Anda di halaman 1dari 5

Perencanaan Auditing

06 SelasaNOV 2012
POSTED BY HANGGARYUDHA IN UNCATEGORIZED
≈ TINGGALKAN KOMENTAR

Pengertian
Perencanaan audit adalah total lamanya waktu yang dibutuhkan oleh auditor untuk
melakukan perencanaan audit awal sampai pada pengembangan rencana audit dan
program audit menyeluruh. Variabel ini diukur dengan menggunakan jam perencanaan
audit. Keberhasilan penyelesaian perikatan audit sangat ditentukan oleh kualitas
perencanaan audit yang dibuat oleh auditor.

Menurut Standar pekerjaan lapangan pertama Profesional Akuntan Publik (SPAP)


mensyaratkan adanya perencanaan yang memadai yaitu: Pekerjaan harus direncanakan
sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. (IAI,
2001).

Menurut Sukrisno Agoes dalam bukunya ‘Auditing´, menerangkan bahwa: Perencanaan


dan supervise berlangsung terus menerus selama audit, auditor sebagai penanggung
jawab akhir atas audit dapat mendelegasikan sebagian fungsi perencanaan dan
supervise auditnya dalam kantor akuntannya (asisten).

Menurut Standar Auditing 316 dalam Standar Profesional Akuntan Publik (Ikatan
Akuntan Indonesia, 2001) mensyaratkan agar audit dirancang untuk memberikan
keyakinan memadai atas pendeteksian salah saji yang material dalam laporan
keuangan.

Menurut SA Seksi 326 (PSA No. 07), Paragraf Audit No. 20 menyatakan bahwa Auditor
pada hakikatnya harus dirumuskan dalam jangka waktu dan biaya yang wajar.

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan


lingkup audit yang diharapkan. sifat, lingkup, dan saat perencanaan bervariasi dengan
ukuran dan kompleksitas entitas, pengalaman mengenai entitas, dan pengetahuan
tentang bisnis entitas. Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan,
antara lain:
1. Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi tempat
entitas tersebut.
2. Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut.
3. Metode yang digunakan oleh ent itas tersebut dalam mengolah informasi akuntansi
yang signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk mengolah
informasi akuntansi pokok perusahaan.
4. Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
5. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit.
6. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian (adjustment).
7. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit,
seperti risiko kekeliruan atau kecurangan yang material atau adanya transaksi antar
pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
8. Sifat laporan auditor yang diharapkan akan diserahkan (sebagai contoh, laporan
auditor tentang laporan keuangan konsolidasian, laporan keuangan yang diserahkan
ke Bapepam, laporan khusus untuk menggambarkan kepatuhan klien terhadap
kontrak perjanjian).
Tahap-tahap Perencanaan Auditing

Prosedur Perencanaan Audit


Prosedur yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam perencanaan
dan supervise biasanya mencakup review terhadap catatan auditor yang berkaitan
dengan satuan usaha dan diskusi dengan staf lain dalam kantor akuntan dan pegawai
satuan usaha tersebut.
Isi Perencanaan Audit
1. Hal-hal mengenai klien, pengetahuan tentang bisnis klien membantu auditor dalam
mengindentifikasi bidang yang memerlukan pertimbangan khusus; menilai kondisi
yang didalamnya data akuntansi yang dihasilkan,diolah, di-review dan dikumpulkan
dalam organisasi; menilai kewajaran estimasi, seperti penilaian atas
persediaan, depresiasi, penyisihan piutang ragu-ragu, persentase penyelesaian
kontrak jangka panjang; menilai kewajaran representasi manajemenen;
mempertimbangkan kesesuaian prinsip akuntansi yang diterapkan dan kecukupan
pengungkapannya.
2. Hal-hal yang mempengaruhi klien.
3. Rencana Kerja Auditor. Hal-hal pentingnya antara lain : Staffing, pemeriksaan, dan
jasa-jasa audit yang diberikan. Hal-hal tambahannya : bantuan yang dapat diberikan
klien seperti mengisi formulir konfirmasi utang piutang, dan membuat jadwal-jadwal,
time schedule.
Elemen-elemen Perencanaan Audit
Ruang lingkup dari perencanaan pemeriksaan ini adalah bervariasi sesuai dengan
besarnya dan kompleksitas permasalahan objek yang diperiksa dan
pengetahuan mengenai jenis usaha objek yang diperiksa. Adapun elemen-elemen
perencanaan audit menurut Arens and Loebbecke (2000:219) adalah :

1. Pra Plan (Perencanaan Awal). Beberapa hal penting yang terdapat dalam
perencanaan awal ini
adalah menyangkut informasi mengenai alasan klien untuk diaudit,menerima atau
menolak klien baru maupun klien lama, mengidentifikasi alasan klien untuk diaudit,
menentukan staf untuk penugasan dan memperoleh surat penugasan.
2. Memperoleh informasi mengenai latar belakang klien. Auditor harus memiliki
tentang ciri-ciri lingkungan kegiatan perusahaan klien yang akan diaudit yang
berguna sebagai acuan dalam menentukan surat penugasan atau perlu tidaknya
prosedur-prosedur audit khusus. Hal-hal yang harus dilakukan untuk memperoleh
informasi sehingga dapat memahami latar belakang klien adalah dengan cara :
meninjau lokasi pabrik dan kantor, menelaah kebijakan-kebijakan penting
perusahaan,mengidentifikasi pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa serta
mengevaluasi kebutuhan akan spesialis dari luar.
3. Memperoleh informasi mengenai kewajiban hukum klien. Faktor-faktor yang
menyangkut lingkungan hukum industri klien mempunyai dampak besar terhadap
hasil audit. Pengetahuan auditor untuk menafsirkan fakta yang berkaitan selama
pekerjaan berlangsung akan meyakinkan bahwa pengungkapan yang semestinya
telah dilaksanakan dalam laporan keuangan. Dalam hal ini dokumen-dokumen
hukum yang penting untuk diperiksa oleh auditor adalah Akta Pendirian
Perusahaan,anggaran dasar perusahaan, masalah rapat dewan komisaris,
para pemegang saham, komite audit dan para pejabat eksekutif termasuk
didalamnya adalah ringkasan pokok mengenai keputusan yang dibuat oleh direksi
dan pemegang saham serta dokumen mengenai kontrak penjualan maupun
pembelian.
4. Melaksanakan prosedur menurut penelitian persiapan. Melakukan analisis ini
sangat penting artinya karena dengan demikian keseluruhan kegiatan pemeriksaan
dapat tergambar didalamnya. Prosedur analitis ini diantaranya : Memahami bidang
usaha klien, penetapan kemampuan satuan usaha untuk menjaga kelangsungan
hidupnya, indikasi adanya kemungkinan kekeliruan dalam laporan keuangan dan
mengurangi pengujian yang terinci.
5. Menentukan materialitas dan menetapkan risiko audit yang dapat
diterima. Besarnya salah saji dalam informasi akuntansi dapat membuat
pertimbangan pengambilan keputusan terpengaruh. Tanggung jawab auditor adalah
menetapkan apakah suatu laporan keuangan terdapat salah saji material, apabila
auditor berpendapat adanya salah saji yang material ia harus memberitahukan hal ini
pada klien, sehingga koreksi dapat dilakukan. Jika klien menolak untuk mengoreksi
laporan keuangan tersebut maka auditor dapat memberikan pendapat dengan
pengecualian.
6. Memahami struktur pengawasan intern dan menilai resiko kendali.
7. Mengembangkan program audit dan rencana audit. Untuk melaporkan serta
memberikan pendapat yang tepat maka auditor harus melakukan wawancara,
melakukan pemeriksaan dan meneliti keaslian bukti-bukti. Guna mempermudah
pelaksanaan maka auditor harus menyusun program yang direncanakan secara logis
untuk prosedur-prosedur audit bagi setiap pemeriksaan. Program pemeriksaan juga
merupakan suatu alat pengendalian dimana pemeriksa dapat menyesuaikan
pemeriksaannya dengan anggaran dan jadwal yang telah ditetapkan dalam
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam hal ini Ikatan Akuntansi Indonesia
(2001:311.3) menyatakan bahwa: “Dalam perencanaan auditnya, auditor harus
mempertimbangkan sifat, luas, dan saat pekerjaan yang harus dilaksanakan dan
harus membuat suatu program audit secara tertulis. Program audit membantu
auditor dalam memberikan perintah kepada asisten mengenai pekerjaan yang harus
dilakukan. Bentuk program audit dan tingkat kerinciannya sangat bervariasi”.
Sumber :

https://hanggaryudha.wordpress.com/2012/11/06/perencanaan-auditing/
Kelompok 5

PERENCANAAN AUDITING

Oleh : 1.Saskia Rani Safitri

2. Siti Romiah

Pertanyaan :

1. Apa definisi dari Penencanaan Auditing ?


2. Hal-hal apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam membuat Perencanaan auditing ?
3. Apa saja tahap-tahap Perencanaan Auditing ?
4. Sebutkan Elemen-elemen dari Perencanaan Auditing !
5. Hambatan-hambatan apa saja yang biasa ditemukan dalam pembuatan Perencanaan
Auditing ?
6. Sebutkan 3 alasan mengapa Auditor perlu membuat perencanaan auditing !
7. Sebutkan manfaat dengan adanya Perencanaan Auditing !
8. Apa tujuan diadakan Perencaan Auditing ?
9. Bagaimana ruang lingkup Audit ?
10. Siapa saja yang ikut terlibat dalam pembuatan perencanaan Auditing ?

Anda mungkin juga menyukai