Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

1. Konsep Penyakit

A. Definisi Pneumonia

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru,

distal dari bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan

konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat

(Dahlan, 2014).

Pneumonia merupakan infeksi pada parenkim paru. Berbagai jenis

spesies bekteri, mikoplasma, klamidia, riketsia, virus, fungi dan parasit

dapat menyebabkan pneumonia. Jadi Pneumonia bukan penyakit yang

tunggal melainkan sekelompok infeksi spesifik yang masing-masing

dengan epidemiologi, patogenesis, gambaran klinis dan perjalanan klinis

yang berlainan (Levison, 2010).

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan

paru-paru atau alveoli, seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut

pada bronkus, sehingga biasa disebut dengan bronchopneumonia (Marry,

dkk 2014).

B. Etiologi Pneumonia

1. Bakteri : streptococcus pneumoniae, staphylococcus aureus

2. Virus : influenza, parainfluenza, adenovirus

3. Jamur : Candidiasis, hitoplasmosis, pergifosis, coccidioido

mycosis, cryptococcis, pneumocitis carini

4. Aspirasi : makanan, cairan lambung, inhalasi (racun atau bahan

kimia, rokok, debu dan gas)

(Mary, dkk 2014)


C. Anatomi Sistem Pernafasan

1. Hidung

Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua

lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung. Di dalamnya

terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan

kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung (Syaifuddin, 2016).

Fungsi hidung, terdiri dari :

a. Bekerja sebagai saluran udara pernafasan.

b. Sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu-

bulu hidung.

c. Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa.

d. Membunuh kuman-kuman yang masuk, bersama-sama udara

pernafasan oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir

(mukosa) atau hidung.


2. Faring

Tekak atau faring merupakan tempat persimpangan antara jalan

pernapasan dan jalan makanan. Terdapat dibawah dasar tengkorak,

dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher

(Syaifuddin, 2016).

Menurut Graaff (2010) Faring dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Nasofaring

b. Orofaring

c. Laringofaring

3. Laring

Pangkal Tenggorokan (laring) merupakan saluran udara dan

bertindak sebagai pembentukan suara terletak di depan bagian faring

sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea

dibawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah

empang tenggorok yang disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-

tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan

menutupi laring (Syaifuddin, 2016).

4. Trakea

Batang Tenggorokan (trakea) merupakan lanjutan dari laring yang

terbentuk oleh 16-20 cincin. Panjang trakea 9-11 cm (Syaifuddin,

2016). Trakea terletak di depan saluran esofagus, mengalami

percabangan di bagian ujung menuju ke paru-paru. Yang memisahkan

trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina(Graaff, 2010).

5. Bronkus

Bronkus terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri, bronkus lobaris

kanan ( 3 lobus) dan bronkus lobaris kiri ( 2 bronkus). Bronkus lobaris


kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri

terbagi menjadi 9 bronkus segmental (Syaifuddin, 2016).

6. Paru-Paru

Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus

(belahan paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus

inferior (Syaifuddin, 2016).

D. Pathway Pneumonia

Saluran pernafasan atas

Kuman berlebih di bronkus Kuman terbawa ke Infeksi saluran


saluran pencernaan penafasan bawah

Proses peradangan
Infeksi saluran Iritasi dan eritrosit
pencernaan pecah
Akumulasi secret di bronkus

Edema paru
Peningkatan flora
Ketidakefektifan normal dalam usus
Bersihan jalan nafas
Pengerasan dinding
paru
Peningkatan
peristaltik usus
Suplay oksigen
Malabsorbsi menurun

hipoksia
diare

Metabolisme
Kekurangan anaerob
volume cairan meningkat

hiperventilasi
Akumulasi
asam laktat
dispnea

Fatigue
Retraksi dada/
nafas cuping
Intoleransi
aktivitas
Ketidakefektifan
pola nafas
E. Klasifikasi Pneumonia

Dalam NANDA NIC NOC 2015, klasifikasi pneumonia dapat dibagi

menjadi :

1. Berdasarkan anatomi

a. Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari

satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal

sebagai pneumonia bilateral atau ganda

b. Pneumonia lobularis (bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir

bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk

membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada

didekatnya.

c. Pneumonia intersisial (bronkiolitis) proses inflamasi yang terjadi

di dalam dinding alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial

serta interlobural.

2. Berdasarkan inang dan lingkungan

a. Pneumonia komunitas

Dijumpai pada H. Influenza pada pasien perokok, pathogen

atipikal pada lansia, gram negatif pada pasien dari rumah jompo,

dengan adanya PPOK, Penyakit penyerta kardiopulmonal/jamak

atau pasca terapi antibiotika spektrum luas.

b. Pneumonia nosokomial

Tergantung pada 3 faktor yaitu : tingkat berat sakit, adanya resiko

untuk jenis pathogen tertentu dan masa menjelang timbul onset

pneumonia

c. Pneumonia aspirasi

Disebabkan oleh infeksi kuman, pneumonitis kimia akibat

aspirasi bahan toksik akibat aspirasi cairan makanan atau


lambung edema paru dan obstruksi mekanik simple oleh bahan

padat.

d. Pneumonia pada gangguan imun

Terjadi karena akibat proses penyakit dan akibat terapi. Penyebab

infeksi dapat disebabkan oleh kuman pathogen atau

mikroorganisme yang biasanya nonpurulen berupa bakteri,

protozoa, jamur dan cacing.

F. Gejala Klinis Pneumonia

a. Manifestasi non spesifik infeksi berupa :

1. Demam

2. Sakit kepala

3. Iritabel

4. Gelisah

5. Malaise

6. Nafsu makan kurang

7. Keluhan gastrointestinal

b. Gejala umum saluran pernafasan bawah berupa :

1. Batuk

2. Takipnue

3. Sputum

4. Nafas cuping hidung

5. Sesak nafas

6. Meritih

7. Sianosis

(Syaifuddin, 2016).
G. Diagnosis Pneumonia

1. Bayangan di sinar x dada, mengindikasikan infiltrasi, mungkin

dipola lobar atau segmental atau lebih menyebar

2. Kultur dan sensitivitas dahak untuk mengidentifikasi agen

penginfeksi dan antibiotik yang tepat

3. WBC yang meningkat (leukosit) menunjukkan tanda infeksi

4. Saturasi oksigen rendah pada oksimetri denyut

5. Arterial blood gas mungkin menunjukkan oksigen rendah dan

karbondioksida tinggi

(Syaifuddin, 2016).

H. Penatalaksanaan Pneumonia

1. Pemberian oksigenisasi, monitor pulse oximetri

2. Mempertahankan suhu tubuh

3. Pemberian cairan dan kalori yang cukup

4. Pemilihan antibiotik berdasarkan umur, keadaan umum dan dugaan

penyebab

(Syaifuddin, 2016).

I. Komplikasi

1. Efusi pleura : cairan akan berkumpul pada selaput paru dan

menyebabkan pasien sulit bernafas

2. Infeksi pada jantung /endokarditis

3. Luka pada organ paru : infeksi yang(Syaifuddin, 2016).

J. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
A. Identitas klien : nama, usia, jenis kelamin, tempat/tanggal lahir,

alamat, pekerjaan. Identitas klien disini dapat menjadi penunjang

informasi dalam memberikan asuhan keperawatan.

B. Keluhan utama

C. Riwayat kesehatan

a. Riwayat penyakit sekarang

b. Riwayat penyakit masa lalu

D. Riwayat kehamilan dan kelahiran

E. Aktivitas/istirahat

Gejala : Kelemahan, kelelahan, insomnia

Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.

F. Sirkulasi

Tanda : takikardi, penampilan kemerahan atau pucat

G. Makanan/cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat DM

Tanda : distensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk,

malnutrisi

H. Neurosensori

Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)

Tanda : perusakan mental (bingung)

I. Nyeri/kenyamanan

Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), artralgia

Tanda : melindungi area yang sakit

J. Pernafasan

Gejala : Adanya riwayat ISK Kronis, takipneu (sesak nafas)

Tanda : Sputum : merah muda, berkarat

Perpusi : pekak datar area yang konsolidasi


Premikus : taksil dan vocal bertahap meningkat dengan

Konsolidasi bunyi nafas menurun

Warna : pucat, sianosis bibir dan kuku

K. Keamanan

Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal : AIDS, penggunaan

steroid, demam.

Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar

L. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol

kronis

Rencana pemulangan : bantuan dengan perawatan diri, tugas

pemeliharaan rumah

M. Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi : perlu diperhatikan adanya takipneu, dispneu,

pernafasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula

nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada

waktu menarik nafas. Batasan takipneu pada anak usia 12

bulan-5 tahun adalah 40 kali /menit atau lebih. Perlu

diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam pada

fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada

kedalam akan tampak jelas.

2. Palpasi : suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin

membesar, fremitus raba mungkin meningkat pada sisi yang

sakit dan nadi mungkin mengalami peningkatan atau

takikardia

3. Perkusi : suara redup pada sisi yang sakit


4. Auskultasi : auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan

cara mendekatkan telinga ke hidung/mulut anak. Pada anak

yang pneumonia akan terdengar stridor. Sementara dengan

stetoskop , akan terdengar suara nafas berkurang, ronkhi

halus pada sisi yang sakit dan ronkhi basah pada masa

resolusi, pernafasan bronkhial, egotomi, bronkofoni, kadang

terdengar bising gesek pleura (Mansjoer, 2012).

2. Diagnosa Keperawatan

A. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

inflamasi dan obstruksi jalan nafas

B. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi

C. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak

adekuat, takipneu, demam

D. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan isolasi respiratory

Anda mungkin juga menyukai