Anda di halaman 1dari 163

FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI

PERILAKU SEHAT MAHASISWA BEBERAPA PERGURUAN


TINGGI DI TANGERANG SELATAN

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Disusun Oleh:
Sarah Rahmadian
10607000217182

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

” Kesabaran itu menolong segala pekerjaan“


-Mahfudzot

“Tuntutlah ilmu pengetahuan karena dengan ilmu akan menimbulkan rasa takut
kepada Allah. Mempelajari ilmu pengetahuan termasuk ibadah, menelaahnya
dianggap membaca tasbih, meneliti itu setara jihad, mengajarkannya kepada
orang yang bodoh dihitung sebagai sedekah, dan mendiskusikannya dengan para
pakar dianggap sebagai suatu bentuk kedekatan kepada-Nya”
-Muadz bin Jabal r.a.

“Jika kita hanya mengerjakan yang sudah kita ketahui, ka


kapankah
pankah kita akan dapat
pengetahuan yang baru? Melakukan yang belum kita ketahui adalah pintu menuju
pengetahuan”
-Mario Teguh

iii
PERSEMBAHAN:

Skripsi ini ku persembahkan untuk Mama & Papa

yang telah memberikan kasih say


sayaang
ng,, dukun
dukungan
gan dan doa

yang tiada hentinya


hentinya..

iv
ABSTRAK

(A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


(B) Oktober 2011
(C) Sarah Rahmadian
(D) XVI + 120 halaman + lampiran
(E) Faktor-Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Perilaku Sehat Mahasiswa
beberapa Perguruan Tinggi di Tangerang Selatan.
(F) Sehat dan sakit bukan hanya ditentukan secara biologis, tetapi juga ditentukan
oleh masalah perilaku individu, yaitu perilaku sehat. Perilaku sehat merupakan
elemen yang paling penting bagi kesehatan dan keberadaan manusia. Perilaku
sehat yang buruk memiliki efek yang buruk terhadap kesehatan atau
menimbulkan penyakit. Perilaku tersebut termasuk merokok, konsumsi alkohol
yang berlebihan, dan konsumsi makanan berlemak tinggi. Sebaliknya
meningkatkan perilaku sehat bermanfaat untuk kesehatan atau melindungi
individu dari penyakit. Perilaku tersebut termasuk olahraga dan konsumsi buah.
Namun, para peneliti telah menunjukkan secara global bahwa banyak mahasiswa
terlibat dalam berbagai perilaku sehat beresiko. Perilaku sehat diduga dipengaruhi
oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor psikologis.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor psikologis apa saja yang
paling besar dan signifikan mempengaruhi perilaku sehat mahasiwa beberapa
perguruan tinggi di Tangerang Selatan. Peneliti menguji beberapa variabel yang
diduga mempengaruhi perilaku sehat mahasiswa, yaitu self-esteem, health-
specific self-efficacy, health locus of control (internal health locus of control dan
eksternal health locus of control), dan kepribadian (extraversion, agreeableness,
conscientiousness, neuroticism, dan openness). Selain itu peneliti juga meneliti
variabel demografis yaitu kelas sosial ekonomi orang tua sebagai kontrol yang
menjadi independent variabel.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan melibatkan 195


responden mahasiswa beberapa perguruan tinggi di Tangerang Selatan. Teknik
pengambilan sampel yang dilakukan menggunakan non-probability sampling.
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan skala perilaku sehat yang peneliti
adaptasi dari Health Behavior Checklist (Vickers dkk., 1988). Alat ukur self-
esteem peneliti adaptasi dari skala self-esteem yang disusun oleh Rosenberg. Alat
ukur health-specific self-efficacy peneliti adaptasi dari skala health-specific self-
efficacy (Renner & Schwarzer, tt). Alat ukur health locus of control peneliti
adaptasi dari Multidimensional Health Locus of Control (MHCL) (Wallston,
Wallston & DeVellis, 1978). Dan Alat ukur kepribadian peneliti adaptasi dari Big
v
Five Inventori (BFI) (John, Oliver P., 1991 dalam John & Srivastava, 1999).
Adapun metode analisis data yang digunakan dalam peneltian ini menggunakan
teknik regresi berganda dengan menggunakan software SPSS versi 17. Sedangkan
untuk pengujian validitas konstruk menggunakan Lisrel 8.3.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa dari beberapa independent variabel dalam


penelitian ini yang memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku sehat adalah
health-specific self-efficacy dan openness, kedua variabel tersebut juga
memberikan seumbangan yang signifikan terhadap perilaku sehat. Dan terdapat
perbedaan pengaruh self-esteem, health-specific self-efficacy, internal health
locus of control, eksternal health locus of control, extraversion, agreeableness,
conscientiousness, neuroticism, openness dan kelas sosial ekonomi orang tua
terhadap perilaku sehat pada kelompok laki-laki dan perempuan.

Penulis menyarankan untuk menyertakan aspek psikologis lain yang mungkin


dapat mempengaruhi perilaku sehat mahasiswa pada penelitian selanjutnya.
Selain itu untuk penelitian mengenai perilaku sehat, untuk meneliti variabel
perilaku sehat yang lebih bervariasi lagi dan analisisnya menggunakan teknik
analisis multivariate regression sehingga dapat terlihat lebih jelas pengaruh dari
IV terhadap masing-masing perilaku sehat, atau meggunakan variabel perilaku
sehat yang lebih spesifik.

(G) Daftar Bacaan: 45; buku: 13 + jurnal: 23 + internet: 9

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil 'alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat


Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan kekuatan yang diberikan-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Faktor-Faktor
Psikologis yang Mempengaruhi Perilaku Sehat Mahasiswa beberapa Perguruan
Tinggi di Tangerang Selatan”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan
kepada panutan kita semua, Rasulullah Muhammad SAW, berikut para keluarga,
sahabat, ulama, dan segenap umat Islam sekalian.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I. Penulis sangat berterima
kasih karena ditengah jadwal beliau yang amat padat, beliau banyak meluangkan
waktu dalam proses bimbingan skripsi ini. Terima kasih atas segala arahan,
masukan, kritik, serta koreksi yang sangat detail dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Ibu Yufi Adriani, M. Psi., sebagai Dosen Pembimbing II, terima kasih atas segala
bimbingan, koreksi, arahan, masukkan, dan waktu yang diberikan kepada penulis.
3. Ibu S. Evangeline I Suaidy M. Psi. Psi., Pembimbing akademik.
4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
banyak memberikan pelajaran kepada penulis, baik itu dalam hal akademis
maupun dalam menjalani kehidupan.
5. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama
Mba Rini yang selalu memberikan informasi mengenai kegiatan dan kehadiran
Bapak Jahja Umar, Ph.D, sehingga penulis dapat bertemu dengannya.

vii
6. Mama dan papa atas didikan, kasih sayang, kesabaran, pengertian, dukungan baik
moril maupun materil, arahan serta doa yang penulis terima dan rasakan hingga
detik ini.
7. Adik dan kakak penulis, terima kasih atas dukungan dan doanya selama ini.
Meskipun kalian terlihat tidak peduli, penulis yakin didalam lubuk hati kalian
selalu ada dukungan dan doa untuk penulis. Serta sepupu penulis, Mba Erna dan
Bang Jamil, terimakasih atas tempat tinggal yang nyaman serta fasilitas yang
sangat bermanfaat selama penulis menyelesaikan skripsi ini, dan atas dukungan,
doa serta saran yang penulis terima.
8. Sahabat-sahabat penulis, Hasnah, Susi, Korri, Nadia, Ali, Sunu, Bambang, Bima,
Ayu & Nisa, yang telah memberikan penulis makna dari persahabatan, terima
kasih atas segala hal yang telah kalian berikan kepada penulis selama ini. Kiki,
Rika F, Hanny, Sheli, & Puri, terima kasih atas dukungan serta doa kalian. Untuk
teman-teman seperjuangan selama skripsi Cut, Rudi, Pras, Aji, Nya’ Soraya, Inaz,
Suci, Risna, Nuran, Fifa, Reza, & Siti terima kasih atas bantuan, informasi, saran
serta dukungan yang penulis terima selama mengerjakan skripsi. Terutama untuk
Muhamad Kahfi, yang telah membantu penulis untuk mendapatkan sampel dalam
penyusunan skripsi ini.
9. Teman-teman angkatan 2006 khususnya kelas A serta angkatan dibawah penulis,
terimakasih atas kebersamaan dan pembelajaran selama ini.
10. Teman-teman Mentor Akademik dan KKL, yang telah menyempatkan waktunya
untuk berbagi ide, informasi dan pengetahuan bersama penulis, serta terima kasih
atas wawasan yang tidak ternilai tersebut. Khususnya untuk Adiyo, terimakasih
atas bantuannya dalam memahami lisrel dan analisis regresi. Dan Eja, yang
banyak memberi informasi, masukkan dan bantuan bagi penulis.
11. Seluruh responden yang telah membantu mengisi angket penelitian. Tanpa waktu
luang yang anda berikan, skripsi ini tidak akan ada.

viii
12. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih untuk
segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan untuk membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis memohon kepada Allah SWT agar seluruh bantuan,
motivasi, dan bimbingan dari semua pihak mendapatkan balasan yang berlipat ganda.
Amin. Selain itu penulis berharap skirpsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis
dan umumnya bagi siapa saja yang membaca. Mengingat kekurangan dan
keterbatasan dari skripsi ini, maka segala kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan penulis sebagai bahan penyempurnaan.

Jakarta, Oktober 2011

Penulis

ix
PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Sarah Rahmadian


NIM : 106070002182

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Psikologis


yang Mempengaruhi Perilaku sehat Mahasiswa Beberapa Universitas di
Tangerang Selatan” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak
melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-
kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber
pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan undang-
undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari
karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, Oktober 2011

. Sarah Rahmadian .
NIM: 106070002182

x
DAFTAR ISI

COVER
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ......................................................i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ...............................................................ii
MOTTO.............................................................................................................iii
PERSEMBAHAN .............................................................................................iv
ABSTRAK ........................................................................................................v
KATA PENGANTAR .......................................................................................vii
PERNYATAAN ORISINALITAS................................................................... ..x
DAFTAR ISI .....................................................................................................xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................xiv
DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR .................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................1
1.1. Latar Belakang……………………………………………… 1
1.2. Pertanyaan Penelitian………………………………………. 10
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………….. 11
1.4. Pembatasan Masalah……………………………………….. 11
1.5. Sistematika Penulisan………………………………………. 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA .....................................................................14
2.1. Perilaku Sehat .......................................................................14
2.1.1. Definisi Perilaku Sehat ................................................14
2.1.2. Macam-macam Perilaku Sehat.....................................15
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sehat .......19
2.2. Pengukuran Perilaku Sehat....................................................33
2.3. Hipotesis Penelitian...............................................................34
BAB III METODE PENELITIAN...............................................................38
3.1. Populasi dan Sampel .............................................................38
3.2. Variabel Penelitian................................................................39

xi
3.3. Definisi Operasional Variabel ...............................................39
3.4. Instrument Pengumpulan Data ..............................................41
3.5. Pengujian Validitas Alat Ukur...............................................42
3.5.1. Uji Validitas Skala Perilaku sehat .................................44
3.5.2. Uji Validitas Skala Self-Esteem.....................................46
3.5.3. Uji Validitas Skala Health-Specific Self-Efficacy ..........48
3.5.3.1. Uji Validitas Skala Nutrion Self-Efficacy .........48
3.5.3.2. Uji Validitas Skala Exercise Self-Efficacy ........50
3.5.3.3. Uji Validitas Skala
Health-Specific Self-Efficacy Keseluruhan.......52
3.5.4. Uji Validitas Skala Health Locus of Control..................54
3.5.4.1. Uji Validitas Skala
Internal Health Locus of Control .....................54
3.5.4.2. Uji Validitas Skala
Eksternal Health Locus of Control...................56
3.5.5. Uji Validitas Skala Kepribadian ....................................58
3.5.5.1. Uji Validitas Skala Extraversion ......................58
3.5.5.2. Uji Validitas Skala Agreeableness....................60
3.5.5.3. Uji Validitas Skala Conscientiousness..............62
3.5.5.4. Uji Validitas Skala Neuroticism .......................64
3.5.5.5. Uji Validitas Skala Openness ...........................65
3.6. Prosedur Pengumpulan Data .................................................67
3.7. Metode Analisis Data...........................................................67
BAB IV HASIL PENELITIAN ...................................................................68
4.1. Analisis Deskriptif ................................................................68
4.2. Uji Hipotesis Penelitian.........................................................72
4.2.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian ............................72
4.2.2. Pengujian Proporsi Varians untuk Masing-masing
Independent Variable..................................................80

xii
4.2.3. Analisis Regresi Variabel Penelitian pada
Kelompok Laki-laki dan Perempuan ...........................83
4.2.3.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian
Kelompok Laki-laki .......................................83
4.2.3.2. Analisis Regresi Variabel Penelitian
Kelompok Perempuan ………………………89
4.2.3.3. Perbandingan Koefisien Regresi antara
Kelompok Laki-laki dan Perempuan…...…...94
4.2.4. Pengujian Proporsi Varians untuk
Masing-masing Indepemdent Variabel …………………99
4.2.4.1. Pengujian Proporsi Varians untuk
Masing-masing Indepemdent Variabel
Kelompok Laki-laki……………....………….99
4.2.4.2. Pengujian Proporsi Varians untuk
Masing-masing Indepemdent Variabel
Kelompok Perempuan …………………........102
4.2.4.3. Perbandingan Proporsi Varians antara
Kelompok Laki-laki dan Perempuan………...105
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN.....................................109
5.1. Kesimpulan...........................................................................109
5.2. Diskusi………………...........................................................110
5.3. Saran…….. ...........................................................................114
5.3.1. Saran Metodologis..................................................... ..115
5.3.2. Saran Praktis ............................................................. ..116
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... ..117
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator dan Karakteristik Kepribadian ............................................29


Tabel 2.2 Matrikulasi Hasil pengaruh Faktor-faktor Psikologis
terhadap Perilaku Sehat .....................................................................32
Tabel 3.1 Muatan Faktor Item untuk Perilaku Sehat ..........................................45
Tabel 3.2 Muatan Faktor Item Self-Esteem.........................................................47
Tabel 3.3 Muatan Faktor Item Nutrion Self-Efficacy ..........................................49
Tabel 3.4 Muatan Faktor Item Exercise Self-Efficacy .........................................51
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Internal Health Locus of Control ........................55
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Eksternal Health Locus of Control......................57
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Extraversion .......................................................59
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Agreeableness.....................................................61
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Conscientiousness...............................................63
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Neoriticism .......................................................64
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Openness ..........................................................66
Tabel 4.1 Distribusi Sampel Penelitian…………………………………………..71
Tabel 4.2 R Square.............................................................................................73
Tabel 4.3 ANOVA Pengaruh IV terhadap DV....................................................73
Tabel 4.4 Koefisien Regresi ...............................................................................74
Tabel 4.5 Proporsi Varian Sumbangan Masing-masing
Independen Variabel ..........................................................................81
Tabel 4.6 R Square Kelompok Laki-laki ............................................................84
Tabel 4.7 ANOVA Pengaruh IV terhadap DV Kelompok Laki-laki ...................84
Tabel 4.8 Koefisien Regresi Kelompok Laki-laki...............................................86
Tabel 4.9 R Square Kelompok Perempuan .........................................................89
Tabel 4.10 ANOVA Pengaruh IV terhadap DV Kelompok Perempuan ..............90
Tabel 4.11 Koefisien Regresi Kelompok Perempuan..........................................91

xiv
Tabel 4.12 Perbandingan Koefisien Regresi antara
Kelompok Laki-laki dan Perempuan................................................. 95
Tabel 4.13 Proporsi Varian Sumbangan Masing-masing
Independen Variabel Kelompok Laki-laki.........................................100
Tabel 4.14 Proporsi Varian Sumbangan Masing-masing
Independen Variabel Kelompok Perempuan .....................................103
Tabel 4.15 Perbandingan Proporsi varian Sumbangan Masing-masing
Independen Variabel antara Kelompok Laki-laki dan Perempuan .....106

xv
DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir .............................................................................37


Gambar 3.1 Analisis Faktor Konfirmatorik Dua Tingkat dari
Health-Specific Self-Efficacy...........................................................53
Gambar 4.1 Residual Plot Perilaku Sehat ...........................................................107

xvi
BAB 1

PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi latar belakang mengapa perlu dilakukan penelitian perilaku sehat

mahasiswa, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, pembahasan

masalah dan sistematika penulisan.

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia. Sehat dan

sakit bukan hanya ditentukan secara biologis, tetapi juga ditentukan oleh masalah

perilaku individu, yaitu perilaku sehat. Perilaku sehat merupakan elemen yang paling

penting bagi kesehatan dan keberadaan manusia.

Perilaku sehat sering didefinisikan sebagai perilaku seseorang yang terlibat

dalam pemeliharaan atau peningkatan kesehatan mereka saat ini dan untuk

menghindari penyakit. Termasuk beberapa perilaku seseorang untuk melindungi,

mempromosikan, atau memelihara kesehatannya. Baik tidaknya perilaku secara

objektif efektif sampai akhir (Conner & Norman, 1996; Schwarzer & Renner, 2000;

dalam Renner & Schwarzer, 2003).

Menurut Conner (2002) yang termasuk dalam perilaku sehat yaitu

penggunaan layanan medis (misalnya, kunjungan dokter, vaksinasi, skrining), sesuai

1
2

dengan regimen medis (misalnya, diet diabetes, regimen antihipertensi), dan perilaku

sehat mandiri (misalnya, diet, olahraga, merokok, konsumsi alkohol).

Perilaku sehat yang buruk memiliki efek yang buruk terhadap kesehatan atau

menimbulkan penyakit. Perilaku tersebut termasuk merokok, konsumsi alkohol yang

berlebihan, dan konsumsi makanan berlemak tinggi. Sebaliknya meningkatkan

perilaku sehat bermanfaat untuk kesehatan atau melindungi individu dari penyakit.

Perilaku tersebut termasuk olahraga, konsumsi buah dan sayur, dan menggunakan

kondom dalam menanggapi ancaman penyakit seksual menular. Banyak kondisi

kesehatan yang disebabkan oleh perilaku seperti minum alkohol, penggunaan

narkoba, merokok, mengemudi sembrono, makan berlebihan, atau hubungan seksual

tanpa kondom (Renner & Schwarzer, 2003).

Peran perilaku sehat mendapat perhatian yang tinggi karena kebiasaan

perilaku sehat mempengaruhi kecenderungan berkembangnya penyakit yang kronis

dan fatal seperti hepatitis, kanker, dan AIDS (WHO dalam Sarafino, 2006). Perhatian

ini disimulasi oleh perubahan penyakit mulai dari infeksi sampai pada penyakit

kronis yang dapat menyebabkan kematian ditambah dengan meningkatnya biaya

pengobatan dan data yang membuktikan bahwa perilaku individu dapat meningkatkan

kematian dan penyakit. Penyakit dan kematian akan berkurang jika manusia memiliki

gaya hidup yang meningkatkan kesehatan, seperti diet sehat dan tidak merokok

(Sarafino, 2006).

Perilaku sehat yang terbentuk pada masa dewasa awal mungkin memiliki

dampak pada kesehatan selama hidupnya nanti. Memasuki perguruan tinggi dapat
3

menjadi peristiwa menarik namun juga stres bagi remaja dan dewasa muda dimana

mereka mencoba untuk beradaptasi dengan perubahan beban kerja akademik,

jaringan pendukung, dan lingkungan baru mereka. Ditambah dengan perubahan ini

dan tanggung jawab yang baru, mereka memiliki kebebasan yang lebih besar dan

kontrol atas gaya hidup mereka daripada sebelumnya. Namun, para peneliti telah

menunjukkan secara global bahwa banyak mahasiswa terlibat dalam berbagai

perilaku sehat beresiko (Von, Ah D. dkk., 2004).

Mahasiswa adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan

tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi (Wikipedia, 2009). Sejatinya

sebagai mahasiswa yang dianggap memiliki nilai positif di masyarakat, haruslah

berperilaku positif pula. Akan tetapi hal tersebut berlawanan dengan kondisi jiwa

mahasiswa pada umumnya, selayaknya seseorang yang sedang mengalami masa

transisi dalam hidupnya, mereka juga dihadapkan pada berbagai godaan yang

menarik dan menggiurkan. Sehingga kecenderungan untuk melakukan hal negatif dan

mencoba sesuatu yang baru yang dapat menarik perhatiannya, akan dilakukan oleh

kebanyakan remaja dalam masa ini seperti tawuran, merokok, penggunaan narkoba,

perilaku seksual bebas dan perilaku tidak sehat lainnya yang dapat berakibat

timbulnya penyakit.

Mahasiswa merupakan kaum terpelajar, dari kecil mereka mendapat

pendidikan formal dalam institusi pendidikan yang tentunya mengajarkan mana hal

yang benar dan mana hal yang salah. Banyak mahasiswa yang tahu pentingnya
4

kesehatan dan akibat dari perilaku sehat yang buruk, tetapi tidak mampu

mengaplikasikan pengetahuannya tersebut bagi peningkatan kualitas kehidupannya.

Dari beberapa macam perilaku sehat yang ada, yang diteliti dalam penelitian

ini yaitu perilaku makan, olahraga, perilaku merokok, dan mengkonsumsi alkohol.

Perilaku pola makan adalah cara seseorang atau kelompok orang memilih

makanan dan memakannya sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologis,

psikologis, budaya dan sosial. Pola makan yang sehat dapat dilihat dari jumlah yang

sesuai dengan kebutuhan tubuh, jadwal yang teratur dan jenis makanan yang

bervariasi (dalam Aminah, 2010).

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Darlina (2004), 89% mahasiswa

putri dan 92% mahasiswa putra suka mengkonsumsi mie instant sebagai makanan

pengganti pada saat-saat tertentu seperti waktu pagi dan malam hari. Sebagian

mahasiswa USU (Universitas Sumatera Utara) memberi alasan mengkonsumsi mie

instant karena harga yang relatif murah dibandingkan dengan membeli sebungkus

nasi. Kebiasaan mengkonsumsi mie instant tersebut dapat menimbulkan masalah gizi,

mengingat mie instant termasuk makanan yang mengenyangkan dan cepat

menimbulkan rasa puas sehingga dapat mengakibatkan kekurangan gizi apabila tidak

ditambahkan lauk pauk untuk melengkapi gizinya (dalam Mulia, 2010).

Selanjutnya yaitu olahraga. Berbagai aktivitas olahraga yang dilakukan

manusia bertujuan untuk meningkatkan kualitas fisik sumber daya manusia, terutama

apabila dilakukan secara benar dan teratur. Olahraga merupakan suatu aktivitas

aerobik, yang terutama bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan


5

kesehatan dan daya tahan jantung, paru, peredaran darah, otot-otot, dan sendi-sendi.

Olahraga yang dilakukan secara teratur akan memberikan pengaruh yang besar

terhadap tubuh kita. Olahraga dengan pembebanan tertentu akan mengubah faal tubuh

yang selanjutnya akan mengubah tingkat kesegaran jasmani (Moeloek D,

Tjokronegoro A, 1984 dikutip oleh Syatria, 2006).

Dengan semakin banyaknya jenis olahraga yang ditawarkan, maka semakin

mudah pula bagi masyarakat untuk memilih dan melakukan olahraga yang disenangi.

Namun, amat disayangkan karena hanya 26,2% dari masyarakat Indonesia yang

berusia 10-30, yang melakukan olahraga (Kuntaraf KL, Kuntaraf J, 1992 dikutip oleh

Syatria, 2006).

Perilaku sehat yang lainnya yaitu perilaku merokok. Di kampus, merokok

seakan menjadi pemandangan umum. Sering kita temui beberapa mahasiswa

merokok di sela-sela kegiatan kuliahnya. Bagi mereka, merokok seperti kegiatan

yang tidak dapat ditinggalkan. Padahal, dalam rokok terdapat zat adiktif yang dapat

membuat seseorang kecanduan. Maka, jika mahasiswa yang merokok tidak segera

berhenti merokok, kebiasaan buruk ini akan berlanjut terus hingga mereka tua.

Dengan kata lain, mereka harus siap menanggung beban-beban penyakit yang

ditimbulkan oleh rokok (Sari, 2010).

Berdasarkan data hasil laporan WHO 2008, Indonesia menempati urutan

ketiga perokok terbesar didunia yaitu dengan jumlah 65 juta perokok atau 28% per

penduduk (~225 miliar batang per tahun). Dan statistik perokok di kalangan anak -

anak dan remaja yaitu anak/remaja pria sebesar 24,1% , anak/remaja wanita sebesar
6

4,0%, atau 13,5% anak/remaja Indonesia. Indonesia ternyata menempati urutan

pertama dalam jumlah perokok remaja terbanyak di dunia. Pada tahun 2008, lebih 5

juta orang mati karena penyakit yang disebabkan rokok. Ini berarti setiap 1 menit

tidak kurang 9 orang meninggal akibat racun pada rokok. Angka kematian oleh rokok

ini jauh lebih besar dari total kematian manusia akibat HIV/AIDS, + tubercolis +

malaria + flu burung (Nusantaranews, 2009) .

Selanjutnya beberapa kasus juga terjadi pada mahasiswa akibat

mengkonsumsi alkohol, seperti yang terjadi di Tangerang, Selasa (11/05/2010)

minum miras oplosan seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Penerbangan (STP)

berinisial LW, tewas setelah dua hari mendapat perawatan RS. Husada Insan. Selain

itu ada juga kasus yang terjadi Surabaya, Kamis (27/11/2008) dinihari, sebanyak 12

mahasiswa diciduk polisi karen kedapatan pesta minum-minuman keras (miras) di

kampus Universitas IKIP PGRI Adi Buana di kawasan Jalan Ngagel.

Beberapa mahasiswa yang mempunyai ketergantungan pada alkohol

mempunyai kehidupan yang kurang teratur. Pada mahasiswa yang mengalami

akoholisme prestasi dan hasil akademiknya relatif kurang baik, meskipun mahasiswa

tersebut sebenarnya mempunyai potensi dan kemampuan yang cukup. Hal tersebut

terjadi karena biasanya mahasiswa mengkonsumsi minuman berakohol pada malam

hari sehingga pada pagi harinya mahasiswa tersebut tidak bisa mengikuti kuliah

karena efek alkohol yang masih dirasakan mengganggu aktivitas mahasiswa tersebut

untuk mengikuti kuliah. Mahasiswa yang mengalami alkoholisme biasanya


7

mempunyai orientasi yang rendah terhadap tugasnya sebagai mahasiswa (Istana Blog,

2010).

Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi beberapa perilaku sehat di atas,

salah satunya adalah faktor psikologis. Dalam Taylor (1995) yang termasuk dalam

faktor psikologis yaitu faktor emosi, faktor kognitif, dan faktor kepribadian atau

psikologis umum yang mempengaruhi individu untuk terlibat dalam perilaku sehat.

Yang termasuk dalam faktor-faktor tersebut diantaranya adalah self-esteem, perceived

self-efficacy, locus of controll dan kepribadian.

Self-esteem didefinisikan sebagai pikiran dan perasaan individu tentang nilai

dan pentingnya diri mereka sendiri, yaitu sikap positif atau negatif terhadap diri

sendiri secara keseluruhan (Rosenberg, 1965 dalam Juan L., José G. & Grijalvo,

2007). Self-esteem berkaitan dengan praktek perilaku sehat. Pada anak-anak dan

orang dewasa, mereka dengan self-esteem yang lebih tinggi kemungkinan besar

mempraktekkan berbagai kebiasaan sehat yang baik daripada mereka dengan self-

esteem yang rendah (Lau & Klepper, 1998 dalam Taylor, 1995).

Selanjutnya yaitu perceived self-efficacy. Perceived self-efficacy adalah

keyakinan seseorang mengenai kemampuan mereka untuk menghasilkan perilaku

(Bandura, 1994). Health-specific self-efficacy adalah optimistis seseorang untuk

dapat melawan godaan dan untuk mengadopsi gaya hidup sehat. Hubungan antara

self-efficacy dan perilaku sehat yang spesifik telah ditinjau. Sejumlah studi tentang

adopsi praktik kesehatan telah mengukur self-efficacy untuk menilai efek potensial

dalam memulai perubahan perilaku (Schwarzer & Renner, t.t.).


8

Self-efficacy secara langsung berkaitan dengan perilaku sehat, tetapi juga

mempengaruhi perilaku sehat secara tidak langsung melalui dampaknya pada tujuan.

Langkah-langkah umum self-efficacy mengacu pada kemampuan individu untuk

berurusan dengan berbagai situasi stres, mengukur efektivitas diri dalam perilaku

sehat yang mengacu pada keyakinan tentang kemampuan seseorang untuk melakukan

perilaku sehat tertentu (Schwarzer, t.t.).

Faktor psikologis lainnya yang mempengaruhi perilaku sehat yaitu locus of

controll. Menurut Rotter (1966) locus of controll adalah keyakinan individu

mengenai sumber penentu perilaku. Locus of controll terdiri dari dua bagian yaitu

internal locus of controll dan external locus of controll. Internal locus of controll

adalah cara individu yakin kontrol terhadap peristiwa berasal dari kemampuannya,

sedangkan external locus of controll adalah cara dimana individu yakin kontrol

terhadap peristiwa berasal dari luar kemampuannya (dalam Wallston, t.t.).

Health locus of controll adalah sejauh mana orang percaya bahwa kesehatan

mereka dikendalikan oleh faktor internal atau eksternal (Wallston dkk., 1976). Orang-

orang yang cenderung melihat kesehatan di bawah kontrol pribadi mungking lebih

cenderung untuk berlatih kebiasaan sehat yang baik daripada mereka yang

menganggap kesehatan mereka sebagai akibat dari faktor keberuntungan (Taylor,

2009).

Selanjutnya yaitu kepribadian. Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam

diri seseorang, sistem psikofisik yang menciptakan pola-pola karakteristik perilaku

seseorang, pikiran dan perasaan (Allport, 1961; dalam Hogan, Jonshon, & Briggs,
9

1997). Salah satu trait (sifat) dalam kepribadian yaitu Big Five atau Five Faktor

Model, Big Five Personality atau yang juga disebut dengan Five Faktor Model oleh

Costa & McRae dibuat berdasarkan pendekatan yang lebih sederhana. Di sini, peneliti

berusaha menemukan unit dasar kepribadian dengan menganalisa kata-kata yang

digunakan orang pada umumnya, yang tidak hanya dimengerti oleh para psikolog,

namun juga orang biasa. Faktor-faktor dalam teori kepribadian Five Faktor Model

yaitu Neuroticism, Extraversion, Openness, Agreeableness, dan Conscientiousness

(Pervin, Cervone, & John, 2005).

Teori kepribadian menunjukkan bahwa sifat-sifat atau kombinasi sifat

merupakan penentu fundamental dari perilaku dan ada cukup bukti yang

menghubungkan kepribadian dan perilaku (lihat Furnham dan Surga, 1999, sebagai

gambaran). Faktor kepribadian yang positif (misalnya, optimisme) atau negatif

(misalnya, efektivitas negatif) terkait dengan praktek perilaku sehat (Adler &

Matthews 1994, Steptoe et al, 1994; dalam Conner & Norman, 2005).

Faktor-faktor tersebut juga diperkuat oleh beberapa penelitian sebelumnya

yang telah dilakukan mengenai faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku

sehat. Penelitian-penelitian tersebut diuraikan dalam tabel 2.2 pada halaman 32.

Jadi berdasarkan permasalahan dibidang perilaku sehat yang dimiliki oleh

mahasiswa yang pada akhirnya permasalahan tersebut justru malah menimbulkan

masalah dan penyakit, maka perlu diketahui secara empiris faktor psikologis apa

sajakah yang menyebabkan baik dan buruknya perilaku sehat. Hal ini dilakukan

sebagai upaya menemukan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi mahasiswa
10

pada perilaku sehat. Dengan demikian peneliti ingin meneliti variabel-variabel

psikologis apa sajakah yang menyebabkan mahasiswa kesulitan dalam melakukan

perilaku sehat yang baik sehingga menyebabkan masalah dan penyakit. Oleh sebab

itu, penelitian ini peneliti beri judul : “Faktor - Faktor Psikologis yang

Mempengaruhi Perilaku Sehat Mahasiswa Beberapa Perguruan Tinggi di

Tangerang Selatan”.

1.2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti mengajukan pertanyaan penelitian sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh self-esteem, health-specific self-efficacy, eksternal

health locus of control, internal health locus of controll, extraversion,

agreeablenes, conscientiousness, neoriticsm, openness, dan kelas sosial

ekonomi orang tua terhadap perilaku sehat?

2. Bagaimanakah perbedaan pengaruh self-esteem, health-specific self-efficacy,

eksternal health locus of control, internal health locus of controll,

extraversion, agreeablenes, conscientiousness, neoriticsm, openness, dan

kelas sosial ekonomi orang tua terhadap perilaku sehat pada kelompok laki-

laki dan perempuan?


11

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Secara pokok dan prinsip, tujuan penelitian ini adalah menjawab pertanyaan

penelitian yang telah peneliti rumuskan diatas. Oleh karenanya tujuan dan manfaat

subtansial penelitian ini sangat berkaitan erat dengan pertanyaan penelitiannya yaitu:

1. Mengetahui pengaruh self-esteem, health-specific self-efficacy, eksternal

health locus of control, internal health locus of controll, extraversion,

agreeablenes, conscientiousness, neoriticsm, openness, dan kelas sosial

ekonomi orang tua terhadap perilaku sehat.

2. Melihat perbedaan pengaruh self-esteem, health-specific self-efficacy,

eksternal health locus of control, internal health locus of controll,

extraversion, agreeablenes, conscientiousness, neoriticsm, openness, dan

kelas sosial ekonomi orang tua terhadap perilaku sehat pada kelompok laki-

laki dan perempuan.

1.4. Pembatasan Masalah

Untuk membatasi ruang lingkup dalam penelitan ini, maka peneliti membatasi

penelitian ini hanya kepada:

1. Penelitian ini hanya melihat perilaku sehat berdasarkan 4 perilaku yaitu

perilaku makan, olahraga, perilaku merokok, dan konsumsi alkohol.

2. Faktor – faktor psikologis dalam penelitian ini adalah self-esteem, health-

specific self-efficacy, health locus of controll (eksternal health locus of


12

control dan internal health locus of controll), dan kepribadian (extraversion,

agreeablenes, conscientiousness, neoriticsmm, dan opennes) .

3. Populasi penelitian mahasiswa beberapa perguruan tinggi di Tangerang

Selatan.

1.5. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Berisi latar belakang mengapa perlu dilakukan penelitian perilaku

sehat, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian,

pembatasan masalah dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori

Di dalam bab ini akan dibahas sejumlah teori yang berkaitan dengan

masalah yang akan diteliti secara sistematis, beserta hipotesis

penelitian.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini meliputi, subyek penelitian, variabel penelitian, instrumen

penelitian, prosedur penelitian, dan teknik analisis data.

BAB IV : Hasil Penelitian

Dalam bab ini peneliti akan membahas mengenai hasil penelitian

meliputi, pengolahan statistik dan analisis terhadap data.


13

BAB V : Kesimpulan, Diskusi, dan Saran

Pada bab ini, peneliti akan merangkum keseluruhan isi penelitian dan

meyimpulkan hasil penelitian. Dalam bab ini juga akan dimuat diskusi

dan saran.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini memaparkan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Bab ini terdiri

dari 4 subbab yaitu subbab tentang deskriptif teoritis yang membahas perilaku

sehat, pengukuran perilaku sehat, dan hipotesis penelitian.

2.1. Perilaku Sehat

2.1.1 Definisi Perilaku Sehat

Perilaku sehat secara luas dapat didefinisikan sebagai tindakan untuk

mempertahankan atau meningkatkan kesehatan (Kasl & Cobb, 1966; dalam

Vickers dkk., 1988 ).

Perilaku sehat juga sering didefinisikan sebagai perilaku seseorang yang

terlibat dalam pemeliharaan atau peningkatan kesehatan mereka saat ini dan untuk

menghindari penyakit. Termasuk beberapa perilaku seseorang untuk melindungi,

mempromosikan, atau memelihara kesehatannya. Baik atau tidak perilaku secara

objektif efektif sampai akhir (Conner & Norman, 1996; Schwarzer & Renner,

2000; dalam Renner & Schwarzer, 2003).

Dan dalam Taylor (2009), perilaku sehat adalah perilaku yang dilakukan

seseorang untuk mengatur dan menstabilkan kesehatan mereka. Perilaku sehat

yang buruk adalah hal yang penting bukan hanya terimplikasi kepada penyakit

tapi juga dapat dengan mudah menjadi kebiasaan yang buruk.

14
15

Jadi, perilaku sehat adalah perilaku-perilaku seseorang dalam menjaga,

memelihara dan mengembangkan kesehatannya.

2.1.2 Macam-macam Perilaku sehat

Empat perilaku sehat dipilih untuk mewakili empat kategori utama perilaku sehat

empiris digambarkan oleh Vickers dan Hervig (1984). Secara umum, kategori

yang diwakili (a) perilaku yang mengurangi resiko membebani kapasitas adaptif

tubuh, (b) yang melibatkan mengambil resiko perilaku, terutama sebagai pejalan

kaki atau driver, (c) perilaku yang seharusnya membantu mencegah timbulnya

penyakit, dan (d) perilaku yang dapat meningkatkan kesehatan bukan hanya

mencegah penyakit (dalam Vickers dkk., 1988).

Menurut Vickers & Hervig (1984) dalam Vickers dkk. (1988) terdapat 2

dan 4 komponen dari perilaku sehat yaitu :

a) Perilaku pencegahan: penjagaan, pemeliharaan & pengembangan, serta

mencegah kecelakaan.

b) Perilaku beresiko: resiko penggunaan zat dan resiko lalu lintas.

Menurut Conner (2002) yang termasuk dalam perilaku sehat yaitu

penggunaan layanan medis (misalnya, kunjungan dokter, vaksinasi, skrining),

sesuai dengan regimen medis (misalnya, diet, diabetes, regimen antihipertensi),

dan perilaku sehat mandiri (misalnya, diet, olahraga, merokok, konsumsi alkohol).

Dari bermacam-macam perilaku sehat diatas, terdapat 4 perilaku sehat

yang peneliti analisis pada penelitian ini yaitu perilaku makan, olahraga, merokok,

dan konsumsi alkohol. Menurut Vickers & Hervig (1984) dalam Vickers dkk.
16

(1988) perilaku makan dan olahraga termasuk ke dalam perilaku penjagaan,

pemeliharaan dan pengembangan kesehatan. Selanjutnya perilaku merokok dan

konsumsi alkohol termasuk ke dalam perilaku resiko penggunaan zat. Penjelasan

dari masing-masing perilaku sebagai berikut.

1. Perilaku makan

Perilaku makan dalam penelitian ini adalah makan makanan dengan menu

seimbang. Dalam Notoatmodjo (2003) menu seimbang dalam arti kualitas

(mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam arti

jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga

tidak lebih).

Nutrisi jelas penting untuk mencegah penyakit dan meningkatkan

kesehatan. Selama ribuan tahun, manusia mengabdikan sebagian besar waktu

mereka untuk memenuhi makanan yang cukup (Sheridan & Redmacher, 1992).

Makanan yang terbuat dari kelompok atau kelas kimiawi sebagai berikut:

karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin, serta air dan serat. Kelompok-

kelompok ini terdiri dari zat kimia khusus yang disebut nutrisi. Sebagian besar

makanan mengandung lebih dari satu zat gizi (Kilander, 1957).

Fungsi umum kelas makanan atau kelompok gizi tersebut adalah sebagai

berikut: Karbohidrat dan lemak pasokan panas dan energi. Protein membangun

dan memperbaiki jaringan tubuh dan dapat pasokan panas dan energi. Mineral

membangun jaringan dan mengatur proses tubuh. Vitamin membantu

pertumbuhan dan membantu untuk mengatur proses tubuh. Air menyediakan

sarana untuk mengangkut bahan-bahan di dalam tubuh, dan membantu dalam


17

menghilangkan limbah dan mengatur suhu tubuh. Serat membantu dalam

pencernaan dan eliminasi. Gizi yang baik sangat penting untuk kesehatan yang

baik. Bahkan, tanpa makanan yang memadai, tidak ada yang bisa memiliki

kesehatan yang optimal (Kilander, 1957).

2. Olahraga (exercise)

Semua aktivitas-fisik kecuali figeting merupakan penggunaan energi dan

pembakaran kalori. Olahraga adalah kelas khusus aktivitas fisik di mana orang

menggunakan tubuh mereka demi kesehatan atau pengembangan tubuh (dalam

Sarafino, 1994).

Olahraga merupakan salah satu perilaku sehat yang paling penting karena

olahraga membuat orang bergerak dan mampu merawat diri mereka sendiri.

Manfaat dari Olahraga Reguler (dalam Taylor, 2009):

• Meningkatkan konsumsi oksigen maksimum

• Mengurangi istirahat denyut jantung

• Mengurangi tekanan darah (dalam beberapa)

• Meningkatkan kekuatan dan efisiensi jantung

• Mengurangi penggunaan sumber energi, seperti glutamin

• Meningkatkan HDL, kolesterol total berubah

• Mengurangi penyakit kardiovaskular

• Mengurangi obesitas

• Meningkatkan umur panjang

• Mengurangi panjang siklus haid, menurunkan estrogen dan progresterone

• Mengurangi resiko beberapa kanker


18

• Meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh

• Mengurangi suasana hati yang negatif

Ada banyak bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa aktivitas fisik

memberikan kontribusi untuk kesehatan fisik dan mental yang baik. Penelitian

telah menunjukkan bahwa olahraga menurunkan resiko penyakit jantung koroner,

kanker usus, osteoporosis, dan stroke. Sebuah penelitian baru menemukan

hubungan yang kuat antara kebugaran fisik dan semua penyebab kematian,

terutama penyakit jantung dan kanker (Blair et al, 1989). Olahraga juga dapat

membantu dalam pengelolaan diabetes, obesitas, dan depresi (Koplan, Caspersen,

& Powell, 1989). Dengan kata lain, "hal ini baik untuk dilakukan" (dalam

Sheridan & Radmacher, 1992).

3. Perilaku merokok (tobacco consumption)

Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam

penyakit. Ironisnya merokok ini, khususnya di Indonesia seolah-olah sudah

membudaya (Notoatmodjo, 2003).

Merokok adalah perilaku sehat yang paling terkait erat dengan jangka

panjang hasil kesehatan negatif. Merokok juga telah dihubungkan dengan jumlah

kanker, termasuk kanker tenggorokan, perut, paru-paru, dan usus serta beberapa

langsung berakibat kesehatan negatif seperti mengurangi kapasitas paru-paru dan

bronkitis (Royal College of Physicians, 1983). Meskipun hasil kesehatan negatif,

perokok sering melaporkan efek mood positif dari merokok dan penggunaan

merokok sebagai strategi untuk mengatasi stres. Mereka yang berhenti merokok
19

mengurangi resiko terhadap kesehatan mereka, khususnya jika mereka berhenti

sebelum 35 tahun (Doll et al 1994; dalam Conner, 2002).

4. Konsumsi alkohol (alkohol consumption)

Alkohol adalah cairan tidak berwarna, mudah terbakar dibuat dari

fermentasi gula dan pati. Ini melayani banyak tujuan dan datang dalam berbagai

bentuk, dari pelarut untuk anggur berkualitas. Keracunan disebabkan oleh

pengaruh alkohol pada sistem saraf pusat. Tergantung pada beberapa faktor,

konsumsi alkohol dapat menjadi biasa saja atau fatal (dalam Sheridan &

Radmacher, 1992).

Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menghasilkan beberapa masalah

kesehatan yang serius. Sirosis hati merupakan penyebab utama kematian di antara

pecandu alkohol. Sirosis adalah akumulasi jaringan parut pada hati, menyebabkan

hilangnya fungsi dalam organ vital (Eckhardt dkk, 1981). Mengkonsumsi alkohol

yang berat dapat mempengaruhi penyempitan otot jantung, sehingga fungsi

kurang efisien, dan dapat menyebabkan kerusakan saraf. Alkohol menyebabkan

masalah, disorientasi, dan gangguan visual (Eckhardt et al, 1981). Konsumsi

alkohol yang berat juga bisa menyebabkan kemandulan, dan alkohol dapat

memiliki efek negatif langsung terhadap kehamilan dan perkembangan janin

(dalam Dimatteo, 2002).

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sehat

Dalam Taylor (1995) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi praktek

perilaku sehat, antara lain variabel demografi, faktor sosial (seperti pengaruh
20

sosial dan values), faktor emosi (seperti self-esteem dan personal goals), faktor

kognitif (seperti pengetahuan dan rasa self-efficacy), perceived symptoms dan

faktor yang berhubungan dengan akses pelayanan medis (cf. H. Leventhal.

Leventhal, & Nguyen, 1985). Selain itu juga para peneliti meneliti faktor-faktor

dalam kepribadian individu atau psikologis umum yang mempengaruhi seseorang

untuk terlibat dalam perilaku sehat (diantaranya usia, locus of control dan

kepribadian).

Dan dalam Taylor (2009) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku

sehat antara lain :

1. Variabel Demografis

Perilaku sehat dibedakan berdasarkan faktor demografis. Orang yang lebih

muda, lebih kaya, yang mempunyai pendidikan lebih tinggi, yang mempunyai

kadar stres dibawah rata-rata dengan dukungan sosial yang tinggi biasanya

mempraktekkan perilaku atau kebiasaan sehat lebih baik dibandingkan orang

dengan kadar stres yang lebih tinggi dan sumber daya lebih sedikit. Seperti

individu dengan kelas sosial yang rendah (Gottlieb & Green, 1984; dalam Taylor,

2009).

2. Usia

Perilaku sehat bervariasi berdasarkan usia. Biasanya, kebiasaan sehat itu

baik di masa kecil, memburuk pada masa remaja dan dewasa muda, tetapi

meningkat kembali pada orang yang lebih tua (Leventhal, Proschaska, &

Hirschman, 1985; dalam Taylor, 2009).


21

3. Values

Values terkait dengan budaya atau kelompok ekonomi sosial tertentu

(Donovan, Jessor, & Costa, 1991; Langlie, 1997; dalam Taylor, 1995). Values

sangat mempengaruhi praktek kebiasaan sehat. Sebagai contoh, olahraga untuk

wanita mungkin dianggap diinginkan dalam satu budaya, tapi tidak diinginkan di

budaya lain (Donovan, Jessor, & Costa, 1991; dalam Taylor, 2009).

4. Personal Control

Dalam Taylor (2009) persepsi mengenai kesehatan seseorang berada di

bawah kontrol pribadi juga menentukan kebiasaan sehat. Salah satu yang telah

mendapat perhatian adalah locus of control (Lau, 1988; Rotter, 1966; Strickland,

1978).

Sebagai contoh, skala Health Locus of Control (Wallston, Wallston, &

DeVellis, 1978) mengukur sejauh mana orang merasa diri mereka dapat

mengendalikan kesehatan mereka, merasa orang lain yang sangat kuat dapat

mengendalikan kesehatan mereka, atau menganggap keberuntungan sebagai

penentu utama kesehatan mereka. Orang-orang yang cenderung melihat kesehatan

di bawah kontrol pribadi mungkin cenderung untuk berlatih kebiasaan sehat yang

lebih baik daripada mereka yang menganggap kesehatan mereka sebagai akibat

dari faktor keberuntungan (Taylor, 2009).

5. Pengaruh Sosial

Pengaruh sosial mempengaruhi praktek kebiasaan sehat. Keluarga, teman,

dan teman kerja semua dapat mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan

kesehatan terkadang ke arah yang bermanfaat, pada waktu yang lain ke arah
22

merugikan (Broman, 1993; turbin at al, 2006). Sebagai contoh, tekanan teman

sebaya sering menyebabkan merokok pada remaja (dalam Taylor, 2009).

6. Personal Goals

Kebiasaan sehat sangat terikat dengan personal goals (Eiser & Lembut,

1998). Jika kebugaran pribadi atau prestasi atletik merupakan tujuan penting,

orang mungkin akan lebih berolahraga secara teratur daripada jika kebugaran

bukan tujuan pribadi (dalam Taylor, 2009).

7. Perceived Symptoms

Beberapa kebiasaan sehat biasanya dikontrol oleh perceived symptoms

contohnya perokok mungkin mengontrol perilaku merokok mereka jika

mengalami gangguan di tenggorokan mereka. Perokok yang bangun dengan

batuk-batuk dan tengguorkan yang sakit mungkin akan berpikir kembali bahwa

dia sebenarnya bisa mempunyai masalah kesehatan pada saat itu (Taylor, 2009).

8. Akses Pelayanan Kesehatan

Akses pelayanan kesehatan juga bisa mempengaruhi praktek perilaku

sehat dengan menggunakan program screaning tubercolosis (TBC), mendapatkan

Pap-Smear secara regular, mendapatkan mammogram dan mendapatkan

imunisasi pada masa kecil adalah perilaku sehat yang berhubungan langsung

dengan pelayanan kesehatan (Taylor, 2009).

9. Faktor Kognitif

Pada akhirnya, praktek perilaku sehat berkaitan dengan faktor-faktor

kognitif, seperti pengetahuan dan intelegensi (Jeccard, Dodge, & Guilamo-Ramos,

2005). Misalnya, keyakinan terhadap perilaku sehat tertentu yaitu bermanfaat atau
23

berarti bahwa seseorang mungkin rentan terhadap penyakit jika dia tidak

melakukan perilaku sehat tertentu dan juga tidak memprediksi perilaku sehat

(dalam Taylor, 2009).

Dari beberapa teori yang ada peneliti memilih teori dari Taylor (1995).

Dan dari faktor-faktor tersebut, peneliti meneliti beberapa faktor psikologis yang

mempengaruhi perilaku sehat yaitu :

1. Self-Esteem

Berbeda dengan konsep diri, yang merupakan pandangan kognitif diri,

harga diri dapat didefinisikan sebagai komponen afektif dari diri (Seigley, 1999).

Self-esteem mengacu pada persepsi seseorang tentang harga diri (Rosenberg,

1965; dalam Alison dkk., 1999).

Salah satu instrumen yang paling banyak digunakan untuk menilai harga

diri adalah Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES; Rosenberg, 1989). Penulis ini

berpendapat bahwa self-esteem komponen dari self-concept dan didefinisikan

sebagai pikiran dan perasaan individu tentang nilai dan pentingnya diri mereka

sendiri, yaitu sikap positif atau negatif terhadap diri sendiri secara keseluruhan

(Rosenberg, 1965). RSES adalah instrumen unidimensional terbuat dari konsepsi

fenomenologis diri yang menangkap persepsi keseluruhan dari subyek dari nilai

mereka sendiri melalui skala 10 item, 5 item positif dan 5 item negatif (dalam

Juan L., José G. & Grijalvo, 2007).

Self-esteem juga berkaitan dengan praktek perilaku sehat. Pada anak-anak

dan orang dewasa, mereka dengan self-esteem yang lebih tinggi kemungkinan

besar mempraktekkan berbagai kebiasaan sehat yang baik daripada mereka


24

dengan self-esteem yang rendah (Lau & Klepper, 1998). Umumnya, perilaku sehat

yang baik lebih mungkin untuk dipraktekkan oleh orang-orang dengan rasa

psikologis kesejahteraan dan keyakinan bahwa kesehatan mereka umumnya baik

(Mekanik & Jelas, 1980). Mechanic & Jelas (1980) berpendapat bahwa perilaku

sehat yang positif adalah bagian dari gaya hidup yang kompleks yang

mencerminkan kemampuan untuk mengantisipasi masalah, untuk memobilisasi

dalam menghadapi masalah, dan mengatasi secara aktif. Dengan demikian,

perilaku sehat mirip dengan aspek kehidupan lainnya yang membutuhkan rencana

aktivitas mengatasi masalah (dalam Taylor, 1995).

Dalam sebuah penelitian tentang perilaku sehat remaja yang dilaporkan

oleh Stein et al, (1998) dalam Seigley (1999) menunjukkan adanya hubungan

antara self-esteem yang rendah dan praktek kesehatan beresiko.

2. Health-Specific Self-efficacy

Perceived self-efficacy didefinisikan sebagai keyakinan seseorang tentang

kemampuan mereka untuk menghasilkan tingkat kinerja yang ditunjuk

mempunyai pengaruh atas peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi kehidupan

mereka. Self-efficacy beliefs menentukan bagaimana orang merasa, berpikir,

memotivasi diri dan berperilaku. Keyakinan tersebut menghasilkan efek beragam

melalui empat proses utama. Mereka termasuk kognitif, motivasi, afektif dan

proses seleksi (Bandura, 1994).

Menurut Social Cognitive Theory (SCT) (Bandura, 1997), kontrol personal

memfasilitasi perubahan perilaku sehat. Self-efficacy mengacu pada rasa kontrol

atas lingkungan dan perilaku. Self-efficacy beliefs adalah suatu kognisi yang
25

menentukan apakah untuk memulai perubahan perilaku sehat akan dibuat banyak

usaha dan berapa lama seseorang dapat menghadapi hambatan dan kegagalan.

Self-efficacy secara langsung berkaitan dengan perilaku sehat, tetapi juga

mempengaruhi perilaku sehat secara tidak langsung melalui dampaknya pada

tujuan. Sementara langkah-langkah umum self-efficacy mengacu pada

kemampuan untuk menghadapi situasi stres, tindakan self-efficacy untuk perilaku

sehat mengacu pada keyakinan tentang kemampuan untuk melakukan perilaku

sehat tertentu (Schwarzer, t.t.).

Health-specific self-efficacy adalah optimistis keyakinan diri seseorang

untuk dapat menahan godaan dan mengadopsi gaya hidup sehat (dalam Schwarzer

& Renner, tt). Health specific self-efficacy pada penelitian ini terdiri dari nutrition

self-efficacy, physical exercise self-efficacy, smoking cessation self-efficacy dan

alcohol resistance self-efficacy.

3. Health Locus of Control

Health locus of control adalah sejauh mana orang percaya bahwa

kesehatan mereka dikendalikan oleh faktor internal atau eksternal (Wallston,

Wallston, Kaplan and Maides, 1976).

Dan dalam Taylor (2003) health locus of control adalah persepsi bahwa

kesehatan seseorang berada di bawah kendali pribadi, dikendalikan oleh orang

lain yang kuat seperti dokter, atau ditentukan oleh faktor eksternal termasuk

keberuntungan.

Dimensi internal-eksternal mendefinisikan individu umumnya yakin

mengenai sumber bantuan. Individu dengan internal locus of control lebih


26

cenderung percaya bahwa sumber bantuan adalah konsekuensi perilaku mereka

sendiri, sedangkan individu dengan external locus of control cenderung melihat

sumber bantuan mereka sebagai di bawah kendali eksternal, yaitu tergantung pada

orang lain atau kesempatan (Rotter, 1954, 1996; dalam Taylor, 1995).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa individu dengan internal locus of

control lebih mungkin untuk memikul tanggung jawab untuk kesehatannya

sendiri. Mereka mungkin mempraktekkan perilaku sehat yang lebih baik, lebih

menjaga hati-hati terhadap kecelakaan, dan mengumpulkan informasi kesehatan

lebih dari individu dengan external locus of control (Strickland, 1978). Namun,

hasil tidak selalu kuat, dan masalah pengukuran mengganggu konstrak locus of

control. Akibatnya, hubungan antara variabel locus of control dan perilaku sehat

preventif itu sederhana (dalam Taylor, 1995).

Sebagai konsekuensi dari jenis-jenis temuan, peneliti telah mencoba untuk

mengetahui locus of control apakah yang lebih tepat dalam konteks kesehatan

(Lau & Ware, 1981; KA Wallston, Wallston & DeVellis, 1978). Sebagai contoh,

Skala Health Locus of Control, dikembangkan oleh Wallston et al. (1978),

mengukur tiga faktor. (1) subskala internal health locus of control, (2) subskala

eksternal health locus of control, (3) subskala ketiga, kesempatan (chance) health

locus of control (dalam Taylor, 1995).

4. Kepribadian

Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri seseorang, sistem

psikofisik yang menciptakan pola-pola karakteristik perilaku seseorang, pikiran

dan perasaan (Allport, 1961; dalam Hogan, Jonshon, & Briggs, 1997).
27

Trait adalah sifat konsisten pola pikiran, perasaan, atau tindakan yang

membedakan orang dari satu sama lain. Trait tampaknya diperlukan untuk ilmu

kepribadian, karena semua ilmu pengetahuan adalah untuk mengidentifikasi dan

menjelaskan pola-pola yang konsisten (Hanson, 1958 dalam Hogan, Jonshon, &

Briggs, 1997).

Selama bertahun-tahun, para peneliti sifat, Eysenck, Cattell dan lain-lain

bersemangat memperdebatkan jumlah dan trait dari dimensi dasar kepribadian.

Karena masalah itu belum terselesaikan, lapangan tetap terpecah-pecah dan

berantakan. Sejak 1980-an, perbaikan bertahap dalam kualitas dan kecanggihan

metode, terutama analisis faktor, telah menyebabkan awal dari sebuah konsensus.

Sekarang banyak peneliti setuju bahwa perbedaan individu dapat berguna diatur

dalam lima dimensi besar, bipolar (John & Srivastava, 1999: John McCrae &

Costa, 2003). Dikenal luas sebagai dimensi fitur "Big Five" - bukan karena

mereka begitu hebat, tetapi karena jangkauan yang luar biasa dan tingkat abstraksi

(dalam Pervin, Corvone & John, 2005).

Big Five disusun bukan untuk menggolongkan individu ke dalam satu

kepribadian tertentu, melainkan untuk menggambarkan sifat-sifat kepribadian

yang disadari oleh individu itu sendiri dalam kehidupannya sehari-hari.

Pendekatan ini disebut Goldberg sebagai Fundamental Lexical (Language)

Hypothesis; perbedaan individu yang paling mendasar digambarkan hanya dengan

satu istilah yang terdapat pada setiap bahasa (dalam Pervin, Corvone & John,

2005).
28

Big Five Personality atau yang juga disebut dengan Five Faktor Model

oleh Costa & McRae dibuat berdasarkan pendekatan yang lebih sederhana. Di

sini, peneliti berusaha menemukan unit dasar kepribadian dengan menganalisa

kata-kata yang digunakan orang pada umumnya, yang tidak hanya dimengerti oleh

para psikolog, namun juga orang biasa (Pervin, Corvone & John, 2005).

Faktor-faktor dalam teori kepribadian five faktor model yaitu Neuroticism,

Extraversion, Openness, Agreeableness, dan Conscientiousness. Definisi serta

karakteristik orang dengan skor yang tinggi dan skor yang rendah dari faktor-

faktor tersebut bisa dilihat dari tabel di bawah yang merupakan hasil penelitian

dari Costa dan McCrae (Pervin, Corvone & John, 2005).


29

Tabel 2.1

Indikator dan Kerakteristik Faktor Kepribadian

Karakteristik Skala Trait Karakteristik Orang


Orang dengan Skor denga Skor Rendah
Tinggi
Mudah berhubungan Extraversion Lambat dalam
dengan orang lain, aktif, Menilai kuantitas dan menunjukkan perasaan,
cerewet, person- intensitas dari interaksi serius dan
oriented, interpersonal, tingkat bertanggungjawab,
optimis, suka bersenang- keaktifan, kebutuhan akan tidak semangat, tidak
senang, dan penuh kasih stimulasi, dan kapasitas untuk ramah, berorientasi
saying kesenangan. tugas, pendiam
berhati lembut, bersifat Agreeableness Sinis, kasar, curiga,
baik, mudah percaya Menilai kualitas dari orientasi tidak kooperatif, penuh
pada orang lain, suka interpersonal seseorang yang dendam, mudah
membantu, pemaaf, bervariasi menurut suatu tersinggung,
mudah tertipu, dan jujur kontinum dari merasa kasihan manipulative
sampai antagonis dalam
pikiran, perasaan, dan
perbuatan
Terorganisir, dapat Conscientiousness Tidak punya tujuan,
dipercaya, pekerja keras, Menilai tingkat keteraturan, malas, ceroboh, cuek,
disiplin diri, tepat ketahanan,dan motivasi tidak punya keinginan
waktu, teliti, rapi, individu dalam perilaku yang yang kuat, hedonis.
ambisius, dan berorientasi pada tujuan.
Tekun
khawatir, gelisah, Neuroticism Tenang, santai, tidak
emosional, merasa tidak Menilai penyesuaian versus emosional, tegar,
aman, tidak cakap, ketidakstabilan emosi. merasa aman, dan puas
hypochodriacal Mengidentifikasi individu yang atau bangga terhadap
rentan terhadap distres, ideide diri
yang tidak realistis, sendiri.
keinginan yang berlebih, dan
respon coping yang maladaptif.
selalu ingin tahu, punya Openness Konvensional, apa
ketertarikan yang Menilai pencarian yang adanya, tidak memiliki
beragam, kreatif, proaktif dan menghargai ketertarikan, tidak
orisinil, pengalaman, toleransi dan artistik, tidak analitis
penuh daya khayal, mengeksplorasi hal-hal yang
tidak tradisional tidak familiar.

Sumber : Pervin, Corvone & John (2005)


30

Teori kepribadian menunjukkan bahwa sifat-sifat atau kombinasi sifat

merupakan penentu fundamental dari perilaku dan ada cukup bukti

menghubungkan kepribadian dan perilaku (Furnham dan Surga, 1999). Faktor

kepribadian positif (misalnya, optimisme) atau negatif (misalnya, efektivitas

negatif) terkait dengan praktek perilaku sehat (Adler & Matthews 1994, Steptoe et

al, 1994; dalam Conner & Norman, 2005).

Sebuah literatur secara luas menjelaskan bahwa terdapat ciri-ciri

kepribadian yang berhubungan dengan hasil kesehatan (lihat Marshall et al,

1994.), namun, penelitian yang telah memfokuskan pada dampak dari sifat-sifat

ini pada perilaku sehat relatif sedikit. Untuk saat ini, sebagian besar penelitian

telah difokuskan pada pengaruh sifat-sifat ‘Big Five’ kepribadian (yaitu

neurotisisme, extraversion, conscientiousness, openness dan agreeableness)

terhadap perilaku sehat (misalnya Siegler et al, 1995;. Schwartz et al, 1999;.

Conner dan Ibrahim 2001). Terdapat penelitian yang menemukan efek langsung

ciri-ciri kepribadian ketika memprediksi perilaku sehat. Sebagai contoh,

extraversion telah ditunjukkan untuk menjelaskan varians tambahan dalam

perilaku olahraga, melebihi dan di atas yang dijelaskan oleh TPB (Theory Planned

Behavior) (misalnya Courneya et al. 1999). Demikian pula, Conner dan Abraham

(2001) melaporkan bahwa conscientiousness memiliki efek langsung pada

perilaku olahraga, meskipun extraversion dan neurotisisme hanya memiliki efek

tidak langsung. Tidak ada efek yang ditemukan untuk openness dan

agreeableness. Ditemukannya efek langsung conscientiousness dan extraversion

menyoroti kebutuhan untuk penelitian lebih lanjut tentang bagaimana sifat-sifat


31

kepribadian dapat berdampak pada perilaku sehat (dalam Conner & Norman,

2005).

Dan selain yang diteorikan, sebagai kontrol yang menjadi variabel

independen yaitu variabel demografis yang terdiri dari kelas sosial ekonomi orang

tua. Variabel demografis menunjukkan hubungan yang handal dengan kinerja

perilaku sehat. Perilaku tersebut bervariasi berdasarkan gender, dengan

perempuan umumnya kurang mungkin untuk merokok, mengkonsumsi alkohol

dalam jumlah besar, terlibat dalam olahraga teratur, tetapi lebih cenderung untuk

memantau diet mereka, minum vitamin dan terlibat dalam perawatan gigi

(Waldron 1988). Perbedaan status sosial ekonomi dan kelompok etnis juga jelas

untuk perilaku seperti diet, olahraga alkohol, konsumsi dan merokok (misalnya

blaxter, 1990; dalam Conner, 2002).

Secara umum, orang yang lebih muda, lebih kaya, berpendidikan yang

lebih baik, di bawah rendahnya tingkat stres, dengan tingkat tinggi dukungan

sosial lebih tinggi mungkin melakukan perilaku melindungi kesehatan. Tingginya

tingkat stres dan/atau kurangnya sumber daya terkait dengan perilaku beresiko

kesehatan seperti penyalahgunaan merokok dan alkohol (Adler dan Matthews

1994; dalam Conner, 2002).

Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai

pengaruh faktor-faktor psikologis terhadap perilaku sehat. Pada Tabel 2.2 ini

peneliti membuat matrikulasi hasil pengaruh faktor-faktor psikologis terhadap

perilaku sehat.
32

Tabel 2.2

Matrikulasi Hasil Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis terhadap Perilaku


sehat
No Nama Temuan
1 Allison K.R. dkk.(1999) - Faktor penentu kontrol individu, rasa
koherensi, self-esteem dan kesusahan
tidak menunjukkan hubungan yang
signifikan dengan salah satu dari empat
perilaku (physical inactivity, daily
smoking, heavy drinking dan risk
behavior index)
2 Abood & Conway (1988) - Temuan menunjukkan bahwa self-esteem
bukan merupakan kekuatan pendorong
praktek perilaku sehat tertentu. Namun,
self-esteem dapat memiliki hubungan
timbal balik dengan praktek umum
perilaku sehat. Artinya, self-esteem yang
tinggi dapat meningkatkan kecenderungan
umum seseorang untuk terlibat dalam
berbagai perilaku untuk meningkatkan
kesehatan. Sebaliknya, berpartisipasi
dalam berbagai perilaku sehat yang positif
dapat meningkatkan persepsi diri
seseorang.
2 Von, AH.D dkk. (2004) - Self-efficacy secara signifikan
memprediksi perilaku alkohol dan
merokok, aktivitas fisik dan perilaku
perlindungan gizi, perilaku protektif
terhadap keselamatan umum dan perilaku
perlindungan matahari.
3 Puchala dkk. (2007) - Ada pengaruh yang signifikan secara
statistik self-efficacy belief terhadap
perilaku sehat seperti konsumsi lemak
dalam makanan sehari-hari dan konsumsi
alkohol yang sudah berkurang.
4 Silalahi, Verawati (2009) - Terdapat hubungan positif dan signifikan
antara locus of control dengan perilaku
sehat
5 Torres & Pritchard (tt) - Agreebleness berkorelasi dengan perilaku
sehat yang lebih beresiko daripada
dimensi kepribadian lainnya.
- Para peneliti juga menemukan perbedaan
gender (jenis kelamin) yang signifikan
dalam perilaku beresiko kesehatan dan
33

tiga dimensi kepribadian. Pria terlibat


lebih dalam aksi kekerasan, penggunaan
tembakau, konsumsi alkohol, ganja dan
penggunaan narkoba lainnya
dibandingkan dengan wanita.
6 Conway, T. L. dkk (1992) - Conscientiousness, agreebleness dan
extraversion merupakan tiga elemen
penting dari kepribadian yang
memprediksi perilaku sehat.
7 Rohman, A (t.t.) - Tingkat perilaku merokok pada remaja
berada pada tingkatan sedang.
- Status sosial ekonomi orang tua remaja
adalah bawah.
- Terdapat hubungan negatif dan signifikan
antara status sosial ekonomi orang tua dan
tingkat perilaku merokok remaja.
8 Holopainen & Sulinto (2005) - Tidak ada hubungan antara status sosial
ekonomi orang tua dan perilaku sehat
remaja.

4.2. Pengukuran Perilaku sehat

Berikut ini pengukuran perilaku sehat pada beberapa penelitian terdahulu :

1. Von, AH. D. dkk. (2004) mengukur perilaku sehat dengan menggunakan

kuesioner self-report tentang perilaku sehat umum seperti konsumsi

alkohol, perilaku merokok, aktivitas fisik and perilaku pola makan/gizi,

perilaku keselamatan umum dan perilaku perlindungan dari sinar

matahari.

2. Allison, K.R. dkk. (1999) mengukur perilaku sehat beresiko berdasarkan

beberapa perilaku yaitu physical inactivity, daily smoking, heavy

dringking, dan semua perilaku beresiko.


34

3. Lantz dkk. (1998) mengukur perilaku sehat dari informasi self-report

responden berdasarkan 4 perilaku yaitu merokok, meminum alkohol, body

weight dan aktivitas fisik.

4. Pikko & Brassai (2007) mengukur perilaku sehat berdasarkan empat

perilaku yaitu merokok, konsumsi alkohol, penggunaan obat-obatan

terlarang, dan aktivitas olahraga.

5. Puchała J dkk. (2007) mengukur perilaku sehat berdasarkan empat

perilaku yaitu pola makan, aktivitas fisik, minum alkohol, dan merokok.

Dari sini terlihat bahwa meskipun instrument pengukuran perilaku sehat

berbeda-beda, tidak ada satupun pendekatan tunggal yang digunakan untuk alat

ukur perilaku sehat, namun secara skala pengukuran, bahwa alat ukur tersebut

sama yaitu menggunakan skala kontinum. Sehingga menurut peneliti tidak perlu

lagi untuk menyusun secara baku alat ukur perilaku sehat sebab tentu alat ukur

tersebut dibuat sesuai dengan perilaku sehat, namun sejauh pengukuran tersebut

menggunakan skala kontinum maka dapat diterima. Untuk lebih lengkap tentang

instrument pengukuran perilaku sehat, maka akan peneliti paparkan di BAB 3

pada sub-bab instrument pengumpulan data.

4.3. Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat pengaruh independent variable yang

diketahui terhadap dependent variable. Dalam penelitian ini dependent variable

yaitu perilaku sehat, sedangkan variabel yang di teorikan peneliti sebagai

independent variable berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya tentang


35

perilaku sehat, yaitu self-esteem, health-specific self-efficacy, health locus of

control (yang terdiri dari dua faktor yaitu internal health locus of control dan

eksternal health locus of control), dan kepribadian (yang terdiri dari lima faktor

yaitu extraversion, agreeableness, conscientiousness, neoriticism, dan openness) .

Dan selain yang diteorikan, peneliti juga meneliti variabel lainnya yaitu kelas

sosial ekonomi orang tua.

Bunyi hipotesis utamanya yaitu : “ada pengaruh yang signifikan dari

faktor psikologis seperti self-esteem, health-specific self-efficacy, internal

health locus of control, eksternal health locus of control, extraversion,

agreeableness, conscientiousness, neoriticism, openness, dan kelas sosial

ekonomi orang tua terhadap perilaku sehat”.

Selanjutnya hipotesis minor penelitian ini yaitu :

1. Self-Esteem berpengaruh signifikan terhadap perilaku sehat.

2. Health-specific self-efficacy berpengaruh signifikan terhadap perilaku

sehat.

3. Internal health locus of control berpengaruh signifikan terhadap perilaku

sehat.

4. Eksternal health locus of control berpengaruh signifikan terhadap perilaku

sehat.

5. Extraversion berpengaruh signifikan terhadap perilaku sehat.

6. Agreeableness berpengaruh signifikan terhadap perilaku sehat.

7. Conscientiousness berpengaruh signifikan terhadap perilaku sehat.

8. Neoriticism berpengaruh signifikan terhadap perilaku sehat.


36

9. Openness berpengaruh signifikan terhadap perilaku sehat.

10. Kelas sosial ekonomi orang tua berpengaruh signifikan terhadap perilaku

sehat.

Jika digambarkan dengan model, maka hipotesis utama dan kerangka

berpikir akan tampak seperti :


37

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

Self-Esteem

Health-Specific Self-Efficacy

Health Locus of Control


Internal Health Locus of Control

Eksternal Health Locus of Control

Benevolence

Perilaku Kesehatan
Kepribadian

Extraversion

Agreeableness

Conscientiousness

Neoriticsm

Opennes

Kelas Sosial Ekonomi Orang Tua

Keterangan : perilaku sehat sebagai dependent variable, sedangkan variabel

lainnya sebagai independent variable.


BAB 3

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dipaparkan tentang Populasi dan Sampel, Variabel Penelitian,

Definisi Operasional, Instrumen Pengumpulan Data, Pengujian Validitas Alat

Ukur, Prosedur Pengumpulan Data, dan Metode Analisis Data.

Pada penelitian ini, yang hendak diteliti adalah apakah ada pengaruh dari

masing-masing variabel independen terhadap perilaku sehat. Pendekatan yang

digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut adalah pendekatan

kuantitatif, dimana temuan penelitian merupakan kesimpulan yang bersifat

statistik.

3.1. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa beberapa perguruan tinggi di Tangerang

Selatan. Sampel penelitian ini ditetapkan sebanyak 200 orang tetapi yang

mengembalikan kuesioner hanya ada 195 orang.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini bersifat

non-probability sampling, dimana besar peluang untuk terpilihnya anggota

populasi tidak diketahui. Hal ini disebabkan oleh banyaknya jumlah perguruan

tinggi dan mahasiswa yang ada di Tangerang Selatan, sehingga tidak

memungkinkan peneliti untuk memiliki daftar dari seluruh anggota populasi

tersebut, terutama karena terbatasnya waktu, biaya dan tenaga. Meskipun

pengambilan sampel bersifat non-probability sampling, namun tetap diharapkan

38
39

hasil penelitiannya dapat digeneralisasikan ke populasi karena dalam penelitian ini

tujuan utamanya adalah untuk mengungkapkan ada tidaknya hubungan antar

variabel penelitian, bukan mengenai subjek penelitian.

3.2. Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

1. Perilaku Sehat

2. Self-Esteem

3. Health-specific self-efficacy

4. Healt Locus of Control (terdiri dari 2 faktor)

5. Kepribadian (terdiri dari 5 faktor)

6. Kelas Sosial Ekonomi Orang Tua

Adapun yang ditetapkan sebagai variabel dependen (outcome variable)

dalam penelitian ini adalah perilaku sehat, sedangkan variabel lainnya merupakan

variabel independen (predictor variable).

3.3. Definisi Operasional Variabel

Dari definisi konseptual yang telah dijelaskan dalam BAB 2, kemudian peneliti

menentukan definisi operasional yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Perilaku sehat adalah skor yang diperoleh tentang bagaimana praktek

perilaku sehat mahasiswa, yang terdiri dari empat perilaku yaitu perilaku

makan, olahraga, perilaku merokok dan mengkonsumsi alkohol.


40

2. Self-Esteem adalah skor yang diperoleh tentang persepsi mahasiswa

mengenai harga diri mereka dalam mempraktekkan perilaku sehat.

3. Health-Spesific Self-Efficacy adalah skor yang diperoleh tentang optimistis

kepercayaan diri mahasiswa untuk mampu menahan godaan dan

mengadopsi gaya hidup sehat. Indikator yang digunakan dalam skala ini

terdiri dari the nutrition self-efficacy, the physical exercise self-efficacy,

the alcohol resistance self-efficacy, dan the smoking cessation self-efficacy

yang dikemukakan dalam Renner & Schwarzer (t.t.).

4. Health Locus of Control adalah skor yang diperoleh tentang sejauh mana

mahasiswa merasa diri mereka mampu mengendalikan kesehatan mereka,

menganggap orang lain yang kuat untuk bertanggung jawab atas kesehatan

mereka, atau suatu keberuntungan sebagai penentu utama kesehatan

mereka. Indicator yang digunakan dalam skala ini berdasarkan pada

faktor-faktor health locus of control, yaitu internal health locus of control

dan eksternal health locus of control yang dikemukakan oleh Wallston,

Wallston & DeVellis (1978) dalam Taylor (2009).

5. Kepribadian adalah skor yang diperoleh dari hasil skala big five yang

terdiri dari lima subskala yang masing-masing mengukur dimensi

extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan

openness.

6. Kelas Sosial Ekonomi Orang Tua adalah penilaian subjek tentang dirinya

sendiri yaitu mengenai status tingkatan apakah termasuk dalam kelas

sosial ekonomi bawah, kelas menengah ke bawah, kelas menengah, kelas


41

menengah ke atas, atau kelas atas yang merujuk keadaaan ekonomi secara

umum.

3.4. Instrumen Pengumpulan Data

1. Perilaku sehat diukur dengan menggunakan kuesioner perilaku sehat yang

peneliti adaptasi dari Health Behavior Checklist yang disusun oleh Vickers

dkk. (1988). Alat ukur ini terdiri dari 7 item. Respon jawaban yang

diberikan terdiri dari 4-point yaitu sangat setuju sampai sangat tidak

setuju.

2. Self-Esteem diukur dengan menggunakan kuesioner Self-Esteem yang

disusun oleh Rosenberg. Alat ukur ini terdiri dari 10 item. Respon jawaban

yang diberikan terdiri dari 4-point yaitu dari sangat setuju sampai sangat

tidak setuju.

3. Health-Spesific Self-Efficacy diukur dengan menggunakan kuesioner

Health-Specific Self-Efficacy yang peneliti adaptasi dari Renner &

Schwarzer (t.t.). Alat ukur ini terdiri dari 12 item. Respon jawaban yang

diberikan terdiri dari 4-point yaitu dari sangat yakin sampai sangat tidak

yakin.

4. Health Locus of Control diukur dengan menggunakan kuesioner

Multidimensional Health Locus of Ccontrol (MHCL) yang peneliti

adaptasi dari Wallston, Wallston & DeVellis (1978). Alat ukur ini terdiri

dari 18 item. Respon jawaban yang diberikan terdiri dari 4-point yaitu dari

sangat setuju sampai sangat tidak setuju.


42

5. Kepribadian diukur dengan menggunakan Big Five Inventori (BFI) yang

peneliti adaptasi dari John, Oliver P. (1991) (dalam John & Srivastava,

1999). Alat ukur ini terdiri dari 44 item. Respon jawaban yang diberikan

terdiri dari 4-point yaitu dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju.

Semua alat ukur di atas penulis terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia,

dan belum ada terjemahan yang dibakukan. Maka penulis akan menguji validitas

dan reabilitas secara empiris.

3.5. Pengujian Validitas Alat Ukur

Dalam rangka pengujian validitas alat ukur, peneliti melakukan uji validitas

konstruk instrument tersebut. Oleh karena itu, digunakan CFA (Confirmatory

Faktor Analysis) untuk pengujian validitas instrument. Adapun logika dari CFA

(Umar, 2011) :

1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait yang didefinisikan secara operasional

sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk mengukurnya.

Trait ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap faktor ini

dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya.

2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga

subskala hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun

subskala bersifat unidimensional.

3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks

korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang

unidimensional. Matriks korelasi ini disebut sigma (Σ), kemudian


43

dibandingkan dengan matriks dari data empiris, yang disebut matriks S.

Jika teori tersebut benar (unidimensional) maka tentunya tidak ada

perbedaan antara matriks S - matriks Σ atau bisa juga dinyatakan dengan S

- Σ = 0.

4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan

chi square. Jika hasil chi square tidak signifikan p>0.05, maka hipotesis

nihil tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tersebut

dapat diterima bahwa item hanya mengukur satu faktor saja.

5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan

atau tidak mengukur apa yang hendak di ukur, dengan menggunakan t-test.

Jika hasil t-test tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam

mengukur apa yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian di drop.

6. Terakhir, apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan

faktornya negatif, maka item tersebut harus di drop. Berarti item tersebut

mengukur hal yang berlawanan dengan apa yang hendak diukur. Namun

demikian perlu diperiksa kembali apakah item tersebut berupa item negatif

(unfavorable). Untuk item yang unfavorable, skornya harus dibalik

terlebih dahulu menjadi favorable sebelum analisis CFA dilakukan.

Selanjutnya dilakukan analisis CFA kembali dengan menggunakan item

yang tidak didrop atau item yang diterima. Kemudian setelah didapat model fit

dihitung faktor skornya. Penggunaan faktor skor ini adalah untuk menghindari

hasil penelitian yang bias akibat dari kesalahan pengukuran. Jadi skor yang

dianalisis dalam penelitian ini bukanlah skor yang diperoleh dari variabel pada
44

umumnya, melainkan justru true score yang diperoleh dengan memperhitungkan

perbedaan validitas dari setiap item. Namun demikian, untuk menghindari faktor

skor yang bertanda negatif dan positif (Zscore) maka peneliti mentranformasikan

faktor skor tersebut menjadi T skor. Dengan rumus T skor yaitu (Umar, 2011):

Tskor = (10 x faktor skor) + 50.

Dalam hal ini T skor akan memiliki mean = 50 dan SD = 10 dan

diharapkan seluruh skor merupakan bilangan positif yang memiliki rentangan

diperkirakan antara 0 dan 100. Setelah didapatkan faktor skor yang telah dirubah

menjadi T skor, nilai baku inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis korelasi

dan regresi. Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan

menggunakan sotware LISREL 8.30 (Joreskog & Sorbom, 1999).

3.5.1. Uji Validitas Skala Perilaku Sehat

Dengan metode CFA, peneliti menguji apakah 7 item yang ada bersifat

unidimensi dalam mengukur perilaku sehat. Dari hasil analisis CFA yang

dilakukan, model satu faktor menghasilkan Chi-Square=117.60, df=14, P-

value=0.00000, RMSEA=0.195, yang berarti tidak fit. Namun setelah dilakukan

modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item

dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model

fit dengan nilai Chi-Square=15.82, df=10, P-value=0.10499, RMSEA=0.055,


45

yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa

seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu perilaku sehat.

Selanjutnya kualitas item juga dapat dilihat dari signifikan tidaknya item

tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal ini,

yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor pada setiap item.

Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan

faktor, seperti pada tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1

Muatan faktor item untuk perilaku sehat

No. Koefisien Standar Eror Nilai T


1 0,64 0,08 8,46*
2 0,69 0,08 8,74*
3 0,54 0,08 6,73*
4 0,67 0,08 8,25*
5 0,53 0,08 6,91*
6 0,31 0,08 3,87*
7 0,32 0,08 4,06*
Keterangan: tanda (*) = signifikan (t>1,96) X = tidak signifikan

Dari tabel 3.1 di atas, pada kolom koefisien semua item bermuatan positif

dan signifikan. Sehingga tidak ada item yang didrop.

Selanjutnya setelah kesalahan pengukuran item dibebaskan, pada model

pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling

berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa item tersebut sebenarnya

bersifat multidimensi pada dirinya masing-masing. Item yang paling ideal karena

kesalahan pengukurannya tidak berkorelasi adalah item nomor 1. Sedangkan item

yang tidak bagus yaitu terdapat tanda V yang banyak, dan item yang memiliki

korelasi kesalahan pengukuran yang paling banyak yaitu item nomor 4 yang
46

berkorelasi dengan item nomor 2 dan 3, yang artinya kesalahan pengukurannya

berkorelasi dengan kesalahan pengukuran item lainnya. Artinya item tersebut

selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain. Namun

karena item nomor 4 memiliki korelasi kesalahan tidak lebih dari tiga, maka item

tersebut tetap akan dianalisis dalam penghitungan faktor skor. Secara subjektif

disini peneliti beranggapan bahwa jika kesalahan pengukuran pada sebuah item

memiliki korelasi partial lebih dari tiga maka peneliti melihatnya itu terlalu

kompleks makanya harus didrop dan sebaliknya jika item tersebut memiliki

korelasi partial tidak lebih dari tiga maka item tersebut tidak didrop karena belum

mengganggu kualitas dari faktor skor.

3.5.2. Uji Validitas Skala Self-Esteem

Dengan metode CFA, peneliti menguji apakah 10 item yang ada bersifat

unidimensi mengukur self-esteem. Dari hasil analisis awal CFA yang dilakukan,

model satu faktor menghasilkan Chi–Square=172.80, df=35, P-value=0.0000,

RMSEA = 0.142, yang berarti tidak fit. Namun, setelah dilakukan modifikasi

terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan

berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan nilai Chi–Square

= 34.56, df = 25, P-value = 0.09650, RMSEA = 0.044, yang artinya model dengan

satu faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu

faktor saja yaitu self-esteem.

Kemudian melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang

hendak diukur. Sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau
47

tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan

faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut.

Tabel 3.2

Muatan Faktor Item Self-Esteem

No Koefisien Standar error Nilai t


1 0,51 0,08 6,72*
2 0,39 0,08 5,14*
3 0,54 0,07 7,49*
4 0,50 0,07 6,74*
5 0,67 0,07 9,63*
6 0,73 0,07 10,71*
7 0,50 0,07 6,74*
8 -0,24 0,08 -3,10
9 0,75 0,07 11,39*
10 0,70 0,07 10,42*

Keterangan : tanda (*) = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel diatas, semua nilai t bagi koefisien muatan faktor item

signifikan. Selanjutnya melihat muatan faktor dari item apakah ada yang

bermuatan negatif. Dari tabel 3.2, pada kolom koefisien terdapat item yang

muatan faktornya negatif yaitu item 8. Dengan demikian item 8 yang didrop.

Setelah kesalahan pengukuran item dibebaskan, pada model pengukuran

ini terdapat kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi. Artinya dapat

disimpulkan bahwa item–item tersebut bersifat multidimensional pada dirinya

masing–masing. Item yang baik adalah kesalahan pengukurannya tidak


48

berkorelasi satu sama lain, seperti item 9 dan 10. Sedangkan item yang tidak

bagus yaitu terdapat tanda V yang banyak, dan item yang memiliki korelasi

kesalahan pengukuran yang paling banyak yaitu item nomor 1 yang berkorelasi

dengan item nomor 3, 6, 4 dan 7, yang artinya kesalahan pengukurannya

berkorelasi dengan kesalahan pengukuran item lainnya. Artinya item tersebut

selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain. Dengan

demikian item tersebut didrop karena memiliki korelasi kesalahan pengukuran

lebih dari tiga.

3.5.3. Uji Validitas Skala Health-Specific Self-Efficacy

Pada skala health-specific self-efficacy ini, pertama diteorikan bahwa ada dua

faktor (komponen) health-specific self-efficacy yang masing-masing diukur oleh

item yang telah ditetapkan (dua faktor tersebut adalah nutrition self-efficacy dan

exercise self-efficacy).

Adapun hasil dari uji validitas konstruk pada setiap faktor dari health-

specific self-efficacy dijelaskan pada setiap sub bab berikut ini:

3.5.3.1. Uji Validitas Skala Nutrition Self-Efficacy

Dengan metode CFA, peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat

unidimensi mengukur nutrition self-efficacy. Dari hasil analisis CFA yang

dilakukan, model satu faktor menghasilkan Chi-Square=6.91, df=3, P-

value=0.07476, RMSEA=0.082, yang artinya model dengan satu faktor


49

(unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja

yaitu nutrition self-efficacy.

Kemudian melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang

hendak diukur. Sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau

tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan

faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut.

Tabel 3.3

Muatan Faktor Item Nutrition Self-Efficacy

No Koefisien Standar error Nilai t


1 0,80 0,08 9,64*
2 0,51 0,07 7,12*
3 0,65 0,07 8,86*
4 0,81 0,08 9,83*
5 0,50 0,07 6,93*

Keterangan : tanda (*) = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel diatas, semua item bermuatan positif dan nilai t bagi koefisien

muatan faktor item signifikan. Dengan demikian tidak ada yang didrop.

Setelah kesalahan pengukuran item dibebaskan, pada model pengukuran

ini terdapat kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi. Artinya dapat

disimpulkan bahwa item–item tersebut bersifat multidimensional pada dirinya

masing–masing. Item yang baik adalah kesalahan pengukurannya tidak

berkorelasi satu sama lain, pada model ini item yang tidak mempunyai kesalahan

pengukuran yang berkorelasi adalah item nomor 3. Sedangkan item yang tidak
50

bagus yaitu terdapat tanda V yang banyak, yang artinya kesalahan pengukurannya

berkorelasi dengan kesalahan pengukuran item lainnya. Artinya item tersebut

selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain. Jika dilihat

dari matrik korelasinya, item yang paling multidimensional adalah item nomor 4

yang berkorelasi dengan item nomor 1, dan item nomor 5 yang berkorelasi dengan

item nomor 2. Namun pada model ini tidak ada kesalahan pengukuran yang

berkorelasi lebih dari tiga. Dengan demikian tidak ada item yang didrop.

3.5.3.2. Uji Validitas Skala Exercise Self-Efficacy

Dengan metode CFA, peneliti menguji apakah 7 item yang ada bersifat

unidimensi mengukur exercise self-efficacy. Dari hasil analisis CFA yang

dilakukan, model satu faktor menghasilkan Chi-Square=12.60, df=10, P-

value=0.24702, RMSEA=0.037, yang artinya model dengan satu faktor

(unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja

yaitu exercise self-efficacy.

Kemudian melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang

hendak diukur. Sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau

tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan

faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut.


51

Tabel 3.4

Muatan Faktor Item Exercise Self-Efficacy

No Koefisien Standar error Nilai t


6 0,58 0,07 8,49*

7 086 0,06 14,03*


8 0,94 0,06 16,05*
9 0,69 0,07 10,50*
10 0,58 0,07 8,51*
11 0,18 0,07 2,47*
12 0,02 0,07 0,22

Keterangan : tanda (*) = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel diatas, semua item bermuatan positif. Selanjutnya dilihat dari

nilai t item yang tidak signifikan yaitu item nomor 12. Sehingga item nomor 12

didrop.

Setelah kesalahan pengukuran item dibebaskan, pada model pengukuran

ini terdapat kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi. Artinya dapat

disimpulkan bahwa item–item tersebut bersifat multidimensional pada dirinya

masing–masing. Item yang baik adalah kesalahan pengukurannya tidak

berkorelasi satu sama lain, pada model ini item yang tidak mempunyai kesalahan

pengukuran yang berkorelasi adalah item nomor 8. Sedangkan item yang tidak

bagus yaitu terdapat tanda V yang banyak, yang artinya kesalahan pengukurannya

berkorelasi dengan kesalahan pengukuran item lainnya. Artinya item tersebut

selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain. Jika dilihat

dari matrik korelasinya, item yang paling multidimensional adalah item nomor 6
52

dan 10, item nomor 6 berkorelasi dengan item nomor 7 dan 10, dan item nomor

10 berkorelasi dengan item nomor 6 dan 9. Namun item tersebut tidak didrop

karena memiliki korelasi kesalahan pengukuran tidak lebih dari tiga.

3.5.3.3. Uji Validitas Skala Health-Specific Self-Efficacy Keseleruhan

Dari kedua jenis health-specific self-efficacy yang telas diuji di atas, kemudian

diteorikan bahwa kedua jenis health-specific self-efficacy tersebut mengukur satu

faktor saja yaitu yang bersifat lebih umum (general faktor), yaitu health-specific

self-efficacy. Penelitian ini bisa diuji secara empiris, jika memang pernyataan itu

benar maka modelnya akan fit. Setelah didapat item-item yang valid, kemudian

dilakukan analisis dua tingkat, yang menghasilkan gambar berikut ini.


53

Gambar 3.1 Analisis faktor konfirmatorik dua tingkat dari variabel Health-

Specific Self-Efficacy

ITEM1 0.91
0.31
ITEM2 0.72
0.35
1.00 0.06
2.96 ITEM3 0.75 0.1
2.81 0.240.1
NUTRITIO 3.60 ITEM4 0.66 0.1
0.08 4.78
1.00 SELFEFFI ITEM5 0.41 -0.1
-0.26
0.55 ITEM6 0.64
1.00
EXERCISE
1.62
ITEM7 0.18
1.61
1.22
ITEM8 0.19
0.94
0.34
ITEM9 0.49

ITEM10 0.69

ITEM11 0.96

Chi-Square=29.52, df=21, P-value=0.10216, RMSEA=0.046

Model ini ternyata fit dengan nilai Chi Square=29.52, df=21, P-

Value=0.10216 (tidak signifikan) dan RMSEA=0.046. Kemudian hal ini

menunjukkan bahwa teori yang mengatakan health-specific self-efficacy terdiri

dari dua faktor dan selanjutnya dua faktor tersebut diukur dengan item yang

peneliti gunakan, ternyata sesuai dengan apa yang diteorikan. Tetapi dengan

beberapa korelasi antar kesalahan pengukuran. Namun karena jumlahnya tidak

terlalu banyak maka peneliti akan mengukur ini.


54

3.5.4. Uji Validitas Skala Health Locus of Control

Pada skala health locus of control ini, pertama diteorikan bahwa ada dua faktor

(komponen) health locus of control yang masing-masing diukur oleh item yang

telah ditetapkan (dua faktor tersebut adalah internal locus of control dan eksternal

locus of control).

Adapun hasil dari uji validitas konstruk pada setiap faktor dari health

locus of control dijelaskan pada setiap sub bab berikut ini:

3.5.4.1. Uji Validitas Skala Internal Health Locus of Control

Dengan metode CFA, peneliti menguji apakah 7 item yang ada bersifat

unidimensi mengukur internal health locus of control. Dari hasil analisis awal

CFA yang dilakukan, model satu faktor menghasilkan Chi–Square=23.53, df=9,

P-value=0.00511 , RMSEA=0.091, yang berarti tidak fit. Namun, setelah

dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada

beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit

dengan nilai Chi–Square=7,23, df=8, P-value=0.51183 , RMSEA=0.000, yang

artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh

item mengukur satu faktor saja yaitu internal health locus of control.

Kemudian melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang

hendak diukur. Sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau

tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan

faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut.


55

Tabel 3.5

Muatan Faktor Item Internal Health Locus of Control

No Koefisien Standar error Nilai t


1 0,38 0,08 4,66*
2 0,56 0,08 7,23*
3 0,13 0,08 1,59
4 0,68 0,08 8,99*
5 0,70 0,08 9,28*
6 0,60 0,08 7,76*

Keterangan : tanda (*) = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel diatas, nilai t bagi koefisien muatan faktor item yang tidak

signifikan yaitu item 3, maka dari itu item nomor 3 didrop. Selanjutnya melihat

muatan faktor dari item apakah ada yang bermuatan negatif. Dari tabel 3.5, pada

kolom koefisien semua item bermuatan positif.

Setelah kesalahan pengukuran item dibebaskan, pada model pengukuran

ini terdapat kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi. Artinya dapat

disimpulkan bahwa item–item tersebut bersifat multidimensional pada dirinya

masing–masing. Item yang baik adalah kesalahan pengukurannya tidak

berkorelasi satu sama lain, pada model ini item yang tidak mempunyai kesalahan

pengukuran yang berkorelasi adalah item nomor 3, 4, 5 dan 6. Sedangkan item

yang tidak bagus yaitu terdapat tanda V yang banyak, yang artinya kesalahan

pengukurannya berkorelasi dengan kesalahan pengukuran item lainnya. Artinya

item tersebut selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain.

Jika dilihat dari matrik korelasinya, item yang paling multidimensional adalah
56

item nomor 2 yang berkorelasi dengan item nomor 1. Namun pada model ini tidak

ada kesalahan pengukuran yang berkorelasi lebih dari tiga. Dengan demikian tidak

ada item yang didrop.

3.5.4.2. Uji Validitas Skala External Health Locus of Control

Dengan metode CFA, peneliti menguji apakah 7 item yang ada bersifat

unidimensi mengukur external health locus of control. Dari hasil analisis awal

CFA yang dilakukan, model satu faktor menghasilkan Chi–Square=345.94, df=54,

P-value=0.00000 , RMSEA = 0.167, yang berarti tidak fit. Namun, setelah

dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada

beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit

dengan nilai Chi–Square=56.70, df=41, P-value=0.05228 , RMSEA=0.044, yang

artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh

item mengukur satu faktor saja yaitu eksternal health locus of control.

Kemudian melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang

hendak diukur. Sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau

tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan

faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut.


57

Tabel 3.6

Muatan Faktor Item External Health Locus of Control

No Koefisien Standar error Nilai t


1 0,42 0,08 5,23*
2 -0,10 0,08 -1,20
3 0,47 0,08 6,03*
4 0,02 0,08 0,23
5 0,28 0,08 3,39*
6 0,60 0,07 7,97*
7 0,24 0,08 2,98*
8 0,72 0,07 9,94*
9 0,26 0,08 3,16*
10 0,31 0,08 3,85*
11 0,51 0,08 6,63*
12 0,36 0,08 4,54*

Keterangan : tanda (*) = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel diatas, koefisien muatan faktor item yang bermuatan negatif

yaitu item nomor 2. Selanjutnya dilihat dari nilai t item yang tidak signifikan yaitu

item nomor 2 dan 4. Sehingga item nomor 2 dan 4 didrop.

Setelah kesalahan pengukuran item dibebaskan, pada model pengukuran

ini terdapat kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi. Artinya dapat

disimpulkan bahwa item–item tersebut bersifat multidimensional pada dirinya

masing–masing. Item yang baik adalah kesalahan pengukurannya tidak

berkorelasi satu sama lain, pada model ini item yang tidak mempunyai kesalahan

pengukuran yang berkorelasi adalah item nomor 6 dan 8. Sedangkan item yang
58

tidak bagus yaitu terdapat tanda V yang banyak, yang artinya kesalahan

pengukurannya berkorelasi dengan kesalahan pengukuran item lainnya. Artinya

item tersebut selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain.

Jika dilihat dari matrik korelasinya, item yang paling multidimensional adalah

item nomor 7, item nomor 7 berkorelasi dengan item nomor 2, 4, 10 dan 12.

Dengan demikian item nomor 7 didrop karena memiliki korelasi kesalahan

pengukuran lebih dari tiga.

3.5.5. Uji Validitas Skala Kepribadian

Pada skala kepribadian ini, pertama diteorikan bahwa ada lima faktor (komponen)

kepribadian yang masing-masing diukur oleh item yang telah ditetapkan (lima

faktor tersebut adalah Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness,

Neuroticism, dan Opennes).

Adapun hasil dari uji validitas konstruk pada setiap faktor dari kepribadian

dijelaskan pada setiap sub bab berikut ini:

3.5.5.1. Uji Validitas Skala Extraversion

Dalam sub bab ini peneliti menguji apakah 8 item yang ada bersifat unidimensi

dalam mengukur extraversion. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan, model

satu faktor menghasilkan Chi-Square=32.22 , df=9, P-value=0.00018,

RMSEA=0.114, yang berarti tidak fit. Namun setelah dilakukan modifikasi

terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibolehkan

atau dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model


59

unidimensional yang fit dengan Chi-Square=20.40, df=12, P-Value=0.05983, dan

RMSEA=0.060.

Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat diterima, yang

berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu extraversion.

Adapun koefisien muatan faktor bagi setiap item dalam mengukur extraversion

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.7
Muatan Faktor item Extraversion
No Koefisien Standar error Nilai t
1 0,08 0,08 1,04
2 0,13 0,08 1,76
3 0,89 0,06 13,82*

4 0,77 0,07 11,60*


5 0,25 0,07 3,43*

6 0,55 0,07 7,76*


7 0,24 0,08 3,07*
8 0,54 0,07 7,58*

Keterangan : tanda (*) = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Dilihat dari model faktor di atas, dari 8 item yang mengukur extraversion

semuanya bermuatan positif, jika dilihat pada tabel diatas terdapat item yang tidak

signifikan (tidak bagus) yaitu item nomor 1 dan 2, dengan demikian item tersebut

tidak diikutsertakan (didrop) dalam menghitung skor faktor dari variabel

extraversion.

Selanjutnya setelah kesalahan pengukuran item dibebaskan, pada model

pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling

berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa item tersebut sebenarnya


60

bersifat multidimensi pada dirinya masing-masing. Jika dilihat dari matrik

korelasinya item yang paling multidimensional adalah item nomor 1 yaitu

berkorelasi dengan item nomor 2, 5, 4 dan 7. Dengan demikian item nomor 1

didrop karena memiliki korelasi kesalahan pengukuran lebih dari tiga.

3.5.5.2. Uji Validitas Skala Agreeableness

Dalam sub bab ini peneliti menguji apakah 9 item yang ada bersifat unidimensi

dalam mengukur agreeableness. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan, model

satu faktor fit, dengan Chi-Square=29.18, df=19, P-value=0.06314,

RMSEA=0.053.

Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat diterima, yang

berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu agreeableness.

Adapun koefisien muatan faktor bagi setiap item dalam mengukur agreeableness

dapat dilihat pada tabel berikut.


61

Tabel 3.8

Muatan faktor item untuk agreeableness

No. Koefisien Standar Eror Nilai T


1 0,48 0,08 6,27*
2 0,59 0,07 8,43*
3 0,37 0,08 4,95*
4 0,85 0,07 13,07*
5 0,20 0,08 2,53*
6 -0,11 0,08 -1,40
7 0,73 0,07 10,52*
8 0,14 0,08 1,83
9 0,52 0,07 7,08*

Keterangan: tanda (*) = signifikan (t>1,96) X = tidak signifikan

Dilihat dari model faktor di atas, dari 9 item yang mengukur agreeablenes,

semua item yang bermuatan negatif adalah item nomor 6 dan item yang tidak

signifikan (tidak bagus) adalah item nomor 6 dan 8, dengan demikian item nomor

6 dan 8 tidak diikutsertakan (didrop).

Setelah kesalahan pengukuran item dibebaskan, pada model pengukuran

ini terdapat kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi. Artinya dapat

disimpulkan bahwa item–item tersebut bersifat multidimensional pada dirinya

masing–masing. Item yang baik adalah kesalahan pengukurannya tidak

berkorelasi satu sama lain, seperti item 2. Sedangkan item yang tidak bagus yaitu

terdapat tanda V yang banyak, dan item yang memiliki korelasi kesalahan

pengukuran yang paling banyak yaitu item nomor 1 yang berkorelasi dengan item

nomor 3, 7 dan 9, yang artinya kesalahan pengukurannya berkorelasi dengan


62

kesalahan pengukuran item lainnya. Artinya item tersebut selain mengukur apa

yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain. Namun karena memiliki kesalahan

pengukuran yang saling berkorelasi tidak lebih dari tiga, maka item nomor 1 tidak

didrop dan tetap akan dianalisis dalam penghitungan faktor skor.

3.5.5.3. Uji Validitas Skala Conscientiousness

Dalam sub bab ini peneliti menguji apakah 9 item yang ada bersifat unidimensi

dalam mengukur conscientiousness. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan,

model satu faktor fit, dengan Chi-Square=25,95, df=20, P-value=0,16737,

RMSEA=0,039.

Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat diterima, yang

berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu

conscientiousness. Adapun koefisien muatan faktor bagi setiap item dalam

mengukur conscientiousness dapat dilihat pada tabel berikut.


63

Tabel 3.9

Muatan Faktor Item Conscientiousness

No Koefisien Standar error Nilai t


1 0,44 0,09 5,19*
2 0,36 0,09 4,04*
3 0,64 0,08 8,06*
4 0,33 0,09 3,85*
5 0,48 0,08 5,80*
6 0,55 0,08 6,82*
7 0,58 0,09 6,78*
8 0,62 0,08 7,48*
9 0,25 0,08 3,00*

Keterangan : tanda (*) = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Dilihat dari model faktor di atas, dari 9 item yang mengukur

conscientiousness, jika dilihat pada tabel diatas tidak terdapat terdapat item yang

tidak signifikan (tidak bagus) dan bermuatan negatif, dengan demikian semua

item tersebut diikutsertakan (tidak didrop) dalam menghitung skor faktor dari

variabel conscientiousness.

Hanya saja setelah kesalahan pengukuran item dibebaskan, pada model

pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling

berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa item tersebut sebenarnya

bersifat multidimensi pada dirinya masing-masing. Jika dilihat dari matrik

korelasinya, item yang paling baik adalah item nomor 6 dan 9, sedangkan item

yang paling multidimensional adalah item nomor 2 yang berkorelasi dengan item

nomor 5, 8 dan 4. Namun karena memiliki kesalahan pengukuran yang saling


64

berkorelasi tidak lebih dari tiga, maka item nomor 2 tidak didrop dan tetap akan

dianalisis dalam penghitungan faktor skor.

3.5.5.4. Uji Validitas Skala Neuroticism

Dalam sub bab ini peneliti menguji apakah 8 item yang ada bersifat unidimensi

dalam mengukur neuroticism. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan, model satu

faktor fit, dengan Chi-Square=17,25, df=12, P-value=0,14029, RMSEA=0,048.

Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat diterima, yang

berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu neuroticism.

Adapun koefisien muatan faktor bagi setiap item dalam mengukur neuroticism

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.10

Muatan Faktor Item Neuroticism

No. Koefisien Standar Eror Nilai T


1 0,42 0,08 5,22*

2 0,77 0,09 9,10*


3 0,21 0,08 2,53*

4 0,01 0,09 0,13


5 0,49 0,08 6,16*
6 0,20 0,10 2,08*
7 0,58 0,08 7,18 *
8 0,15 0,09 1,72
Keterangan: tanda (*) = signifikan (t>1,96) X = tidak signifikan

Dilihat dari model faktor di atas, dari 8 item yang mengukur neuroticism,

semua item bermuatan positif, namun terdapat item yang tidak signifikan (tidak
65

bagus) yaitu item nomor 4 dan 8, dengan demikian item-item tersebut tidak

diikutsertakan (didrop) dalam menghitung skor faktor dari variabel neuroticism.

Hanya saja setelah kesalahan pengukuran item dibebaskan, pada model

pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling

berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa item tersebut sebenarnya

bersifat multidimensi pada dirinya masing-masing. Jika dilihat dari matrik

korelasinya, item yang paling baik adalah item nomor 5, sedangkan item yang

paling multidimensional adalah item nomor 8 yang berkorelasi dengan item

nomor 3, 4, 1 dan 7. Karena memiliki kesalahan pengukuran yang saling

berkorelasi lebih dari tiga, maka item nomor 8 didrop dan tidak akan dianalisis

dalam penghitungan faktor skor.

3.5.5.5. Uji Validitas Skala Openness

Dalam sub bab ini peneliti menguji apakah 10 item yang ada bersifat

unidimensi dalam mengukur openness. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan,

model satu faktor fit, dengan Chi-Square=36,59, df=26, P-value=0,08133,

RMSEA=0,046.

Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat diterima, yang

berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu openness.

Adapun koefisien muatan faktor bagi setiap item dalam mengukur openness dapat

dilihat pada tabel berikut.


66

Tabel 3.11

Muatan Faktor Item Openness

No Koefisien Standar error Nilai t


1 0,66 0,07 9,40*
2 0,74 0,07 11,01*
3 0,66 0,07 9,32*
4 0,65 0,07 9,22*
5 0,52 0,07 6,93*
6 0,72 0,07 10,70*
7 -0,22 0,08 -2,81
8 0,38 0,08 5,06*
9 -0,55 0,07 -7,43
10 0,53 0,07 7,18*
Keterangan : tanda (*) = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Dilihat dari model faktor di atas, dari 5 item yang mengukur openness, jika

dilihat pada tabel diatas tidak terdapat terdapat item yang tidak signifikan (tidak

bagus), namun terdapat item yang bermuatan negatif yaitu item nomor 7 dan 9,

dengan demikian item tersebut tidak diikutsertakan (didrop) dalam menghitung

skor faktor dari variabel openness.

Hanya saja setelah kesalahan pengukuran item dibebaskan, pada model

pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling

berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa item tersebut sebenarnya

bersifat multidimensional pada dirinya masing-masing. Jika dilihat dari matrik

korelasinya, item yang paling baik adalah item nomor 2 dan 7, sedangkan item

yang paling multidimensional adalah item nomor 9 yang berkorelasi dengan item
67

nomor 5, 6, 8 dan 10. Karena memiliki kesalahan pengukuran yang saling

berkorelasi lebih dari tiga, maka item nomor 9 didrop dan tidak akan dianalisis

dalam penghitungan faktor skor.

3.6. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian berikut ini melalui beberapa tahapan dalam proses pengumpulan

data, yaitu sebagai berikut:

1. Peneliti menyusun instrument penelitian setiap variabel.

2. Sebelum peneliti menyebarkan angket, peneliti memberikan angket

tersebut kepada 3 mahasiswa untuk membaca dan menyeleksi item-item

tersebut agar mahasiswa nantinya dapat secara efisien mengisi angket

tersebut. Item yang dipilih yaitu item yang mewakili mahasiswa dan

bahasanya mudah dipahami oleh semua mahasiswa.

3. Setelah itu peneliti menyebarkan angket tersebut keempat perguruan tinggi

yang ada di Tangerang Selatan. Hasil skala yang telah diisi kemudian

diskoring untuk dianalisis datanya.

3.7. Metode Analisis Data

Peneliti menggunakan teknik analisis regresi berganda (Multiple Regression

Analysis) untuk menguji hipotesis penelitian ini. Dalam penelitian ini terdapat

variabel independen sebanyak sepuluh variabel, kemudian satu variabel dependen.

Adapun susunan persamaan regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini

adalah :
68

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 + e

Dimana :

Y adalah perilaku sehat, a adalah intercept (konstan), b adalah koefisien regresi,

X1 adalah self-esteem, X2 adalah health-specific self-efficacy, X3 adalah internal

health locus of control, X4 adalah eksternal health locus of control, X5 adalah

extraversion, X6 adalah agreeableness, X7 adalah conscientiousness, X8 adalah

neoriticsm, X9 adalah openness, X10 adalah kelas sosial ekonomi orang tua, dan e

adalah residu.

Analisis regresi yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa

langkah. Pertama regresi dengan seluruh IV di atas, sehingga dihasilkan R2.

Dengan R2 dapat dilihat proporsi varians dari perilaku sehat yang dipengaruhi IV

yang ada. Adapun rumus regresi adalah :

R2 =

Selanjutnya R2 dapat diuji signifikan atau tidaknya dengan rumus F test

(Pedhazur,1982), yaitu sebagai berikut:

=
69

Dimana k adalah jumlah independent variabel dan N adalah jumlah sampel.

Dari hasil uji F yang dilakukan nantinya, dapat dilihat apakah variabel-variabel

independent yang diujikan memiliki pengaruh terhadap dependent variable.

Kemudian selanjutnya peneliti melakukan uji koefisien regresi dari tiap-

tiap IV yang dianalisis. Maksud uji koefisien regresi adalah melihat apakah

signifikan dampak dari tiap IV terhadap DV, oleh karenanya sebelum didapat nilai

t dari tiap IV, harus didapat dahulu nilai standard deviasi sampling dari b

(koefisien regresi) adapun rumusnya dapat dilihat dalam buku statistik Pedhazur

(1982). Setelah didapat nilai Sb barulah bisa dilakukan uji t, yaitu hasil bagi dari b

(koefisien regresi) dengan Sb. Jika ditulis dengan rumus maka :

t=

Selanjutnya sebagai langkah kedua penulis akan mengungkapkan berapa

proporsi varians dari DV yang dapat dipengaruhi oleh masing-masing IV. Untuk

mengetahui ini penulis melakukan analisis regresi secara bertingkat (Stepwise

Regression) yaitu dimulai dengan analisis regresi hanya satu IV kemudian

dihitung R2 nya, lalu dilanjutkan dengan analisis regresi dengan dua IV dan

dihitung R2 nya, dan dilanjutkan dengan analisis regresi dimana setiap kali

ditambahkan satu IV sampai semua IV diikutkan. Setelah itu selisih dari R2 yang

dihasilkan masing-masing analisis regresi yang bertingkat tersebut (R2 square

change) dihitung dan diuji apakah perbedaannya signifikan setiap kali

ditambahkan IV baru kemudian uji signifikannya menggunakan uji F.

Semua perhitungan dan komputerisasi dilakukan dengan program SPSS

versi 17.0.
70
BAB 4

HASIL PENELITIAN

Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan.

Pembahasan tersebut meliputi dua bagian yaitu , analisis deskriptif dan pengujian

hipotesis penelitian.

4.1. Analisis Deskriptif

Dalam sub bab ini akan dibahas mengenai jenis kelamin sampel dan kelas ekonomi

sosial orang tua yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini

populasinya adalah mahasiswa beberapa perguruan tinggi di Tangerang Selatan, pada

penelitian ini peneliti mengambil sampel dari empat perguruan tinggi yaitu sebesar

195 mahasiswa.

70
71

Tabel 4.1

Distribusi sampel penelitian

Variabel N = 195
n (%)
Jenis Kelamin

Laki-laki 128 (65,64)

Perempuan 67 (34,36)
Kelas Sosial Ekonomi Orang Tua

Kelas Bawah 12 (6,15)

Kelas Menengah Ke Bawah 25 (12,82)

Kelas Menengah 145 (74,36)

Kelas Menengah Ke Atas 12 (6,15)

Kelas Atas 1 (0,51)


Perilaku Sehat Mahasiswa

Tinggi 83 (42,56)

Rendah 112 (57,44)

Distribusi sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin dari 195 responden

yang diteliti yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 128 orang (65,64%) dan

perempuan 67 orang (34,36%). Jadi mayoritas responden dalam pebelitian ini

berjenis kelamin laki-laki.

Kemudian berdasarkan kelas sosial ekonomi orang tua responden dalam

penelitian ini sebanyak 195 orang yang terdiri dari empat tingkatan kelas sosial

ekonomi orang tua yaitu 12 orang kelas bawah (6,15%), 25 orang kelas menengah ke
72

bawah (12,82%), 145 orang kelas menengah (74,36%), 12 orang kelas menengah ke

atas (6,15%) dan 1 orang kelas atas (0,51%). Dari tabel di atas terlihat bahwa

mayoritas kelas sosial ekonomi orang tua responden dalam penelitian ini yaitu kelas

menengah.

Selanjutnya deskripsi tentang perilaku sehat mahasiswa. Jika dilihat dari tabel

diatas, dapat disimpulkan bahwa rata-rata mahasiswa beberapa perguruan tinggi di

Tangerang Selatan memiliki perilaku sehat yang rendah.

4.2. Uji Hipotesis Penelitian

Dalam tahap ini, peneliti melakukan analisis regresi yang dibantu dengan

menggunakan software SPSS 17.0 untuk dapat menjawab hipotesis pada BAB 2. Dari

hasil penghitungan, didapatkan hasil analisis pengaruh dari seluruh independent

variable terhadap perilaku sehat. Berikut ini adalah hasil pengujian tersebut.

4.2.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian

Dengan menggunakan seluruh IV yang yang diteorikan, hasilnya dapat dilihat pada

tabel R square berikut.


73

Tabel 4.2
R-square

Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Estimate
Square
1 .437a .191 .147 9.23822
a. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, EHLC, IHLC, EXTRAVERSION,
AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM, OPENNES, KELASSOSIAL
b. Dependent Variable: PERILAKUKES

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perolehan R square sebesar 0,191, yang

berarti bahwa proporsi varian dari perilaku sehat yang dijelaskan oleh semua

independent variable tersebut adalah sebesar 19,1%. Sedangkan sisanya (proporsi

varians dari perilaku sehat yang tidak bisa dijelaskan oleh IV yang ada) sebesar

80,9%.

Selanjutnya untuk tabel anova, dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.3

Tabel ANOVA Pengaruh IV Terhadap DV

ANOVAb
Model Sum of Df Mean Square F Sig.
Squares
a Regression 3696.585 10 369.658 4.331 .000a
. Residual 15703.415 184 85.345
Total 19400.000 194
a. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, EHLC, IHLC, EXTRAVERSION,
AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM, OPENNES, KELASSOSIAL
b. Dependent Variable: PERILAKUKES

Dengan melihat tabel di atas (p<0,05), maka berarti F yang dihasilkan

signifikan, yang artinya hipotesis yang menyatakan ada pengaruh IV terhadap DV


74

tidak ditolak. Sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan dari internal

locus of control, eksternal locus of control, health-specific self-efficacy, self-esteem,

extravertion, agreeableness, conscientiousness, neoriticsm, openness dan kelas sosial

ekonomi orang tua terhadap perilaku sehat.

Tahap selanjutnya adalah melihat koefisien regresi setiap independent

variable yang signifikan. Artinya adalah independent variable tersebut memiliki

dampak yang signifikan terhadap perilaku sehat.

Tabel 4.4

Koefisien Regresi

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized T Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 5.714

SELFESTEEM .091 .086 .091 1.060 .290


SELF-EFFICACY .240 .073 .240 3.277 .001
IHLC .050 .077 .050 .649 .517
EHLC .118 .070 .118 1.698 .091
EXTRAVERSION -.125 .100 -.125 -1.254 .211
AGREEABLENE -.023 .091 -.023 -.253 .801
SS
CONSCIENTIOU .127 .089 .127 1.426 .156
SNESS
NEOTRITICSM .059 .085 .059 .698 .486
OPENNESS .228 .095 .228 2.396 .018
KELAS SOSIAL 2.118 1.076 .138 1.968 .051

a. Dependent Variable: PERILAKUKES


75

Dari tabel di atas, dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut:

Perilaku sehat = 5,714 + 0,091 Self-esteem + 0,240 Health-specific self-efficacy*

+ 0,050 Internal health locus of control + 0,118

Eksternal helath locus of control – 0,125

Extraversion – 0,023 Agrreableness + 0,127

Conscientiousness + 0,059 Neoriticsm + 0,228

Openness* + 2,118 Kelas Sosial Ekonomi

Orang Tua + 2,045

Keterangan: Tanda (*) menunjukkan variabel signifikan

Berdasarkan tabel di atas, dari 10 koefisien regresi yang dihasilkan ternyata

hanya ada dua IV yang secara statistik pengaruhnya signifikan terhadap perilaku

sehat, yaitu health specific self-efficacy dan opennes (nilai p < 0,05). Hal ini berarti

bahwa dari 10 hipotesis minor hanya terdapat dua yang signifikan. Penjelasan dari

nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing IV adalah sebagai berikut:

1. Variabel Self-Esteem : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,091, yang

berarti bahwa variabel self-esteem secara positif mempengaruhi perilaku sehat

tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi self-esteem maka

semakin tinggi pula perilaku sehat. Hal ini menurut penulis karena orang yang

memiliki self-esteem tinggi mereka dapat menghargai diri mereka secara

proporsional. Penghargaan diri yang benar diwujudkan dengan bagimana

mereka berkata-kata, bersikap, berpikir maupun bertidak yang didasarkan atas

nilai-nilai norma, etika, kejujuran, kebenaran, maupun keadilan. Sehingga


76

mereka akan menjaga dan meningkatkan perilaku sehat mereka. Jadi semakin

mahasiswa menilai dan menghargai dirinya secara positif maka dia semakin

menjaga dan meningkatkan perilaku sehatnya. Begitupun sebaliknya, semakin

rendah atau negatif self-esteem mahasiswa maka semakin buruk juga perilaku

sehatnya.

2. Variabel Health-Specific Self-Efficacy : Diperoleh nilai koefisien regresi

sebesar 0,240, yang berarti bahwa variabel health-specific self-efficacy secara

positif mempengaruhi perilaku sehat dan signifikan. Artinya adalah semakin

tinggi health-specific self-efficacy maka semakin tinggi pula perilaku sehat.

Hal ini menurut penulis karena orang yang memiliki health-specific self-

efficacy tinggi mereka yakin bahwa diri mereka mampu untuk melakukan

perilaku sehat sehingga mereka akan berusaha menjaga dan meningkatkan

perilaku sehat mereka. Jadi semakin mahasiswa yakin bahwa dirinya mampu

melakukan perilaku sehat maka dia semakin menjaga dan meningkatkan

perilaku sehatnya, begitupun sebaliknya.

3. Variabel Internal Health Locus of Control: Diperoleh nilai koefisien regresi

sebesar 0,050, yang berarti bahwa variabel internal helath locus of control

secara positif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya

adalah semakin tinggi internal helath locus of control maka semakin tinggi

perilaku sehat. Hal ini menurut penulis karena orang yang memiliki internal

health locus of control tinggi mereka yakin bahwa perilaku mereka

merupakan faktor utama untuk menentukan kesehatan mereka. Bagi mereka,


77

kesehatan yang mereka peroleh merupakan tanggung jawab diri mereka

sendiri. Sehingga mereka akan menjaga dan meningkatkan perilaku sehat

mereka. Jadi semakin mahasiswa percaya bahwa yang mengontrol

kesehatannya adalah dirinya sendiri maka dia semakin berusaha menjaga dan

meningkatkan perilaku sehatnya.

4. Variabel Eksternal Health Locus of Control: Diperoleh nilai koefisien

regresi sebesar 0,118, yang berarti bahwa variabel eksternal helath locus of

control secara positif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan.

Artinya adalah semakin tinggi eksternal helath locus of control maka semakin

tinggi perilaku sehat. Hal ini menurut penulis karena orang dengan eksternal

health locus of control tinggi percaya bahwa professional kesehatan mengatur

dan mengendalikan kesehatan mereka jadi mereka mendengarkan apa yang

dikatakan atau disarankan oleh professional kesehatan mereka sehingga

mereka melakukan perilaku sehat sesuai dengan apa yang disarankan tersebut.

Namun hal ini sepertinya hanya dalam kondisi tertentu.

5. Variabel Extraversion: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar – 0,125,

yang berarti bahwa variabel extraversion secara negatif mempengaruhi

perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi

extraversion maka semakin rendah perilaku sehat. Hal ini menurut peneliti

karena orang dengan kepribadian extraversion tinggi cenderung mudah

bersosialisasi, penuh kasih sayang, ramah dan bersahabat. Sedangkan orang

dengan extraversion rendah cenderung memiliki sedikit interaksi sosial dan


78

pandangan positif. Namun, dalam hal perilaku sehat mahasiswa dengan

extraversion rendah lebih efektif dan efisien menjaga perilaku sehatnya,

mungkin karena mereka tidak akan mudah terpengaruh oleh lingkungan

sosialnya jika mereka di lingkungan sosial dengan perilaku sehat yang kurang

baik.

6. Variabel Agreeableness: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar – 0,023,

yang berarti bahwa variabel agreeableness secara negatif mempengaruhi

perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi

agreeableness maka semakin rendah perilaku sehat. Hal ini menurut penulis

karena orang dengan agreeableness tinggi cenderung berhati baik, berhati

lembut, mudah percaya pada orang lain, suka membantu, pemaaf, mudah

tertipu dan jujur. Jika dilihat disini orang dengan agreebleness tinggi

cenderung mudah untuk dipengaruhi oleh orang lain dan memiliki toleransi

yang besar pada orang lain. Dalam hal perilaku sehat orang dengan

agreebleness yang tinggi sulit untuk menjaga perilaku sehatnya karena

mereka akan mudah dipengaruhi dan mengikuti perilaku yang ada di

lingkungan sosialnya, apalagi jika lingkungan sosial mereka memiliki

perilaku sehat yang buruk.

7. Variabel Conscientiousness : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,127,

yang berarti bahwa variabel conscientiousness secara positif mempengaruhi

perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi

conscientiousness maka semakin tinggi pula perilaku sehat. Hal ini menurut
79

penulis karena orang dengan conscientiousness tinggi cenderung disiplin dan

terorganisasi sehingga mereka akan menjaga dan meningkatkan perilaku sehat

mereka. Sedangkan orang dengan conscientiousness rendah cenderung

kurang disiplin dan terarah jadi kemungkinan akan kurang menjaga perilaku

sehatnya.

8. Variabel Neoriticsm : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,059, yang

berarti bahwa variabel neoriticsm secara positif mempengaruhi perilaku sehat

tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi neoriticsm maka

semakin tinggi pula perilaku sehat. Hal ini menurut penulis karena orang

dengan neoriticsm cenderung sulit berinteraksi dengan lingkungan. Dalam hal

perilaku sehat mereka tidak akan mudah terpengaruh oleh orang lain, dan

mungkin ketika mereka melakukan perilaku sehat yang buruk mereka akan

mengecam diri mereka sendiri. Sehingga mereka akan berusaha menjaga dan

meningkatkan perilaku sehat mereka.

9. Variabel Openness : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,228, yang

berarti bahwa variabel openness secara positif mempengaruhi perilaku sehat

dan signifikan. Artinya adalah semakin tinggi openness maka semakin tinggi

pula perilaku sehat. Hal ini menurut penulis karena orang dengan openness

yang tinggi cenderung berani untuk mengambil resiko, inovatif dalam

perencanaan dan pengambilan keputusan. Sehingga dia akan berusaha

menjaga dan meningkatkan perilaku sehat mereka apapun hambatannya.


80

10. Variabel Kelas Sosial Ekonomi Orang Tua : Diperoleh nilai koefisien

regresi sebesar 2,118, yang berarti bahwa variabel kelas sosial ekonomi orang

tua secara positif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya

adalah semakin tinggi kelas sosial ekonomi orang tua maka semakin tinggi

pula perilaku sehat. Hal ini menurut penulis karena orang dengan kelas sosial

ekonomi orang tua yang tinggi cenderung dapat lebih memelihara

kesehatannya, contohnya mereka akan lebih menjaga makanannya dan

memiliki fasilitas untuk berolahraga yang lebih banyak.

4.2.2. Pengujian Proporsi Varians untuk Masing-masing Independent Variable

Peneliti selanjutnya menganalisis juga besarnya proporsi varian dari DV yang

merupakan sumbangan/pengaruh dari masing-masing IV, hal ini dilakukan dengan

menghitung pertambahan proporsi varian setiap kali IV baru dimasukkan dalam

persamaan. Bertambahnya R2 (R2 change) ini dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini.
81

Tabel 4.5
Proporsi Varian Sumbangan Masing-masing Independen Variabel
Model Summaryi
Model R Change Statistics
Square R Square F df1 df2 Sig. F Change
Change Change
1 .055 .055 11.219 1 193 .001
2 .124 .069 15.157 1 192 .000
3 .130 .006 1.229 1 191 .269
4 .141 .011 2.423 1 190 .121
5 .141 .000 .100 1 189 .752
6 .144 .003 .608 1 188 .437
7 .152 .008 1.691 1 187 .195
8 .153 .001 .254 1 186 .615
9 .174 .021 4.659 1 185 .032
10 .191 .017 3.873 1 184 .051
1. Predictors: (Constant), SELFESTEEM
2. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall
3. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC
4. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC
5. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION
6. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS
7. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS,
CONSCIENTIOUSNESS
8. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS,
CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM
9. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS,
CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM, OPENNES
10. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS,
CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM, OPENNES, KELASSOSIAL
11. Dependent Variable: PERILAKUKES

Dari tabel 4.5 di atas, dapat disampaikan informasi sebagai berikut:

1. Variabel self-esteem memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 5,5% bagi

bervariasinya perilaku sehat, sumbangan ini signifikan dengan nilai F dari R

square change=11,219, p<0,05 dan df=1,193.


82

2. Variabel health-specific self-efficacy memberi sumbangan atau pengaruh

sebesar 6,9% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, sumbangan ini

signifikan dengan nilai F dari R square change=15,157, p<0,05 dan df=1,192.

3. Variabel internal health locus of control memberi sumbangan atau pengaruh

sebesar 0,6% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari

R square change=1,229, p>0,05 dan df=1,191 sehingga tidak signifikan.

4. Variabel eksternal health locus of control memberi sumbangan atau pengaruh

sebesar 1,1% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari

R square change=2,423, p>0,05 dan df=1,190 sehingga tidak signifikan.

5. Variabel extraversion memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0% bagi

bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square

change=0,100, p>0,05 dan df=1,189 sehingga tidak signifikan.

6. Variabel agreeableness memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,3% bagi

bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square

change=0,608, p>0,05 dan df=1,188 sehingga tidak signifikan.

7. Variabel conscientiousness memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,8%

bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square

change=1,691, P>0,05 dan df=1,187 sehingga tidak signifikan.

8. Variabel neoriticsm memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,1% bagi

bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square

change=0,254, p>0,05 dan df=1,186 sehingga tidak signifikan.


83

9. Variabel openness memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 2,1% bagi

bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, sumbangan ini signifikan dengan

nilai F dari R square change=4,659, p<0,05 dan df=1,185.

10. Variabel kelas sosial ekonomi orang tua memberi sumbangan atau pengaruh

sebesar 1,7% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari

R square change=3,873, p>0,05 dan df=1,184 sehingga tidak signifikan.

Sebagai kesimpulan dari bagian ini adalah bahwa hanya ada tiga IV dari

sepuluh IV, yaitu self-esteem, health-specific self-efficacy dan openness yang

mempengaruhi perilaku sehat, jika dilihat dari besarnya pertambahan R2 yang

dihasilkan setiap kali dilakukan penambahan IV (sumbangan proporsi varian yang

diberikan).

4.2.3. Analisis Regresi Variabel Penelitian pada Kelompok Laki-laki dan

Perempuan

Peneliti melakukan analisis kembali untuk kelompok laki-laki dan kelompok

perempuan.

4.2.3.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian Kelompok Laki-laki

Dengan menggunakan seluruh IV yang yang diteorikan, hasilnya dapat dilihat pada

tabel R square berikut.


84

Tabel 4.6
R-square
Kelompok Laki-Laki

Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Estimate
Square

1 .424a .179 .109 10.11140


a. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, EHLC, IHLC, EXTRAVERSION,
AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM, OPENNES, KELASSOSIAL
b. Dependent Variable: PERILAKUKES

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perolehan R square sebesar 0,179, yang

berarti bahwa proporsi varian dari perilaku sehat yang dijelaskan oleh semua

independent variable dalam kelompok laki-laki tersebut adalah sebesar 17,9%.

Sedangkan sisanya (proporsi varians dari perilaku sehat yang tidak bisa dijelaskan

oleh IV yang ada) sebesar 82,1%.

Selanjutnya untuk tabel anova, dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.7

Tabel ANOVA Pengaruh IV Terhadap DV


Kelompok Laki-laki

ANOVAb
Model Sum of Df Mean F Sig.
Squares Square
a Regression 2614.465 10 261.447 2.557 .008a
. Residual 11962.131 117 102.240
Total 14576.596 127
a. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, EHLC, IHLC, EXTRAVERSION,
AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM, OPENNES, KELASSOSIAL
b. Dependent Variable: PERILAKUKES
85

Dengan melihat tabel di atas (p<0,05), maka berarti F yang dihasilkan

signifikan, yang artinya hipotesis yang menyatakan ada pengaruh IV terhadap DV

tidak ditolak. Sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan dari internal

locus of control, eksternal locus of control, health-specific self-efficacy, self-esteem,

extravertion, agreeableness, conscientiousness, neoriticsm, openness dan kelas sosial

ekonomi orang tua terhadap perilaku sehat dalam kelompok laki-laki.

Tahap selanjutnya adalah melihat koefisien regresi setiap independent

variable yang signifikan. Artinya adalah independent variable tersebut memiliki

dampak yang signifikan perilaku sehat.


86

Tabel 4.8

Koefisien Regresi Kelompok Laki-laki

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized T Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 4.974

SELFESTEEM .124 .109 .123 1.136 .258


SELF-EFFICACY .234 .096 .229 2.433 .017
IHLC .036 .097 .036 .372 .711
EHLC .112 .091 .108 1.225 .223
EXTRAVERSION -.049 .141 -.044 -.345 .731
AGREEABLENE -.006 .127 -.006 -.046 .964
SS
CONSCIENTIOU .108 .124 .100 .874 .384
SNESS
NEOTRITICSM .049 .115 .046 .424 .672
OPENNESS .142 .137 .130 1.041 .300
KELAS SOSIAL 2.259 1.364 .147 1.656 .100

a. Dependent Variable: PERILAKUKES


Dari tabel di atas, dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut:

Perilaku sehat = 4,974 + 0,124 Self-esteem + 0,234 Health-specific self-efficacy*

+ 0,036 Internal health locus of control + 0,112

Eksternal helath locus of control – 0,049 Extraversion –

0,006 Agrreableness + 0,108 Conscientiousness + 0,049

Neoriticsm + 0,142 Openness + 2,259 Kelas Sosial

Ekonomi Orang Tua + 2,101

Keterangan: Tanda (*) menunjukkan variabel signifikan


87

Berdasarkan tabel di atas, dari 10 koefisien regresi yang dihasilkan ternyata

hanya ada satu IV yang secara statistik pengaruhnya signifikan terhadap perilaku

sehat, yaitu health specific self-efficacy (nilai p < 0,05). Hal ini berarti bahwa dari 10

hipotesis minor hanya terdapat dua yang signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien

regresi yang diperoleh pada masing-masing IV adalah sebagai berikut:

1. Variabel Self-Esteem : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,124, yang

berarti bahwa variabel self-esteem secara positif mempengaruhi perilaku sehat

tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi self-esteem maka

semakin tinggi pula perilaku sehat.

2. Variabel Health-Specific Self-Efficacy : Diperoleh nilai koefisien regresi

sebesar 0,234, yang berarti bahwa variabel health-specific self-efficacy secara

positif mempengaruhi perilaku sehat dan signifikan. Artinya adalah semakin

tinggi health-specific self-efficacy maka semakin tinggi pula perilaku sehat.

Pada kelompok laki-laki variabel health-specific self-efficacy merupakan

variabel yang paling berpengaruh terhadap perilaku sehat.

3. Variabel Internal Health Locus of Control: Diperoleh nilai koefisien regresi

sebesar 0,036, yang berarti bahwa variabel internal helath locus of control

secara positif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya

adalah semakin tinggi internal helath locus of control maka semakin tinggi

perilaku sehat.

4. Variabel Eksternal Health Locus of Control: Diperoleh nilai koefisien

regresi sebesar 0,112, yang berarti bahwa variabel eksternal helath locus of
88

control secara positif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan.

Artinya adalah semakin tinggi eksternal helath locus of control maka semakin

tinggi perilaku sehat.

5. Variabel Extraversion: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar – 0,049,

yang berarti bahwa variabel extraversion secara negatif mempengaruhi

perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi

extraversion maka semakin rendah perilaku sehat.

6. Variabel Agreeableness: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar – 0,006,

yang berarti bahwa variabel agreeableness secara negatif mempengaruhi

perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi

agreeableness maka semakin rendah perilaku sehat.

7. Variabel Conscientiousness : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,108,

yang berarti bahwa variabel conscientiousness secara positif mempengaruhi

perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi

conscientiousness maka semakin tinggi pula perilaku sehat.

8. Variabel Neoriticsm : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,049, yang

berarti bahwa variabel neoriticsm secara positif mempengaruhi perilaku sehat

tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi neoriticsm maka

semakin tinggi pula perilaku sehat.

9. Variabel Openness : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,142, yang

berarti bahwa variabel openness secara positif mempengaruhi perilaku sehat


89

tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi openness maka semakin

tinggi pula perilaku sehat.

10. Variabel Kelas Sosial Ekonomi Orang Tua : Diperoleh nilai koefisien

regresi sebesar 2,259, yang berarti bahwa variabel kelas sosial ekonomi orang

tua secara positif mempengaruhi perilaku sehat dan signifikan. Artinya adalah

semakin tinggi kelas sosial ekonomi orang tua maka semakin tinggi pula

perilaku sehat.

4.2.3.2. Analisis Regresi Variabel Penelitian Kelompok Perempuan

Dengan menggunakan seluruh IV yang yang diteorikan, hasilnya dapat dilihat pada

tabel R square berikut.

Tabel 4.9
R-square
Kelompok Perempuan

Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Estimate
Square

1 .612a .375 .263 7.13424


a. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, EHLC, IHLC, EXTRAVERSION,
AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM, OPENNES, KELASSOSIAL
b. Dependent Variable: PERILAKUKES

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perolehan R square sebesar 0,375, yang

berarti bahwa proporsi varian dari perilaku sehat dalam kelompok perempuan yang

dijelaskan oleh semua independent variable tersebut adalah sebesar 37,5%.


90

Sedangkan sisanya (proporsi varians dari perilaku sehat yang tidak bisa dijelaskan

oleh IV yang ada) sebesar 62,5%.

Selanjutnya untuk tabel anova, dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.10

Tabel ANOVA Pengaruh IV Terhadap DV Kelompok Perempuan

ANOVAb
Model Sum of Df Mean F Sig.
Squares Square
a Regression 1710.610 10 171.061 3.361 .002a
. Residual 2850.257 56 50.897
Total 4560.867 66
a. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, EHLC, IHLC, EXTRAVERSION,
AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM, OPENNES, KELASSOSIAL
b. Dependent Variable: PERILAKUKES

Dengan melihat tabel di atas (p<0,05), maka berarti F yang dihasilkan

signifikan, yang artinya hipotesis yang menyatakan ada pengaruh IV terhadap DV

tidak ditolak. Sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan dari internal

locus of control, eksternal locus of control, health-specific self-efficacy, self-esteem,

extravertion, agreeableness, conscientiousness, neoriticsm, openness dan kelas sosial

ekonomi orang tua terhadap perilaku sehat dalam kelompok perempuan.

Tahap selanjutnya adalah melihat koefisien regresi setiap independent

variable yang signifikan. Artinya adalah independent variable tersebut memiliki

dampak yang signifikan perilaku sehat.


91

Tabel 4.11

Koefisien Regresi Kelompok Perempuan

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized T Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Beta
Error
1 (Constant) 14.467

SELFESTEEM -.090 .152 -.094 -.595 .554


SELF-EFFICACY .202 .117 .213 1.722 .091
IHLC .036 .129 .038 .280 .781
EHLC .155 .105 .172 1.476 .146
EXTRAVERSION -.217 .126 -.277 -1.715 .092
AGREEABLENE -.009 .124 -.010 -.073 .942
SS
CONSCIENTIOU .223 .116 .271 1.922 .060
SNESS
NEOTRITICSM .021 .119 .025 .179 .858
OPENNESS .401 .125 .502 3.213 .002
KELAS SOSIAL .778 1.757 .051 .443 .660

a. Dependent Variable: PERILAKUKES


Dari tabel di atas, dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut:

Perilaku sehat = 14,467 - 0,090 Self-esteem + 0,202 Health-specific self-efficacy +

0,036 Internal health locus of control + 0,155 Eksternal

helath locus of control – 0,217 Extraversion – 0,009

Agrreableness + 0,223 Conscientiousness + 0,021

Neoriticsm + 0,401 Openness* + 0,778 Kelas Sosial

Ekonomi Orang Tua

Keterangan: Tanda (*) menunjukkan variabel signifikan


92

Berdasarkan tabel di atas, dari 10 koefisien regresi yang dihasilkan ternyata

hanya ada satu IV yang secara statistik pengaruhnya signifikan terhadap perilaku

sehat, yaitu opennes (nilai p < 0,05). Hal ini berarti bahwa dari 10 hipotesis minor

hanya terdapat dua yang signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang

diperoleh pada masing-masing IV adalah sebagai berikut:

1. Variabel Self-Esteem : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar - 0,090, yang

berarti bahwa variabel self-esteem secara negatif mempengaruhi perilaku

sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi self-esteem maka

semakin rendah perilaku sehat. Dibandingkan dengan koefisien regresi secara

keseluruhan, pada koefisien regresi secara keseluruhan vaiabel self-esteem

berpengaruh secara positif sedangkan pada kelompok perempuan self-esteem

berpengaruh secara negatif, namun keduanya tidak signifikan.

2. Variabel Health-Specific Self-Efficacy : Diperoleh nilai koefisien regresi

sebesar 0,202, yang berarti bahwa variabel health-specific self-efficacy secara

positif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah

semakin tinggi health-specific self-efficacy maka semakin tinggi pula perilaku

sehat.

3. Variabel Internal Health Locus of Control: Diperoleh nilai koefisien regresi

sebesar 0,036, yang berarti bahwa variabel internal helath locus of control

secara positif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya

adalah semakin tinggi internal helath locus of control maka semakin tinggi

perilaku sehat.
93

4. Variabel Eksternal Health Locus of Control: Diperoleh nilai koefisien

regresi sebesar 0,155, yang berarti bahwa variabel eksternal helath locus of

control secara positif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan.

Artinya adalah semakin tinggi eksternal helath locus of control maka semakin

tinggi perilaku sehat.

5. Variabel Extraversion: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar – 0,217,

yang berarti bahwa variabel extraversion secara negatif mempengaruhi

perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi

extraversion maka semakin rendah perilaku sehat.

6. Variabel Agreeableness: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar – 0,009,

yang berarti bahwa variabel agreeableness secara negatif mempengaruhi

perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi

agreeableness maka semakin rendah perilaku sehat.

7. Variabel Conscientiousness : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,223,

yang berarti bahwa variabel conscientiousness secara positif mempengaruhi

perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi

conscientiousness maka semakin tinggi pula perilaku sehat.

8. Variabel Neoriticsm : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,021, yang

berarti bahwa variabel neoriticsm secara positif mempengaruhi perilaku sehat

tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi neoriticsm maka

semakin tinggi pula perilaku sehat.


94

9. Variabel Openness : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,401, yang

berarti bahwa variabel openness secara positif mempengaruhi perilaku sehat

dan signifikan. Artinya adalah semakin tinggi openness maka semakin tinggi

pula perilaku sehat. Variabel openness merupakan variabel yang paling

mempengaruhi perilaku sehat pada kelompok perempuan.

10. Variabel Kelas Sosial Ekonomi Orang Tua : Diperoleh nilai koefisien

regresi sebesar 2,259, yang berarti bahwa variabel kelas sosial ekonomi orang

tua secara positif mempengaruhi perilaku sehat dan signifikan. Artinya adalah

semakin tinggi kelas sosial ekonomi orang tua maka semakin tinggi pula

perilaku sehat.

4.2.3.3. Perbandingan Koefisien Regresi antara Kelompok Laki-laki dan

Perempuan

Perbandingan koefisien antara kelompok laki-laki dan perempuan dapat dilihat dalam

tabel berikut ini.


95

Tabel 4.12
Perbandingan Koefisien Regresi antara Kelompok Laki-laki dan Perempuan

IV blk bpr Betalk Betapr


Self-Esteem 0,124 -0,090 0,123 -0,094
Health-Specisif Self-Efficacy 0,234 0,202 0,229 0,213
Internal Health Locus of Control 2,036 0,036 0,036 0,038
External Health Locus of Control 0,112 0,155 0,108 0,172
Extraversion -0,049 -0,217 -0,044 -0,277
Agreeableness -0,006 -0.009 -0,006 -0,010
Conscientiousness 0,108 0,223 0,100 0,217
Neoriticsm 0,049 0,021 0,046 0,025
Openness 0,142 0,401 0,130 0,502
Kelas Sosial Ekonomi Orang Tua 2,259 0,778 0,147 0,051
Ket :
blk = b laki-laki
bpr = b perempuan
Betalk = Beta laki-laki
Betapr = Beta perempuan

Penjelasan dari tabel 4.13 perbandingan koefisien regresi antara kelompok

laki-laki dan perempuan adalah sebagai berikut:

1. Variabel Self-Esteem: pada kelompok laki-laki self-esteem memiliki

pengaruh yang lebih besar dibandingkan perempuan terhadap perilaku sehat

dan keduanya tidak signifikan. Dan pada kelompok laki-laki self-esteem

berpengaruh secara positif, sedangkan perempuan berpengaruh secara negatif.

Terdapat perbedaan pengaruh self-esteem pada kelompok laki-laki dan

perempuan terhadap perilaku sehat. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan

dalam Vaselska dkk (2008) yaitu negatif self-esteem terlihat memainkan

peranan penting dalam merokok dan penggunaan obat-obatan dikalangan anak

laki-laki. Pada hasil penelitian ini hubungan antara perilaku beresiko dan self-
96

esteem negatif secara statistik signifikan hanya di kalangan anak laki-laki,

sebuah fakta yang konsisten dengan asumsi bahwa self-esteem yang negatif

terkait dengan masalah perilaku lebih sering diantara anak laki-laki (Mann et

al., 2004). Self-esteem yang negatif di kalangan anak laki-laki lebih sering

menyebabkan eksternalisasi masalah, sementara di kalangan perempuan,

terutama untuk masalah internalisasi (Gjerde, Blok, & Blok, 1988).

Perempuan dengan self-esteem rendah atau negatif mungkin lebih cenderung

memiliki masalah internalisasi (depresi, gangguan makan, kecemasan)

daripada pria. Sebaliknya, anak laki-laki dengan self-esteem rendah atau

negatif lebih cenderung memiliki masalah eksternalisasi (agresi, kekerasan,

kesehatan terkait perilaku beresiko) dibandingkan anak perempuan

(Leadbeater, Kuperminc, Blatt, & Hertzog, 1999). Jadi, perasaan rendah diri

tampaknya memiliki konsekuensi yang berbeda, tergantung pada jenis

kelamin. Dalam penelitian ini self-esteem berpengaruh secara negatif terhadap

perilaku sehat pada kelompok perempuan tetapi tidak signifikan. Jika dilihat

dari asumsi di atas, bahwa perempuan dengan self-esteem rendah atau negatif

mungkin lebih cenderung memiliki masalah internalisasi (depresi, gangguan

makan, kecemasan) daripada pria. Sedangkan dalam penelitian ini perilaku

sehat terdiri dari perilaku merokok, konsumsi alkohol, perilaku diet dan

perilaku olahraga.

2. Variabel Health-Specific Self-Efficacy: pada kelompok laki-laki health-

specific self-efficacy memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan


97

perempuan terhadap perilaku sehat, pada kelompok laki-laki variabel health-

specific self-efficacy berpengaruh signifikan terhadap perilaku sehat

sedangkan pada kelompok perempuan tidak signifikan, dan pada kelompok

laki-laki health-specific self-efficacy merupakan variabel yang paling

berpengaruh terhadap perilaku sehat. Dan baik pada kelompok laki-laki

maupun perempuan health-specific self-efficacy berpengaruh secara positif.

Variable health-specific self-efficacy merupakan variabel yang paling

berpengaruh terhadap perilaku sehat pada kelompok laki-laki, asumsi penulis

mungkin hal ini karena laki-laki itu lebih rentan terhadap perilaku sehat yang

buruk, jadi dengan memiliki health-specific self-efficacy tinggi mereka yakin

bahwa diri mereka mampu untuk melakukan perilaku sehat sehingga mereka

akan berusaha menjaga dan meningkatkan perilaku sehat mereka, dan mampu

menghadapi rintangan yang ada. Karena pada dasarnya self-efficacy

mempengaruhi perilaku individu dalam cara yang berbeda: pertama, self-

efficacy mempengaruhi perilaku pilihan. Orang cenderung untuk terlibat

dalam tugas-tugas di mana mereka merasa kompeten dan percaya diri dan

menghindari di mana mereka tidak merasa kompeten. Kedua, self-efficacy

dapat membantu menentukan berapa banyak usaha orang untuk mengahdapi

rintangan dan berapa lama mereka akan bertahan. Ketiga, keyakinan self-

efficacy mempengaruhi pola pikir dan reaksi emosional individu (Kumar dan

Lal, 2006). Jadi semakin mereka yakin bahwa dirinya mampu melakukan
98

perilaku sehat maka dia semakin menjaga dan meningkatkan perilaku

sehatnya, begitupun sebaliknya.

3. Variabel Openness: terdapat perbedaan besar pengaruh openness terhadap

perilaku sehat, antar kelompok laki-laki dan perempuan, pada kelompok laki-

laki openness memiliki pengaruh yang lebih kecil dibandingkan perempuan

terhadap perilaku sehat, pada kelompok laki-laki variabel openness tidak

signifikan pengaruhnya terhadap perilaku sehat sedangkan pada kelompok

perempuan signifikan. Pada kelompok perempuan openness merupakan

variabel yang paling berpengaruh terhadap perilaku sehat. Baik pada

kelompok laki-laki maupun perempuan openness berpengaruh secara positif.

Variabel openness merupakan variabel yang paling berpengaruh pada

kelompok perempuan mungkin hal ini karena openness mengacu pada

bagaimana seseorang bersedia melakukan penyesuaian pada suatu ide atau

situasi yang baru. Seseorang dengan tingkat openness yang tinggi

digambarkan sebagai seseorang yang memiliki nilai imajinasi, intelektual,

kreatif, rasa ingin tahu yang tinggi dan terbuka terhadap pengalaman baru.

Sedangkan seseorang yang memiliki tingkat openness yang rendah memiliki

nilai kebersihan, kepatuhan, pemikiran yang sempit, konservatif dan tidak

menyukai adanya perubahan. Dan asumsi peneliti hal ini karena pada

perempuan yang cenderung tertutup terhadap pengalaman baru karena

cenderung kurang siap menghadapi resiko yang ada.


99

4.2.4. Pengujian Proporsi Varians untuk Masing-masing Indepemdent Variabel

Selanjutnya peneliti menganalisis juga besarnya proporsi varian dari DV yang

merupakan sumbangan/pengaruh dari masing-masing IV dalam kelompok laki-laki

dan perempuan sebagai berikut.

4.2.4.1. Pengujian Proporsi Varians untuk Masing-masing Indepemdent

Variabel Kelompok Laki-laki

Untuk menganalisis besarnya proporsi varian dari DV yang merupakan

sumbangan/pengaruh dari masing-masing IV dalam kelompok laki-laki, hal ini

dilakukan dengan menghitung pertambahan proporsi varian setiap kali IV baru

dimasukkan dalam persamaan. Bertambahnya R2 (R2 change) ini dapat dilihat pada

tabel 4.13 dibawah ini:


100

Tabel 4.13

Proporsi Varian Sumbangan Masing-masing Independen Variabel Kelompok


Laki-laki
Model Summaryi
Model R Change Statistics
Square R Square F df1 df2 Sig. F Change
Change Change

1 .082 .082 11.185 1 126 .001


2 .133 .051 7.419 1 125 .007
3 .137 .004 .537 1 124 .465
4 .146 .009 1.345 1 123 .248
5 .149 .003 .398 1 122 .529
6 .151 .002 .311 1 121 .578
7 .155 .004 .520 1 120 .472
8 .155 .001 .075 1 119 .785
9 .160 .005 .688 1 118 .409
10 .179 .019 2.743 1 117 .100
1. Predictors: (Constant), SELFESTEEM
2. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall
3. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC
4. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC
5. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION
6. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION,
AGREEABLENESS
7. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION,
AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS
8. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION,
AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM
9. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION,
AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM, OPENNES
10. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION,
AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM, OPENNES, KELASSOSIAL
11. Dependent Variable: PERILAKUKES
101

Dari tabel 4.13 di atas, dapat disampaikan informasi sebagai berikut:

1. Variabel self-esteem memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 8,2% bagi

bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, sumbangan ini signifikan dengan

nilai F dari R square change=11,185, p<0,05 dan df=1,126.

2. Variabel health-specific self-efficacy memberi sumbangan atau pengaruh

sebesar 5,1% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, sumbangan ini

signifikan dengan nilai F dari R square change=7,419, p<0,05 dan df=1,125.

3. Variabel internal health locus of control memberi sumbangan atau pengaruh

sebesar 0,4% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari

R square change=0,537, p>0,05 dan df=1,124 sehingga tidak signifikan.

4. Variabel eksternal health locus of control memberi sumbangan atau pengaruh

sebesar 0,9% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari

R square change=1,345, p>0,05 dan df=1,123 sehingga tidak signifikan.

5. Variabel extraversion memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,3% bagi

bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square

change=0,398, p>0,05 dan df=1,122 sehingga tidak signifikan.

6. Variabel agreeableness memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,2% bagi

bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square

change=0,311, p>0,05 dan df=1,121 sehingga tidak signifikan.

7. Variabel conscientiousness memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,4%

bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square

change=0,521, p>0,05 dan df=1,120 sehingga tidak signifikan.


102

8. Variabel neoriticsm memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,1% bagi

bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square

change=0,075, p>0,05 dan df=1,119 sehingga tidak signifikan.

9. Variabel openness memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,5% bagi

bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square

change=0,688, p>0,05 dan df=1,118 sehingga tidak signifikan.

10. Variabel kelas sosial ekonomi orang tua memberi sumbangan atau pengaruh

sebesar 1,9% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari

R square change=2,743, p>0,05 dan df=1,117 sehingga tidak signifikan.

Sebagai kesimpulan dari bagian ini adalah bahwa dalam kelompok laki-laki

hanya ada dua IV dari sepuluh IV, yaitu self-esteem dan health-specific self-efficacy

yang mempengaruhi perilaku sehat, jika dilihat dari besarnya pertambahan R2 yang

dihasilkan setiap kali dilakukan penambahan IV (sumbangan proporsi varian yang

diberikan).

4.2.4.2. Pengujian Proporsi Varians untuk Masing-masing Indepemdent Variabel

Kelompok Perempuan

Untuk menganalisis besarnya proporsi varian dari DV yang merupakan

sumbangan/pengaruh dari masing-masing IV dalam kelompok perempuan, hal ini

dilakukan dengan menghitung pertambahan proporsi varian setiap kali IV baru

dimasukkan dalam persamaan. Bertambahnya R2 (R2 change) ini dapat dilihat pada

tabel 4.14 dibawah ini:


103

Tabel 4.14

Proporsi Varian Sumbangan Masing-masing Independen Variabel Kelompok


Perempuan
Model Summaryi
Model R Change Statistics
Square R Square F df1 df2 Sig. F Change
Change Change

1 .003 .003 .202 1 65 .654


2 .167 .164 12.607 1 64 .001
3 .185 .018 1.361 1 63 .248
4 .204 .019 1.511 1 62 .224
5 .206 .002 .145 1 61 .705
6 .215 .009 .673 1 60 .415
7 .258 .043 3.391 1 59 .071
8 .258 .001 .047 1 58 .829
9 .373 .115 10.428 1 57 .002
10 .375 .002 .196 1 56 .660
1. Predictors: (Constant), SELFESTEEM
2. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall
3. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC
4. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC
5. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION
6. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS
7. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS,
CONSCIENTIOUSNESS
8. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS,
CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM
9. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS,
CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM, OPENNES
10. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS,
CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM, OPENNES, KELASSOSIAL
11. Dependent Variable: PERILAKUKES

Dari tabel 4.14 di atas, dapat disampaikan informasi sebagai berikut:

1. Variabel self-esteem memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,3% bagi

bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square

change=0,202, p>0,05 dan df=1,65 sehingga tidak signifikan.


104

2. Variabel health-specific self-efficacy memberi sumbangan atau pengaruh

sebesar 16,4% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, sumbangan ini

signifikan nilai F dari R square change=12,607, p<0,05 dan df=1,64.

3. Variabel internal health locus of control memberi sumbangan atau pengaruh

sebesar 1,8% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari

R square change=1,361, p>0,05 dan df=1,63 sehingga tidak signifikan.

4. Variabel eksternal health locus of control memberi sumbangan atau pengaruh

sebesar 1,9% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari

R square change=1,511, p>0,05 dan df=1,62 sehingga tidak signifikan.

5. Variabel extraversion memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,2% bagi

bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square

change=0,145, p>0,05 dan df=1,61 sehingga tidak signifikan.

6. Variabel agreeableness memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,9% bagi

bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square

change=0,673, p>0,05 dan df=1,60 sehingga tidak signifikan.

7. Variabel conscientiousness memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 4,3%

bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square

change=3,391, p>0,05 dan df=1,59 sehingga tidak signifikan.

8. Variabel neoriticsm memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,1% bagi

bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square

change=0,047, p>0,05 dan df=1,58 sehingga tidak signifikan.


105

9. Variabel openness memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 11,5% bagi

bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, sumbangan ini signifikan dengan

nilai F dari R square change=10,428, p<0,05 dan df=1,57.

10. Variabel kelas sosial ekonomi orang tua memberi sumbangan atau pengaruh

sebesar 0,2% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari

R square change=0,196, p>0,05 dan df=1,56 sehingga tidak signifikan.

Sebagai kesimpulan dari bagian ini adalah bahwa dalam kelompok perempuan

hanya ada dua IV dari sepuluh IV, yaitu health-specific self-efficacy dan openness

yang mempengaruhi perilaku sehat, jika dilihat dari besarnya pertambahan R2 yang

dihasilkan setiap kali dilakukan penambahan IV (sumbangan proporsi varian yang

diberikan).

4.2.4.3. Perbandingan Proporsi Varians antara Kelompok Laki-laki dan

Perempuan

Hasil pada penelitian ini berdasarkan proporsi varians seluruhnya, perilaku sehat

dipengaruhi oleh independen variabel pada kelompok perempuan lebih besar

dibandingkan kelompok laki-kaki, yaitu sebesar 37,5% pada kelompok perempuan

dan laki-laki sebesar 17,9%. Hal ini berarti penelitian ini lebih bermanfaat pada

sample perempuan dibandingkan pada sample laik-laki. Karena sumbangannya lebih

besar pada perempuan.

Selanjutnya perbandingan proporsi varians antara kelompok laki-laki dan

perempuan akan dijelaskan dalam tabel berikut ini.


106

Tabel 4.15
Perbandingan Proporsi Varian Sumbangan Masing-masing Independen
Variabel anatara Kelompok Laki-laki dan Perempuan
IV R2cl R2cp
Self-Esteem .082 .003
Health-Specisif Self-Efficacy .051 .164
Internal Health Locus of Control .004 .018
External Health Locus of Control .009 .019
Extraversion .003 .002
Agreeableness .002 .009
Conscientiousness .004 .043
Neoriticsm .001 .001
Openness .005 .115
Kelas Sosial Ekonomi Orang Tua .019 .002
Ket:
R2cl = R Square Change laki-laki
R2cp = R Square Change perempuan

Dari tabel 4.15 di atas, dapat disampaikan informasi sebagai berikut:

1. Variabel Self-Esteem: terdapat perbedaan R square change antara laki-laki

dan perempuan, pada laki-laki self-esteem memberikan sumbangan yang lebih

besar dibandingkan perempuan terhadap perilaku sehat dan signifikan.

2. Variabel Health-Specific Self-Efficacy: terdapat perbedaan R square change

health-specific self-efficacy antara laki-laki dan perempuan, pada laki-laki

health-specific self-efficacy memberikan sumbangan yang lebih kecil

dibandingkan perempuan terhadap perilaku sehat, namun keduanya signifikan.

3. Variabel Openness: terdapat perbedaan R square change openness antara

laki-laki dan perempuan, pada perempuan openness memberikan sumbangan

yang lebih besar dibandingkan laki-laki terhadap perilaku sehat dan

signifikan.
107

Dalam analisis regresi, terutama yang menggunakan Least Square, diperlukan

asumsi bahwa distribusi frekuensi dari residu adalah mengikuti kurva normal.

Apabila residual berada di sekitar garis untuk kurva normal, maka dapat disimpulkan

bahwa persamaan regresi ini memiliki residual yang distribusinya mengikuti kurva

normal. Artinya, hasil persamaan regresi beserta interpretasinya dapat dipercaya dan

lebih akurat. Oleh sebab itu, penulis pun melakukan uji terhadap asumsi tersebut.

Dengan melihat output dari analisis SPSS, normal tidaknya distribusi residu, dapat

dilihat pada grafik P-P Plot berikut:


108

Gambar 4.1 Residual Plot Perilaku sehat

Karena distribusi keseluruhan kasus yang ada pada histogram relatif normal

dan pada grafik plot data umumnya mendekati garis harapan pada plot, maka semua

penafsiran dari hasil regresi pada penelitian ini cukup dapat dipercaya. Artinya

asumsi tentang normalitas distribusi frekuensi dari residual telah terpenuhi.


BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

Dalam bab lima ini akan dipaparkan tentang kesimpulan, diskusi, dan saran dari hasil

penelitian.

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dipaparkan sebelumnya, maka kesimpulan

yang dapat diambil dalam penelitian adalah :

1. - Terdapat pengaruh yang signifikan dari self-esteem, health-specific

self-efficacy, internal locus of control, eksternal locus of control, extravertion,

agreeableness, conscientiousness, neoriticsm, openness, dan kelas sosial

ekonomi orang tua terhadap perilaku sehat. Dan berdasarkan proporsi varians

seluruhnya, perilaku sehat dipengaruhi oleh independen variabel sebesar

19,1%.

- Jika dilihat dari signifikan tidaknya koefisien regresi dari masing-

masing IV, ditemukan bahwa hanya terdapat dua IV yang memiliki pengaruh

signifikan terhadap DV, yaitu health-specific self-efficacy dan openness.

- Jika dilihat dari signifikan tidaknya proporsi varian sumbangan

kontribusi dari masing-masing IV, hanya terdapat tiga IV yang signifikan,

yaitu self-esteem, health-specific self-efficacy, dan openness, dengan perincian

109
110

yaitu variabel self-esteem memberikan sumbangan sebesar 5,5%, health-

specific self-efficacy memberikan sumbangan sebesar 6,9% dan variabel

openness memberikan sumbangan sebesar 2,1%.

2. Berdasarkan proporsi varians seluruhnya, pada kelompok perempuan

keseluruhan IV menyumbangkan lebih banyak terhadap DV dibandingkan

dengan kelompok laki-laki dan keduanya signifikan, yaitu pada kelompok

perempuan sebesar 37,5% dan laki-laki sebesar 17,9% . Dan jika dilihat dari

signifikan tidaknya koefisien regresi dari masing-masing IV, ditemukan

bahwa pada kelompok laki-laki variabel yang memiliki pengaruh signifikan

terhadap DV adalah health-specific self-efficacy, sedangkan pada kelompok

perempuan adalah openness. Dan jika dilihat dari signifikan tidaknya proporsi

varian sumbangan kontribusi dari masing-masing IV, pada kelompok laki-laki

yang memberikan sumbangan signifikan terhadap DV adalah self-esteem dan

health-specific self-efficacy, sedangkan pada kelompok perempuan adalah

health-specific self-efficacy dan openness.

5.2. Diskusi

Hasil dari penelitian ini variabel self-esteem memberikan sumbangan yang

signifikan terhadap perilaku sehat, namun tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap perilaku sehat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Linda

Flynn (1997) dalam Seigley (1999) yang meneliti tentang efek dari ketidakberdayaan

yang dipelajari, self-esteem, dan depresi dalam sampel praktek medis dari 122
111

perempuan diambil dari tempat penampungan tunawisma di sana. Hasil yang

dilaporkan menunjukkan korelasi signifikan antara self-esteem dan praktik kesehatan

yang positif r = 37, (P <.001), dan variabel kelompok menyumbang 21% dari varians

dalam praktek kesehatan di antara para peserta penelitian.

Selanjutnya hasil pada penelitian ini variabel health-specific self-efficacy

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku sehat dan juga memberikan

sumbangan yang signifikan. Hasil pada penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Von AH D dkk. (2004) yang menunjukkan bahwa self-efficacy secara

signifikan memprediksi perilaku alkohol dan merokok, aktivitas fisik dan perilaku

pemeliharaan nutrisi, perilaku perlindungan pemeliharaan umum dan perilaku

perlindungan sinar matahari. Dan penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh J Zalewska-Puchała dkk. (2007) yang menjelaskan bahwa ada

pengaruh yang signifikan secara statistik dari self-efficacy belief terhadap perilaku

sehat seperti konsumsi lemak dalam makanan sehari-hari dan konsumsi alkohol yang

telah diturunkan. Dengan demikian health-specific self-efficacy mempengaruhi

mahasiswa untuk melakukan perilaku sehat dengan keyakinan dan kemampuan yang

mereka miliki. Health-specific self-efficacy menentukan niat dan kemauan mahasiswa

untuk mencapai tujuannya yaitu sehat, dengan cara menjaga dan meningkatkan

perilaku sehat.

Kemudian variabel health locus of control secara keseluruhan tidak signifikan

pengaruhnya terhadap perilaku sehat. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam

Taylor (1995) beberapa penelitian menunjukkan bahwa individu dengan internal


112

locus of control lebih mungkin untuk memikul tanggung jawab untuk kesehatannya

sendiri. Mereka mungkin mempraktekkan perilaku sehat yang lebih baik, lebih

menjaga hati-hati terhadap kecelakaan, dan mengumpulkan informasi kesehatan lebih

dari individu dengan external locus of control (Strickland, 1978). Namun, hasil tidak

selalu kuat, dan masalah pengukuran mengganggu konstrak locus of control.

Akibatnya, hubungan antara variabel locus of control dan perilaku sehat preventif itu

sederhana (dalam Taylor, 1995). Mungkin hal ini disebabkan karena perilaku sehat

dalam penelitian ini lebih dipengaruhi oleh variabel psikologis lainnya. Hal ini seperti

yang diungkapkan dalam Schwarzer (t.t.) yaitu menurut asumsi implisit yang

membentuk latar belakang banyak penelitian, keyakinan internal locus of control

mempromosikan kesehatan dan perilaku sehat yang lebih baik. Namun, self-efficacy

tampaknya menjadi konstruk yang lebih kuat ketika datang untuk memprediksi perilaku

sehat. Self-efficacy berhubungan dengan internal locus of control, tetapi juga

berhubungan dengan perilaku dan prospektif.

Selanjutnya hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa variabel

kepribadian secara keseluruhan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

perilaku sehat. Namun jika dilihat dari koefisien regresi dari lima variabel hanya

variabel openness yang memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku sehat dan

juga memberikan sumbangan yang signifikan. Abraham et al. (2000) telah mencatat

literatur hubungan antara kepribadian dan perilaku kesehatan dan antara social

cognitive models (SCMs) dan perilaku sehat yang telah dikembangkan secara paralel

dengan sedikit referensi silang. Karena itu kepribadian dan pengaruh sosial kognitif
113

dapat bermanfaat terintegrasi ke dalam satu perhitungan perilaku sehat (lihat juga

Bermudez 1999; dalam Conner & Norman, 2005). Dan hal ini sesuai dengan hasil

penelitian ini bahwa health-specific self-efficacy dan openness berpengaruh signifikan

terhadap perilaku sehat.

Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Torres dan Pritchard

(t.t.), Studi ini meneliti karakteristik kepribadian sebagai prediktor perilaku berisiko,

dengan menggunakan dimensi kepribadian Big Five diterima secara luas sebagai

indikator. Dan hasil penelitian ini bahwa agreeableness berkorelasi dengan perilaku

sehat yang lebih berisiko daripada dimensi kepribadian lainnya. Perbedaan hasil

penelitian ini mungkin disebabkan karena orang dengan kepribadian agreeableness

tinggi rentan terhadap perilaku sehat beresiko, mereka cenderung berhati baik,

lembut, mudah percaya pada orang lain, suka membantu, pemaaf, dam mudah tertipu,

sehingga mereka kemungkinan mudah terpengaruh oleh lingkungan sosialnya dan

memilki toleransi yang besar terhadap orang lain.

Tidak adanya pengaruh yang signifikan extraversion, agreeableness,

conscientiousness dan neuroriticsm dalam penelitian ini mungkin karena variabel-

variabel tersebut mungkin hanya mempengaruhi perilaku sehat tertentu. Namun

dalam penelitian ini perilaku sehat diukur secara keseluruhan, sehingga tidak terlihat

pengaruh dari extraversion, agreeableness, conscientiousness dan neuroriticsm

terhadap masing-masing perilaku sehat.

Kemudian yang terakhir yaitu variable kelas sosial ekonomi orang tua,

variable ini juga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku sehat.
114

Hasil penelitian ini kurang sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rohman,

S.Psi (t.t.) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara

status sosial ekonomi orang tua dan tingkat perilaku merokok remaja. Penelitian ini

juga sejalan penelitian mengenai lima perilaku sehat (merokok, aktivitas fisik, weight,

konsumsi alkohol, dan tidur), Gottlieb and Green (1984) dalam Taylor (1995)

menemukan bahwa perilaku sehat umumnya dilakukan oleh lebih muda, lebih kaya,

orang yang lebih berpendidikan di bawah rendahnya tingkat stres dan dengan

dukungan sosial yang tersedia. Tingginya tingkat stres dan / atau sumber daya yang

lebih sedikit, yang mungkin terjadi pada individu-individu dari status sosial ekonomi

yang rendah, yang berhubungan dengan perilaku sehat-kompromi yang tinggi, seperti

merokok atau penyalahgunaan alkohol, dan dengan kurangnya waktu yang tersedia

untuk meningkatkan perilaku sehat tertentu, seperti olahraga atau tidur yang cukup.

Tidak adanya pengaruh yang signifikan kelas sosial ekonomi orang tua

terhadap perilaku sehat dalam penelitian ini disebabkan karena pengukuran yang

kurang tepat, peneliti menyerahkan kepada responden untuk menilai sendiri tidak

memberikan kriteria yang tepat dan lebih spesifik mengenai kelas sosial ekonomi

orang tua responden.

5.3. Saran

Berdasarkan penulisan penelitian ini, peneliti menyadari bahwa masih terdapat

banyak kekurangan di dalamnya. Untuk itu, peneliti memberikan beberapa saran


115

untuk bahan pertimbangan sebagai penyempurnaan penelitian selanjutnya yang

terkait dengan penelitian serupa, yaitu berupa saran metodologis dan saran praktis.

5.3.1 Saran Metodologis

1. Variasi dari kesembilan independent variable (IV) yang ada, hanya

menyumbang 19,1%. Sisanya sebanyak 80,9% kemungkinan disumbangkan

oleh variabel lainnya. Variabel yang tidak diteliti pada penelitian ini

memberikan sumbangan yang lebih besar daripada variabel yang diteliti. Dan

dari kesembilan IV yang diteliti, hanya variabel health-specific self-efficacy

dan openness yang memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku sehat.

Oleh sebab itu, disarankan untuk penelitian selanjutnya agar

meneliti/menganalisa pengaruh variabel-variabel lain yang dapat

mempengaruhi perilaku sehat mahasiswa, selain yang ada pada independent

variable penelitian ini.

2. Pada penelitian selanjutnya peneliti mendorong untuk menggunakan alat ukur

dengan item-item yang lebih valid dalam mengukur konstruk-konstruk

psikologisnya dan bisa mewakili faktor yang ingin diukur.

3. Untuk penelitian selanjutnya tentang perilaku sehat, yaitu dengan

menggunakan variabel perilaku sehat yang lebih bervariasi lagi dan

analisisnya menggunakan teknik analisis multivariate regression sehingga

dapat terlihat lebih jelas pengaruh dari IV terhadap masing-masing perilaku

sehat. Atau menggunakan variabel perilaku sehat yang lebih spesifik. Dan
116

diharapkan mengadakan penelitian di perguruan tinggi yang lebih banyak lagi,

sehingga dapat diperoleh jawaban yang lebih bervariasi tentang perilaku sehat

mahasiswa.

5.3.2 Saran Praktis

Mengingat pentingnya variabel-variabel yang dapat mempengaruhi perilaku sehat

mahasiswa, maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan yang positif bagi

mahasiswa untuk lebih memperhatikan faktor-faktor psikologis yang dapat

mempengaruhi perilaku sehat mahasiswa, khususnya health-specific self-

efficacy. Karena faktor tersebut terkadang diabaikan. Padahal jika diamati

faktor tersebut dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap perilaku

sehat mahasiswa baik secara langsung maupun tidak langsung.

2. Untuk perkembangan ilmu, khususnya psikologi kesehatan agar

memperbanyak penelitian tentang perilaku sehat mahasiswa, karena perilaku

sehat berdampak pada kesehatan, dengan tubuh yang sehat mahasiswa dapat

menjalani tugasnya dengan baik dan dapat meningkatkan kualitas hidup

mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Abood, D. A. & Conway T. L. (1988). Health values and self-esteem as


predictors of wellness behaviors. California: Naval Health Research
Center

Allison, K.R., Adlaf, E.M., Ialomiteanu, A., & Rehm, J. (1999). Predictors of
health risk behaviours among young adults: analysis of the national
population health survey. Canadian Journal of Public Health, 90 (2)

Aminah, S. (2007). Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pola


makan sehat pada mahasiswa kost di kelurahan Tembalang kecamatan
Tembalang kota Semarang. Undergraduate Thesis, Diponegoro
University. Diambil tanggal 9 Oktober 2010 dari
http://eprints.undip.ac.id/16394/

Bandura, A. (1994). Self-efficacy. In V. S. Ramachaudran (Ed.), Encyclopedia of


human behavior (Vol. 4, pp. 71-81). New York: Academic Press.
(Reprinted in H. Friedman [Ed.], Encyclopedia of mental health. San
Diego: Academic Press, 1998)

Conner, M. (2002). Health behaviors. University of Leeds UK

Conner, M. & Norman P. (2005). Predicting health behavior: research and


practice with social cognition models. Second edition. New York: Open
University Press

Conway, T.L., Vickers, Ross R., Wallston, Kenneth A., & Costa, Paul T. (1992).
Personality, health locus of control, and health behavior. The Annual
Convention of American Psychological Association

Dimmatteo, M.R. & Martin, L.R. (2002). Health psychology. Boston: All Renerbit
yn & Bacon. 75 Arlington Street

Hogan, R., Jonhson, J., & Briggs, S. (1997). Handbook of personality psychology.
California: Academic Press

Holopainen, L. & Sulinto S. (2005). Adolesent of health behaviour and future


orientation. Thesis. Department of Psychology University of Jyväskylä

Istana Blog. (2010). Mahasiswa dan alkohol. Diambil tanggal 9 Oktober 2010
dari http://itsnasahma.blogspot.com/2010/05/mahasiswa-dan-alkohol.html

117
118

John, O.P. & Srivastava S. (1999). The big-five trait taxonomy: history,
measurement, and theoretical perspectives. Berkeley: Departement of
Psychologi University of California

Kilander, H.F. (1957). Health for modern living. New Jersey: Prentice-Hall, Inc

Kumar, R. & Lal, R. (2006). The role of self-efficacy and gender difference
among the adolescents. Journal of The Indian Academy of Applied
Psychology, Vol.32, No.3, 249-254

Lantz, P.M., House, J.S., Lepkowski, J.M., Williams, D.R., Mero, R.P., & Chen,
J. (1998). Socioeconomis, health behaviors, and mortality. JAMA, Vol.
279, No. 21

Martín-Albo, J., Núñez, J.L., Navarro, J.G., & Grijalvo, F. (2007). The Rosenberg
self-esteem scale: translation and validation in university students. The
Spanish Journal of Psychology, Vol. 10, No. 2, 458-467

Mulia, A. (2010). Pengetahuan gizi, pola makan dan status gizi mahasiswa
pendidikan tekhnologi kimia industri (PTKI) Medan. Skripsi : Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Diambil tanggal 9
Oktober 2010 dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20338/7/Cover.pdf

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan kerilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta

Nusantaranews. (2009). 10 negara dengan jumlah perokok terbesar di dunia.


Diambil tanggal 9 Oktober 2010 dari
http://nusantaranews.wordpress.com/2009/05/31/10-negara-jumlah-
perokok-terbesar-di-dunia/

Pedhazur, E. J. (1982). Multiple regression in behavioral research, explanation


and prediction. Second edition. New York: Holt, Renehart and Winston.
Inc

Pervin, L.A., Cervone, D., & John, O.P. (2005). Personality. USA: Wiley

Piko*, B & Brassai, L. (2007). Values and health-related behavior: a comparison


of Youth in Hungary and Transylvania. European Journal of Mental Health
2, 2, 171–181

Puchała J, Zalewsk., A, Majda., A, Gałuszka., & J, Kolonko. (2007). Health


behaviour of students versus a sense of self-efficacy. Advances in Medical
Science, Vol. 52
119

Rohman, A. (t.t.). Hubungan antara tingakt stress dan status sosial ekonomi orang
tua dengan perilaku merokok pada remaja. Diambil tanggal 9 Oktober
2010 dari http://psikologi.or.id/mycontents/uploads/2010/08/artikel-
hubungan-tingkat-stress-dan-perilaku-merokok-remaja.pdf

Renner, B. & Shcwarzer, R. (2003). Applied fields: health. First publ. in:
Encyclopedia of Psychological Assessment, 1, pp. 69-72

Sarafino, E.P. (1994). Health psycholog, biopsychosocial interaction. Second


edition. Canada: John Wiley & Sons, Inc

Sarafino, E.P. (2006). Health psychology: Biopsychosocial interactions. Fifth


edition. USA: John Wiley & Sons, Inc

Sari, L.R. (2010). Mahasiswa merokok. Diambil tanggal 9 Oktober 2010 dari
http://www.surya.co.id/2010/04/05/mahasiswa-merokok.html

Schwarzer, R. & Renner, B. (t.t.). Health-Specific Self-Efficacy Scales. Berlin:


Freie Universität Berlin

Schwarzer, R. (t.t.). Perceived self-efficacy. UK: University of Sussex

Seigley, L.A. (1999). Self-esteem and health behavior: theoretic and empirical
links. Nurs Outlook; 47:74-7

Silalahi, V. (2009). Hubungan locus of control dengan perilaku sehat pada


masyarakat pedesaan. Skripsi: Fakultas Psikologi Universitas Sumatera
Utara. Diambil tanggal 9 Oktober 2010 dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19932/7/Cover.pdf

Sheridan,C.L. & Radmacher, S.A.(1992). Health psychology : challenging the


biomedical model. New York :John Wiley and Sons, Inc

Smet, B. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta: Grasindo

Syatria, A. (2006). Pengaruh olahraga terprogram terhadap tekanan darah pada


mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Dipenogoro yang mengikuti
ekstrakulikuler basket. Fakultas Kedokteran Universitas semarang.
Diambil tanggal 9 Oktober 2010 dari
http://eprints.undip.ac.id/20415/1/Arsdiani.pdf

Taylor, S.E. (1995). Health psychology. Third edition. Singapore: McGraw-Hill

Taylor, S.E. (2003). Health psychology. Fifth edition. Boston: McGraw-Hill

Taylor, S.E. (2009). Health psychology. Seventh edition. New York: McGraw-Hill
120

Torres, A.A. & Pritchard, M. (t.t.). Personality characteristic as predictors of


health risk behaviors. Boise State University

Veselska, Z., Geckova, A.M., Orosova, O., Gadjosova, B., Dijk, J.P. Van., &
Reijneveld, S.A. (2008). Self-esteem and resilience: The connection with
risky behavior among adolescents. Addictive Behaviors,
doi:10.1016/j.addbeh.2008.11.005

Vickers, R.R., Conway, T.L., & Hervig, L.K. (1988). Demonstration of replicable
dimensions of health behaviors. San Diego: Naval Health Research
Center, Technical report 88-41

Von, Ah D., Ebert, S., Ngamvitroj, A., Park, N., & Kang, D.-H. (2004). Predictors
of health behaviours in college student. Journal of Advanced Nursing,
48(5), 463-474

Wallston, K.A. (t.t.). Perceived control and health behaviour. USA: School of
Nursing, Vanderbilt University

Wallston, BS., Wallston, KA., Kaplan, GD. dan Maides, SA. (1976).
Development and validation of the health locus of control scale. J Consult
Clin Psycho, 44: 580-585

Wallston, K.A., Wallston, B.S. & DeVellis, R. (1978). Development of the


multidimensional health locus of control (MHLC) scales. Health
Education Monographs, 6, 160-170

Wikipedia. (2009). Mahasiswa. Diambil tanggal 24 November 2009 dari


http://id.wikipedia.org/wiki/Mahasiswa
LAMPIRAN
ANGKET

Selamat Pagi/Siang

Saya adalah mahasiswi Program Sarjana Fakultas Psikologi UIN Syarif


Hidayatullah Jakarta yang sedang menyusun Skripsi mengenai pengalaman hidup
sehari-hari. Dalam rangka mengumpulkan informasi tersebut, saya memohon
bantuan dan kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner ini. Keberhasilan penelitian
ini sangat tergantung dari jawaban Anda. Oleh karena itu, kesediaan Anda untuk
mengisi dengan sungguh-sungguh sangat saya harapkan.

Kuesioner ini berisi pernyataan-pernyataan yang menggambarkan keadaan


diri Anda. Sebelum mengisinya, Anda diminta untuk membaca dengan seksama
petunjuk pengisian. Jawablah setiap pernyataan sesuai kondisi diri Anda yang
sebenarnya karena tidak ada jawaban yang benar maupun salah. Sebelum
mengembalikan kuesioner ini, mohon periksa jawaban Anda, jangan sampai ada
yang terlewat.

Semua data yang ada akan dirahasiakan dan hanya digunakan demi
kepentingan penelitian ini. Jika ada hal-hal yang ingin ditanyakan, Anda dapat
menghubungi peneliti melalui nomor hp atau alamat email yang tertera di bawah
ini. Atas bantuan dan kerja sama yang Anda berikan, kami ucapkan terima kasih.

Peneliti

Sarah Rahmadian

087774826568/sarah.rahmadian@gmail.com
DATA PRIBADI

ü)
Pilihlah salah satu pilihan dibawah ini, kemudian beri tanda checklist (ü

Jenis Kelamin : 1. Laki-laki

2. Perempuan

Usia : ....... Tahun

Status sosial ekonomi orang tua :

1. Kelas bawah
2. Kelas menengah ke bawah
3. Kelas menengah
4. Kelas menengah ke atas
5. Kelas atas
PETUNJUK DAN CONTOH PENGISIAN 1
Anda diminta untuk memilih satu kategori pada pernyataan-pernyataan yang ada,
sesuai dengan kondisi/pendapat Anda, dengan cara memberikan tanda checklist
ü) pada satu dari empat pilihan jawaban yang Anda anggap paling sesuai dengan

keadaan diri Anda.
Pilihan Jawaban tersebut adalah sebagai berikut:
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
Contoh :

No PERNYATAAN STS TS S SS

1. Saya tidur minimal 5 jam dalam sehari.

Jika Anda merasa setuju bahwa Anda tidur minimal 5 jam dalam sehari, maka
ü) pada kolom S.
Anda dapat memberikan tanda checklist (ü

No PERNYATAAN STS TS S SS

1. Saya tidur minimal 5 jam dalam sehari. ü

Jika Anda ingin mengubah jawaban yang telah dibuat, coretlah jawaban pertama,
ü) pada kolom jawaban yang menurut Anda
kemudian beri tanda checklist (ü
paling sesuai.

No PERNYATAAN STS TS S SS

1. Saya tidur minimal 5 jam dalam sehari. ü ü

………..SELAMAT MENGERJAKAN…………
SKALA PERILAKU KESEHATAN

NO PERNYATAAN STS TS S SS
1 Saya makan makanan seimbang.

2 Saya membatasi asupan makanan seperti lemak, gula, kopi,


garam dan lainnya.

3 Saya mengkonsumsi vitamin.

4 Saya mengkonsumsi suplemen makanan kesehatan (seperti


tambahan protein, gandum, dll).

5 Saya berolahraga untuk tetap sehat.

6 Saya tidak merokok.

7 Saya tidak mengkonsumsi alkohol.

SKALA SELF-ESTEEM
1 Secara keseluruhan, saya puas dengan diri saya.

2 Kadang-kadang saya pikir saya tidak baik sama sekali.

3 Saya merasa bahwa saya memiliki kualitas yang baik.

4 Saya mampu melakukan hal-hal seperti kebanyakan orang


lakukan.

5 Saya merasa bahwa saya tidak punya banyak hal yang bisa
dibanggakan.

6 Kadang-kadang saya merasa tidak berguna.

7 Saya merasa bahwa saya adalah orang yang layak,


setidaknya pada suatu bidang yang sama dengan orang lain.

8 Saya berharap saya bisa lebih menghormati diri sendiri.

9 Dalam semual hal, saya cenderung merasa bahwa saya gagal.

10 Saya mengambil sikap positif terhadap diri sendiri.


SKALA HELATH LOCUS OF CONTROL

STS TS S SS

1 Jika saya sakit, saya sendiri yang menentukan seberapa cepat


saya sembuh lagi.

2 Tidak peduli apa yang saya lakukan, jika saya sakit, saya
akan sakit.

3 Memiliki kontak teratur dengan dokter saya adalah cara


terbaik bagi saya untuk menghindari penyakit.

4 Kebanyakan hal-hal yang mempengaruhi kesehatan saya


terjadi secara kebetulan.

5 Setiap kali saya tidak merasa baik, saya harus berkonsultasi


dengan profesional medis yang terlatih.

6 Saya mengendalikan kesehatan saya.

7 Keluarga saya memiliki banyak hubungannya dengan saya


menjadi sakit atau tetap sehat.

8 Ketika saya sakit, saya lah yang harus disalahkan.

9 Keberuntungan memainkan peran besar dalam menentukan


seberapa cepat saya akan sembuh dari penyakit.

10 Profesional kesehatan mengontrol kesehatan saya.

11 kesehatan saya yang baik sebagian besar adalah


keberuntungan.

12 Yang paling penting dalam mempengaruhi kesehatan saya


adalah apa yang saya lakukan.

13 Jika saya merawat diri, saya bisa menghindari penyakit.

14 Setiap kali saya sembuh dari penyakit, biasanya karena orang


lain (misalnya, dokter, perawat, keluarga, teman-teman) yang
telah merawat saya.

15 Tidak peduli apa yang saya lakukan, mungkin saya akan


sakit.

16 Jika keberuntungan terjadi, saya akan tetap sehat.

17 Jika saya mengambil tindakan yang tepat, saya bisa tetap


sehat.
18 Mengenai kesehatan saya, saya hanya bisa melakukan apa
yang dokter saya perintahkan.

SKALA KERIBADIAN (BIG FIVE)


Saya melihat diri saya sebagai orang yang…….

NO PERNYATAAN STS TS S SS
1 Banyak bicara.

2 Cenderung mencari kesalahan orang lain.

3 Melakukan semua pekerjaan

4 Depresi, murung

5 Orisinil, muncul dengan ide-ide baru

6 Pendiam

7 Penolong dan lebih mementingkan orang lain dibandingkan


diri sendiri

8 Agak ceroboh

9 Santai, mampu menangai stress dengan baik

10 Ingin tahu tentang banyak hal yang berbeda

11 Penuh energy

12 Memulai pertengakaran dengan orang lain

13 Pekerja handal

14 Bisa tegang

15 Cerdas, seorang pemikir yang mendalam

16 Memiliki banyak ketertarikan

17 Memiliki sifat pemaaf

18 Cenderung tidak teratur

19 Banyak kekhawatiran

20 Memiliki imaginasi yang aktif


STS TS S SS

21 Cenderung diam

22 Umumnya percaya

23 Cenderung malas

24 Secara emosional stabil, tidak mudah marah

25 berakal, berdayacipta

26 Memiliki kepribadian yang tegas

27 Dapat menjadi dingin dan menyendiri

28 Tekun dalam menyelesaikan tugas

29 Bisa moody

30 Memiliki nilai-nilai artistik, pengalaman estetika

31 Kadang-kadang pemalu

32 Perhatian dan baik kepada semua orang

33 Melakukan sesuatu secara efisien

34 Tetap tenang dalam situasi yang tegang

35 Menyukai pekerjaan yang rutin

36 Ramah, suka bergaul

37 Terkadang kasar kepada orang lain

38 Membuat rencana dan menjalankan sesuai rencana tersebut

39 Mudah gugup

40 Suka merenung, bermain dengan ide-ide

41 Memiliki beberapa kepentingan artistic

42 Suka bekerjasama dengan orang lain

43 Mudah terganggu

44 Piawai dalam seni, musik atau sastra


PETUNJUK PENGISIAN DAN CONTOH 2
Anda diminta untuk memilih satu kategori pada pernyataan-pernyataan yang ada,
sesuai dengan kondisi/pendapat Anda, dengan cara memberikan tanda checklist
ü) pada satu dari empat pilihan jawaban yang Anda anggap paling sesuai dengan

keadaan diri Anda.
Pilihan Jawaban tersebut adalah sebagai berikut:
STY : Sangat Tidak Yakin
TY : Tidak Yakin
Y : Yakin
SY : Sangat Yakin

Contoh :
Saya dapat istirahat yang cukup,........

No PERNYATAAN STY TY Y SY

1. ..........meskipun saya dihadapkan pada banyak tugas.

Jika Anda merasa sangat yakin dapat istirahat dengan cukup meskipun sedang
ü) pada
dihadapkanbanyak tugas, maka Anda dapat memberikan tanda checklist (ü
kolom SY.

No PERNYATAAN STY TY Y SY

ü
1. ..........meskipun saya dihadapkan pada banyak tugas.

Jika Anda ingin mengubah jawaban yang telah dibuat, coretlah jawaban pertama,
ü) pada kolom jawaban yang menurut Anda
kemudian beri tanda checklist (ü
paling sesuai.
No PERNYATAAN STY TY Y SY

ü ü
1. ..........meskipun saya dihadapkan pada banyak tugas.

Saya mampu mengatur untuk tetap makan makanan sehat,……

NO PERNYATAAN STY TY Y SY

1 …meskipun saya membutuhkan waktu yang lama untuk


mengembangkan rutinitas yang diperlukan

2 ...meskipun saya harus mencoba beberapa kali sampai


berhasil.

3 ...meskipun saya harus memikirkan kembali seluruh gizi


dengan cara saya.

4 ...meskipun saya tidak menerima banyak dukungan dari


orang lain ketika melakukan upaya pertama saya.

5 ...meskipun saya harus membuat rencana yang rinci.

Saya mampu mengatur untuk melaksanakan niat olahraga saya, ...

NO PERNYATAAN STY TY Y SY
6 ...meskipun saya punya kekhawatiran dan masalah.

7 ...meskipun saya merasa tertekan.

8 ...meskipun saya merasa tegang.

9 ...meskipun saya lelah.

10 ...meskipun saya sedang sibuk.

Saya yakin bahwa saya dapat mengendalikan diri untuk ...

NO PERNYATAAN STY TY Y SY
11 ... tidak minum alkohol sama sekali.

12 …tidak merokok sama sekali


OUTPOUT LISREL PERILAKU KESEHATAN

DATE: 6/ 4/2011
TIME: 4:02

L I S R E L 8.70

BY

Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom

This program is published exclusively by


Scientific Software International, Inc.
7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A.
Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-
2140
Copyright by Scientific Software International, Inc.,
1981-2004
Use of this program is subject to the terms specified in
the
Universal Copyright Convention.
Website: www.ssicentral.com

The following lines were read from file C:\Documents and


Settings\sarah\My Documents\HASIL LISREL SARAH\HEALTHBEHAV.LS8:

UJI VALIDITAS KONSTRUK HEALTHBEHAV


DA NI=7 NO=152 MA=KM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7
KM SY FI=HEALTHBEHAV.COR
SE
1 2 3 4 5 6 7/
MO NX=7 NK=1 PH=ST TD=SY,FI
LK
HSE
FR LX 1 - LX 7
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7
FR TD 4 3 TD 7 6 TD 4 2 TD 5 3
PD
OU SS MI TV

UJI VALIDITAS KONSTRUK HEALTHBEHAV

Number of Input Variables 7


Number of Y - Variables 0
Number of X - Variables 7
Number of ETA - Variables 0
Number of KSI - Variables 1
Number of Observations 152
UJI VALIDITAS KONSTRUK HEALTHBEHAV

Correlation Matrix

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5


ITEM6
-------- -------- -------- -------- --------
--------
ITEM1 1.00
ITEM2 0.55 1.00
ITEM3 0.33 0.42 1.00
ITEM4 0.46 0.39 0.70 1.00
ITEM5 0.42 0.40 0.39 0.41 1.00
ITEM6 0.20 0.31 0.07 0.29 0.07
1.00
ITEM7 0.21 0.26 0.06 0.30 0.19
0.43

Correlation Matrix

ITEM7
--------
ITEM7 1.00

UJI VALIDITAS KONSTRUK HEALTHBEHAV

Parameter Specifications

LAMBDA-X

HSE
--------
ITEM1 1
ITEM2 2
ITEM3 3
ITEM4 4
ITEM5 5
ITEM6 6
ITEM7 7

THETA-DELTA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5


ITEM6
-------- -------- -------- -------- --------
--------
ITEM1 8
ITEM2 0 9
ITEM3 0 0 10
ITEM4 0 11 12 13
ITEM5 0 0 14 0 15
ITEM6 0 0 0 0 0
16
ITEM7 0 0 0 0 0
17
THETA-DELTA

ITEM7
--------
ITEM7 18

UJI VALIDITAS KONSTRUK HEALTHBEHAV

Number of Iterations = 24

LISREL Estimates (Maximum Likelihood)

LAMBDA-X

HSE
--------
ITEM1 0.60
(0.08)
7.42

ITEM2 0.86
(0.09)
9.82

ITEM3 0.48
(0.09)
5.50

ITEM4 0.80
(0.09)
8.85

ITEM5 0.49
(0.08)
6.12

ITEM6 0.40
(0.08)
4.94

ITEM7 0.38
(0.08)
4.70

PHI

HSE
--------
1.00
THETA-DELTA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5


ITEM6
-------- -------- -------- -------- --------
--------
ITEM1 0.64
(0.08)
7.62

ITEM2 - - 0.27
(0.10)
2.56

ITEM3 - - - - 0.77
(0.10)
8.10

ITEM4 - - -0.30 0.34 0.39


(0.07) (0.08) (0.11)
-4.31 4.18 3.47

ITEM5 - - - - 0.15 - - 0.76


(0.06) (0.09)
2.70 8.37

ITEM6 - - - - - - - - - -
0.84

(0.10)

8.59

ITEM7 - - - - - - - - - -
0.28

(0.07)

3.80

THETA-DELTA

ITEM7
--------
ITEM7 0.86
(0.10)
8.62

Squared Multiple Correlations for X - Variables

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5


ITEM6
-------- -------- -------- -------- --------
--------
0.36 0.73 0.23 0.62 0.24
0.16

Squared Multiple Correlations for X - Variables

ITEM7
--------
0.14

Goodness of Fit Statistics

Degrees of Freedom = 10
Minimum Fit Function Chi-Square = 17.90 (P = 0.057)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 17.94 (P
= 0.056)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 7.94
90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ;
23.86)

Minimum Fit Function Value = 0.12


Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.053
90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ;
0.16)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) =
0.073
90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ;
0.13)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.22

Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.36


90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.30 ;
0.46)
ECVI for Saturated Model = 0.37
ECVI for Independence Model = 2.85

Chi-Square for Independence Model with 21 Degrees of Freedom


= 416.83
Independence AIC = 430.83
Model AIC = 53.94
Saturated AIC = 56.00
Independence CAIC = 459.00
Model CAIC = 126.37
Saturated CAIC = 168.67

Normed Fit Index (NFI) = 0.96


Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.96
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.46
Comparative Fit Index (CFI) = 0.98
Incremental Fit Index (IFI) = 0.98
Relative Fit Index (RFI) = 0.91

Critical N (CN) = 196.75


Root Mean Square Residual (RMR) = 0.052
Standardized RMR = 0.052
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.97
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.91
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.35

UJI VALIDITAS KONSTRUK HEALTHBEHAV

Modification Indices and Expected Change

No Non-Zero Modification Indices for LAMBDA-X

No Non-Zero Modification Indices for PHI

Modification Indices for THETA-DELTA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5


ITEM6
-------- -------- -------- -------- --------
--------
ITEM1 - -
ITEM2 0.02 - -
ITEM3 1.15 1.51 - -
ITEM4 5.35 - - - - - -
ITEM5 5.34 2.46 - - 0.01 - -
ITEM6 0.49 1.51 1.86 1.77 3.12
- -
ITEM7 0.00 0.86 3.00 1.60 1.50
- -

Modification Indices for THETA-DELTA

ITEM7
--------
ITEM7 - -

Expected Change for THETA-DELTA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5


ITEM6
-------- -------- -------- -------- --------
--------
ITEM1 - -
ITEM2 0.01 - -
ITEM3 0.06 0.10 - -
ITEM4 -0.18 - - - - - -
ITEM5 0.15 -0.12 - - -0.01 - -
ITEM6 -0.04 0.09 -0.07 0.07 -0.11
- -
ITEM7 0.00 -0.07 -0.09 0.07 0.08
- -

Expected Change for THETA-DELTA


ITEM7
--------
ITEM7 - -

Maximum Modification Index is 5.35 for Element ( 4, 1) of


THETA-DELTA

UJI VALIDITAS KONSTRUK HEALTHBEHAV

Standardized Solution

LAMBDA-X

HSE
--------
ITEM1 0.60
ITEM2 0.86
ITEM3 0.48
ITEM4 0.80
ITEM5 0.49
ITEM6 0.40
ITEM7 0.38

PHI

HSE
--------
1.00

Time used: 0.016 Seconds


GAMBAR ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORIK SKALA SELF-
ESTEEM

0.74 IT E M1

0.27 0.85 IT E M2

-0.21
0.51
0.70 IT E M3
0.39
-0.14
0.54
-0.160.16 0.75 IT E M4
0.50
-0.13 SELFESTE 1.00
0.67
0.12 0.54 IT E M5
0.73
0.300.19
0.50
0.47 IT E M6
-0.24

0.75
0.75 IT E M7
0.70
-0.14

0.94 IT E M8

0.43 IT E M9

0.51 IT E M10

Chi-Square=34.56, df=25, P-value=0.09650, RMSEA=0.044

GAMBAR ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORIK SKALA NUTRITION


SELF-EFFICACY

0.36 ITE M1

0.80
0.74 ITE M2
0.51
-0.38
SELFEFFI 1.00
0.65
0.58 ITE M3
0.81
0.14

0.50
0.34 ITE M4

0.75 ITE M5

Chi-Square=6.91, df=3, P-value=0.07476, RMSEA=0.082


GAMBAR ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORIK SKALA EXERCISE
SELF-EFFICACY

0.63 IT E M6

0.18

0.26 IT E M7
0.58

0.86
0.22 0.11 IT E M8
0.94
EXERCISE 1.00

0.69
0.53 IT E M9
0.58

0.43
0.18
0.67 IT E M10
0.02

0.97 T E M11

0.66

1.00 IT E M12

Chi-Square=12.60, df=10, P-value=0.24702, RMSEA=0.037

GAMBAR ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORIK SKALA INTERNAL


HEALTH LOCUS OF CONTROL

0.85 IT E M1

0.25

0.69 IT E M2 0.38

0.56

0.98 IT E M3 0.13 IHLC 1.00

0.68

0.53 IT E M4 0.70

0.60

0.50 IT E M5

0.65 IT E M6

Chi-Square=7.23, df=8, P-value=0.51183, RMSEA=0.000


GAMBAR ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORIK SKALA
EKSTERNAL HEALTH LOCUS OF CONTROL

0.83 IT E M1

0.99 IT E M2

-0.22
0.46 0.77 IT E M3
0.42

-0.10
-0.25 1.00 IT E M4
0.47
0.39
0.02
0.92 IT E M5
0.28
0.28
0.21 0.40 EHLC 1.00
0.60
0.64 IT E M6
0.24
0.21
0.72
0.31 0.94 IT E M7
0.26

0.31
0.32 0.48 IT E M8
0.51
0.19
0.36
0.93 IT E M9

0.18
0.90 IT E M10

0.29

0.74 IT E M11

0.87 IT E M12

Chi-Square=56.70, df=41, P-value=0.05228, RMSEA=0.044

GAMBAR ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORIK SKALA


EXTRAVERSION

0.98 IT E M1

0.42

0.95 IT E M2

0.08
0.13

0.13
0.32 0.21 IT E M3

0.89
0.50
EXTRAVER 1.00
0.77
0.15 0.40 IT E M4

0.25

0.55
0.12 0.88 IT E M5

0.24

0.54
0.30 0.70 IT E M6

0.97 IT E M7

-0.20

0.71 IT E M8

Chi-Square=20.40, df=12, P-value=0.05983, RMSEA=0.060


GAMBAR ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORIK SKALA
CONSCIENTIOUSNESS

0.80 IT E M1

0.24 0.88 IT E M2

0.44

0.34 0.57 IT E M3 0.36

0.36 0.64

0.89 IT E M4 0.33 CONSCIEN 1.00


0.30 0.48

-0.170.25 0.77 IT E M5 0.55

0.58

0.69 IT E M6 0.62

0.25

0.67 IT E M7

0.22

0.63 IT E M8

0.94 IT E M9

Chi-Square=25.95, df=20, P-value=0.16737, RMSEA=0.039

GAMBAR ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORIK SKALA


AGREEABLENESS

0.76 IT E M1

0.20 0.65 IT E M2

0.48

0.85 IT E M3 0.59

0.37

-0.13 0.27 IT E M4 0.85 AGREEABL 1.00

0.20

0.15 0.96 IT E M5 -0.11

0.24 -0.22 0.73

0.99 IT E M6 0.14

0.20 0.52

0.26 0.48 IT E M7

1.00 IT E M8

-0.19

0.74 IT E M9

Chi-Square=29.18, df=19, P-value=0.06314, RMSEA=0.053


GAMBAR ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORIK SKALA
NEORITICISM

0.82 IT E M1

0.40 IT E M2
0.42
0.36

0.77
0.96 IT E M3
0.21

NEORITIC 1.00
0.01
-0.17 1.01 IT E M4
0.49
0.28

0.20
0.35 0.76 IT E M5
0.58
0.44

0.15
0.30 0.96 IT E M6

0.17 0.67 IT E M7

0.16

0.96 IT E M8

Chi-Square=17.25, df=12, P-value=0.14029, RMSEA=0.048

GAMBAR ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORIK SKALA OPENNESS

0.57 IT E M1

0.46 IT E M2

0.23
0.66
0.29 0.57 IT E M3
0.74

0.66
0.23 0.58 IT E M4
0.65
0.14 OPENNES 1.00
0.52
0.73 IT E M5
0.72

-0.22
0.48 IT E M6
0.38
-0.18
-0.55
-0.13 0.95 IT E M7
0.53
-0.19

0.85 IT E M8

-0.21

0.70 IT E M9

-0.12

0.72 IT E M10

Chi-Square=36.59, df=26, P-value=0.08133, RMSEA=0.046


MATRIK KORELASI KESALAHAN PENGUKURAN SKALA
PERILAKU SEHAT
1 2 3 4 5 6 7

1 X

2 X

3 X

4 V V X

5 X

6 V X

7 V X

MATRIK KORELASI KESALAHAN PENGUKURAN SKALA


SELF-ESTEEM
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 X

2 x

3 V x

4 V x

5 V x

6 V V v X

7 V V x

8 V V x

9 x

10 X
MATRIK KORELASI KESALAHAN PENGUKURAN SKALA
NUTRITION SELF-EFFICACY
1 2 3 4 5

1 X

2 X

3 X

4 V X

5 V X

MATRIK KORELASI KESALAHAN PENGUKURAN SKALA


EXERCISE ELF-EFFICACY
6 7 8 9 10 11 12

6 X

7 V X

8 X

9 X

10 V V X

11 X

12 V X
MATRIK KORELASI KESALAHAN PENGUKURAN SKALA
INTERNAL HEALTH LOCUS OF CONTROL
1 2 3 4 5 6

1 X

2 V X

3 X

4 X

5 X

6 X

MATRIK KORELASI KESALAHAN PENGUKURAN SKALA


EKSTERNAL HEALTH LOCUS OF CONTROL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 X

2 X

3 X

4 V X

5 V V X

6 X

7 V V X

8 X

9 X

10 V V X

11 V X

12 X
MATRIK KORELASI KESALAHAN PENGUKURAN SKALA
EXTRAVERSION
1 2 3 4 5 6 7 8

1 X

2 V X

3 X

4 V X

5 V V X

6 X

7 V V X

8 V V X

MATRIK KORELASI KESALAHAN PENGUKURAN SKALA


AGREEABLENESS
1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 X

2 X

3 V X

4 X

5 X

6 V X

7 V V X

8 V V X

9 V V X
MATRIK KORELASI KESALAHAN PENGUKURAN SKALA
CONCIENTIOUSNESS
1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 X

2 X

3 V X

4 V X

5 V V X

6 X

7 V X

8 V V X

9 X

MATRIK KORELASI KESALAHAN PENGUKURAN SKALA


NEURORITICSM
1 2 3 4 5 6 7 8

1 X

2 X

3 X

4 V X

5 X

6 V V X

7 X

8 V V V V V X
MATRIK KORELASI KESALAHAN PENGUKURAN SKALA
OPENNESS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 X

2 X

3 X

4 V X

5 V V V X

6 X

7 X

8 X

9 V V V X

10 V V X

Anda mungkin juga menyukai