi: 92x/menit,
RR:
20x/menit, suhu: 36,5°C. Sistem kardiovaskuler dan pernafasan normal,
terpasang kateter threeway dan irigasi cairan, urin merah, output:
600cc/3jam, intake:
750cc/3jam. Klien menyatakan nyeri kandung kemih sesaat dan kadang-kadang.
Meski terpasang kateter, urin tidak keluar secara lancar sehingga perlu
dilakukan
tindakan spooling. TB: 168 cm, BB sekarang 52 kg, 1 bulan sebelumnya 60
kg, diet biasa, nafsu makan baik, frekuensi peristaltik 3x/menit, tidak bisa
BAB selama 4 hari, skibala (+).
Hasil pemeriksaan laboratorium: BUN 8,5 albumin 2,7 kreatinin 0,8 SGOT
17
SGPT 23 CRP 55,3 LED 13.000 Hb 12,5 natrium 135 kalium 3,9 kalsium 101.
Hasil pemeriksaan urin: Glukosa(-) eritrosit(+) lebih dari 100/lapang
pandang, leukosit 20/lapang pandang, kristal(+).
Terapi: Asam trasenamat 3x500 gr, merop 3x1 gr, metamizol 3x1 gr, antrain
3x1
gr, dulcolax 1x, diet TKTP eksta putih
telur.
4.2 Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : Tn. S
Usia : 62 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta, percetakan sablon
Pendidikan terakhir : SLTP
Tanggal MRS : 18 Febuari 2014
Dx medis : Ca Buli T3 NX M0
Tanggal pengkajian : 18 Febuari 2014
2. Keluhan utama: Nyeri pada pelvis.
P= Sakitnya bertambah berat ketika diakhir
berkemih. Q= Nyeri tumpul dan terasa dalam.
R= Nyeri terdapat pada bagian sudut kostovertebrata dan menjalar
ke umbilikus.
S= Nyeri yang dirasakan dari skal 1-10 disebutkan 7.
T= Nyeri terasa pada saat berkemih dan bertambah parah pada saat akhir
berkemih. Kadang-kadang nyeri juga terasa sewaktu-waktu.
3. Riwayat kesehatan klien
1) Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mempunyai riwayat hipertensi sejak 15 tahun yang lalu.
2) Riwayat kesehatan saat ini
Klien mengeluh nyeri pada pelvis dan keluar darah saat berkemih.selama
1 bulan, buang air kecil tidak lancar disertai darah selama 10 hari
sebelum dibawa ke Rumah Sakit.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Kakek dari klien menderita kanker
ginjal.
Genogram
: perempuan meninggal
: laki-laki
: perempuan
: klien
: garis perkawinan
: garis keturunan
4) Riwayat hospitalisasi
Klien pernah di rawat di Rumah Sakit 1 tahun yang lalu, dipasang
kateter dan mengalami infeksi.
5) Riwayat obat-obatan
Klien mendapatkan terapi asam trasenamat 3x500 gr, merop 3x1
gr,
metamizol 3x1 gr, antrain 3x1 gr, dan dulcolax
1x
6) Riwayat alergi
Klien tidak mempunyai riwayat alergi makanan dan obat-
obatan.
7) Riwayat pola kebiasaan
Klien merokok sejak 35 tahun yang lalu, habis 10 batang/hari, dan
klien mempunyai kebiasaan minum kopi setiap hari.
8) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Klien sering menahan ketika ingin
berkemih.
9) Riwayat psikososial
a. Persepsi terhadap kondisi klien
Klien merasa keadaan tubuhnya melemah dan tidak dapat
beraktivitas seperti biasa setelah menderita sakit.
b. Mekanisme koping dan sistem pendukung
Klien memperbanyak istirahat. Klien mendapatkan dukungan penuh
dari keluarganya untuk lekas sembuh.
c. Pengkajian pengetahuan klien dan keluarga
Klien tidak mengetahui tentang kondisi
penyakitnya. d. Nilai kepercayaan
Klien menganggap bahwa penyakit yang sekarang
dideritanya merupakan teguran dari Tuhan.
4.3 PemeriksaanFisik
1. Keadaan Umum: Kompos mentis
2. Tanda-tanda vital:
TD: 140/90 mmHg Nadi: 92x/menit
0
RR: 20x/menit Suhu: 36,5 C
3. Pemeriksaan fisik (head to toe):
Pada wajah / muka : tampak pucat, konjungtiva anemis.
Pada kulit : akral hangat, basah dan pucat.
Pada perut : teraba masa feses pada perut kuadran bawah.
Pada alat genitalia : hematuria, disuria.
4. Sistem tubuh:
1. B1: Breathing
Tidak ada kelainan pada sistem pernafasan. Suara nafas vesikuler.
2. B2: Blood
Tidak ada nyeri dada. Suara jantung reguler.
3. B3: Brain
Kesadaran: (kompos mentis)
a. GCS: E=4, V=5 , M=6. Total nilai:15
b. Wajah tampak pucat.
c. Mata:
Sklera: normal.
Konjungtiva: pucat.
Pupil: isokor
d. Persepsi sensori:
Alat indra berfungsi dengan baik.
4. B4: Bladder
Terpasang kateter three way dan irigasi cairan.
Urin tidak keluar secara lancar sehingga perlu dilakukan
tindakan spooling, produksi urin 600cc/3jam, warna merah.
Distensi daerah suprapubik, nyeri tekan (+).
Balance cairan: Intake = Output
750/3jam x 8 = 600/3jam x 8 + IWL
6000 = 4800 (15 x 52)
6000 = 4800 + 780
6000 = 5580
B = +420
5. B5: Bowel
Klien mengalami distensi
abdomen.
Tidak bisa BAB selama 4 hari, skibala
(+).
Frekwensi pristaltik
3x/menit.
Nafsu makan baik, porsi habis, mendapat diet TKTP ekstra putih
telur.
BB sekarang 52 kg, TB: 168 cm.
IMT=BB/(TB) 2 = 52/(1,68)2 = 18,44 kategori
kurus
Diet TKTP ekstra putih telur.
6. B6: Bone
Tidak ada kelainan pada sistem
muskuloskeletal.
4.4 PemeriksaanDiagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Hb klien normal (12,5 g/dL). Nilai normalnya 12-16 g/dL.
b. BUN klien normal (8,5 mg/dL) dengan konsentrasi BUN normal
besarnya antara 6-20 mg/dL.
c. Kreatinin klien normal (0,8 mg/dL), dengan konsentrasi kreatinin
plasma normal besarnya 0,5 – 1,3
mg/dL.
d. Albumin rendah (2,7 g/dL). Nilai normalnya 3,0-5,0 g/dL.
e. Nilai SGOT normal (17 IU/L) dan SGPT normal (23 IU/L). Nilai
normalnya untuk SGOT 5-40 IU/L dan SGPT: 0-40 IU/L.
f. CRP tinggi (55,3 mg/L). Nilai normalnya 0-55 mg/L.
g. LED tinggi (13.000 sel/mm3). Nilai normalnya 4.500-10.000 sel/mm3.
h. Natrium normal 135 mEq/L, kalium normal 3,9 mEq/L, dan
kalsium normal 101 mg/L.
i. Pemeriksaan urin: Glukosa(-) eritrosit(+) lebih dari
100/lapang pandang, leukosit 20/lapang pandang, kristal(+).
2. Pemeriksaan penunjang
a. Cystoscopy
Pada kasus ini didapatkan adanya lesi dan masa pada kandung
kemih. b. Biopsy
Pada biopsi didapatkan adanya penghalang, pertumbuhan sel
ganas. Jenis kanker dapat ditentukan dari sampel biopsi. Tes ini
paling sering
dilakukan untuk memeriksa kanker kandung kemih atau uretra.
Normal Hasil : dinding kandung kemih halus. Kandung kemih ukuran
normal, bentuk, dan posisi.
4.5 Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Data Subjektif: Ca Bladder Nyeri kronis
Klien mengeluh nyeri di daerah ↓
suprapubis sejak 1 bulan yll. Invasi sel Ca ke dalam
Data Objektif: jaringan dalam
P: Sakitnya bertambah berat ↓
ketika diakhir berkemih. Peningkatan aktivasi
Q: Nyeri tumpul dan terasa produksi sel Ca
dalam. ↓
R: Nyeri terdapat pada bagian Inflamasi kandung kemih
sudut kostovertebrata dan ↓
menjalar ke umbilikus. Supresi sel saraf di
S: Nyeri yang dirasakan dari kandung kemih
skal 1-10 disebutkan 7. ↓
T: Nyeri terasa pada saat Merangsang nosireseptor
berkemih dan bertambah parah di hipotalamus dan
pada saat akhir berkemih. korteks serebri
Kadang-kadang nyeri juga ↓
terasa sewaktu-waktu. Persepsi nyeri
Wajah klien tampak ↓
meringis. Nyeri
TD: 140/90 mmHg (TD
tinggi), nadi: 92x/menit, RR:
20x/menit,
Data suhu: 36,5°C.
Subjektif: Ca Bladder Konstipasi
Klien mengatakan tidak bisa ↓ Perbesaran
BAB selama 4 hari. kandung kemih
Data Objektif: ↓
Skibala (+). Penekanan ke kolon
Distensi abdomen. ↓
Peristaltik menurun, 3x/menit. Penurunan peristaltik dan
kegagalan relaksasi
sfingter anus
↓
Feses sulit keluar
↓
Konstipasi
Nursing Faculty of Airlangga University | Keperawatan Perkemihan | Askep Klien dengan Ca Bladder Page
37
LED tinggi (13.000 sel/mm3). kemih rapuh
Leukosit urin: 20/lapang ↓
pandang. Jaringan debris terlepas
↓
Trauma pada jaringan
↓
Invasi mikroorganisme
↓
Inflamasi jaringan
↓
↑CRP, ↑LED, leukosit
pada urin (+)
↓
Infeksi oportunistik
Data Subjektif: Ca Bladder PK: Hipoalbumin
Klien mengatakan cepat letih ↓
dan lemah. Peningkatan produksi sel
Data Objektif: Ca
Klien tampak lemah ↓
Albumin rendah 2,7 g/dL Penyerapan nutrisi untuk
LED tinggi 13.000 sel/mm3 perkembangan sel Ca
↓ Peningkatan
kehilangan protein,
asupan protein tidak
adekuat
↓
Kadar albumin dalam
tubuh rendah
↓
Hipoalbumin
Intervensi Rasional
1. Kaji pola defekasi klien sebelumnya Pola defekasi yang normal harus
dan pola diet serta intake cairan klien, dipertahankan dengan asupan serat
dukung tindakan perbaikan setiap hari, intake cairan yang adekuat
2. Dorong intake cairan harian minimal Intake cairan yang cukup diperlukan
2 liter per hari, anjurkan minum air untuk mempertahankan pola defekasi
hangat sebelum sarapan dan kosistensi feses yang baik, air
hangat dapat menstimulus evakuasi
feses
3. Lakukan ambulasi sering pada klien Ambulasi yang teratur akan
yang mengalami hospitalisasi meningkatkan tonus otot yang
sesuai tolerasi klien diperlukan untuk defekasi
4. Ajarkan latihan fisik yang dapat Kontraksi otot abdomen dapat
meningkatkan tonus otot abdomen membantu mengeluarkan feses
(kecuali jika terdapat kontraindikasi)
5. Kolaborasi pemberian laksatif Laksatif dapat melunakkan konsistensi
feses sehingga mudah keluar
4. PK: Hipoalbumin
Tujuan: Dalam waktu 2x24 jam, klien mengalami peningkatan
kadar albumin normal.
Kriteria Hasil: Albumin serum normal 3,0-5,0 g/dL, LED normal 4.500-
3
10.000 sel/mm , klien tidak lemah.
Intervensi Rasional
6. Monitor keadaan umum, dan TTV Memantau terjadinya komplikasi
7. Monitor kadar albumin Penurunan albumin merupakan
indikator adanya gangguan sintesis
protein
8. Tingkatkan asupan protein, misalnya Protein merupakan bahan dasar
dengan diet TKTP ekstra putih telur pembentukan albumin
9. Kolaborasi pemberian palsbumin Plasbumin infuse merupakan salah
infuse satu terapi untuk meningkatkan kadar
albumin
10. Berikan motivasi untuk asupan Asupan nutrisi dan cairan yang
nutrisi yang bergizi dan masukan adekuat membantu meningkatkan
cairan yang adekuat sesuai indikasi kadar albumin
10.1 Kesimpulan
Vesica urinaria terletak tepat di belakang os pubis di dalam rongga
pelvis. Pada orang dewasa, kapasitas maksimum vesika urinaria sekitar 500
ml. Miksi merupakan refleks sederhana dan terjadi bila vesica urinaria
mengalami peregangan. Pada orang dewasa peregangan sederhana ini
dihambat oleh aktivitas cortex cerebri sampai waktu dan tempat untuk
miksi tersedia. Kanker kandung kemih mengacu pada tumor ganas dari
mukosa kandung kemih, merupakan tumor ganas yang paling sering terjadi.
Faktor resiko dari kanker kandung kemih antara lain faktor keturunan,
merokok, dan faktor lingkungan seperti paparan radiasi dan zat kimia.
Secara umum, karsinogenesis dapat terjadi melalui aktivasi proto-
onkogen dan rusaknya gen supresor tumor yang termasuk fosfatase dan
tensin homolog (PTEN) dan p53. Manifestasi yang muncul berupa nyeri
saat berkemih dan adanya darah pada urin. Tindakan pertama adalah reseksi
kandung kemih transuretra atau TUR kandung kemih.Intervensi ini
berguna untuk menentukan luas infiltrate tumor.
10.2 Saran
Diharapkan melalui makalah ini pembaca mampu mengerti tentang
definisi, etilologi, patofisiologi, komplikasi serta asuhan keperawatan pada
klien dengan Kanker Kandung Kemih. Berdasarkan materi yang telah
dijelaskan dalam makalah ini, maka perawat seyogyanya mengerti dan
memahami akan medikasi. Sehingga perawat dapat
mengimplementasikannya dalam proses penanganan terhadap pasien. Maka
asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien akan berjalan dengan baik
dan maksimal.
Genetik: riwayat kanker kandung kemih, Life style : merokok, kafein, Riwayat kesehatan : medikasi
riwayat keluarga dengan kanker di area sekitar paparan zat karsinogenik di tempat (kemoterapi, obat
kandung kemih (Ca prostat, Ca ginjal, Ca kolon) kerja, arsenik nefrotoksik), riwayat penyakit
ginjal, infeksi
Masuk ke buli-buli
Zat-zat karsinogen menetap di kandung kemih dan menempel pada dinding kandung
Berikatan dengan protein RNA dan DNA sel transisional kandung kemih
Delesi kromosom 9 dan aktivasi mutasi dari reseptor faktor pertumbuhan fibroblast 3 (FGFR3)
Inhibisi aktivtas gen supresi sel tumor : fosfatase dan tensin homolog (PTEN) dan p53
Mutasi DNA
Aktivasi proto-onkogen
Dysplasia sel Ca
MK: Kurang
pengetahuan MK
ketidakefektifan
Hb ↓ Ikatan Hb- Hipoksia Gangguan transport oksigen Pucat, sianosis, perfusi jaringan
O2 ↓ melalui membrane kapiler pernapasan cuping ginjal
Nursing Faculty of Airlangga University | Keperawatan Perkemihan | Askep Klien Page
dengan Ca Bladder
2. WOC Kasus
Life style: kebiasaan merokok dan minum Riwayat hospitalisasi : dipasang kateter dan infeksi
kopi
Inhibisi aktivtas gen supresi sel tumor : fosfatase dan tensin homolog (PTEN) dan p53
Mutasi DNA
Aktivasi proto-
Dysplasia sel Ca
MK: Nyeri
↑ jumlah leukosit darah Inflamasi jaringan
MK: Infeksi