FITOKIMIA
FARMASI - E
KELOMPOK 5
ANGGOTA KELOMPOK :
Dosen Pembimbing :
Drs. Herra Studiawan, M.Si., Apt.
Siti Rofida M.Farm., Apt.
Amaliyah Dina Anggraeni, M.Farm., Apt.
Assalamu’alaikum wr wb
Alhamduillah banyak nikmat yang Allah berikan tetapi sedikit sekali yang
kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah swt, Tuhan semesta alam atas segala
berkat dan rahmat serta hidayahNya yang tiada terkira besarnya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan akhir praktikum Fitokimia yang berjudul Identifikasi
Senyawa Golongan Flavonoida (Ekstrak Psidium guajava).
Wassalamu’alaikum wr wb
Malang, 18 Mei 2019
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Judul
Identifikasi Senyawa Golongan Flavonoida (Ekstrak Psidium guajava)
1.2.Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan identifikasi senyawa golongan
flavonoida dalam tanaman.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Tinjauan Tanaman
Klasifikasi Tanaman
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Psidium
Jenis : Psidium guajava L.
Nama umum : Jambu biji
Nama daerah : Glima breueh (Aceh); Glimeu beru (Gayo); Galiman
(Batak) Masiambu (Nias); Jambu biji (Melayu); Jambu klutuk (Sunda);
Jambu klutuk (Jawa Tengah); Jambu biji (Madura); Sotong (Bali); Libu
(Dayak); Gayomas (Manado); Dambu (Gorontalo); Hiabuto (Buol) Jambu
(Bare) Jambu paratugala (Makasar) Jambu paratukala (Bugis); Guawa
(Ende); Gothawas (Sika); Kejawas (Timor); Kejabos (Roti); Koyawase
(Seram); Lutu hatu (Ambon); Gewaya (Halmahera); Guwaya (Ternate)
(BPOM RI, 2008).
Deskripsi
Habitus berupa perdu setinggi 5-10 m. Batang berkayu berbentuk bulat. Kulit
batang licin dan mengelupas. Batang bercabang dan berwarna coklat kehijauan.
Daun berupa daun tunggal berbentuk bulat telur dengan pertulangan menyirip.
Ujung daun tumpul dan pangkalnya membulat. Tepi daun rata. Daun tumbuh
saling berhadapan. Panjang daun 6-14 cm dan lebarnya 3-6 cm. Daun berwarna
hijau kekuningan atau hijau. Bunga tunggal, bertangkai dan berada di ketiak
daun. Kelopak bunga berbentuk corong dengan panjang 7-10 mm. Mahkota
4
berbentuk bulat telur dengan panjang 1,5 cm. Benang sari berbentuk pipih dan
berwarna putih. Putik berbentuk bulat kecil, berwarna putih atau putih
kekuningan. Buah buni, berbentuk bulat telur, berwarna putih kekuningan.
Bijinya keras, kecil, berwarna kuning kecoklatan. Akarnya merupakan akar
tunggang yang berwarna kuning kecoklatan (BPOM RI, 2008)
Manfaat Psidium guajava
Tanaman jambu biji putih atau psidium guajava L. termasuk familia Myrtaceae.
Jambu biji memiliki beberapa kelebihan, antara lain buahnya dapat dimakan
sebagai buah segar, dapat diolah menjadi berbagai bentuk makanan dan
minuman. Selain itu, buah jambu biji bermanfaat untuk pengobatan (terapi)
beermacam-macam penyakit, seperti memperlancar pencernaan, menurunkan
kolesterol, antioksidan, menghilangkan rasa lelah dan lesu, demam berdarah, dan
sariawan. Selain buahnya, bagian tanaman jambu biji seperti daun, kulit akar
maupun akarnya dapat berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit disentri,
keputihan, sariawan, kurap, diare, radang, lambung, gusi bengkak, dan
peradangan mulut, serta kulit terbakar sinar matahari (Cahyono, 2010).
Kandungan kimia dan manfaat
Tanin pada tanaman jambu biji dapat ditemukan pada bagian buah, daun dan
kulit batang, sedangkan pada bunganya tidak banyak mengandung tanin. Daun
tanaman jambu biji selain mengandung tanin, juga mengandung zat lainseperti
asam ursolat, asam lat, asam guajaverin, minyak atsiri dan vitamin (Thomas,
1989). Daun-daun jambu biji memiliki kandungan zat-zat penyamak (psiditanin)
sekitar 9%, minyak atsiri berwarna kehijauan yang mengandung eganol sekitar
0,4%, damar 3%, minyak lemak 6%, dan garam-garam mineral (Kartasapoetra,
2004).
Bagian tanaman yang sering digunakan sebagai obat adalah daunnya,
karena daunnya diketahui mengandung senyawa tanin 9-12%, minyak atsiri,
minyak lemak dan asam malat (Depkes, 1989). Kandungan kimia pada daun
jambu biji (Psidium guajava L.) menurut Taiz dan Zeiger (2002) yaitu terpen,
fenolik, dan senyawa mengandung nitrogen terutama alkaloid. Kandungan kimia
tersebut merupakan bagian dari sistem pertahanan diri yang berperan sebagai
pelindung dari serangan infeksi mikroba patogen dan mencegaah pemakanan
5
oleh herbivora. Hasil fitokimia dalam ekstrak daun jambu biji putih adalah
senyawa flavonoid, tanin, triterpenoid, saponin, steroid, dan alkaloid (Arya, et
al., 2012).
Selain daunnya, buah jambu batu terutama dari jenis berwarna merah sering
digunakan untuk mengobati penyakit demam berdarah. Sedangkan senyawa
kimia yang terkandung didalam buah jambu adalah benzaldehid, D-ribosa,
Larabinosa, D-ramnosa, D-glukosa, Dgalaktosa, D-fruktosa dan sukrosa
Quersetin adalah senyawa golongan flavonoid jenis flavonol dan flavon,
senyawa ini banyak terdapat pada tanaman famili myrtaceae dan solanacea.
Telah dikenal sejumlah glikosida flavonol yaitu turunan dari quersetin ,
diantaranya adalah quersetin –3-Lrhamonoside atau quersitrin yang digunakan
untuk pewarna tekstil, quersetin–3-rutinoside yang biasa disebut rutin dan
quersetin 3 glukoside atau isoquersitrin yang berkhasiat diantaranya untuk
mengobati kerapuhan pembuluh kapiler pada manusia. Senyawa rutin terdapat
dalam tanaman tembakau dari famili Solanaceae dan Eucalyptus macrorynh dari
familia Myrtaceae (Harborne, 1987).
2.2.Golongan Senyawa
Senyawa-senyawa flavonoid adalah senyawa-senyawa polifenol yang
mempunyai 15 atom karbon, terdiri dari dua cincin benzena yang dihubungkan
menjadi satu oleh rantai linier yang terdiri dari tiga atom karbon. Senyawa-
senyawa flavonoid adalah senyawa 1,3 diaril propana, senyawa isoflavonoid
adalah senyawa 1,2 diaril propana, sedangkan senyawa-senyawa neoflavonoid
adalah 1,1 diaril propana. Istilah flavonoid diberikan pada suatu golongan besar
senyawa yang berasal dari kelompok senyawa yang paling umum, yaitu senyawa
flavon: suatu jembatan oksigen terdapat diantara cincin A dalam kedudukan orto,
dan atom karbon benzil yang terletak disebelah cincin B. Senyawa heterosiklik
ini, pada tingkat oksidasi yang berbeda terdapat dalam kebanyakan tumbuhan.
Flavon adalah bentuk yang mempunyai cincin C dengan tingkat oksidasi paling
rendah dan dianggap sebagai struktur induk dalam nomenklatur kelompok-
kelompok senyawa ini ( Mannito, 1981).
Senyawa flavonoid sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan
termasuk daun, akar, kulit, tepung sari, bunga, buah, dan biji. Kebanyakan
6
flavonoid ini berada di dalam tumbuh-tumbuhan, kecuali alga. Namun ada juga
flavonoid yang terdapat pada hewan, misalnya dalam kelenjar bau berang-
berang dan sekresi lebah. Dalam sayap kupu-kupu dengan anggapan bahwa
flavonoid berasal dari tumbuh-tumbuhan yang menjaddi makanan hewan
tersebut dan tidak dibiosintesis di dalam tubuh mereka. Penyebaran jenis
flavonoid pada golongan tumbuhan yang tersebar yaitu angiospermae, klorofita,
fungi, briofita (Markham, 1988).
Klasifikasi Flavonoid
Menurut Robinson (1995), flavonoid dapat dikelompokkan berdasarkan
keragaman pada rantai C3 yaitu :
1. Flavonol
Flavonol paling sering terdapat sebagai glikosida, biasanya 3-glikosida ,
dan aglikon flavonol yang umum yaitu kamferol, kuersetin, dan mirisetin
yang berkhasiat sebagai antioksidan dan antiinflamasi. Flavonol lain
yang terdapat di alam bebas kebanyakan merupakan variasi struktur
sederhana dari flavonol. Larutan flavonol dalam suasana basa dioksidasi
oleh udara tetapi tidak begitu cepat sehingga penggunaan basa pada
pengerjaannya masih dapat dilakukan.
2. Flavon
Flavon berbeda dengan flavonol dimana pada flavon tidak terdapat gugus
3-hidroksi. Hal ini mempunyai serapan UV-nya, gerakan kromatografi,
serta reaksi warnanya. Flavon terdapat juga sebagai glikosidanya lebih
sedikit dari pada jenis glikosida pada flavonol. Flavon yang paling umum
dijumpai adalah apigenin dan luteolin. Luteolin merupakan zat warna
yang pertama kali di pakai di Eropa. Jenis yang paling umum adalah 7-
glukosidaa dan terdapat juga flavon yang terikat pada gula melalui ikatan
karbon-karbon. Contohnya luteolin 8-C-glukosida. Flavon dianggap
sebagai induk dalam nomenklatur kelompok senyawa flavonoid.
3. Isoflavon
Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi jumlahnya sangat sedikit dan
sebagai fitoaleksin yaitu senyawa pelindung yang terbentuk dalam
tumbuhan sebagai pertahanan terhadap serangan penyakit. Isoflavon
7
sukar dicirikan karena reaksinya tidak khas dengan pereaksi warna
manapun. Beberapa isoflavon (misalnya daidzein) memberikan warna
biru muda cemerlang dengan sinar UV bila diuapi amonia, tetapi
kebanyakan yang lain tampak sebagai bercak lembayung yang pudar
dengan amonia berubah menjadi coklat.
4. Flavanon
Flavanon terdistribusi luas di alam. Flavanon terdapat di dalam kayu,
daun dan bunga . flavanon glikosida merupakan konstituen utama dari
tanaman genus prenus dan buah jeruk, dua glikosida yang paling lazim
adalah neringenin dan hesperitin, terdapat dalam buah anggur dan jeruk.
5. Flavanonol
Senyawa ini berkhasiat sebagai antioksidan dan hanya terdapat sedikit
sekali jika dibandingkan dengan flavonoid lain. Sebagian besar senyawa
ini diabaikan karena konsentrasinya rendah dan tidak berwarna.
6. Katekin
Katekin terdapat pada seluruh dunia tumbuhan, terutama pada tumbuhan
berkayu. Senyawa ini mudah diperoleh dalam jumlah besar dari ekstrak
kental Uncaria gambir dan daun teh kering yang mengandung kira-kira
30% senyawa ini. Katekin berkhasiat sebagai antioksidan.
7. Leukoantosianidin
Leukoantosianidin merupakan senyawa tan warna, terutama terdapat
pada tumbuhan berkayu. Senyawa ini jarang terdapat sebagai glikosida,
contohnya melaksidin, apiferol.
8. Antosianin
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar
luas dalam tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air ini
adalah penyebab hampir semua warna merah jambu, merah marak, ungu,
dan biru dalam daun, bunga, dan buah pada tumbuhan tinggi. Secara
kimia semua antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik
tunggal yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini
dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan
metilasi atau glikosilasi.
8
9. Khalkon
Khalkon adalah pigmen fenol kuning yang berwarna coklat kuat dengan
sinar UV bila di kromatografi kertas. Aglikon flavon dapat dibedakan
menjadi glikosidanya, karena hanya pigmen dalam bentuk glikosida yang
dapat bergerak pada kromatografi kertas dalam pengembang air
(Harborne, 1996).
10. Auron
Auron berupa pigmen kuning emas yang terdapat dalam bunga tertentu
dan briofita. Dalam larutan basa senyawa ini berwarna merah ros dan
tampak pada kromatografi kertas berupa bercak kuning, dengan sinar
ultraviolet warna kunig kuat berubah menjadi merah jingga bila diberi
uap amonia (Robinson, 1995).
9
Sebanyak 1 ml ekstrak dimasukkan kedalam tabung reaksi. Lalu
ditambahkan dengan serbuk magnesium dan 2-4 tetes HCl pekat.
Kemudian campuran dikocok. Terbentuknya warna jingga
menunjukkan adanya flavonoid golongan flavonol dan flavanon.
b. Uji Bate-Smith
Sebanyak 1 ml ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Lalu
ditambahkan dengan HCl pekat beberapa tetes. Kemudian campuran
dipanaskan selama 15 menit di atas penangas. Terbentuknya warna
merah menunjukkan adanya flavonoid golongan antosianidin.
c. Uji NaOH 10%
Sebanyak 1 ml ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu
ditambahkan dengan larutan NaOH 10% beberapa tetes. Terjadinya
perubahan warna menunjukkan adanya flavonoid karena tergolong
senyawa fenol (Markham, 1988)
2.4. KLT
Kromatografi Lapis Tipis ialah metode pemisahan fisikokimia yang terdiri
atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa pelat
gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah, berupa
larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita. Setelah pelat atau lapisan diletakkan
di dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase
gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan).
Selanjutnya, senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan (dideteksi) (Stahl,
1985).
10
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎
𝑅𝑓 = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
Angka Rf berjangka antara nol koma nol dan hanya ditentukan dua desimal.
hRf adalah angka Rf dikalikan factor 100 (h),menghasilkan nilai berjangka nol
sampai 100, tetapi karena angka Rf mempunyai fungsi sejumlah faktor, angka ini
11
dianggap sebagai petunjuk saja, harga hRf lah yang dicantumkan untuk
menunjukan letak suatu senyawa pada kromatogram (Stahl, 1985).
12
BAB III
PROSEDUR KERJA
3. 1 Preparasi sampel
1. 0,3 gram ekstrak dikocok dengan 3 ml n-heksana berkali-kali dalam
tabung reaksi sampai ekstrak n-heksana tidak berwarna.
2. Residu dilarutkan dalam 20 ml etanol dan dibagi menjadi 4 bagian,
masing-masing disebut sebagai larutan IIIA, IIIB, IIIC dan IIID.
3. 2 Reaksi Warna
1. Uji Bate-Smith dan Metcalf
a. Larutan IIIA dipakai sebagai blanko, Larutan IIIB ditambahkan 0,5
ml HCl pekat dan diamati perubahan warna yang terjadi, kemudian
dipanaskan di atas penangas air dan diamati lagi perubahan warna
yang terjadi.
b. Bila perlahan-lahan menjadi warna merah terang atau ungu
menunjukkan adanya senyawa leukoantosianin (dibandingkan
dengan blanko).
2. Uji Wilstater
a. Larutan IIIA sebagai blanko, larutan IIIC ditambah 0,5ml HCL pekat
dan sedikit serbuk magnesium.
b. Diamati perubahan warna yang terjadi, diencerkan dengan 2mL air
suling melewati dinding tabung, kemudian ditambahkan 1 mL
butanol secara perlahan-lahan melewati dinding tabung.
c. Diamati warna yang terjadi di setiap lapisan. Perubahan warna
jingga menunjukkan adanya flavon, merah pucat menunjukkan
adanya flavonol, merah tua menunjukkan adanya flavanon.
13
c) Penampak noda:
- Pereaksi sitrat borat atau
- Uap amonia
- Asam sulfat 10%
3. Adanya flavonoid ditunjukkan dengan timbulnya noda berwarna
kuning intensif.
4. Noda kuning yang ditimbulkan oleh uap ammonia akan hilang secara
perlahan ketika amonianya menguap meninggalkan noda.
5. Sedangkan noda kuning yang ditimbulkan oleh pereaksi sitrat-borat
sifatnya permanen.
14
BAB IV
BAGAN ALIR
15
4.3. Uji Wilstater
larutan IIID dan fase n-heksan (3.2.a.1) ditotolkan pada fase diam
Penampak noda : Pereaksi sitrat borat, atau Uap ammonia, atau Asam sulfat
10%
noda kuning yang ditimbulkan uap ammonia akan hilang perlahan, sedangkan
noda kuning yang ditimbulkan pereaksi sitrat-borat sifatnya permanen
16
BAB V
SKEMA KERJA
a. Preparasi sampel
Masukkan n-heksan
Tambahkan 3ml n-
heksan berkali – kali
dalam tabung reaksi
hingga ekstrak n-
heksan tidak berwarna.
Diambil residu,
dilarutkan dalam
20 ml etanol
b. Reaksi Warna
1. Uji Bate-Smith dan Metcalf
17
2. Uji Wilstater
Larutan IIIC
+ 1 ml
butanol
Amati perubahan scr + 2 ml air suling,
warna yang terjadi perlahan melewati dinding
di setiap lapisan melewati tabung
dinding
tabung
perubahan warna jingga = flavon, warna merah pucat = flavonol, warna merah tua = flavanon
Hasil Reaksi
A. Reaksi Warna
Uji Bate-Smith dan Metcalf
Identifikasi Warna yang
Identifikasi Kesimpulan
Warna Muncul
Leukoantosianin Merah terang Merah Positif mengandung
atau ungu Leukoantosianin
Uji Wilstater
Identifikasi Ciri Pengamatan Kesimpulan
Flavon Timbul warna Timbul Positif mengandung
jingga pada lapisan Flavon
lapisan berwarna
jingga
Fasa Etanol
19
Nilai Rf Warna Noda
UV 254 UV 365 Visual
0,15 - - Kuning
0,23 - Pendar Kuning -
0,31 - Pendar Kuning Kuning
0,73 Pendar Merah Pendar Merah -
0,84 - - Kuning
0,89 Pendar Kuning - Kuning
0,91 - Pendar Kuning -
Fasa N-Heksan
Perhitungan Rf
Fasa Etanol
1,2 𝑐𝑚
𝑅𝑓1 = = 0,15 𝑐𝑚
8 𝑐𝑚
1,8 𝑐𝑚
𝑅𝑓 2 = = 0,23 𝑐𝑚
8 𝑐𝑚
2,5 𝑐𝑚
𝑅𝑓 3 = = 0,31 𝑐𝑚
8 𝑐𝑚
20
5,8 𝑐𝑚
𝑅𝑓 4 = = 0,73 𝑐𝑚
8 𝑐𝑚
6,7 𝑐𝑚
𝑅𝑓5 = = 0,84 𝑐𝑚
8 𝑐𝑚
7,1 𝑐𝑚
𝑅𝑓 6 = = 0,89 𝑐𝑚
8 𝑐𝑚
7,2 𝑐𝑚
𝑅𝑓 7 = = 0,91 𝑐𝑚
8 𝑐𝑚
Fasa N-Heksan
7,2 𝑐𝑚
𝑅𝑓 1 = = 0,91 𝑐𝑚
8 𝑐𝑚
21
Pembahasan
22
reaksi antara flavonoid dengan logam HCL dan Mg (Septyaningsih, 2010) yang
menunjukkan adanya senyawa flavon.
Pada uji kromatografi lapis tipis, noda warna yang tampak setelah dilakukan
eluasi adalah warna kuning pada Rf 0,15; 0,31; 0,84; 0,89 sehingga dapat
dikatakan bahwa pada tanaman tersebut ,engandung senyawa golonga quersetin
karena menurut pustaka, ekstrak daun jambi (Psidium guajava) mengandung
flavonoid terutama turunan dari quercetin yang ermasuk golongan flavon dalam
flavonoid. Nilai Rf yang dihasilkan juga sama dengan literatur yang menyatakan
kuarsetin standar memiliki nilai Rf sebesar 0,8 (Fajar, 2011).
Pada pengamatan UV 365 nm juga didapatkan noda berwarna pendar kuning
pada Rf 0,23; 0,31; 0,73; 0,91 yang ,enunjukkan adanya senyawa flavonoid. Hal
ini sesuai dengan literatur yang menyatakan totolan berubah warna menjadi
kuning-orange, biru-hijau pada UV 365 nm apabila mengandung golongan
senyawa flavnoid (Wagner and Bladt, 1996).
Pada UV 254 nm juga didapatkan warna pendar kuning pada Rf 0l 89 sebelum
plat KLT direaksikan dengan penampak noda. Namun, setelah diberi reagen warna
pendar kuning tidak terlihat. Hal ini terjadi karena pada panjang gelombang 254
nm semua flavonoid menunjukkan pemadaman tampak biru tua pada lempeng
KLT yang berfluoresensi kuning.
Selain warna kuning dan pendar kuning ditemukan warna merah pada Rf 0,73
pada fase etanol dan Rf 0,91 pada fase n-heksan. Hal ini terjadi karena pelarut yang
digunakan tidak hanya mengekstraksi senyawa flavonoid melainkan juga
mengekstraksi klorofil yang ada di dalam tumbuhan.
23
BAB VII
PENUTUP
Kesimpulan
24
LAMPIRAN
Blanko
KLT
Sebelum doberi penampak
25
Setelah diberi pebampak
noda UV 254 nm UV 365 nm
Visual
26
DAFTAR PUSTAKA
Arya, V., Thakur, N., and Kashyap, C.P., 2012, Preliminary Phytochemical
Analysis of the Extracts of Psidium Leaves, Journal of Pharmacognosy
and Phyto chemistry, 1 (1) : 2278-4136
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2008, Taksonomi Koleksi Tanaman Obat
Kebun Tanaman Obat Citeureup. Jakarta: Direktorat Obat Asli Indonesia.
Cahyono B. 2010. Sukses Budidaya Jambu Biji di Pekarangan dan Perkebunan.
Yogyakarta (ID): Lily Publisher.
Harborne, J. B., 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan, Edisi kedua, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan
Iwang Soedir. Bandung : ITB Press.
Kartasapoetra, G. 2004. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Penerbit Rineka
Cipta, Jakarta.
Mannito, P. 1981. Biosynthesis of Natural Product , Sames, P.G. (trans), Ilis. New
York : Horwood Limited.
Markham, K.R., 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid, diterjemahkan oleh
Kosasih Padmawinata. Bandung : Penerbit ITB.
Robinson, T., 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Edisi VI,
diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata. Bandung : ITB Press.
Sastrohamidjojo, H. 2002. Kromatografi. Liberty. Yogyakarta. Hlm 35-36.
Stahl, E., 1985, Analisis Obat Secara kromatografi dan Mikroskopi,
diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro,3-17, ITB,
Bandung.
Taiz, Lincoln dan Eduardo Zeiger. 2002. Plant Physiology Third Edition.
Massachusetts: Sinauer Associates, Inc., Publisher.
27