Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagaimana yang tercantum dalam undang-undang RI No. 23 tahun 1992

tentang kesehatan. Kesehatan adalah sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Untuk itu

pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan

dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien meliputi bio-psiko-sosial dan

spiritual.

Pelayanan tersebut dapat dilakukan di RS atau institusi kesehatan lainnya

secara profesional dengan berorientasi pada kebutuhan dasar manusia melalui

proses pendekatan dengan didasari oleh kiat dan ilmu, keperawatan sehingga

asuhan keperawatan dapat diberikan secara tepat guna dan penuh rasa tanggung

jawab.

Hepatitis A sampai hepatitis C berhubungan dengan cepatnya

perkembangan teknologi kedokteran, terutama di bidang biologi molekuler, dapat

dipastikan abjad hepatitis tersebut akan segera bertambah. (Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam, 2000, hal : 351)

Hepatitis merupakan penyakit menular terutama untuk kalangan petugas

kesehatan, utamanya : dokter, perawat, petugas laboratorium, karena selalu

kontak dengan cairan tubuh penderita. Dari 10 penyakit saluran pencernaan di

Perjan RS. DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada bulan Januari – Desember

1
2002 dengan penderita sebanyak 244 pasien, hepatitis akut berada pada urutan

kedua dengan jumlah pasien 35 orang (14,34 %) terdiri dari laki – laki 29 pasien

(11, 89%) dan wanita 6 pasien (2,46%).

Melihat bahwa penyakit hati termasuk penyakit yang berat dan

mempunyai insiden yang tinggi serta prognosa yang buruk pada orang yang

menderita penyakit tersebut maka diperhatikan tenaga keperawatan yang

bertindak cepat, tepat dan komprehensif.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis menyusun karya tulis

dengan judul “Asuhan keperawatan klien Ny. “.F” dengan Hepatitis Acut Di

Ruang Perawatan Lontara I Interna Atas Perjan RS. DR. Wahidin Sudirohusodo

Makassar”

B. Batasan Masalah

Adapun yang menjadi lingkup batasan masalah adalah sebagai berikut :

memberikan Asuhan keperawatan klien Ny. “.F” dengan Hepatitis Acut Di Ruang

Perawatan Lontara I Interna Atas Perjan RS. DR. Wahidin Sudirohusodo

Makassar yang dilakukan selama 2 hari.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

a. Dapat menambah wawasan pengetahuan dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan pada klien dengan penyakit hepatitis acut.

2
b. Dapat sebagai bahan informasi kepada sesama pelaksana perawatan yang

menyangkut peningkatan mutu pelayanan perawatan khusus pada klien

dengan penyakit hepatoma.

2. Tujuan khusus

a. Mendapatkan gambaran dan pengalaman dalam melakukan pengkajian

keperawatan dengan klien hepatitis acut.

b. Mendapatkan pengalaman dalam menyusun rencana keperawatan klien

dengan hepatitis acut.

c. Mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan tindakan pada klien

hepatoma.

d. Mendapatkan gambaran dalam melakukan evaluasi keperawatan pada

klien hepatitis acut.

e. Mendapatkan pengetahuan tentang hambatan-hambatan yang timbul

dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan hepatitis acut.

D. Manfaat Penulisan

1. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada

Program Studi Keperawatan Tidung D III Khusus Perjan RS. DR. Wahidin

Sudirohusodo Makassar.

2. Sebagai bahan masukan bagi tenaga keperawatan khusus pada bagian

terkait.

3. Sebagai bahan bacaan.

3
E. Metode Penulisan

Metode penulisan digunakan dalam penyusunan laporan kasus ini, adalah ;

1. Studi kepustakaan

Dalam metode ini penulis memperoleh informasi dari buku-buku yang

berhubungan dengan masalah yang dihadapi dan dibahas sebagai

landasan/teoritis yang digunakan dalam penyusunan laporan ini.

2. Studi kasus

Melalui asuhan keperawatan pasien yang dirawat di Perjan RS. DR. Wahidin

Sudirohusodo Makassar yang terdiri dari 4 tahap yaitu : tahap pengkajian,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

a. Observasi

Mengambil secara langsung keadaan klien dengan melakukan inspeksi,

palpasi, perkusi dan auskultasi.

b. Metode wawancara

Metode wawancara meliputi tanya-jawab kepada klien, keluarga klien,

dokter serta tenaga kesehatan yang menangani klien.

F. Sistematika Penulisan

Untuk lebih jelasnya dalam laporan studi kasus ini penulis dengan menyusun

dengan sistimatika penulisan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

4
Yang membahas tentang latar belakang, batasan masalah, tujuan

penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistimatika

penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Terdiri dari konsep dasar medis dan konsep asuhan keperawatan.

BAB III : TINJAUAN KASUS

Menguraikan tentang pengkajian data klien hepatoma yang

meliputi : analisa data, penentuan diagnosa keperawatan,

perencanaan keperawatan, dan evaluasi.

BAB IV : PEMBAHASAN

Pembahasan pada bab ini akan diuraikan tentang kesenjangan antara

teori dan praktek asuhan keperawatan pada klien hepatits acut

dengan kenyataan di lapangan.

BAB V : PENUTUP

Terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medis

1. Pengertian

Hepatitis acut/hepatitis A adalah :

Virus yang hampir selalu ditularkan melalui rute fekal oral. Virus ini yang

menimbulkan hepatitis akut tanpa keadaan kronik atau menetap seperti yang

ditunjukkan oleh virus hepatitis darah.

2. Anatomi fisiologi

a. Anatomi

Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, rata-rata sekitar

1500 gr, atau 2,5 % berat badan orang dewasa normal. Hati merupakan

organ plastis lunak yang tercetak oleh struktur sekitarnya. Permukaan

superior adalah cembung dan terletak di bawah kubah kanan diafragma

dan sebagian kubah kiri. Bagian bawah hati adalah cekung dan merupakan

atap ginjal kanan, lambung pankreas, dan usus. Hati memiliki dua lobus

utama, kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi menjadi segmen anterior dan

posterior oleh fissura segmentalis kanan yang tidak terlihat di luar. Lobus

kiri dibagi menjadi segmen anterior dan posterior oleh fissura segmentalis

kanan yang tidak terlihat di luar. Lobus kiri dibagi menjadi segmen medial

dan lateral oleh ligamentum fasiforme yang dapat dilihat dari luar.

6
Ligamentum fasiforme berjalan dari hati ke diafragma dan dinding depan

abdomen. Permukaan hati diliputi oleh peritonium viseralis, kecuali

daerah kecil pada permukaan posterior yang melekat langsung pada

diafragma. Beberapa ligamentum yang merupakan lipatan peritoneum

membantu menyokong hati. Di bawah peritonium terdapat jaringan

penyambung padat yang dinamakan kaspul glisson, yang meliputi seluruh

permukaan organ ; kapsula ini pada hilus atau porta hepatis di permukaan

inferior, melanjutkan diri ke dalam massa hato, membentuk rangka untuk

cabang-cabang vena porta, arteri hepatika, dan saluran empedu.

Setiap lobus hati menjadi struktur-struktur yang dinamakan

lobulus, yang merupakan unit mikroskopis dan fungsional organ. Setiap

lobulus merupakan badan heksagonal yang terdiri atas lempeng-lempeng

sel hati yang berbentuk lobus, tersusun radial mengelilingi vena sentralis.

Diantara lempengan sel hati terdapat kapiler-kapiler yang dinamakan

sinusoid, yang merupakan cabang vena porta dan arteri hepatika. Tidak

seperi kapiler lain, sinusoid dibatasi oleh sel fagositik atau sel kuffer. Sel

kuffer merupakan sistem monosit-makrofag yang lebih banyak daripada

yang terdapat dalam hati, jadi hatu merupakan salah satu organ utama

sebagai pertahanan terhadap invasi bakteri dan agen toksik. Selain cabang-

cabang vena porta dan arteria hepatika yang melingkari bagian perifer

lobulus hati, juga terdapat saluran empedu yang sangat kecil yang

dinamakan kanalikuli (tidak tampak), berjalan di tengah-tengah

7
lempengan sel hati. Empedu yang dibentuk dalam hepatosit disekresi ke

dalam kanalikuli yang bersatu membentuk empedu yang makin lama

makin besar, hingga menjadi saluran empedu yang besar (duktus

koledokus).

Vena porta yang menerima aliran darah dari saluran limpa dan

pankreas. Darah vena porta berbeda dengan vena lain karena :

1) Tekanan sedikit lebih tinggi.

2) Oksigen lebih tinggi, karena aliran darah di daerah splanknikus ini

relatif lebih banyak.

3) Mengandung lebih banyak zat makanan.

4) Mengandung lebih banyak sisa-sisa bakteri dari saluran pencernaan.

Volume total darah yang melalui hati 100 – 1500 ml tiap menit

dan dialirkan melalui vena hepatica kanan dan kiri yang

mengosongkannya ke vena kava inferior.

b. Fungsi hati

Selain merupakan organ parenkim yang berukuran besar, hati

juga menduduki urutan pertama dalam hal banyaknya kerumitan dan

ragam dari fungsinya. Hati sangat penting untuk mempertahankan hidup

dan berperan pada hampir setiap fungsi metabolik tubuh.

Dari berbagai fungsi tersebut di atas, secara garis besar dapat

disimpulkan bahwa :

8
1) Fungsi pembentukan dan ekskresi empedu

Hal ini merupakan fungsi utama hati. Saluran empedu

mengalirkan, kandung empedu menyimpan dan mengeluarkan ke

dalam usus halus sesuai yang dibutuhkan. Hati mengekskresikan

sekitar 1 liter empedu tiap hari. unsur utama empdu adalah air (97 %),

elektrolit, garam empedu fosfolipid, kolesterol, dan pigmen empedu

(terutama bilirubin terkonyugasi).

Garam empedu penting untuk penernaan dan absorbsi lemak

dalam usus halus. Oleh bakteri usus halus sebagian besar garam

empedu diabsorbsi dalam ileum, mengalami sirkulasi ke hati,

kemudian mengalami rekonyugasi dan resekresi.

Walaupun bilirubin (pigmen empedu) merupakan hasil

metabolisme dan secara fisiologis tidak mempunyai peran aktif, ia

penting sebagai indikator penyakit hati dan saluran empedu, karena

bilirubin cenderung mewarnai jaringan dan cairan yang berhubungan

dengannya.

2) Fungsi metabolik

Hati memegang peranan penting pada metabolisme

karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan juga memproduksi energi dan

tenaga. Zat tersebut di atas dikirim melalui vena porta setelah

diabsorbsi oleh usus.

9
Monosakarida dari usus halus diubah menjadi glikogen dan

disimpan dalam hati (glikogenesis). Dari teori glikogen ini mensuplai

glukosa secara konstan ke darah (glikogenesis) untuk memenuhi

kebutuhan tubuh. Sebagian glukosa dimetabolisme dalam jaringan

untuk menghasilkan panas atau tenaga (energi) dan sisanya diubah

menjadi glikogen, disimpan dalam otot atau menjadi lemak yang

disimpan dalam jaringan subkutan. Hati juga mampu mensintesis

glukosa dari protein dan lemak (glukogenesis).

Peran hati pada metabolisme protein penting untuk hidup.

Protein plasma, kecuali globulin gamma, disintetis oleh hati. Protein

ini adalah albumin yang diperlukan untuk mempertahankan tekanan

osmotik koloid, fibrinogen dan faktor-faktor pembekuan yang lain.

3) Fungsi pertahanan tubuh

Terdiri dari fungsi detoksifikasi dan fungsi perlindungan,

dimana fungsi detoksifikasi oleh enzim-enzim hati yang melakukan

oksidasi, reduksi, hidrolisis dan konyugasi zat yang memungkinkan

membahayakan dan mengubahnya menjadi zat yang secara fisiologi

tidak aktif. Fungsi perlindungan dimana yang berperan penting adalah

sel kuffer yang berfungsi sebagai sistem endoteal yang berkemampuan

memfatogositosis dan juga menghasilkan immunolobulin.

10
4) Fungsi vaskuler hati

Setiap menit mengalir 1200 cc darah portal ke dalam hati

melalui sinusoid hati, seterusnya darah mengalir ke vena sentralis dan

menuju ke vena hepatika untuk selanjutnya masuk ke dalam vena kava

inferior. Selain itu dari arteri hepatika mengalir masuk kira-kira 350 cc

darah. Darah arterial ini akan masuk dan bercampur dengan darah

portal. Pada orang dewasa jumlah aliran darah ke hati diperkirakan

mencapai 1500 cc tiap menit.

3. Etiologi

a. Virus hepatitis mengacu pada adanya peradangan hati. Secara

patologi dapat disebabkan oleh zat kimia atau infeksi.

b. Virus hepatitis yang ditularkan secara parenteral dan seksual

yaitu hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D. (diketahui sebagai hepatitis

delta). Hepatitis B penularannya yang paling serius adalah secara

parenteral dan ibu terinfeksi penyakit lebih rendah

c. Hepatitis C

Sebelumnya tidak diketahui virusnya dan sekarang teridentifikasi sehingga

disebut hepatitis C dengan melalui penulisan tes antibodi sehingga dapat

ditentukan bahwa hepatitis C bisa tertular karena jarum suntik/pemberian

cara parenteral (intra vena).

11
4. Patofisiologi

Pada penderita hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, dan hepatitis D

yaitu masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh melalui membran

mukosa/merusak kulit untuk mencapai hati. Di hati replikasi 2 – 6

minggu/sampai 6 bulan pejamu mengalami gejala. Beberapa infeksi tidak

terlihat untuk yang mengalami gejala : tingkat kerusakan hati dan

hubungannya dengan demam yang diikuti dengan kekuningan, artritis, nyeri

perut dan mual. Pada kasus yang ekstrim dapat terjadi kerusakan pada hati

(hepatomegali). (Buku Ajar Keperawatan)

(Hudak dan Gallo, 1994).

5. Manifestasi klinik

Pada minggu 1 – 2 demam/awal penyakit kadang-kadang tidak ada

keluhan sehingga kebanyakan pasien datang dalam keadaan studi lanjut.

Keluhannya terasa nyeri pada perut kanan atas, tidak ada nafsu makan karena

perut terasa kenyang, berat badan menurut drastis. Kadang ada keluhan dari

pasien adanya pembengkakan perut kanan atas atau daerah epigastrium

6. Pemeriksaan laboratorium

a. Uji faal hati untuk mengetahui adanya obstruksi saluran

empedu/adanya sel-sel hati yang rusak.

b. SGOT dan SGPT.

c. Posfatase alkali.

d. Laktat dehidrogenase.

12
e. Peningkatan alfa-L fukosidase.

7. Komplikasi

a. Hyperkalsemia oleh karena terjadinya peningkatan reabsorbsi

tulang sehingga dapat terjadi peningkatan berbagai hormon : paratiroid

dan lain-lain.

b. Hypekolisterolemia adanya peningkatan sintetis kolesterol

oleh tumor. Ini disebabkan oleh karena hilangnya mekanisme umpan balik

negatif, sehingga terjadi kerusakan pada peningkatan membran sel.

c. Alfa foto protein terdeteksinya glikogen motenik pada fetus

umum 6 sampai 7 minggu kehamilan.

8. Pencegahan

Jika infeksi hepatitis B dapat dikendalikan dengan vaksin, maka

insidens karsinoma hepatoseluler akan turun angka kematiannya. Karena pada

frevakusi pembawa hepatitis B yang tinggi.

9. Pengobatan

a. Diberi vaksin hepatitis B bila ada pasangan setiap kasus HBE

AGS positif.

b. Tidak ada aturan diet dilarang tetapi pemakaian alkohol

dikurangi.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

Pada sub bab ini, penulis akan menguraikan tentang proses keperawatan

sebagai dasar dari pelayanan profesional.

13
Proses perawatan adalah metode pemecahan masalah keperawatan secara

ilmiah dan melaksanakan serta mengevaluasi hasil asuhan keperawatan tersebut.

untuk melaksanakan asuhan keperawatan digunakan suatu pendekatan proses

perawatan yang terdiri dari langkah-langkah ilmiah yaitu pengkajian,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang kesemuanya saling

berkesinambungan dan dalam prakteknya dilaksanakan pada semua tingkat usia

dengan berbagai kondisi.

1. Tahap pengkajian

a. Riwayat kesehatan

Riwayat penggunaan alkohol yang lama, penyakit hati karena alkohol,

riwayat penyakit kandung empedu, trauma pada hati perdarahan saluran

makanan, saluran cerna atas, perdarahan yang disebabkan oleh varises

oesofagus, penggunaan obat-obat yang mempengaruhi fungsi hati.

b. Aktivitas/istirahat

Gejala : kelemahan, kelelahan, terlalu lelah.

Tanda : letargi, penurunan massa otot/tonus

c. Sirkulasi

Gejala : riwayat GJK, kolik, perikarditis, penyakit jantung reumatik,

kanker (mall fungsi hati menimbulkan gagal hati).

Tanda : disaritmia bunyi jantung ekstra (53, 54).

DVJ : vena abdomen distensi

d. Eliminasi

14
Gejala : flatus.

Tanda : distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali, asites).

Penurunan atau tidak ada tanda bising usus, faeces warna tanah

liat, melena, urine gelap, pekak.

e. Makanan/cairan

Gejala : anorexia, tidak toleran terhadap makanan/tidak dapat

mencerna, mual/muntah.

Tanda : penurunan BB atau cairan, penggunaan jaringan, edema umum

pada jaringan, kulit kering, turgor jelek, ikterik, angioma

spider, nafas berbatu/foetor, hepatikus, perdarahan gusi.

f. Neurosensori

Gejala : orang terdekat dapat melaporkan perubahan kepribadian,

penurunan mental.

Tanda : perubahan mental, bingung, halusinasi, koma, bicara

lambat/tak lancar. Asterik (enselopati hepatik)

g. Nyeri/kenyamanan

Gejala : nyeri tekan abdomen/nyeri kuadran kanan atas, pruritus,

neuritis perifer

Tanda : prilaku berhati-hati, distraksi, fokus pada diri sendiri.

h. Pernafasan

Gejala : dispna

15
Tanda : takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas tambahan, ekspansi

paru-paru terbatas (asites), hipoksia

i. Keamanan

Gejala : pruritus.

Tanda : demam (lebih umum pada sirosis alkoholik), ikterik, ekimosis,

peteksi, angioma spider/telengiektatis, eritema, palimar.

j. Seksualitas

Gejala : gangguan mesntruasi, impoten.

Tanda : atropi testis, ginekomastia, kehilangan rambut (dada bawah

lengan, pubis).

2. Diagnosa keperawatan

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan diet

tidak adekuat, ketidakmampuan untuk memproses/mencerna makanan.

b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme

regulasi, retensi natrium.

c. Resiko tinggi terhadap gangguan integritas kulit berhubungan dengan

akumulasi garam empedu pada kulit.

d. Resiko tinggi terhadap pola nafas tidak efektif berhubungan dengan

penurunan ekspansi paru asites.

e. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan gangguan faktor

pembekuan gangguan absorbsi vitamin K.

16
f. Resiko tinggi terhadap perubahan proses fikir berhubungan dengan

peningkatan serum amonia ; perubahan proses fisiologi.

g. Gangguan harga diri/citra tubuh berhubungan dengan perubahan

biofisika/pribadi rentan.

h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kesalahan interpretasi

ketidakbiasaan terhadap sumber informasi.

3. Perencanaan

a. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan diet tidak adekuat,

ketidakmampuan untuk memproses/mencerna makanan.

1) Tujuan : peningkatan berat badan, nilai laboratorium normal, tidak

mengalami tanda malnutrisi labih lanjut.

2) Intervensi

a) Ukur masukan nutrisi.

Rasional : memberikan informasi tentang kebutuhan

pemasukan/defesiensi

b) Timbang berat badan sesuai indikasi.

Rasional : sebagai indikator langsung nutrisi.

c) Bantu dan dorong pasien untuk makan, jelaskan alasan

tipe diet.

Rasional : diet penting untuk penyembuhan.

d) Berikan makanan sedikit tapi sering.

17
Rasional : buruknya toleransi terhadap makanan mungkin

berhubungan dengan peningkatan tekanan intra

abdomen.

e) Batasi masukan kafein, makanan berbumbu dan yang

mengandung gas

Rasional : membantu dalam menurunkan oitasi gaster dan

ketidaknyamanan abdomen.

f) Berikan makanan halus, hindari makanan kasar.

Rasional : menghindari terjadinya perdarahan dan varises

esofagus.

g) Berikan perawatan mulut sering dan sebelum makan.

Rasional : menghindari persaan tidak enak pada mulut.

h) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang pemberian tinggi

kalori.

Rasional : makanan tinggi kalori penting untuk klien sebab

pemasukan terbatas. Karbohidrat akan disalurkan

untuk energi pemberian lemak yang tinggi kurang

baik, karena hati tidak berfungsi dengan baik.

b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme

regulasi, retensi natrium.

1) Tujuan : balance volume cairan antara pemasukan dan

pengeluaran, tidak terjadi oedema.

18
2) Intervensi :

a) Ukur dan catat cairan yang masuk dan keluar setiap 24

jam.

Rasional : menilai keefektivan pengobatan yang diberikan dan

pemasukan cairan yang adekuat.

b) Monitor tekanan darah dan CVP (central venous

pressure). Catat adanya pembesaran vena jugularis dan vena

abdominal.

Rasional : tekanan darah biasanya meningkat berhubungan

dengan volume cairan yang berlebihan. Jika ada

pembesaran vena jugularis berarti ada cairan yang

keluar dari ruang pembuluh darah karena vaskuler

congestion.

c) Kaji keadaan pernafasan dan catat kenaikan respiratory

rete dispnoe.

d) Kaji derajat dari oedema.

Rasional : cairan yang berada dalam jaringan berasal dari hasil

sodium sehingga terjadi penyimpangan air dan

penurunan albumin.

e) Ukur lingkar abdomen.

Rasional : menggambarkan akumulasi hasil dari asotes.

f) Berikan perawatan mulut.

19
Rasional : menurunkan rasa haus.

g) Penatalaksanaan pemberian diuretik.

Rasional : untuk mengontrol oedema dan acites, menghambat

efek aldosteron meningkatkan ekskresi air.

c. Resiko tinggi terhadap gangguan integritas kulit berhubungan dengan

akumulasi garam empedu pada kulit.

1) Tujuan : meningkatkan integritas kulit dan mencegah iritasi

pada kulit.

2) Intervensi :

a) Pertahankan kebersihan kulit tanpa menyebabkan kulit

kering.

Rasional : kekeringan dapat meningkatkan efektivitas kulit

dengan merangsang ujung saraf.

b) Cegah pernafasan terhadap suhu yang berlebihan

dengan mempertahankan suhu ruangan dinin dan kelembaban yang

rendah.

Rasional : menghindari terjadinya kekeringan kulit.

c) Ubah posisi dengan jadwal teratur.

Rasional : pengubahan posisi menurunkan tekanan pada jaringan

edema untuk sirkulasi.

d) Tinggikan ekstremitas bawah.

20
Rasional : meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan

edema.

e) Pertahankan seprei kering dan bekas lipatan.

Rasional : kelembaban meningkatkan pruritus dan meningkatkan

resiko kerusakan kulit.

f) Gunting kuku jari hingga pendek.

Rasional : mencegah pasien dari luka tambahan.

d. pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru

asites.

1) Tujuan : mempertahankan pola nafas tetap efektif, bebas

dispnea dan cyanosis.

2) Intervensi :

a) Awasi frekuensi dan kedalaman pernafasan.

Rasional : pernafasan dangkal/cepat (dispnea) mungkin ada

hubungannya dengan hipoksia.

b) Auskultasi pola nafas

Rasional : menunjukkan adanya komplikasi.

c) Selidiki perubahan tingkat kesadaran.

Rasional : perubahan mental menunjukkan hipoksemia dan gagal

pernafasan.

21
d) Pertahankan posisi kepala tempat tidur tinggi.

Rasional : memudahkan pernafasan dan mengurangi tekanan

pada diafragma.

e) Ubah posisi dengan sering, dorong nafas dalam.

Rasional : membantu ekspansi paru dan mobilisasi sekret.

f) Awasi suhu dan catat menggigil.

Rasional : menunjukkan timbulnya infeksi, pneumonia.

e. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan gangguan faktor

pembekuan gangguan absorbsi vitamin K.

1) Tujuan : tidak terjadi cedera atau perdarahan.

2) Intervensi :

a) Kaji adanya tanda-tanda dan adanya gejala perdarahan.

Rasional : resiko perdarahan tinggi karena gangguan dalam

hemostatis darah.

b) Observasi adanya petekei, echimosis dan perdarahan.

Rasional : coagulation interna disease sub akut dapat terjadi

sekunder terhadap gangguan faktor pembekuan.

c) Awasi tekanan darah, nadi dan centra venous pressure

bila ada.

22
Rasional : peningkatan nadi dan penurunan tekanan darah centra

venous pressure menunjukkan kehilangan cairan dan

darah sirkulasi.

d) Catat perubahan mental/tingkat kesadaran.

Rasional : perubahan dapat menunjukkan penurunan perfusi

jaringan serebral sekunder terhadap hipovolemia,

hipoksemia.

e) Hindari pengukuran suhu rectal.

Rasional : rektal paling rentan untuk robek.

f) Anjurkan menggunakan sikat gigi halus.

Rasional : meminimalkan resiko perdarahan.

g) Hindari penggunaan produk yang mengandung aspirin.

Rasional : koagulasi memanjang, berpotensi untuk resiko

perdarahan.

h) Kolaborasi dengan laboratorium pemeriksaan Hb/Hl

dan faktor pembekuan.

f. Resiko tinggi terhadap perubahan proses fikir berhubungan dengan

peningkatan serum amonia ; perubahan proses fisiologi.

1) Tujuan : mempertahankan tingkat mental/orientasi

kenyataan.

2) Intervensi :

a) Observasi perubahan prilaku dan mental.

23
Rasional : pengkajian terhadap status mental dan prilaku penting

karena fluktuasi alami dari koma hepatik.

b) Catat terjadinya aktivitas kejang.

Rasional : menunjukkan terjadinya peningkatan kadar amonia

serum, peningkatan terjadinya ensepalopati.

c) Orientasikan kembali pada waktu, tempat dan orang

sesuai kebutuhan.

Rasional : membantu dalam mempertahankan orientasi

kenyataan menurunkan ansietas.

d) Pertahankan kenyamanan lingkungan tenang.

Rasional : menurunkan rangsangan berlebihan dan membantu

menurunkan ansietas.

e) Pasang pengaman tempat tidur.

Rasional : menurunkan resiko cedera bila bingung, kejang.

f) Selidiki peningkatan suhu, awasi tanda infeksi.

Rasional : infeksi dapat mencetuskan encelopati hepatik.

g. Gangguan harga diri/citra tubuh berhubungan dengan perubahan

biofisika/pribadi

1) Tujuan : menyatakan perubahan/penerimaan diri pada situasi

yang ada.

2) Intervensi :

24
a) Diskusikan situasi/dorong pernyataan takut/masalah,

jelaskan hubungan antara gejala dengan awal penyakit.

Rasional : pasien sangat sensitif pada perubahan suhu dan juga

mengalami perasaan bersalah.

b) Berikan perawatan dengan prilaku bersahabat.

Rasional : membantu pasien untuk merasakan nilai pribadi.

c) Motivasi keluarga untuk menyatakan perasaan.

Rasional : kebutuhan dukungan emosi tanpa penilaian.

d) Bantu pasien/orang terdekat untuk mengatasi

perubahan penampilan.

Rasional : pasien dapat memperlihatkan perubahan/kurang

menarik berhubungan dengan ikterik.

h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kesalahan interpretasi

ketidakbiasaan terhadap sumber informasi.

1) Tujuan : menyatakan pemahaman proses penyakit.

2) Intervensi :

a) Kaji ulang proses penyakit/prognosis yang akan datang.

Rasional : memberikan dasar pengetahuan pada pasien yang

dapat membuat pilihan informasi.

b) Tekankan pentingnya menghindari alkohol.

Rasional : predisposisi terjadinya hepatoma.

25
c) Informasikan pada pasien tentang efek gangguan obat

pada hepatoma dan pentingnya obat yang melalui resep.

Rasional : beberapa obat bersifat hepatoksis selain itu kerusakan

hari menurunkan kemampuan metabolisme semua

obat.

d) Tekankan pentingnya nutrisi.

Rasional : pemeliharaan diet yang tepat menghindari makanan

tinggi amonia membantu memperbaiki gejala dan

membantu mencegah kerusakan hati.

4. Implementasi

Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas

yang telah dicatat dalam rencana perawaan pasien. Agar implementasi/

pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu

mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien

terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan

pelaksanaan perawatan.

Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk

meningkatkan fungsi pernafasan, menghilangkan nyeri dan meningkatkan

istirahat, mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Meningkatkan

asupan nutrisi. Memberikan informasi tentang penyakit, prosedur dan

kebutuhan pengobatan (Doenges E. Marylnn, dkk, 2000).

5. Evaluasi

26
Pada tahap akhir dari proses keperawatan adalah mengevaluasi respon

pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil

yang diharapkan telah dicapai. Evaluasi yang merupakan proses terus-

menerus, diperlukan untuk menentukan seberapa baik rencana perawatan yang

dilaksanakan.

Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu karena setiap

tindakan keperawatan dilakukan respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam

hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon

klien revisi intervensi keperawatan hasil pasien yang mungkin diperlukan.

Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu : pola

nafas efektif, nyeri teratasi/terkontrol, tidak terjadi kekurangan volume cairan,

kebutuhan nutrisi terpenuhi, klien mengatakan pemahaman tentang

penyakitnya (Keliat Anna Budi, 1994).

27

Anda mungkin juga menyukai