Anda di halaman 1dari 11

REAKSI ANTARA OZON DENGAN BESI

TUGAS MATA KULIAH TEKNOLOGI PLASMA DAN OZON

Disusun oleh:
Irvi Nurul Jannah S 1606831395
Rais Salsa Muhammad 1606827883
Syarfina Farisah 1606830606

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii


DAFTAR TABEL .............................................................................................. iii
Abstrak ................................................................................................................ 1
1 Teori Dasar ................................................................................................... 1
1.1 Ozon ......................................................................................................... 1
1.2 Fe dalam Air ............................................................................................. 3
1.2.1 Permasalahan Akibat Fe ................................................................. 3
2 Pembahasan .................................................................................................. 4
2.1 Aplikasi Teknologi Ozon dalam Penyisihan Besi....................................... 4
2.1.1 Reaksi Ozon dengan Fe dalam Air .................................................. 5
2.1.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Reaksi Ozon terhadap Fe....... 6
3 Kesimpulan................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 8

ii Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Karakteristik Ozon ............................................................................... 1


Tabel 1.2 Karakteristik Ozon (Lanjutan) .............................................................. 2

iii Universitas Indonesia


Abstrak

Salah satu permasalahan pada pemanfaatan air tanah untuk kebutuhan sehari-hari
adalah tingginya kandungan besi (Fe2+) dan bahan organik lainnya yang berdampak
pada kesehatan, teknis, dan estetika. Proses penyisihan besi (Fe2+) yang umum
digunakan dalam sistem penyediaan air minum adalah proses oksidasi secara
kimiawi, aerasi, klorinasi, dan permanganat. Namun, dalam aplikasinya teknologi
yang diterapkan tersebut masih belum memuaskan karena besi yang ditemui berada
dalam bentuk senyawa organik. Dengan demikian, diperlukan alternatif teknologi
lain untuk menyisihkan kandungan besi dan bahan organik lainnya. Metode ozonasi
yang memanfaatkan sifat ozon sebagai oksidator dengan menghasilkan OH radikal
dianggap efektif dalam menyisihkan kandungan besi dalam air tanah maksimum
sebesar 92,15%. Proses ozonasi disertai dengan UV mampu menyisihkan
kandungan besi sebesar 97,34% pada sampel air tanah. Penyisihan zat besi dalam
air dilakukan dengan mengubah zat terlarut menjadi senyawa tak terlarut sehingga
dapat disaring keluar dari air. Reaksi diawali dengan mengontakkan Fe2+ dengan
ozon sehingga teroksidasi menjadi Fe3+. Kemudian, Fe3+ terhidrolisis membentuk
Fe(OH)3 sehingga dapat dipisahkan dari air.

Kata Kunci: Ozon, Besi, Pengolahan Air Tanah, OH Radikal

1 Teori Dasar
1.1 Ozon
Ozon merupakan molekul anorganik dalam fasa gas yang tersusun atas tiga
atom oksigen dengan rumus kimia O3. Sebagai suatu senyawa, ozon memiliki sifat
fisika yang berbeda dengan senyawa kimia lainnya, yang dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.

Tabel 1.1 Karakteristik Ozon

Karakteristik Nilai
Berat molekul, g/mol 48
Titik Leleh, ˚C -192,5
Titik Didih, ˚C -112

1 Universitas Indonesia
Tabel 1.2 Karakteristik Ozon (Lanjutan)

Karakteristik Nilai
Suhu Kritis, ˚C -12,1
Tekanan Kritis, atm 54,6
Densitas, kg/m3 2,143
Energi, kJ/mol 142,3
Potensial Oksidasi 2,07
Waktu Paruh dalam Larutan Cair, menit 20-30
(Sumber: Perry dan Green, 1997)

Ozon dalam udara tidak berwarna pada suhu kamar dan membentuk cairan
biru pada suhu -112˚C dan membeku pada suhu -251,4˚C serta mulai mengalami
dekomposisi pada suhu diatas 0˚C. Ozon merupakan gas yang berbau pedas
(pungent), tajam (acrid), tidak enak, seperti bahan pemutih klor. Bau ini biasanya
terdeteksi oleh hidung manusia pada konsentrasi antara 0,01 dan 0,04 ppm (Suslow,
2004). Secara kimiawi ozon merupakan senyawa yang tidak stabil, sangat reaktif,
dan mudah sekali terdekomposisi menjadi oksigen setelah terbentuk pada ozonator.
Laju dekomposisi ozon akan bertambah besar sesuai dengan kenaikan suhu dan pH.
Ozon dikenal sebagai oksidator yang kuat. Molekul ini mampu untuk
menghilangkan komponen terlarut dengan metode oksidasi. Keberadaan radikal
oksigen pada ozon secara cepat membuat ikatan dengan unsur yang berkontak
dengan ozon. Hal ini disebabkan karena ketidakstabilan ozon dan kemampuannya
untuk kembali menjadi asalnya yaitu oksigen dengan reaksi seperti berikut:
2𝑂3 → 3𝑂2 (1)
Kelarutan ozon akan menurun seiring dengan peningkatan suhu karena
sifatnya yang kurang stabil di lingkungan dengan suhu tinggi. Ozon akan
terdekomposisi sebagian menjadi radikal OH sehingga membuat nilai pH
meningkat karena jumlah OH yang bertambah. Dalam lingkungan yang memiliki
nilai pH tinggi, semakin banyak ion hidroksil yang terbentuk.
𝑂3 + 𝑂𝐻 − → 𝐻𝑂2− + 𝑂2 (2)
𝑂3 + 𝐻𝑂2− → 𝑂𝐻 + 2𝑂2 (3)

2 Universitas Indonesia
Radikal yang terbentuk melalui 2 reaksi tersebut dapat memicu terjadinya reaksi
lain dengan ozon dan menghasilkan lebih banyak radikal OH.
1.2 Fe dalam Air
Zat besi (Fe) adalah salah satu elemen yang dapat ditemui hampir pada setiap
tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada umumnya
zat besi yang ada di dalam air dapat bersifat terlarut. Kandungan ion Fe pada air
sumur bor bisa berkisar antara 5 – 7 mg/L. Sedangkan standar kandungan zat besi
air bersih berdasarkan Permenkes RI: No. 416/Menkes/Per/IX/1990 maksimal 1,0
mg/L. Tinggi-rendahnya kandungan Fe ini sangat dipengaruhi oleh kondisi struktur
tanah.
Penyebab utama tingginya kadar zat besi dalam air:
• Kadar kesadahan (pH) air rendah.
Kadar kesadahan (pH) air normal yang tidak menyebabkan masalah
adalah 7 (6,8 – 7,2). Air yang berkadar kesadahan normal (pH 7 atau
antara 6,8 – 7,2) dapat melarutkan semua jenis mineral termasuk zat besi.
• Ada gas yang ikut terlarut.
Jenis-jenis gas dimaksud adalah CO2 dan H2S. Beberapa gas terlarut
dalam air tersebut akan bersifat korosif.
• Mengandung bakteri.
Bakteri-bakteri zat besi (crenotrik, leptotrik, callitonella, siderocapsa,
dan Iain-Iain) yang membutuhkan makanan dengan mengoksidasi besi
sehingga larut dalam air, secara biologis amat mempengaruhi tinggi-
rendahnya kadar zat besi pada air. Bakteri-bakteri tersebut
membutuhkan oksigen dan besi untuk mempertahankan hidupnya.
1.2.1 Permasalahan Akibat Fe
Jika zat besi yang terlarut dalam air melebihi ambang batas, maka masalah-
masalah yang akan terjadi adalah sebagai berikut.
• Gangguan teknis.
Endapan Fe bersifat korosif terhadap pipa besi dan akan mengendap
pada saluran pipa, sehingga mengakibatkan penyumbatan dan efek-efek
negatif lainnya yang merugikan.
• Gangguan fisik.

3 Universitas Indonesia
Gangguan fisik yang diakibatkan karena adanya larutan zat besi dalam
air yang melebihi 10 mg/L akan menjadikan air berwarna, berbau seperti
telur busuk dan menimbulkan rasa yang tidak enak.
• Gangguan kesehatan.
Senyawa besi dalam jumlah kecil di dalam tubuh manusia berfungsi
sebagai pembentuk sel-sel darah merah, dimana tubuh memerlukan 7-35
mg/hari yang sebagian diperoleh dari air. Tetapi zat Fe yang melebihi
dosis yang diperlukan oleh tubuh dapat menimbulkan masalah kesehatan.
Dalam dosis besar zat Fe dapat merusak dinding usus, terjadinya iritasi
pada mata dan kulit.
2 Pembahasan
2.1 Aplikasi Teknologi Ozon dalam Penyisihan Besi
Salah satu permasalahan pada pemanfaatan air tanah untuk kebutuhan sehari-
hari adalah tingginya kandungan besi (Fe2+) dan bahan organik lainnya yang
berdampak pada kesehatan, teknis, dan estetika. Proses penyisihan besi (Fe2+) yang
umum digunakan dalam sistem penyediaan air minum adalah proses oksidasi secara
kimiawi, yaitu menaikkan tingkat oksidasi oleh suatu oksidator dengan tujuan
mengubah bentuk besi terlarut (Fe2+) menjadi bentuk besi tidak larut (Fe3+)
(Pharmawati, et al., 2010). Proses oksidasi dapat dilakukan dengan metode aerasi,
klorinasi, dan permanganat. Namun, dalam aplikasinya teknologi yang diterapkan
tersebut masih belum memuaskan karena besi yang ditemui berada dalam bentuk
senyawa organic, misalnya bersenyawa dengan bahan organik dan asam humus
(Notodarmojo, et al., 2007). Dengan demikian, diperlukan alternatif teknologi lain
untuk menyisihkan kandungan besi dan bahan organik lainnya.
Metode ozonisasi yang memanfaatkan sifat ozon sebagai oksidator telah
diaplikasikan di berbagai sektor, diantaranya pengolahan air minum, disinfeksi air
minum dalam kemasan, pre-treatment dan disinfeksi untuk pengolahan limbah cair,
pengelantangan pada pabrik tekstil, sterilisasi peralatan kedokteran, sterilisasi
bahan pangan mentah, serta pengawetan bahan makanan. Ozon (O3) memiliki
keunikan tersendiri, yakni mudah terdekomposisi menjadi OH radikal yang
merupakan oksidator terkuat dalam air. OH radikal bersifat tidak selektif, sehingga
dapat mengoksidasi bahan yang tahan terhadap ozon. Oleh karena itu, reaksi dengan

4 Universitas Indonesia
hidroksil radikal menjadi lebih penting karena memiliki oksidasi potensial lebih
tinggi sekitar 2,8 V melebihi ozon yang hanya memiliki 2,07 V (Beltrand, dalam
Sururi, 2008).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pharmawati, et al. (2010),
ozonisasi pada air tanah mampu menyisihkan kandungan besi (Fe2+) maksimum
sebesar 92,15%. Penelitian tersebut menggunakan sistem semi batch dengan prinsip
kerja memompakan udara ke dalam ozon generator menggunakan aerator dengan
debit pemompaan 2,5 L/menit sehingga menghasilkan ozon dalam fasa gas.
Selanjutnya, dilakukan pengontakan ozon secara kontinyu ke dalam kontraktor
yang berisi sampel air bervolume 1,5 liter sehingga ozon dapat mengoksidasi air.
Penelitian lain pun dilakukan oleh Abdi, et al. (2017) yang menyatakan bahwa ozon
dapat menurunkan intensitas warna dan kadar Fe pada air gambut dengan pH
terbaik 9. Sedangkan, menurut Ainun, et al. (2015), proses ozonasi disertai dengan
UV dapat mendekomposisi ozon menjadi OH radikal. Radikal ini dapat
mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+. Proses tersebut mampu menyisihkan kandungan
besi sebesar 97,34% pada sampel air tanah.
2.1.1 Reaksi Ozon dengan Fe dalam Air
Penyisihan zat besi dalam air dilakukan dengan mengubah zat terlarut
menjadi senyawa tak terlarut sehingga dapat disaring keluar dari air. Reaksi diawali
dengan mengontakkan Fe2+ dengan ozon sehingga teroksidasi menjadi Fe3+.
Kemudian, Fe3+ terhidrolisis membentuk Fe(OH)3 sehingga dapat dipisahkan dari
air.
Pada reaksi ozon dengan Fe dalam air, Fe2+ merupakan inisiator
dekomposisi O3. Reaksi berlangsung dengan mekanisme transfer elektron. Reaksi
ozon pada proses ozonisasi Fe dapat dilihat pada persamaan reaksi dibawah ini
(Hart dalam Sallanko, 2006):
𝐹𝑒 2+ + 𝑂3 → 𝐹𝑒 3+ + 𝑂3− (4)
𝑂3− → 𝑂− + 𝑂2 (5)
𝑂− + 𝐻2 𝑂 → 𝑂𝐻 ∙ + 𝑂𝐻 − (6)
𝑂𝐻 ∙ + 𝐹𝑒 2+ → 𝑂𝐻 − + 𝐹𝑒 3+ (7)
𝑂𝐻 ∙ + 𝑂3 → 𝐻𝑂2 + 𝑂2 (8)
𝐹𝑒 3+ + 3𝑂𝐻 − → 𝐹𝑒(𝑂𝐻)3 (9)

5 Universitas Indonesia
Namun, reaksi (5) tidak selalu dominan. Dengan demikian, oksidasi langsung Fe2+
dengan O3 menghasilkan:
𝑂3− + 𝐹𝑒 2+ + 𝐻2 𝑂 → 𝑂2 + 𝐹𝑒 3+ + 2𝑂𝐻 − (10)
Adapun, menurut Nowell dan Hoigné dalam Luvita (2012), mekanisme
reaksi oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ dengan ozon adalah sebagai berikut:
𝐹𝑒 2+ + 𝑂3 → (𝐹𝑒𝑂)2+ + 𝑂2 (11)
(𝐹𝑒𝑂)2+ + 𝐹𝑒 2+ + 2𝐻+ → 2𝐹𝑒 3+ + 𝐻2 (12)
𝐾𝑒𝑠𝑒𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛: 2𝐹𝑒 2+ + 𝑂3 + 2𝐻+ → 2𝐹𝑒 3+ + 𝑂2 + 𝐻2 (13)
Mekanisme reaksi diatas membuat suatu kondisi ion radikal hidroksil bukan
sebagai senyawa antara dalam reaksi Fe(II) dengan ozon, melainkan
memperkirakan mekanisme reaksi yang melibatkan perpindahan oksigen dari ozon
pada logam besi.
2.1.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Reaksi Ozon terhadap Fe
Berikut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi ozon terhadap
Fe:
1. Suhu
Suhu larutan yang tinggi menyebabkan turunnya kelarutan ozon dalam
air sehingga menurunkan kadar ozon yang dapat bereaksi dengan Fe.
2. Konsentrasi Bahan Organik
Derajat besi yang teroksidasi dengan ozon cenderung bergantung pada
konsentrasi bahan organik yang terkandung dalam air. Konsentrasi
rendah zat humat dapat mencegah oksidasi Fe(II) oleh oksigen karena
oksidasi oleh ozon umumnya lebih berhasil.
3. Dosis Ozon
Dosis ozon yang tinggi dapat menyebabkan oksidasi zat besi lebih
banyak. Selain itu, dosis ozon yang tinggi menyebabkan pembentukan
beberapa kompleks besi-organik yang sangat stabil.
4. pH
Kondisi pH yang rendah menunjukkan alkalinitas yang tinggi (Sawyer,
1994). Tingginya alkalinitas menghambat pembentukan OH radikal
sehingga oksidasi zat besi semakin menurun.
5. Kandungan Bahan Organik Lain

6 Universitas Indonesia
Kandungan bahan organik lainnya dalam air dapat menghambat
penyisihan Fe. Bahan organik mampu mengubah jalur utama reaksi
ozon (langsung atau tidak langsung), spesifikasi logam (contoh: melalui
kompleksasi), atau bersaing dengan logam sebagai oksidan.
Adapun menurut penelitian yang dilakukan oleh Pharmawati, et al. (2010),
waktu kontak tidak secara signifikan mempengaruhi penyisihan kadar Fe. Hal ini
dikarenakan ozon bereaksi secara selektif sehingga hanya kontaminan organik dan
anorganik yang dioksidasi terlebih dahulu.
3 Kesimpulan
• Metode ozonisasi yang memanfaatkan sifat ozon sebagai oksidator kuat
dapat diterapkan pada pengolahan air tanah dan mampu menyisihkan
kandungan besi (Fe2+) maksimum sebesar 92,15%.
• Ozon dapat menurunkan intensitas warna dan kadar Fe pada air gambut
dengan pH terbaik 9.
• Proses ozonasi disertai dengan UV dapat mendekomposisi ozon menjadi
OH radikal yang mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ dengan kemampuan
penyisihan besi sebesar 97,34% pada sampel air tanah.
• Reaksi ozon dengan Fe di dalam air diawali dengan mengontakkan Fe2+
dengan ozon sehingga teroksidasi menjadi Fe3+ membentuk Fe(OH)3.
• Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi ozon terhadap Fe antara lain suhu,
konsentrasi bahan organik, dosis ozon, pH, dan kandungan bahan organik
lain.

7 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA

Abdi, C., Khair, R. M., & Aisyah, S. (2017). Pengaruh Ozonisasi terhadap
Penurunan Intensitas Warna dan Kadar Besi (Fe) pada Air Gambut. Jurnal
Teknik Lingkungan, Vol 3, No 1, 1-10.

Ainun, S., Sururi, M. R., Pharmawati, K., & Suryana, I. (2015). Penyisihan
Feorganic pada Air Tanah dengan AOP (Advanced Oxidation Process).
Reaktor, Vol 15, No 4, 218-223.

Hidayanti, N. R. (2015). Pengolahan Logam Fe dan Mn dalam Air dengan Metode


Ozonasi (O3) dan Adsorpsi (Studi Kasus: Danau Bekas Tambang di
Kepulauan Bangka Belitung). Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 1, 1-
10.

Pharmawati, K. e. (2010). Penyisihan Fe-Organik pada Air Tanah dengan Proses


Ozonisasi. Prosiding: Seminar Nasional Sains & Teknologi - III, 328-335.

8 Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai