RANCANGAN
TENTANG
dan
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
26. Pusat Kegiatan Lokal Promosi yang selanjutnya disebut PKLp adalah
kawasan perkotaan yang dipromosikan untuk menjadi PKL.
27. Pusat Kegiatan Strategis Nasional yang selanjutnya disebut PKSN
adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong
pengembangan kawasan perbatasan negara.
28. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah
kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
kecamatan atau beberapa desa.
29. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah
pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
antar desa.
30. Masyarakat adalah orang, perseorangan, kelompok orang termasuk
masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan
non pemerintah lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.
31. Peran masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat, yang timbul
atas kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat, untuk
berminat dan bergerak dalam penataan ruang.
32. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disebut
BKPRD adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk dan diatur
kewenangannya dalam Permendagri Nomor 50 Tahun 2009 tentang
Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah untuk mendukung
pelaksanaan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang di Kabupaten Barito Utara dan mempunyai fungsi
membantu tugas Bupati dalam koordinasi penataan ruang di daerah.
33. Kawasan pertahanan negara adalah wilayah yang ditetapkan secara
nasional yang digunakan untuk kepentingan pertahanan.
34. Holding zone adalah mekanisme alokasi ruang yang peruntukan dan
fungsi kawasannya berada pada kawasan hutan dan memerlukan
ketetapan sektor kehutanan untuk perubahan peruntukan dan fungsi
kawasan tersebut.
Pasal 2
wilayah kabupaten;
d. acuan lokasi investasi dalam wilayah kabupaten;
e. pedoman penyusunan rencana rinci tata ruang kabupaten;
f. dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam
penataan/pengembangan wilayah kabupaten; dan
g. acuan dalam administrasi pertanahan.
Pasal 3
Pasal 4
BAB II
TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
Bagian Kesatu
Tujuan Penataan Ruang
Pasal 5
Bagian Kedua
Kebijakan Penataan Ruang
Pasal 6
Bagian Ketiga
Strategi Penataan Ruang
Pasal 7
BAB III
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 8
Bagian Kedua
Rencana Sistem Perkotaan
Pasal 9
Bagian Ketiga
Rencana Sistem Jaringan Prasarana Utama
Pasal 10
Paragraf 1
Sistem Jaringan Transportasi Darat
Pasal 11
(3) Jaringan prasarana lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, terdiri atas:
a. terminal Tipe A, terdapat di Kota Muara Teweh; dan
b. terminal Tipe C, terdapat di Kota Kandui.
(4) Sistem jaringan prasarana transportasi sungai sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf b, terdiri atas:
a. pelabuhan Muara Teweh, sebagai terminal angkutan sungai antar
kabupaten;
b. pelabuhan Muara Lahei, sebagai terminal angkutan sungai antar
kecamatan;
c. pelabuhan Tumpung Laung, sebagai terminal angkutan sungai
antar kecamatan;
d. pelabuhan Benangin, sebagai terminal angkutan sungai antar
kecamatan; dan
e. pelabuhan Lampeong, sebagai terminal angkutan sungai antar
kecamatan;
f. pelabuhan Hajak, sebagai terminal angkutan sungai antar
kecamatan;
g. pelabuhan Benao Hilir, sebagai terminal angkutan sungai antar
kecamatan;
h. pelabuhan Butong Kecamatan Teweh Selatan, sebagai terminal
angkutan sungai antar kecamatan;
Paragraf 2
Sistem Jaringan Transportasi Udara
Pasal 12
Paragraf 3
Sistem Jaringan Perkeretaapian
Pasal 13
Bagian keempat
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
Pasal 14
Paragraf 1
Sistem Jaringan Energi
Pasal 15
Paragraf 2
Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pasal 16
(3) Sistem jaringan nirkabel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b, terdiri atas pengembangan jaringan nirkabel pada daerah yang
sulit/tidak bisa dijangkau dengan jaringan kabel.
(4) Sistem jaringan satelit dan BTS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, terdiri atas pengembangan jaringan untuk telepon
selular/mobil phone.
Paragraf 3
Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Pasal 17
Paragraf 4
Sistem Prasarana Lingkungan
Pasal 18
BAB IV
RENCANA POLA RUANG WILAYAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 19
Bagian Kedua
Kawasan Lindung
Pasal 20
Paragraf 1
Kawasan Hutan Lindung
Pasal 21
Paragraf 2
Kawasan Perlindungan Setempat
Pasal 22
Paragraf 3
Kawasan Cagar Alam
Pasal 23
Paragraf 4
Kawasan Rawan Bencana
Pasal 24
(4) Kawasan rawan kebakaran hutan dan lahan sebagaimana pada ayat
(1) huruf c, tersebar di :
a. Kecamatan Teweh Tengah;
b. Kecamatan Teweh Timur;
c. Kecamatan Lahei;
d. Kecamatan Montallat;
e. Kecamatan Gunung Timang; dan
f. Kecamatan Gunung Purei.
g. Kecamatan Teweh Baru;
h. Kecamatan Teweh Selatan; dan
i. Kecamatan Lahei Barat.
Bagian Ketiga
Kawasan Budidaya
Pasal 25
Paragraf 1
Kawasan Peruntukan Budidaya Kehutanan
Pasal 26
Paragraf 2
Kawasan Peruntukan Pertanian
Pasal 27
Pasal 28
Pasal 29
Paragraf 3
Kawasan Peruntukan Perikanan
Pasal 30
Paragraf 4
Kawasan Peruntukan Pertambangan
Pasal 31
puluh sembilan ribu dua ratus tiga puluh dua koma empat puluh
tiga) hektar, tetap diperhitungkan setelah menyesuaikan peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan sektor tersebut.
(4) Daftar perusahaan pemegang izin dan Peta perizinan sektor
pertambangan batubara di wilayah Kabupaten Barito Utara dengan
tingkat ketelitian 1:50.000, sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tercantum pada lampiran VI dan Lampiran VII yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5) Perizinan sektor pertambangan minyak dan gas di wilayah
Kabupaten Barito Utara sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:50.000
sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Paragraf 5
Kawasan Peruntukan Industri
Pasal 32
Paragraf 6
Kawasan Peruntukan Pariwisata
Pasal 33
puluh) hektar pada APL dan seluas 321,60 (tiga ratus dua puluh satu
koma enam puluh) hektar holding zone. Jenis wisata terdiri atas :
a. kawasan Wisata Kota, terdiri atas Taman Rekreasi Remaja, Taman
Stadion Muara Teweh dan Bundaran Kota.
b. kawasan Wisata Alam, terdiri atas Bumi Perkemahan Panglima Batur,
Cagar Alam Pararawen, Dam Trahean, Dam Trinsing, Kawasan
Gunung Lumut, Liang Idai, Air Terjun Inih, Air Terjun Jantur Doyan,
Danau Butong, Jeram Pemantu, Balai Warik dan Janah Gemuntur.
c. kawasan Cagar Budaya, terdiri atas bangkai Kapal Onrust, rumah
betang Teluk Malewai, rumah betang Tambau, rumah betang
Dambung Sirang dan Bekas Benteng Belanda.
d. wisata Ziarah, terdiri atas eks makam Pangeran Antasari, Makam
Panglima Batur, Makam Mangkusari, Makam Anak Gusti Arsyad dan
Makam Datuk.
Paragraf 7
Kawasan Peruntukan Permukiman
Pasal 34
Paragraf 8
Kawasan Peruntukan lainnya
Pasal 35
BAB V
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
Pasal 36
BAB VI
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
Pasal 37
Pasal 38
BAB VII
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 39
Bagian Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pasal 40
Bagian Ketiga
Ketentuan Perizinan
Pasal 41
Pasal 42
Bagian Keempat
Ketentuan Insentif dan Disinsentif
Pasal 43
Pasal 44
Pasal 45
Bagian Kelima
Arahan Sanksi
Pasal 46
(1) Arahan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (2) huruf
d merupakan acuan bagi pemerintah daerah dalam pengenaan
sanksi administratif kepada pelanggar pemanfaatan ruang.
(2) Pengenaan sanksi dilakukan terhadap :
a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur
ruang dan pola ruang;
b. pelanggaran ketentuan umum peraturan zonasi;
c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang
diterbitkan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;
Pasal 47
Pasal 48
BAB VIII
KELEMBAGAAN
Pasal 49
BAB IX
PENYIDIKAN
Pasal 50
BAB X
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN SERTA MASYARAKAT
Bagian Kesatu
Hak Masyarakat
Pasal 51
Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat
Pasal 52
Pasal 53
Bagian Ketiga
Peran Masyarakat
Pasal 54
Pasal 55
Pasal 56
Pasal 57
Pasal 58
(1) Tata cara peran serta masyarakat dalam perencanaan tata ruang
meliputi:
a. menyampaikan masukan mengenai arah pengembangan, potensi
dan masalah, rumusan konsepsi/ rancangan rencana tata ruang
melalui media komunikasi dan/atau forum pertemuan; dan
b. kerja sama dalam perencanaan tata ruang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Tata cara peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang
meliputi;
a. menyampaikan masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang
melalui media komunikasi dan/atau forum pertemuan;
b. kerja sama dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
c. pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang telah
ditetapkan; dan
d. pentaatan terhadap izin pemanfaatan ruang; dan
e. Kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta
memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan
hidup dan sumberdaya alam.
(3) Tata cara peran serta masyarakat dalam pengendalian tata ruang
meliputi:
a. menyampaikan masukan terkait arahan dan/atau peraturan
zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif serta
pengenaan sanksi kepada pejabat yang berwenang;
b. memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana tata ruang;
c. melaporkan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang
dalam hal menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran
kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata ruang
yang telah ditetapkan; dan
d. mengajukan keberatan terhadap keputusan pejabat yang
berwenang terhadap pembangunan yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang.
Pasal 59
Pasal 60
BAB XI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 61
Pasal 62
B A B XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 63
B A B XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 64
NADALSYAH
JAINAL ABIDIN