Disusun oleh:
Resti Utami 160112180092
Dewi Amalia 160112180020
Amalia Nawang 160112180093
Pembimbing:
Dr. Agus Susanto, drg., M.Kes., Sp. Perio (K)
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNPAD
BANDUNG
2019
ii
Daftar Isi
1. PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
1.1 Penyakit periodontal ....................................................................................................... 1
1.1.1 Gingivitis - Periodontitis ................................................................................... 1
1.1.2 Resesi Gingiva .................................................................................................. 2
1.2 Studi Klinis Periodontitis yang Tidak Diberi Perawatan .......................................... 6
1.2.1 Periodontitis Tanpa Perawatan.......................................................................... 7
1.3 Periodontitis — Konsep Terapi................................................................................. 7
2. BIOLOGI STRUKTURAL ............................................................................................. 11
2.1 Gingiva .................................................................................................................... 12
2.1.1 Gingiva Sehat .................................................................................................. 13
2.1.2 Variasi dalam Konsistensi Gingiva Sehat ....................................................... 13
2.1.3 Gingiva Sehat Berpigmen ............................................................................... 14
2.1.4 Lebar Gingiva ................................................................................................. 14
2.1.5 Col—Interpapillary Saddle ............................................................................. 15
2.1.6 Lebar Rata-rata Attachment Gingiva ............................................................... 15
2.1.7 Variabilitas Lebar Gingiva .............................................................................. 16
2.1.8 Col—Interpapillary Saddle ............................................................................. 16
2.2. Epithelial Attachment.............................................................................................. 17
2.2.1 Junctional Epithelium ......................................................................................... 17
2.2.4 Internal Basal Lamina dan Hemidesmosom ................................................... 20
2.2.5 Bagian paling apikal dari Junctional Epitel .................................................... 21
2.3 Connective Tissue Attachment ................................................................................ 22
2.3.1 Gingival and Periodontal Fiber Apparatus .................................................... 22
2.3.2 Gingival fiber groups ............................................................................................. 22
2.3.3 Periodontal Fiber Groups, Periodontal Ligament.......................................... 23
2.3.4 Gingival Fibers ............................................................................................... 24
iii
1
2
1. Periodonsium Sehat
Karakteristik terpenting dari periodonsium adalah hubungan khusus antara
jaringan lunak dan keras:Di daerah marginal, gingiva dianggap bebas dari peradangan
dengan melihat perlekatan epitel ke gigi pada epitel junctional (merah muda).
Koneksi ini melindungi komponen yang lebih dalam dari periodonsum
terhadapgangguan mekanik dan mikrobiologis.Bersebelahan dengan epitel junctional,
serat terlihat suprakrestal yang berfungsi untuk menghubungkan gigi dengan gingiva,
dan juga serat ligamen periodontal di daerah tulang alveolaryang menempel dalam
tulang sementum permukaan akar.
Pencegahan penyakit: Menjaga kesehatan periodonsium adalah tujuan tertinggi dalam
periodontologi. Hal ini juga harus menjadi tujuan pasien yang dapat dicapai dengan
3
2. Resesi Gingiva
Karakteristik utama dari kondisi ini yang seringkali secara estetika tidak dapat
diterima oleh pasienadalah migrasi apikal tanpa inflamasi pada margin gingiva.
Prasyarat morfologis kondisi ini umumnya adalah lamella tulang fasial yang sangat
tipis atau sama sekali tidak ada. Resesi gingiva dapat dimulai dan diperburuk dengan
kebiasaan menyikat gigi traumatis yang tidak tepat (scrubbing horizontal), dan
kelebihan beban fungsional.Dengan demikian, resesi gingiva tidak dapat
diklasifikasikan sebagai penyakit periodontal yang sebenarnya.Cara terbaik bagi pasien
untuk mencegah resesi gingiva adalah dengan menggunakan teknik kebersihan gigi dan
mulut yang memadai tapi lembut (menyikat dengan rotasi-vertikal atau menggunakan
sikat gigi sonik).
Pengobatan: Resesi gingiva yang baru terjadi atau yang sedang berkembang dapat
dihentikan dengan mengubah teknik kebersihan gigi dan mulut pasien; pada kasus yang
4
3. Gingivitis
Gingivitis ditandai oleh adanya radang 4ontrol dan marginal yang diinduksi
oleh plak.Gejala klinisnya meliputi perdarahan saat probing, eritema, dan
pembengkakan.Tingkat gingivitis bergantung pada plak — biofilm— (kuantitas /
kualitas) dan respons host. Struktur yang lebih dalam (tulang alveolar, ligamentum
periodontal) tidak terlibat.Gingivitis dapat menjadi4ontrol4r untuk periodontitis, tetapi
hal ini tidak selalu terjadi.
Pengobatan: Gingivitis dapat sepenuhnya dikontrol hanya melalui 4ontrol plak yang
memadai. Melakukan inisiasi atau perbaikan prosedur kesehatan gigi dan
mulutditambah dengan 4 ontrolplak secara profesional dan penghilangan kalkulus,
dapat membantu penyembuhan total. Meskipun demikian, kondisi bebas dari
peradangan, e. g., tidak adanya perdarahan saat probing, tidak mungkin dicapai jika
pasien tidak mampu mempertahankan standar kebersihan mulut yang tinggi dalam
jangka panjang atau tidak mau melakukannya.
5
Gambar 3. Gingivitis
4. Periodontitis
Pada margin gingiva, karakteristik periodontitis mirip dengan gingivitis, tetapi
proses inflamasi meluas lebih jauh ke dalam struktur periodontal yang lebih dalam
(tulang alveolar dan ligamen periodontal). Poket periodontal yang sebenarnya
terbentuk dan perlekatan jaringan ikat menjadi hilang.Kehilangan jaringan keras dan
lunak biasanya terlokalisasi dan tidak tergeneralisasi.Periodontitis dapat
diklasifikasikan sebagai kronis (Tipe II) atau agresif (Tipe III), dengan berbagai tingkat
keparahan.Sekitar 90% dari semua kasus ditandai sebagai "periodontitis kronis".
Pengobatan: Sebagian besar kasus periodontitis dapat diobati dengan sukses. Namun,
upaya terapi yang dibutuhkan dapat sangat bervariasi dari kasus ke kasus.Upaya
perawatan mungkin relatif kecil pada tahap awal periodontitis.Dalam kasus khusus,
obat topikal dan sistemik dapat digunakan sebagai terapi suportif.
6
Gambar 4. Periodontitis
Root planing adalah Conditio sine qua non dalam semua terapi periodontal. Terapi
adalah terapi kausal murni, di mana "biofilm" (plak) dan kalkulus subgingiva
dibuang.Jika poket dangkal dan hubungan morfologisnya sederhana (gigi berakar
tunggal), perawatan dapat dilakukan secara tertutup, tetapi pada kasus lanjut,
perawatan terbuka dengan akses visual langsung setelah refleksi flap jaringan lebih
dipilih (misalnya, modifikasi Widman).Hasil dari perawatan ini ialah penyembuhan
dalam arti "perbaikan" dalam bentuk epitel junctional yang panjang.
Operasi radikal untuk menghilangkan poket periodontal saat ini kurang diminati
meskipun hasilnya lebih dapat diprediksi dan kecenderungan rekurensinya tergolong
rendah.
Dalam kasus periodontitis yang kompleks dan sangat lanjut, mis., terdapat keterlibatan
furkasi yang parah di daerah gigi molar, dokter gigi dapat mempertimbangkan
pencabutan dan penggantian gigi dengan implan bentuk akar daripada bedah
periodontal resektif atau regeneratif. Bahkan dalam kasus seperti itu, perawatan
periodontal dari gigi yang tersisa harus dilakukan, serta kontrol plak oleh pasien dan
jumlah tulang yang memadai untuk implanharus optimal.
9
2. BIOLOGI STRUKTURAL
TEM ini menggambarkan pertumbuhan yang berkembang antara dentin, protein dan
ligamen periodontal selama pembentukan akar.Mineralisasi awal "sementoid"
langsung ditujukan ke dentin, dengan penetrasi serat kolagen dan sementoblas mirip
fibroblas yang terlibat dalam pembentukan sementum serat eksogen aseluler.
A. Dentin
B. Sementoid
C. Serat kolagen
D. Sementoblas (mirip fibroblas) membentuk serat semen eksogen aseluler.
2.1 Gingiva
Gingiva adalah salah satu bagian dari mukosa mulut. Gingiva merupakan
komponen paling perifer dari periodonsium. Gingiva dimulai pada garis mukogingiva
dan mencakup aspek koronal dari proses alveolar. Pada aspek palatal tidak ada garis
mukogingiva, gingiva adalah bagian dari mukosa palatal non keratin.
Gingiva berakhir di serviks masing-masing gigi, mengelilinginya dan membentuk
perlekatan epitel melalui cincin jaringan epitel khusus (junctional epithelium; p.10).
Dengan demikian gingiva menyediakan kontinuitas lapisan epitel rongga mulut.
Gingiva dibatasi secara klinis menjadi gingiva marginal bebas. Lebar 1,5mm;
attachment gingiva mungkin memiliki lebar yang bervariasi; dan interdental gingiva.
Gingiva yang sehat digambarkan sebagai “salmon” berwarna merah muda; pada orang
kulit hitam (jarang juga di Kaukasia) gingiva dapat menunjukkan berbagai tingkat
pigmentasi kecoklatan. Gingiva menunjukkan konsistensi yang bervariasi dan tidak
bergerak pada tulang yang mendasarinya. Permukaan gingiva berkeratinisasi dan
mungkin keras, tebal dan terdapa stipling ("fenotipe tebal"), atau tipis dan hampir tidak
terbentuk stipling ("fenotip tipis"; Müller & Eger 1996, Müller et al. 2000).
13
diperlukan untuk menjaga kesehatan periodonsium (Lang & Löe 1972), konsep ini
tidak diterima hari ini. Namun, wide band attachment gingiva yang memang
menawarkan keuntungan tertentu dalam kasus operasi periodontal, baik secara terapi
maupun estetik.
B. Epitelial attachment
- Internal basal lamina (IBL)
Ketebalan: 35–140 nm
(1 nm = 10–9 m)
- Hemidesmosom
ketika gingiva tidak tampak meradang secara klinis, JE secara konstan ditransmigrasi
oleh leukosit polimorfon (lMN) bergerak ke arah sulkus (hal. 55, Gambar. 109). Panah
merah menggambarkan migrasi daughter sel dari lapisan basal menuju sulkus gingiva.
Area yang dilingkari A-C digambarkan secara detail di halaman 11.
Epithelial Attachment
Epithelial Attachment pada gigi dibentuk oleh JE dan terdiri dari lamina basal internal
(IBL) dan hemidesmosom. Epithelial Attachment memberikan perlekatan epitel antara
gingiva dan permukaan gigi. Epithelial Attachment bisa pada email, sementum atau
dentin dengan cara yang sama. Lamina basal dan hemidesmosom dari perlekatan epitel
adalah analog struktural interfaces antara epitel dan jaringan ikat.
Semua sel JE berada dalam migrasi koronal yang berkelanjutan, bahkan sel-sel tersebut
yang kontak langsung dengan permukaan gigi. Sel-sel tersebut harus terus-menerus
larut dan membangun kembali hemidesmosomal attachment. Antara lamina basal dan
permukaan gigi, terlihat “kutikula gigi” setebal 0,5-1 μm yang mungkin merupakan
endapan serum atau produk sekresi dari sel epitel junctional.
Gingival Sulcus
Sulkus adalah alur sempit yang mengelilingi gigi, sekitar 0,5 mm. Bagian bawah sulkus
terdiri dari sel-sel paling koronal dari epitel junctional yang dikupas (terkelupas) dalam
penggantian yang cepat. Satu dinding lateral sulkus terdiri dari struktur gigi, dinding
lainnya adalah epitel sulkular oral (OSE; Schroeder 1992).
beremigrasi dari venule pleksus dalam jaringan ikat subepitel (3) tanpa mengubahnya
dengan cara apa pun.
Kiri: Dalam pembesaran, sebagian sel JE paling koronal (panah hitam) ditunjukkan
masih memanifestasikan hemidesmosome dan lamina basal internal yang melekat pada
permukaan enamel.
Kiri: Lamina basal terdiri dari dua lapisan: Lamina lucida (LL) dan Lamina densa (LD).
Gambar 19. Internal Basal Lamina dan Hemidesmosom
Gambar 21. Localization and Orientation of Gingival and Periodontal Ligament Fiber
Bundles
sementum, di dalam ruang PDL, orang sering mengamati susunan seperti string dari
sel-sel epitel Malassez. Jaringan ligamen periodontal sangat vaskularisasi (hal.18) dan
dipersarafi (hal.19)
2.3.4 Gingival Fibers
1. Fiber Apparatus in Horizontal Section
Perjalanan bundel serat suprakrestal (gingiva) yang paling penting digambarkan.
Koneksi antara gigi dan gingiva serta antara gigi individu ditunjukkan dengan jelas.
2. Periodontal Ligament—Details
Bundel serat kolagen (13) saling terkait Osteoblas (OB) yang melapisi permukaan
tulang; cementoblasts (CB) melapisi permukaan sementum; banyak fibroblas (FIB)
menempati ruang PDL.
Kiri: Bagian histologis (Azan, x50) menggambarkan ligamen periodontal kaya serat
(13) dan hubungannya dengan sementum (C) dan tulang (A). D = Dentin.
4. Cellular, Mix- fiber Cementum (CMC; orange / hijau) CMC dibentuk oleh
cementoblast dan fibroblast merupakan kombinasi serat intrinsik seluler
sementum dan serat ekstrinsik aseluler sementum.
melekat erat pada dentin karena jalinan ikatan serat kolagen selama pembentukan gigi.
CMC "tumbuh" lebih cepat dari AEC.
.
Gambar 27. Aseluler, Afibrillar Sementum (AAC)
erupsi gigi, dan dapat mengalami atrofi setelah kehilangan gigi. Tiga struktur dari
tulang alveolar yaitu :
1. Alveolar bone proper
2. Tulang Trabekula
3. Tulang compact
Tulang Compact menyelimuti dan terdapat prosesus alveolar dibawahnya. Pada pintu
masuk ke bagian alveolar, pada alveolar crest tulang compact bergabung dalam
lempeng cribriform dari alveolar bone proper, sehingga membentuk dinding alveolar
dengan ketebalan kurang lebih 0,1-0,4 mm. Dinding ini diperforasi oleh beberapa
kanalis kecil dimana menjadi tempat pembuluh darah dan serabut syaraf keluar masuk
rongga ligament periodontal. Tulang trabekula menempati ruang diantara compact
bone dan alveolar bone proper. Jarak diantara margin gingiva dan alveolar crest sering
disebut sebagai “biological width” dengan ukuran 2-3 mm.
Gambar 36. Fluoresensi Angiografi — Loop Vaskular bersebelahan dengan Epitelium oral
sedangkan di wilayah apikal lebih banyak reseptor untuk reflex tidak sadar yang
sinyalnya ditransmisikan ke neuron sensorik mesencephalic.
Epitelium junctional serta epitel dari attached gingiva dan free gingiva, tidak
satupun yang divaskularisasi, dipersyarafi dilayani oleh jaringan padat akhiran saraf
nosiseptif dan taktil. Hal yang sama berlaku pada subepitelial, dan supracrestal jaringan
ikat gingiva. Persepsi somatosensori pada penyakit gingiva tertentu (misal,
gingivoperiodontitis ulseratif), serta sensasi tekanan dan nyeri selama pemeriksaan
sulkus gingiva yang sehat atau poket periodontal adalah manifestasi klinis dari
persarafan jaringan gingiva.
(EGF) dan transforming growth factor (TGF-b). Epitel junctional menunjukkan tingkat
pergantian yang lebih cepat dari epitel gingiva. Pembelahan sel terjadi di lapisan sel
basal. Semua sel anakan bermigrasi menuju sulkus gingiva, di mana mereka cepat
terkelupas.
Melalui aliran konstan sel-sel epitel junctional, cairan sulkus, dan migrasi aktif
sel granulosit (PMN), sulcus secara efektif dibersihkan dari bakteri yang menyerang
dan produk metabolismenya. Dinamika sel-sel jaringan dan aliran cairan jaringan
secara koronal juga bertanggung jawab untuk pencegahan infeksi sehingga juga turut
dalam pemeliharaan kesehatan struktur marginal periodontal.
3. Tulang periodontal
Sintesis dan resorpsi tulang, terutama kehilangan tulang pada karakteristik
periodontitis, dibahas secara rinci dalam bab “Etiologi dan Patogenesis”.
4. Sementum
Berbeda dengan epitel, jaringan ikat dan tulang, sementum tidak mengalami pergantian
terus menerus. Sepanjang umurnya, sementum cenderung meningkat karena aposisi.
39
Resorpsi lokal diamati sebagai resorpsi lacunae mungkin terjadi sebagai hasil dari
trauma, kekuatan ortodontik, atau mungkin idiopatik. Cacat tersebut sering
“diperbaiki” dengan sintesis seluler intrinsic-fiber cementum.
2.8.3 Ringkasan
Struktur periodontal yang sehat memiliki kapasitas untuk meningkatkan potensi
pertahanan tertentu bahkan sebelum responsimun yang sebenarnya meningkat; juga
memperkenalkan unsur-unsur destruktif tertentu ke dalam lingkungan tersebut.
respon imunologi spesifik; respons ini muncul sebagai mekanisme pertahanan, tetapi
pada infeksi kronis jangka panjang dapat menjadi potensi destruktif (sitotoksik,
imunopatologis).
Produk bakteri saat peradangan termasuk enzim, antigen, toksin, dan zat
“sinyal” yang mengaktifkan makrofag dan sel-T (Birkedal-Hansen 1998). Hal
demikian seperti menunjukkan bahwa enzim bakteri, produk metabolit lainnya dan
toksin dapat secara langsung menimbulkan cedera pada jaringan periodontal bahkan
tanpa respons host langsung (peradangan). Produk bakteri termasuk hyaluronidase,
kondroitin sulfatase, enzim proteolitik, serta sitotoksin dalam bentuk asam organik,
ammonia, hidrogen sulfida dan endotoksin (misal., lipopolysaccharides, LPS) telah
ditunjukkan dijaringan periodontal.
Host
2. Respons imun non-spesifik dan spesifik ditentukan secara genetik, serta
sindrom dan penyakit sistemik mempengaruhi keberadaan dan perjalanan klinis
periodontitis.
3. “Kebiasaan” dan pendekatan pasien terhadap kesehatan umum mempengaruhi
pembentukan plak dan respon imun host, keduanya berkaitan dengan kesehatan
mulut.
4. Keadaan sosial berpengaruh pada kondisi sistemik dan psikis pasien. Masalah
kondisi ekonomi dapat menyebabkan kondisi stress yang negatif.
5. Beban psikis dan stress memengaruhi status kekebalan tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Wolf H.E., Edith M.& Klaus H. R., Thomas M. Hassell. 2004. Color Atlas of Dental
Medicine Periodontology 3rd Ed.Thieme Stuttgart. New York.