Anda di halaman 1dari 4

1. Perbedaan disentri shigella dan amoeba?

Jawab:
MAKROSKOPIS DIARE AMOEBIASIS DIARE BASILER
Epidemiologi Kronik endemic disesae Akut epidemic disesae
Periode inkubasi Lama Kurang 1 minggu
Onset Lambat Cepat
Umur Segala umur Umumnya anak-anak
kelelahan Jarang>walking dysentry Sering>lying down
dysentry
Fatality Rendah Dapat terjadi circulatory
fallure
Jumlah defekasi 6-8 kali/hari Lebih dari 10 kali/hari
Jumlah feses Relatif sedikit Banyak
Bau busuk Amis
Warna Merah gelap Merah segar
Konsistensi Lendir tak lekat pada Viscous dan mengumpul
kontainer pada dasar kontainer
Reaksi Asam Basa

MIKROSKOPIS DIARE AMOEBIASIS DIARE BASILER


Red blood cell Menggumpal Terpisah
Makrofag Sedikit Banyak
Cell eosinophyl Banyak Jarang
Bacilli Banyak Sedikit
Charcot leyden krist Ada Tidak ada
Parasit Amoeba histolytica Tidak ada
(Natadisastra, 2009).

Sumber:
Natadisastra, D., and Agoes, R. 2009. Parasitologi Kedokteran: Ditinjau dari Organ
Tubuh yang Diserang. Jakarta: EGC.

2. Terapi farmakologi dan non farmakologi?


Jawab:
Prinsip dalam melakukan tindakan pengobatan adalah istirahat, mencegah atau
memperbaiki dehidrasi dan pada kasus yang berat diberikan antibiotika. Cairan dan
elektrolit Dehidrasi ringan sampai sedang dapat dikoreksi dengan cairan rehidrasi
oral. Jika frekuensi buang air besar terlalu sering, dehidrasi akan terjadi dan berat
badan penderita turun. Dalam keadaan ini perlu diberikan cairan melalui infus untuk
menggantikan cairan yang hilang. Akan tetapi jika penderita tidak muntah, cairan
dapat diberikan melalui minuman atau pemberian air kaldu atau oralit. Bila penderita
berangsur sembuh, susu tanpa gula mulai dapat diberikan (Anonital, 2015).
Diet pada pasien seperti ini diberikan makanan lunak sampai frekuensi berak
kurang dari 5 kali/hari, kemudian diberikan makanan ringan biasa bila ada kemajuan.
pengobatan spesifik menurut pedoman WHO, bila telah terdiagnosis shigelosis pasien
diobati dengan antibiotika. Jika setelah 2 hari pengobatan menunjukkan perbaikan,
terapi diteruskan selama 5 hari. Jila tidak ada perbaikan, antibiotika diganti dengan
jenis yang lain. Resistensi terhadap sulfonamid, streptomisin, kloramfenikol
dantetrasiklin hampir universal terjadi. Kuman Shigella biasanya resisten terhadap
ampisilin, namun apabila ternyata dalam uji resistensi kuman terhadap ampisilin
masih peka, maka masih dapat digunakan dengan dosis 4x500 mg/hari selama 5 hari.
Begitu pula dengan trimetoprimsulfametoksazol, dosis yang diberikan 2x960 mg/hari
selama 3-5 hari. Amoksisilin tidak dianjurkan dalam pengobatan disentri basiler
karena tidak efektif. Pemakaian jangka pendek dengan dosis tunggal fluorokuinolon
seperti siprofloksasin atau makrolide azithromisin ternyata berhasil baik untuk
pengobatan disentri basiler. Dosis siprofloksasin yang dipakai adalah 2x500 mg/hari
selama 3 hari sedangkan azithromisin diberikan 1 gram dosis tunggal dan sefiksim
400 mg/hari selama 5 hari. Pemberian siprofloksasin merupakan kontraindikasi
terhadap anak-anak dan wanita hamil. Di negara-negara berkembang dimana terdapat
kuman S.dysentriae tipe 1 yang multiresisten terhadap obat-obat, diberikan asam
nalidiksik dengan dosis 3x1 gram/hari selama 5 hari. Tidak ada antibiotika yang
dianjurkan dalam pengobatan stadium carrier disentri basiler (Anonital, 2015).

Sumber:
Anonital, and Andayasari, L. 2015. Kajian Epidemiologi Penyakit Infeksi Saluran
Pencernaan yang Disebabkan oleh Shigella di Indonesia. Media Litbang
Kesehatan. Vol 21(1). Viewed on 12 Desember 2019. From https://media.
neliti.com/media/publications/150548-ID-kajian-epidemiologi-penyakit-
infeksi-sal.pdf

3. Diagnosis banding?
Jawab:
a. Kolitis Ulseratif
Kolitis ulseratif dan penyakit chrons merupakan penyakit inflamasi usus
idiopatik. Tidak ditemukan kesamaan penyebab, walaupun faktor genetik
memegang peran penting dengan adanya 15% kasus dengan riwayat keluarga
yang jelas. Tanda patologis utama dari kolitis ulseratif adalah:
1) Selalu ada peradangan pada rektum;
2) Meluas ke proksimal kolon dengan berbagai tingkatan;
3) Peradangan berlangsung terus menerus;
4) Peradangan terbatas pada mukosa usus.
Keluhan utama sangat tergantung pada luasnya peradangan:
1) Kolitis total (pankolitis) timbul dengan keluhan utama diare kronis (>6
minggu), kadang-kadang disertai gejala konstitusional dan tanda radang
biokimia yang objektif;
2) Kolitis ulseratif distal (kolitis sisi-kiri, proktosigmoiditis, proktitis) lebih
sering datang dengan keluhan utama perdarahan rektum yang berhubungan
dengan kenginginan untuk buang air dan tenesmus. Jarang disertai dengan
gangguan konstitusional (Priyanto, 2010).
b. Schistosomiasis
Schistosomiasis merupakan penyakit parasitik yang disebabkan oleh infeksi
cacing yang tergolong dalam kelas trematoda, genus Schistosoma. Penyakit ini
merupakan penyakit zoonosis sehingga sumber penularan tidak hanya pada
penderita manusia saja tetapi semua hewan mamalia yang terinfeksi. Penyakit
Schistosomiasis umumnya terjadi di wilayah tropis yang disebabkan cacing pipih
darah (blood flukes) genus Schistosoma. Meskipun penyakit ini tidak fatal, tetapi
dapat melemahkan dan menimbulkan kelesuan yang menyeluruh pada penderita
(Priyanto, 2010).
c. Amebiasis
Amebiasis merupakan suatu infeksi Entamuba histolytica pada manusia, dapat
terjadi secara akut dan kronik. E. histolytica bersama Giardia lamblia,
Criptosporidium, Balantidium coli, Blastocystis hominis dan Isospora sp
merupakan protozoa yang sering menyebabkan infeksi usus pada anak. Pada
manusia E. histolytica mengadakan invasi ke dalam mukosa usus dan dapat
menyebar ke dalam traktus intestinalis, misalnya ke duodenum, gaster, esofagus
atau ekstraintestinal, yaitu hati (terutama), paru, perikardium, peritonium, kulit,
dan otak. Kebanyakan infeksi bersifat asimtomatik dan kista dapat ditemukan
dalam feses. Gejala yang biasa ditemukan adalah diare, muntah, dan demam.
Tinja lembek atau cair disertai lendir dan darah. Pada infeksi akut kadang-kadang
ditemukan kolik abdomen, kembung, tenesmus dan bising usus yang hiperaktif
(Priyanto, 2010).
d. Kanker kolorektal
Kanker kolorektal adalah keganasan yang berasal dari jaringan usus besar,
terdiri dari kolon (bagian terpanjang dari usus besar) dan/atau rektum (bagian
kecil terakhir dari usus besar sebelum anus).
Keluhan utama dan pemeriksaan klinis:
1) Perdarahan per-anum disertai peningkatan frekuensi defekasi dan/atau diare
selama minimal 6 minggu (semua umur);
2) Perdarahan per-anum tanpa gejala anal (di atas 60 tahun);
3) Peningkatan frekuensi defekasi atau diare selama minimal 6 minggu (di atas
60 tahun);
4) Massa teraba pada fossa iliaka dekstra (semua umur);
5) Massa intra-luminal di dalam rektum;
6) Tanda-tanda obstruksi mekanik usus;
7) Setiap pasien dengan anemia defisiensi Fe (Hb<11g% untuk laki-laki atau
<10g% untuk perempuan pascamenopause) (Priyanto, 2010).
Sumber:
Priyanto, A., and lestari, S. 2010. Endoskopi: Gatrointestinal. Jakarta: Salemba
Medika.
4. Apa saja bakteri yang dapat menginfeksi saluran pencernaan?
Jawab:
Berdasarkan cara penyebaran dan daya penetrasi bakteri patogen di dalam tubuh
yang dapat menyebabkan infeksi saluran pencernaan, maka dapat dibedakan atas tiga
golongan, yaitu: (1) bakteri yang berkembang biak pada permukaan dinding saluran
pencernaan dan tidak menembus ke dalam sel-sel mukosa, misalnya bakteri penyebab
kolera; (2) bakteri yang menembus sel-sel mukosa dan berkembang biak di dalam sel-
sel tersebut tetapi tidak menyebar ke jaringan-jaringan yang lebih dalam, misalnya
bakteri penyebab disentri; (3) bakteri yang menyebar ke jaringan-jaringan yang lebih
dalam, baik dalam cara menembus sel mukosa atau diantara sel-sel mukosa, misalnya
bakteri penyebab salmonelosis dan disentri amuba (Novard, 2019).
1. Bakteri stapylococcus aureus
Bakteri staphyloccus aureus adalah bakteri patogen utama pada manusia.
Hampir setiap orang pernah mengalami berbagai infeksi stapylococcus aureus
selama hidupnya, dari keracunan makanan yang berat atau infeksi kulit yang kecil,
sampai infeksi yang tidak bisa disembuhkan (Novard, 2019).
2. Bakteri pseudomonas
Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri yang bergram negatif yang
bersifat patogen. Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang, bakteri ini terlihat
sebagai bakteri tunggal, berpasangan, dan terkadang membentuk rantai yang
pendek. Bakteri ini bersifat aerob, katalase positif, oksidase positif, dan
mempunyai flagel monotrika sehingga selalu bergerak. Bakteri ini merupakan
bakteri yang mengakibatkan infeksi pada luka (Novard, 2019).
3. Bakteri shigella
Bakteri shigella merupakan bakteri gram negatif yang merupakan kuman
berbentuk batang pendek berdiameter 0,4 sampai 0,6 mikron dan panjangnya 1-3
mikron yang tidak dapat bergerak, tidak memiliki spora dan tidak berselubung,
umumnya hidup di saluran pencernaan manusia dan hewan primata, membentuk
cocoid atau cocobasil terutama pada biakan muda. Tanda dan gelaja bakteri
shigella menghasilkan racun yang dapat menyerang permukaan usus besar,
menyebabkan pembengkakan, luka pada dinding usus, dan diare berdarah
(Novard, 2019).
e. Bakteri streptococcus
Streptococcus adalah salah satu genus dari bakteri nonmotil yang mengandung
sel gram positif, berbentuk buat, oval dan membentuk rantai pendek, panjang atau
berpasangan, bakteri ini tidak membentuk spora, bakteri ini dapat ditemukan di
bagian mulut, usus manusia dan hewan (Novard, 2019).

Sumber:
Novard, M.F.A., Suharti, N., and rasyid, R. 2019. Gambaran Bakteri Penyebab
Infeksi pada Anak Berdasarkan Jenis Spesimen dan Pola Resistensinya di
Laboratorium RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2014-2016. Jurnal
Kesehatan Andalas. Vol 8(2). Viewed on 12 Desember 2019. From
http://jurnal.fk.unand.ac.id

Anda mungkin juga menyukai