Anda di halaman 1dari 13

EVALUASI PERENCANAAN PRABENCANA BANJIR BENGAWAN SOLO

KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2014


Evaluation of Pre-disaster Planning of Bengawan Solo River Flood Bojonegoro Regency Year 2014

Enov Sayu Mimanggar Mirahesti


FKM UA, enov.sayu@gmail.com
Alamat Korespondensi: Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Awal tahun 2014 banjir menduduki peringkat pertama bencana alam dengan angka kejadian sebanyak 69. Banjir Bengawan
Solo merupakan bencana alam tahunan di Kabupaten Bojonegoro. Hasil penelitian tahun 2011 menunjukkan bahwa
kegiatan RHA kurang maksimal sehingga kegiatan prabencana perlu dievaluasi. Berdasarkan fungsi manajemen, planning
merupakan langkah paling awal. Evaluasi perencanaan prabencana merupakan hal paling dini yang bisa dilakukan untuk
meminimalisir dampak bencana. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kegiatan perencanaan prabencana banjir
di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2014. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan studi dokumen. Analisis
data dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan komponen input, SOP dan sarana
sudah memenuhi standar, sedangkan tenaga pelaksana, jenis data, dan dana masih belum memenuhi standar. Berdasarkan
komponen proses, perencanaan kontinjensi sudah dilakukan sesuai dengan standar. Tidak dilakukan pemetaan geomedik
dan tidak dilaksanakan identifikasi sosial dan ekonomi pada proses perencanaan kegiatan upaya pencegahan, mitigasi,
dan kesiapsiagaan penanggulangan bencana. Berdasarkan komponen output, dinas kesehatan sudah memiliki rencana
kontinjensi, namun tidak memiliki peta geomedik dan rencana kegiatan upaya pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan
penanggulangan bencana. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah kegiatan perencanaan prabencana Dinas Kesehatan
Kabupaten Bojonegoro masih belum baik. Saran yang bisa diberikan adalah melakukan pengendalian SOP, menambah
tenaga pelaksana, melengkapi jenis data, mengalokasikan dana siap pakai, menyusun perencanaan anggaran, menyediakan
kendaraan khusus, melakukan identifikasi sosial dan ekonomi, memberikan pelatihan kepada petugas, dan membuat outline
dari peta geomedik dan rencana kegiatan upaya pencegahan, mitigasi, dan kesiap siagaan penanggulangan bencana.

Kata Kunci: perencanaan, prabencana, banjir, bengawan solo

ABSTRACT
Early year of 2014 flood was ranked first in the natural disasters with69incidences.Bengawan Solo floods is an annual
natural disasters in Bojonegoro. Study’s results in 2011 showed that RHA activities was not maximum that pre-disaster
activities should be evaluated. Based on management functions, planning is the very first step. Evaluation of pre-disaster
planning is the earliest thing to do to minimize the disasters impact. This study aimed to evaluate activities of floods pre-
disaster planning in Bojonegoro year 2014. Data were collected by interview and document study. Data were analyzed
descriptively. The results showed that based on input components, SOP and facilities had met the standard, while the
staff, the type of data, and funds had’nt metthe standard yet. Based on process component, contingency planning had
been done according to the standard. Both geomedic mapping and identification of social and economic in the process
of activities planning of prevention, mitigation, and disaster response preparedness actions didn’t conduct. Based on the
output component, the health department already had a contingency plan, but didn’t have geomedic maps and prevention,
mitigation, and disaster response preparedness actions plan. This study concluded that pre-disaster planning activities
of Bojonegoro Regency Health Office wasn’t good. The suggestion given are control SOP, increase the staff amount,
complete the data types, allocate funds, make budgettary planning, provide vehicles, conduct identification of social and
economic, give training to staffs, and make outline of the geomedic map and prevention, mitigation, and disaster response
preparedness actions plan.

Keywords: planning, pre-disaster, floods, bengawan solo

PENDAHULUAN oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun
Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
yang mengancam dan mengganggu kehidupan jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
dan penghidupan masyarakat yang disebabkan harta benda, dan dampak psikologis (UU No. 24

©2016 FKM_UNAIR All right reserved. Open access under CC 262 BY – SA license doi: 10.20473/jbe.v4i2.2016.262–274
Received 4 July 2016, received in revised form 2 September 2016, Accepted 7 October 2016, Published online: 31 December 2016
Enov S.M Mirahesti, Evaluasi Perencanaan Prabencana Banjir ... 263

tahun 2007). Berbagai macam bencana terjadi di Solo dan 24.753 ha wilayahnya merupakan DAS
dunia mulai dari gempa bumi, angin puting beliung, sehingga hampir setiap tahunnya Kabupaten
kebakaran, kekeringan, tanah longsor, banjir, Bojonegoro dilanda banjir apabila sungai Bengawan
tsunami, dan lain-lain. Solo meluap. Banjir di Kabupaten Bojonegoro
Banjir adalah salah satu bencana di mana terakhir kali terjadi pada 16 Desember 2016 dan
suatu wilayah tergenang oleh air dalam jumlah merendam 3.627 rumah di 81 desa yang tersebar di
yang besar. Banjir merupakan salah satu bencana 15 kecamatan. Jumlah pengungsi sebanyak 3.369
yang sering terjadi di dunia. Banjir menduduki jiwa dengan korban mencapai 452 luka ringan dan
peringkat 6 bencana alam berdasarkan angka 4 korban meninggal. Potensi kerugian diperkirakan
kejadian dan jumlah korban (United Nations mencapai Rp 4.681.950.000,- (Blok Bojonegoro,
International Strategy for Disaster Reduction/ 2013).
UNISDR). Salah satu negara yang sering dilanda Menurut Undang-Undang No. 27 Tahun 2007
banjir adalah Indonesia yang menempati rangking tentang Penanggulangan Bencana, penyelenggaraan
6 dari 162 negara dengan jumlah 1.101.507 orang penanggulangan bencana adalah serangkaian
yang akan terkena dampaknya. Pada awal tahun upaya yang meliputi penetapan kebijakan
2014 banjir menduduki peringkat pertama bencana pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,
alam di Indonesia dengan angka kejadian sebanyak kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat,
69. (Kemenkokesra, 2014). Banjir menyebabkan dan rehabilitasi. Dalam pasal 33 disebutkan bahwa
banyak terjadi masalah kesehatan seperti timbulnya penanggulangan bencana terdiri dari 3 tahap yakni
berbagai macam penyakit (ISPA, diare, penyakit prabencana, tanggap darurat, dan pascabencana.
kulit, leptospirosis, dll). Kasus penyakit yang terjadi Berdasarkan hasil penelitian Farizza (2011),
pada saat bencana sering kali meningkat secara pelaksanaan RHA (Rapid Health Assessment) di
signifikan dan bahkan menimbulkan Kejadian Luar Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro masih
Biasa (KLB) hingga kematian. terdapat kelemahan atau hambatan, sehingga perlu
Banjir terjadi pada saat volume air dalam suatu dilakukan upaya pembenahan. RHA merupakan
badan air seperti sungai atau danau meluap hingga proses kaji cepat yang dilaksanakan pada saat
keluar dari batas alaminya. Bengawan Solo adalah terjadi bencana. Adanya kekurangan dalam
sungai terpanjang di Pulau Jawa dengan panjang RHA menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan
sekitar 548,53 km yang melewati 2 provinsi yakni sebelumnya yakni prabencana belum maksimal,
Jawa Timur dan Jawa Tengah. secara administratif oleh karena itu evaluasi kegiatan prabencana banjir
Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo perlu dilakukan untuk mengurangi risiko bencana,
mencakup 17 kabupaten yakni Kabupaten Boyolali, meningkatkan kesiapsiagaan, dan mengurangi
Klaten, Sukoharjo, Wonogiri, Karanganyar, Sragen, adanya kesalahan pada kegiatan saat bencana. Selain
Blora, Rembang, Ponorogo, Madiun, Magetan, itu menurut Rachmat (2006), titik lemah dalam
Ngawi, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik dan siklus manajemen bencana adalah pada tahapan
Pacitan. Selain itu Bengawan Solo juga melewati 3 sebelum/prabencana, sehingga inilah yang perlu
kota yakni Surakarta, Madiun, dan Surabaya. diperbaiki dan ditingkatkan untuk menghindari atau
Kabupaten Bojonegoro merupakan kabupaten meminimalisir dampak bencana yang terjadi.
terluas yang dilewati oleh sungai Bengawan Solo Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
dan Kota Madiun merupakan wilayah terkecil. DAS Nomor 145 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bengawan Solo memiliki luas sekitar 1.594.716,22 Bencana Bidang Kesehatan, kegiatan prabencana
ha dan banyak masyarakat menggantungkan hidup tingkat Kabupaten dilakukan oleh Dinas kesehatan
kepada sungai mulai dari sektor bisnis, transportasi, Kabupaten setempat. Dinas Kesehatan Kabupaten
dan lain-lain sehingga penduduk DAS Bengawan Bojonegoro merupakan pihak yang bertanggung
Solo terus bertambah dan tinggal di daerah rawan jawab dalam kegiatan prabencana banjir DAS
banjir setiap tahunnya. Hingga pertengahan tahun Bengawan Solo di Kabupaten Bojonegoro.
2012 diperkirakan jumlah penduduk DAS kurang Kegiatan prabencana tingkat kabupaten/kota
lebih 16.394.053 jiwa sehingga kepadatan penduduk terdiri dari beberapa hal yang harus dilakukan,
mencapai 10,28 jiwa/ha atau sekitar 1.028 jiwa/ yakni perencanaan kegiatan upaya pencegahan,
km² mitigasi, dan kesiapsiagaan penanggulangan
Kabupaten Bojonegoro merupakan daerah bencana; pemetaan geomedik rawan bencana;
terluas yang dilewati oleh sungai Bengawan perencanaan kontinjensi; penyelenggaraan pelatihan
264 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 2, Mei 2016: 262–274

termasuk didalamnya gladi posko dan gladi lapang; METODE


pembentukan dan pengembangan Tim Reaksi Cepat Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif
(TRC); pembentukan Pusdalops PB; inventarisasi dalam bentuk studi evaluasi. Subyek penelitian
sumber daya yang sesuai dengan potensi bahaya adalah kegiatan perencanaan prabencana banjir
yang mungkin terjadi; pelaksanaan koordinasi di Kabupaten Bojonegoro tahun 2014. Jenis
lintas program dan lintas sektor; serta pelaksanaan penelitian adalah penelitian deskriptif. Responden
monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan penelitian adalah petugas surveilans bencana di
penanggulangan kesiapsiagaan bencana. Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro. Penelitian
Menurut Munijaya (2010), Kementerian dilaksanakan pada bulan Maret-Agustus 2015.
Kesehatan RI mengadopsi fungsi manajemen yang Pengumpulan data dilakukan dengan metode
dirumuskan oleh George Terry yang terdiri dari wawancara dan studi dokumen. Instrumen penelitian
Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling berupa kuesioner wawancara yang sudah lolos Kaji
(POAC). Planning (perencanaan) adalah langkah Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kesehatan
paling awal. Perencanaan adalah proses perumusan Masyarakat Universitas Airlangga dengan nomor
tujuan organisasi hingga penetapan alternatif 491-KEPK. Penelitian evaluasi yang dilakukan
kegiatan untuk mencapainya. Tanpa fungsi menggunakan pendekatan sistem (input, proses,
perencanaan, kegiatan yang akan dilakukan untuk dan output). Adapun variabel yang diteliti adalah
mencapai tujuan organisasi tidak memiliki kejelasan. perencanaan kegiatan upaya pencegahan, mitigasi,
Menurut hasil penelitian Siriyei dan Wulandari dan kesiapsiagaan penanggulangan bencana;
(2013), semakin baik proses perencanaan yang pemetaan geomedik; dan perencanaan kontinjensi
dilakukan maka semakin tinggi tingkat pencapaian, (Contingency Plan). Hambatan yang dihadapi
begitu pula sebaliknya, sehingga untuk mencapai dalam pelaksanaan perencanaan juga merupakan
tujuan yang telah ditetapkan perlu dilakukan proses variabel yang diteliti. Data dan informasi dianalisis
perencanaan yang baik. secara deskriptif kemudian hasil yang didapatkan
Evaluasi adalah prosedur atau cara dibandingkan dengan pedoman dan teori yang
membandingkan hasil kerja dengan suatu kriteria ada. Penyajian dalam bentuk narasi, tabel, gambar,
atau tujuan yang telah ditetapkan (Supriyanto dan maupun diagram.
Damayanti, 2007). Kegiatan prabencana yang
telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
HASIL
Bojonegoro perlu dievaluasi untuk melihat tingkat
kesiapsiagaannya dan langkah paling dini yang bisa Kabupaten Bojonegoro memiliki luas sekitar
dilakukan adalah mengevaluasi perencanaan yang 230.706 ha dan secara administratif dibagi menjadi
telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten 28 kecamatan yang terdiri dari 419 desa dan 11
Bojonegoro. kelurahan. Secara keseluruhan, 40,15% wilayahnya
Seluruh kegiatan prabencana di dalam merupakan wilayah hutan negara yang sebagian
KepMenkes 145 tahun 2007 merupakan rangkaian besar terletak di Kabupaten Bojonegoro sebelah
urutan kegiatan penanggulangan bencana yang Selatan. Sekitar 32,58% merupakan lahan sawah
dimulai dari perencanaan kegiatan upaya pencegahan, yang sebagian besar berada di sepanjang aliran
mitigasi, dan kesiapsiagaan penanggulangan Bengawan Solo, 22,42% merupakan tanah kering,
kemudian kegiatan terakhir monitoring dan evaluasi dan sisanya 4,85% merupakan perkebunan dan lain-
pelaksanaan program. Tiga kegiatan pertama dalam lain. Berdasarkan kondisi topografi menunjukkan
prabencana adalah perencanaan kegiatan upaya bahwa di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo
pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan; pemetaan merupakan daerah dataran rendah, sedangkan pada
geomedik; dan perencanaan kontinjensi. Pemetaan bagian Selatan sebagian merupakan dataran tinggi
geomedik juga perlu dievaluasi karena merupakan di sepanjang kawasan Gunung Pandan, Kramat,
bagian dari perencanaan dan menjadi acuan dalam dan Gajah. Bengawan Solo menjadi batas alam
melaksanakan pelayan kesehatan khususnya antara Kabupaten Bojonegoro dengan provinsi
kesiapsiagaan atau kegawatdaruratan (Depkes RI, Jawa Tengah, mengalir dari arah Selatan ke Utara
2006). kemudian mengalir ke arah Timur. Bagian Utara
Kabupaten Bojonegoro menjadi DAS Bengawan
Solo yang cukup subur dengan pertanian ekstensif.
Enov S.M Mirahesti, Evaluasi Perencanaan Prabencana Banjir ... 265

Terdapat 14 dari 28 kecamatan di Kabupaten pengelola program dengan latar belakang S2. Hasil
Bojonegoro yang merupakan DAS Bengawan wawancara menunjukkan bahwa jumlah tenaga
Solo yakni Kecamatan Margomulyo, Ngeraho, yang ada masih kurang untuk melakukan kegiatan
Padangan, Kasiman, Purwosari, Malo, Kalitidu, surveilans bencana pada tahun 2014. Berdasarkan
Trucuk, Dander, Bojonegoro, Kapas, Balen, Kanor, KepMenKes no 1116 tahun 2003 tentang
dan Baureno. Kecamatan Sumberrejo merupakan Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi
salah satu kecamatan yang tidak dilewati Sungai Kesehatan, pada tingkat kabupaten harus ada 1
Bengawan Solo namun apabila terjadi banjir akibat tenaga epidemiologi ahli (S2), 2 tenaga epidemiologi
luapan sungai, kecamatan tersebut juga terkena (S1), dan 1 tenaga dokter umum. Petugas yang ada
dampaknya. Total daerah rawan banjir di Kabupaten juga merangkap tugas lain, diantaranya sebagai
Bojonegoro adalah 15 kecamatan dengan jumlah pemegang program kesehatan matra dan pengamatan
penduduk mencapai 61,78% yakini 755.140 jiwa dari PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
1.222.282 jiwa (Buku Profil Kabupaten Bojonegoro, Imunisasi). Adanya rangkap tugas pada petugas
2013) mengakibatkan tugas terkait surveilans bencana
Kegiatan paling dini yang perlu dilakukan dalam kurang bisa dilakukan, seperti keterlambatan laporan.
prabencana adalah perencanaan penanggulangan, Petugas di Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro
pemetaan geomedik, dan perencanaan kontinjensi. sudah sering mendapatkan khusus terkait dengan
Kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan bencana banjir dan penanggulangannya, baik dari
Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2014 dievaluasi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur maupun dari
berdasarkan pendekatan sistem (input, proses, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
output). Berdasarkan komponen input, terdapat 5 Kabupaten Bojonegoro.
variabel yang diteliti, yakni SOP, jenis data, tenaga, Jenis data yang diperlukan dalam pembuatan
dana, dan sarana. peta geomedik adalah informasi sumber daya,
SOP di lingkungan dinas kesehatan biasa informasi jenis dan karakteristik hazard, distribusi
disebut dengan PROTAP (Prosedur Tetap). Dinas elemen masyarakat yang terancam, dan informasi
Kesehatan Kabupaten Bojonegoro memiliki mengenai komunitas. Dinas Kesehatan Kabupaten
PROTAP Penanggulangan Bencana Alam Banjir Bojonegoro hanya memiliki data distribusi elemen
Bidang Kesehatan Kabupaten Bojonegoro yang masyarakat yang terancam dan informasi jenis dan
berisi tentang beberapa hal yang harus dilakukan karakteristik hazard, untuk data informasi sumber
oleh dinas kesehatan dalam upaya penanggulangan daya dan komunitas daerah setempat dinas kesehatan
bencana mulai dari sebelum terjadinya bencana tidak memilikinya. Hal tersebut belum sesuai dengan
hingga setelah terjadinya bencana. Tindakan yang Buku Panduan Pertolongan Pertama Gawat Darurat
dicantumkan dalam PROTAP tidak hanya tindakan (PPGD) Nasional edisi kedua tahun 2006 oleh
yang harus dilakukan oleh dinas kesehatan namun Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
juga puskesmas, baik puskesmas yang terdampak Dana untuk penanggulangan bencana di
banjir maupun puskesmas yang tidak terdampak Kabupaten Bojonegoro bersumber dari APBD II
banjir. Contoh tindakan yang harus dilakukan dinas seperti yang tercantum pada Peraturan Republik
kesehatan pada saat prabencana adalah melakukan Indonesia No. 83 Tahun 2005 Tentang Badan
koordinasi dengan BPBD (Badan Penanggulangan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana BAB
Bencana Daerah, rumah sakit, dan puskesmas, VII (Pembiayaan dan Bantuan), pasal 18 ayat 2, yaitu
melakukan pemetaan wilayah rawan bencana, “Segala pembiayaan untuk mendukung kegiatan
pemetaan sumberdaya; tenaga, sarana, dan prasarana, Satlak PB (BPBD) dibebankan kepada Anggaran
mengintensifkan TRC, meningkatkan jejaring Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/kota”.
komunikasi kesiapsiagaan penanggulangan bencana, Proses pencairan dana yang dibutuhkan adalah
serata mengadakan penyuluhan kepada masyarakat apabila Dinas Kesehatan membutuhkan dana dalam
dalam mengatasi kemungkinan timbulnya masalah hal penanggulangan bencana banjir maka dinas
kesehatan akibat bencana banjir. kesehatan terlebih dahulu mengajukan permohonan
Tenaga surveilans bencana yang ada di Dinas dana kepada BPBD setempat. Setelah BPBD
Kesehatan Kabupaten Bojonegoro pada tahun menyetujui maka dana baru dapat diberikan kepada
2014 berjumlah 2 orang yang berada dalam seksi dinas kesehatan. Batas pengajuan dana kegiatan
Pengamatan Penyakit dan Kesehatan Matra (PPKM) penanggulangan banjir di bidang kesehatan sejumlah
yaitu 1 orang sebagai kepala seksi dan 1 orang Rp 12.000.000,00 per tahun. Menurut narasumber
266 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 2, Mei 2016: 262–274

secara keseluruhan dana yang disediakan masih


kurang mengingat bencana banjir terkadang terjadi
lebih dari 1 kali dalam 1 tahun, selain itu dana
juga harus dibagi dalam 3 kegiatan penanggulangan
(prabencana, saat bencana, dan pascabencana).
Beberapa kegiatan yang tidak bisa dilaksanakan
akibat kurangnya dana adalah kegiatan pascabencana
atau rehabilitatif yang bersifat non fisik, seperti
penyuluhan tentang penyakit pascabencana.
Sarana merupakan salah satu komponen input
yang menunjang pelaksanaan surveilans (termasuk
surveilans bencana). Terdapat berbagai aspek sarana
yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan surveilans
menurut standar KepMenKes RI No. 1116 Tahun
2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem.
Aspek sarana yang digunakan dalam surveilans
bencana di Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro
jika dibandingkan dengan standar sudah sesuai. Gambar 1. Alur proses perencanaan kegiatan upaya
Berikut dapat dilihat dalam tabel 1. pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan
penanggulangan bencana di Dinas
Tebel 1. Sarana Penyelenggaraan Surveilans Tahun Kesehatan Kabupaten Bojonegoro
2014
Indikator Status perubahan kondisi lahan DAS kelebihan aliran
1 paket jaringan Tersedia, kondisi baik masuk daripada aliran keluar pada DAS, kebiasaan
elektromedia masyarakat membuang sampah ke saluran drainase
1 paket alat komunikasi Tersedia telepon, dan sungai, serta perubahan lahan daerah pertanian
(telepon, faksimile, dll) faksimile, radiomedik, dan dan perkebunan menjadi pemukiman warga.
telepon pribadi) Kedua, identifikasi kerentanan masyarakat
1 paket kepustakaan Tersedia, kondisi baik terhadap bencana banjir. Terdapat 2 identifikasi
1 paket pedoman Tersedia, kondisi baik kerentanan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
surveilans epidemiologi
Kabupaten Bojonegoro, yakni kerentanan fisik dan
Program aplikasi Tersedia, kondisi baik
lingkungan. Kerentanan diidentidfikasi berdasarkan
komputer
keadaan masyarakat yang terjadi pada saat bencana
1 paket formulir Tersedia dalam bentuk soft
dan hard file banjir sebelumnya yakni pada tanggal 16 Desember
2 paket peralatan Tenda, toolkit 2013. Kerentanan fisik berupa keadaan kesehatan
pelaksanaan surveilans penanggulangan bencana jasmani masyarakat pada saat banjir. Berdasarkan
1 roda empat, 2 roda dua 3 roda empat dan 6 roda data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro,
dua untuk semua kegiatan kerentanan fisik masyarakat terhadap banjir yang
teridentifikasi adalah mudahnya terjangkit berbagai
Proses perencanaan kegiatan upaya pencegahan, penyakit seperti tabel 2.
mitigasi, dan kesiapsiagaan penanggulangan Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa jumlah
bencana di Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro masyarakat yang terkena penyakit akibat banjir
dilakukan dengan beberapa urutan proses, seperti meningkat hingga 4 kali lipat dari saat sebelum
pada Gambar 1. banjir. Penyakit yang paling rentan menjangkit
Pertama, pengkajian ancaman bencana atau masyarakat Bojonegoro pada saat banjir adalah
bahaya. Pengkajian ancaman bencana dilakukan penyakit ISPA dan golongan umur yang paling
untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya rentan terkena penyakit adalah umur 1–5 tahun.
bencana. berdasarkan hasil pengkajian yang Berdasarkan data hasil identifikasi kerentanan
dilakukan di DAS Bengawan Solo Kabupaten fisik, total penyakit yang terjadi pada saat banjir
Bojonegoro diketahui bahwa penyebab terjadinya tergolong meningkat apabila dibandingkan dengan
bencana banjir adalah curah hujan yang tinggi, saat sebelum banjir dengan rincian jumlah penderita
kondisi geografis (dataran rendah dan landai),
Enov S.M Mirahesti, Evaluasi Perencanaan Prabencana Banjir ... 267

Tabel 2. Hasil Identifikasi Kerentanan Fisik Masyarakat Kabupaten Bojonegoro terhadap Bencana Banjir
Tahun 2014
Jumlah Penderita Berdasarkan Umur (Tahun)
No. Jenis Penyakit Sebelum banjir Saat banjir
<1 1–5 >5 Total <1 1–5 >5 Total
1. ISPA 1 12 10 23 0 98 109 207
2. Diare 0 24 8 32 1 15 39 55
3. Penyakit kulit 0 2 13 15 0 119 0 119
Total 1 38 31 70 1 232 148 381
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro (2013)

ISPA sebanyak 23, diare 15, dan penyakit kulit 32. dari prabencana, saat bencana, hingga pascabencana
Masyarakat secara umum paling rentan terhadap berdasarkan pada pilihan tindakan yang dianjurkan
penyakit ISPA, dan golongan umur 1-5 merupakan dalam KepMenKes 145 Tahun 2007 tentang
golongan umur yang paling rentan terhadap Penanggulangan Bencana di Bidang Kesehatan.
penyakit. Kelima, Peyusunan mekanisme penanggulangan
Identifikasi kerentanan lingkungan berupa dampak bencana banjir. Mekanisme penanggulangan
kerusakan lingkungan, rendahnya sanitasi, dan dampak bencana didokumentasikan dalam BAB V
keadaan lingkungan yang memicu timbulnya rencana kontinjensi Dinas Kesehatan Kabupaten
penyakit. Hasil identifikasi yang dilakukan Bojonegoro tahun 2013 tentang Pelaksanaan
menunjukkan rendahnya sanitasi menjadi hal yang Kegiatan, Mekanisme Kegiatan dan Sarana.
paling rentan terjadi pada saat terjadi banjir. Hasil Mekanisme kegiatan berisi tentang kegiatan yang
RHA pada bencana banjir sebelumnya menunjukkan harus dilakukan saat bencana terjadi. Mekanisme
hasil bahwa sebanyak 573 sumur yang terbagi di kegiatan diawali dengan pemberian informasi awal
15 kecamatan tercemar akibat banjir. Rendahnya tentang krisis pada saat kejadian bencana oleh
sanitasi membuat masyarakat kesulitan untuk puskesmas yang berada di wilayah bencana ke
mendapatkan air bersih sehingga peningkatan Dinas Kesehatan Kabupaten dengan menggunakan
penyakit kulit pada sebagian pengungsi. sarana komunikasi yang paling memungkinkan
Ketiga, analisis kemungkinan dampak bencana saat itu, biasanya menggunakan telepon genggam
banjir. Pada saat terjadi bencana banjir di Kabupaten atau handphone dan apabila tidak memungkinkan
Bojonegoro banyak kemungkinan dampak yang dapat menggunakan radiomedik. Unit penerima
dapat timbul seperti menghambat kegiatan sehari- langsung melakukan konfirmasi ke lokasi bencana
hari, pemadaman listrik, pencemaran lingkungan, melalui Tim Reaksi Cepat (TRC) dan Tim Rapid
kelumpuhan jalur transportasi dan komunikasi, serta Health Assessment (TIM RHA) untuk melakukan
kerusakan sarana dan prasarana. Dampak bencana identifikasi awal lokasi bencana, tindakan
banjir khusus di bidang kesehatan adalah munculnya penyelamatan, langkah pengamanan, dan perawatan
berbagai masalah kesehatan seperti, timbulnya di lapangan.
berbagai macam penyakit akibat banjir (ISPA, diare, Keenam, penyusunan alokasi tugas dan peran
penyakit kulit, dll) dan rendahnya sanitasi yang pada anggota pelaksana kegiatan penanggulangan
dapat mempercepat timbulnya penyakit. bencana banjir. Penyusunan alokasi tugas dan
Keempat, memutuskan beberapa pilihan peran didokumentasikan dalam rencana kontinjensi
tindakan. Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro tahun
menyusun beberapa pilihan tindakan yang akan 2013 BAB IV tentang Pengorganisasian, Tugas
dilakukan untuk menanggulangi banjir. Pilihan Pokok, dan Fungsi. Alokasi tugas dan peran terdiri
tindakan disusun berdasarkan waktu kejadian dari beberapa bidang pelaksana, yakni Ketua
bencana yakni saat prabencana, saat bencana, dan Pusat Penanggulangan Krisis (PPK); sekretaris;
pascabencana. Pilihan tindakan yang akan dilakukan bidang pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan;
disusun rapi dan didokumentasikan dalam rencana bidang sarana dan prasarana kesehatan; bidang
kontinjensi Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro pelayanan kesehatan masyarakat; bidang informasi
Tahun 2013 dalam BAB V tentang Pelaksanaan dan komunikasi; Tim Reaksi Cepat (TRC); pos
Kegiatan, Mekanisme Kegiatan dan Sarana. Pilihan pelayanan kesehatan lapangan; pos kesehatan
tindakan yang disusun oleh dinas kesehatan mulai depan; dan pos kesehatan belakan (RSU). Deskripsi
268 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 2, Mei 2016: 262–274

tentang bidang beserta tugas masing-masing telah perencanaan kontinjensi khusus di bidang kesehatan.
didokumentasi di dalam BAB IV tersebut. Hasil perencanaan yang dilakukan oleh BPBD lebih
Secara keseluruhan, kegiatan perencanaan bersifat umum, beberapa informasi diantaranya
kegiatan upaya pencegahan, mitigasi, dan digunakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
kesiapsiagaan penanggulangan bencana banjir di Bojonegoro sebagai informasi tambahan, seperti
Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro telah penilaian bahaya dan analisis risiko, asumsi kejadian,
memenuhi standar menurut Perka BNPB No. 4 dan pengembangan skenario
Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penilaian bahaya dan analisis risiko dilakukan
Penanggulangan Bencana, namun masih terdapat dengan melihat probabilitas dan dampak dari
kekurangan dalam proses identifikasi kerentanan. bencana yang mungkin terjadi di Kabupaten
Proses pengenalan kerentanan yang dilakukan oleh Bojonegoro seperti pada tabel 3. Probabilitas
Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro sebatas menggambarkan kemungkinan suatu bencana terjadi
dilakukan pada kerentanan fisik dan lingkungan, dan dampak menggambarkan besaran ancaman,
sementara 2 kerentanan lain yakni kerentanan sosial kerugian, dan kerusakan yang ditimbulkan.
dan ekonomi belum dilakukan identifikasi.
Penyusunan peta geomedik merupakan Tabel 3. Probabilitas dan Dampak Bencana di
acuan dalam melaksanakan pelayan kesehatan Kabupaten Bojonegoro 2013
khususnya kesiapsiagaan atau kegawatdaruratan.
Ancaman Bencana Probabilitas Dampak
Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro tidak
Banjir Bengawan Solo 5 4
melaksanakan proses pemetaan geomedik daerah
Banjir bandang 4 4
rawan bencana. Hal tersebut tidak sesuai dengan
Tanah longsor 3 3
Buku Panduan PPGD Nasional edisi kedua tahun Angin puyuh 2 3
2006. Beberapa proses pemetaan geomedik adalah Kekeringan 2 2
analisis potensi ancaman gawat darurat, menyepakati Kebakaran 3 3
simbol seragam, identifikasi sarana transportasi Kegagalan industri 2 1
dan komunikasi, menentukan kerja sama di daerah Sumber: BPBD Kabupaten Bojonegoro (2013)
perbatasan, koordinasi intra dan lintas sektor,
perbaharui setiap 6 bulan, serta melakukan distribusi Probabilitas dan dampak yang ditimbulkan
dan sosialisasi. Dinas kesehatan melakukan kegiatan menggunakan asumsi skoring sebagai berikut:
kerja sama di daerah perbatasan, koordinasi intra dan
lintas sektor serta pusat informasi bersama, bukan
Skala probabilitas
dalam proses pembuatan peta geomedik namun
Angka 5 : Pasti terjadi (80-99%)
untuk memperlancar kegiatan penanggulangan
Angka 4 : Kemungkinan besar terjadi (60–80%,
bencana banjir. Daerah perbatasan yang bekerja
terjadi tahun depan, atau terjadi dalam 10
sama dengan dinas kesehatan adalah Kabupaten
tahun mendatang)
Lamongan, Tuban, dan Blora. Bentuk kerja sama
Angka 3 : Kemungkinan terjadi (40–60%,
lebih cenderung kepada penanganan penyakit,
terjadi tahun depan, atau sekali dalam
apabila ada masyarakat Kabupaten Bojonegoro yang
100 tahun)
jauh dari jangkauan fasilitas kesehatan Kabupaten
Angka 2 : Kemungkinan terjadi (20–40%, terjadi
Bojonegoro maka daerah perbatasan akan membantu
tahun depan, atau sekali dalam lebih dari
menanganinya. Koordinasi intra sektor dilakukan
100 tahun)
dengan pembagian tugas antar anggota dinas
kesehatan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Angka 1 : Kemungkinan sangat kecil (< 20%)
Koordinasi lintas sektor dikoordinasi oleh BPBD
Kabupaten Bojonegoro dengan melibatkan seluruh Dampak kejadian yang timbul
instansi resmi dan membentuk pusat informasi Angka 5:Sangat parah (80-99% wilayah hancur dan
bersama yang disebut dengan Pusdalops PB (Pusat lumpuh)
Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana). Angka 4:Parah (60–80% hancur)
Proses perencanaan kontinjensi skala kabupaten/ Angka 3:Sedang (40–60% wilayah rusak)
kota pada umumnya dikoordinasi oleh BPBD. Dinas Angka 2:Ringan (20–40% wilayah rusak)
Kesehatan Kabupaten Bojonegoro juga melakukan Angka 1:Sangat ringan (< 20% wilayah rusak)
Enov S.M Mirahesti, Evaluasi Perencanaan Prabencana Banjir ... 269

Berdasarkan skoring probabiltas dan dampak upaya tindak lanjut dari rencana kontinjensi
bencana, diketahui bahwa banjir Bengawan Solo yang telah dibuat. Beberapa pelatihan yang telah
memiliki probabilitas yang tinggi untuk terjadi dan dilaksanakan pada tahun 2014 beberapa diantaranya
menimbulkan dampak yang parah apabila terjadi. adalah pelatihan penanggulangan bencana,
Asumsi kejadian Banjir diasumsikan terjadi Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD), gladi
pada puncak musim hujan yakni pada bulan Januari posko, dan gladi lapang.
hingga April. Penentuan asumsi kejadian, selain Rencana kontinjensi disahkan dan diaktifkan
didasarkan pada faktor musim juga didasarkan pada oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
banjir 3 tahun sebelumnya. Pada tahun 2011 banjir Bojonegoro, dilanjutkan ke BPBD, dan kemudian
terjadi pada bulan Maret, tahun 2012 banjir terjadi diajukan untuk disetujui oleh Bupati dan DPRD.
pada bulan Januari dan April, dan tahun 2013 banjir Hasil perencanaan kontinjensi di bidang kesehatan
terjadi pada bulan Februari, April, dan Desember. dan di bidang yang lain menjadi salah masukan
Wilayah geografis Kabupaten Bojonegoro yang yang akan digunakan dalam pembuatan rencana
sebagian besar wilayahnya merupakan dataran kontinjensi skala kabupaten.
rendah (terutama wilayah DAS) mengakibatkan Berdasarkan komponen output, Dinas
potensi banjir akibat luapan sungai cukup tinggi Kesehatan Kabupaten Bojonegoro tidak memiliki
apabila intensitas curah hujan meningkat. output ataupun bentuk fisik dari rencana kegiatan
Pengembangan skenario yang disusun upaya pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan
diasumsikan bahwa kondisi banjir yang akan terjadi penanggulangan bencana. Hal tersebut belum sesuai
pada tahun 2014 sama besarnya dengan banjir pada dengan Perkrencana kegiatan upaya pencegahan,
awal 2008 yang merupakan banjir Bengawan Solo mitigasi, dan kesiapsiagaan penanggulangan
terbesar dalam 10 tahun terakhir. bencana. Hal tersebut belum sesuai dengan
Proses perencanaan kontinjensi yang Perka BNPB No. 4 Tahun 2008 tentang Pedoman
selanjutnya seperti penetapan kebijakan dan strategi, Penyusunan Rencana Penanggulangan. Dinas
analisis kesenjangan, upaya tindak lanjut, hingga kesehatan juga tidak memiliki peta geomedik rawan
pengesahan dan pengaktifan dilakukan sendiri oleh bencana karena tidak dilakukan proses pemetaan,
Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro. hal tersebut tidak sesuai dengan Buku Panduan
Penyusunan kebijakan dan strategi yang PPDG Nasional edisi kedua tahun 2006. Output
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten dari perencanaan kontinjensi sudah dimiliki yakni
Bojonegoro spesifik hanya di bidang kesehatan. Rencana Kontinjensi (Contingency Plan) Dinas
Hasil penyusunan didokumentasikan dalam rencana Kesehatan Kabupaten Bojonegoro 2014. Hal
kontinjensi tahun 2013 BAB III tentang Kebijakan tersebut sudah sesuai dengan Panduan Perencanaan
Dalam Penanganan Krisis. Kebijakan yang Kontinjensi Menghadapi Bencana (BNPB) Edisi
disusun berisi tentang tahapan penanganan krisis kedua Tahun 2011.
dan masalah kesehatan lain mengikuti pendekatan Hambatan yang ditemui terkait dengan
tahapan Siklus Penanganan Bencana Kejadian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana
(Disaster Management Cycle). khususnya dalam hal perencanaan prabencana
Analisis kesenjangan adalah proses yang antara lain: kurangnya tenaga pelaksana surveilans
dilakukan untuk membandingkan antara perencanaan bencana, kurangnya anggaran dana, jenis data
dengan sumber daya yang tersedia. Perencanaan yang tidak lengkap, tidak adanya kendaraan khusus,
telah dibuat perlu direvisi apabila setelah dianalisis kurangnya kesadaran anggota pelaksana, tidak
terdapat kesenjangan. Rencana kontinjensi di bidang dilaksanakannya identifikasi kerentanan sosial
kesehatan dianggap selesai apabila telah dilakukan dan ekonomi masyarakat terhadap bencana banjir,
analisis kesenjangan. Menurut narasumber, Dinas tidak terdapatnya output atau bentuk fisik dari peta
Kesehatan Kabupaten Bojonegoro sudah melakukan geomedik dan rencana upaya pencegahan, mitigasi,
analisis kesenjangan dan hasilnya tidak terdapat dan kesiapsiagaan penanggulangan bencana.
kesenjangan. Ringkasan hasil penelitian secara garis terdapat
Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro pada tabel 4.
melaksanakan beberapa pelatihan sebagai bentuk
270 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 2, Mei 2016: 262–274

Tabel 4. Ringkasan Hasil Penelitian konsisten, standar, dan sistematis (Tambunan,


2013). Tujuan dari penanggulangan bencana yang
No. Indikator Keterangan
dilakukan oleh dinas kesehatan adalah keberhasilan
Input
menanggulangi bencana banjir khususnya di
1 SOP Terpenuhi
bidang kesehatan dan PROTAP pelaksanaan
2 Jenis data Tidak terpenuhi karena
penanggulangan bencana banjir di bidang kesehatan
tidak memiliki data
Sumber daya daerah dan menjadi panduan bagi anggota pelaksana tentang
data komunitas daerah beberapa hal yang harus dilakukan.
setempat SOP menjadi acuan dalam pencapaian sebuah
3 Tenaga Tidak terpenuhi karena tujuan, namun hal tersebut tidak menjamin bahwa
tidak memiliki tenaga proses yang dilaksanakan berjalan dengan efektif.
epidemiologi dan dokter Proses yang dilaksanakan tidak dapat berjalan
umum dengan baik tanpa adanya suatu pengendalian
4 Dana Tidak terpenuhi karena di lingkungan sekitarnya dan dengan adanya
anggaran dana tidak pengendalian SOP akan menjadi efektif bagi
mencukupi
sebuah organisasi. Menurut Marbun (2013), suatu
5 Sarana Terpenuhi
pengendalian dibutuhkan juga peran dari pemimpin
Proses
organisasi, apabila pemimpin organisasi tersebut
1 Perencanaan Tidak terpenuhi karena
kegiatan upaya dalam pengenalan mendukung penuh dan ikut berpartisipasi dalam
pencegahan, kerentanan tidak suatu pengendalian maka pengendalian tersebut
mitigasi dan dilakukan identifikasi akan lebih efektif bagi organisasi. Dinas Kesehatan
kesiapsiagaan kerentanan sosial dan Kabupaten Bojonegorro diharapkan dapat melakukan
penanggulangan ekonomi. pengendalian secara terus menerus agar SOP yang
bencana dimiliki dapat digunakan secara efektif. Salah
2 Pemetaan geomedik Tidak terpenuhi karena satunya pengendalian yang bisa dilakukan adalah
tidak dilaksanakan dengan terlibat secara langsung dalam perencanaan
3 Perencanaan Terpenuhi dan pengorganisasian untuk mencapai tujuan yang
kontinjensi telah ditetapkan.
Output
Jenis data yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan
1 Rencana kegiatan Tidak terpenuhi
Kabupaten Bojonegoro masih belum lengkap
upaya pencegahan,
mitigasi dan sehingga belum sesuai dengan standar menurut Buku
kesiapsiagaan Panduan PPGD edisi kedua tahun 2006. Beberapa
penanggulangan jenis data tidak dimiliki karena tidak dilakukannya
bencana pengumpulan data dan hal tersebut dikarenakan
2 Peta geomedik Tidak terpenuhi kurangnya petugas surveilans bencana. Menurut
3 Rencana kontinjensi Terpenuhi Sukarna (2006), tenaga merupakan hal yang
atau (Contigency esensial dalam suatu organisasi di mana kualitas dan
Plan) kuantitas yang baik sangat penting untuk mendukung
tujuan suatu organisasi.
PEMBAHASAN Kekurangan tenaga yang ada di Dinas Kesehatan
Kabupaten Bojonegoro menyebabkan proses
Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro sudah pengolahan data terkait perencanaan prabencana
memiliki PROTAP atau SOP dalam penanggulangan menjadi lebih lambat, sehingga seringkali terjadi
bencana banjir di bidang kesehatan. Hal tersebut keterlambatan pelaporan. Hal tersebut tidak sesuai
sudah sesuai dengan KepMenKes No. 145 Tahun dengan KepMenKes No. 1116 tahun 2003 tentang
2007 tentang Penanggulangan Bencana di Bidang Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi,
Kesehatan. SOP merupakan pedoman yang berisi adalah menurut Sukarna (2006), tenaga merupakan
prosedur operasional standar yang ada di dalam suatu hal yang esensial dalam suatu organisasi di mana
organisasi yang digunakan untuk memastikan bahwa tidak hanya kualitas dan kuantitas tenaga harus
keputusan, langkah, atau tindakan dan penggunaan baik untuk mendukung tujuan suatu organisasi.
fasilitas proses yang dilaksanakan oleh orang di Berdasarkan kompetensi, tenaga pelaksana yang ada
dalam suatu organisasi, telah berjalan secara efektif, di dinas kesehatan sudah cukup baik karena terdiri
Enov S.M Mirahesti, Evaluasi Perencanaan Prabencana Banjir ... 271

dari tenaga ahli (S2) dan sudah sering mendapatkan terhadap banjir diidentifikasi secara dominan,
pelatihan. Seperti menurut Winterton (2007), sementara terdapat 2 kerentanan lain yang belum
pelatihan bertujuan untuk memastikan bahwa seluruh diidentifikasi secara maksimal yakni kerentanan
tenaga memiliki dan mampu mempertahankan sosial dan ekonomi. Berdasarkan segi sosial,
kompetensi yang dibutuhkan dalam pekerjaan kekurangan pengetahuan tentang risiko bahaya dan
mereka. bencana akan meningkatkan kerentanan, demikian
Dana yang dianggarkan untuk kegiatan pula tingkat kesehatan masyarakat yang rendah
penanggulangan bencana di bidang kesehatan juga mengakibatkan rentan menghadapi bahaya.
karena banjir biasanya datang lebih dari 1 kali dalam Berdasarkan segi ekonomi, pada umumnya
setahun, selain itu dana yang dianggarkan harus masyarakat atau daerah miskin atau kurang
dibagi dalam 3 kegiatan utama penanggulangan mampu lebih rentan terhadap bahaya karena tidak
(prabencana, saat bencana, pascabencana). Menurut mempunyai kemampuan finansial yang memadai
Sukarna (2006), dalam mendukung suksesnya untuk melakukan upaya pencegahan atau mitigasi
pembangunan kesehatan, tersedianya alokasi dana bencana. Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro
yang memadai sangatlah penting. Upaya yang diharapkan untuk melaksanakan identifikasi
bisa dilakukan untuk menyiasati kurangnya dana kerentanan secara menyeluruh agar dapat
salah satunya adalah dengan menyusun rencana memprediksi kelompok masyarakat yang rentan
anggaran yang akan digunakan dalam perencanaan terhadap bencana banjir serta mencegah penyebaran
penanggulangan banjir agar anggaran dapat KLB pada saat terjadi bencana banjir.
dialokasikan sesuai dengan urutan prioritas. Menurut Pemetaan geomedik daerah rawan bencana
Maldayeni (2011), anggaran dana merupakan banjir tidak dilakukan oleh Dinas Kesehatan
bagian yang sangat penting untuk merealisasikan Kabupaten Bojonegoro, sehingga hal tersebut tidak
rencana dan target yang ditetapkan, namun karena sesuai dengan Buku Panduan PPGD Nasional edisi
keterbatasan dana maka dituntut adanya perencanaan kedua tahun 2006. Pemetaan tidak dilaksanakan
yang matang agar pemanfaatan sumber daya yang karena jenis data yang kurang. Pemetaan
tersedia benar-benar dilakukan secara efektif dan geomedik merupakan acuan dalam melaksanakan
efisien. pelayanan kesehatan khususnya kesiapsiagaan
Sarana yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan atau kegawatdaruratan sekaligus bentuk kegiatan
Kabupaten Bojonegoro sudah memenuhi standar preventif dan promotif. Seharusnya kegiatan
namun menurut petugas pelaksana kendaraan yang promotif dan preventif lebih didahulukan tanpa
ada masih kurang karena tidak disediakan kendaraan mengkesampingkan kegiatan kuratif dan rehabilitatif
khusus untuk melaksanakan kegiatan surveilans untuk menuju Indonesia sehat. Mengingat
bencana. Selama ini, petugas pelaksana berbagi manfaat peta geomedik yaitu keterpaduan konsep
dengan pelaksana program lain untuk menggunakan penyusunan pelayanan kesehatan dalam bencana dan
kendaraan dinas karena keterbatasan, apabila memudahkan mobilisasi sumberdaya (SDM, logistik
mendesak dan tidak ada kendaraan biasanya petugas medik, ambulans, dll), maka pemetaan geomedik
menggunakan kendaraan pribadi namun perawatan sebenarnya sangat dibutuhkan untuk menyiapkan
dan biaya bahan bakar ditanggung dana surveilans. strategi yang akan dilakukan untuk mempermudah
Menurut Supriyanto dan Damayanti (2007), Salah kegiatan penanggulangan bencana banjir. Menurut
satu faktor pendukung dalam keberhasilan program Sebastian (2008), dengan memetakan daerah rawan
kesehatan adalah kemampuan untuk menyusun serta menggabungkan data dengan rancangan
anggaran, sehingga untuk menyediakan sarana kegiatan persiapan dan penanggulangan, maka suatu
yang dibutuhkan perlu adanya alokasi dana dan strategi dapat dirancang di beberapa daerah luapan
kemampuan menyusun anggaran. air dengan beberapa langkah pengendalian banjir.
Proses perencanaan kegiatan upaya pencegahan, Menurut narasumber peta rawan bencana yang
mitigasi, dan kesiapsiagaan penanggulangan bencana dibuat oleh BPBD sudah cukup mewakili. Dinas
di Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro secara Kesehatan seharusnya secara mandiri melakukan
keseluruhan sudah dilakukan dengan baik sesuai pemetaan yang mendukung penanggulangan bencana
dengan Perka BNPB No. 4 Tahun 2008 tentang di bidang kesehatan, yakni peta geomedik.
Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Perencanaan kontinjensi yang dilakukan
Bencana. Pada proses pengenalan kerentanan, oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro
kerentanan fisik dan lingkungan masyarakat sudah sesuai dengan Buku Panduan Perencanaan
272 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 2, Mei 2016: 262–274

Kontinjensi Menghadapi Bencana (BNPB) Edisi berkurang sebagaimana mestinya. Tanpa tersedianya
Kedua Tahun 2011. Perencanaan kontinjensi peta geomedik maka masyarakat akan kesulitan
merupakan suatu upaya pemanfaatan semaksimal untuk mencari lokasi pelayanan kesehatan dan
mungkin sumber daya/potensi masyarakat yang pengungsian apabila terjadi banjir karena salah
tersedia untuk menghadapi bencana/kedaruratan. satu informasi sumber daya yang ada di dalam
Menurut Schermerhorn (2010), perencanaan peta geomedik adalah informasi lokasi pelayanan
kontinjensi adalah proses mengidentifikasi program kesehatan dan pengungsian. Hal tersebut secara
alternatif tindakan yang dapat diimplementasikan langsung dapat meningkatkan kerawanan masyarakat
jika keadaan berubah. Tujuan utama dari terhadap banjir, seperti menurut Sebastian (2008),
perencanaan kontinjensi adalah untuk meminimalisir kurang atau tidak adanya informasi yang diterima
dampak dari ketidakpasitan dengan melakukan masyarakat tentang jalur pengungsian makan akan
pengembangan skenario dan proyeksi kebutuhan mempengaruhi kerawanan masyarakat terhadap
saat keadaan darurat terjadi. Selain itu di dalam bencana banjir.
rencana kontinjensi diperhitungkan pula dampak Kesadaran tim pelaksanaan untuk melakukan
ikutan (Collateral Impact) atau bencana kedua pemetaan sangat berpengaruh terhadap keberadaan
yang mungkin memerlukan skenario tersendiri dan peta geomedik. Untuk mengatasinya maka perlu
penanganan darurat yang memerlukan kompetensi diberikan pelatihan kepada petugas tentang
serta sumber daya yang bersifat spesifik sehingga pentingnya peta geomedik. Menurut Winterton
Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro dapat (2007), kesadaran petugas dapat ditingkatkan dengan
memperkirakan kebutuhan berdasarkan hasil dari pelatihan di mana salah satu tujuan pelatihan adalah
perencanaan kontinjensi yang telah dilakukan. pada level kognitif yaitu meningkatkan pengetahuan
Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro tidak seseorang. Jika pengetahuan meningkat maka
output atau bentuk fisik dari rencana kegiatan kesadaran akan tugas dan fungsinya juga akan
upaya pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan meningkat.
penanggulangan bencana banjir. Dinas kesehatan Hambatan yang ditemui terkait dengan
sudah memiliki sebagian data yang diperlukan di pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana
dalam rencana, sehingga hanya perlu menambahkan khususnya dalam hal perencanaan prabencana
data yang kurang untuk kemudian dokumentasi antara lain: kurangnya tenaga pelaksana surveilans
tersebut disatukan menjadi bentuk rencana yang bencana, kurangnya anggaran dana, jenis data
utuh. Menurut Rahmat (2006), untuk memperkuat tidak lengkap, tidak adanya kendaraan khusus,
pemerintah daerah dalam kegiatan prabencana dapat kurangnya kesadaran anggota pelaksana, tidak
dilakukan melalui perkuatan unit atau lembaga dilaksanakannya identifikasi kerentanan sosial
yang telah ada dan pelatihan kepada aparatnya serta dan ekonomi masyarakat terhadap bencana banjir,
melakukan koordinasi dengan lembaga antar daerah tidak terdapatnya output atau bentuk fisik dari peta
maupun dengan tingkat nasional, mengingat bencana geomedik dan rencana upaya pencegahan, mitigasi,
tidak mengenal wilayah administrasi sehingga setiap dan kesiapsiagaan penanggulangan bencana.
daerah memiliki rencana penanggulangan bencana
yang potensial di wilayahnya.
SIMPULAN DAN SARAN
Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro
hanya memiliki peta daerah rawan bencana, dan Simpulan
tidak memiliki peta geomedik. Seharusnya dinas Evaluasi perencanaan prabencana banjir yang
kesehatan membuat peta geomedik yang berisi dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
tentang informasi sumber daya, informasi jenis dan Bojonegoro tahun 2014, berdasarkan komponen
karakteristik hazard, distribusi elemen masyarakat input berupa SOP dan sarana sudah memenuhi
yang terancam, dan informasi mengenai komunitas standar. Tenaga pelaksana dan jenis data belum
daerah setempat. Menurut narasumber, peta memenuhi standar. Dana yang disediakan juga
geomedik tidak dibuat karena tidak lengkapnya masih kurang cukup untuk melaksanakan kegiatan
data, padahal pembuatan dari peta geomedik penanggulangan bencana banjir. Berdasarkan
relatif mudah dan dapat dilakukan sewaktu-waktu komponen proses, tidak dilaksanakan pemetaan
apabila dibutuhkan. Peta geomedik tetap dapat geomedik, terdapat sedikit kekurangan dalam proses
dibuat walaupun jenis data tidak lengkap, hanya perencanaan kegiatan upaya pencegahan, mitigasi,
saja informasi yang ada di dalamnya menjadi dan kesiapsiagaan penanggulangan bencana yakni
Enov S.M Mirahesti, Evaluasi Perencanaan Prabencana Banjir ... 273

tidak dilaksanakannya identifikasi sosial dan dari rencana kegiatan upaya pencegahan, mitigasi
ekonomi. Perencanaan kontinjensi sudah dilakukan dan kesiapsiagaan penanggulangan bencana serta
dengan baik dan memenuhi standar. Berdasarkan peta geomedik agar mudah dipelajari, diterapkan,
komponen output, dinas kesehatan sudah memiliki dan dikembangkan.
rencana kontinjensi, namun tidak memiliki peta
geomedik dan rencana kegiatan upaya pencegahan, DAFTAR PUSTAKA
mitigasi, dan kesiapsiagaan penanggulangan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
bencana. 2011. Panduan Perencanaan Kontinjensi
Hambatan yang ditemui terkait dengan Menghadapi Bencana. Edisi kedua. Jakarta.
pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana BNPB: 18–31.
khususnya dalam hal perencanaan prabencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
antara lain: kurangnya tenaga pelaksana surveilans 2008. Peraturan Kepala Badan Nasional
bencana, kurangnya anggaran dana, jenis data tidak Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun
lengkap, tidak adanya kendaraan khusus, kurangnya 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
kesadaran anggota pelaksana terhadap pentingnya Penanggulangan Bencana. Jakarta. BNPB
peta geomedik, tidak dilaksanakannya identifikasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
kerentanan sosial dan ekonomi masyarakat terhadap 2012. Rencana Kontinjensi (Contingency Plan).
bencana banjir, tidak terdapatnya output atau bentuk Bojonegoro. BPBD
fisik dari peta geomedik rencana upaya pencegahan, Blok Bojonegoro. 2013. Setiap Jam Rata-rata Air
mitigasi, dan kesiapsiagaan penanggulangan Turun 2 cm. http://blokbojonegoro.com/read/
bencana. article/3/20131216/setiap-jam-ratarata-air-turun-2-
cm.html (Disitasi 16 Oktober 2015, pukul 15.45)
Saran
Depkes RI. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan
Terdapat beberapa saran yang dapat diberikan Republik Indonesia Nomor 1116/Menkes/SK/
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan
tentang pelaksanaan perencanaan prabencana tahun Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan.
2014 yakni terus melakukan pengendalian terhadap Jakarta. Departemen Kesehatan RI.
pelaksanaan SOP agar dapat dimanfaatkan secara Depkes RI. 2006. Seri Penanggulangan Penderita
efektif. Dinas kesehatan perlu mempertimbangkan Gawat Darurat (PPGD)/General Emergency Life
untuk menambah tenaga pelaksana surveilans Support (GELS): Sistem Penanggulangan Gawat
bencana. Perlu dilakukan pengumpulan jenis Darurat Terpadu (SPGT). Jakarta: Depkes RI.
data yang maksimal agar jenis data yang dimiliki Farizza K. 2011. Evaluasi Kegiatan Rapid Health
lengkap, jenis data yang dibutuhkan adalah data Assessment Daerah Aliran Sungai (DAS)
sumber daya daerah dan data komunitas daerah. Bengawan Solo Kabupaten Bojonegoro Tahun
Alokasi dana siap pakai juga diperlukan untuk 2014. Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga.
persiapan kegiatan penanggulangan bencana banjir Kabupaten Bojonegoro. 2012. Profil Kabupaten
agar dana dapat cepat tersedia saat dibutuhkan. Bojonegoro. Bojonegoro. Badan Pusat Statistik
Selain itu, perlu dibuat perencanaan penggunaan Kabupaten Bojonegoro: 2–5.
anggaran agar dana dan sumber daya yang tersedia Kemenkes RI. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan
dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Republik Indonesia 145/Menkes/SK/2007 tentang
Ketersediaan kendaraan khusus dapat memudahkan Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang
mobilitas dalam kegiatan penanggulangan bencana. Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan.
Identifikasi sosial dan ekonomi masyarakat terhadap Kemenkokesra RI. 2014. Rencana Kerja Tahunan
bencana banjir dapat dilakukan dengan melihat 2014. Jakarta: Kementrian Koordinasi Bidang
dampak sosial dan ekonomi pada masyarakat saat Kesejahteraan Rakyat.
bencana banjir sebelumnya. Pemetaan geomedik Marbun, S.H. 2013. Gaya Kepemimpinan terhadap
perlu dilaksanakan karena merupakan acuan dalam Lingkungan Pengendalian Dalam Struktur
pelaksanaan pelayanan kesehatan khususnya Organisasi dan Pelaksanaan Standard Operational
kesiapsiagaan atau kegawatdaruratan. Tenaga Proedure (SOP) di Rumah Sakit. Calyptra: Jurnal
pelaksana surveilans bencana perlu mendapatkan Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. 2(2),
pelatihan tentang pentingnya peta geomedik dalam 2013:1–11.
penanggulangan bencana. Outline atau bentuk fisik
274 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 2, Mei 2016: 262–274

Maldayeni. 2011. Analisis Konsistensi Perencanaan Siriyei, Wulandari. 2013. Faktor Determinan
dan Penganggaran Bidang Kesehatan di Kota Rendahnya Pencapaian Cakupan Standar Pelayanan
Solok Tahun 2007–2010. Padang. Artikel Minimal Bidang Kesehatan di Puskesmas Mojo
Pasca Sarjana Universitas Andalas. 3(2), 2011: Kota Surabaya. Jurnal Administrasi Kesehatan
23–45. Indonesia.1(3), Juli-Agustus 2013: 244–251.
Mirahesti. 2015. Evaluasi Kegiatan Prabencana Sukarna, L.A. 2006. Analisis Kesiapan Dinas
Banjir Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Kesehatan dalam Mengalokasikan Anggaran
Solo Kabupaten Bojonegoro Tahun 2014. Skripsi. Kesehatan Pada Era Desentralisasi. Jurnal
Surabaya. Fakultas Kesehatan Masyarakat Manajemen Pelayanan Kesehatan. 9(1): 10–18.
Universitas Airlangga. Supriyanto, Damayanti. 2007. Perencanaan dan
Munijaya, G. 2010. Manajemen Kesehatan. Edisi 3. Evaluasi cetakan pertama. Surabaya. Airlangga
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. University Press.
Rachmat, A. 2006. Manajemen dan Mitigasi Bencana. Tambunan, Rudi M. 2013. Pedoman Penyusunan
Bandung: Badan Pengendalian Lingkungan Standard Operational Procedure (SOP) Edisi
Hidup Daerah (BPLHD). Schermerhorn J. R. Kedua. Jakarta: Maiesta Publishing.
2010. Introduction to Management. Singapura: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24
John Willey & Sons Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.
Sebastian, L. 2008. Pendekatan dan Penanggulangan Jakarta: Pemerintah Indonesia.
Banjir. Program Pascasarjana Konservasi Tanah Winterton. 2007. Oxford Handbook of Human
dan Air. Universitas Sriwidjaja Palembang. Resource Management: Training, Development,
Jurnal Dinamika Teknik Sipil. 8(2), Juli 2008: and Competence. Oxford University Press.
162–169.

Anda mungkin juga menyukai