1. Perilaku
Berdasarkan pada dua teori yang telah dijelaskan diatas maka kami
melihat bahwa pengembangan perilaku pada anak-anak kelompok B
dikembangkan melalui pembiasaan, instruksi (perintah), nasihat dan pesan-pesan
moral yang selalu disisipkan sepanjang kegiatan pembelajaran khususnya pada
kegiatan akhir pembelajaran. Beberapa perilaku yang kami dapati ketika observasi
dilakukan meliputi membuang sampah pada tempatnya dan mengantri (tidak
meyerobot antrian). Hal ini menunjukkan bahwa guru berusaha membangun
lingkungan sosial yang memberikan dukungan terhadap pengembangan perilaku
yang ditargerkan. SCT (Social Cognitive Theory) dan model ekologi sosial
merupakan teori yang paling cocok dan dipilih menjadi salah satu dasar dalam
membangun lingkungan yang membantu anak-anak kelompok B TK Aisyiyah II
Makamhaji dalam membangun perilaku target.
b. Bahasa
Menurut pudjaningsih(2013) Ada beberapa metode pengembangan
bahasa yang dapat diterapkan di TK. Metode-metode tersebut antara lain:
(1) bercerita, (2) bercakap-cakap, (3) tanya jawab, (4) bermain peran, (5)
sosiodrama, dan (6) karya wisata. Pengembangan bahasa pada anak-anak
kelompok B TK Aisyiyah II Makamhaji dilakukan sepanjang kegiatan
pembelajaran. Pengembangan bahasa juga dilakukan pada kegiatan inti,
Kegiatan pengembangan bahasa sengaja dirancang melalui kegiatan-
kegiatan dan metode yang telah dipilih. Kegiatan dan metode yang
diterapkan oleh TK Aisyiyah II Makamhaji dalam mengembangkan
kemampuan bahasa anak meliputi: percakapan, tanya-jawab, dan
pemberian instruksi serta metode. Kegiatan yang dilakukan anak pada saat
observasi adalah anak diminta untuk mengerjakkan LKA, guru
mengevaluasi hasil pekerjaan anak diminta untuk maju kedepan dan
diminta untuk menulis kata yang disebutkan oleh guru, setelah itu anak
disuruh untuk melaflkan kata yang ditulis.
c. Sosial Emosional
Perilaku anak memberikan gambaran perubahan selama masa
belajar dan perkembangan yang terjadi dapat mempengaruhi masyarakat
sosiokultural (Gardner & Shaw, 2008). Berkaitan dengan perilaku
sosialemosional pada anak, setiap daerah tempat tinggal anak memiliki
berbagai macam budaya yang diterapkan. Penekanan terjadi pada orang
tua anak yang dapat memberikan perhatian yang lebih untuk
mengembangan perilaku sosialemosial anak. Seperti pendapat yang
dikemukakan dalam penelitian oleh Gardner & Shaw (2008), bahwa
permasalah perilaku anak terjadi karena lingkungan keluarga yang kurang
mendukung anak untuk dapat mengembangkan perilakunya.
Berdasarkan teori diatas peneliti yang telah melakukan observasi di
TK Aisyah II Makamhaji mendapatkan beberapa korelasi yang cukup
akurat, dimana kondisi anak-anak memiliki latar belakang keluarga yang
cukup baik. Sehingga tidak dipungkiri bahwa sebagian anak mendapatkan
stimulus perilaku yang baik. Mulai dari bersama keluarga, guru maupun
teman sebaya, anak telah menunjukkan perilaku yang baik. Seperti ketika
ada seorang anak yang bertengkar, maka sebagai orang ketiga berusaha
untuk melerai dengan memberi pengertian kepada dua anak yang
bertengkar. Pada akhirnya dua anak yang bertengkar tersebut dapat saling
memaafkan.
Kejadian tersebut penulis mencoba mengklarifikasi pada guru
pengampu. Guru pun membenarkan akan kebiasaan saling memaafkan
pada setiap anak yang merasa dirinya membuat kesalahan. Awalnya
memang susah untuk menerapkannya, dengan kebiasaan dan memberikan
informasi pada orang tua untuk lebih memperhatikan setiap perilaku anak,
khususnya diajarkan untuk saling meminta maaf apabila berbuat salah.
Keluarga dianggap sebagai lingkungan yang cocok untuk menerapkan
pembiasaan saling memaafkan, sehingga guru memberikan metode
pembentukkan perilaku dengan bantuan orang tua anak. Metode tersebut
dirasa terbukti memiliki pengaruh yang besar bagi pembentukan perilaku
anak.
d. Seni
Pengembangan seni di Taman Kanak-kanak merupakan salah satu
dari bidang pengembangan kemampuan dasar yang dipersiapakan oleh
guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas anak sesuai dengan
tahap perkembangannya. Ada 7 fungsi fungsi dari pengembangan seni
(Direktorat Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar, 2007: 17),
yaitu:
1. Melatih ketelitian dan kerapian anak
2. Mengembangkan fantasi dan kreativitas anak
3. Melatih motorik halus
4. Memupuk pengamatan, pendengaran dan daya cipta anak
5. Mengembangkan perasaan estetika dan menghargai hasil karya anak
lain
6. Mengembangkan imajinasi anak
7. Mengenalkan cara mengekspresikan diri dengan menggunakan teknik
yang telah dikuasai oleh anak.
Barbosaa, S. C., Coledamb, D.H., Netoa, A.S., Gonc, R., Elias, A.M., &
deOliveiracA.R. (2016). School environment, sedentary behavior and
physical activity in preschool children. Rev Paul Pediatr, 34(3), 301-308)
Beaty, J. J., (2013). Observasi Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana
Prenadamedia.
Glanz, K. (2008). Health Behavior and Health Education: Theory, Research, and
Practice. Jossey-Bass.Inc.
Hunter, R. (2000). Some Thoughts About Sitting Still. Young Children, 55 (3), 50.
Shaw, D.S. & Gardner, F. (2008). Behavioral Problems of Infancy and Preschool
Children (0–5). Rutter’s Child and Adolescent Psychiatry. 978(1).
Staley,L., & Portman,R.A. (2000). Red Rover, Red Rover, It’s Time To Move
Over!. Young Children, 55 (1), 67-72.
Tandon, P.S., Tovar, A., Jayasuriya, A.T., Walker, E., Schober,D.J., Copelend,
K., Dev, D. A., Murriel, A.L., Amso, D., & Ward, D.S. (2016). The
relationship between physical activity and diet and young children's
cognitive development: A systematic review. Preventive Medicine
Reports, 3, 379–390.