Anda di halaman 1dari 19

LARGE VOLUME PARENTRAL (LVP)

ARTIKEL

Oleh :

Laily Nurul Azizah (15670005)

M. Fawwaz Hariz (15670015)

Noviananda Salmasfattah (15670020)

Farenza Okta Kirana (15670039)

PROGAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2018
1. Sediaan Parentral
A. Definisi Sediaan Parenteral
Sediaan parenteral adalah sediaan yang digunakan tanpa melalui mulut atau
dapat dikatakan obat dimasukkan ke dalam tubuh selain saluran cerna (langsung ke
pembuluh darah) sehingga memperoleh efek yang cepat dan langsung sampai
sasaran. Misal suntikan atau insulin. Injeksi dan infus termasuk semua bentuk obat
yang digunakan secara parentral. Injeksi dapat berupa larutan, suspensi, atau
emulsi. Apabila obatnya tidak stabil dalam cairan, maka dibuat dalam bentuk
sediaan kering. Apabila mau dipakai baru ditambahkan aqua steril untuk
memperoleh larutan atau suspensi injeksi. Jenis sediaan parenteral terdiri dari 2
macam yaitu Large volume parenteral (LVP) dan Small Volume Parenteral (SVP).
Tujuan umum sediaan paenteral :
1. Untuk menjamin penyampaian obat yang masih belum banyak diketahui
sifat-sifatnya ke dalam suatu jaringan yang sakit atau daerah target dalam
tubuh dalam kadar yang cukup, khususnya jika diantisipasi bahwa senyawa
obat yang bersangkutan sulit mencapai sasaran tersebut jika diberikan
melalui rute yang lain
2. Untuk memungkinkan pengendalian langsung terhadap beberapa parameter
farmakologi tertentu, seperti waktu tunda, kadar puncak dalam darah, kadar
dalam jaringan, dll. Contoh: pemberian obat secara i.v untuk mendapatkan
efek yang segera.
3. Untuk menjamin dosis dan kepatuhan terhadap obat, khususnya untuk
penderita rawat jalan
4. Untuk mendapatkan efek obat yang tidak mungkin dicapai melalui rute lain,
mungkin karena obat tidak dapat diabsorbsi atau rusak oleh asam lambung
atau enzim jika diberikan secara oral. Contoh: insulin
5. Untuk memberikan obat pada keadaan rute lain yang lebih disukai tidak
memungkinkan, misalnya pada penderita yang saluran cerna bagian atasnya
sudah tidak ada karena dioperasi.
6. Untuk menghasilkan efek secara lokal jika diinginkan untuk mencegah atau
meminimalkan efek/reaksi toksik sistemik. Contoh: pemberian metotreksat
secara injeksi intratekal pada penderita leukemia

1
7. Untuk pemberian obat pada penderita yang tidak sadarkan diri atau tidak
dapat bekerja sama (gila). Contoh: pemberian obat penenang pada orang
gila
8. Untuk memperbaiki dengan cepat cairan tubuh atau ketidakseimbangan
elektrolit atau untuk mensuplai kebutuhan nutrisi
9. Untuk mendapatkan efek lokal yang diinginkan, misalnya anestesi lokal
pada pencabutan gigi.

B. Definisi Large Volume Parenteral


Menurut Farmakope Indonesia IV sediaan parenteral volume besar adalah
injeksi dosis tunggal untuk intravena dan dikemas dalam wadah bertanda volume
lebih dari 100 ml . LVP biasa digunakan untuk cairan irigasi dan dialisis. Saat ini,
cairan LVP digunakan pula sebagai cairan pembawa obat lain dan juga nutrisi
parenteral. Karena pemberiannya dalam dosis besar, maka tidak diperkenankan
menambahkan zat bakteriostatik (pengawet) karena dapat menyebabkan terjadinya
toksisitas akibat pemberian larutan/zat bakteriostatik dalam jumlah besar.
Tujuan Penggunaannya adalah sebagai berikut:
1. Bila tubuh kekurangan air, elektrolit dan karbohidrat maka kebutuhan
tersebut harus cepat diganti.
2. Pemberian infus memiliki keuntungan karena tidak harus menyuntik pasien
berulangkali.
3. Mudah mengatur keseimbangan keasam dan kebasaan obat dalam darah.
4. Sebagai penambah nutrisi bagi paseien yang tidak dapat makan secara oral
5. Berfungsi sebagai dialisa pada pasien gagal ginjal.
Syarat-syarat sediaan parenteral volume besar yaitu meliputi :
a. Steril
b. Bebas pirogen
Sediaan Parenteral Volume Besar harus steril dan bebas pirogen
dikarenakan :
1. Sediaan diinjeksikan langsung kedalam aliran darah (i.v).
2. Sediaan ditumpahkan pada tubuh dan daerah gigi (larutan penguras).
3. Sediaan langsung berhubungan dengan darah (hemofiltrasi).

2
4. Sediaan langsung ke dalam tubuh (dialisa peritoneal).
5. Bebas dari bahan pertikulat jernih, karena dapat menyebabkan emboli.
6. Dikemas dalam wadah dosis tunggal
7. Tidak mengadung bahan baktersid karena volume cairan terlalu besar.
8. Isotonis dan isohidris
c. Bebas partikel partikulat
d. Di kemas dalam kemasan dosis tunggal
e. Bebas pengawet
f. Volume tidak boleh melebihi 1000 mL (kecuali untuk larutan irigasi)

2. Konsep Formulasi LVP


Syarat-syarat dari injeksi volume besar ialah harus steril, bebas pirogen dan
bebas dari bahan partilukat, dikemas dalam wadah dosis tunggal dalam wadah gelas
atau plastik yang sesuai (Torce, 1874). Kecuali dinyatakan lain, infus intravena
tidak boleh mengandung bakterisida dan zat dapar larutan untuk intravena harus
jernih dan praktis bebas partikel (FI III). Karakteristik LVP (Bethesda. 2011):
a. Dikemas dalam botol kaca atau dalam wadah fleksibel bervolume besar.
b. Dapat berisi lebih dari 100 ml hingga lebih besar dari 1 atau 2 L.
c. Steril
d. Bebas Piroge
e. Pada dasarnya bebas dari materi partikulat
f. Tidak ada agen anti-mikroba
g. Isotonisitas
A. Parameter fisologis
Beberapa komponen penunjang fisologis tubuh dapat diberikan dalam
bentuk sediaan parenteral volume besar seperti kebutuhan tubuh akan air, elektrolit,
karbohidrat, asam amino, vitamin dan mineral. Faktor fisiologi perlu diperhatikan
karena dapat berpengaruh pada formulasi. Tekanan osmosa atau osmolaritas
merupakan faktor fisiologi yang dimana tekanan osmosa adalah perpindahan
pelarut dan zat terlarut melalui membran permeabel yang memisahkan 2 komponen,
dinyatakan dalam osmole per kilogram = osmolarita.

3
Kasus ini dapat dibuktikan dengan cara menaruh RBC di dalam larutan
injeksi natrium klorida 0,9% dan diamati di bawah mikroskop, apakah ada
perubahan RBC secara fisika. Dari pengamatan tidak terlihat adanya perubahan
secara fisika sehingga larutan dinamakan isotonis. Beberapa terminologi yang
sering digunakan dalam menilai tonisitas larutan dapat dilihat pada Tabel:
Osmolaritas (mosmol/liter) Tonisitas
>350 Hipertonis
329-350 Agak hipertonis
270-328 Isotonis
250-269 Agak hipotonis
0-249 Hipotonis
Tonisitas seperti yang dinyatakan dalam bentuk angka, hanyalah salah satu
pertimbangan karena ada pula masalah lain yang dapat berpengaruh. Sebagai
contoh, larutan 1,85% urea adalah isotonis, akan tetapi sangat tidak sesuai (tidak
boleh) diberikan pada kecepatan pemberian infus normal karena dapat
menyebabkan hemolisis yang akan merusak kesetimbangan nitrogen dalam tubuh.
Suatu larutan asam amino yang hipertonis pada 850 m osm/liter diperlukan untuk
memperpanjang hidup dan masalah tonisitas dapat diatasi jika larutan infus
diberikan secara perlahan-lahan ke dalam vena besar di mana tersedia cukup
volume darah untuk menjamin pengenceran. Larutan hiper dan hipotonis dapat
digunakan jika diberikan secara perlahan-lahan. Kecepatan perpindahan air ke
dalam atau ke luar sistem vaskular ditentukan oleh kecepatan pemberian, kecepatan
difusi solut, dan tonisitas dari larutan.
B. Parameter fisika-kimia
1) Kelarutan
Pada umumnya obat-obatan yang digunakan untuk membuat
sediaan parenteral volume besar mudah larut.
2) pH
pH perlu diperhatikan mengingat pH yang tidak tepat dapat
berpengaruh pada darah. pH darah normal 7.5-7.45.
3) Pembawa

4
Umumnya digunakan pembawa air, tetapi dapat juga dipakai emulsi
lemak intravena yang diberikan sendiri atau kombinasi dengan asam amino
atau dekstrose. Zat pembawa yang digunakan dalam sediaan infus yaitu zat
yang berbentuk larutan (air) atau yang biasa digunakan dalam pembuatan
sediaan steril adalah aqua pro injeksi untuk melarutkan zat aktif dan zat
tambahan.
Semua komponen dilarutkan, dan hasil larutan air yang diperoleh
haruslah jernih dan biasanya tidak berwarna. Larutan emulsi intravena, yang
merupakan suatu LVP yang dapat diberikan dalam bentuk tersendiri
ataupun kombinasi dengan asam amino dan dekstrosa dan diberikan untuk
nutrisi total secara parenteral, adalah kekecualian (ada batasan ukuran
partikel emulsi). Asam amino esensial, fosfolipid telur, gliserin, dan air
untuk injeksi dihomogenisasi untuk menghasilkan emulsi yang stabil
dengan ukuran partikel sekitar 0,05 µm dapat pula diberikan dalam bentuk
infus.
4) Cahaya dan suhu
Cahaya dan suhu mempengaruhi kestabilan obat. Contohnya yaitu
vitamin yang harus disimpan dalam wadah terlindung cahaya.
5) Faktor kemasan
Bahan wadah berpengaruh terhadap kestabilan obat parenteral
volume besar seperti gelas, plastik dan tutup karet.

C. Stabilisasi LVP
Untuk bahan penambah seperti dapar, antioksidan, komplekson, jarang
ditambahkan pada sediaan parenteral volume besar. Semua aditif yang ditambahkan
hanyalah yang diperlukan saja, untuk menjaga efektivitas produk dan tidak boleh
membahayakan pasien. Beberapa logam seperti besi, tembaga, atau kalsium yang
dapat diikat oleh agen pengkhelat membentuk senyawa larut atau akan membentuk
senyawa yang akan mengendap selama tahap pemurnian, kadang-kadang berada
dalam jumlah yang kecil dalam kompenen larutan LVP. Antioksidan seperti
natriumbisulfit atau natriummetabisulfit, adakalanya ditambahkan untuk
melindungi bahan aktif dari kerja oksigen dari dalam larutan atau ruang udara di

5
bagian atas kontener. Keberadaan oksigen walaupun dalam jumlah kecil dapat
mempercepat pembentukan warna atau penguraian 5% dekstrose dalam Infus
Ringer Laktat atau larutan asam amino. Karena itu, ada kalanya sangat diperlukan
menghilangkan oksigen dari dalam air atau pada ruangan bagian atas kemasan
dengan cara mengganti atau mengalirkan udara inert nitrogen selama proses
pembuatan.

3. Penggolongan Sediaan LVP berasarkan komposisi dan kegunaannya


Jenis Volume Besar Solusi Intravena menurut Bethesda (2011), yaitu
elektrolit, karbohidrat, solusi nutrisi (Protein dan Emulsi Lipid), dialisis peritoneal,
dan irigasi solusi. Adapun penjelasan elekrolit, karbohidrat, dan solusi nutrisi
adalah sebagai berikut:
A. Infus elektrolit
Digunakan untuk mengatasi perbedaan atau penyimpangan jumlah normal
elekrolit dalam darah. Ada dua kondisi plasma darah yang menyimpang:
a. Asidosis, yaitu kondisi plasma darah yang terlalu asam akibatnya adanya
ion Cl yang berlebihan
b. Alkalois, yaitu kondisi plasma darah yang terlalu basa sehingga jumlah ion
Na, K, dan Ca dalam jumlah berlebihan.
B. Infus Karbohidrat
Infus karbohidrat adalah sediaan infus yang berisi larutan glukosa atau
dektrosa yang cocok untuk donor kalori. Infus ini berguna untuk diurtik (20%),
untuk terapi oedema (30-50%), larutan mannitol 15-20% untuk menguji fungsi
ginjal
C. Pengertian Nutrisi Parenteral Total
Nutrisi parenteral total atau yang lebih dikenal dengan istilah TPN (total
parenteral nutrition) digunakan untuk memberikan dukunagn nutrisi dalam jangka
waktu lama bagi pasien-pasien yang tidak mampu mengkonsumsi makan per oral
dan tidak dapat menjalani pemberian nutrisi enteral. Karena TPN merupakan cara
pemberian nutrisi yang mahal, memerlukan monitoring yang terus menerus dan
berpotensi untuk menimbulkan komplikasi infeksi, metabolic serta mekanis,
tindakan ini hanya dilakukan bila cara pemberian nutrisi yang lain (oral atau enteral)

6
tidak adekuat atau merupakan kontraindikasi sementara dukungan nutrisi dalam
waktu yang lama sangat dibutuhkan.

4. Faktor-Faktor Formulasi dan Produksi LVP


A. Faktor mempengaruhi formulasi LVP
Berikut ini kondisi pemrosesan yang mempengaruhi formulasi LVP:
a. Steril
Steril adalah suatu keadaan dimana suatu ut bebas dari mikroba hidup, baik
yang patogen (menimbulkan penyakit) maupun apatogen/non-patogen (tidak
menimbulkan penyakit), baik dalam bentuk vegetatif (siap untuk berkembang
biak' maupun dalam bentuk spora (dalam keadaan statis, tidak dapat
berkembang biak tetapi melindungi diri dengan lapisan pelindung yang kuat)
(Fl IV). Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa sediaan LVP harus
dalam keadaan bebas dari mikroorganisme dalam bentuk apapun.
b. Bebas Pirogen
Pirogen merupakan suatu produk mikroorganisme terutama dari gram
negatif. Pirogen dapar belsumber dari:
a. Air desilat yang telah terkontaminasi oleh bakteri yang tahan udara yang
tumbuh dan menghasilkan endotoksin.
b. Zat terlarut seperti NaCl dan dekstrosa.
c. Peralatan yang digunakan sering menjadi media kultur bakteri dan
kontaminasi pirogenik.
d. Kontaminasi dapat berasal dari mikroorganisme di udara atau dari debu.
c. Bebas Partikel Partikulat
Partikel partikulat didapatkan dari polusi udara. Partikulat bisa alami dari
alam dan ada yang buatan manusia. Partikulat yang berasal dari alam antara lain
debu, asap dari kebakaran hutan, bisa juga berasal dari gunung berapi, dan lain
sebagainya. Partikulat juga bisa berasal dari buatan manusia seperti dari bahan
bakar pada kendaraan serta dari berbagai industri yang dapat menghasilkan
sejumlah besar partikulat.

d. Dikemas dalam Kemasan Dosis Tunggal

7
Kemasan LVP harus memiliki wadah berukuran 100-1000 ml. Wadah atau
kemasan dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi
produk yang ada didalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran serta
gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran). Selain itu, kemasan suatu produk
berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk industi agar
memudahkan dalam penyimpanan, pengangkatan dan pendistribusian
e. Bebas pengawet
Larutan LVP tidak membutuhkan pengawet. Hal ini disebabkan oleh
volume sediaan yang besar sehingga pengawet tidak pernah digunakan untuk
menghindari toksisitas yang dapat disebabkan oleh pengawet itu.

B. Pertimbangan yang ada dalam admixture LVP


Pertimbangan yang ada dalam admixture LVP Menurut FI IV, yaitu:
a. jenis-jenis cairan yang dibuat harus lebih banyak dan bahkan bahan
tambahan banyak digunakan melalui intravena daripada melalui subkutan
b. cairan yang disuntik pada volume besar harus relative lebih cepat
c. pembuatan cairan dapat segera dicapai efek sistemik
d. level darah dari obat yang terus menerus disiapkan
e. harus secara langsung karena untuk membuka vena
f. pada pemberian obat rutin dan mampu digunakan
g. dalam situasi darurat

C. Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Sistem Produksi LVP


1) Viskositas
Dalam sediaan infus viskositas sangat berpengaruh karena jika
sediaan infus terlalu kental maka akan susah menetes, distribusi obat dalam
darah akan lambat, sehingga ketercapaian efek terapi yang diinginkanpun
akan lambat pula. Menurut Levcyhuk (1992) Sistem infus menyediakan
kecepatan aliran cairan yang terus menerus dan teratur. Sehingga, sediaan
ini harus memiliki viskositas yang baik. Viskositas adalah pengukuran dati
ketahanan fluida yang diubah baik dengan tekanan maupun tegangan. Lebih
jelasnya, pengertian viskositas adalah ukuran kekentalan fluida yang bisa

8
menyatakan kecil besarnya suatu gesekan dalam fluida. Maka, apabila
makin besar viskositas dalam fluida maka akan semakin sulit untuk
mengalir dan juga akan semakin sulit benda dapat bergerak di dalam fluida.
2) Kelarutan
Kebanyakan solut yang digunakan dalam larutan LVP sangat larut
dibandingkan dengan konsentrasi terapeutik yang diperlukan. Jadi, masalah
kelarutan jarang menimbulkan masalah dalam formulasi, dan begitu sudah
berada dalam larutan, komponen formulasi masih akan tetap berada dalam
bentuk terlarut pada kondisi penyimpanan dan penanganan normal. Akan
tetapi, ada laporan tentang terjadinya kristalisasi dalam larutan yang sangat
pekat seperti manitol. Hal ini disebabkan oleh terjadinya penurunan
kelarutan jika botol infus didinginkan, dan kristal akan segera terlarut
kembali jika botol dihangatkan. Kelarutan manitol adalah 13 gram per 100
mL air pada suhu 14°C, dan pada leaftlet kemasan untuk larutan perlu diberi
catatan/ peringatan bahwa bila larutan melebihi 15% kemungkinan akan
menunjukkan tendensi kristalisasi.

3) Pengontrolan pH
Pengontrolan pH sangat penting ditinjau dari segi: efek pada tubuh
jika obat infus diberikan; efek terhadap stabilitas produk; efek pada sistem
kontener-penutup; dan kemungkinan penguraian pada obat yang
ditambahkan (dicampurkan). pH serum darah biasanya adalah 7,35 – 7,45
dan efek langsung larutan infus yang diberikan secara intravena di luar
rentang pH ini tergantung pada kapasitas dapar larutan dan jumlah asam
lemah atau basa yang merupakan bagian dari formulasi.
Larutan diencerkan dengan cepat oleh aliran darah, dan sistem dapar
tubuh dapat menjaga pH yang tepat apabila diberikan larutan LVP dengan
pH tinggi atau pH rendah. Hal tersebut tidak selalu mudah, terutama jika
larutan didapar. Masalah yang perlu pula diperhatikan adalah daya tahan
dinding vena terhadap aliran larutan yang belum diencerkan. Hal tersebut
dapat menyebabkan terjadinya iritasi oleh larutan dengan pH tinggi atau pH
rendah terhadap dinding vena. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa

9
adakalanya lokasi infusi perlu dipindah-pindah selama terapi iv jangka
panjang. Larutan dengan nilai pH mendekati atau lebih dari 7,0
mempercepat serangan terhadap gelas (botol infus) dan karena itu harus
dikemas dalam botol gelas tipe 1.

4) Kerapatan
Massa jenis atau densitas adalah suatu besaran kerapatan massa
benda yang dinyatakan dalam berat benda per satuan volume benda tersebut.
Besaran massa jenis dapat membantu menerangkan mengapa benda yang
berukuran sama memiliki berat yang berbeda. Benda yang lebih besar belum
tentu lebih berat daripada benda yang lebih kecil, contohnya sebutir
kelereng lebih berat daripada sebuah sepon pencuci piring. Hubungan antar
viskositas dan kerapatan adalah semakin tinggi nilai viskositasnya, maka
akan tinggi pula nilai kerapatannya. Dalam sediaan infus, jika terjadi
fenomena tersebut, maka dapat dipastikan sediaan infus akan sulit mengalir.

5) Tegangan permukaan
Tegangan permukaan adalah gaya atau tarikan kebawah yang
menyebabkan permukaan cairan berkontraksi den benda dalam keadaan
tegang. Hal ini disebabkan oleh gaya-gaya tarik yang tidak seimbang pada
antar muka cairan. Gaya ini biasa segera diketahui pada kenaikan cairan
biasa dalam pipa kapilerdan bentuk suatu tetesan kecil cairan. tegangan
permukaan merupakan fenomena menarik yang terjadi pada zat cair (fluida)
yang berada dalam keadaan diam (statis).Besarnya tegangan permukaan
diperngaruhi oleh beberapa faktor, seperti jenis cairan, suhu, dan, tekanan,
massa jenis, konsentrasi zat terlarut, dan kerapatan. Jika cairan memiliki
molekul besar seperti air, maka tegangan permukaannya juga besar. salah
satu factor yang mempengaruhi besarnya tegangan permukaan adalah massa
jenis/ densitas (D), semakin besar densitas berarti semakin rapat muatan –
muatan atau partikel-partiekl dari cairan tersebut. Kerapatan partikel ini
menyebabkan makin besarnya gaya yang diperlukan untuk memecahkan

10
permukaan cairan tersebut. Hal ini karena partikel yang rapat mempunyai
gaya tarik menarik antar partikel yang kuat. Sebaliknya cairan yang
mempunyai densitas kecil akan mempunyai tegangan permukaan yang kecil
pula.
Sediaan infus harus memiliki nilai viskositas dan nilai kerpaatn yang
rendah. Begitu jua dengan nilai tegangan permukaannya. Semakin rendah
nilai kerapatan sediaan infus maka, nilai tegangannya akan rendah pula.

6) Tekanan Uap
Semakin tinggi tekanan uap yang terjadi pada suatu fluida, maka
semakin tinggi titik didih yang dibutuhkan untuk mendidihkan suatu fluida.
Begitu juga sebaliknya, semakin rendah tekanan uap, maka semakin rendah
pula suhu yang dibutuhkan untuk mendidihkan suatu fluida. Sedangkan
hubungan antara suhu dan viskositas adalah Viskositas akan turun dengan
naiknya suhu, sedangkan viskositas gas naik dengan naiknya suhu.
Sehingga jika dalam sediaan infus sifat viskoistasnya harus rendah, maka
nilai tekanan uapnya akan meningkat.
5. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan
A.Maintanance Therapy
LVPs digunakan dalam maintanance therapy untuk pasien yang masuk atau
pulih dari operasi serta untuk pasien yang tidak sadarkan diri dan tidak dapat
memperoleh cairan, elektrolit, dan nutrisi secara oral. Ketika pasien menerima
cairan parenteral beberapa hari, larutan sederhana menyediakan jumlah air yang
cukup, dekstrosa, dan sejumlah kecil natrium dan kalium. Jika pemberian makan
melalui mulut harus ditangguhkan selama beberapa minggu atau lebih, total
parenteral nutrition (TPA) atau total nutrient admixtures (TNA) harus diberikan.
Konsentrasi kalsium, fosfor dan pemberian yang diperlukan untuk TPN pediatrik
tidak memberikan persiapan yang stabil. Akibatnya, tidak mencampurkan
campuran untuk pasien, tetapi membuat emulsi lemak secara terpisah

11
B. Replacement Therapy
Ketika pasien mengalami kekurangan air dan elektrolit yang berat, seperti
diare atau muntah yang parah, jumlah yang yang lebih besar dari biasanya. Pasien
dengan penyakit Crohn, AIDS, luka bakar, atau trauma merupakan kandidat untuk
terapi pengganti
.
C. Kebutuhan Air
Kebutuhan air harian yang normal untuk orang dewasa adalah sekitar 25 –
40 ml / kgBB, atau rata-rata sekitar 2 L/m2 luas permukaan tubuh. Pedoman untuk
memperkirakan kebutuhan air harian normal sebagai berikut:
1. <10 kg : 100 ml/kg/hari
2. 10 – 20 kg : 1000 ml + 50 ml / kg/hari
3. 10 kg - maks 80 kg : 1500 ml + 20 ml/kg/hari
Dalam replacement therapy air untuk orang dewasa, 70 ml/kg/hari mungkin
diperlukan selain selain kebutuhan air 15 maintanance therapy. Dengan demikian,
pasien 50 kg mungkin memerlukan 3.500 ml untuk replacement therapy. Untuk
menghindari kelebihan cairan, terutama pada pasien usia lanjut dengan gangguan
ginjal atau kardiovaskular, pemantauan tekanan darah diperlukan. Karena air yang
diberikan secara intravena dapat menyebabkan hemolisis osmotik sel darah merah
dimana pasien juga memerlukan nutrisi dan/atau elektrolit, pemberian air umumnya
sebagai larutan dengan dekstrosa atau elekrolit dengan tonisitas yang cukup (setara
NaCl) untuk melindungi sel darah merah dari hemolyzing.

D. Kebutuhan elektrolit
Kalium sangat penting untuk fungsi otot dan rangka normal. Asupan harian
kalium biasanya 100 mEq dan kehilangann hariannya 40 mEq. Dengan demikian,
setiap replacement therapy harus mencakup 40 mEq ditambah jumlah yang
dibutuhkan untuk mengganti kehilangan. Kalium dapat hilang melalui keringat
berlebih, enema berulang, trauma (seperti luka bakar parah), diabetes, penyakit
slauran usus, operasi bedah dan penggunaan obatobatan seperti thiazid dan loop
diuretik. Pada kekurangan kalium yang berat, penggantian elektrolit secara IV
biasanya digunakan. Apoteker yang menerima resep harus berhati-hati dan

12
memeriksa jumlah kalium klorida dalam resep dan tingkat infus. Persiapan kalium
harus diencerkan dengan larutan parenteral volume besar yang sesuai, dicampur
dengan baik, dan diberikan dengan infus IV lambat. Jika kalium tidak diencerkan
diberikan secara IV menyebabkan kematian.

E. Kebutuhan Kalori
Umumnya, pasien membutuhkan cairan parenteral yang diberikan dekstrosa
5% untuk mengurangi defisit kalori yang 16 biasanya terjadi pada pasien yang
menjalani perawatan atau terapi pengganti. Penggunaan dekstrosa juma
meminimalkan ketosis dan pemecahan protein. Persyaratan kalori dasar dapat
diperkirakan dengan berat badan; dalam keadaan puasa, rata-rata kehilangan
protein harian tubuh sekitar 80 g perhari untuk pria 70 kg.

F. Metode pemberian LVP


LVP diberikan secara Peripheral Vein jika larutan low osmolality atau
hipotonis. LVP juga dapat diberikan secara Central Vein –Subclavian Vein jika
merupakan nutrisi parenteral dan pemberian cairan hipertonik atau cairan yang
mengiritasi yang perlu pengenceran segera dalam sistem sirkulasi. Hiper atau
hipotonis dapat menyebabkan iritasi vena = phlebitis

Gambar 2. Rute Pemberian LVPs

13
G. Preparasi dan praktik rumah sakit
1) Larutan yang siap digunakan disimpan pada unit keperawatan untuk
memudahkan aksess.
2) Obat-obatan dapat ditambahkan ke wadah volume besar di apotek
Disiapkan ketika dipesan atau dalam batch setiap 8 hingga 12 jam, diberi
label, dan dikirim ke unit keperawatan dan dapat daluwarsa setelah 24 jam.
3) Beberapa obat yang disiapkan dalam LVP siap digunakan:
a. Propofol
b. Ciprofloxacin
c. Lidokain HCl

H. Wadah
1) Wadah Gelas Wadah gelas sudah digunakan untuk LVPs. Solid rubber
stoppers biasa digunakan untuk sistem penutup wadah. Karena berat dan
rentan pecah, wadah gelas diganti dengan wadah plastik. Gelas biasanya
digunakan hanya jika inkompatibel dengan plastik (contohnya emulsi lemak
dapat mengekstrak plasticizers). Wadah gelas dicuci kemudian wadah gelas
bersih diletakan pada suhu minimum 70oC untuk menekan pertumbuhan
mikroba. Menghilangkan pirogen dari wadah dengan meletakan pada suhu
210 oC selama 3-4 jam atau 650 oC untuk 60 detik.

Gambar 3. Wadah Gelas


2) Wadah Plastik Terbuat dari bahan plastik yang fleksibel. Keuntungannya
adalah tahan lama dan ringan sehingga kantongnya kempes jika kosong.
Kekurangannya berupa permeasi uap dan molekul lain di kedua arah

14
melalui 18 dinding, diatasi dengan overwrapping kontainer, dan pencucian
konstituen dari plastik ke dalam produk.

Gambar 4. Wadah Plastik

Gambar 5. Wadah LVPs

I. Sterilitas dan pirogenitas


Sediaan LVP harus steril dan bebas pirogen. Sterilitas LVP didapatkan
dengan sterilisasi akhir LVP dengan metode bergantung dengan sediaan, bisa
menggunakan sterilisasi panas ataupun sterilisasi dingin.

J. Partikulat
Zat partikulat dalam injeksi dan infus parenteral terdiri dari partikel
bergerak tak larut, selain dari gelembung gas, yang tidak sengaja terdapat dalam

15
larutan. Pada LVP (Volume > 100 ml) untuk infus dosis tunggal memenuhi syarat
uji jika mengandung tidak lebih dari 50 partikel per ml yang setara atau lebih besar
dari 10 μm dan tidak lebih dari 519 partikel per ml yang setara atau lebih besar dari
25 μm dalam dimensi linear efektif.

6. Bahan Aditif dalam Formulasi LVP


Zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan pada obat - obatan, makanan dan
kosmetika selama proses produksi, pengemasan atau penyimpanan untuk maksud
tertentu. Penambahan zat aditif dalam sediaan farmasi berdasarkan pertimbangan
agar mutu dan kestabilan obat tetap terjaga dan untuk mempertahankan efek
terapeutik yang mungkin rusak atau hilang selama proses produksi dan
penyimpanan hingga ke pendistribusian.
Pada awalnya zat-zat aditif tersebut berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan
yang selanjutnya disebut zat aditif alami. Umumnya zat aditif alami tidak
menimbulkan efek samping yang membahayakan kesehatan manusia. Akan tetapi,
jumlah penduduk bumi yang makin bertambah menuntut jumlah obat yang lebih
besar sehingga zat aditif alami tidak mencukupi lagi. Oleh karena itu, industri
farmasi memproduksi obat - obatan yang memakai zat aditif buatan (sintesis).
Bahan baku pembuatannya adalah dari zat-zat kimia yang kemudian direaksikan.

A. Pemanis
Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan
digunakan untuk keperluan sediaan farmasi, olahan pangan, industri serta minuman
dan makanan. Menurut peraturan Menteri Kesehatan (Menkes) RI Nomor 235,
pemanis termasuk ke dalam bahan tambahan kimia, selain zat lain seperti
antioksidan, pemutih, pengawet, pewarna, dan lain-lain.
Pemanis alternatif umum digunakan sebagai pengganti gula jenis sukrosa,
glukosa atau fruktosa.Ketiga jenis gula tersebut merupakan pemanis utama yang
sering digunakan dalam berbagai industri. Pemanis berfungsi untuk meningkatkan
cita rasa dan aroma, memperbaiki sifat-sifat fisik, sebagai pengawet, memperbaiki
sifat-sifat kimia.

16
Contohnya : Infus KA-EN 4B paed (otsuka)
Formulanya sebagai berikut :
Na+ 30 mEq
K+ 8 mEq
Cl- 28 mEq
Laktat 10 mEq
Glukosa 37,5 g
Aqua p.i. 1000 ml

B. Pengawet
Pada sediaan farmasi, makanan – minuman dan kosmetika sering digunakan
bahan pengawet, Pengawetan dalam bidang farmasi bertujuan untuk mencegah
pertumbuhan mikroorganisme. Pengawetan merupakan persoalan yang kompleks,
dimana setiap produk harus diseleksi.
Pengawet antimikroorganisme adalah zat yang ditambahkan pada sediaan
obat untuk melindungi sediaan tersebut terhadap kontaminasi mikroorganisme.
Bahaya dari pencemaran mikroorganisme baik bakteri, jamur terdapat dimana –
mana selama pembuatan, pengemasan, penyimpanan, dan penggunaan obat,
dimana manusia, lingkungan (ruangan, udara), bahan obat dan bahan pembantu,
alat – alat kerja seperti mesin – mesin dan bahan pengemas primer merupakan
sumber kontaminasi utama.
Pengawet Gg sering dipakai dalam sediaan infus termasuk nitrat
phenylmercuric dan thiomersol 0,01%, benzethonium klorida danbenzalkonium
klorida, fenol atau cresol 0,5%, chlorobutanol 0,5%, metil paraben, propil paraben
(Fleming, 1929 dan Moyer, 1946).

17
Daftar Pustaka
Bethesda. 2011. Characteristics and Requirements for Large Volume Parenterals
(LVPs). BioPharma Solutions.
Torce, Salvatore dan Robert S King. 1974. Sterile Dosage Form. Philadelphia: Lea
Febinger.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta: DepkesRI.
Fleming A. 1929. On the antibacterial action of cultures of a Pencillium, with a
special reference to their use in the isolation of B. influenza‖. Br. J. Exp.
Pathol.; 10: 226-236
Moyer AJ, Coghill RD. 1946. Pencillin VIII. Production of penicillin in surface
cultures‖. J Bacteriol. 51: 5759

18

Anda mungkin juga menyukai