Anda di halaman 1dari 10

TUGAS ETIKA KEPERAWATAN

KASUS BIOTIK KEPERAWATAN

Kelompok 06

Disusun oleh :

1. Maya nastica

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN JAWA TENGAH DI WONOSOBO

FAKULTAS ILMU KESEHATAN/D III KEPERAWATAN

2018/2019
Transplantasi organ manusia

1.definisi

Secara etimologi transplantasi berasal dari middle english


transplaunten, diambil dari bahasa latin kuno transplantare, yang
artinya to plant. Sedangkan menurutkamus besar bahasa Indonesia
adalah pemindahan jaringan tubuh dari suatu tempat ketempat
lainnya (seperti menutup luka yang tidak berkulit dari bagian tubuh
yang lain).

Jadi dapat disimpulkan transplantasi atau pencakokan adalah


pemindahan organ sel, atau jaringan dari sipendonor kepada orang
lain yang membutuhkan penggantian oragan disebabkan kegagalan
organ, kerusakan sel maupun jaringan dengan tujuan untuk
mengembalikan fungsi oragan, sel, maupun jaringan yang telah rusak
tersebut. Akan tetapi dalam perkembangannya khusus untuk sel,
dunia kedokteran khususnya dibidang kedokteran regenerasi
(regenerative medicine).

2. jenis jenis transplantasi

A. dari segi pemberi organ (pendonor)

Jika ditinjau dari sudut penyumbang atau donor atau jaringan tubuh,
maka transplantasi dapat dibedakan menjadi:

a. Transplantasi dengan donor hidup


Adalah pemindahan jaringanatau organ tubuhseseorang yang
hidupkepada orang lain ataukebagian lain
daritubunyasendiritanpamengancamkesehatan. Biasanya yang
dilakukanadalahtransplantasiginjal,
karenamemungkinkanseseoranguntukhidupdengansatuginjalsaj
a.
b. Transplantasidengan donor mati/ jenazah
adalahpemindahan organ ataujaringandaritubuhjenazah orang
yang barusajameninggalkepadatubuh orang lain yang
masihhidup. Pengertian donor matiadalah donor dariseseorang
yang barusajameninggalkarenakecelakaan, seranganjantung,
ataupencahnyapembuluhdarahotak.

B. Dari penerima organ (resipien )

a. Autografit
autotransplantasiadalahpemindahansuatujaringanatau organ
ketempat lain dalamtubuh orang itusendiri.
Biasanyadilakukanpadajaringan yang berlebihataupadajaringan
yang dapatbergenerasikembali.Sebagaicontohtindakan skin
graft padapenderitalukabakar, dimanakulit donor
berasaldarikulitpaha yang
kemudiandipindahkanpadabagiankulit yang
rusakakibatmengalamilukabakar.
b. Isograft
Termasukdalamautograftadalah”syngraft” atauisograft yang
merupakanprosedurtransplantasi yang dilakukanantaradua
organ yang secara genetic identik.
c. Allograft
Adalahpemindahansuatujaringanatauoragandaritubuhseseoran
gketubuh orang lain. Missal pemindahanjantungdariseseorang
yang telahdinyatakanmeinggalpada orang lain yang masihhidup.
d. Xenotransplantation
Adalahpemindahansuatujaringanatau organ dari species
bukanmanusiakepadatubuhmanusia.Contohpemindahan organ
daribabiketubuhmanusiauntukmengganti organ manusia yang
telahrusakatautidakberfungsibaik
e. Transplantasi domino (domino transplantation)
Merupakan multiple transplantasi yang dilakukansejaktahun
1987. Donor memberikan organ
jantungdanparunnyakepadapenerima donor, danpenerima
donor inimemerikanjantungnyakepadapenerima donor lain.
f. Transplantasidibagi (transplantasi split)
Kadangkala donor matikhususnya donor hati,
hatinyadapatdibagiuntukduapenerima,
khususnyadewasadananak,
tetapitidakdipilihkarenakeseluruhanoraganlebihbaik.
ABORTUS
PENGERTIAN ABORTUS

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram.

Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spotan, sedangkan abortus yang
terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan disebut abortus provokatus. Abortus provokatus ini dibagi
2 kelompok yaitu abortus provokatus medisinalis dan abortus provokatus kriminalis. Disebut
medisinalis bila didasarkan pada pertimbangkan dokter untuk menyelamatkan ibu. Disini
dipertimbangkan dokter spesalis yaitu spesalis kebidanan dan kandungan, spesalis penyakit dalam
dan spesalis jiwa. Bila perlu dapat ditambah pertimbangan oleh tokoh agama terkait. Setelah
dilakukan terminasi kehamilan, harus diperhatikan agar ibu dan suaminya tidak terkena trauma
psikis dikemudian hari.

Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus banyak yang tidak
dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Abortus spontan dan tidak jelas umur
kehamilannya, hanya sedikit memberikn gejala atau tanda sehingga biasanya ibu tidak melapor atau
berobat. Sementara itu, dari kejadian yang diketahui , 15-20% merupakan abortus spontan atau
kehamilan ektopik. Sekitar 5% dari pasangan yang mencoba hamil akan mengalami 2 keguguran
yang berurutan,dan sekitar 1% dari pasangan mengalami 3 atau lebih keguguran yang berurutan.

Rata-rata terjadi 114 kasus abortus perjam. Sebagian besar studi menyatakan abortus
spontan antara 15-20%bdari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh kejadian abortus sebenarnya
bisa mendekati 50%. Hal ini dikarenakan tinggi angka cbemical pregnancy loss yang tidk bisa
diketahui pada 2-4 minggu setelah konsepsi. Sebagian besar kegagalan kehamilan ini dikarenakan
kegagalan gamet ( misalnya sperma dan disfungsi oosit). Pada tahun 1988 wilcox dan kawan-kawan
melakukan studi terhadap 221 perempuan yang dikuti selama 707 siklushaid total. Didapatkan total
198 kehamilan, dimana 43 (22%) mengalami abortus sebelum saat haid berikutnya.

Abortus habitualis adalah abortus yang terjadi berulang tiga kali secara berturut-turut .
kejadiannya sekitar 3-5%. Data dari beberapa studi menunjukan bahwa setelah 1 kali abortus
spontan, pasangan punya resiko 15% untuk mengalami keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali,
resikonya akan meningkat 255. Beberapa studi meramalkan bahwa resiko abortus setelah 3 abortus
berurutan adalah 30-45%.

ETIOLOGI

Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor. Umumnya abortus didahului
oleh kematian janin.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya abortus:

1. Faktor janin
a. Kelainan telur, telur kosong (bighted ovum), kerusakan embrio atau kelainan
kromosom
b. Embrio dengan kelainan lokal
c. Abnormalitas pembentukan plasenta
2. Faktor maternal
a. Infeksi
b. penyakit vaskular
c. Kelainan endokirin
d. Faktor imunologis
e. Trauma
f. Kelainan uterus
g. Faktor psikosomatik
3. Faktor eksternal
a. Radiasi
b. Obat-obatan
c. Bahan-bahan kimia

POTOGENESIS

Kebanyakan abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin yang kemudian diikuti
dengan pendarahan ke dalam desidua basalis, lalu terjadi perubahan-perubahan nektorik pada
daerah implatasi, ifiltrasi sel-sel peradangan akut, dan akhirnya pendarahan per vaginam. Buah
kelamin terlepas seluruhnya atau sebagian yang diinterprestasikan sebagai benda asing dalam
rongga rahim. Hal ini menyebabkan kontraksi uterus dimulai, dan segera setelah itu keluar rongga
rahim(ekspulsi). Perlu ditekankan bahwa pada abortus spontan, kematian embrio biasanya terjadi
paling lama 2 minggu sebelum pendarahan. Oleh karena itu, pengobatan untuk mempertahankan
janin layak dilakukan jika telah terjadi pendarahan banyak karena abortus tidak dapat dihindari.

Sebelum minggu ke-10, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan dengan lengkap. Hal ini
disebabkan sebelum minggu ke-10 vili koliaris belum menanamkan diri dengan erat kedalam desidua
sehingga telur mudah terlepas keseluruhannya. Antara minggu ke-10-12 koroin tumuh dengan cepat
dan hubungan vili korialis dengan desidua makin erat hingga saat tersebut sisa-sisa korion(plasenta)
tertinggal kalau terjadi abortus.

Pengeluaran hasil konsepsi didasarkan 4 cara:


1. Keluarnya kantong korion pada kehamilan yang sangat dini, meninggalkan
sisa desidua.
2. Kantong amnion dan isinya (fetus) didorong keluar, meninggalkan korion
dan desidua.
3. Pecahnya amnion terjadi dengan putusnya tali pusat dan pendorongan janin
keluar, tetapi mempertahankan sisa amnion dan korion (hanya janin yang
dikeluarkan).
4. Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara utuh.
Sebagian besar abortus termasuk dalam tiga tipe pertama, karena itu
kuretasi diperlukan untuk membersihkan uterus dan mencegahpendarahan
atau infeksi lebih lanjut.
Abortus yang istimewa,Abortus yang istimewa:
a. Telur kosong (blighted ovum) yang terbentuk hanya kantong amnion
berisi air ketuban tanpa janin.
b. Mola kruenta adalah telur yang dibungkus oleh darah kental
c. Mola tuberosa adalah telur yang memperlihatkan benjolan-benjolan,
disebabkan oleh hematom-hematom antara amnion dan karoin
d. Nasib janin yang mati bermacam-macam, kalau masih sangat kecil
dapat diabsorpsi dan hilang. Kalau janin sudah agak besar, cairan
amnion diabsorpsi hingga janin tertekan(foetus compressus).

Kadang-kadang janin menjadi kering dan mengalami mumifikasi hingga menyerupai


perkamen (foetus papyraceus). Keadaan ini lebih sering terdapat pada kehamilan kembar (vanished
twin). Mungkin juga janin yang sudah agak besar mengalami maserasi.

Secara klinis abortus dibedakan menjadi:

1. Abortus iminens (keguguran mengancam), abortus ini baru mengancam dan


masih ada harapan untuk mempertahankannya,ostium uteri tertutuputerus
sesuai umur kehamilan.
2. Abortus insipiens (keguguran berlangsung), abortus ini sedang berlangsung dan
tidak dapat dicegah lagi, ostium terbuka, teraba ketuban, berlangsung hanya
beberapa jam saja.
3. Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap), sebagian dari buah kehamilan
telah dilahirkan, tetapi sebagian (biasanya jaringan plasenta) masih tertinggal
didalam rahim, ostium terbuka teraba jaringan.
4. Abortus kompletus (keguguran lengkap), seluruh buah kehamilan telah
dilahirkan dengan lengkap, ostium tertutup uterus lebih kecil dari umur
kehamilan atau ostium terbuka kavum uteri kosong.
5. Abortus tertunda (missed abortion), keadaan dimana jann telah mati sebelum
minggu ke-20, tetapi tertahan didalam rahim selama beberapa minggu setelah
janin mati. Batasan ini berbeda dengan batasan ultrasonografi.
6. Abortus habitualis (keguguran berulang), abortus yang telah terulang dan
berturut-turut terjadi, sekurang-kurangnya 3 kali berturut –turut.
EUTHANASIA
PENGERTIAN EUTHANASIA

Istilah euthanasia berasal dari kata bahasa Yunani “euthanatos” yang berarti kematian
mudah. Euthanasia adalah tindakan sengaja untuk mengakhiri hidup seseorang yang sangat sakit
dan menderita yang diliputi oleh rasa sakit yang tak tertahankan dan tak bisa disembuhkan dengan
cara yang relatif cepat dan tanpa rasa sakit, untuk alasan kemanusiaan. Praktik ini dapat dilakukan
baik dengan mengambil tindakan aktif, termasuk memberikan suntik mati, atau dengan tidak
melakukan apa yang diperlukan untuk menjaga pasien tersebut hidup (seperti membiarkan alat
bantu pernapasan berhenti bekerja).

Beberapa psikolog berpendapat bahwa suntik mati merupakan pilihan pasien. Meskipun
tindakan ini bertentangan dengan sistem yang ada di suatu negara, mereka yang memutuskan suntik
mati tetap harus didampingi agar mentalnya tetap kuat, selain itu tidak terpengaruh dengan diskusi
kerabat terdekat yang membuatnya menjadi bingung. Pendampingan perlu dilakukan agar
keputusan tersebut dapat dibuat sejernih mungkin.

Keputusan suntik mati diambil karena pasien tersebut depresi. Menghadapi penyakit keras
dan pengobatan yang tidak ada hentinya memang dapat membuat seseorang depresi. Orang yang
depresi akan mengambil keputusan yang di luar akal kita. Maka dari itu, penting bagi pasien untuk
mendapatkan konseling dari ahli kejiwaan, tidak hanya tim medis yang menangani penyakitnya.
Tidak sembarang orang dipilih untuk mendampingi pasien menghadapi suntik mati, pendampingan
tersebut harus dilakukan oleh psikolog atau ahli kejiwaan.

Sebelum memantapkan keputusan, pasien dibawa untuk memandang makna hidup dan
memahami perjuangan yang telah dilakukannya. Pasien juga akan diajak untuk kilas balik dari
kemampuan atau bakat yang dia miliki selama hidupnya. Tujuannya adalah bukan untuk
membatalkan keputusannya, tapi untuk meredakan gejala depresi.Para ahli kejiwaan berusaha
untuk membuat pasien menunda keinginannya. Tidak jarang keajaiban datang, pasien tidak lagi ingin
mati setelah dibawa mengingat kehidupannya.

MACAM-MACAM EUTHANASIA

1. Euthanasia aktif : seseorang (profesional kesehatan) bertindak secara langsung dan aktif,
sengaja menyebabkan kematian pasien misalnya, dengan menyuntikkan obat penenang
dalam dosis besar.
2. Euthanasia pasif: tenaga profesional kesehatan tidak secara langsung bertindak dalam
mengakhiri nyawa pasien, mereka hanya memungkinkan pasien untuk meninggal
dunia dengan alpanya kehadiran fasilitas medis misalnya, memberhentikan atau menahan
opsi pengobatan.
a. Memberhentikan pengobatan: misalnya, mematikan mesin yang menjaga seseorang
hidup, sehingga mereka meninggal dari penyakit mereka.
b. Menahan pengobatan: misalnya, tidak melakukan operasi yang akan
memperpanjang hidup untuk waktu yang singkat atau perintah DNR (Do Not
Resuscitate) dokter tidak diperlukan untuk menyadarkan pasien jika jantung mereka
berhenti dan dirancang untuk mencegah penderitaan yang tidak perlu.

3. Euthanasia volunter: terjadi atas permintaan pasien kompeten. Pasien sepenuhnya


menyadari kondisi penyakitnya/sudah diinformasikan, mengerti apa kemungkinan masa
depan dari penyakitnya, menyadari manfaat dan risiko yang terkait dengan pilihan
pengobatan penyakitnya, dan dapat mengkomunikasikan keinginan mereka dengan jelas
tanpa di bawah pengaruh siapapun, dan meminta bantuan profesional medis untuk
mengakhiri nyawanya.
4. Euthanasia non-volunter: terjadi ketika pasien berada dalam kondisi tidak sadar atau tidak
mampu untuk membuat pilihan otonomik antara hidup dan mati (misalnya, bayi yang baru
lahir atau seseorang dengan intelegensi rendah, pasien dalam koma panjang atau
mengalami kerusakan otak parah), dan keputusan dibuat oleh orang lain yang berkompeten
atas nama pasien, mungkin sesuai dengan dokumen warisan tertulis mereka, atau pasien
sebelumnya pernah menyatakan secara verbal keinginan untuk mati. Praktik ini juga
mencakup kasus di mana pasien merupakan anak yang mampu dan kompeten untuk
mengambil keputusan secara mental dan emosional, tapi dianggap tidak cukup umur oleh
hukum untuk membuat keputusan hidup dan mati, sehingga orang lain harus membuat
keputusan atas nama mereka di mata hukum.
5. Euthanasia involunter: alias paksaan, terjadi saat pihak lain mengakhiri nyawa pasien
melawan pernyataan keinginan asli mereka. Misalnya, meski si pasien ingin terus bertahan
hidup meski dengan kondisi menderita, pihak keluarganya meminta dokter untuk
mengakhiri hidupnya. Euthanasia involunter hampir selalu dianggap sebagai pembunuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Profesor Dokter Hanifa Wiknjosastro, DSOG.2017.ILMU KANDUNGAN EDISI


TIGA.Jakarta:P.T. BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARDJO

Profesor Doktor Sarwono Prawirohrjo, SpOG.2016.ILMU KEBIDANAN SARWONO


PRAWIROHARJO.Jakarta:P.T. BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARDJO

https://books.google.co.id

Anda mungkin juga menyukai