Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

KONSEP DAGANG DALAM ISLAM

DOSEN PENGAMPU : KHOLID JUNAIDI, M.pd

KELAS : AGB- C

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 10 :

1. ARYO PRANATA GINTING(1906156125)

2.NUR AZLINA(1906111655)

3. RAHMAH (1906124357)

UNIVERSITAS RIAU

FAKULTAS PERTANIAN

AGRIBISNIS

2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Saya juga bersyukur atas
berkat rezeki dan kesehatan yang diberikan kepada saya sehingga saya dapat mengumpulkan
bahan – bahan materi makalah ini dari beberapa sumber. Saya telah berusaha semampu saya
untuk mengumpulkan berbagai macam bahan tentang Perdagangan dalam al-qur’an dan
hadits.
Saya sadar bahwa makalah yang saya buat ini masih jauh dari sempurna, karena itu
saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini
menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu saya mohon bantuan dari para pembaca.
Demikianlah makalah ini saya buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan, saya
mohon maaf yang sebesarnya dan sebelumnya saya mengucapkan terima kasih.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4

1. Latar Belakang........................................................................................................ 4
2. Rumusan Masalah....................................................................................................4
3. Tujuan.......................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................5

A. Pengertian Perdagangan...........................................................................................5
B. Etika perdagangan....................................................................................................9
C. Syarat- syarat dagang.................................................................................................
D. Jual beli online.........................................................................................................

BAB III PENUTUP..................................................................................................................

A. Kesimpun................................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
ALLAH menciptakan manusia dengan suatu sifat saling membutuhkan antara satu
dengan lainnya. Tidak ada seorangpun yang dapat menguasai seluruh apa yang
diinginkan. Tetapi manusia hanya dapat mencapai sebagian yang dihajatkan itu. Dia
mesti memerlukan apa yang menjadi kebutuhan orang lain.
Untuk itu Allah memberikan inspirasi (ilham) kepada mereka untuk mengadakan
pertukaran perdagangan dan semua yang kiranya bermanfaat dengan cara jual-beli
dan semua cara perhubungan. Sehingga hidup manusia dapat berdiri dengan lurus dan
irama hidup ini berjalan dengan baik dan produktif.
Dibuatnya makalah ini guna memberikan pengetahun kepada manusia tentang
pentingnya landasan moral suatu individu. Terutama dalam urusan ber-Muamalah
diantara umat manusia . Mengingat perkembangan zaman dan Era Global jugalah,
yang memberikan warna tersendiiri dalam ber Muamalah antar Umat khususnya
dalam urusan Perdagangan.

2. Rumusan Masalah
A. Pengertian perdagangan ?
B. Syarat-syarat dagang dalam islam ?
C. Jual beli online dalam islam ?

3. Tujuan

Berikut ini adalah beberapa tujuan penulisan dari makalah ini:

1. Memberikan pengetahuan tentang Berdagang yang baik secara Islam


2 Menanggapi beberapa fenomena perdagangan Era Global
3 Memberikan Gambaran tentang perdagangan islam menurut syarat dan rukunnya.
4 Memberikan landasan Moral sebagai hal yang wajib di anut oleh umat manusia

4
5 Meningkatkan Moral dan Akhlak sebagai bekal kehidupan yang Mardhotillah.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Perdagangan dalam kamus wikipwdia dapat didefinisikan sebagai kegiatan tukar
menukar barang atau jasa atau keduanya. Pada masa awal sebelum uang ditemukan, tukar
menukar barang dinamakan barter yaitu menukar barang dengan barang. Pada masa modern
perdagangan dilakukan dengan penukaran uang. Setiap barang dinilai dengan sejumlah uang.
Pembeli akan menukar barang atau jasa dengan sejumlah uang yang diinginkan penjual. Dan
aktivitas perdagangan ini merupakan kegiatan utama dalam sistem ekonomi yang
diterjemahkan sebagai sistem aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi,
distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. [2]
Dalam pandangan Islam Perdangan merupakan aspek kehidupan yang dikelompokkan
kedalam masalah muamalah, yakni masalah yang berkenaan dengan hubungan dalam
kehidupan manusia. Secara etimologi perdagangan yang intinya jual beli, berarti saling
menukar. Al-Bai' arti nya menjual, mengganti dan menukar (sesuatu dengan sesuatu yang
lainya) dan asy-Syira' artinya beli.
Dalam Islam kegiatan perdagangan itu haruslah mengikuti kaidah-kaidah dan ketentuan
yang telah ditetapkan oleh Allah. Aktivitas perdagangan yang dilakukan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang digariskan oleh agama mempunyai nilai ibadah. Dengan demikian,
selain mendapatkan keuntungan-keuntungan materiil guna memenuhi kebutuhan ekonomi,
seseorang tersebut sekaligus dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Hal yang mendasari setiap perbuatan itu dilandaskan pada sumber-sumber hukum yang
bersumber dari Al-Quran dan Hadits. Dengan demikian perdagangan dalam islam juga
berdasar dari landasan hukum tersebut.
Tentang perdagangan di dalam Alquran dengan jelas disebutkan bahwa perdagangan
atau perniagaan merupakan jalan yang diperintahkan oleh Allah untuk menghindarkan

5
manusia dari jalan yang bathil dalam pertukaran seuatu yang menjadi milik di antara sesama
manusia. Seperti yang tercantum dalam Surat An-Nisa’ 29.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu.

Dalam melakukan perniagaan, Allah juga telah mengatur adab yang perlu dipatuhi dalam
perdagangan, di mana apabila telah datang waktunya untuk beribadah, aktivitas perdangan
perlu ditingalkan untuk beribadah kepada Allah, surat Al-Jum’ah 11.
Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju
kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: "Apa
yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan", dan Allah sebaik-baik
pemberi rezki.

Dan dalam ayat lain seperti di surat An-Nur 37, dijelaskan bagaimana orang tidak lalai
dalam mengingat Allah hanya karena perniagaan dan jual beli.
Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari
mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat.
mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.
Dalam melakukan transaksi perdagangan Allah memerintahkan agar manusia melakukan
dengan jujur dan Adil. Tata tertib perniagaan ini dijelaskan Allah seperti tercantum dalam
Surat Hud 84-85. Demikian pula dalam Surat Al-An’am 152, yang mengatur tentang takaran
dan timbangan dalam perniagaan.
Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syu'aib. ia berkata: "Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. dan janganlah kamu
kurangi takaran dan timbangan, Sesungguhnya Aku melihat kamu dalam keadaan yang baik
(mampu) dan Sesungguhnya Aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan
(kiamat)."
Dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan
janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat
kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.

Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat,
hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. kami
6
tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila
kamu berkata, Maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu)[519],
dan penuhilah janji Allah[520]. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu
ingat.1

[519] maksudnya mengatakan yang Sebenarnya meskipun merugikan kerabat sendiri.


[520] maksudnya penuhilah segala perintah-perintah-Nya.

Selain dalam Al-qur’an, tentang perdagangan terdapat hadist yang menjelakan bahwa
Allah tidak akan mengajak sesorang berbicara, tidak dipandang, tidak disucikan dan mereka
mendapatkan siksa yang pedih apabila menipu dalam perniagaan. Seperti yang diriwayatkan
dalam hadist riwayat Bukhari dan Muslim.
Hadis riwayat Abu Hurairah ra, ia berkata :
Rasulullah saw. Bersabda: Ada tiga orang yang nanti pada hari kiamat tidak akan diajak
bicara oleh Allah, tidak dipandang, tidak disucikan dan mereka mendapatkan siksa yang
pedih, yaitu; orang yang mempunyai kelebihan air di gurun sahara tetapi tidak mau
memberikannya kepada musafir; orang yang membuat perjanjian dengan orang lain untuk
menjual barang dagangan sesudah Asar; ia bersumpah demi Allah bahwa telah mengambil
(membeli) barang itu dengan harga sekian dan orang lain tersebut mempercayainya,
padahal sebenarnya tidak demikian; orang yang berbaiat kepada pemimpin untuk
kepentingan dunia. Jika sang pemimpin memberikan keuntungan duniawi kepadanya, ia
penuhi janjinya, tapi bila tidak, maka ia tidak penuhi janjinya. (HR. Bukhari dan Muslim) [3]

Dan dalam perdagangan dilarang sistem jual beli Mulamasah (wajib membeli jika
pembeli telah menyentuh barang dagangan) dan munabazah (sistem barter antara dua orang
dengan melemparkan barang dagangan masing-masing tanpa memeriksanya). Hal ini
tepapar dalam hadist Riwayat Abu Hurairah.
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: Bahawa Rasulullah saw, melarang sistem jual beli
mulamasah (wajib membeli jika pembeli telah menyentuh barang dagangan) dan
munabadzah (sistem barter antara dua orang dengan melemparkan barang dagangan
masing-masing tanpa memeriksanya) (HR. Bukhari dan Muslim).

7
Dan dalam perdagangan Islam dilarang mencegat barang dagang sebelum tiba di Pasar,
seperti diriwayatkan oleh Ibnu Umar ra dan juga diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud ra.
Hadis riwayat Ibnu Umar ra.: Bahwa Rasulullah saw. melarang mencegat barang dagangan
sebelum tiba di pasar. Demikian menurut redaksi Ibnu Numair. Sedang menurut dua perawi
yang lain: Sesunggunya Nabi saw. melarang pencegatan. (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis riwayat Abdullah bin Mas’ud ra.: Dari Nabi saw. bahwa beliau melarang pencegatan
(blokir) barang-barang dagangan. (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam perdangan Islam, dilarang apabila yang diperdagangkan secara zatnya adalah
Haram, seperti Khamar. Hal ini diriwayatkan oleh Aisyah ra.
Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata: ketika turun beberapa ayat terakhir surat Al-Baqarah,
Rasulullah saw. Keluar lalu membacakannya kepada orang-orang, kemudian beliau
mengharamkan perdagangan khamar. (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis riwayat Barra’ bin Azib ra. : Dari Abul Minhal ia berkata: Seorang kawan
berserikatku menjual perak dengan cara kredit sampai musim haji lalu ia datang menemuiku
dan memberitahukan hal itu. Aku berkata: Itu adalah perkara yang tidak baik. Ia berkata:
Tetapi aku telah menjualnya di pasar dan tidak ada seorang pun yang mengingkarinya.
Maka aku (Abu Minhal) mendatangi Barra’ bin Azib dan menanyakan hal itu. Ia berkata:
Nabi saw. Tiba di Madinah sementara kami biasa melakukan jual beli seperti itu, lalu beliau
bersabda: Selama dengan serah-terima secara langsung, maka tidak apa-apa. Adapun yang
dengan cara kredit maka termasuk riba. Temuilah Zaid bin Arqam, karena ia memiliki
barang dagangan yang lebi banyak dariku. Aku lalu menemuinya dan menanyakan hal itu.
Ia menjawab seperti jawaban Barra’. (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda:
Sumpah itu penyebab lakunya barang dagangan, tetapi menghapus keberkahan laba. (HR.
Bukhari dan Muslim).

8
B. Rukun dan Syarat- syarat dagang dalam islam

1. Orang yang melaksanakan akad jual beli (penjual dan pembeli).


Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh penjual dan pembeli adalah:
 Berakal, jual beli nya orang gila atau rusak akalnya dianggap tidak sah.
 Baligh, jual belinya anak kecil yang belum baligh tidak sah. Akan tetapi, jika
anak itu sudah mumayyiz (mampu membedakan baik buruk ), dibolehkan
melakukan jual beli terhadap barang-barang yang harganya murah, seperti
permen,kue, dan kerupuk.
 Berhak menggunakan hartanya. Orang tidak berhak menggunakan
(membelanjakan) hartanya karna sangat bodoh (idiot) tidak sah jual belinya,
harta milik orang yang sangat bodih diurus oleh walinya yang baligh dan
berakal sehat serta jujur.(QS. An-NISA’, 4:5)
2. Sigat atau ucapan ijab dan kabul
Ulama fikih sepakat bahwa unsur utama dalam jual beli adalah kerelaan antara
penjual dan pembeli. Karena kerelaan itu berada dalam hati, maka harus diwujudkan
melalui ucapan ijab (dari pihak penjual) dan kabul (dari pihak pembeli).
3. Barang yang diperjual belikan.
Barang yang diperjual belikan harus memenuhi syarat-syarat:
1. Barang yang diperjual belikan sesuatu yang halal.
2. Barang itu ada manfaatnya. Tidak boleh menjual sesuatu yang tidak ada
manfaatnya.
3. Barang itu ada ditempat, atau tidak ada tetapi sudah tersedia di tempat lain,
misalnya digudang dan penjual bersedia mengambilnya bila transaksi jual beli
berlangsung.
4. Barang itu merupakan milik si penjual atau di bawah kekuasaannya
Rasulullah SAW bersabda:

9
Artinya:
“ tidak sah jual beli, kecuali pada suatu yang dimiliki.” ( H.R. ABU DAUD dan
AL- TIRMIZI )

5. Barang itu henndaklah diketahui oleh pihak penjual dan pembeli dengan jelas,
baik zatnya, bentuknya dan kadarnya, maupun sifat-sifatnya.
Sesuatu yang belum di ketahui zat, bentuk, dan kadarnya di amggap tidak sah.
Misalnya, memeperjual belikan buah-buahan yang putiknya yang belum tampak
dipohon (sistem ijon ). Rasulullah SAW bersabda:

ARTINYA:
“ Nabi saw melarang menjual buah-buahan sehingga nyata keadaan patutnya.”
(H.R Al-Bukhari dan Muslim).

4. Nilai tukar barang yang dijual (pada zaman modern sekarang ini berupa uang).
Syarat-syarat bagi nilai tukar barang yang dijual adalah:
 harga jual yaang disepkati penjual dan pembeli harus jelas jumlahnya.
 Nilai tukar barang itu dapat diserahkan pada waktu transaksi jual beli,
walaupun secara hukum, misalnya pembayaran dengan menggunakan cek atau
kartu kredit. Jika harga barang di bayar dengan utang atau kredit, waktu
pembayarannya harus jelas.
 Apabila jual beli di lakukan secara barter atau al- Muqayadah ( nilai tukar
barang yang dijual bukan berupa uang tetapi berupa barang ),maka nilai
tukarnya tidak boleh dengan barang haram misalnya dengan babi dan khamar.

10
C. Jual beli online dalam islam

Pada umumnya, orang memerlukan benda yang ada pada orang lain (pemiliknya) dapat
dimiliki dengan mudah, tetapi pemiliknya kadang-kadang tidak mau memberikannya.
Adanya syariat jual beli menjadi wasilah (jalan) untuk mendapatkan keinginan tersebut, tanpa
berbuat salah.1

Perdagangan atau jual beli menurut bahasa berarti al-bai, al-tijarah dan al-mubadalah,
sebagaimana firman Allah dalam surat al-Fathir ayat 29

َ ‫ارة لَن تَب‬


‫ُور‬ َ ‫يَر ُجونَ تِ َج‬

Arab-Latin: yarjụna tijāratal lan tabụr.

Terjemah Arti: mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan merugi.2

Jual beli dalam istilah fiqh disebut dengan al-bai yang berarti menjual, mengganti
dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. 3 Lafadz dalam bahasa arab terkadang
digunakan untuk pengertian lawanannya, yakni kata asy-syira yang berarti beli. Dengan
2demikian kata al-bai berarti jual, tetapi sekaligus juga berarti

Menurut istilah (terminology) yang dimaksud dengan jual beli adalah suatu perjanjian
tukar menukar benda atau barang mempunyai nilai serta suka rela diantara kedua belah pihak,
yang satu menerima benda-benda dan pihak lain yang menerimanya sesuai dengan perjanjian
atau ketentuan yang telah dibanarkan syara’ dan disepakati.4

Dari definisi yang dikemukakan diatas, dapatlah disimpulkan bahwa jual beli itu dapat
3terjadi dengan cara:

1. Pertukaran harta antara dua pihak atas dasar saling rela, dan
2. Memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan yaitu berupa alat tukar yang
diakui sah dalam lalu lintas perdagangan.

1
Sohari Sahrani, Ru’fah Abdullah, fikih muamalah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011),65.
2
Departemen Agama R. I, Al- Qur’an dan Terjemahannya, 437
3
Rachmad Syafi’I, Figh Muamalah, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001), 73
4
Hendi Suhendi, fiqh Muamalah, (jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), 67-68
5
Abdul Rahman Ghazaly, fuqh muamalah, (jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010),

11
- Dasar hukum jual beli

Jual beli sebagai sarana tolong menolong antara sesama umat manusia mempunyai landasan
yang kuat dalam al- Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW.5 Terdapat beberapa ayat al-Qur’an
dan sunnah rasulullah SAW yang berbicara tentang jual beli.

a. Al- Qur’an
1.) Surat al- Baqarah ayat 275

َ‫الربَا يَأ ُكلُونَ الَّذِين‬ِ ‫طهُ الَّ ِذي يَقُو ُم َك َما إِ َّل يَقُو ُمونَ َل‬
ُ َّ‫ان يَت َ َخب‬
ُ ‫ط‬َ ‫شي‬َّ ‫قَالُوا بِأَنَّ ُهم ََ َٰذَ ِلك ۚ ال َم ِس ِمنَ ال‬
ِ ۗ ‫ّللاُ َوأ َ َح َّل‬
‫الربَا ِمث ُل البَي ُع ِإنَّ َما‬ َّ ‫ََو َح َّرم البَي َع‬ ِ ۚ ‫ظة َجا َءهُ فَ َمن‬
َ ‫الربَا‬ َ ‫فَلَهُ انت َ َه َٰى ََف َر ِب ِه ِمن َمو ِع‬
َٰ
َ َ‫اب فَأُولَئِك‬
‫ف َما‬ َ ُ‫ّللاِ إِلَى َوأَم ُره‬
َ َ‫سل‬ َّ ۖ ‫عادَ َو َمن‬ ُ ‫ار أَص َح‬ ِ َّ‫خَا ِلدُونَ فِي َها ُهم ۖ الن‬

Arab-Latin: Allażīna ya`kulụnar-ribā lā yaqụmụna illā kamā yaqụmullażī


yatakhabbaṭuhusy-syaiṭānu minal-mass, żālika bi`annahum qālū innamal-bai'u
miṡlur-ribā, wa aḥallallāhul-bai'a wa ḥarramar-ribā, fa man jā`ahụ mau'iẓatum mir
rabbihī fantahā fa lahụ mā salaf, wa amruhū ilallāh, wa man 'āda fa ulā`ika aṣ-
ḥābun-nār, hum fīhā khālidụn.

Terjemah Arti: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil
riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);
dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba),
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

12
13

Anda mungkin juga menyukai