Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
I. Anatomi Tulang
A. Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intra-seluler. Tulang
berasal dari embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses
osteogenesis menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut
osteoblast. Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan garam kalsium.
Ada 206 tulang dalam tubuh manusia.
Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya:
1. Tulang Panjang (Femur, Humerus)
Terdiri dari batang tebal panjang yang disebut diafisis dan dua ujung
yang disebut epifisis. Di sebelah proksimal dari epifisis
terdapat metafisis. Di antara epifisis dan metafisis terdapat daerah tulang
rawan yang tumbuh, yang disebutlempeng epifisis atau lempeng
pertumbuhan. Tulang panjang tumbuh karena akumulasi tulang rawan di
lempeng epifisis. Tulang rawan digantikan oleh sel-sel tulang yang
dihasilkan oleh osteoblas, dan tulang memanjang. Batang dibentuk oleh
jaringan tulang yang padat. Epifisis dibentuk dari spongi bone
(cancellous atau trabecular). Pada akhir tahun-tahun remaja tulang rawan
habis, lempeng epifisis berfusi, dan tulang berhenti tumbuh. Hormon
pertumbuhan, estrogen, dan testosteron merangsang pertumbuhan tulang
panjang. Estrogen, bersama dengan testosteron, merangsang fusi lempeng
epifisis. Batang suatu tulang panjang memiliki rongga yang
disebut kanalis medularis. Kanalis medularis berisi sumsum tulang.
2. Tulang Pendek (Carpals)
Bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous (spongy) dengan suatu
lapisan luar dari tulang yang padat.
3
4
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya
terdiri atas tiga jenis dasar-osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas
berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang.
Matriks tersusun atas 98% kolagen dan 2% subtansi
dasar (glukosaminoglikan, asam polisakarida) dan proteoglikan). Matriks
merupakan kerangka dimana garam-garam mineral anorganik
ditimbun.Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi
tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang). Osteoklas adalah
sel multinuclear (berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran,
resorpsi dan remosdeling tulang.
Osteon merupakan unik fungsional mikroskopis tulang dewasa.
Ditengah osteon terdapat kapiler. Dikelilingi kapiler tersebut merupakan
matriks tulang yang dinamakan lamella. Didalam lamella terdapat osteosit,
yang memperoleh nutrisi melalui prosesus yang berlanjut
kedalam kanalikuliyang halus (kanal yang menghubungkan dengan
pembuluh darah yang terletak sejauh kurang dari 0,1 mm).
Tulang diselimuti dibagian oleh membran fibrous padat
dinamakanperiosteum. Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan
5
B. Klasifikasi
Penampakan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang
praktis, dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
1. Berdasarkan Sifat Fraktur (Luka Yang Ditimbulkan
a. Faktur Tertutup (Closed)
Bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa
komplikasi.
b. Fraktur Terbuka (Open/Compound)
Bila terdapat hubungan antara hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.
2. Fraktur Humeri
Fraktur humerus adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
humerus yang disebabkan oleh benturan atau trauma langsung maupun
tidak langsung.
a. Fraktur suprakondilar humerus
Fraktur ini ini dibagi menjadi jenis ekstensi dan fleksi. Jenis
ekstensi yang terjadi karena trauma langsung pada humerus distal
melalui benturan pada siku dan lengan bawah pada posisi supinasi
dan lengan siku dalam posisi ekstensi dengan tangan terfiksasi. Jenis
fleksi biasanya terjadi akibat jatuh pada telapak tangan dengan tangan
dan lengan bawah dalam posisi pronasi dan siku dalam posisi sedikit
fleksi.
Klasifikasi fraktur suprakondiler humerus tipe ekstensi dan
fleksi dibuat atas dasar derajat displacement.
1) Tipe I undisplaced
2) Tipe II partially displaced
3) Tipe III completely displaced
7
3) Fraktur Galeazzi
Fraktur Galeazzi merupakan fraktur radius distal disertai
dislokasi sendi radius ulna distal. Gambaran klinisnya
bergantung pada derajat dislokasi fragmen fraktur.Bila ringan
nyeri dan tegang hanya dirasakan pada daerah fraktur; bila berat,
biasanya terjadi pemendekan lengan bawah.Pada fraktur ini
tampak tangan bagian distal dalam posisi angulasi kedorsal. Pada
pergelangan tangan dapat diraba tonjolan ujung distal ulna.
12
4) Fraktur Montegia
Fraktur Montegia merupakan fraktur sepertiga proksimal
ulna disertai dislokasi sendi radius ulna proksimal. Dislokasi ini
dapat terjadi ke lateral dan juga ke posterior. Penyebabnya
biasanya trauma langsung terhadap ulna, misalnya sewaktu
melindungi kepala pada pukulan, sehingga disebut patah tulang
tangkis.Terdapat 2 tipe yaitu tipe ekstensi gaya yang terjadi
mendorong ulna kearah hiperekstensi dan pronasi dan pada tipe
fleksi, gaya mendorong dari depan kearah fleksi yang
menyebabkan fragmen ulna mengadakan angulasi ke posterior.
Ansietas
17
2) Kelainan bentuk/pembengkokan
a) angulasi/rotasi/discrepancy (pemendekan/selisih panjang);
b) benjolan atau karena ada pembengkakan
3) Kekakuan/kelemahan
a) Kekakuan: pada umumnya mengenai persendian. Apakah
hanya kaku, atau disertai nyeri, sehingga pergerakan
terganggu.
b) Kelemahan: apakah yang dimaksud instability atau kekakuan
otot menurun/melemah/kelumpuhan.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data dilakukan untuk menentukan penyebab dari fraktur
yang dapat membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap pasien
berupa kronologi terjadinya penyakit.
4. Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian dilakukan untuk menemukan penyebab fraktur dan
lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit tertentu seperti
kanker tulang dan penyakit paget’s menyebabkan fraktur patologis sering
sulit buat menyambung.
5. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit keluarga berhubungan dgn penyakit tulang adalah salah satu
faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis sering
terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang cenderung diturunkan
secara genetik.
6. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
b. Pola nutrisi dan metabolism
c. Pola eliminasi
21
6) Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ-
organ lain
7) Keadaan vaskularisasi
b. Feel/palpasi
Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya
mengeluh sangat nyeri. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1) Nyeri tekan
2) Krepitasi
3) Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma
4) Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk
mengetahui adanya perbedaan panjang tungkai
c. Move/gerakan
1) Periksa pergerakan dengan mengajak penderita untuk
menggerakkan secara aktif dan pasif sendi proksimal dan distal dari
daerah yang mengalami trauma.
2) Pada penderita dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan
nyeri hebat sehingga uji pergerakan tidak boleh dilakukan secara
kasar, disamping itu juga dapat menyebabkan kerusakan pada
jaringan lunak seperti pembuluh darah dan saraf.
3) Move untuk melihat apakah ada krepitasi bila fraktur digerakkan,
tetapi ini bukan cara yang baik dan kurang halus. Krepitasi timbul
oleh pergeseran atau beradunya ujung-ujung tulangkortikal. Pada
tulang spongiosa atau tulang rawan epifisis tidak terasa krepitasi.
4) Memeriksa seberapa jauh gangguan fungsi, gerakan-gerakan yang
tidak mampu dilakukan, range of motion dan kekuatan serta kita
melakukan pemeriksaan untuk melihat apakah ada gerakan tidak
normal atau tidak. Gerakan tidak normal merupakan gerakan yang
tidak terjadi pada sendi, misalnya pertengahan femur dapat
23