Anda di halaman 1dari 7

FORMULASI DIET PADA KASUS

HEPATOENCEPHALOPATHY (HE)
A. Etiologi Hepatoencephalopathy
Hepatoencephalophaty adalah suatu kompleks gangguan susunan saraf pusat yang
dijumpai pada pasien yang mengidap gagal hati. Kelainan ini ditandai oleh gangguan memori
dan perubahan kepribadian (Corwin, 2001). Hepatoencepalopathy (Ensefalopati sistem portal,
koma hepatikum) adalah suatu kelainan dimana fungsi otak mengalami kemunduran akibat zat-
zat racun di dalam darah, yang dalam keadaan normal dibuang oleh hati.
Hepatoencepalopathy merupakan sindrom neuropsikiatrik pada penderita penyakit hati
berat. Sindrom ini ditandai oleh kekacauan mental, tremor otot dan flapping tremor yang
dinamakan asteriksis (Price et al., 2006). Sedangkan menurut Blei, 1999 mengatakan
Hepatoencepalopathy adalah suatu sindrom neuropsikiatri, mempunyai spektrum klinik yang
luas, dapat timbul akibat penyakit hati yang berat, baik akut maupun yang menahun ditandai
adanya gangguan tingkah laku, gejala neurologik, astriksis, berbagai derajat gangguan
kesadaran sampai koma, dan kelainan elektro ensefalografi. Bahan-bahan yang diserap
kedalam aliran darah dari usus, akan melewati hati, dimana racun-racunnya dibuang. Namun,
pada Hepatoencepalopathy , yang terjadi adalah:
a. Racun-racun ini tidak dibuang karena fungsi hati terganggu.
b. Telah terbentuk hubungan antara system portal dan sirkulasi umum (sebagai akibat dari
penyakit hati), sehingga racun tidak melewati hati.
c. Pembedahan by pass untuk memperbaiki hipertensi portal (shunt system portal) juga
akan menyebabkan beberapa racun tidak melewati hati.
Karena hal tersebut, akibatnya adalah sampainya racun di otak dan mempengaruhi fungsi
otak. Bahan yang bersifat racun terhadap otak, secara pasti belum diketahui. Tetapi tingginya
kadar hasil pemecahan protein dalam darah, misalnya ammonia dapat memegang peranan
penting dalam mempengaruhi fungsi otak.

B. Tanda Klinis
Spektrum klinis Hepatoencepalopathy sangat luas yang sama sekali asimtomatik
hingga koma hepatik. Simptom yang acap kali dijumpai pada Hepatoencepalopathy klinis
antara lain perubahan personalitas, iritabilitas, apati, disfagia, dan rasa mengantuk disertai
tanda klinis seperti asteriksis, iritabilitas, gelisah, dan kehilangan kesadaran (koma).
Manifestasi klinis ensefalopati hepatik biasanya didahului oleh dekompensasi hati dan adanya
faktor pencetus yang berupa keadaan amoniaagenik seperti makan protein berlebih, perdarahan
gastrointestinal atau program obat sedatif (Butterworth,1996).

Gambar 1. Anjing dengan gejala Head Pressing (Butterworth,1996)


Pada anjing dengan Hepatoencepalopathy menunjukkan beberapa tanda seperti
(Butterworth,1996):
a. Disorientasi/kebingungan
b. Cara berjalan yang tidak stabil / tidak terkoordinasi
c. Kadang-kadang lesu
d. Perubahan perilaku
e. Berliur
f. Head-pressing, anjing menekan kepalanya ke dinding atau obyek lain tanpa alasan
jelas
g. Tidak konsentrasi
h. Stupor / kondisi penurunan kesadaran
Tanda-tanda ini kadang bertambah kadang berkurang, dan lebih parah setelah memakan
makanan yang tinggi protein. Kejang dan koma terjadi ketika Hepatoencepalopathy sudah
semakin parah. Manifestasi ensefalopati hepatik adalah gabungan dari ganguan mental dan
neurologik. Gambaran klinik ensefalopati hepatik sangat bervariasi, tergantung progresivitas
penyakit ini, penyebab, dan ada tidaknya berdasarkan status mental, adanya asteriksis, serta
kelainan EEG (Electro Encephalogram), manifestasi neuropsikiatri pada EH dapat dibagi atas
stadium. Di luar itu terdapat sekelompok pasien yang asimtomatik, tetapi menunjukkan adanya
kelainan pada pemeriksaan EEG dan / atau psikometrik. Contoh uji piskometrik yang populer
ialah NCT (Number Conection Test) (Butterworth,1996).

C. Diagnosis
Sebelum melakukan diagnosis maka yang perlu diketahui juga adalah faktor resiko apa saja
yang dapat menyebabkan hepatoencepalopathy, meliputi sebagai berikut (Englar, 2019):
1. Alkalosis
2. Hypokalemia
3. Obat anestesi dan sedatif
4. Pendarahan gastrointestinal
5. Transfusi darah yang tinggi amonia
6. Infeksi
7. Konstipasi
8. Methionine
Diagnosis hepatoencepalopathy dapat dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal
yaitu (Englar, 2019):
1. Differensial diagnosa
a. Keracunan
b. Infeksi urinary tract —cystic calculi
c. Parasit intestinal
d. Penyakit gastrointestinal primer
e. Hypoglycemia
f. Toxoplasmosis
g. Congenital CNS disease or malformasion—hydrocephalus
h. Acute ethylene glycol toxicity
i. Rabies
j. CNS neoplasia
k. Canine distemper
l. Thiamine deficiency—Wernicke encephalopathy
2. CBC
a. RBC microcytosis
b. Poikilocytosis
c. Leukogram menunjukkan adanya penyakit hati spesifik
3. Biokimia
a. Hypoalbuminemia dengan kegagalan sintesis hati dan gangguan kehilangan
ekstracorporeal albumin.
b. ALT dan ALP tinggi.
c. BUN menjadi rendah akibat disfungsi siklus urea hepatic dan terjadi polyuria serta
polydipsia.
d. Creatinine rendah karena terjadi pengurangan massa otot dan kegagalan sintesis pada
hati.
e. Hypoglycemia, terkhusus pada anjing muda, gagal hati dan dapat terjadi pada akhir
periode sirosis hati.
4. Urinalysis
Pada urinalysis terlihat adanya ammonium biurate crystalluria.

D. Terapi Diet
a. Kebutuhan energi
Energy yang cukup sangat di butuhkan untuk menjaga berat badan dan menghindari
metabolism tubuh untuk mendapatkan energi tingkat kearahan penyakit hati atau liver sangat
memengaruhi terhadap kebutuhan energy anjing. Pasien dengan penyakit hati kronis umumnya
mengalami hypermetabolik. Penyakit liver akut yang mengalami luka umumnya mengalami
peningkatan protein dan kebutuhan energi sebagai hasil dari sintetis jaringan tapi,
kebutuhannya adalah dengan penurunan hypermetabolic kebanyakan anjing dengan
vakularhepatopaty hanya membutuhkan pemberian pemeliharaan energy meskipun terjadi
stress, inflamasi, infeksi atau faktor lain yang meningkatkan kebutuhan energi pemeliharaan.
Tujuannya untuk menyediakan energy yang cukup untuk pemeliharaan berat badan yang ideal
dan protein yang cukup untuk pemeliharaan keseimbangan nitrogen positif. Pemberian kalori
dan protein harus dikontrol. Pemilik anjing harus terlibat dalam mengatur pakan anjingnya
untuk memastikan apabila terjadi perubahan tingkah laku (Blakely dan David, 1991).
b. Kebutuan protein
Kebutuhan protein pada kasus penyakit liver dapat berubah-ubah berdasarkan dengan
tipe dan keparahan dari penyakit liver tersebut. Penyakit liver dapat menyebabkan peningkatan
kerusakan dari protein berdasarkan atau sesuai dengan tingginya pemasukan protein untuk
pemeliharaan keseimbangan nitrogen posistif. Perawatan anjing yang berisiko terkena (HE)
membutuhkan asupan protein yang sangat terbatas tapi perawatan harus dilakukan untuk
memastikan keseimbangan nitrogen positif selalu terjaga. Asupan untuk memastikan protein
dan energi yang memadai dikonsumsi oleh anjing sangat penting (Blakely dan David, 1991).
c. Protein Daging Protein Versus Protein Makanan
Protein yang termasuk kelompok heme (yaitu daging merah, daging organ) umumnya
dianggap lebih encephalogenic daripada protein tumbuhan atau susu. Anjing dengan penyakit
hati diberikan makanan seperti susu. Protein tanaman telah terbukti memiliki konsentrasi
rendah ammonia dalam darah dibandingkan dengan makanan berbasis daging. Kedelai / tahu
telah direkomendasikan untuk anjing dengan penyakit hati dan umumnya dapat ditoleransi
dengan baik. Oleh kebanyakan anjing, protein kedelai memiliki kelebihan, yaitu memiliki
kandungan metionin, asam amino yang rendah. Namun, protein kedelai dapat membentuk
peptida hidrofobik di usus yang mengikat garam empedu yang mencegah reabsorpsi (Blakely
dan David, 1991).
d. Kebutuhan Lemak
Lemak memiliki keunggulan dalam menyediakan kalori non-protein padat energi yang
dapat membantu mempertahankan berat badan terutama pada pasien anoreksia. Lemak juga
sangat baik untuk anjing dalam membantu mendorong asupan makanan. Namun, asupan lemak
tinggi mungkin tidak sesuai untuk semua anjing dengan penyakit hati. Anjing dengan
hepatopati vacuolar sering memiliki masalah mendasar dengan metabolisme lipid, dan
mungkin menghadapi pankreatitis secara bersamaan, penyakit radang usus atau diabetes
mellitus. Beberapa bentuk penyakit hati, yaitu sirosis empedu, oklusi saluran empedu dll,
mempengaruhi produksi atau pengangkutan asam empedu. Anjing dengan jenis penyakit hati
ini bisa berakhir dengan steatorrhea (tinja berlemak) jika asupan lemaknya terlalu tinggi. Jadi,
sementara asupan lemak tinggi memiliki banyak kelebihan dan mungkin cocok untuk banyak
anjing dengan penyakit hati, mungkin tidak tepat dalam semua kasus. Memiliki lemak tinggi,
lemak moderat dan pilihan rendah lemak memungkinkan dokter hewan memilih pilihan terbaik
untuk setiap kasus (Blakely dan David, 1991).
e. Tembaga dan Seng
Beberapa jenis anjing tertentu (yaitu Bedlington Terrier, Terrier Terberat Highland
Barat, pinsil Doberman dan lainnya) secara genetik cenderung untuk penyakit penyimpanan
tembaga, suatu kondisi yang mirip dengan Penyakit Wilson pada manusia. Pada anjing dengan
penyakit ini, tembaga terakumulasi di hati yang menyebabkan kerusakan hati. Karena tembaga
biasanya tersimpan di hati dan karena tembaga berlebih biasanya dikeluarkan dari tubuh
dengan empedu, tembaga sering terakumulasi di hati anjing dengan penyakit hati walaupun
secara teknis tidak memiliki penyakit penyimpanan tembaga. Akumulasi tembaga di hati
merupakan penyakit primer dan mengakibatkan rusaknya jaringan hati (Blakely dan David,
1991).

E. Contoh Pembuatan Pakan Home made dan Analisis Nutrisi


a. Resep bahan Pakan Home made
1) 1 ½ Cup Nasi putih (240 gram )
2) 2/3 cup Tahu (169 gram)
3) Brokoli 200 gram
4) 2 butir Kuning Telur
5) Air matang Secukupnya
b. Cara Pembuatan Pakan Home made
1) Menyiapkan bahan pakan homemade, dan cuci bersih semua bahan pakan homemade.
2) Pisahkan kuning telur dengan putih telur dan tempatkan masing-masing bahan secara
terpisah.
3) Potong brokoli kecil-kecil, masukan kedalam blander beri sedikit air kemudian blander
brokoli sampai halus.
4) Tambahkanlah sedikit garam dan kocok kedua butir kuning telur (yang telah dipisahkan
dengan putih telur sebelumnya).
5) Ambilah nasi putih sebanyak 1 ½ cup, dan haluskan 2/3 cup tahu. Campur jadi satu
semua bahan kedalam mangkuk sampai menjadi satu adonan rata.
6) Masukkan kurang lebih 2 sendok teh penuh adonan tersebut kedalam plastik es ukuran
kecil.
7) Sehingga satu plastik kecil tersebut adalah satu porsi sekali makan untuk anjing.
c. Analisis Nutrisi
1) Kandungan nutrisi nasi putih yaitu kalori 129 kkal, lemak 0,28 gram, protein 2, 66
gram, karbohidrat 27, 9 gram, serat 0,4 gram, gula 0,05 gram, sodium 365 mg, kalium
35 mg.
2) Kandungan nutrisi tahu yaitu kalori 68 kkal, protein 7,8 gram, lemak 4,6 gram,
karbohidrat 1,6 ram, kalsium 124 mg, fosfor 63 mg, zat besi 1 mg, vItamin B1 0,06 mg.
3) Kandungan nutrisi dari brokoli 100 gr yaitu kalori 33 kcal, lemak 0,4 gr, natrium 33
mg, kalium 316 mg, karbohidrat 7 gr, protein 2,8 gr, vitamin A 623 IU, kalsium 47 mg,
vitamin C 89,2 mg, zat besi 0,7 mg, dan magnesium 21 mg.
4) Kandungan nutrisi dari 2 butir kuning telur yaitu kalori 321 kcal, lemak 27 gr, kolesterol
1085 mg, natrium 48 mg, kalium 109 mg, karbohidrat 3,9 gr, protein 16 gr, vitamin A
1442 IU, kalsium 129 mg, zat besi 2,7 mg, dan magnesium 5 mg.

d. Perhitungan Jumlah Kalori


129 kkal + 68 kkal + 33 kkal +321 kkal = 551 kkal
MER = 97 x (BB kg)0,65
MER = 97 x (6 kg)0,65
MER = 97 x 3,20 kg
MER = 310,8 kkal.
DAFTAR PUSTAKA
Blakely, J. and H.B. David. 1991. Ilmu Peternakan. Edisi Keempat. Gajah Mada University
Press, Yogyakarta.
Blei AT. Hepatoencepalopathy. In: Bircher J, Benhamou JP, McIntyre N, et al, eds. Oxford
textbook of hepatology. Oxford, UK: Oxford University Press, 1999:765– 86.
Butterworth RF. The neurobiology of hepatoencepalopathy. Semin Liver Dis 1996;16:235–
44.
Corwin, E. J. (2001). Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Englar, Ryane E. 2019. Common Clinical Presentations in Dogs and Cats. USA: Wiley
Blackwell.
Price, Sylvia Anderson. 1994. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih
Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai