Anda di halaman 1dari 2

A.

Food Combining
Food combining adalah suatu cara mengatur asupan makanan yang diselaraskan dengan
mekanisme alamiah tubuh, khususnya sistem pencernaan. Food Combining tetap dapat
membuat pelakunya makan enak sampai kenyang tetapi tubuh semakin sehat dan bahkan
ukuran tubuh menjadi ideal (Gunawan, 2009).
Prinsip Food Combining adalah mengkombinasikan makanan dengan memperhatikan
jenis kelompok makanan yang akan dikonsumsi, sifat asam dan basa makanan, dan
memperhitungkan siklus pencernaan tubuh. Kombinasi makanan yang dikombinasikan
menekankan pada kombinasi yang membuat Ph tubuh selalu seimbang.
Konsep food combining mengacu pada fakta bahwa setiap kelompok makanan memiliki
waktu cerna dan serap yang berbeda-beda. Jus dicerna selama 15-20 menit, buah segar
dicerna selama 30-40 menit, sayuran selama 30-40 menit, karbohidrat 90 menit, kacang-
kacangan 2,5 hingga 3 jam, sedangkan protein hewani dicerna dari 30 menit (telur) hingga 3-4
jam (sapi). Setiap kelompok makanan yang akan dicerna memerlukan enzim cerna yang
berbeda-beda. Beberapa kelompok makanan memerlukan zat asam sedangkan lainnya
membutuhkan zat alkali. Jika mengonsumsi makanan dalam satu kelompok, penyerapan
nutrisi akan jauh lebih efektif dan tidak akan menimbulkan masalah pencernaan. Sebaliknya,
ketika makanan yang tidak satu kelompok dikonsumsi bersamaan, alkali dan asam bertemu
sehingga menetralisir satu sama lain dan akhirnya menghambat pencernaan. Oleh karenanya,
diet food combining tidak menyarankan orang-orang untuk menyantap nasi, lauk pauk,
sayuran, dan buah sekaligus dalam 1 jam makan.

B. Diet Ketogenik
Diet ketogenik merupakan pola makan yang berfokus pada asupan makanan tinggi lemak
serta rendah karbohidrat, dengan kandungan lemaknya mencapai 70-90 % atau 3 sampai 4
kali lebih besar dari kandungan karbohidrat dan protein (Escott-Stump, 2012).
Diet ketogenik menganjurkan konsumsi makanan tinggi lemak namun rendah atau
bahkan tanpa karbohidrat, hingga tubuh mencapai ketosis. Ketosis merupakan keadaan
dimana tubuh memproduksi badan keton untuk digunakan sebagai bahan bakar energi yang
akan digunakan oleh tubuh. Ketosis ini umunya terjadi jika tubuh dalam kondisi kelaparan
(starvation). Dalam kondisi normal, tubuh menggunakan karbohidrat (glukosa) sebagai
sumber energi utama, sedangkan pada kondisi kelaparan sumber glukosa di dalam tubuh tidak
tersedia sehingga tubuh akan memecah lemak sebagai pengganti energi dan membentuk
badan keton (Paoli et al, 2013).
Menu makan pada diet ketogenik didominasi oleh jenis pangan hewani dengan sedikit
sayuran dan buah-buahan, sehingga diet ketogenik ini rendah serat (Nelms et al, 2010). Diet
ketogenik ini hanya dapat dilakukan dalam waktu singkat dan tidak diketahui secara pasti
seberapa besar efek untuk jangka panjangnya (Campos, 2017).
Daftar Pustaka

Gunawan E. (2009). Food Combining Kombinasi Makanan. Jakarta : Gramedia Pustaka


Utama
Wikipedia. 2018. Food Combining. Tersedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Food_combining.
Diakses pada tanggal 10 November 2019.
Paoli A, Rubini A, Volek JS, Grimaldi KA. 2013. Beyond weight loss: a review of the
therapeutic uses of very-low-carbohydrate (ketogenic) diets. European Journal of Clinical
Nutrition. 67:789–796.
Escott-Stump S. 2012. Nutrition and Diagnosis-Related Care, Seventh Edition.
Philadelphia(US): Lippincott Williams & Wilkins.
Nelms M, Sucher KP, Lacey K, Roth SL. 2010. Nutrition Therapy and Pathophysiology,
Second Edition. Ohio(US): Wadsworth.
Campos M. 2017. Ketogenic diet: is the ultimate low-car diet good for you?.
www.health.harvard.edu/blog/ketogenic-diet-is-the-ultimate-low-carb-diet-good-for-you-
2017072712089.

Anda mungkin juga menyukai