Anda di halaman 1dari 14

I.

PENDAHULUAN

A Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang begitu cepat menyebabkan perubahan
disegala bidang termasuk dalam pemberian pelayanan kesehatan. Saat ini di
Indonesia menurut survey dari Kementrian kominfo hampir 45 juta penduduk
Indonesia telah memanfaatkan teknologi informasi sebagai sarana komunikasi
dan informasi dalam menjalankan tugasnya. Kondisi demikian maka akan
semakin memperpendek jarak antara satu orang dengan orang lain dalam
melakukan aktifitasnya, seperti mengirimkan pesan, melakukan transaksi, dan
aktifitas lainnya. Dalam bidang kesehatan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat telah membawa dampak
perubahan yang sangat signifikan termasuk pelayanan keperawatan dengan
memunculkan suatu upaya terobosan melalui suatu model pelayanan
keperawatan dengan memanfaatkan teknologi informasi melalui telenursing.
Telenursing adalah suatu kegiatan melakukan komunikasi melalui telepon secara
jarak jauh dengan bantuan teknologi sebagai dasar untuk melakukan aktifitas
pelayanan keperawatan. Melakukan pekerjaan dengan telenursing adalah
memerlukan pengetahuan yang intensif dan sangat kompleks, seorang perawat
harus mempunyai berbagai pengalaman klinis, dan juga harus bisa bekerja secara
mandiri, dapat membuat suatu keputusan tentang perlu tidaknya perawatan lebih
lanjut, dan memberikan saran perawatan diri atau merujuk kepada pelayanan
yang lebih lanjut (Ernesater. A, et all, 2009). Telenursing telah berkembang
dengan baik di Negara Swedia, menunjukkan bahwa penggunaan pelayanan
keperawatan menggunakan telenursing dimulai dengan menerapkan telepon
secara Nasional dan menjangkau semua wilayah, dukunagn perangkat elektronik
seperti telepon dan perangkat lain sangat menjadi prasyarat untuk keberhasilan
implementasi telenursing tersebut, seperti pendokumentasian data base pasien,
jumlah pemberi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan lainnya (The
National Board of Health and Welfare,1993). Telenursing adalah upaya
penggunaan teknologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan
dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara
perawat dan pasien atau antara beberapa perawat. Telenursing dalam kesehatan
telah membawa keuntungan bagi pasien dan petugas kesehatan: misalnya,

1
peningkatan alokasi sumber daya, waktu dan akses bagi pasien. Namun, teknik
ini mungkin juga menemui kesulitan etis. Salah satu masalah utama untuk
telenursing adalah mereka tidak dapat melihat pasien secara langsung. Mereka
merasa tanggung jawabnya yang cukup besar dan mereka takut membuat
keputusan yang salah Menurut penelitian yang dilakukan Bohnenkam, et all
(2002), bahwa pasien yang menerima perawatan dengan menggunakan
telenursing mengatakan bahwa pengetahuan mereka meningkat dan merasa lebih
nyaman dengan yang disarankan oleh perawat. Selain itu, pengunaan sistem ini
lebih mudah di akses dan mereka umumnya lebih menyukai telenursing daripada
harus menunggu untuk kunjungan face to face, tetapi mereka masih percaya
bahwa face to face adalah yang terbaik (http://www.pubmed.gov).

B Tujuan
1. Tujuan Umum
Mempermudah tenaga kesehatan dalam melayanai konsultasi pasien atau
klien.
2. Tujuan Khusus
a. Mengembangkan sistem informasi keperawatan.
b. Mempermudah seorang tenaga kesehatan dalam melakukan
pelayanan keperawatan.
c. Untuk membantu memberikan pelayanan keperawatan dimana ada
jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien atau antara
beberapa perawat.
d. Melakukan tindakan yang tepat, efektif dan efisien kepada pasien.
e. Dapat membuat suatu keputusan tentang perlu tidaknya perawatan
lebih lanjut, dan memberikan saran perawatan diri atau merujuk
kepada pelayanan yang lebih lanjut.

C Manfaat
1. Pelayanan keperawatan lebih efisien.
2. Meningkatkan pelayanan keperawatan.
3. Meningkatkan kualitas SDM atau perawat.

2
II. KAJIAN LITERATUR

A Prinsip Kerja Telenursing


1. Persiapan infrastruktur
Pengembangan telenursing mencakup persiapan komponen-komponen
seperti: jaringan komputer, internet, web camera, dan kesiapan sumber
daya manusia dalam mengoperasionalkannya. Pada saat menjalankan
aplikasi telenursing ini, dibutuhkan paling tidak bandwidth komunikasi
yang relatif besar karena trafik data pada aplikasi ini cukup besar.
Percakapan audio visual, sebagaimana percakapan melalui keyboard, juga
dapat dilakukan antara dua pihak maupun lebih dari dua. Peralatan yang
dibutuhkan untuk pengiriman gambar dan suara adalah video camera dan
audio card berikut microphone. Untuk penerimaan, cukup dengan monitor
dan penambahan speaker pada audio card. Sebagai aplikasi yang bersifat
real-time, aplikasi video/audio conference untuk telenursing ini sangat
sensitif terhadap delay. Oleh karena itu, aplikasi ini baru dapat berjalan
dengan baik jika kita memiliki infrastruktur jaringan telekomunikasi yang
dapat memberikan kecepatan dan bandwidth komunikasi yang cukup.
Seperti dalam skema berikut ini:

3
2. Aplikasi Telenursing
Sistem telenursing merupakan sistem yang berbasis internet di desain
untuk membantu pasien dengan berbagai penyakit kronis belajar cara
memanage kondisi mereka. Sistem arsitektur ditunjukkan pada figure:
a. Database server yang berlokasi di regional university health care
centre, berfungsi untuk mengumpulkan, meneruskan dan memenuhi
autorisasi pasien, perawat dan dokter memasuki dan melihat informasi
pada website yang ditunjukkan pada figure
b. Subcentre kesehatan dengan staffnya adalah seorang perawat
professional yang mengetahui tentang teknik telekomunikasi. Perawat
ini secara regular mengunjungi pasien yang terdaftar dan memberikan
perawatan berkelanjutan melalui sistem telenursing. Sistem ini
mempunyai tiga jenis informasi. Pertama e-mail dari pasien yang
melaporkan status kesehatan mereka dan hal lainnya. Kedua meliputi
data vital sign: monitoring tekanan darah secara regular, nadi dan
temperature. Ketiga adalah video-mail, yang meningkatkan evaluasi
pasien. Pasien mengakses informasi kesehatan pada website sebelum
tidur malam. Informasi kemudian dikumpulkan pada regional
healthcare centre dan pada keesokan harinya perawat yang
memutuskan apakah akan memberikan perawatan melalui telenursing
atau mengunjungi pasien.

4
Kegiatan komunikasi antar pasien dengan petugas dapat digambarkan
sebagai berikut:

Video-mail dapat direkam menggunakan USB yang disambung ke PC


camera dan Windows Moviemaker. Panjangnya perekaman tergantung
pada informasi yang dibutuhkan untuk dikirim. Penggunaan video-mail
membantu menyampaikan informasi nonverbal seperti perubahan ekspresi
dan penampilan yang sulit untuk di jelaskan dengan kata-kata.

3. Persiapan Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia sebagai penentu keberhasilan pelaksanaan kegiatan
telenursing di rumah sakit memang sangat ditentukan oleh ketrampilan
tenaga pengelola sistem tersebut. Kehadiran telenursing justru menjadikan
pelayanan kesehatan tidak langsung kepada pasien menjadi masalah
tersendiri. Komitmen pimpinan organisasi dalam menyediakan ruang dan

5
gerak bagi para professional kesehatan untuk telenursing juga sangat
menentukan.

B Aspek Sosial Dan Etik Dalam Pelayanan Keperawatan


1. Etika dalam keperawatan
Etika telah lama dianggap sebagai konsep sentral dalam keperawatan.
Pendidikan keperawatan dan etika merupakan bagian dari kompetensi
keperawatan. Etika berkaitan dengan pertanyaan seperti bagaimana kita
seharusnya menjalani kehidupan kita, bagaimana berhubungan dengan orang
lain dan berperilaku terhadap orang lain. Teori tindakan hakim filsafat moral
dari konsekuensi mereka (misalnya pemikiran utilitarian) atau pada apakah
mereka sesuai dengan tugas etika atau aturan (berpikir deontologis). Sejak
tahun 1970-an, dilema etis dalam kesehatan (yaitu, situasi ketika norma-
norma dan konflik nilai-nilai dan ada alasan yang baik untuk lebih dari satu
tindakan) telah banyak dibahas, dan telah dibagi menjadi empat prinsip etika
mapan: otonomi, sifat tidak mencelakakan, kebaikan dan keadilan. Prinsip-
prinsip ini juga tercermin dalam International Council of Nurses 'Kode Etik
(http://www.icn.ch/about-icn/code-of-ethics-for-nurses/code-of-ethicsfor-
nurses.html)
2. Etika dilema dalam telenursing.
Studi telah melaporkan berbagai jenis dilema etis bahwa perawat menemui
hal tersebut dalam praktek sehari-hari. Demikian juga,peningkatan dilema
etika telah menciptakan reaksi stres antara personil kesehatan. Moral distress
dapat didefinisikan sebagai gejala stres negatif yang terjadi karena situasi di
mana penyedia layanan kesehatan telah mengidentifikasi sebuah dilema etis
dan menganggap dia tahu hal yang benar untuk dilakukan, tetapi kendala
kelembagaan menghalangi dirinya dari mengejar program tindakan yang
diinginkan. marabahaya moral tersebut yang telah dipelajari di kalangan
perawat khususnya. Meskipun telenursing membawa keuntungan besar bagi
pasien dan personil, misalnya, sumber daya, alokasi waktu dan akses pasien
yang membaik, mungkin juga mendapatkan kesulitan etis.
3. Otonomi versus kebaikan
Swedia adalah sebuah masyarakat multikultural dan beberapa telenursing
mengalami jenis konflik etika dalam kaitannya dengan pertemuan lintas

6
budaya. Misalnya, seorang perempuan muda dalam budaya yang saling
berhubungan dengan kehormatan kadang-kadang tidak diperbolehkan untuk
menghubungi layanan kesehatan sendiri, sehingga percakapan harus melalui
pihak ketiga, yang pada gilirannya dapat membuat dilema etis bagi
telenursing tersebut.
4. Integritas dan dokumentasi
Salah satu aspek dari beberapa pengalaman telenurses sebagai etis yang
mengganggu pada saat pertemuan melalui telepon adalah perawat
mengalami kesulitan untuk mengkaji pasien melalui bahasa tubuh dan
ekspresi wajah. Ini berarti bahwa keputusan harus didasarkan hanya pada
informasi verbal penelepon yang diungkapkan, selanjutnya, perawat tidak
dapat sepenuhnya memastikan identitas penelepon, meskipun fakta bahwa
penelepon memberikan nama dan nomor jaminan sosial. Hal ini
menimbulkan pertanyaan etis tentang bagaimana untuk memastikan
integritas penelepon dalam telenursing. Salah satu cara untuk mengatasi
dilema ini adalah tentang informasi tentang penyakit sebelumnya dan
telenurse harus berhati-hati ketika informasi sensitif yang harus
didokumentasikan, misalnya, penyakit kejiwaan, kelamin atau ginekologi.
Pada kesempatan tersebut, telenurse hanya dapat mencatat 'rujukan' dalam
catatan, yang merupakan notasi yang benar tetapi tidak terlalu informatif.

C Riset Tentang Telenursing


Sebuah studi tentang dukungan dan hambatan komputer untuk
pengambilan keputusan berkaitan dengan pengalaman telenursing dengan
menggunakan telepon untuk intervensi keperawatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan pada pasien telah dilakukan di Swedia pada
tahun 2006. Data dianalisis dengan menggunakan content analisis kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga kelompok kategori dalam
mendukung pelaksanaan telenursing yaitu dukungan, hambatan dan
peningkatan kualitas mutu layanan. (Ernessater A, et all, 2009) Penelitian
yang dilakukan oleh (Beebe H, et all, 2008) mempromosikan kepatuhan
minum obat pada pasien dengan skizofrenia tentang kepatuhan obat
antipsikotik Penelitian ini menguji telepon intervensi pemecahan masalah
(telephone intervention problem solving /TIPS) untuk pasien rawat jalan

7
dengan skizofrenia, sebanyak 29 orang masyarakat yang tinggal dengan
skizofrenia, selama 3 bulan. Dengan hasil orang yang menerima TIPS
memiliki kepatuhan secara signifikan lebih tinggi pada obat-obat psikiatri
selama periode penelitian, F (1, 20) p = 5,47, = 0,0298. Kesimpulannya
adalah bahwa dokter harus mempertimbangkan untuk menggunakan TIPS
sebagai tambahan untuk melakukan telenursing untuk mendukung kepatuhan
pada orang yang beresiko. Penelitian yang dilakukan Jerant (2003)
membandingkan 3 model nursing care post-hospitalisasi untuk menurunkan
CHF (Congestive Heart Failure) readmission charge selama 180 hari follow
up. Subjek menerima kunjungan personal pada baseline dan 60 hari plus 1
dari 3 modalitas care (a). video-based home telecare (b) telepon call dan (c)
usual care. CHF related readmission charge >80% menurun pada kelompok
telenursing dibandingkan usual care dan kelompok ini juga secara signifikan
lebih kecil dalam hal CHF related kunjungan emergensi. Pada kunjungan
personal 3 kali lebih panjang daripada kunjungan telenursing hanya sebagian
berhubungan dengan waktu kunjungan. Kepatuhan pasien self-care, medikasi,
status kesehatan dan kepuasan tidak signifikan diantara kelompok.
Telenursing dapat menurunkan hospitalisasi CHF dan meningkatkan
frekuensi komunikasi pada pasien.

D Keuntungan Penggunaan Telenursing


1. Efektif dan efisiensi dari sisi biaya kesehatan
2. Dengan sumber daya minimal dapat meningkatkan cakupan dan jangkauan
pelayanan keperawatan tanpa batas geografis.
3. Dapat mengurangi jumlah kunjungan dan masa hari rawat di rumah sakit d.
Dapat meningkatkan pelayanan untuk pasien kronis
4. Dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan ( model distance
learning) dan perkembangan riset keperawatan berbasis informatika
kesehatan.
5. Telenursing dapat juga digunakan dikampus dengan video conference,
pembelajaran on line dan Multimedia Distance Learning
E Kendala Penggunaan Telenursing
Penggunaan telenursing pada negara yang baru memulai pemanfaatannya
tentu mengalami kendala, diantaranya:

8
1. Membutuhkan sumber daya perawat yang memiliki kemampuan lebih
yaitu mampu memahami dan memanfaatkan teknologi, yang pada
umumnya tidak mudah pengadaannya, membutuhkan pendidikan
kekhususan spesialis informasi yang menurut penulis saat ini mungkin
masih kurang peminatnya.
2. Teknologi informasi dan pemanfaatan komputer untuk semua fihak yang
terkait dengan layanan keperawatan akan membutuhkan banyak biaya.
Sedangkan untuk pengadaan sarana teknologi tersebut yang dirasakan
cukup banyak membutuhkan biaya, dimana hal ini sulit diwujudkan oleh
suatu masyarakat yang berada disuatu negara berkembang seperti di
Indonesia.

9
III PEMBAHASAN

Praktik telenursing memperlihatkan banyak kesempatam dalam


meningkatkan akses keperawatan, biaya dan outcomes. Namun peningkatan
penggunaan teknologi dan efek dehumanizing akan mempengaruhi hubungan
nurse/client dan kualitas perawatan. Untuk tetap mempertahankan nursingclient
center, teknologi seharusnya tidak menggantikan perawatan. Tetapi sebagai alat
untuk memperluas dan meningkatkan penerimaan perawatan (ANA, 1996). Praktik
telenursing tidak terlepas dari isu seputar legalitas. Seperti uraian diatas bahwasanya
hubungan perawat klien tidak dapat digantikan dengan teknologi, tetapi pemberian
asuhan keperawatan tanpa sentuhan langsung dari tangan perawat atau menggunakan
komunikasi teleconference, menurut penulis dapat dikatakan sebagai asuhan
keperawatan yang legal. Didalam sistem telenursing, perawat menggunakan
pengetahuan, ketrampilan, pertimbangan dan pemikiran kritis yang yang tidak bisa
dipisahkan dari ilmu keperawatan. Definisi legal ilmu perawatan hampir selalu
meliputi 1) Penggunaan ilmu perawatan pendidikan, 2) Pemikiran kritis, dan 3)
Pengambilan keputusan. Jadi jelas bahwa telenursing merupakan bentuk asuhan
keperawatan yang legal. Praktik telenursing di Australia ataupun Amerika dapat
melintasi antar negara bagian maupun internasional. sehingga membutuhkan regulasi
dan lisensi. dari pemerintah, tentang hukum dan regulasi keperawatan diantara
negara bagian. Dalam memberikan asuhan keperawatan, pembuat kebijakan dan
praktisioner memastikan bahwa sistem di tempat praktik sesuai dengan regulasi
praktik dan praktisioner, kebijakan dan standar demi keamanan, praktik professional
dan etik, kenyamanan, privasi dan konfidensiality. Praktik telenursing umumnya
memiliki keterbatasan data sensori, sehingga keberhasilan tergantung pada
pengkajian dan ketrampilan decision-making perawat.. Dibutuhkan pedoman
protokol dan standar untuk memberikan perawatan secara efektif, efisien dan
konsisten. Di Indonesia berdiri organisasi yang bergerak dalam layanan asuhan
keperawatan di rumah ( Home Care.) Home care di Indonesia belum menggunakan
sistem telenursing, akan tetapi masih bersifat home visit, artinya perawat mendatangi
rumah-rumah pasien untuk dilakukan perawatan secara langsung tidak menggunakan
teknologi canggih. Media yang digunakan masih sebatas penggunaan media telepon
sebagai call center. Asuhan keperawatan model home care sebenarnya bisa dikatakan
sebagai asuhan keperawatan telenursing walaupun sangat sederhana. Setidaknya

10
organisai profesi dapat segera membangun konsep pengembangan pelayanan
keperawatan jarak jauh dengan mengembangkan home care yang sudah mulai
berjalan dengan meningkatkan cakupan layanan ke daerah-daerah dan pada akhirnya
benar-benar bisa mengembangkan pelayanan melalui penggunaan fasilitas teknologi
yang lebih canggih.

11
IV. PENUTUP

A Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan perancangan sistem yang dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan yaitu:
1. Telenursing merupakan alat yang digunakan untuk memberikan asuhan
keperawatan jarak jauh
2. Penggunaan telenursing terbukti bermanfaat baik dalam hal cost, tingkat
kepuasan dan lama hari rawat di rumah sakit
3. Telenursing bisa diterapkan dalam segala tatanan pelayanan keperawatan,
baik di rumah sakit maupun di komunitas.
4. Telenursing bukan untuk bergaya modern namun merupakan suatu kebutuhan
untuk kemajuan keperawatan Indonesia

B Saran
Sudah saatnya perawat Indonesia maju dalam mengikuti kemajuan
teknologi informasi, salah satunya adalah telenursing. Telenursing bisa
diterapkan dalam segala tatanan pelayanan keperawatan, baik di rumah sakit
maupun di komunitas. Para manajer maupun pengelola agar segera melengkapi
dengan segala fasilitas hardware dan software yang mendukung pelaksanaan
telenursing, demi peningkatan kualitas pelayanan keperawatan kepada pasien.
Telenursing bukan untuk bergaya modern namun merupakan suatu kebutuhan
untuk kemajuan keperawatan Indonesia.

12
DAFTAR PUSTAKA

Adapted from WHO.(1999).Portfolio of Innovative Practice in Primary Health Care


Nursing and Midwifery. Copenhagen, WHO, European Office.
Agency for Health Care Research and Quality. (2000). The Characteristics of Long-
Term Care Users. Rockville, M.D: AHRQ
American Nurses Association. (1996). Telehealth-Issues for Nursing. Dalam
http://ana.org/readroom/tele2.htm. Diperoleh tanggal 29 Oktober 2010.
Ball.(2000). A Study of Home Telenursing. Dalam
http://www.nursingworld.org/ojin . Diperoleh tanggal 29 Oktober 2010.
Beebe LH, et all. (2008). Telenursing Intervention Increases Psychiatric Medication
Adherence in Schizophrenia Outpatients. Journal of The American Nurses
Association June/July 2008 vol. 14 no. 3 217-224. Dalam
http://jap.sagepub.com/content/14/3/217.abstract Diperoleh tanggal 30
Oktober 2010.
Bohnenkam, et al. (2002). Telenursing on Patient’s Perspcetive. Dalam
http://www.pubmed.gov. Diperoleh tanggal 29 Oktober 2010.
Ernesater A, Holmstrom & Engstrom, (2009), Telenurses’ experience of working
with computerized decision support : supporting, inhibiting and quality
improving
http://id.search.yahoo.com/search?fr=ffds1&p=Telenurses%E2%80%99+e
xperience+of+working+with+computerized+decision+support+%3A+supp
orting%2C+inhibiting+and+quality+improving Diperoleh tanggal 29 Oktober
2010.
Hardin S. (2001). Telehealth’s Impact on Nursing and Development of the Interstate
Compact. Dalam www.proquest.umi/pqdweb. Diperoleh tanggal 29 Oktober
2010.
Hartford K. (2005). Telenursing and recovery phase from bypass surgery. Dalam
www.ingentaconnect.com. Diperoleh tanggal 29 Oktober 2010.
International Council of Nurses. Code of Ethics for Nurses. Dalam
http://www.icn.ch/about-icn/code-of-ethics-for-nurses/code-of-ethics-
fornurses.html . Diperoleh tanggal 30 Oktober 2010.
Jerant, AF. (2003). A randomized Trial of Telenursing to Reduce Hospitalization for
Heart failure: Patient-Centered Outcomes and Nursing Indicators. Dalam

13
www.hawortpress.com/store/research.asp. Diperoleh tanggal 29 Oktober
2010.
Kawaguchi, T. (2004). Development of a Telenursing System for Patients with
Chronic Conditions. Dalam http://www.japaneseministry.gov. Diperoleh
tanggal 29 Oktober 2010.
National Council. (1997). The National Council of Boards of Nursing Position Paper
on Telenursing: A Challenge to Regulation. Dalam
http://www.en.wikipedia.org.wiki. Diperoleh tanggal 29 Oktober 2010.
The Kaisar Permanente Organization. (2000). Telephone Nursing: Evidence of Client
and Organizational Benefits. Dalam http://www.bmj.com. Diperoleh tanggal
29 Oktober 2010. The National Board of Health and Welfare,1993. Dalam
http://en.wikipedia.org/wiki/National_Board_of_Health_and_Welfare_
(Sweden ). Diperoleh tanggal 30 Oktober 2010.
Thome,M. and Adler. B A. (1999). Telephone Intevention to reduce fatigue and
symptom distress in mothers with difficult infants in the community. Journal
of Advanced Nursing. http://www.lintasarta.net

14

Anda mungkin juga menyukai