Kelompok 06
Disusun oleh :
1. Maya nastica
2018/2019
Transplantasi organ manusia
1.definisi
Jika ditinjau dari sudut penyumbang atau donor atau jaringan tubuh,
maka transplantasi dapat dibedakan menjadi:
a. Autografit
autotransplantasiadalahpemindahansuatujaringanatau organ
ketempat lain dalamtubuh orang itusendiri.
Biasanyadilakukanpadajaringan yang berlebihataupadajaringan
yang dapatbergenerasikembali.Sebagaicontohtindakan skin
graft padapenderitalukabakar, dimanakulit donor
berasaldarikulitpaha yang
kemudiandipindahkanpadabagiankulit yang
rusakakibatmengalamilukabakar.
b. Isograft
Termasukdalamautograftadalah”syngraft” atauisograft yang
merupakanprosedurtransplantasi yang dilakukanantaradua
organ yang secara genetic identik.
c. Allograft
Adalahpemindahansuatujaringanatauoragandaritubuhseseoran
gketubuh orang lain. Missal pemindahanjantungdariseseorang
yang telahdinyatakanmeinggalpada orang lain yang masihhidup.
d. Xenotransplantation
Adalahpemindahansuatujaringanatau organ dari species
bukanmanusiakepadatubuhmanusia.Contohpemindahan organ
daribabiketubuhmanusiauntukmengganti organ manusia yang
telahrusakatautidakberfungsibaik
e. Transplantasi domino (domino transplantation)
Merupakan multiple transplantasi yang dilakukansejaktahun
1987. Donor memberikan organ
jantungdanparunnyakepadapenerima donor, danpenerima
donor inimemerikanjantungnyakepadapenerima donor lain.
f. Transplantasidibagi (transplantasi split)
Kadangkala donor matikhususnya donor hati,
hatinyadapatdibagiuntukduapenerima,
khususnyadewasadananak,
tetapitidakdipilihkarenakeseluruhanoraganlebihbaik.
ABORTUS
PENGERTIAN ABORTUS
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram.
Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spotan, sedangkan abortus yang
terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan disebut abortus provokatus. Abortus provokatus ini dibagi
2 kelompok yaitu abortus provokatus medisinalis dan abortus provokatus kriminalis. Disebut
medisinalis bila didasarkan pada pertimbangkan dokter untuk menyelamatkan ibu. Disini
dipertimbangkan dokter spesalis yaitu spesalis kebidanan dan kandungan, spesalis penyakit dalam
dan spesalis jiwa. Bila perlu dapat ditambah pertimbangan oleh tokoh agama terkait. Setelah
dilakukan terminasi kehamilan, harus diperhatikan agar ibu dan suaminya tidak terkena trauma
psikis dikemudian hari.
Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus banyak yang tidak
dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Abortus spontan dan tidak jelas umur
kehamilannya, hanya sedikit memberikn gejala atau tanda sehingga biasanya ibu tidak melapor atau
berobat. Sementara itu, dari kejadian yang diketahui , 15-20% merupakan abortus spontan atau
kehamilan ektopik. Sekitar 5% dari pasangan yang mencoba hamil akan mengalami 2 keguguran
yang berurutan,dan sekitar 1% dari pasangan mengalami 3 atau lebih keguguran yang berurutan.
Rata-rata terjadi 114 kasus abortus perjam. Sebagian besar studi menyatakan abortus
spontan antara 15-20%bdari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh kejadian abortus sebenarnya
bisa mendekati 50%. Hal ini dikarenakan tinggi angka cbemical pregnancy loss yang tidk bisa
diketahui pada 2-4 minggu setelah konsepsi. Sebagian besar kegagalan kehamilan ini dikarenakan
kegagalan gamet ( misalnya sperma dan disfungsi oosit). Pada tahun 1988 wilcox dan kawan-kawan
melakukan studi terhadap 221 perempuan yang dikuti selama 707 siklushaid total. Didapatkan total
198 kehamilan, dimana 43 (22%) mengalami abortus sebelum saat haid berikutnya.
Abortus habitualis adalah abortus yang terjadi berulang tiga kali secara berturut-turut .
kejadiannya sekitar 3-5%. Data dari beberapa studi menunjukan bahwa setelah 1 kali abortus
spontan, pasangan punya resiko 15% untuk mengalami keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali,
resikonya akan meningkat 255. Beberapa studi meramalkan bahwa resiko abortus setelah 3 abortus
berurutan adalah 30-45%.
ETIOLOGI
Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor. Umumnya abortus didahului
oleh kematian janin.
1. Faktor janin
a. Kelainan telur, telur kosong (bighted ovum), kerusakan embrio atau kelainan
kromosom
b. Embrio dengan kelainan lokal
c. Abnormalitas pembentukan plasenta
2. Faktor maternal
a. Infeksi
b. penyakit vaskular
c. Kelainan endokirin
d. Faktor imunologis
e. Trauma
f. Kelainan uterus
g. Faktor psikosomatik
3. Faktor eksternal
a. Radiasi
b. Obat-obatan
c. Bahan-bahan kimia
POTOGENESIS
Kebanyakan abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin yang kemudian diikuti
dengan pendarahan ke dalam desidua basalis, lalu terjadi perubahan-perubahan nektorik pada
daerah implatasi, ifiltrasi sel-sel peradangan akut, dan akhirnya pendarahan per vaginam. Buah
kelamin terlepas seluruhnya atau sebagian yang diinterprestasikan sebagai benda asing dalam
rongga rahim. Hal ini menyebabkan kontraksi uterus dimulai, dan segera setelah itu keluar rongga
rahim(ekspulsi). Perlu ditekankan bahwa pada abortus spontan, kematian embrio biasanya terjadi
paling lama 2 minggu sebelum pendarahan. Oleh karena itu, pengobatan untuk mempertahankan
janin layak dilakukan jika telah terjadi pendarahan banyak karena abortus tidak dapat dihindari.
Sebelum minggu ke-10, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan dengan lengkap. Hal ini
disebabkan sebelum minggu ke-10 vili koliaris belum menanamkan diri dengan erat kedalam desidua
sehingga telur mudah terlepas keseluruhannya. Antara minggu ke-10-12 koroin tumuh dengan cepat
dan hubungan vili korialis dengan desidua makin erat hingga saat tersebut sisa-sisa korion(plasenta)
tertinggal kalau terjadi abortus.
Istilah euthanasia berasal dari kata bahasa Yunani “euthanatos” yang berarti kematian
mudah. Euthanasia adalah tindakan sengaja untuk mengakhiri hidup seseorang yang sangat sakit
dan menderita yang diliputi oleh rasa sakit yang tak tertahankan dan tak bisa disembuhkan dengan
cara yang relatif cepat dan tanpa rasa sakit, untuk alasan kemanusiaan. Praktik ini dapat dilakukan
baik dengan mengambil tindakan aktif, termasuk memberikan suntik mati, atau dengan tidak
melakukan apa yang diperlukan untuk menjaga pasien tersebut hidup (seperti membiarkan alat
bantu pernapasan berhenti bekerja).
Beberapa psikolog berpendapat bahwa suntik mati merupakan pilihan pasien. Meskipun
tindakan ini bertentangan dengan sistem yang ada di suatu negara, mereka yang memutuskan suntik
mati tetap harus didampingi agar mentalnya tetap kuat, selain itu tidak terpengaruh dengan diskusi
kerabat terdekat yang membuatnya menjadi bingung. Pendampingan perlu dilakukan agar
keputusan tersebut dapat dibuat sejernih mungkin.
Keputusan suntik mati diambil karena pasien tersebut depresi. Menghadapi penyakit keras
dan pengobatan yang tidak ada hentinya memang dapat membuat seseorang depresi. Orang yang
depresi akan mengambil keputusan yang di luar akal kita. Maka dari itu, penting bagi pasien untuk
mendapatkan konseling dari ahli kejiwaan, tidak hanya tim medis yang menangani penyakitnya.
Tidak sembarang orang dipilih untuk mendampingi pasien menghadapi suntik mati, pendampingan
tersebut harus dilakukan oleh psikolog atau ahli kejiwaan.
Sebelum memantapkan keputusan, pasien dibawa untuk memandang makna hidup dan
memahami perjuangan yang telah dilakukannya. Pasien juga akan diajak untuk kilas balik dari
kemampuan atau bakat yang dia miliki selama hidupnya. Tujuannya adalah bukan untuk
membatalkan keputusannya, tapi untuk meredakan gejala depresi.Para ahli kejiwaan berusaha
untuk membuat pasien menunda keinginannya. Tidak jarang keajaiban datang, pasien tidak lagi ingin
mati setelah dibawa mengingat kehidupannya.
MACAM-MACAM EUTHANASIA
1. Euthanasia aktif : seseorang (profesional kesehatan) bertindak secara langsung dan aktif,
sengaja menyebabkan kematian pasien misalnya, dengan menyuntikkan obat penenang
dalam dosis besar.
2. Euthanasia pasif: tenaga profesional kesehatan tidak secara langsung bertindak dalam
mengakhiri nyawa pasien, mereka hanya memungkinkan pasien untuk meninggal
dunia dengan alpanya kehadiran fasilitas medis misalnya, memberhentikan atau menahan
opsi pengobatan.
a. Memberhentikan pengobatan: misalnya, mematikan mesin yang menjaga seseorang
hidup, sehingga mereka meninggal dari penyakit mereka.
b. Menahan pengobatan: misalnya, tidak melakukan operasi yang akan
memperpanjang hidup untuk waktu yang singkat atau perintah DNR (Do Not
Resuscitate) dokter tidak diperlukan untuk menyadarkan pasien jika jantung mereka
berhenti dan dirancang untuk mencegah penderitaan yang tidak perlu.
https://books.google.co.id