Anda di halaman 1dari 10

Believe in Yourself!

1
M. As’ad Efendy, M.Kep., Ners.
Seorang bijak mengatakan bahwa ada 2 hari yang bersejarah bagi manusia, yaitu hari
ketika dia dilahirkan dan hari ketika dia mengetahui alasan mengapa dia dilahirkan.
Ketika manusia dilahirkan, Tuhan sudah memberikan berbagai macam potensi bagi
manusia untuk menjalani kehidupannya di dunia. Beberapa potensi diantara berbagai
macam potensi yang Tuhan berikan kepada manusia yaitu: jasad (body), pikiran (mind),
dan ruh (soul). Potensi-potensi tersebut harus disyukuri, salah satu caranya adalah
dengan memberdayakan potensi-potensi tersebut dengan maksimal.

Manusia memiliki 3 modal dalam bekerja yaitu modal materil/fisik, modal sosial, dan
modal spiritual. Modal fisik (physical capital) berupa keterampilan atau pengetahuan,
modal sosial (social capital) yaitu rasa kebersamaan serta keterikatan emosi, dan modal
spiritual (spiritual capital) yaitu kemampuan mengenal diri sebagai hamba Tuhan.

Untuk mengelola ketiga modal tadi, diperlukan tiga jenis kecerdasan. Fungsi IQ adalah
“What I think” (apa yang saya pikirkan) untuk mengelola kekayaan fisik atau materi;
fungsi EQ adalah “What I feel” (apa yang saya rasakan) untuk mengelola kekayaan
sosial; dan fungsi SQ adalah “Who am I” (siapa saya) untuk mengelola kekayaan
spiritual. Agar dapat melahirkan manusia yang memiliki motivasi total, maka tidak
cukup hanya dengan mengasah potensi kecerdasan intelektual (IQ), namun perlu
dipertajam potensi emosi (EQ) dan juga dilandasi potensi spiritual (SQ).

1. IQ (Intelligence Quotients)
Ialah istilah kecerdasan manusia dalam kemampuan untuk menalar, perencanaan
sesuatu, kemampuan memecahkan masalah, belajar, memahaman gagasan, berfikir,
penggunaan bahasa dan lainnya. Anggapan awal bahwa IQ adalah kemampuan bawaan
lahir yang mutlak dan tak dapat berubah adalah salah, karena penelitian modern
membuktikan bahwa kemampuan IQ dapat meningkat dari proses belajar. Kecerdasan
ini pun tidaklah baku untuk satu hal saja, tetapi untuk banyak hal, contohnya seseorang

1
Disampaikan dalam pelatihan peningkatan kapasitas diri perawat baru RSUD Gambiran Kota Kediri
dengan kemampuan mahir dalam bermusik, dan yang lainnya dalam hal olahraga. Jadi
kecerdasan ini dari tiap - tiap orang tidaklah sama, tetapi berbeda satu sama lainnya.

2. EQ (Emotional Quotients)
Kecerdasan emosional adalah kemampuan pengendalian diri sendiri,semangat, dan
ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi
frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-
lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak
melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk membaca perasaan terdalam orang lain
(empati) dan berdoa, untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan
untuk menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin diri dan lingkungan sekitarnya.

3. SQ (Spiritual Quotients)
Perlu dipahami bahwa SQ tidak mesti berhubungan dengan agama, Kecerdasan spiritual
(SQ) adalah kecerdasan jiwa yang dapat membantu seseorang membangun dirinya
secara utuh. SQ tidak bergantung pada budaya atau nilai. Tidak mengikuti nilai-nilai
yang ada, tetapi menciptakan kemungkinan untuk memiliki nilai-nilai itu sendiri.
kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang berasal dari dalam hati, menjadikan kita
kreatif ketika kita dihadapkan pada masalah pribadi, dan mencoba melihat makna yang
terkandung di dalamnya, serta menyelesaikannya dengan baik agar memperoleh
ketenangan dan kedamaian hati. Kecerdasan spiritual membuat individu mampu
memaknai setiap kegiatannya sebagai ibadah, demi kepentingan umat manusia dan
Tuhan yang sangat dicintainya.

ESQ (Emotional Spiritual Quotient) untuk meningkatkan Efikasi Diri


Efikasi diri (Self Efficacy) adalah keyakinan individu mengenai kemampuan
dirinya dalam melakukan tugas atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil
tertentu.
Konsep ESQ dalam konteks ini adalah konsep yang diperkenalkan oleh Ary
Ginanjar Agustian. Ari Ginanjar Agustian memperkenalkan konsep ESQ 165 yang
merupakan jabaran dari 1 ihsan, 6 rukun iman dan 5 rukun Islam.
Zero Mind Process (proses penjernihan emosi) menerangkan bagaimana rumusan 1
ihsan. Dalam upaya untuk melakukan penjernihan emosi (ZMP), yaitu antara lain:
a. Hindari selalu berprasangka buruk, upayakan berprasangka baik terhadap
orang.
b. Berprinsiplah selalu kepada Allah yang Maha Abadi.
c. Bebaskan diri dari pengalaman-pengalaman yang membelenggu pikiran,
berpikirlah merdeka.
d. Dengarlah suara hati, berpeganglah prinsip karena Allah, berpikirlah
melingkar sebelum menentukan kepentingan dan prioritas.
e. Lihatlah semua sudut pandang secara bijaksana berdasarkan suara hati yang
bersumber dari asmaul husna.
f. Periksa pikiran anda terlebih dahulu sebelum menilai segala sesuatu, jangan
melihat sesuatu karena pikiran anda tetapi lihatlah sesuatu karena apa adanya.
g. Ingatlah bahwa segala ilmu pengetahuan adalah bersumber dari Allah.

Hasil akhir dari zero mind process atau penjernihan emosi adalah seseorang yang telah
terbebas dari belenggu prasangka negatif, prinsip-prinsip hidup yang menyesatkan,
pengalaman yang mempengaruhi pikiran, egoisme kepentingan dan prioritas,
pembanding-pembanding yang subjektif, dan terbebas dari pengaruh belenggu literatur-
literatur yang menyesatkan. Pemaknaan ihsan seperti ini jelas berbeda dengan seperti
pemaknaan yang telah dikenal sebelumnya. Karena makna ihsan yang dikenal
sebelumnya merupakan bentuk ibadah yang kita lakukan sepenuhnya diperhatikan oleh
Allah dan Allah akan selalu mengawasi kita di manapun kita berada. Rumusan Ari
Ginanjar tentang ihsan ini merupakan rumusan prinsip dari makna ihsan dihubungkan
dengan realita kehidupan masyarakat yang ada.
6 Prinsip Pembangun Mental (EQ)
a. Prinsip Bintang (Iman Kepada Allah), merupakan penjabaran dari makna iman
kepada Allah dalam rukun iman. Prinsip seorang bintang adalah memiliki rasa
aman intrinsik, kepercayaan diri yang tinggi, integritas yang kuat, bersikap
bijaksana, dan memiliki motivasi yang tinggi, semua dilandasi dan dibangun
karena iman kepada Allah.
b. Prinsip Malaikat (Iman Kepada Malaikat), orang yang berprinsip seperti
malaikat akan menghasil orang yang sebagai berikut yakni seseorang yang
memiliki tingkat loyalitas tinggi, komitmen yang kuat, memiliki kebiasaan
untuk mengawali dan memberi, suka menolong dan memiliki sikap saling
percaya. Dengan mempraktekkan kebaikan dan ciri-ciri yang malaikat punya di
dalam kehidupan sehingga orang tersebut akan menjadi manusia yang
paripurna.
c. Prinsip Kepemimpinan (Iman Kepada Rasul Allah), Pemimpin sejati adalah
seorang yang selalu mencintai dan memberi perhatian kepada orang lain
sehingga ia dicintai. Memiliki integritas yang kuat sehingga ia dipercaya oleh
pengikutnya. Selalu membimbing dan mempelajari pengikutnya. Memiliki
kepribadian yang kuat dan konsisten. Memimpin berdasarkan atas suara hati
yang fitrah. Dengan meneladani sifat-sifat dari rasul, maka akan membuat kita
memiliki prinsip kepemimpinan yang menentramkan masyarakat.
d. Prinsip Pembelajaran (Iman Kepada Kitab Allah), hasil dari proses
pembelajaran antara lain: (1) Memiliki kebiasaan membaca buku dan situasi
dengan cermat, (2) Selalu berpikir kritis dan mendalam, (3) Selalu
mengevaluasi pemikirannya kembali, (4) Bersikap terbuka untuk mengadakan
penyempurnaan, (5) Memiliki pedoman yang kuat dalam belajar yaitu
berpegang hanya kepada Allah. Hasil dari proses pembelajaran di atas
merupakan sebuah pemikiran yang sesuai dengan konteks yang harus dilakukan
oleh semua orang dalam mempraktekkan iman kepada kitab-kitab Allah,
sehingga kitab-kitab Allah menjadi lebih membumi di dalam kehidupan
manusia.
e. Prinsip Visi ke Depan (Iman Kepada Hari Akhir), berorientasi kepada tujuan
akhir dalam setiap langkah yang dibuat, melakukan setiap langkah secara
optimal dan sungguh-sungguh, memiliki kendali diri dan sosial karena telah
memiliki kesadaran akan adanya hari kemudian, memiliki kepastian akan masa
depan dan memiliki ketenangan batiniah yang tinggi yang tercipta oleh
keyakinannya akan adanya hari pembalasan. Dengan kesadaran visi akan hari
akhir tersebut, akan mendorong manusia terus berbuat dan berjuang dengan
sebaik-baiknya di muka bumi hingga akhir hayat tanpa perlu diri merasa
berhenti.
f. Prinsip Keteraturan (Iman Kepada Qadha dan Qadar), hasil dari prinsip
keteraturan akan memiliki kesadaran, ketenangan dan keyakinan dalam
berusaha karena pengetahuan akan kepastian hukum alam dan hukum sosial,
memahami akan arti penting sebuah proses yang harus dilalui, selalu
berorientasi kepada pembentukan sistem dan selalu berupaya menjaga sistem
yang telah dibentuk. Inilah yang akan didapat oleh orang yang menjalankan
prinsip keteraturan, sehingga hidupnya menjadi lebih bermakna karena sadar
bahwa hidup ini sudah ada keteraturannya dari Allah.
5 Prinsip Ketangguhan (SQ)
1) Prinsip Penetapan Misi (Syahadat), merupakan penjabaran makna dari syahadat
dalam rukun Islam. Penetapan misi melalui syahadat akan menciptakan suatu
dorongan kekuatan untuk mencapai keberhasilan. Syahadat akan membangun
suatu keyakinan dalam berusaha, syahadat akan menciptakan suatu daya dorong
dalam upaya mencapai suatu tujuan, syahadat akan membangkitkan suatu
keberanian dan optimisme sekaligus menciptakan ketenangan batiniah dalam
menjalankan misi hidup.
2) Prinsip Pembangunan Karakter (Shalat), shalat sebagai tempat untuk
menyeimbangkan dan menyelaraskan pikiran, dan pelaksanaan shalat juga suatu
mekanisme yang bisa menambah energi baru yang terakumulasi sehingga
menjadi suatu kumpulan dorongan dahsyat untuk segera berkarya dan
mengaplikasikan pemikirannya ke dalam alam realita. Shalat adalah suatu
metode relaksasi untuk menjaga kesadaran diri agar tetap memiliki cara berpikir
fitrah, sebuah metode yang dapat meningkatkan kecerdasan emosi dan spiritual
secara terus menerus, shalat adalah suatu teknik pembentukan pengalaman yang
membangun suatu paradigma positif, dan shalat adalah suatu cara untuk terus
mengasah dan mempertajam kecerdasan emosi dan spiritual yang diperoleh dari
rukun iman.
3) Prinsip Pengendalian Diri (Puasa), merupakan penjabaran makna dari rukun
Islam ketiga yakni shalat. Puasa adalah kemampuan menahan dan
mengendalikan diri untuk tidak hanya berkeinginan menjadi seorang pemimpin
dengan mengatasnamakan orang lain untuk tujuan pribadi serta keuntungan
tertentu. Akan tetapi menyadari bahwa pemimpin adalah salah satu tugas yang
maha berat untuk membawa umat ke arah kebahagiaan dengan hati nurani. Hasil
pengendalian diri: puasa adalah suatu metodepelatian untuk pengendalian diri,
puasa bertujuan untuk meraih kemerdekaan sejati dan pembebasan belenggu
nafsu yang tisak terkendali, puasa yang baik akan memelihara aset kita yang
paling berharga yakni fitrah diri, tujuan puasa lainnya untuk mengendalikan
suasana hati, juga pelatihan untuk mengendalikan suasana hati, juga pelatihan
untuk menjaga prinsip-prinsip yang telah dianut berdasarkan rukun iman.
4) Prinsip Strategi Kolaborasi (Zakat), suatu upaya untuk memanggil dan
mengangkat ke permukaan suara hati untuk menjadi dermawan dan untuk
memberi rezeki kepada orang lain. Pada prinsipnya, zakat bukan hanya sebatas
memberi 2,5 % dari penghasilan bersih yang kita miliki. Akan tetapi, prinsip
zakat dalam arti luas seperti memberi penghargaan dan perhatian kepada orang
lain, menepati janji yang sudah anda berikan, bersikap toleran, mau mendengar
orang lain, bersikap empati, menunjukkan integritas, menunjukkan sikap rahman
dan rahim kepada orang lain.
5) Prinsip Aplikasi Total (Haji), suatu wujud kesalarasan antara idealisme dan
praktek, keselarasan antara iman dan Islam. Haji adalah suatu transformasi
prinsip dan langkah secara total (thawaf), konsistensi dan persistensi perjuangan
(sa`i), evaluasi dari prinsip dan langkah yang telah dibuat dan visualisasi masa
depan melalui prinsip berpikir dan cara melangkah yang fitrah (wukuf). Haji
juga merupakan suatu pelatihan sinergi dalam skala tertinggi dan haji adalah
persiapan fisik secara mental dalam menghadapi berbagai tantangan masa depan
(lontar jumrah)

Pengenalan Diri dalam Konteks Keperawatan


Sebagai seorang perawat, pengenalan terhadap diri menjadi langkah penting untuk
meningkatkan kinerja organisasional. Pengenalan diri yang baik diawali dengan
memiliki kesadaran yang komprehensif terhadap profesi yang dijalani yaitu
keperawatan. Paling tidak ada 3 cara pandang seorang perawat memahami profesi
keperawatan:
Keperawatan sebagai pekerjaan
Perawat yang menjadikan keperawatan sebagai pekerjaan memandang keperawatan
sebagai hubungan transaksional. Tidak ada yang salah dengan cara pandang ini, namun
paling tidak ada elemen yang hilang jika kita menjadikan keperawatan hanya sebatas
pekerjaan. Ujungnya, menjadikan keperawatan sebagai pekerjaan yang didapatkan
adalah uang.

Keperawatan sebagai karir


Kita bisa dipecat dari pekerjaan kita, namun kita tak kan pernah bisa dipecat dari karir
kita, begitu seorang guru berkata. Perawat yang menjadikan keperawatan sebagai karir
memiliki cara pandang satu tingkat dibandingkan sebagai pekerjaan. Paling tidak,
perawat yang menjadikan keperawatan sebagai karir akan mendapatkan kesuksesan.

Keperawatan sebagai panggilan


Keperawatan sebagai panggilan merupakan cara pandang yang ideal dalam menjalani
profesi sebagai perawat. Menjadikan keperawatan sebagai panggilan berujung
didapatkannya kebahagiaan dalam diri perawat.
The Six Pillars of Character
The Six Pillars of Character merupakan salah satu kerangka kerja untuk mengajarkan
karakter yang baik untuk perawat. Paling tidak dengan memahami 6 pilar karakter ini,
perawat bisa memahami mana dari nilai dalam dirinya yang kurang dan perlu
ditingkatkan. The Six Pillars of Character terdiri dari 6 nilai yaitu:
Trustworthiness
1. Jujur
2. Jangan curang
3. Bisa diandalkan
4. Lakukan apa yang harus dilakukan
5. Loyal – berdiri disamping keluarga, teman, dan Negara
6. Membangun reputasi yang baik
Respect
1. Perlakukan orang lain dengan hormat
2. Toleransi terhadap perbedaan
3. Gunakan tata perilaku yang baik
4. Hargai perasaan orang lain
5. Jangan mengancam, memukul, atau melukai orang lain
6. Perlakukan kesalahan, kemarahan, dan kekecewaan dengan damai
Responsibility
1. Lakukan apa yang harus anda lakukan
2. Pantang menyerah
3. Selalu lakukan yang terbaik
4. Miliki kontrol diri
5. Jadilah pribadi disiplin
6. Berpikir sebelum bertindak – pikirkan konsekuensi
7. Bertanggungjawab terhadap setiap pilihan
Fairness
1. Taati aturan
2. Ambil bagian dan berbagi
3. Berpikiran terbuka – dengarkan orang lain
4. Jangan mengambil keuntungan dari orang lain
5. Jangan menyalahkan kesalahan orang lain
Caring
1. Jadilah orang baik
2. Kasih sayang dan tunjukkan kepedulian
3. Ekspresikan rasa syukur
4. Maafkan orang lain
5. Bantu orang lain
Citizenship
1. Berbagi untuk membuat tempat jadi lebih baik
2. Kooperatif
3. Terlibat dalam komunitas
4. Jadilah tetangga yang baik
5. Taati aturan dan hukum
6. Jaga lingkungan
7. Jadilah informatif
BACAAN LANJUTAN
Danah Zohar dan Ian Marshall. 2001. SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam
Berpikir Integralistik dan Holistik untuk memaknai Kehidupan. Bandung:
Mizan.

Goleman, Daniel. 2002. Working With Emotional Intelligence (terjemahan). Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.

Ginanjar Agustian, Ary. 2007. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan
Spiritual ESQ. Jakarta: Arga.

Pradiansyah, Arvan. 2012. I Love Monday. Bandung: Kaifa.

https://charactercounts.org/program-overview/six-pillars/

Anda mungkin juga menyukai