Anda di halaman 1dari 7

Peranan Filsafat Dalam Mengembangkan Linguistik

Iqbal Nurul Azhar1


Jurusan Sastra Inggris, FISIB, Universitas Trunojoyo

Abstrak
Ada hubungan kuat antara filsafat dan bahasa. Hal ini terjadi menjadi hal pertama sebelum bahasa lahir. Linguistik
dipelajari oleh para filsuf, bukan oleh ahli bahasa. Sebelum tangan, filsuf paling menggunakan analisis bahasa
untuk memecahkan masalah filsafat. Kemudian, sebagai alat analisis, bahasa telah dipelajari, didiskusikan dan
diperdebatkan. Analisis aktivitas yang telah menghasilkan antusiasme untuk filsuf untuk menciptakan sebuah
paradigma baru dalam bahasa sebagai arti teoretis dan kemudian akhirnya mendirikan inovasi baru untuk
membuat koreksi pada bahasa. Semua sejarah kronologis bahasa yang dibangkitkan dari intuisi telah menjadi
keturunan dari bahasa saat ini kita gunakan untuk memilikinya sekarang.
Kata kunci: filsafat, bahasa, linguistik

Abstract
There is a strong relationship between philosophy and language. It happened to be the first thing before
linguistic was born. Linguistic learnt by philosopher rather by the linguist. Before hand, mostly philosopher
used language analysis to solve philosophy problems. Then, as an analysis tools, language has been learning,
discussing and arguing. These analytical activities has been resulting a spirit for philosopher to create a new
paradigm on language as a theoretical meaning then in the end founded new innovations for making corrections
on language. All of chronological history of language which raised from intuition has been an offspring from
current language that we use to have it now.
Keywords: philosophy, language, linguistic

Kebanyakan pakar dalam mengupas hubungan Semua ahli filsafat sepakat bahwa ada hubungan
ilmu bahasa dan filsafat selalu menempatkan filsafat yang sangat erat antara filsafat dan bahasa terutama
ke dalam posisi yang prestisius. Hal ini tidaklah yang berhubungan dengan peran pokok filsafat sebagai
aneh mengingat filsafat adalah roh dari semua ilmu analisator konsep-konsep. Konsep-konsep yang
termasuk ilmu bahasa. Kajian bahasa pertama kalipun dianalisa filsafat memiliki raga kuat karena berbentuk
justru dilakukan oleh filosof dan bukan oleh ahli istilah-istilah bahasa dan karenanya, tidak bisa tidak,
bahasa. Pada jaman dulu, para filosof memecahkan filosof harus memahami makna “apa itu bahasa” yang
berbagai macam problem filsafat melalui pendekatan selalu digunakan dalam memahami konsep-konsep
analisis bahasa. Sebagai contoh problem filsafat yang tersebut.
menyangkut pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan Sejak zaman Yunani kuno, sudah muncul paham
mendasar seperti yang ada, reality, eksistensi, Phusis yang menyatakan bahwa bahasa bersifat
sensi substansi, materi, bentuk kausalitas, makna alamiah (fisei atau fisis), yaitu bahasa mempunyai
pernyataan dan verifikasinya (Katsoff, 1989: 48–63) hubungan dengan asal-usul, sumber dalam prinsip-
dan pertanyaan-pertanyaan fundamental lainnya dapat prinsip abadi dan tidak dapat diganti di luar manusia
dijelaskan dengan menggunakan analisis data bahasa. itu sendiri dan karena itu tidak dapat ditolak. Dengan
Tradisi ini oleh para ahli sejarah filsafat disebut sebagai demikian dalam bahasa ada keterkaitan antara kata dan
Filsafat Analitik, yang berkembang di Eropa terutama alam. Tokoh paham natural ini di antaranya Cratylus
di Inggris abad XX. dalam Dialog Pluto (Solikhan, 2008: 55)

1
Korespondensi: I. Nurul Azhar, Jurusan Sastra Inggris, FISIB, Universitas Trunojoyo, Jl. Raya Telang PO BOX 2 Kamal Madura,
Telp 031-3011146 ext 48.
34 Pamator, Volume 3, Nomor 1, April 2010

Paham naturalis ini mendapat penentangan dari Esensi Bahasa dalam Tinjauan Filsafat
paham Thesis yang berpendapat bahwa bahasa bersifat Orang-orang Yunani kuno dan orang-orang kuno
konvensi (nomos). Bahasa diperoleh dari hasil-hasil
lainnya mempunya bakat ingin mengetahui hal-hal
tradisi, kebiasaan berupa tacit agreement (persetujuan yang oleh orang-orang lain dianggap sebagaimana
diam). Bahasa bukan pemberian Tuhan, melainkan semestinya. Dengan berani dan gigih, mereka membuat
bersifat konvensional. Pendapat ini diwakili oleh spekulasi mengenai definisi, asal mula, sejarah,
Hermoganes dalam Dialog Pluto (Kaelan, 1998: 29). dan struktur bahasa. Pengetahuan tradisional kita
Dikotomi spekulatif tentang hakikat bahasa mengenai bahasa sebagian besar adalah berkat mereka
fusie dan nomos merupakan pusat perhatian filosof (Bloomfield, 1995: 2).
pada saat itu. Demikian juga dikotomi analogi dan Keingintahuaniniterlihat dariapa yang disampaikan
anomali merupakan diskursus filosofis yang mendasar Herodotus, yang menulis pada abad kelima sebelum
mengingat bahasa merupakan sarana utama dalam Masehi, ia menuliskan bahwa Raja Psammetichus di
filsafat terutama dalam logika. Golongan analogi yang Mesir pernah mengasingkan dua orang bayi yang baru
dianut kelompok Plato dan Aristoteles mengatakan lahir di sebuah taman, untuk mengetahui mana bangsa
bahwa alam ini memiliki keteraturan demikian juga dan bahasa tertua di dunia. Ketika bayi-bayi tersebut
manusia yang terefleksi dalam bahasa. Oleh karena itu mulai berbicara, mereka mengucapkan kata bekos,
bahasa memiliki keteraturan dan disusun secara teratur. yang ternyata dari bahasa Frigia yang berarti “roti”
Sebaliknya, kaum Anomalis berpendapat bahwa bahasa (Yule, 1985: 2).
tidak memiliki keteraturan. Mereka menunjukkan bukti Penelitian-penelitian seperti yang dilakukan Raja
kenyataan sehari-hari mengapa ada kata yang bersifat Psammetichus ini melahirkan beberapa pengetahuan
sinonim, dan homonim, mengapa ada unsur kata yang baru tentang bahasa, yang kadang dari pengetahuan
bersifat netral, dan jika bahasa itu bersifat universal ini memunculkan adanya perdebatan. Bagi Raja
seharusnya kekacauan itu dapat diperbaiki. Dalam Psammetichus, berdasarkan hasil penelitiannya ia
pengertian inilah bahasa pada hakikatnya bersifat menjumpai bahwa ternyata bangsa dan bahasa tertua
alamiah (Parera dalam Solikhan, 2008: 55). adalah bangsa dan bahasa Frigia. Namun bagi peneliti-
Perbedaan-perbedaan perspektif tentang bahasa peneliti kuno lainnya belum tentu demikian. Raja James
dan segala hal yang berkaitan namun tetap berada IV of Scotland 1500 M berdasarkan hasil penelitiannya
dalam payung bahasa, yang dilakukan oleh para yang serupa menyebutkan bahwa bahasa Ibranilah
filosof ternyata memiliki kontribusi yang demikian sebagai bahasa tertua di dunia. (Yule, 1985: 2).
besar terhadap kemajuan dari ilmu bahasa. Perbedaan- Raja Psammetichus dan Raja James IV tidak
perbedaan ini memunculkan adanya diskusi, dialog, memiliki hubungan kekerabatan yang dekat karena
bahkan debat. Diskusi, dialog, dan debat inilah yang hal itu tidaklah mungkin. Kedua raja tersebut hidup
menyuntikkan darah segar pada para filosof untuk di dua era berbeda dan di wilayah yang berbeda pula.
selalu melahirkan inovasi-inovasi dan revisi-revisi Psammetichus tinggal di Yunani dan hidup sebelum
terhadap teori lama yang berkenaan dengan bahasa. masehi sedangkan James IV tinggal di Britania Raya
Dimulai dengan dimunculkannya filsafat bahasa jauh setelah Masehi. Yang membuat mereka sama
oleh para filosof yaitu pengetahuan dan penyelidikan adalah, dua tokoh ini dikenal memiliki ketertarikan
dengan akal budi mengenai hakikat bahasa, sebab, asal kuat terhadap misteri bahasa. Ketertarikan ini muncul
dan hukumnya (yang kemudian menjadi embrio dari akibat dari kuatnya pengaruh filsafat yang menjadi
lahirnya ilmu bahasa atau linguistik) (Sallyanti, 2004: pegangan hidup mereka.
1), maka lahirlah ilmu bahasa atau linguistik yang kita Beberapa definisi bahasa tercipta dari hasil
kenal dewasa ini. pemikiran dan penelitian para filosof kuno ini. Sebagian
Artikel ini secara khusus berusaha menjelaskan besar filosof tersebut sependapat bahwa bahasa adalah
tentang apa kontr ibusi dari f i lsafat dalam sistem tanda. Dikatakan bahwa manusia hidup dalam
mengembangkan linguistik. Untuk mempermudah tanda-tanda yang mencakup segala segi kehidupan
paparan tersebut, maka artikel ini disusun menjadi manusia, misalnya bangunan, kedokteran, kesehatan,
beberapa bagian yaitu: (a) pendahuluan, (b) hakikat geografi, dan sebagainya. Definisi bahasa yang lain
bahasa dalam tinjauan filsafat, (c) peranan filsafat seperti yang diungkapkan Plato lewat Socrates:
dalam mengembangkan ilmu bahasa, (d) simpulan “Bahasa adalah pernyataan pikiran seseorang dengan
dan penutup. perantaraan onomata dan rhemata yang merupakan
Iqbal Nurul Azhar, Peranan Filsafat dalam Mengembangkan Linguistik 35

cerminan dari ide seseorang dalam arus udara lewat kata (Gender). Ia membedakan tiga jenis kelamin kata
mulut”. atas maskulin, feminin dan neuter atau netral. Ia juga
mengakui bahwa rhema menunjukkan pula pada tense
Hakikat Bahasa dalam Tinjauan Filsafat atau waktu, yaitu Rhema dapat menunjukkan apakah
pekerjaan telah selesai, belum selesai dan sebagainya
Dalam dialog Cratylusnya, Plato membicarakan
(Parera, 1991: 37).
asal mula kata, dan khususnya soal apakah hubungan
Keyakinan bahwa bahasa merupakan sebuah sistem
kata-kata dengan benda yang dirujuknya adalah alami
diyakini kebenarannya hingga sekarang terutama oleh
ataukah hanya merupakan hasil kesepakatan saja.
para ahli linguistik. Banyak aliran-aliran yang pada
Dialog itu memberikan kepada kita kilasan pertama
intinya menganalisa sistem-sistem dalam bahasa
ke dalam perselisihan yang telah berlangsung satu
bermunculan dan memperkaya keragaman linguistik.
abad antara kaum Analogis dan Anomalis (Bloomfield,
1995: 2). Bahasa sebagai Lambang
Bagaimanapun sengitnya perdebatan antara
Eaerns Cassirer, seorang sarjana dan seorang
dua kubu tersebut, pemikiran-pemikiran yang
filosof mengatakan bahwa manusia adalah makhluk
muncul tentang bahasa menyadarkan kepada para
bersimbol (animal symbolicum). Hampir tidak ada
filosof bahwa bentuk-bentuk bahasa berubah dalam
kegiatan yang tidak terlepas dari simbol atau lambang.
perjalanan waktu. Secara perlahan namun pasti, mereka
Termasuk alat komunikasi verbal yang disebut bahasa.
akhirnya menemukan hakikat sejati dari bahasa yang
terefleksikan lewat wujud-wujud dan perubahannya. Di Satuan-satuan bahasa misalnya kata adalah simbol atau
bawah ini adalah beberapa hakikat bahasa yang telah lambang (Chaer, 2007: 39). Kalau ide atau konsep
untuk menyatakan kematian adalah bendera hitam
ditemukan oleh para filosof. Sebenarnya ada banyak
(dalam bentuk tanda), dan ide atau konsep ketuhanan
sekali hakikat bahasa yang telah ditemukan, namun
dilambangkan dengan gambar bintang (dalam bentuk
penulis membatasinya menjadi lima saja.
gambar), maka lambang-lambang bahasa diwujudkan
Bahasa sebagai Sistem dalam bentuk bunyi, yang berupa satuan-satuan bahasa,
seperti kata atau gabungan kata yang sifatnya arbriter.
Hakikat ini sebenarnya telah diyakini oleh pengikut
Dalam bahasa Indonesia, binatang berkaki empat yang
paham anomalis namun hakikat ini menjadi jelas
bisa dikendarai dilambangkan dengan bunyi [kuda],
setelah Kaum Sofis pada abad ke-5 merumuskan
dalam bahasa Inggris berupa bunyi yang ditulis horse
kesistematisan bahasa secara empirik. Salah satu tokoh
dan dalam bahasa Belanda berupa bunyi yang ditulis
dari kaum Sofis adalah Pitagoras. Ia membedakan tipe-
paard.
tipe kalimat atas: narasi, pertanyaan, jawaban, perintah,
laporan, doa dan undangan. (Parera, 1991: 36–37). Bahasa Adalah Bunyi
Plato juga menegaskan kesistematisan bahasa
dengan memberikan perbedaan kata dalam Onoma dan Hakikat bahasa sebagai bunyi di kupas dengan
Rhema. Onoma dapat berarti nama atau nomina, dan seksama oleh Kaum Stoik. Kaum Stoik merupakan
subjek. Rhema dapat berarti frasa, verba, dan predikat. kelompok filosof atau logikus yang berkembang pada
Onoma dan Rhema merupakan anggota dari logos permulaan abad ke-4 SM. Kontribusi mereka cukup
yang berarti kalimat atau frasa atau klausa (Parera, besar dalam menganalisis bahasa, walaupun mereka
1991: 37). belum lepas dari pandangan logika.
Ide bahwa bahasa memiliki sistem juga didukung Kaum ini membicarakan bentuk-bentuk bermakna
oleh Aristoteles. Sejalan dengan pendahulunya Plato, bahasa dengan cara membedakan tiga aspek utama
ia tetap membedakan dua kelas yakni Onoma dan dari bahasa yaitu: (1) tanda atau simbol yang disebut
Rhema, tetapi ia menambahkan satu lagi yang disebut semainon, dan ini adalah bunyi atau materi bahasa
Syndesmoi. Syndesmoi ini kemudian digolongkan ke (2) makna, atau apa yang disebut lekton dan (3) hal-hal
dalam “penghubung partikel”. Kata-kata lebih banyak eksternal yang disebut benda atau situasi itu atau apa
bertugas dalam hubungan sintaksis. Aristoteles selalu yang disebut sebagai pragma (Parera, 1991: 38).
bertolak dari logika. Ia memberikan pengertian, Kaum ini memiliki ketertarikan yang sangat tinggi
definisi, dan makna dari sudut pandang logika. pada bunyi atau phone, dan mereka membedakan
Selain membedakan Onoma, Rhema, dan antara legein, yaitu tutur bunyi yang mungkin
Syndesmoi, Aristoteles juga membedakan jenis kelamin merupakan bagian dari fonologi sebuah bahasa namun
36 Pamator, Volume 3, Nomor 1, April 2010

tidak bermakna, dan propheretai atau ucapan bunyi Peranan Filsafat dalam Mengembangkan Ilmu
bahasa yang memiliki makna Bahasa
Umur kajian tentang bahasa itu sudah tua. Dimulai
Bahasa itu Bermakna
sejak zaman Yunani kuno hingga jaman modern. Setiap
Penelitian sistematis tentang konsep ”bahasa periode perkembangan kajian bahasa, filsafat berperan
itu bermakna” juga dilakukan oleh Kaum Stoik. secara signifikan. Pada awalnya, filosoflah yang
Dalam bidang lekta, atau makna, mereka mempunyai mengkaji bahasa dan memberikan definisi, kategori,
pandangan yang berbeda dengan analisis logika membedakan jenis, bentuk dan sifat, dan perbedaan-
Aristoteles yang kurang sistematis dan sering absurd perbedaan lainnya. Setelah linguistik mampu berdiri
maknanya. Aristoteles hanya mengakui adanya onoma sendiri menjadi satu bidang ilmu yang kukuh, peranan
dan onomata. Semua perubahan dari onoma sesuai filsafat masih tetap mengakar kuat. Meskipun bukan
dengan fungsinya tidak ia akui. Ia sebut itu kasus saja. lagi filosof yang mengkaji bahasa karena telah diambil
Hal ini disebabkan oleh karena dasar logika Aristoteles alih oleh linguis, namun dimensi-dimensi filsafat masih
dengan silogismenya yang hanya menggunakan kode tetap melekat kuat di dalamnya. Hal ini disebabkan
huruf A, B, dan C dan tidak mempergunakan bentuk- oleh masih tetap diyakininya filsafat bahasa sebagai
bentuk onoma secara praktis dalam contoh. Kaum roh dari ilmu bahasa dalam menemukan teori-teori
Stoik mengatakan bahwa kasus itupun Onoma yang kebahasaan baru oleh para linguis.
sesuai dengan fungsinya. Lalu mereka membedakan Peranan filsafat dalam memajukan linguistik
atas kasus nominatif – genetif – datif - akusatif dan memiliki warna berbeda pada tiap periodeperkembangan
sebagainya. Hal yang sama juga berlaku bagi Rhema. linguistik. Setidaknya ada lima periode perkembangan
Walaupun Aristoteles telah membedakan rhema dalam bahasa yang pada tiap-tiap periode tersebut filsafat
tense, ia tetap berbicara tentang sesuatu yang tidak berperan aktif. Periode-periode tesebut antara lain:
komplit. Kaum Stoik dalam hal ini membedakan (1) Zaman Yunani Kuno (abad ke-5 SM), (2) Zaman
rhema dan kategorrhema, yang dalam pengertian kita Romawi, (3) Zaman pertengahan (4) Linguistik Abad
sekarang memiliki makna finit dan infinit. (Parera, 19, dan (5) linguistik abad 20.
1991: 38).
Linguistik Zaman Yunani Kuno
Bahasa itu Universal
Beberapa informasi dari perkembangan pengkajian
Kaum Modiste adalah filosof jaman pertengahan bahasa oleh para filosof pada zaman ini telah dijelaskan
yang menaruh perhatian besar pada tata bahasa. di bagian depan dan karenanya tidak akan terlalu
Mereka disebut demikian karena ucapan mereka yang banyak didiskusikan pada bagian ini. Secara umum
terkenal dengan nama De modis Sicnficandi. (Parera, digambarkan bahwa zaman ini dapat dicirikan dengan
1991: 46). Merekapun mengulang pertentangan lama pengaruh filsafat yang kuat. Hal yang paling menarik
antara Fisis dan Nomos, antara Analogi dan Anomali. yang menjadi pembeda zaman ini dan zaman-zaman
Mereka menerima konsep Analogi karena menurut lainnya adalah pertentangan antara Fisis nan Nomos,
mereka bahasa bersifat reguler dan universal (Parera, antara Anomali dan Analogi. Periode ini dibedakan atas
1991: 46). periode Plato, periode Aristoteles, periode Stoik, dan
Keuniversalan bahasa dapat dibuktikan dengan periode Aleksandria. Periode yang terakhir, alexandria,
adanya sifat dan ciri-ciri yang sama yang dimiliki adalah periode yang melanjutkan pekerjaan yang telah
oleh bahasa-bahasa di dunia. Karena bahasa itu berupa dirintis oleh kaum Stoik. Dari alexandria inilah kita
ujaran, maka ciri-ciri universal dari bahasa yang paling miliki apa yang disebut Tata Bahasa Tradisional. Dari
umum dijumpai adalah bahwa bahasa-bahasa di dunia sini pulalah hasil-hasil karya tata bahasa Yunani secara
mempunyai bunyi bahasa yang umum yang terdiri pasti telah dikodifikasikan.
dari konsonan dan vokal. Bahwa sebuah kalimat pada Kaum Alexandria adalah penganut paham analogi
bahasa-bahasa di dunia tersusun dari kata-kata yang dalam bahasa. Itulah sebabnya mereka menyusun
memiliki fungsi dan peran tertentu. Kesamaan sifat dan pola hukum-hukum kanon dalam bahasa sebagai hasil
ciri inilah yang kemudian dikenal sebagai universalitas penyelidikan mereka terhadap kereguleran yang terjadi
bahasa. dalam bahasa.
Iqbal Nurul Azhar, Peranan Filsafat dalam Mengembangkan Linguistik 37

Tata bahasa filosof Dionysus Thrax (Akhir abad Tokoh yang menaruh perhatian pada bahasa di masa itu
ke-2 M) adalah sumber pengetahuan kita yang terbaik adalah Thomas Aquinas. Metode analitika bahasa yang
yang berbentuk buku. Buku ini merupakan buku tata digunakan dalam karyanya, summa theologiae, adalah
bahasa yang pertama dan bersifat komprehensif dan analogy dan metafor. Kemudian dasar-dasar yang
sistematis yang berkembang di dunia barat. Buku tata mendukung perkembanganya ilmu bahasa pada zaman
bahasa Dionysus Thrax ini kemudian diterjemahkan abad pertengahan ini antara lain konsep pemikiran
ke dalam bahasa Latin oleh Remmius Palaemon pada kaum modiste yang menekankan ilmu semantic, dan
permulaan abad pertama masehi dengan judul Ars konsep bahasa spekalutiva. Konsep itu adalah bahwa
Gramática ((Parera, 1991:39). kata pada hakikatnya secara langsung mewakili benda
yang ditunjukkannya (Kaelan, 1998: 43–53).
Linguistik Romawi
Zaman Abad Modern
Pada zaman Romawi, objek penelitian filosof
pada bahasa berkembang ke arah karya grammatika Pada zaman modern yang ditandai dengan
bahasa Latin dan tokoh-tokoh terkenalnya adalah Varro Renaisance (kelahiran kembali) dan Auflkarung
dan Priscia. Karya-karya besar mereka terfokuskan (menurut istilah Voltaire: zaman akal), pemikiran
pada peletakan dasar-dasar dalam bidang etimologi, filsafat berkembang ke arah timbulnya ilmu
morfologi, yaitu tentang partes orationis dan oratio pengetahuan modern. Tokoh-tokoh pengembangan
yang lazimnya disebut sintaksis (Kaelan, 1998: ilmu pengetahuan tersebut, antara lain: Copernicus,
38–43). Johanes kepler, Galileo Galilei, dan terutama tokoh
Varro terlibat dalam perdebatan seperti zaman yang meletakkan dasar filosofis ilmu pengetahuan,
Stoik di Yunani antara pandangan Analogi dan yaitu Francis Bacon dengan Novum Organum-nya
Anomali. Buku Varro De Lengua Latina berjilid 25 (Solikhan, 2008).
dibagi menjadi beberapa bagian yang tiap bagiannya Sejalan dengan perkembangan itu perhatian
mengkaji beberapa hal seperti Etimologi, Morfologi filosof pada bahasa yang semakin mengarah ke ilmu
dan Sintaksis. pengetahuan bahasa (linguistik). Bahkan yang lebih
Tata bahasa Latin yang dibual filosof dan paling penting lagi, bahasa perkembangan sebagai sarana
berpengaruh pada generasi-generasi sesudahnya adalah ilmu pengetahuan, terutama dalam pengembangan
Tata Bahasa Priscia. Tata Bahasa Priscia ini merupakan metode ilmiah, logika dan epistemoligi. Walaupun
model dan contoh penulisan maupun pendeskripsian perkembangan filsafat mengarah ke timbulnya
tata bahasa-tata bahasa di Eropa dan di dunia lainnya. ilmu pengetahuan modern, pada zaman ini terdapat
Tata bahasa Priscia dibagi dalam 18 buku yang tidak tokoh-tokoh filsafat modern yang memiliki pengaruh
sama tebalnya. Enambelas jilid pertama mencakup yang sangat kuat terhadap perkembanganya filsafat
bidang morfologi dan disebut Priscian Mayor, sedang analitika bahasa. Tokoh-tokoh tersebut antara lain Rene
dua buku terakhit membahas Sintaksis dan disebut Descartes dengan metode skeptisnya dan bertumpu
Priscian Minor (Parera, 1991: 44) kepada metode Cogito Ergosum/I think therefore I am
(saya berpikir, maka saya ada). Rasionalisme Descartes
Zaman Pertengahan mengkritik ilmu pengetahuan dengan mengembangkan
Zaman abad pertengahan adalah masa keemasan prinsip analisis berdasarkan rasio. Begitu juga paham
filosof kristiani, terutama kaum Patristic dan Skolastik, empirisme Inggris dengan tokoh-tokoh Thomas
sehingga wacana filosofis juga akrab dengan teologia. Hobbes, Jhon Locke, dan David Hume serta tokoh
Aliran-aliran ilmu pengetahuan modern sudah mulai Kritisisme Immanuel Kant. Aliran-aliran inilah yang
tampak pada zaman ini, oleh karena itu sebagai memengaruhi timbulnya aliran Atomisme Logis di
perhatian filosof terhadap bahasa juga mengarah pada Inggris yang kemudian berkembang dan memengaruhi
perkembangan linguistic sehingga pemikiran-pemikiran aliran positivisme Logis serta filsafat Bahasa Biasa
filosofisnya menjadi dasar pijakan linguistik. (Kaelan,1998: 53–76).
Perkembangan filsafat bahasa pada zaman
ini menuju pada dua arah, yakni:pertama, dengan Periode abad XX
ditentukannya gramatika sebagai pilar pendidikan Pada awal abad XX timbul aliran baru dalam
latin sebagai titik sentral dalam khasanah pendidikan; filsafat yang dianggap sebagai suatu “revolusi”
kedua, analisis filosofis diungkapkan melalui bahasa. dalam filsafat. Pusat gerakan baru pemikir filsafat
38 Pamator, Volume 3, Nomor 1, April 2010

ini adalah Cambridge, dengan tokohnya antara lain bahwa bahasa adalah physei atau mirip dengan realitas,
George Edward Moore, Bertrand Russel, dan Ludwig disebut juga non-arbitrer atau ikonis. Paradigma
Wittgenstein. Perkembangan baru ini membawa Aristoteles berintikan bahwa bahasa adalah thesei
perubahan dalam gaya dan arah filsafat. Banyak atau tidak mirip dengan realitas, kecuali onomatope,
yang menganggap bahwa apa yang dikemukakan disebut arbitrer atau non-ikonis. Kedua paradigma
Wittgenstein dalam bukunya, Tractatus Logico- ini saling bertentangan, tetapi dipakai oleh peneliti
Philosophicus, merupakan suatu filsafat yang sama dalam memecahkan masalah bahasa, misalnya tentang
sekali baru. Namun, sebenarnya hubungan dengan hakikat tanda bahasa.
filsafat masa sebelumnya tidak terputus sama sekali. Pada masa tertentu paradigma Plato banyak
Filsafat baru yang disebut dengan Atomisme Logis digunakan ahli bahasa untuk memecahkan masalah
ternyata dapat ditelusuri dengan jelas bahwa bersumber linguistik. Penganut paradigma Plato ini disebut kaum
pada pemikiran-pemikiran rasionalismenya Descartes, naturalis. Mereka menolak gagasan kearbitreran. Pada
Empirisme Inggris, khususnya dari Jhon Locke masa tertentu lainnya paradigma Aristoteles digunakan
dan David Hume, serta kritisisme Immanuel Kant mengatasi masalah linguistik. Penganut paradigma
(Solikhan, 2008). Aristoteles disebut kaum konvensionalis. Mereka
Dalam perkembanganya, setelah mengalami kritik menerima adanya kearbiteran antara bahasa dengan
yang tajam dari aliran positivisme logis atau empirisme realitas.
logis yang terpusat pada Kring Wina The Vienne Circle, Pertentangan antara kedua paradigma ini terus
aliran ini menyebabkan timbulnya suatu aliran baru berlangsung sampai abad 20. Di bidang linguistik
yang disebut filsafat bahasa biasa atau The Ordinary dan semiotika dikenal tokoh Ferdinand de Saussure
Language Philosophy yang dipelopori Wittgenstein sebagai penganut paradigma Aristoteles dan Charles
dalam bukunya Philosopy Investigations. Aliran ini S. Peirce sebagai penganut paradigma Plato. Mulai
mengajukan pemikiran-pemikiran pokok, antara lain dari awal abad 19 sampai tahun 1960-an paradigma
berkenaan dengan masalah arti (semantik). Arti suatu Aristoteles yang diikuti Saussure yang berpendapat
kata ditentukan oleh pemakaiannya dalam kehidupan bahwa bahasa adalah sistem tanda yang arbitrer
sehari-hari. digunakan dalam memecahkan masalah-masalah
Tokoh yang memiliki perhatian yang sangat kuat linguistik. Tercatat beberapa nama ahli linguistik
pada bahasa biasa dalam pergaulan sehari-hari adalah seperti Bloomfield dan Chomsky yang dalam
John Langshaw Austin (Filosof Universitas Oxford). pemikirannya menunjukkan pengaruh Saussure
Dialah yang termashur dalam pembedaan ucapan dan paradigma Aristoteles. Menjelang pertengahan
performatik (Performative Utterence) dan ucapan tahun 60-an dominasi paradigma Aristoteles mulai
konstatif (Constative Utterence). Dalamkaryanya, ”How digoyahkan oleh paradigma Plato melalui artikel R.
to Do Thing With Word, Austin juga berupaya merinci Jakobson “Quest for the Essence of Language” yang
macam-macam ungkapan bahasa dalam kaitannya diilhami oleh Peirce. Beberapa nama ahli linguistik
dengan tindakan dalam mengucapkannya, atau yang seperti T. Givon, J. Haiman, dan W. Croft tercatat
dikenal dengan speech acts (Poerwowidagdo dalam sebagai penganut paradigma Plato.
kata pengantar Mustansyir, 1988; Poedjosoedarmo,
2001: 21–16; dan Kealan, 1998: 77–154).
Kesimpulan
Sisa-sisa Perdebatan Fisei dan Nomos di Abad Menjelaskan definisi bahasa, hakikat bahasa,
Modern bentuk bahasa dan segala properti bahasa sebagai
Kata paradigma diperkenalkan oleh Thomas Khun sesuatu yang abstrak, sangatlah sulit dilakukan.
pada sekitar abad 15. Paradigma adalah prestasi ilmiah Kita mungkin akan tetap buta terhadap misteri yang
yang diakui pada suatu masa sebagai model untuk menutupi jatidiri bahasa andaikata tidak ada orang-
memecahkan masalah ilmiah dalam kalangan tertentu. orang yang mau bekerja keras untuk menguak misteri
Paradigma dapat dikatakan sebagai norma ilmiah. bahasa untuk kita. Berkat filsafat dan kegigihan para
Contoh paradigma yang mulai tumbuh sejak zaman filosof dalam menyingkapkan tabir misteri yang
Yunani tetapi pengaruhnya tetap terasa sampai zaman menyelimuti bahasa untuk kita, definisi, hakikat,
modern ini adalah paradigma Plato dan paradigma bentuk, dan properti bahasa sedikit demi sedikit mulai
Aristoteles. Paradigma Plato berintikan pendapat Plato terungkap dengan jelas.
Iqbal Nurul Azhar, Peranan Filsafat dalam Mengembangkan Linguistik 39

Proses pengungkapan ini tidaklah berjalan dengan Kaelan. (1998) Filsafat Bahasa: Masalah dan
singkat. Butuh waktu puluhan, ratusan, bahkan ribuan Perkembangannya. Yogyakarta: Paradigma.
tahun untuk dapat sampai pada pengetahuan yang Katsoff, O. Louis. (1989) Pengantar Filsafat. Alih
kita miliki saat ini tentang bahasa. Dan para filosof bahasa oleh Soejono Soemargono. Yogyakarta:
melakukan semua itu dengan gigih sekedar mencari Tiara Wacana.
setitik makna dari apa sebenarnya bahasa itu. Karena Mustansyir, Rizal. (1988) Filsafat Bahasa: Aneka
perjuangan keras ini filsafat dan para folosof akan Masalah Arti dan Upaya Pemecahannya.
selalu memiliki posisi yang prestisius dalam segala Jakarta: PT Prima Karya.
kajian yang berkenaan dengan hubungan ilmu bahasa Poedjosoedarmo, Soupomo. (2001) Filsafat Bahasa.
dan filsafat, karena tanpa jasa filsafat dan kerja keras Surakarta: Muhammadiyah University Press.
para filosof, ilmu bahasa tidak akan pernah lahir dan Parera, Jos Daniel. (1991) Kajian Linguistik Umum
besar seperti yang kita lihat sekarang ini. Historis Komparatif dan Tipologi Struktural.
Jakarta: Erlanga.
Sallyanti. (2004) Peranan Filsafat Bahasa dalam
Daftar Pustaka Perkembangan Ilmu Bahasa. Medan: USU:
Artikel tidak di Publikasikan.
Bloomfield, Leonard. (1995) Language. Diindonesiakan
Solikhan, Umar. (2008) artikel Landasan Metafisika
oleh I. Sutikn. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
dalam Perkembangan Linguistik dalam
Tama.
Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Perspektif:
Chaer, Abdul. (2007) Linguistik Umum. Jakarta:
Yogyakarta: Tiara Wacana.
Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai