PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1
2
kejahatan.
tindak pidana di lain pihak. Hal ini merupakan reaksi dan sikap kritis
delik yang secara hakiki tidak berbeda kualitasnya, dan adanya keinginan
2
Ruslan Saleh, Stelsel Pidana Indonesia, dalam Tongat, 2004, Pidana Seumur Hidup Dalam Sistem
Hukam Pidana Indonesia, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, hal 8.
3
khususnya.
khusus tidak dapat diberlakukan untuk tindak pidana korupsi yang nilainya
3
Barda Nawawi Arif, 2003, Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung: Citra Aditya Bakti, hal 134
4
Tahun 1999.
perbuatan memperkaya kaya diri sendiri atau orang lain, atau koorporasi
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan, hanya dipidana
ternyata antara teori dan realitasnya sangat jauh berbeda, dalam beberapa
kasus korupsi disparitas pidana masih sering terjadi seperti halnya dalam
kasus korupsi yang dilakukan oleh Gayus Tambunan dalam kasus mafia
hukum dan pajak. Gayus di vonis 7 tahun dan membayar denda Rp. 300
juta, serta dikembalikan oleh negara berserta bunga total sebesar Rp. 570
juta. Vonis ini jauh lebih ringan dari tuntutan jaksa, 20 tahun dan uang
Kasus korupsi lainnya adalah kasus yang dialami Urip Tri Gunawan
mantan jaksa yang terlibat dalam kasus suap BLBI. Jaksa Urip terbukti
telah menerima suap dari Artalyta Suryani US$ 660 ribu dan mantan
4
VIVANews Rabu, 19 Januari 2011 14:55: Kenapa Hakim 'Hanya' Vonis Gayus 7 Tahun, dalam
http:// vivanews.com/berita/200177-kenapa-hakim--hanya--vonis-7-tahun-.htm, diunduh Selasa,
18 Oktober 2011 pukul 19:20 WIB
6
kurungan kepada terdakwa Urip Tri Gunawan. Vonis ini lebih berat dari
Dari kasus korupsi di atas, maka ada beberapa hal yang menjadi
adalah kenyakinan setiap hakim tidak ada tolak ukur yang jelas dan selain
itu tidak adanya pola pidanaan yang jelas juga bagi para hakim untuk
besaran denda yang dijatuhkan. Selain itu dari aspek pelindungan hukum
adanya pola pemidanaan yang jelas bagi hakim dalam menjatuhkan vonis
telah dijelaskan dalam 13 buah Pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo.
dirumuskan ke dalam tiga puluh bentuk atau jenis tindak pidana korupsi.
huruf a, 5 ayat (1) huruf b, 5 ayat (2), Pasal 6 ayat (1) huruf a, Pasal 6 ayat
(1) huruf b, Pasal 6 ayat (2), Pasal 7 ayat (1) huruf a, Pasal 7 ayat (1)
huruf b, Pasal 7 ayat (1) huruf c, Pasal 7 ayat (1) huruf d, Pasal 7 ayat (2),
Dengan tiga puluh bentuk atau jenis pidana korupsi maka penulis
Sampai dengan saat ini, pasal tersebut termasuk yang paling banyak
Pidana Korupsi?
Adapun tujuan dan manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini
1) Tujuan Penelitian
pidana korupsi.
2) Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
b. Manfaat Praktis
4. Kerangka Pemikiran
resmi sebuah jabatan negara karena keuntungan status atau uang yang
pribadi.6
pidana yang dapat pula disebut dengan istilah “politik hukum pidana”.
Pengertian kebijakan atau politik hukum pidana dapat dilihat dari politik
hukum.
6
Robert Klitgaard, 1998, Membasmi Korupsi, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, hal 31
7
Sudarto,1981, Hukum dan Hukum Pidana, Bandung: Alumni, hal. 159
11
maka diperlukan aturan yang memiliki sanksi pidana yang dapat membuat
hukum.
8
Sudarto, 1993, Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat, Bandung: Sinar Baru, hal 20
12
juga akan ada ketentuan yang mengatur soal aturan atau pedoman
ini maka antara hakim yang satu dengan hakim yang lain dalam
keserasian, sehingga pidana yang akan dijatuhkannya pun akan sama satu
sama lain.
5. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
b. Metode Pendekatan
c. Lokasi Penelitian
Semarang.
d. Jenis Data
1) Studi kepustakaan
Korupsi Semarang.
6. Sistematika Penulisan
Penulisan sekripsi ini akan disusun dalam format empat bab untuk
Bab pertama akan terdiri sub bab, yaitu Latar belakang masalah,
penelitian ini.
berlandaskan data dan analisis data yang telah diperoleh dari penelitian,