Anda di halaman 1dari 25

Laporan Pendahuluan

1.1 Anatomi Fisiologi Kolon


Usus besar atau kolon berbentuk saluran muscular berongga yang
membentang dari sekum hingga kanalis ani dan dibagi menjadi sekum,
kolon ( assendens, transversum, desendens, dan sigmoid ) dan rektum.
Katup ileosekal mengontrol masuknya kimus kedalam kolon, sedangkan
otot sfingter eksternus dan internus mengontrol keluarnya feses dari kanalis
ani. Diameter kolon kerang lebih 6,3 cm dengan panjang kurang lebih 1,5
m.
Usus besar memiliki berbagai fungsi, yang terpenting adalah absorbsi
air dan elektrolit.Ciri khas dari gerakan usus adalah pengadukan haustral.
Gerakan meremas dan tidak progresif ini menyebabkan isi usus bergerak
bolak-balik, sehingga memberikan waktu untuk terjadinya
absorbsi.Peristaltik mendorong feses ke rektum dan meenyebabkan
peregangan dinding rektum dan aktivasi refleks defekasi.
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam kolon berfungsi mencerna
beberapa bahan, membantu penyerapan zat-zat gizi dan membuat zat-zat
penting.Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan
pada bakteri dalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang menyebabkan
dikeluarkanya lendir dan air sehingga terjadilah diare.
1.2 Pengertian
Kolitis Ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari
lapisan mukosa kolon dan rektum. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1106).
Kolitis Ulseratif adalah penyakit radang kolon nonspesifik yang
umumnya berlangsung lama disertai masa remisi dan eksaserbasi yang
berganti-ganti. (Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, 2006, hal, 461)
Kolitis Ulseratif adalah penyakit inflamasi primer dari membran
mukosa kolon (Monica Ester,2002,hal,56).

1
Penyakit ini biasanya dimulai di rektum atau kolon sigmoid (ujung
bawah dari usus besar) dan akhirnya menyebar ke sebagian atau seluruh usus
besar.
Kolitis Ulserativa merupakan suatu penyakit menahun, dimana usus
besar mengalami peradangan dan luka, yang menyebabkan diare berdarah,
kram perut dan demam.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Kolitis
Ulseratif adalah suatu penyakit inflamasi pada lapisan mukosa kolon dan
rektum yang menyebabkan luka atau lesi dan berlangsung lama.

1.3 Etiologi
Penyebab pasti dari penyakit ini masih belum juga diketahui. Teori
tentang apa penyebab kolitis ulseratif sangat banyak, tetapi tidak satupun
dapat membuktikan secara pas. Penelitian-penelitian telah dilakukan dan
membuktikan adanya kemungkinan lebih dari satu penyebab dan efek
kumulasi dari penyebab tersebut adalah akar dari keadaan patologis.
Penyebabnya meliputi herediter, faktor genetik, faktor lingkungan, atau
gangguan sistem imun. Secara garis besar dapat dibagi menjadi dua
kelompok yaitu faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik.
1.3.1 Faktor ekstrinsik
1.3.1.1 Diet: asupan makanan cepat saji dan gula telah dihubungkan
pada banyak penelitian dengan kemungkinan menderita
kolitis ulseratif.
1.3.1.2 Infeksi: beberapa peneliti menyatakan bahwa kolitis ulseratif
dapat berhubungan dengan beberapa infeksi saluran cerna
yang disebabkan oleh mikroorganisme E. Coli. Satu teori
menjelaskan bahwa virus measles yang belum dibersihkan
dari tubuh dengan tuntas dapat menyebabkan inflamasi
kronik ringan dari mukosa usus.
1.3.1.3 Obat-obatan: penelitian juga menunjukkan hubungan antara
asupan oral pil kontrasepsi dan kolitis ulseratif dapat

2
menyebabkan pasien menderita serangan apalagi jika
mengkonsumsi antibiotik dan NSAIDs.
Hal yang terpenting adalah meskipun banyak dari orang yang
memakan diet buruk atau mempunyai infeksi E. Coli belum
pasti akan menderita kolitis Ulseratif sehinga dapat
disimpulkan bahwa masih ada sesuatu yang membuat
seseorang menjadi lebih rentan
1.3.2 Faktor intrinsic
1.3.2.1 Gangguan sistem imun: beberapa ahli percaya bahwa adanya
defek pada sistem imun seseorang berperan dalam terjadinya
inflamasi dinding usus. Gangguan ini ada 2 jenis:
a. Alergi: beberapa penelitian menunjukan bahwa
kolitis ulseratif adalah bentuk respon alergi terhadap
makanan atau adanya mikroorganisme di usus
b. Autoimun: penelitian terbaru menunjukkan bahwa
kolitis ulseatif dapat merupakan suatu bentuk
penyakit autoimun dimana sistem pertahanan tubuh
menyerang organ dan jaringan tubuh sendiri.
Diantaranya adalah usus besar.
1.3.2.2 Genetik: penelitian terbaru menujukkan bahwa faktor genetik
dapat meningkatkan kecenderungan untuk menderita kolitis
ulseratif.
1.3.2.3 Faktor herediter: adanya anggota keluarga yang menderita
kolitis ulseratif akan meningkatkan resiko anggota keluarga
lain untuk menderita penyakit serupa.
1.3.2.4 Psikosomatik: pikiran berperan penting dalam menjaga
kondisi sehat atau sakit dari tubuh. Setiap stres emosional
mempunyai efek yang merugikan sistem imun sehingga
dapat menyebabkan penyakit kronik seperti kolitis ulseratif.
Terdapat fakta bahwa banyak pasien kolitis ulseratif
mengalami situasi stres berat dikehidupannya

3
1.4 Patofisiologi
Kolitis ulseratif merupakan penyakit primer yang didapatkan pada
kolon, yang merupakan perluasan dari rektum. Kelainan pada rektum yang
menyebar kebagian kolon yang lain dengan gambaran mukosa yang normal
tidak dijumpai. Kelainan ini akan behenti pada daerah ileosekal, namun pada
keadaan yang berat kelainan dapat tejadi pada ileum terminalis dan
appendiks. Pada daerah ileosekal akan terjadi kerusakan sfingter dan terjadi
inkompetensi. Panjang kolon akan menjadi 2/3 normal, pemendekan ini
disebakan terjadinya kelainan muskkuler terutama pada koln distaldan
rektum. Terjadinya striktur tidak selalu didaptkan pada penyakit ini, melaikan
dapat terjadi hipertrofi lokal lapisan muskularis yang akan berakibat stenosis
yang reversible.
Lesi patologik awal hanya terbatas pada lapisan mukosa, berupa
pembentukan abses pada kriptus, yang jelas berbeda dengan lesi pada
penyakit crohn yang menyerang seluruh tebal dinding usus. Pada permulaan
penyakit, timbul edema dan kongesti mukosa. Edema dapat menyebabkan
kerapuhan hebat sehingga terjadi perdarahan pada trauma yang hanya ringan,
seperti gesekan ringan pada permukaan.
Pada stadium penyakit yang lebih lanjut, abses kriptus pecah
menembus dinding kriptus dan menyear dalam lapisan submukosa,
menimbulkan terowongan dalam mukosa. Mukosa kemudian terlepas
menyisakan daerah yang tidak bermukosa (tukak). Tukak mula- mula
tersebar dan dangkal, tetapi pada stadium yang lebih lanjut, permukaan
mukosa yang hilang menjadi lebih luas sekali sehingga menyebabkan banyak
kehilangan jaringan, protein dan darah.
1.5 Manifestasi Klinis
Suatu serangan bisa mendadak dan berat, menyebabkan diare hebat,
demam tinggi, sakit perut dan peritonitis (radang selaput perut). Selama
serangan, penderita tampak sangat sakit.

4
Yang lebih sering terjadi adalah serangannya dimulai bertahap,
dimana penderita memiliki keinginan untuk buang air besar yang sangat,
kram ringan pada perut bawah dan tinja yang berdarah dan berlendir.
Jika penyakit ini terbatas pada rektum dan kolon sigmoid, tinja
mungkin normal atau keras dan kering. Tetapi selama atau diantara waktu
buang air besar, dari rektum keluar lendir yang mengandung banyak sel
darah merah dan sel darah putih.
Gejala umum berupa demam, bisa ringan atau malah tidak muncul.
Jika penyakit menyebar ke usus besar, tinja lebih lunak dan penderita buang
air besar sebanyak 10-20 kali/hari.
Penderita sering mengalami kram perut yang berat, kejang pada
rektum yang terasa nyeri, disertai keinginan untuk buang air besar yang
sangat. Pada malam haripun gejala ini tidak berkurang.
Tinja tampak encer dan mengandung nanah, darah dan lendir. Yang
paling sering ditemukan adalah tinja yang hampir seluruhnya berisi darah
dan nanah. Penderita bisa demam, nafsu makannya menurun dan berat
badannya berkurang.
1.6 Komplikasi
1.6.1 Perdarahan, merupakan komplikasi yang sering menyebabkan anemia
karena kekurangan zat besi. Pada 10% penderita, serangan pertama
sering menjadi berat, dengan perdarahan yang hebat, perforasi atau
penyebaran infeksi.
1.6.2 Kolitis Toksik, terjadi kerusakan pada seluruh ketebalan dinding usus.
Kerusakan ini menyebabkan terjadinya ileus, dimana pergerakan
dinding usus terhenti, sehingga isi usus tidak terdorong di dalam
salurannnya. Perut tampak menggelembung. Usus besar kehilangan
ketegangan ototnya dan akhirnya mengalami pelebaran.
Rontgen perut akan menunjukkan adanya gas di bagian usus yang
lumpuh. Jika usus besar sangat melebar, keadaannya disebut
megakolon toksik. Penderita tampak sakit berat dengan demam yang

5
sangat tinggi. Perut terasa nyeri dan jumlah sel darah putih
meningkat.
Dengan pengobatan efektif dan segera, kurang dari 4% penderita
yang meninggal. Jika perlukaan ini menyebabkan timbulnya lubang
di usus (perforasi), maka resiko kematian akan meningkat.
1.6.3 Kanker Kolon (Kanker Usus Besar).
Resiko kanker usus besar meningkat pada orang yang menderita
kolitis ulserativa yang lama dan berat.
Resiko tertinggi adalah bila seluruh usus besar terkena dan penderita
telah mengidap penyakit ini selama lebih dari 10 tahun, tanpa
menghiraukan seberapa aktif penyakitnya.
Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kolonoskopi (pemeriksaan
usus besar) secara teratur, terutama pada penderita resiko tinggi
terkena kanker, selama periode bebas gejala. Selama kolonoskopi,
diambil sampel jaringan untuk diperiksa dibawah mikroskop.
Setiap tahunnya, 1% kasus akan menjadi kanker. Bila diagnosis
kanker ditemukan pada stadium awal, kebanyakan penderita akan
bertahan hidup.
1.7 Pemeriksaan Penunjang
1.7.1 Gambaran radiologi
1.7.1.1 Foto polos abdomen
1) Untuk melihat organ dalam abdomen
2) Mampu memperjelas abnormalitas (massa, tumor,
obstruksi/striktura)
3) Umumnya dilakukan pertama kali ketika mendiagnosis
masalah GI tract.
4) Tidak memerlukan persiapan khusus
5) Pasien memakai gaun, melepas perhiasan & ikat
pingang yang mungkin mempengaruhi hasil
1.7.1.2 Barium enema

6
Barium enema atau lower GI series merupakan
pemeriksaan X-ray pada colon.
1.7.1.3 Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi (USG) adalah suatu pemeriksaan diagnostik
non invasif dengan menggunakan gelombang frekuensi
tinggi kedalam abdomen. Gelombang-gelombang ini
dipantulkan kembali dari permukaan struktur organ
sehingga komputer dapat menginterprertasikan densitas
jaringan berdasarkan gelombang-gelombang tersebut.
1.7.1.4 CT-scan dan MRI
1.7.2 Pemeriksaan Endoskopi
Endoskopi temuan di kolitis ulseratif meliputi:
a) Hilangnya penampilan vaskular kolon
b) Eritema (atau kemerahan dari mukosa) dan kerapuhan dari
mukosa
c) Ulserasi yang dangkal, yang mungkin anak sungai, dan
d) Pseudopolyps.
1.8 Pemeriksaan Diagnostik
1.8.1 Contoh feses (pemeriksaan digunakan dalam diagnosa awal dan
selama penyakit): terutama mengandung mukosa, darah, pus
dan organisme usus khususnya entomoeba histolytica.
1.8.2 Protosigmoidoskopi: memperlihatkan ulkus, edema, hiperermia,
dan inflamasi (akibat infeksi sekunder mukosa dan submukosa).
Area yang menurun fungsinya dan perdarahan karena nekrosis dan
ulkus terjadi pada 35 % bagian ini.
1.8.3 Sitologi dan biopsy rectal membedakan antara pasien infeksi
dan karsinoma. Perubahan neoplastik dapat dideteksi, juga karakter
infiltrat inflamasi yang disebut abses lapisan bawah.
1.8.4 Enema bartum, dapat dilakukan setelah pemeriksaan visualisasi
dilakukan, meskipun jarang dilakukan selama akut, tahap kambuh,
karena dapat membuat kondisi eksasorbasi.

7
1.8.5 Kolonoskopi: mengidentigikasi adosi, perubahan lumen dinding,
menunjukkan obstruksi usus.
1.8.6 Kadar besi serum: rendah karena kehilangan darah. Masa
protromlain: memanjang pada kasus berat karena gangguan
faktor VII dan X disebabkan oleh kekurangan vitamin K.
1.8.7 ESR: meningkat karena beratnya penyakit Trombosis: dapat terjadi
karena proses penyakit inflamasi.
1.8.8 Elektrolit: penurunan kalium dan magnesium umum pada penyakit
berat.
1.9 Penatalaksanaan
1.9.1 Penatalaksanaan Medis
1.9.1.1 Terapi Obat – obatan
Terapi obat-obatan. Obat-obatan sedatif dan
antidiare/antiperistaltik digunakan untuk mengurangi
peristaltik sampai minimum untuk mengistirahatkan usus
yang terinflamasi. Terapi ini dilanjutkan sampai frekuensi
defekasi dan kosistensi feses pasien mendekati normal.
Sulfonamida seperti sulfasalazin (azulfidine) atau
sulfisoxazol (gantrisin) biasanya efektif untuk menangani
inflamasi ringan dan sedang. Antibiotik digunakan untuk
infeksi sekunder, terutama untuk komplikasi purulen seperti
abses, perforasi, dan peritonitis. Azulfidin membantu dalam
mencegah kekambuhan. (Brunner & Suddarth, 2002, hal
1107-1108).
Pembedahan
Pembedahan umunya digunakan untuk mengatasi kolitis
ulseratif bila penatalaksaan medikal gagal dan kondisi sulit
diatasi, intervensi bedah biasanya diindikasi untuk kolitis
ulseratif. Pembedahan dapat diindikasikan pada kedua
kondisi untuk komplikasi seperti perforasi, hemoragi,
obstruksi megakolon, abses, fistula, dan kondisi sulit

8
sembuh.(Cecily Lynn betz & Linda sowden. 2007, hal 323-
324)
1.9.2 Penatalaksanaan Keperawatan
1.9.2.1 Masukan diet dan cairan
Cairan oral, diet rendah residu-tinggi protein-tinggi kalori,
dan terapi suplemem vitamin dan pengganti besi diberikan
untuk memenuhui kebutuhan nutrisi. Ketidak- seimbangan
cairan dan elektrolit yang dihubungkan dengan dehidrasi
akibat diare, diatasi dengan terapi intravena sesuai dengan
kebutuhan. Adanya makanan yang mengeksaserbasi diare
harus dihindari. Susu dapat menimbulkan diare pada
individu intoleran terhadap lactose.Selain itu makanan
dingin dan merokok juga dapat dihindari, karena keduanya
dapat meningkatkan morbilitas usus. Nutrisi parenteral total
dapat diberikan. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1106-
1107).
1.9.2.2 Psikoterapi
Ditunjukkan untuk menentukan faktor yang menyebabkan
stres pada pasien, kemampuan menghadapi faktor-faktor
ini, dan upaya untuk mengatasi konflik sehingga mereka
tidak berkabung karena kondisi mereka. (Brunner &
Suddarth, 2002, hal 1108).
1.10 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Klien dengan Kolitis Ulseratif
1.10.1 Pengkajian
1. Identitas
1) Identitas pasien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pemeriksaan, diagnosa medis.
2) Identitas penanggung jawab

9
Meliputi : Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan
hubungan dengan klien.
2. Keluhan utama
Biasanya pada klien yang terkena kolitis ulseratif mengeluh
nyeri perut, diare, demam, anoreksia.
3 Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Perdarahan anus, diare dan sakit perut, peningkatan suhu
tubuh, mual, muntah, anoreksia, perasaan lemah, dan
penurunan nafsu makan.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Untuk menentukan penyakit dasar kolitis ulseratif.
Pengkajian predisposisi seperti genetik, lingkungan, infeksi,
imunitas, makanan dan merokok perlu di dokumentasikan.
Anamnesis penyakit sistemik, seperti DM, hipertensi, dan
tuberculosis dipertimbangkan sebagai sarana pengkajian
proferatif.
4. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
b) Vital sign, meliputi
Tekanan darah: Dalam batas normal (120/80 mmHg)
Nadi: Takikardia atau diatas normal (> 100 x/menit)
Suhu: Klien mengalami demam (> 37,5o C )
Respirasi: Dalam batas normal (16- 20 x/menit)
c) Pemeriksaan sistem tubuh
  Sistem pencernaan meliputi :
- Terjadi pembengkakan pada abdomen
- Nyeri tekan pada abdomen
- Bising usus lebih dari normal (normalnya 5-35 x/menit)
- Anoreksia

10
Sistem pernafasan: Respirasi normal (16-20 x/menit).

Sistem kardiovaskuler: Peningkatan nadi (takikardi)

Sistem neurologi: - Peningkatan suhu tubuh (demam)


- Kelemahan pada anggota gerak

Sistem integumen: Kulit dan membran mukosa kering


dan turgornya jelek.

Sistem musculoskeletal: Kelemahan otot dan tonus otot


buruk

Sistem eliminasi: - Pada saat buang air besar mengalami


diare
- Feses mengandung darah

d) Pola aktivitas sehari-hari berhubungan dengan :


- Aspek biologi: Keletihan, kelemahan, anoreksia,
penurunan berat badan.
- Aspek psiko: Perilaku berhati-hati, gelisah.
- Aspek sosio: Ketidakmampuan aktif dalam sosial.
1.10.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
kolitis ulseratif :
a) Diare berhubungan dengan inflamasi
b) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
peningkatan kehilangan cairan
c) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorpsi nutrien, status hipermetabolik, secara
medik masukan makanan dibatasi
d) Ansietas berhubungan dengan factor psikologis/
rangsangan simpatis (proses inflamasi), ancaman konsep
diri (dirasakan atau aktual), ancaman terhadap perubahan
status kesehatan, status sosioekonomis, fungsi peran, pola
interaksi.

11
e) Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik, diere
lama, iritasi kulit/ jaringan, eksoriasi fisura perirektal;
fistula.
f) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kesalahan
interpretasi informasi, kurang mengingat, dan tidak
mengenal sumber.
g) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keletihan.
h) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
i) Feses berlendir dan bercampur darah berhubungan dengan
terjadinya infeksi dan iritasi pada kolon.
j) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan malnutrisi
dan diare.
1.10.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Diare Setelah diberikan 1. Observasi dan Membantu membedakan
berhubungan asuhan catat frekuensi penyakit individu dan
dengan keperawatan defekasi, mengkaji beratnya episode.
inflamasi, selama ...x 24 jam karakteristik,
iritasi, atau diharapkan diare karakteristik,
malabsorpsi pasien terkontol jumlah, dan faktor
usus. dengan out come: pencetus.
1. penurunan 2. Tingkatkan tirah Istirahat menurunkan
frekuensi baring, berikan alat- motilitas usus juga
defekasi, alat disamping menurunkan laju
konsistensi tempat tidur. metabolisme bila infeksi
kembali normal atau perdarahan sebagai
2.mengidentifikas komplikasi.
i / menghindari

12
factor pemberat. 3. identifikasi Menghindarkan iritan dan
makanan dan cairan meningkatkan istirahat usus.
yang mencetus diare.

4. Mulai lagi Memberikan istirahat kolon


pemasukan cairan dengan menghilangkan atau
per oral secara menurunkan rangsang
bertahap. makanan/ cairan.

5. Berikan Adanya penyakit dengan


kesempatan untuk penyebab tak diketahui sulit
menyatakan frustasi untuk sembuh dan yang
sehubungan dengan memerlukan intervensi
proses penyakit. bedah dapat menimbulkan
reaksi stress yang dapat
memperburuk situasi

6. Observasi demam, Tanda bahwa toksik


takikardia, letargi, megakolon atau perforasi
leukositosis, dan peritonitis akan terjadi/
penurunan protein telah terjadi memerlukan
serum, ansietas, dan intervensi medik segera.
kelesuan.

7. Memberikan obat Membantu kesembuhan


sesuai indikasi pasien.
2 Kekurangan Setelah diberikan 1. Awasi masukan Memberikan informasi
volume asuhan dan keluaran, tentang keseimbangan
cairan keperawatan karakter, dan jumlah cairan, fungsi ginjal dan
berhubungan selama ...x 24 jam feses; perkirakan control penyakit usus juga
dengan diharapkan diare kehilangan yang tak merupakan pedoman untuk

13
peningkatan pasien terkontol terlihat. penggantian cairan.
kehilangan dengan out come:
cairan: diare. 1. 2. Observasi kulit Menunjukan kehilangan
Mempertahankan kering berlebihan cairan berlebihan/ dehidrasi.
volume cairan dan membran
adekuat mukosa, penurunan
dibuktikan oleh turgor kulit,
membran mukosa pengisisan kapier
lembab, turgor lambat.
kulit baik, dan
pengisian kapiler 3. Ukur berat badan Indikator cairan dan status
baik. tiap hari. nutrisi.
2. Tanda vital
stabil, 4. Pertahankan Kolon diistirahatkan untuk
keseimbangan pembatasan per oral, penyembuhan dan untuk
masukan dan tirah baring; hindari penyembuhan dan untuk
keluaran dengan kerja. menurunkan kehilangan
urine normal cairan usus.
dalam konsentrasi
jumlah. 5. Observasi Diet tidak adekuat dan
perdarahan dan tes penurunan absorpsi dapat
feses tiap hari untuk menimbulkan defisiensi
adanya darah samar. vitamin K dan merusak
koagulasi, potensial resiko
perdarahan.

6. Catat kelemahan Kehilangan usus berlebihan


otot umum atau dapat menimbulkan
disritmia jantung. ketidakseimbangan
elektrolit.

14
7. Berikan cairan Mempertahankan istirahat
parenteral, tranfusi usus akan memerlukan
darah sesuai penggantian cairan untuk
indikasi. memperbaiki
kehilangan/anemia.

8. Awasi hasil Menentukan kebutuhan


laboratorium. pergantian dan keefektifan
terapi.

9. Berikan obat Membantu kesembuhan


sesuai indikasi. pasien.
3 Nutrisi Setelah diberikan 1. Timbang berat Memberikan informasi
kurang dari asuhan badan tiap hari. tentang kebutuhan diet/
kebutuhan keperawatan kefektifan terapi.
tubuh selama ...x 24 jam
berhubungan diharapkan diare 2. dorong tirah Menurunkan kebutuhann
dengan pasien terkontol baring atau metabolik untuk mencegah
gangguan dengan out come: pembatasan aktivitas penurunan kalori dan
absorpsi 1. Menunjukan selama fase sakit simpanan energi.
nutrien, berat badan stabil akut.
status atau peningkatan
hipermetabol berat badan sesuai 3. Anjurkan istirahat Menenangkan peristaltic
ik, secara dengan nilai sebelum makan. dan meningkatkan energi
medik laboratorium untuk makan.
masukan normal.
makanan 2. Tidak ada 4. Berikan Mulut yang bersih dapat
dibatasi. tanda malnutrisi. kebersihan oral. meningkkatkan rasa
makanan.

5. Sediakan Lingkungan yang

15
makanan dalam menyenangkan menurunkan
ventilasi yang baik, stress dan lebih kondusif
lingkungan yang untuk makan.
menyenangkan,
dengan situasi tidak
terburu- buru.

6. Batasi makanan Mencegah serangan akut/


yang dapat eksaserbasi gejala.
menyebabkan kram
abdomen, flatus.

7. Catat masukan Memberikan rasa kontrol


dan perubahan pada pasien dan kesempatan
simtomtologi. untuk memilih makanan
yang diinginkan/ dinikmatii,
dapat meningkatkan
masukan.

8. Dorong pasien Keragu-raguan untuk makan


untuk menyatakan mungkin diakibatkan oleh
perasaan masalah takut makanan akan
mulai makan diet. menyebabkan eksaserbasi
gejala.
9. Pertahankan puasa Istirahat usus menurunkan
sesuai indikasi. peristatik dan diare dimana
menyebabkan malabsorpsi/
kehilangan nutrien.

10. Mulai/ Memungkinkan saluran


tambahkan diet usus untuk mematikan

16
sesuai indikasi. kembali proses pencernaan.

11. Berikan obat Membantu kesembuhan


sesuai indikasi. pasien.

4 ansietas Setelah diberikan 1.Catat petunjuk Indikator derajat


Berhubungan asuhan perilaku misalnya ansietas/stress
dengan keperawatan gelisah, peka
faktor selama ...x 24 jam rangsang, menolak,
psikologis/ diharapkan kurang kontak mata,
rangsang ansietas pasien perilaku menarik
simpatis terkontol dengan perhatian
(proses out come:
inflamasi), 1. menunjukkan 2.Dorong Membuat hubungan
ancaman rileks dan menyatakan terapiutik antara pasien
konsep diri melaporkan perasaan berikan dengan perawat
(dirasakan/ak penurunan umpan balik
tual), ansietas sampai
ancaman tingkat dapat 3.Akui bahwa Validasi bahwa perasaan
terhadap/per ditangani ansietas dan masalah normal dapat menurunkan
ubahan status 2.menyatakan mirip dengan yang stres
kesehatan, kesadaran diekspresikan orang
status perasaan ansietas lain. Tingkatkan
ekonomis, dan cara sehat perhatian mendengar
fungsi peran, menerimanya pasien
pola interaksi
4.Berikan informasi Keterlibatan pasien dalam
yang akurat dan perencanaan perawatan
nyata tentang apa memberikan rasa kontrol
yang dilakukan dan membantu menurunkan
misalnya tirah ansietas

17
baringpembatasan
masukkan peroral,
dan prosedur

5.Berikan Memindahkan pasien dari


lingkungan tenang stres luar meningkatkan
dan istirahat relaksasi, membantu
menurunkan ansietas

6. Dorong Tindakan dukungan


pasien/orang membantu pasien merasa
terdekat untuk stres berkurang ,
menyatakan memungkinkan energi
perhatian, perilaku untuk ditujukan pada
perhatian penyembuhan/ perbaikan

7. Bantu pasien Meningkatkan rasa kontrol


mengidentifikasi/ diri pasien
memerlukan
perilaku koping
yang digunakan
pada masa lalu

8. Ajarkan pasien Mengatasi masalah dapat


belajar mekanisme membantu dalam
koping baru menurunkan stres/ansietas,
meningkatkan kontrol
penyakit

9. Beri obat sedatif Untuk menurunkan ansietas


dan memudahkan istirahat,

18
khususnya pasien dengan
KU

10. Rujuk pada Dibutuhkan bantuan


perawat spesialis tambahan untuk
psikiatrik, pelayanan meningkatkan kontrol dan
sosial, penasihat mengatasi episode
agama akut/eksaserbasi dengan
belajar untuk menerima
penyakit kronis dan
konskuensinya
5 Nyeri akut Setelah diberikan 1. Dorong pasien Mencoba untuk
berhubungan asuhan untuk melaporkan mentoleransi nyeri
dengan keperawatan nyeri
hyperperistal selama....x24 jam,
tik, diare diharapkan nyeri 2. Kaji laporan kram Nyeri kolitis hilang timbul
lama, iritasi berkurang dengan abdomen atau nyeri, pada penyakit Crohn. Nyeri
kulit/jaringan kriteria hasil: cata lokasi, lamanya, sebelum defekasi sering
, eksoriasi 1. melaporkan intensitas (skala 0- terjadi pad KU dengan tiba-
fisura nyeri 10). Selidiki dan tiba, dimana dapat berat dan
perirektal; hilang/terkontrol, laporkan perubahan terus menerus. Perubahan
fistula 2.tampak rileks karakteristik nyeri pada karakteristik nyeri
3.mampu dapat menunjukkan
tidur/istirahat penyebaran penyakit /terjadi
dengan tepat komplikasi, mis: fistula
kandung kemih, perforasi,
toksikmegakolon

3. Catat petunjuk Bahasa tubuh/non verbal


non verbal mis. dapat secara psikologis dan
Gelisah, menolak fisiologik dapat digunakan

19
untuk bergerak, pada hubungan verbal untuk
berhati-hati dengan mengidentifikasi
abdomen, menarik luas/beratnya masalah
diri dengan abdomen
dan depresi. Selidiki
perbedaan verbal
dan non verbal

4. Kaji ulang faktor- Dapat menunjukkan dengan


faktor yang tepat pencetus atau faktor
meningkatkan atau pemberat atau
menghilangkan nyeri mengidentifikasi terjadinya
komplikasi

5. Izinkan pasien Menurunkan tegangan


untuk memulai abdomen dan meningkatkan
posisi yang nyaman rasa kontrol

6. Berikan tindakan Meningkatkan relaksasi dan


nyaman (mis. Pijatan meningkatkan kemampuan
punggung) dan koping
aktivitas senggang

7. Bersihkan area Melindungi kulit dari asam


rektal dengan sabun usus, mecegah eksoriasi
dan air dan berikan
perawatan kulit (mis.
Salep)

8. Berikan rendam Melindungi kulit dari asam


duduk dengan tepat usus, mecegah eksoriasi

20
9. Observasi distensi Dapat menunjukkan
abdomen, terjadinya obstruksi usus
peningkatan suhu karena inflamasi, edema,
tubuh, penurunan dan jaringan parut
TD

10. Lakukan Istirahat usus penuh dapat


modifikasi diet menurunkan nyeri, kram
sesuai resep

11. Berikan obat Untuk memudahkan


analgesik, istirahat yang adekuat dan
antikolinergik dan penyembuhan,
anodin supositoria menghilangkan spasme GI
dan merileksasi otot rektal

12. Bantu dengan Memberikan kesejukan


mandi duduk lokal dan kenyamannan
pada rektal
6 Kurang Setelah diberikan 1.Tentukan persepsi Membuat pengetahuan
pengetahuan asuhan pasien tentang dasar dan memberikan
tentang keperawatan proses penyakit kesadaran kebutuhan belajar
kondisi, selama......x24 individu
prognosis, jam diharapkan
dan pasien 2. Kaji ulang proses Faktor pencetus/pemberat
kebutuhan mendapatkan penyakit, penyebab individu sehingga waspada
pengobatan pengetahuan gejala, identifikasi pada faktor gejala dan
berhubungan dengan kriteria cara menurunkan memliki pengetahuan dasar
dengan hasil: faktor pendukung ,
kesalahan 1.menyatakan dorong pertanyaan

21
interpretasi pemahaman
informasi, terhadap penyakit 3. Kaji ulang obat, Meningkatkan pemahaman
kurang 2.mengidentifikas tujuan, frekuensi, dan kerjasama dalam
mengingat, i stres dosis, dan program penyembuhan
dan tidak 3.berpartisipasi kemungkinan efek
mengenal dalam pengobatan samping
sumber. 4.melakukan
perubahan pola 4. Ingatkan pasien Steroid dapat mengontrol
hidup untuk inflamasi namun dapat
mengobservasi efek menurunkan ketahanan
samping obatbila terhadap infeksi
steroid dberikan
dalam waktu
panjang

5. Tekankan Menurunkan penyebaran


pentingnya bakteri, iritasi kulit dan
perawatan kulit infeksi

6. Menganjurkan Merokok dapat


berhenti merokok menyebabkan motilitas usus

7. Penuhi evaluasi Pasien dengan inflamasi


jangka panjang dan penyakit usus berisiko
evaluasi uang kanker kolon sehingga
periodic evaluasi periodik diperlukan

8. Rujuk ke Pasien mendapatkan


komunitas yang pelayanan dalam koping
tepat dengan penyakit kronis dan
evaluasi obat

22
7 Intoleransi Setelah diberikan 1.Memfasilitasi 1.Dapat membantu pasien
aktifitas asuhan aktivitas yang tidak dalam memenuhi
berhubungan keperawatan dapat pasien kebutuhannya.
dengan selama......x24 lakukan.
keletihan jam diharapkan
pasien mampu 2. Memberi motivasi 2. Motivasi akan memberi
beraktivitas dorongan pasien untuk
dengan kriteria dapat melakukan aktivitas
hasil: kembali.
Klien dapat
beraktivitas 3.Lakukan latihan 3.Mengembalikan
dengan normal gerakan pada pasien kemampuan gerak pasien.
kembali

8 Hipertermi Setelah diberikan 1. Observasi TTV 1.Mengetahui perubahan


berhubungan asuhan setiap 2 jam. TTV. Aapakah suhu
dengan keperawatan kembali normal.
proses selama......x24
infeksi jam diharapkan Berikan minuman Klein hipertermi banyak
suhu tubuh yang banyak. kehilangan cairan.
kembali normal
dengan kriteria 3.Berikan kompres 3.Kompres dapat
hasil: hangat. menurunkan suhu.
1. Suhu 36- 37 ° 
C. Kolaborasi 4. Klien dengan hipertermi
2. Klien tidak pemberian akan mengalami kesulitan
menggigil. antipiretik. untuk istirahat.
Klien
mengatakan dapat

23
beristirahat
dengan tenang.

9 Feses Setelah diberikan 1. Observasi dan 1. Membantu membedakan


berlendir dan asuhan catat frekuensi penyakit individu dan
bercampur keperawatan defekasi, mengkaji beratnya episode.
darah selama......x24 karakteristik,
berhubungan jam feses yang jumlah, dan faktor
dengan dikeluarkan pencetus.
terjadinya kembali normal
infeksi dan dengan kriteria 2. Tingkatkan tirah 2. Istirahat menurunkan
iritasi pada hasil: baring, berikan alat- motilitas usus juga
kolon Feses klien tidak alat disamping menurunkan laju
terdapat darah tempat tidur. metabolisme infeksi atau
perdarahan sebagai
komplikasi.

10 Kerusakan Setelah diberikan 1.Ganti celana 1. Membantu agar pantat


integritas asuhan apabila basah setelah klien tidak mengalami
kulit keperawatan BAB atau BAK kemerah-merahan dan sakit.
berhubungan selama......x24 2. Bersihkan pantat 2. Kulit pantat klien tetap
dengan Tidak terjadi dan keringkan setiap bersih dan kering.
malnutrisi gangguan kali buang air besar
dan diare. intregitas kulit
dengan kriteria 3. Gunakan salep 3. terjaga kelembapan
hasil: atau lotion pantat klien.
Tidak ada tanda –
tanda kulit
terganggu serta
kulit utuh, bersih

24
DAFTAR PUSTAKA
A. Price. S, Wilson. L. M, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Buku 1. cetakan 1. 1995. EGC, Jakarta.
Anonim. The Merck Manual of Medical Information, 2nd ed. 2003. Merck & Co
Inc. USA.
Brunner dan Suddarth.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol
2.Jakarta:EGC
Cecily Lynn betz & Linda sowden. 2007. Buku saku keperawatan edisi 5. Jakarta
: EGC.
Ester, Monica.2002.Keperawatan Medikal-Bedah.Jakarta:EGC
Grace A.Pierce & Neil.R.Borley.2006, Ilmu Bedah, Jakarta : Gelora Aksara
Pratama.
Harrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Volume 4. Cetakan
pertama, Jakarta : EGC
Lestari Sri,Amk, Agus Priyanto, Amk. 2008. Endoskopi Gastrointestinal, Jakarta :
Salemba Medika.
Marliynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta. EGC.
Muttaqim, Arif & Sari, Kumala Gangguan Gastrointestinal. 2012. Aplikasi
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika.
Moorhouse,Dongoes.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Edisi 3.Jakarta:EGC 2.
Price, Sylvia A, Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Purwono, H. Referat Kolitis Ulseratif. 2005. FK UII bagian Ilmu Penyakit Dalam.
Smeltzer,Suzanne.2002.keperawatan Medikal Bedah. Volume 2.Edisi 8 .Jakarta
EGC
Wilkson, Judith M & Ahern,Nancy R.2009. Diagnosa Keperawatan. Jakarta :
EGC.

25

Anda mungkin juga menyukai