DI SUSUN OLEH:
SYAMSIAH MAWAR
NIM 201730153
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan YME, yang telah memberikan
kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “HUKUM PERJANJIAN
INTERNASIONAL” tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman dan para
dosen yang telah membantu dalam pengerjaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini.
Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca
sekalian. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar belakang …………………………………………………………………………. 3
2. Rumusan masalah ……………………………………………………………………. 4
3. Tujuan ………………………………………………………………………………….. 5
4. Manfaat ……………………………………………………………………………….. 5
BAB 2 ISI
A. Pengertian perjanjian internasional …………………………………………………. 6
B. Arti penting perjanjian internasional ………………………………………………. 7
C. Istilah-istilah yang sering digunakan dalam perjanjian internasional ……………. 8
D. Tahap-tahap pembuatan perjanjian internasional ………………………………... 9
E. Hal-hal penting dalam proses pembuatan perjanjian internasional ……………. 10
F. Kapan berlaku dan berakhirnya perjanjian internasional ..........................
12
G. Jenis-jenis perjanjian internasional …………………………………………….… 12
BAB 3 PENUTUP
1. Kesimpulan ……………………………………………………………………….……… 15
2. Saran ……………………………………………………………………………………
15
Daftar pustaka ………………………………………………………………………………. 16
BAB 1
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Kerjasama antarnegara saat ini sudah tidak dapat lagi dihindarkan. Bentuk kehidupan
yang kompleks sangat rentan untuk tejadi perselisihan. Untuk menghindari agar
perselisihan tidak terjadi maka masyarakat internasional harus senantiasa bertumpu pada
norma atau aturan. Aturan tersebut tidak hanya dibuat untuk menghindari perselisihan,
akan tetapi juga untuk menertibkan, mengatur dan memelihara hubungan antarnegara.
Perwujudan kerjasama tersebut dituangkan dalam bentuk perjanjian.
Tidak dapat dinafikan betapa batas-batas teritorial suatu negara nasional kini tidak
lagi menjadi penghalang bagi berbagai aktivitas ekonomi yang semakin pesat. Demikian
pula lahan beroperasinya pekerjaan hukum yang semakin mendunia. Fenomena di atas,
nyata sekali dengan berkembangnya penggunaan istilah yang mengindikasikan
dilampauinya batas-batas tradisional dan teritorial nasional suatu negara, seperti istilah
transnational corporation, transnational capitalist class, transnational practices,
transnational information exchange, the international managerial bourgoisie, trans-state
norms,3 dan lain-lain. Dalam perkembangan kehidupan bersama manusia yang cenderung
semakin tidak mengenal batas negara ini, boleh jadi kesepakatan antar negaranegara
dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang dituangkan dalam bentuk perjanjian
internasional merupakan sumber hukum yang semakin penting. Persoalannya, karena
semakin banyak masalah transnasional yang memerlukan pengaturan yang jangkauannya
hanya mungkin dilakukan dengan instrumen perjanjian internasional. Hal itu disebabkan
perjanjian internasional sudah berhasil menciptakan norma-norma hukum baru yang
diperlukan untuk mengatur hubungan antar negara dan antar masyarakat negara-negara
yang volumenya semakin besar, intensitasnya semakin kuat, dan materinya semakin
kompleks.
Perjanjian Internasional adalah hasil kesepakatan yang dibuat oleh subyek hukum
internasional baik yang berbentuk bilateral, reginal maupun multilateral.
Perjanjian Bilateral adalah perjanjian apabila yang menjadi pihak dua negara,
sedangkan regional adalah perjanjian apabila yang menjadi pihak negara-negara dalam
satu kawasan sedangkan multilaretal adalah perjanjian yang apabila pihaknya lebih dari
dua negara atau hampir seluruh negara di dunia dan tidak terikat dalam satu kawasan
tertentu. Sedangkan menurut Konvensi wina Pasal 2 1969, Perjanjian Internasional (treaty)
didefinisikan sebgai: “Suatu Persetujuan yang dibuat antara negara dalam bentuk tertulis,
dan diatur oleh hukum internasional, apakah dalam instrumen tunggal atau dua atau lebih
instrumen yang berkaitan dan apapun nama yang diberikan padanya.”
Berkenaan dengan hal diatas tersebut, maka setiap bangsa dan Negara yang ikut
dalam suatu perjanjian yang telah mereka lakukan, harus menjunjung tinggi semua dan
seluruh peraturan-peraturan atau ketentuan yang ada di dalamnya. Karena hal tersebut
merupakan asas hukum perjanjian bahwa”Janji itu mengikat para pihak dan harus
dilaksanakan dengan itikad baik”. Asas ini disebut dengan asas pacta sunt servanda.
Apabila yang terjadi adalah sebaliknya, misalnya ada sebagian Negara atau bangsa
yang melanggar dalam arti tidak mentaati aturan-aturan yang telah diputuskan sebelumnya,
maka tidak mustahil bukan kedamaian atau keharmonisan yang tercipta, tetapi barangkali
saling bertentangan diantara Negara-negara yang melakukan perjanjian tersebut.
1. Dapat menjalin kerjasama antara negara kita dan negara lainnya
2. Dapat menaikkan nilai suatu negara di mata negara lain
3. Dapat menaikkan kualitas suatu negara dengan cara melakukan perjanjian
internasional.
Tahap Penjajakan: merupakan tahap awal yang dilakukan oleh kedua pihak yang
berunding mengenai kemungkinan dibuatnya suatu perjanjian internasional.
Tahap Perundingan: merupakan tahap kedua untuk membahas substansi dan
masalah2 teknis yang akan disepakati dalam perjanjian internasional.
Tahap Perumusan Naskah: merupakan tahap merumuskan rancangan suatu
perjanjian internasional.
Tahap Penerimaan: merupakan tahap menerima naskah perjanjian yang telah
dirumuskan dan disepakati oleh para pihak. Dalam perundingan bilateral, kesepakatan
atas naskah awal hasil perundingan dapat disebut “Penerimaan” yang biasanya
dilakukan dengan membubuhkan inisial atau paraf pada naskah perjanjian
internasional oleh ketua delegasi masing-masing. Dalam perundingan multilateral,
proses penerimaan (acceptance/ approval) biasanya merupakan tindakan pengesahan
suatu negara pihak atas perubahan perjanjian internasional.
Tahap Penandatanganan: merupakan tahap akhir dalam perundingan bilateral untuk
melegalisasi suatu naskah perjanjian internasional yang telah disepakati oleh kedua
pihak. Untuk perjanjian multilateral, penandantanganan perjanjian internasional bukan
merupakan pengikatan diri sebagai negara pihak. Keterikatan terhadap perjanjian
Internasional (Menurut Pasal 6 Ayat 1)
Tahap Pengesahan: Pengesahan suatu perjanjian internasional dilakukan
berdasarkan ketetapan yang disepakati oleh para pihak. Perjanjian internasional yang
memerlukan pengesahan akan mulai berlaku setelah terpenuhinya prosedur
pengesahan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Setiap undang-undang
atau keputusan presiden tentang pengesahan perjanjian internasional ditempatkan
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Pengesahan dengan undang-undang
memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Pengesahan dengan keputusan
Presiden selanjutnya diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Pengesahan
perjanjian internasional melalui undang-undang dilakukan berdasarkan materi
perjanjian dan bukan berdasarkan bentuk dan nama (nomenclature) perjanjian.
Klasifikasi menurut materi perjanjian dimaksudkan agar tercipta kepastian hukum dan
keseragaman atas bentuk pengesahan perjanjian internasional dengan undang-
undang. Mekanisme dan prosedur pinjaman dan/atau hibah luar negeri beserta
persetujuannya oleh Dewan Perwakilan Rakyat akan diatur dengan undang-undang
tersendiri. (Menurut Pasal 9).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian perjanjian internasional?
2. Arti penting perjanjian internasional!
3. Istilah-istilah apa sajakah yang digunakan dalam perjanjian internasonal?
4. Bagamanakah tahap-tahap dalam pembutan hubugan internasional?
5. hal-hal penting dalam proses pembuatan perjanjian internasional!
6. Berlaku dan Berakhirnya perjanjian internasional!
7. Jenis-jenis perjanjian internasional!
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa pengertin hubungan internasional;
2. Untuk mengetahui istilah-istilah apa sajakah yang digunakan dalam perjnjian
intrnasonal;
3. Untuk mengetahui bagamanakah tahap-tahap dalam pembutan hubugan
internasional;
4. Untuk mengetahui Bagamanakah tahap-tahap dalam pembutan hubugan
internasional;
5. Untuk mengetahui hal-hal penting dalam proses pembuatan perjanjian
internasional;
6. Untuk mengetahui Berlaku dan Berakhirnya perjanjian internasional; dan
7. Untuk mengetahui Jenis-jenis perjanjian internasional;
D. MANFAAT
1. Memahami secara luas dan mendalam tentang apa pengertin hubungan
internasional;
2. Memahami secara luas dan mendalam tentang istilah-istilah apa sajakah yang
digunakan dalam perjnjian intrnasonal;
3. Memahami secara luas dan mendalam tentang bagamanakah tahap-tahap dalam
pembutan hubugan internasional;
4. Memahami secara luas dan mendalam tentang tahap-tahap dalam pembutan
hubugan internasional;
5. Memahami secara luas dan mendalam tentang hal-hal penting dalam proses
pembuatan perjanjian internasional;
6. Memahami secara luas dan mendalam tentang Berlaku dan Berakhirnya
perjanjian internasional; dan
7. Memahami secara luas dan mendalam tentang Jenis-jenis perjanjian
internasional;
BAB II
PEMBAHASAN
Bila bertitik tolak pada pendapat para ahli mengenai pengertian perjanjian
internasional, kita menemukan keanekaragaman pengertian. Hal ini tentu saja dapat
dimengerti karena para ahli tersebut mendefinisikan perjanjian internasional
berdasarkan sudut pandang masing-masing.
Untuk lebih jelasnya, akan dikemukakan beberapa pendapat dari para ahli
hukum internasional, antara lain :
1. Pengertian yang dikemukakan oleh Mohctar Kusumaatmadja, SH, yaitu
Perjanjian internasional merupakan perjanjian yang diadakan antar
negara/bangsa yang memiliki tujaun untuk dapat menciptakan akibat-akibat
hukum tertentu.
2. Pengertian yang dikemukakan oleh G Schwarzenberger yaitu Perjanjian
internasional merupakan perjanjian/persetujuan antara subjek-subjek hukum
internasional yang menimbulkan kewajiban-kewajiban yang mengikat dalam
hukum internasional.
3. Pengertian yang dikemukakan oleh Oppenheim Lauterpacht yaitu perjanjian
internasional adalah suatu perjanjian antar negara yang menimbulkan hak dan
kewajiban diantara pihak-pihak yang mengadakannya.
4. Definisi dari Konvensi Wina tahun 1969, yaitu Dalam Konvensi Wina 1969
dijelaskan bahwa perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan dua
negara atau lebih untuk mengadakan akibat-akibat hukum tertentu. Artinya,
perjanjian internasional mengatur perjanjian antar negara sebagai subjek hukum
internasional.
Berdasarkan pengertian diatas, terdapat sedikit perbedaan namun pada
prinsipnya mengandung dan memiliki tujuan yang sama.
A. KESIMPULAN
B. SARAN