Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gastroenteritis masih merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas anak di Negara berkembang (Bambang, 2010). Gastroentritis atau diare
merupakan penyakit di Indonesia yang sampai saat ini masih merupakan salah satu
penyakit endemis. Menurut Keputusan Menkes RI No. 1216/Menkes/SK/XI/2001
tentang pedoman pemberantasan penyakit diare dinyatakan bahwa penyakit diare
masih merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia, baik ditinjau dari
angka kesakitan dan angka kematian serta Kejadian Luar Biasa (KLB) yang
ditimbulkan dan merupakan penyakit yang termasuk dalam 10 penyakit terbesar di
Indonesia dan menduduki urutan kelima. Setiap tahun diperkirakan lebih dari satu
milyar kasus gastroenteritis didunia dengan 3,3 juta orang.
Menurut Yati (2010), salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas
anak di Dunia yang menyebabkan kematian 1,6-2,5 juta anak tiap tahunnya, serta
merupakan1/5 dari seluruh penyebab kematian. Sedangkan menurut Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Indonesia (2001), penyakit diare menempati
urutan kedua penyakit mematikan yang berasal dari penyakit infeksi. Jumlah
penderita diare di Indonesia pada tahun itu mencapai 4 % dan angka kematiannya
mencapai 3,8 %. Pada bayi, diare menempati urutan tertinggi penyebab kematian
dengan angka mencapai 9,4 % dari seluruh kematian penderita diare.
Dampak yang timbul dari diare adalah dehidrasi, dan gangguan
pertumbuhan (Widjaja, 2011). Hai ini kalau tidak segera ditangani akan mengancam
keselamatan klien misalnya, jika terjadi dehidrasi akan menyebabkan syok
hipovolemik, serta dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan hai ini disebabkan
oleh kurangnya makanan yang tidak dapat diserap oleh tubuh dan kurangnya
masukan makanan yang masuk dalam tubuh.
Diare masih merupakan penyebab kematian nomer dua setelah infeksi
saluran napas akut pada anak-anak balita di seluruh dunia (Lanataet al.,2013).
Rotavirus adalah penyebab gastroenteritis non bacterial yang paling sering, dengan
gejala utama, muntah yang sering, diare hebat serta demam yang menyebabkan
meningkatnya kejadian dehidrasi dan perawatan di rumah sakit khususnya pada

1
anak-anak usia 6 sampai 24 bulan di seluruh dunia (Payneet al., 2008, Festinet al.,
2010, Salimet al., 2014).
Di Amerika Serikat diperkirakan tiap tahun infeksi rotavirus menyebabkan
20-60 kematin, 55.000-70.000 memerlukan perawatan di rumah sakitdan 600.000
memerlukan rawat jalan pada anak dibawah 5 tahun (Kamiyaet al., 2009,
AlBadaniet al., 2014). Penelitian yang dilakukan pada tahun 2007 di 6 rumah sakit
di Indonesia menunjukkan bahwa angka kejadian diare yang masuk rumah sakit
akibat rotavirus proporsinya berbeda-beda untuk tiap tempat: 64% di Palembang
(Sumatera Selatan), 51% di Bandung (Jawa Barat), 39% di Yogyakarta (DI
Yogyakarta), 61% di Denpasar (Bali), dan 65% di Mataram (Nusa Tenggara Barat)
dan di Jakarta proporsinya paling tinggi yaitu 67% (Kadimet al 2011).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan proses asuhan gizi atau penampisan gizi pada pasien
Gastroenteritis dehidrasi ringan dengan susp bronkopneumonia.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan skrining gizi atau penampisan gizi pada pasien
Gastroenteritis dehidrasi ringan dengan susp bronkopneumonia.
b. Mampu melakukan assesment gizi atau pengkajian data pada pasien
Gastroenteritis dehidrasi ringan dengan susp bronkopneumonia.
c. Mampu menetapkan diagnosa gizi pada pasien Gastroenteritis dehidrasi
ringan dengan susp bronkopneumonia.
d. Mampu menyusun dan menetapkan intervensi gizi pada pasien
Gastroenteritis dehidrasi ringan dengan susp bronkopneumonia.
e. Mampu merencanakan dan melakukan monitoring dan evaluasi gizi pada
pasien Gastroenteritis dehidrasi ringan dengan susp bronkopneumonia.

C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu memberikan pelayanan kepada pasien dengan penyakit
sesuai dengan tahapan dari (Skrining Gizi ,Pengkajian Gizi ,Intervensi dan

2
Monitoring Gizi ) pelayanan asuhan gizi serta mampu bekerja sama dengan
profesi lain yang terkait gizi terapi penyembuhan dapat tercapai secarah
maksimal .
2. Bagi Pasien
Memberikan asuhan gizi yang sesuai dalam upaya mengendalikan pasien
sehingga mempercepat proses penyembuhan
3. Bagi Instansi
Dapat menambah referensi ilmu atau bertukar dan berbagi informasi

3
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
A. Gastroenteritis
a. Pengertian
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,
bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya
(tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011).Diare dapat
disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus.
Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare
setiap tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di
negara berkembang berhubungan dengan diare serta dehidrasi. Gangguan
diare dapat melibatkan lambung dan usus (Gastroenteritis), usus halus
(Enteritis), kolon (Kolitis) atau kolon dan usus (Enterokolitis) (Wong, 2008).
b. Etiologi
Mekanisme diare (Juffrie, 2015) Secara umum diare disebabkan dua
hal yaitu gangguan pada proses absorpsi atau sekresi. Terdapat beberapa
pembagian diare :
1. Pembagian diare menurut etiologi
2. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan
a. Absorpsi
b. Gangguan sekresi
3. Pembagian diare menurut lamanya diare
a. Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari.
b. Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi
non infeksi
c. Diare persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi
infeksi.
c. Tanda dan gejala
Gejala utama gastroenteritis adalah diare dan muntah. Gejala ini akan
muncul 1-3 hari setelah terinfeksi. Gejala biasanya berlangsung selama 1-
2 hari, namun juga bisa berlangsung hingga 10 hari. Selain muntah dan

4
diare, penderita gastroenteritis atau flu perut juga berisiko mengalami gejala
tambahan, berupa:
1. Demam dan menggigil
2. Sakit kepala
3. Mual
4. Tidak nafsu makan
5. Sakit perut

B. Bronkopneumonia
a. Pengertian
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu
peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai
bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa
anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Kebanyakan kasus
pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah
penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan. Bronkopneumonia lebih
sering merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan yang
melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang
biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang dewasa (Bradley et.al.,
2011).
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang
melibatkan bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk
bercak-bercak (patchy distribution). Pneumonia merupakan penyakit
peradangan akut pada paru yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme
dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang akan
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat (Bradley et.al., 2011).

b. Epidemiologi
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada
anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi,

5
sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh
penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun (Bradley et.al., 2011).

c. Etiologi
Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah
1. Faktor Infeksi
Pada neonatus: Streptokokus group B, Respiratory Sincytial Virus
(RSV). Pada bayi : Virus: Virus parainfluensa, virus influenza,
Adenovirus, RSV, Cytomegalovirus. Organisme atipikal: Chlamidia
trachomatis, Pneumocytis. Pada anak-anak yaitu virus: Parainfluensa,
Influensa Virus, Adenovirus, RSV. Organisme atipikal: Mycoplasma
pneumonia. Bakteri: Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosi. Pada
anak besar – dewasa muda, Organisme atipikal: Mycoplasma
pneumonia, C. trachomatis. Bakteri: Pneumokokus, Bordetellapertusis,
M. tuberculosis.
2. Faktor Non Infeksi
Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi:
Bronkopneumonia hidrokarbon yang terjadi oleh karena aspirasi selama
penelanan muntah atau sonde lambung (zat hidrokarbon seperti pelitur,
minyak tanah dan bensin). Bronkopneumonia lipoid biasa terjadi akibat
pemasukan obat yang mengandung minyak secara intranasal, termasuk
jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu mekanisme menelan
seperti palatoskizis, pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau
pemaksaan pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak yang
sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung pada jenis minyak
yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang mengandung asam lemak

d. Klasifikasi
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang
memuaskan, dan pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan
etiologi. Beberapa ahli telah membuktikan bahwa pembagian pneumonia

6
berdasarkan etiologi terbukti secara klinis dan memberikan terapi yang
lebih relevan (Bradley et.al., 2011).
1. Berdasarkan lokasi lesi di paru yaitu Pneumonia lobaris, Pneumonia
interstitiali, Bronkopneumonia
2. Berdasarkan asal infeksi yaitu Pneumonia yang didapat dari masyarakat
(community acquired pneumonia = CAP). Pneumonia yang didapat dari
rumah sakit (hospital-based pneumonia)
3. Berdasarkan mikroorganisme penyebab Pneumonia bakteri Pneumonia
virus Pneumonia mikoplasma Pneumonia jamur
4. Berdasarkan karakteristik penyakit yaitu Pneumonia tipikal Pneumonia
atipikal
5. Berdasarkan lama penyakit yaitu Pneumonia akut dan Pneumonia
persisten.

e. Patogenesis
Saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai parenkim
paru. Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme
pertahanan anatomis dan mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik.
Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung, refleks batuk dan
mukosilier aparatus. Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal
dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen, sitokin,
imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel
(Bradley et.al., 2011):
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu,
atau bila virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran
nafas bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari
saluran nafas bagian atas, dan jarang melalui hematogen. Virus dapat
meningkatkan kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran nafas bagian
bawah dengan mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun.
Diperkirakan sekitar 25-75 % anak dengan pneumonia bakteri didahului
dengan infeksi virus. Secara patologis, terdapat 4 stadium pneumonia, yaitu
(Bradley et.al., 2011):

7
1. Stadium I (4-12 jam pertama atau stadium kongesti)
Yaitu hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan
yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai
dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat
infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator
peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera
jaringan.
2. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel
darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host)
sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi
padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan,
sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar,
pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga
anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat,
yaitu selama 48 jam.
3. Stadium III (3-8 hari berikutnya)
Disebut hepatisasi kelabu, yang terjadi sewaktu sel-sel darah
putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan
fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis
sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus
masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi
pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
4. Stadium IV (7-11 hari berikutnya)
Disebut juga stadium resolusi, yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi
oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.

8
BAB III

PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT) PADA PASIEN DIARE AKUT


DEHIDRASI RINGAN + SUSP BRONKOPNEUMONIA DI RUANG
MARWAH DI RS HARAPAN & DOA KOTA BENGKULU
TAHUN 2019

Identitas Pasien

Nama : An W
Tanggal Lahir : 13/10/2018
Alamat : Kebun beler ratu agung
Medical Record : 07.69.81
Diagnosa Medis : Diare Akut Dehidrasi Ringan + Susp Bronkopneumonia
DPJP : dr. laila Sp.A
Tanggal MRS : 27/11/2019
Tanggal Intervensi : 28-30/11/2019
Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke :2
Agama : Islam
Nama Ibu : Ny.R
Nama Ayah : Tn.A
Pekerjaan Ibu : IRT
Pekerjaan Ayah : Pedagang

9
A. Skrining Gizi
Tabel 1. Strong Kids
No Parameter Skor
1 Apakah pasien tampak kurus ? Tidak (0) Ya (1)
2 Apakah terdapat penurunan berat badan selama satu Tidak (0) Ya (1)
bulan terakhir ? (berdasarkan penilaian objektif data
berat badan bila ada atau penilaian subjektif orang tua
pasien atau untuk bayi < 1 tahun berat badan tidak naik
selama 3 bulan terakhir )
3 Apakah terdapat salah satu dari kodisi tersebut? (diare ≥ Tidak (0) Ya (1)
5 kali/hari dan muntah >3 kali/hari dalam seminggu
terakhir atau asupan makanan berkurang selama 1
minggu terakhir)
4 Apakah terdapat penyakit atau keadaan yang Tidak (0) Ya (3)
mengakibatkan pasien berisiko mengalami malnutrisi?
(lihat tabel )
TOTAL SKOR 2
Kesimpulan
Nilai score : 0 Risiko rendah, 1-3 Risiko sedang, 4-5 Risiko tinggi
Total score ≤3 : dilakukan asuhan gizi diet umum (standar makanan RS)
Total score >3 : dilakukan asuhan gizi diet khusus (standar makanan umum RS)
Kategori : Risiko Sedang
Ket: Dari tabel 1. strong kid tersebut mendapatkan hasil bahwa pasien mengalami
risiko rendah dan dilakukan asuhan gizi diet umum (standar makanan RS)
1. Assesment
a. Food History
Sebelum masuk rumah sakit (SMRS):
 FH. 1.2.2 Asupan Makanan dan zat gizi

Tabel 2. Pola Makan dan Kebiasaan Makan Sebelum MRS


Porsi Tiap Kali Paling Sering
Konsumsi Per….
Bahan Makanan Konsumsi Dimasak
Hr Mgg Bln URT Gram Dengan
Nasi tim 2x ½ ctg 50 Dikukus
Ayam 4x 1 ptg kecil 50 -
Telur 1x 1 btr 60 Disup
Ikan 3x 1 ptg sdg 50 Disup

10
Susu 2x 1 gls 200 -
Tahu 1x 1 bj bsr 50 Digoreng
Tempe 7x 1 ptg sdg 50 Digoreng
Pepaya 3x 1 ptg sdg 50 -
Bayam 2x 1 gls 50 Dibening
Wortel 1x 1 gls 50 Dibening
Minyak 2x ½ sdm 5 -
Ciki-ciki 2x 1 bks 50 -
Ale-ale 1x 1 gls 200 -
Teh gelas 1x 1 gls 200 -
Permen
Ket : Dari tabel 2 yang diatas menunjukkan pasien mengkonsumsi 2x
makan utama, sering jajan ciki-ciki , ale-ale atau teh gelas.

 Pola makan dirumah 2x makan utama


 Suka jajan sembarangan
 Suka makanan dan minuman kemasan ,teh gelas,ciki-ciki 1 x/hari
 jarang makan sayur dan buah
 Minum 4-5 gelas/hari
 minum susu 2x dalam sehari
 SMRS Penurunan nafsu makan
Pasien pada pagi hari pasien hanya mengkonsumsi 1/2 porsi nasi tim, ½
porsi ayam dan minum segelas susu tanpa laktosa, makan siangnya juga
menghabiskan ½ porsi nasi tim, ½ lauk hewani, dan susu tanpa laktosa 1 gelas,
dan pada malamnya hanya menghabiskan ½ porsi nasi dan ½ porsi lauk
hewani.

Setelah masuk rumah sakit (MRS) :


 FH. 1.5. Asupan Zat Gizi Makro
Tabel 3. Hasil Recall Setelah MRS tanggal 27-11-2019
Zat Gizi Kebutuhan Hasil Recall Persentase Kategori
Energi (kkal) 1127 Kkal 512 kkal 45% Kurang
Protein (gr) 42 Gram 26,8 gram 64% Kurang
Lemak (gr) 37 Gram 17,4 gram 47% Kurang
Karbohidrat (gr) 154 Gram 59,7 gram 39% Kurang
Ket : Tabel 3. menunjukan hasil recall dalam kategori buruk

11
Tabel 4. Presentase Asupan Makan
Kategori Persen Asupan
Buruk <51 %
Kurang 51-80%
Baik >80 %
Sumber : (Gibson ,2005)
 FH. 1.3.2 Parenteral
Diberikan ringer laktat (RL) 500 cc.

 FH.7.3 Aktivitas Fisik


Aktivitas ringan , selama di rumah sakit An W hanya menghabiskan waktunya di ranjang
tapi masih bisa bergerak sesuai kemauan bersama ibunya.

 Antropometri Data
AD. 1.1. Komposisi Tubuh
BB sebelum sakit = 7,5 kg
BB = 6,5 cm
PB = 72 cm
Penurunan BB = 1 kg ( Dalam 1 minggu terakhir )
BBI = 2 x (u) + 8
= 2 x (1) + 8
= 10 kg
𝐵𝐵 𝑎𝑛𝑎𝑘 − 𝐵𝐵 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛
BB/U =
𝐵𝐵 𝑀𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛−(𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐵𝐵 𝑝𝑑(−1𝑆𝐷)

6,5−9,2 −2,7
= =
9,2−8,1 1,1
= - 2,4 (Kurang)

𝑃𝐵 𝑎𝑛𝑎𝑘 − 𝑃𝐵 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛
PB/U =
𝑃𝐵 𝑀𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛−(𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝐵 𝑝𝑑(−1𝑆𝐷)

72−75,2 −3,2
= =
75,2−72,6 2,6
= - 1,2 (Normal)

𝐵𝐵 𝑎𝑛𝑎𝑘 − 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛
BB/PB = 𝑀𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛−(𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐵𝐵 𝑝𝑑(−1𝑆𝐷)

12
6,5−8,6 −2,1
= =
8,6−7,8 0,8
= - 2,6 (Kurus)

𝐼𝑀𝑇 − 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛
IMT/U = 𝑀𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛−(𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐼𝑀𝑇 𝑝𝑑(−1𝑆𝐷)

12,7−16,2 −3,5
= =
16,2−14,9 1,3
= - 2,6 (Kurus)

An .W status gizinya menurut BB/U masuk dalam kategori kurang (-2,4) , PB/U masuk
dalam kategori normal (-1,2) , menurut BB/TB masuk dalam kategori Kurus (-2,6), dan
menurut IMT/U masuk dalam kategori Kurus (-2,6)

Tabel 5.Kategori Status Gizi


Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z Score)
BB/U Gizi Buruk <-3SD
Gizi Kurang -3SD sampai dengan <-
2SD
Gizi Baik -2SD sampai dengan 2SD
Gizi Lebih >2SD
TB/U Sangat pendek <-3SD
Pendek -3SD sampai dengan <-
2SD
Normal -2SD sampai dengan 2SD
Tinggi >2SD
BB/TB Sangat kurus <-3SD
Kurus -3SD sampai dengan <-
2SD
Normal -2SD sampai dengan 2SD
Gemuk >2SD
IMT/U Sangat kurus <-3SD
Kurus -3SD sampai dengan <-
2SD
Normal -2SD sampai dengan 2SD
Gemuk >2SD
Sumber : Kemenkes(2011)

 Biokimia Data
BD.1.1 Data biokimia dan tes medis
Tabel 6. Hasil Laboratorium Tanggal 27-11-2019

Pemeriksaan Hasil Nilai normal Keterangan


GDS (mg/dl) 113 60-140 Normal
Hb (gr/dl) 11,7 12-14 Rendah
Trombosit (103/uL) 493 150-500 Normal
Leukosit (103/mm3) 11,1 5-10 Tinggi
Hematokrit (%) 35 42-52 Rendah

13
Neutrofil (%) 42 40-50 Normal
Limfosil (%) 40 20-40 Normal
Monosil (%) 8 0-8 Normal
Eosinofil (%) 0 0-3 Normal
Basofil (%) 1 0-1 Normal
Interpretasi : Anemia Defisiensi Zat Besi
Sumber: data rekam medis RS Harapan dan Doa 2019
KET : Dari tabel 6. menunjukan pemeriksaan laboratorium didapatkan An.w
mengalami anemia karena Hb 11,7 kurang dari normal dan infeksi yang ditandai
dengan jumlah leukosit diatas kadar normal yaitu 11,1 103/mm3.

Fisik dan Klinis Data


 PD 1.1 fokus gizi
Tabel 7. Pemeriksaan Fisik Tanggal 27-11-2019
Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan
Kode 27/11/2019
PD.1.1.1. Keadaan Umum
Kesadaran compos mentis, tampak kurus,
rewel, BAB cair sejak 4 hari yang lalu, mual
muntah 2-3 x dalam sehari, batuk selama 3
minggu ini dan nafsu makan menurun

Konjungtiva pucat, mata cekung


Kepala, mata
KET : Dari tabel 7 pasien mual dan muntah 2-3 x dalam sehari, diare sejak 4 hari yang
lalu dan nafsu makan pasien menurun

Klinis (CD)
Tabel 7. Pemeriksaan Fisik Tanda-tanda vital 27-11-2019
PD.1.1.21. Tanda-Tanda Vital
Hasil
Pemeriksaan Nilai Normal Keterangan
27 /11/19
Nadi (x/mnt) 100 60-100 Normal
Pernafasan (x/mnt) 20 18-24 Normal
Suhu (°C) 37 36-37 Normal
Sumber: data rekam medis RS Harapan dan Doa Bengkulu 2019
KET : Dari tabel 7 tanda-tanda vital tubuh normal

14
 Client History
 CH1.1 Data Personal
An wiwit berumur 1 tahun 1 bulan, berjenis kelamin perempuan. Beragama
islam, anak ke dua dari pasangan ny R dan Tn A yang bekerja sebagai pedagang
di pasar, mempunyai 1 kaka laki-laki. ibu pasien mengatakan terjadi penurunan
berat badan 1 kg dalam 1 minggu terakhir ini .
 CH. 2.1. Riwayat Medis
An wiwit mempuyai riwayat penyakit demam dan pilek sewaktu umur 8
bulan, pasien masuk rumah sakit pada tanggal 27 november 2019 dari IGD lalu
dipindahkan di ruang marwah. pasien didiagnosa dokter Diare Akut Dehidrasi
Ringan + Susp Bronkopneumonia, Sudah 4 hari belakangan ini pasien mengalami
diare sampai 7x dalam sehari dengan konsistensi feses cair, mengalami mual dan
muntah, muntah 2-4x dalam sehari, rewel, pilek, batuk sudah 3 minggu ini.

 CH. 2.2. Perawatan /Terapi/Pengobatan Alternatif


Terapi Medis
Tabel 8. Terapi Pengobatan yang diberikan
Nama Obat Kegunaan Interakso Obat & Makanan
Paracetamol digunakan untuk mengobati rasa Potensi efek samping ini
sakit ringan hingga sedang, pada orang orang-orang
mulai dari sakit kepala, nyeri yang mengkonsumsi alkohol
haid, sakit gigi, nyeri sendi, dan atau tembakau
nyeri yang dirasakan selama flu

Oralit Untuk mengatasi kondisi -


kekurangan cairan serta
rendahnya elektrolit tubuh yang
biasanya terjadi
akibat diare, muntah parah

Solbutamol Obat untuk membuka saluran -


napas di paru-paru

Domperidone Obat untuk meredakan mual dan -


muntah

15
 CH 3.1 Riwayat Sosial
Pasien merupakan anak Kedua dari 2 bersaudara dan tinggal dirumah orang
tuanya . Bangunan rumah permanen, rumah terkena sinar matahari, sumber air
sumur.Pasien beragama Islam.

 Standar Pembanding

Tabel 9 Standar pembanding


Zat Gizi Estimasi Metode
Energi Kkal Rumus EER An w 13 bln
CS.2. Zat Gizi Makro
Lemak Gram 30% dari total energy
Protein Gram 15% dari total energy
Karbohidrat Gram 55% dari total energy
CS.3.1. Cairan
Cairan 650 ml Rumus Holliday -Segar
KET : Dari tabel 9. yang diatas merupakan standar pembanding dengan
menggunakan rumus EER, Tabel AKG dan Holliday segar

b. Diagnosa
Tabel 10. Prioritas Masalah
Domain Masalah
NI.1.2 Asupan energi tidak adekuat
NB.1.4 Pemilihan makan yang salah
NB. 1.1 Kurang pengetahuan ibu terkait makanan dan gizi
NC.3.2 Penurunan berat badan yang tidak diharapkan
NI.5.2 Malnutrisi
NC.2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait gizi
NC.3.1 Berat badan kurang (underweight)
NB.1.5 Gangguan pola makan
KET : Dari tabel 10. menunjukan beberapa masalah yang terdapat pada
pasien An wiwit setelah di skrining gizi

16
Tabel 11. Diagnosa Gizi
Domain Problam Etiologi Sign/sintom
NI.2.1 Asupan energi Berkaitan dengan tidak nafsu Ditandai dengan asupan energi
tidak adekuat makan dan muntah hanya 512 kkal (45%), protein
26,8 gr (64%), lemak 17,4 gr
(47%), karbohidrat 59,7gr (39%)

Kurang Berkaitan dengan kurang Ditandai kebiasaan ibu yang


NB.1.1
Pengetahuan terpaparnya informasi tentang memberikan makanan jajanan
Terkait Gizi pemberian makanan yang ciki-ciki dan minuman kemasan
sehat untuk anak seperti berupa teh gelas dan
ale-ale.

c. Intervensi
a. Rencana Intervensi Gizi
1. Diagnosis 1
Diagnosis Gizi: Asupan energi tidak adekuat berkaitan dengan tidak nafsu makan dan
muntah ditandai dengan asupan energi hanya 512 (45%), protein 26,8 gr (64%), lemak 17,4
gr (47%), karbohidrat 59,7 gr (39%)
Tujuan Intervensi: Memberikan makanan tinggi energi dan protein untuk membantu
mempercepat proses penyembuhan pasien, serta rendah sisa untuk membatasi volume
feses dan tidak merangsang saluran pencernaan
Rencana Kebutuhan Hari : Energi 1127 kkal
Protein : 42 gram
Lemak : 37 gram
KH : 154 gram
Frekuensi Pemberian : 3 x makanan utama
Rute : Oral

2. Diagnosa 2

Diagnosis Gizi: Kurang Pengetahuan Ibu Terkait Gizi Berkaitan dengan kurang
terpaparnya informasi tentang pemberian makanan yang sehat untuk anak Ditandai
kebiasaan ibu yang memberikan makanan jajanan ciki-ciki dan minuman kemasan seperti
berupa teh gelas dan ale-ale.
Tujuan Intervensi:
Memberikan edukasi pemahaman kepada orang tua pasien tentang pemberian makan
sesuai dengan usia.

17
Rencana Edukasi :
Melakukan edukasi dan motivasi di awal dan di akhir intervensi yang diberikan pada orang
tua pasien.
Metode :
Penggunaan Leaflet

b. Implementasi Diet
1. Tujuan Diet :
1) Memberikan makanan tinggi energi dan protein untuk membantu
mempercepat proses penyembuhan pasien, serta rendah sisa untuk
membatasi volume feses dan tidak merangsang saluran pencernaan
2) Memberikan edukasi pemahaman kepada orang tua pasien tentang
pemberian makan sesuai dengan usia.
2. Nama Diet : Diet TKTP, Rendah Sisa II
3. Prinsip diet : Tinggi Energi Tinggi Protein, Rendah Sisa dan Serat
4. Pemberian : 3 x makan utama dan 2 selingan
5. Rute Pemberian : Oral
6. Bentuk makanan : Lunak Tim
7. Syarat Diet :
1) Energi diberikan 1127 kkal
2) Protein diberikan 42 gram
3) Lemak diberikan 37 gram
4) Karbohidrat diberikan 154 gram
5) Rendah serat diberikan 7,9 gram

8. Perhitungan Kebutuhan
Rumus EER
EER = (89 x Kg(BBI)-100) + 20
= (89 x (10 Kg)-100) + 20
= 810 kkal
TEE = EER X FA X FS
= 810 x 1,16 x 1,2
= 1127 kkal

18
 Perhitungan Cairan (Holliday -segar )
 100 ml x BB aktual
= 100 ml x 6,5 kg
= 650 ml

Kebutuhan Zat Gizi Makro


15% 𝑥 1127 𝑘𝑘𝑎𝑙
Protein = = 42 gram
4
30% 𝑥 1127 𝑘𝑘𝑎𝑙
Lemak = = 37 gram
9

8% 𝑥 1127 𝑘𝑘𝑎𝑙
 SFA 8% = 9
= 10 gram/hari
10 % 𝑥 1127 𝑘𝑘𝑎𝑙
 MUFA 10% = 9
= 12,5 gram/hari
12 % 𝑥 1127 𝑘𝑘𝑎𝑙
 PUFA 12 % = = 15 gram/hari
9

55% 𝑥 1127 𝑘𝑘𝑎𝑙


Karbohidrat = = 154 gram
4

Kebutuhan Zat Gizi Mikro


 Mg : 277,8 mg
 Vit C : 45 mg
 Natrium : 316,2 mg
 Seng : 10,2 mg
 Fe : 18,6mg
9. Rencana Edukasi
a. Tujuan
1) Memberikan pemahaman kepada orang tua pasien tentang
pemberian makan sesuai dengan usia.
2) Memotivasi orang tua pasien agar menghabiskan makanan dari
Rumah Sakit.

19
b. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan.
Tabel 12. Bahan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan
Bahan makanan Dianjurkan Tdk dianjurkan
Karbohidrat Beras dibubur saring, roti Beras ketan, bulgur,
dibakar, kentang cantel, jagung, ubi
dipure,macaroni, mie, bihun ,singkong, talas, cake,
direbus, biscuit, dodol dan kue-kue
krakers,tepung-tepungan yang manis dan gurih
dibubur atau dipuding
Protein hewani Daging, hati digiling halus,
Daging, ikan, ayam
ikan dicincang, telur yang diawetkan, daging
direbus, di tim, diceplok air
babi, telur diceplok
dan dicampur dalam atau digoreng, susu,
makanan atau minuman keju,udang dan kerrang
Protein nabati Tahu ditim atau direbus
Tempe/tahu digoreng,
dll
Lemak Margarine atau mentega Macam-macam minyak
dalam jumlah terbatas dan lemak
hewani,santan, dll.
margarine atau
mentega dalam jumlah
terbatas
Sayuran: sari sayuran Sayuran: selain dalam
bentuk sari sayuran

d. Monitoring dan Evaluasi

Tabel 13. Rancangan Monitoring dan Evaluasi


Parameter Cara Pelaksanaan Target Pelaksanaan Hasil
Asupan Makan Recall 1x24 jam Lebih dari 80% Kebutuhan Setiap hari Pasien hanya
dicapai secara bertahap selama masa mengkonsumsi
intervensi
Pemeriksaan fisik Observasi 1. Keadaaan umum Setiap hari Pasien tidak lagi
dan klinis membaik. Tidak lagi selama masa mengalami mual,
1.Kondisi fisik mengalami Mual, intervensi muntah dan
(keadaan umum, muntah dan diare diare
mual, muntah,
diare)

Antropometri Pengukuran status gizi Mempertahankan berat Hari terakhir Tidak ada
dengan menggunakan badan. intervensi perubahan berat
IMT badan

20
Biokimia Melihat hasil Hasil pemeriksaan lab Hb Setiap ada hasil Tidak
pemeriksaan lab Hb dan dan Leukosit meranjak pemeriksaan lab pemeriksaan lab
Leukosit. Normal terbaru terbaru

21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAAN

A. Hasil monitoring dan evaluasi


1. Skrining Gizi
Dari skrining gizi yang dilakukan didapatkan skor skrining 2 yang artinya
dilakukan assesment gizi secarah lanjut pada pasien
2. Asupan
Tabel 14. Asupan recall Pasien ( 28-30 November 2019)
Kebutuhan Energi (kkal ) Protein (gr) Lemak (gr) KH (gr)
Hari I II III I II III I II III I II III
Asupan oral 698,5 720 907 20,6 24,9 32,5 23 25,2 20,7 85,2 87,2 103
% Asupan 62 % 64 % 81% 49% 59% 77% 62% 68% 83% 55% 57% 67%
Kebutuhan 1127 42 37 153
Kategori Kurang Kurang Baik Buruk Buruk Kurang Kurang kurang Baik Kurang kurang Kurang

a. Hari Pertama
Grafik 1
Asupan Zat Gizi Makro

Hari ke-1

100%
Zat Gizi

0%
Energi Protei Lemak Karbo
n hidrat
Kebutuhan 100% 100% 100% 100%
Recall H-1 62% 49% 62% 55%

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa asupan pasien


masih kurang ,pasien tidak menghabiskan makanan disebabkan adanya
penurunan napsu makan ,menurut Gibson (2005) asupan dikategorikan
baik apabila asupan makan pasien > 80 % sedangkan asupan an.W pada
hasil energi hanya 62% dari total kebutuhan yang dikategorikan (kurang) ,
protein 49% (buruk), lemak 62 % (kurang) dan asupan KH 55% (kurang).

11
b. Hari Kedua
Grafik 2
Asupan Zat Gizi Makro

Hari ke-2
100%

Axis Title
80%
60%
40%
20%
0%
Energi Protein Lemak Karbohidr
at
Kebutuhan 100% 100% 100% 100%
Recall H-2 64% 59% 68% 57%

Pada grafik diatas dapat disimpulkan bahwa asupan energi pasien 64%
dan dikategorikan kurang, Protein 59 % (Kurang), asupan Lemak 68%
(kurang) dan asupan KH 57% dan dikategorikan kurang .Asupan
dikategorikan baik apabila asupan makan pasien > 80 % dari total kebutuhan
(Gibson 2005)

c. Hari Ketiga
Grafik 3
Asupan Zat Gizi Makro

Hari ke-3

100%
80%
Axis Title

60%
40%
20%
0%
Energi Protein Lemak Karbohidr
at
Kebutuhan 100% 100% 100% 100%
Hari ke-3 81% 77% 83% 67%

Berdasarkan grafikl diatas dapat disimpulkan bahwa asupan makan


pasien sudah mengalami kenaikan di banding hari pertama dan kedua .
Asupan energi pasien 81% dari total kebutuhan sudah masuk dalam
kategori (baik), Protein 77% (kurang) ,Lemak 83% (baik), dan asupan KH

12
67% ( kurang ) .Asupan dikatakan baik apabila asupan pasien > 80% dari
total kebutuhan pasien

d. Perbandingan Asupan
Grafik 4
Perbandingan Asupan

Persentase Asupan
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
Energi 62% 64% 81%
Protein 49% 59% 77%
Lemak 62% 68% 83%
Karbohidrat 55% 57% 67%

Berdasarkan hasil grafik diatas dapat disimpulkan bahwa semakin


hari asupan makan pasien An.w selama 3 hari intervensi mengalami
peningkatan, pada hari pertama intervensi diberikan 100% dari total
kebutuhan dan pasien hanya mampu menghabiskannya 62% dari yang
diberikan dan diberikan dalam bentuk makanan lunak Tim, pada hari kedua
intervensi diberikan 100% dari total kebutuhan dan mengalami sedikit
peningkatan yaitu 64% dan masih dikategorikan kurang menurut Gibson
(2005), pada hari ketiga tetap diberikan 100% dari total kebutuhan dan
kembali mengalami peningkatan yaitu 81% masuk dalam kategori (baik) ,
napsu makan pasien sudah cukup membaik. Asupan protein pasien
dikategorikan (kurang), lemak dikategorikan (baik) dan Kh masih
dikategorikan kurang.

13
3. Antropometri
Tabel 15. Pemeriksaan Antropometri
Tanggal Hasil BB/TB Normal
27 November 6,5 kg Z-Score (-2,6) Kurus
28 November 6,5 kg Z-Score (-2,6) Kurus
Pada perkembangan data antropometri berat badan pasien diketahui bahwa
selama 3 hari intervensi dilakukan tidak terjadi kenaikan dan penurunan berat
badan .

4. Biokimia

Tabel 16. Pemeriksaan Biokimia

Hasil Nilai
Pemeriksaan Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 normal Keterangan
GDS (mg/dl) 113 - - 60-140 Normal
Hb (gr/dl) 11,7 - - 12-14 Rendah
Trombosit (10 /uL)
3 493 - - 150-500 Normal
Leukosit (10 /mm )
3 3 11,1 - - 5-10 Tinggi
Hematokrit (%) 35 - - 42-52 Rendah
Neutrofil (%) 42 - - 40-50 Normal
Limfosil (%) 40 - - 20-40 Normal
Monosil (%) 8 - - 0-8 Normal
Eosinofil (%) 0 - - 0-3 Normal
Basofil (%) 1 - - 0-1 Normal
Sumber: data rekam medis RSUD Harapan dan Doa 2019
Tidak ada pemeriksaan laboratorium terbaru

5. Fisik dan Klinis terkait gizi


a. Fisik
Tabel 17. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Hasil pemeriksaan fisik oktober 2019
Hari 1 Hari 2 Hari 3
Keadaan Umum Lemah Lemah Lemah
Kesadaran CM CM CM
Mual muntah Ada Berkurang Berkurang

14
Nafsu makan Tidak nafsu Membaik Membaik
diare masih berkurang berkurang

b. Klinis
Tabel 18. Pemeriksaan Klinis
Tanda -tanda Vital
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan
Hari 1 Hari 2 Hari 3
Nadi 90 91 90 60-100x/mnt Normal
Pernapasan 20 20 19 12-20x/mnt Normal
Suhu 37 37 36 36-37°C Normal
Sumber: data rekam medis RSUD Harapan dan Doa 2019
Pada hari ketiga intervensi data fisik dan klinis pasien menunjukan keadaan
pasien membaik .

15
B. Pembahasan
Proses asuhan gizi terstandart ini dilakukan sejak tanggal 28-30 November
2019, sebelum dilakukan intervensi gizi terlebih dahulu dilakukan pengkajian data
atau assesment gizi, dari data antropometri berat badan dan tinggi badan pasien
menunjukan jika status gizi pasien kurus didapatkan dengan perhitungan Z-Score
BB/TB (-2,6 ). dilihat dari Asupan makan pasien sebelum intervensi dikategorikan
buruk karena hanya 45% dari total kebutuhan disebabkan pasien mengalami
penurunan nafsu makan dan pasien mual,muntah, serta diare. Dari hasil
antropometri tidak ada perubahan data selama intervensi status gizi pasien masih
kurus dengan Z-Score BB/TB (-2,6). Disebabkan pasien asupannya meskipun
meningkat masih jika dirata-rata kan dalam 3 hari asupan pasien masih <80 % .
Dari hasil biokima Hb nya rendah dan Leukosit Tinggi yang menandakan pasien
mengalami anemia dan infeksi.
Hasil monitoring fisik dan klinis pemantauan pasien selama 3 hari napsu
makan pasien membaik pada implementasi hari ke 3, mual muntah sudah
berkurang ,dan diare juga sudah berkurang. Saat proses implementasi An. w dan
keluarga diberikan edukasi. Materi diberikan diet TKTP dan Rendah Serat serta
penjelasan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan ,selam proses edukasi
keluarga pasien bisa mengerti dan memahami materi edukasi yang diberikan.
Beberapa makanan pokok (beras, gandum, semolina, pisang) dan makanan
berbahan dasar diet telah ditemukan berguna secara klinis dalam tatalaksana diare
pada anak (Loganayaki 2010).

16
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Setelah dilakukan pengkajian asupan makan hasil recall 24 jam An.w < 80 %
,Status gizi dikategorikan kurang gizi ,keadaan fisik tampak lemah selama 3
hari,`penurunan napsu makan, dan mengalami diare.
2. Diagnosa gizi An. S yaitu asupan oral inadekuat ,dan kurangnya pengetahuan
terkait makanan makanan dan zat gizi .
3. Intervensi yang diberikan diet TKTP dan diet rendah sisa ,bentuk makanan
lunak ,frekuensi makanan 3x utama dan 2x selingan.
4. Kegiatan monitoring dan evaluasi yang dilakukan yaitu pengamatan asupan
,antropometri ,biokimia ,fisik klinis ,pengetahuan terkait gizi serta edukasi dan
konseling gizi terkait makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan

B. Saran
1. Sebaiknya pada pasien dengan GEA dengan dehidrasi sedang harus
mengkonsumsi makanan rendah sisa untuk proses penyembuhan
2. Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga pasien agar mau mengikuti
saran diet yang telah dianjurkan dan tidak dianjurkan
3. Untuk perhitungan disesuaikan dengan kondisi pasien dan daya terima sudah
membaik maka peningkatan kebutuhan bisa ditingkatkan

17
DAFTAR PUSTAKA

Wong, D.L, Et al. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatric Wong Edisi 6 Buku Kedokteran.
Jakarta: EGC
Juffrie, M., 2015. Gasroenterologi- Hepatologi Jilid 1. Jakarta : IDAIDepartemen Kesehatan
WHO. Maternal Mortality: World Health Organization; 2014.
Juffrie, M., 2015. Gasroenterologi- Hepatologi Jilid 1. Jakarta : IDAI Departemen Kesehatan
Bradley JS, Byington CL, Shah SS, Alverson B, Carter ER, Harrison C. The management of
community-acquired pneumonia in infants and children older than 3 months of age:
Clinical practice guidelines by the pediatric infectious diseases society and the
infectious diseases society of America.2011.
Gibson, R. S. 2005. Principles of Nutritional Assessment. Second Edition. Oxford University
Press Inc, New York.
Kemenkes RI. 2010. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, p.40

18

Anda mungkin juga menyukai