Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mesin Fluida.

Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis
poros menjadi energi potensial atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi
kinetik dan energi potensial) menjadi energi mekanik poros. Dalam hal ini fluida
yang dimaksud berupa cair, gas dan uap. Mesin fluida di dapat dibedakan, mesin
fluida sebagai mesin tenaga di artikan sebagai mesin fluida yang berfungsi
mengubah energi fluida (energi potensial dan energi kinetik) menjadi energi
mekanis poros seperti turbin, kincir air, dan kincir angin. Mesin fluida sebagai
mesin tenaga diartikan mesin yang berfungsi mengubah energi mekanis poros
menjadi energi fluida (energi potensial dan energi kinetik) seperti pompa,
kompresor, kipas (fan). Kemajuan ilmu mekanika fluida dan hidrolika serta
memperhatikan sumber energi air yang cukup banyak tersedia di pedesaan
akhirnya timbullah perencanaan-perencanaan turbin yang divariasikan terhadap
tinggi jatuh (head) dan debit air yang tersedia. Dari itu maka masalah turbin air
menjadi masalah yang menarik dan menjadi objek penelitian untuk mencari
sistim, bentuk dan ukuran yang tepat dalam usaha mendapatkan effisiensi turbin
yang maksimum. Pada uraian berikut akan dijelaskan pengklasifikasian turbin air
berdasarkan beberapa kriteria.

2.1.1 Jenis Turbin Berdasarkan Aliran Air Masuk Runner.

Berdasaran model aliran air masuk runner, maka turbin air dapat dibagi
menjadi tiga tipe yaitu :

1. Turbin Aliran Tangensial


Pada kelompok turbin ini posisi air masuk runner dengan arah
tangensial atau tegak lurus dengan poros runner mengakibatkan runner
berputar, seperti turbin pelton dan turbin cross-flow.

6
Gambar 2.1 Turbin Aliran Tangensial [7]

2. Turbin Aliran Aksial


Pada turbin ini air masuk runner dan keluar runner sejajar dengan poros
runner, turbin kaplan atau propeller adalah salah satu contoh dari tipe
turbin ini.

Gambar 2.2 Model Turbin Aliran Aksial [7]

3. Turbin Aliran Aksial - Radial


Pada turbin ini air masuk ke dalam runner secara radial dan keluar
runner secara aksial sejajar dengan poros. turbin francis adalah
termasuk dari jenis turbin ini.

Gambar 2.3 Model Turbin Aliran Aksial-Radial [7]

7
2.1.2 Berdasarkan Perubahan Momentum Fluida Kerjanya.

Dalam hal ini turbin air dapat dibagi atas dua tipe yaitu :

1. Turbin Impuls.
Semua energi potensial air pada turbin ini dirubah menjadi menjadi
energi kinetis sebelum air masuk/menyentuh sudu-sudu runner oleh
alat pengubah yang disebut nozel. yang termasuk jenis turbin ini
antara lain :turbin pelton dan turbin cross-flow.
2. Turbin Reaksi.
Pada turbin reaksi, seluruh energi potensial dari air dirubah menjadi
energi kinetis pada saat air melewati lengkungan sudu-sudu pengarah,
dengan demikian putaran runner disebabkan oleh perubahan
momentum oleh air. yang termasuk jenis turbin reaksi diantaranya:
turbin francis, turbin kaplan dan turbin propeller.

2.1.3 Berdasarkan Kecepatan Spesifik (ns)

Yang dimaksud dengan kecepatan spesifik dari suatu turbin ialah


kecepatan putaran runner yang dapat dihasilkan daya effektif 1 BHP untuk setiap
tinggi jatuh 1 meter atau dengan rumus dapat ditulis [7] :

ns = n . Ne 1/2 / Hefs5/4

diketahui :

ns = Kecepatan spesifik turbin

n = Kecepatan putaran turbin ( rpm)

Hefs = Tinggi jatuh effektif (m)

Ne = daya turbin effektif (HP).

Setiap turbin air memiliki nilai kecepatan spesifik masing-masing, tabel 1.


menjelaskan batasan kecepatan spesifik untuk beberapa turbin kovensional

8
Tabel 2.1 Kecepatan Spesifik Turbin Konvensional [7]

No Jenis Turbin Kecepatan Spesifik

1. Pelton dan kincir air 10 - 35

2. Francis 60 - 300

3. Cross-Flow 70 - 80

4. Kaplan dan propeller 300 - 1000

2.1.4 Berdasarkan Head dan Debit.

Dalam hal ini pengoperasian turbin air disesuaikan dengan potensi head
dan debit yang ada yaitu :

1. Head yang rendah yaitu dibawah 40 meter tetapi debit air yang besar,
maka turbin kaplan atau propeller cocok digunakan untuk kondisi
seperti ini.
2. Head yang sedang antara 30 sampai 200 meter dan debit relatif cukup,
maka untuk kondisi seperti ini gunakanlah turbin francis atau cross-
flow.
3. Head yang tinggi yakni di atas 200 meter dan debit sedang, maka
gunakanlah turbin impuls jenis Pelton.

Gambar 2.4 Empat Macam Runner Turbin Konvensional [7]

9
2.2 Perkembangan Teknologi Desain Pembangkit Listrik Tenaga
Mikrohidro

Adapun beberapa konsep disain yang menjadi acuan dalam penelitian ini
yang akan di jadikan referensi adalah sebagai berikut :

2.2.1 Perkembangan Pembangkit Listrik Turbin Air Jenis Propeller

Pada tahun tahun 2013 Pribadyo dan Dailami[6] dari program studi teknik
mesin universitas teuku umar telah mengembangkan satu unit turbin propeller
untuk PLTMH head rendah (Qd) = 0,07 m3/s, (H) = 3,5 m. Pada penelitian in
draft tube yang digunakan jenis conical draft tube.Torsi dan daya yang dihasilkan
turbin tidak terhubung langsung ke pembangkit namun di pergunakan sabuk dan
puli sebagai transmisi sehingga akan terjadi loses yang mengakibat turunnya
efifiensi hidrolik dari turbin dimensi utama turbin diameter runner sebesar 0,30
m, diameter hub 0,06 m dengan jumlah sudu 4 buah. Dari pengujian diperoleh
daya maksimum keluaran turbin mencapai 2,53 KW pada putaran turbin 1828 rpm
dengan tegangan 220-240 volt, instalasi seperti gambar 2.5.dibawah, namun hasil
rancangan ini membutuhkan ivestasi yang cukup besar dan tidak portable, head
terlalu tinggi.

Gambar 2.5 Sketsa instalasi uji turbin [6]

Di cimahi jawa barat Cv Cihanjuang Inti Teknik[8] juga telah mengebangkan


turbin jenis turbo propeler produksi turbin tipe propeller tubular biasanya
digunakan untuk membangkitkan listrik dari aliran air yang memiliki perbedaan

10
ketinggian (head) sekitar 14 meter dan mampu membangkitkan listrik sebesar 70
kW

Gambar 2.6 Turbin Jenis Turbo Propeler [8]

Namun jenis tipe turbin jenis turbo proppeler CV Cihanjuang inti teknik sabuk
dan puli sebagai transmisi sehingga akan terjadi loses yang mengakibat turunnya
efifiensi hidrolik dari turbin yang di pelopori oleh Eddy Permadi.

Teknologi pembangkit listrik turbin air propeller juga berkembang di Yuan China
dan Chile dengan tipe 3.0kW dengan tipe kaplan tubular turbine verital shaft in
Chile.

1. Vertikal Tabular Turbine Type

Gambar 2.7 Vertikal Tabular Turbine Type [10]

11
Tabel 2.2 Spesifikasi Vertical Tubular Turbine Type GD-LZ [10]

Main Specifications
Turbine Remarks
Type GD-LZ-12-3KW Vertical Tubular Turbine
Rated Head 11m
Rated Flow 45 l/s
Power 3 kW
Efficiency 60%
Generator Remarks
Type SF3-4 Conforms to the IEC international electrician
committee standard & CE standard
Rated Power 3kW
Rated Voltage 230V
Rated Current 13.04 A
FQCY 50Hz
Rated Rotational 1500r/min
Phase 1
P.F. 0.9

2. Horizontal Tabular Turbine Type

Tabel 2.3 Spesifikasi Utama Horizontal Tubular Turbine Type GD-LZ-12-


3kW [9]

Water Head Flow Output Speed Pipe


(m) (cb.m/s) (w) (rpm) (mm)
4 0.136 3000 1000 250
6 0.151 5000 1500 300
7 0.156 6000 1500 300
9 0.161 8000 1500 300
11 0.165 10000 1500 300

12
Gambar.2.8 Horizontal Tabular Turbine Type [10]

2.3 Perhitungan Karakteristik Utama Dari Turbin Jenis Propeller

Karakteristik utama adalah data utama untuk merancang sebuah turbin


yang digunakan untuk menghitung dimensi utama pada sudu turbin. Pada gambar
(2.9) menujukan sketsa turbin propeller yang menunjukan hal-hal utama yang
dibutuhkan dalam perancangan suatu turbin.

Gambar 2.9 Seketsa Turbin Propeller [11]

13
2.3.1 Menentukan Diameter Luar Sudu Turbin

Menentukan diameter sudu turbin dengan menggunakan persamaan


sebagai berikut:[11]

Hn
De  84,5  (0,79  1,602  n QE ) 
60  n

2.3.2 Menentukan Diameter Dalam Turbin

Menentukan diameter sudu turbin dengan menggunakan persamaan


sebagai berikut: [11]

 0,951 
Di   0, 25    De
 n
 QE 

2.3.3 Kavitasi

Kavitasi adalah fenomena perubahan fasa uap dari zat cair yang sedang
mengalir, karena tekanannya berkurang hingga di bawah tekanan uap jenuhnya,
pada turbin air kavitasi berupa gelembung air yang dapat menyebabkan kerusakan
pada sudu turbin. Pada turbin bagian yang sering mengalami kavitasi adalah
bagian dari tepi sudu sehingga perlu dilakukan perhitungan untuk menghindari
kerusakan sudu turbin pada bagian ujung turbin. Kavitasi dapat dihitung
menggunakan persamaan sebagai berikut:[11]

patm  pv c24
Hs      Hn
 g 2g

Koefisien kavitasi, dihitung dengan pengujian, biasanya diberikan oleh


pembuatan turbin. Namun statistik terkait koefisien kavitasi dengan kecepatan
tertentu. Jadi σ untuk turbin propeller juga dapat didirikan dengan persamaan
berikut:[11]

𝑐42
= 1.5241 x NQE 1,46 x 2 .𝑔 .𝐻𝑛

14
2.4 Perancangan Sudu Turbin

Untuk perancangan sudu, sudu tidak hanya tergantung pada analisis


tegangan, beberapa faktor lainnya juga mempunyai peran penting, yang paling
utama adalah segitiga kecepatan. Selain itu sudu harus menjadi setipis mungkin
untuk meningkatkan karakteristik kavitasi, segitiga kecepatan juga merupakan
faktor penting dalam mendefinisikan bentuk profil dan distorsi sudu.[11]

2.4.1 Segitiga Kecepatan

Segitiga kecepatan, yang terjadi pada sudu mempunyai peran penting


dalam menentukan kelengkungan sudu, dalam Gambar (210) ditunjukkan segitiga
kecepatan

Gambar 2.10 Segitiga kecepatan[11]

Gambar 2.11 Sudut dan gaya-gaya pada profil sudu turbin propeller
[11]

15
Dimana:
U1 = kecepatan tengensial air masuk sudu (m/s)
W1 = kecepatan relatif air masuk sudu (m/s)
C1 = kecepatan mutlak air masuk sudu (m/s)
U2 = kecepatan tengensial air keluar sudu (m/s)
W2 = kecepatan relatif air keluar sudu (m/s)
C2 = kecepatan mutlak air keluar sudu (m/s)
u   n  d
H1  g
c ul 
u
Wu1  Cu1 – u
Wu1  Wu 2
Wu  
2
Q
Wm 
A

W  Wu2  Wm2
Wu
  arccos
W

2.4.2 Langkah-Langkah Menentukan Dimensi Utama Sudu

Untuk pemahaman yang lebih baik, bagian ini membahas prosedur yang
tepat untuk menentukan dimensi utama dari sudu turbin.[11]

Langkah 1:

Koefisien gaya angkat untuk setiap radius dapat ditentukan dengan persamaan
berikut:

 c2  c2 4 
w 2 2  w 2  2  g  (p /   Hs  p min /   s x  3 
a   2xg 
k  w 2

16
Dimana:
Patm = Tekanan atmosfer (m)
Hs = Tinggi hisapan (m)
Pmin = Tekanan minimal air (m)
ηs = Efesiensi energi (m)
c3 = Kecepatan keluaran sudu (m/s)
c4 = Kecepatan keluaran (m/s)
K = Nomor karateristik Profil

Hampir semua nilai dari persamaan (2.18) diketahui baik perhitungan sebelumnya
atau sebagian diasumsikan. Nilai-nilai lain harus diasumsikan tetapi bisa
ditemukan dalam referensi dimana rentang untuk nilai-nilai yang diberikan ini
adalah sebagai berikut[11]:

Pmin = 2 - 2,5
ηs = 0,88 - 0,91
K = 2,6 – 3

Langkah 2:

Ketika koefisien angkat diketahui, rasio l/t dapat ditetapkan sebagai berikut [11]:

l   g  H cm cos  1
   
t w u sin(180     ) a
Dimana:
λ = angle of slip
(180-β∞) inflow angle

Dalam persamaan (2.19), sudut luncur (λ) harus diasumsikan, kisaran untuk
asumsi sudut luncur adalah λ=2,5°÷3°.Dengan menggunakan asumsi ini,
perkiraan nilai rasio l/t dapat dibentuk.

17
Langkah 3:

Pada langkah 3, nilai timbal balik dari perbandingan l/t harus ditetapkan. Melalui
nilai timbal balik, rasio koefisien gaya angkat ζa/ζA dapat dibaca dalam
mengikuti Gambar (2.12). Menggunakan rasio ini maka koefisien ζA dapat
dibentuk

Gambar 2.12 Grafik perbandingan ζa/ζA dengan t/l[11]

Langkah 4:

Grafik pada gambar berikut memberikan informasi tentang hambatan koefisien


ζW dari profil yang berbeda. Berdasarkan grafik maka kita dapat menentukan
profil sudu yang akan dibuat, profil sudu dapat dipilih berdasarkan tingkat
kesulitan dari bentuk sudu tersebut dan berdasarkan dimensi turbin yang
direncanakan.

Gambar 2.13 Grafik perbandingan ζA dengan ζW [11]

18
Setiap kurva diatas merupakan salah satu profil sudu yang tercantum di samping
grafik. Pertama kita harus menentukan profil yang akan digunakan untuk
pembuatan sudu, koefisien drag profil ini dapat ditentukan dengan menggunakan
grafik (2.9).

Langkah 5:

Dengan persamaan berikut, sudut slip dapat dihitung[11]:

λ = arctan ζ W/ ζA

Ini harus diperiksa apakah sudut slip yang diasumsikan dan sudut dihitung
tergelincir serupa atau tidak. Jika perbedaannya terlalu besar, prosedur perhitungan
harus dihitung ulang dengan menggunakan sudut slip yang lain dengan persamaan
(2.18). Langkah 2 sampai 5 harus diulang sampai sudut slip tidak berubah lagi,
sehingga menjadi pertimbangkan untuk memilih profil yang sama pada langkah 4.
Ketika λ sudut adalah tetap, dapat diasumsikan bahwa nilai akhir pada langkah 2
sampai 5 cukup akurat. Dengan demikian rasio l/t dan profil tersebut telah
ditetapkan.

Langkah 6:

Sudut serang (δ) dari profil yang dipilih sekarang dapat dibentuk dengan
menggunakan hasil perhitungan t/l Pada diameter 0.14 m, nilai koefisien lift ζA
begitu tinggi sehingga tidak ditunjukkan dalam gambar (2.9) dan (2.10). Dengan
demikian, perkembangan lebih lanjut dari kurva digrafik ini harus diasumsikan
untuk mendapatkan koefisien drag dan sudut slip.

Gambar 2.15 Grafik untuk menentukan sudut serang[11]

19
Untuk mendapatkan sudut yang akurat dari penyimpangan, sudut serang harus
dikurangkan dari sudut luncur (180-β ∞). Hasil ini dapat dilihat pada grafik di
atas.

2.5 Konstruksi Turbin


2.5.1. Perencanaan Poros

Poros merupakan bagian dari elemen mesin yang berfungsi untuk


mentransmisikan dari penggerak (driver) ke generator. Beban yang diterima poros
adalah beban aksial, berat hub cone dan poros berupa gaya tarik dan gaya
tangensial berupa momen puntir (Mp). Pada poros gaya sentrifugal tidak
diproyeksikan karena besarnya untuk setiap sudu sama dan saling menghilangkan.
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir
semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan utama
transmisi seperti itu dipegang oleh poros. Adapun perencanaan poros adalah
sebagai berikut:[12]

2.5.2. Diameter Poros

Dimensi poros yang diizinkan apabila memiliki tegangan geser izin (τa)
material poros yang dipilih lebih besar dari tegangan geser yang dialami poros
tersebut (τ). Tegangan geser izin dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut [14]:

B
a 
Sf1  Sf 2
τa = Tegangan geser yang diizinkan (kg/mm)2
σb = Kekuatan tarik bahan poros
Sf1 = faktor keamanan dimana standar
Sf2 = faktor koreksi dimana harga Sf2 antara 1,3 -3
Tegangan geser yang dialami oleh momen puntir (Mp) dan
diameter poros (ds)

20
5.1Mp

(ds)3

Jika P adalah daya keluaran turbin, maka berbagai macam faktor


keamanan biasanya dapat diambil dalam perencanaan, sehingga koreksi pertama
dapat diambil kecil. Jika faktor koreksi fc maka daya rencana dihitung dengan
persamaan sebagai berikut [14] :

Pd = fc . P
Dimana:
Pd = daya rencana (kW)
P = Daya Turbin
fc = faktor koreksi = 0,8 – 1,2

Tabel 2.4 Faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan[12]

Daya yang akan ditransmisikan fc


Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 - 2,0
Daya maksimum yang diperlukan 0,8 – 1,2
Daya normal 1,0 – 1,5

Momen Rencana (T)


Momen rencana dihitung dengan persamaan [14] :
Pth
T= 716,2 n

Dimana:
T = momen rencana (kg mm)
Pd = daya rencana (Hp)
N = putaran (rpm)
Diameter poros dapat dihitung dengan persamaan:
1/ 3
 5,1 
ds    K t  Cb  T 
 a 
Dimana:
Ds = Diameter poros (mm)

21
τa = Tegangan geser yang diizinkan (N/mm2)
Kt = faktor koreksi momen puntir
Cb = faktor koreksi beban lentur
T = Torsi rencana (Nmm)
Dimana:
Cb = faktor beban lentur (1.2 s/d 3.0 dan 1.0 tidak mengalami
beban lentur) [14].
K1 = faktor impact atau tumbukan (1,0 bila dikenakan secara halus,
1,0 -1,5 jika sedikit kejutan dan 1,5 -3,0 bila impact besar) [14].

2.5.3. Gaya Yang Dialami Poros

Gaya yang bekerja pada poros terdiri dari gaya akibat putaran sudu gerak
turbin, gaya berat poros, serta gaya tumpuan poros.

1. Berat Poros

Volume poros dapat dihitung dengan persamaan [14]:

π π
Vp =(4 (D1)2 CB ) + (4 (D2)2 AC)

Dengan menggunakan massa jenis dan percepatan grafitasi bumi, didapatkan berat
poros sebesar dengan persamaan[14]:

Wp = Vp . ρ poros .g

2. Berat Sudu

Berat sudu pada perancangan adalah jumlah 3 sudu dikalikan dengan


percepatan grafitasi bumi seperti pada persamaan dibawah:

Wsudu = 4 sudu x msudu x g


Jadi total gaya berat (W) = Wp +Wsudu

22
2.5.4. Pemeriksaan Kekuatan Poros

Tegangan yang mempengaruhi poros adalah tegangan dalam arah normal


tegangan aksial Fd dan momen lentur (Mp) serta tegangan geser.

Fd Fd
 
A (Dp2 )

Setelah didapat gaya poros dilakukan pengujian terhadap tegangan maksimum


hasil pengujian lihat diagram peterson untuk poros bertingkat didapat pada nilai β

2.6 Perancangan Bantalan

Bantalan adalah elemen mesin yang mendukung mesin atau menumpu


poros yang berputar. Bantalan banyak digunakan untuk mesin-mesin berputar
dengan arah axial dan horizontal, bantalan Axial load thrust ball bearing yang
mampu menahan beban aksial.[9]

2.6.1 Axial load thrust ball bearing

Bantalan jenis ini adalah bantalan yang paling bagus untuk menahan beban
arah aksial yang terdiri dari empat bagian utama yaitu: inner ring, outer ring,
bola-bola dan cangkang (cage). Untuk lebih jelasnya bentuk dari bantalan ini
dapat kita lihat pada Gambar (2.13).

Gambar 2.16 Axial load thrust ball bearing[14]

23
P = C1 (XV1 Fr + Y Fa)
Dimana:
Bila inner ring yang berputar ,maka V1 = 1
Bila outer ring yang berputar, maka V1 = 1,2
Umur bantalan (L atau L10) dipengaruhi oleh beban (P), putaran
(n) dan beban dinamik (C)
106 C3
L
60  n  p3
Faktor beban C1 = 1,5 – 3,0

2.7 Draft Tube

Draft tube adalah suatu komponen akhir lintasan air dari pembangkit
listrik tenaga air. draft tube diperlukan untuk membawa air keluar dari runner
turbin menuju saluran bawah/tail-race. Air buangan tersebut akan bertemu
kembali dengan saluran utama draft tube berperan penting untuk merubah energi
kinetik dari aliran fluida menjadi energi potensial sehingga dapat meningkatkan
efisiensi dari turbin air. Oleh karena itu, disain dari sebuah draft tube akan sangat
mempengaruhi performa dari sistem pembangkit listrik tenaga air. Aliran fluida
pada draft tube mempengaruhi unjuk kerja sebuah turbin air. Air sebagai media
kerja turbin dianggap sebagai fluida yang tak kompresibel, yaitu fluida yang
secara virtual massa jenisnya tidak berubah dengan tekanan. Fluida adalah zat
yang berubah secara kontinu (terus-menerus) bila terkena tegangan geser,
betapapun kecilnya tegangan geser tersebut. Rancang bangun draft tube yang
sesuai akan meningkatkan sebagian dari head kecepatan pada saat meninggalkan
turbin tersebut. Hal ini dapat meningkatkan energi dan efisiensi suatu turbin.
Pemilihan dimensi merupakan salah satu cara mengoptimalkan draft tube. Oleh
karena itu diperlukan analisis aliran fluida untuk mendapatkan dimensi draft tube
yang optimal. Pada turbin air aliran fluida diteruskan ke runner, didalam runner
terjadi kehilangan energi hingga minimum, aliran yang sampai pada runer
mempunyai kecepatan rata-tata (Vs) dan energi kinetik (Vs2/ 2g), dimana turbin
akan kehilangan energi. Apabila turbin di posisikan diatas tail race, energi

24
potensial yang terjadi sebanding dengan tingga draft tube (hs). Hal ini akan
berlaku untuk semua turbin reaksi.

Hanschel berkebangsaan Jerman (1837), Leinbulon dan Parker dari USA


(1840) serta Joval berkebangsaan Prancis (1841) mengusulkan tabung silinder
setelah runer turbin reaksi. Pada salah satu ujing di posisikan setelah runner dan
ujung yang lain kearah bawah sebelum tail race seperti terlihat gambar dibawah.
Awalanya lebih dikenal dengan suction head (hs) dari turbin reaksi. Namun pada
tahun 1960 Proft.N.M. Shapov memberi nama draft tube

Gambar 2.17 Draft Tube Proft.N.M [13]

Draft tube turbin yang paling sederhana adalah draft tube yang berbentuk
kerucut, hal ini biasanya dirancang vertikal yang mirip dengan kerucut terpotong
atau lebih dikenal dengan kerucut es krim terbalik. Awalnya turbin dirancang
belum menggunakan draft tube. Agar supaya runner dapat bekerja. Draft tube
umumnya dibuat ditempat pipa keluar atau dibagian muka saluran pembuangan.
Dimana fungsi draft tube pada turbin reaksi adalah untuk memanfaatkan tinggi
terjun antara rotor dan muka air secara efisien, dan juga untuk mendapatkan
kembali dan memanfaatkan energi kinetik air yang keluar. Efisiensi turbin reaksi
secara signifikan dipengaruhi oleh kinerja draft tube -nya. Efesiensi turbin reaksi
jika tanpa draft ube berkisar pada 94% sampai 95% sementara peningkatan terjadi
jika turbin menggunakan draft tube yaitu menjadi 96,5% sampai 99%.

25
Gambar 2.18 Tipe Losses pada Turbin Reaksi (a) Efesiensi-Beban
[13]

Pada dasarnya draft tube Terdiri Atas 3 Berdasarkan Sumbu vertikal poros
runner Yaitu straight conical draft tube, bell mouth draft tube dan curve (elbow)
draft tube.

2.7.1 Straight Conical Draft Tube

Draft tube pertama dikembangkan sekitar tahun 1840 dan memilki bentuk
silinder untuk menempatkan turbin diatas tailrace tanpa mengurangi head.
Kemudian straight conical diffuser diusulkan yang juga dapat meningkatkan
efisiensi semaksimal mungkin pada turbin yang memiliki head rendah. straight
conical draft tube dibatasi pada diameter runner yang kecil sampai menengah
(sampai 2,5 m) karena mempertimbangkan biaya yang besar dari konstruksi
difuser vertikal panjang.

Gambar 2.19 Straight Conical Draft tube [13]

26
Straight conical draft tube terdiri atas tiga bagian yaitu bagian awal
dimulai dari poros runner blade, cone proper, dan ruangan exhaust . Straight
conical draft tube memiliki perbedaan diameter masukan lebih kecil dari diameter
luaran. Pada diameter masukan, terdapat sambungan dengan ruangan emapat
berputarnya runer yang memiliki penaruh yang besar tehadap efesiensi dari draft
tube.

2.7.2 bell mouth draft tube

Pada tahun 1920, bell mouth draft tube atau bend conical Draft tube
dikembangan di Amerika Seriakt. Bell mouth draft tube merupakan tabung lurus
yang sesumbu dengan runner namun berbeda dengan straight conical draft tube.
Bell mouth draft tube tidak berbentuk linera pada dinding penghubung penampang
masukan dan keluaran. draft tube bell mouth lebih cenderung berbentuk terompet
dengan suar yang tajam pada penampang keluarannya. Draft tube bell mouth
terbuat dari metal atau beton kuat untuk diameter turbin yang besar.

Gambar 2.20 Bell Mouth Draft Tube[13]

2.7.3 Curved Draft Tube

Curved draft tube merupakan tipe dasar yang digunakan pada kapasitas
turbin menengah sampai sangat besar. Kaplan merupakan orang yang
mengembangkan elbow draft tube untuk diameter runner yang sangat besar
sehingga mencapai 10 meter. Kekurangan utama dari curve draft tube adalah
performanya sedikit berkurang dari pada straight-conical draft tube khususnya
pada condisi operasi yang tidak optimum. Gambar merupakan ilustrasi bentuk

27
dari draft tube. Benuk dan dimensi dari draft tube tersebut bergantung pada tipe
dan ukuran turbin.

Gambar 2.21 Curved Draft Tube [15]

Curve draf tube memiliki tiga bagian, yaitu initial cone, elbow, dan
diffuser akhir. Initial cone merupakan tabung lurus yang mengubungkan ruang
turbin dengan elbow tube tersebut. Pada elbow, aliran air di belokan dari arah
vertical menjadi arah horizontal. Aliran air dikembalikan ke tail race oleh diffuser
akhir setalah melewati elbow. Terutama, pada head rendah dan laju aliran yang
cukup tinggi adalah kerugian draft tube cukup besar (hingga 50%), seperti
terlihat pada Gambar dibawah

Gambar 2.22 Longitudinal Cross-Section Of Hydraulic Power Plant[15]

Tujuan utamanya adalah untuk memulihkan beberapa energi kinetik


(kecepatan) meninggalkan runner menjadi energi tekanan, apabila tanpa draft tube
akanterjadi kerugian yang sangat signifikan . Oleh karena itu, bentuk utama dari
draft tube pada dasarnya adalah diffuser. Selain itu, memungkinkan untuk

28
menempatkan turbin di atas saluran pembuang tanpa kehilangan head, dan untuk
mengarahkan aliran ke dalam saluran buang .

2.8 Dasar - Dasar Perancangan Draft Tube

Asabernoulli yang terlihat pada gambar dibawah yaitu pada kondisi 1 dan kondisi
2 [15].

𝑝1 𝛼1 𝑉12 𝑝2 𝛼2 𝑉22
+ 𝑧1 + = − 𝑧2 + + ℎ𝑓
𝜌𝑔 2𝑔 𝜌𝑔 2𝑔
P = Tekanan Absolute
z = Ketinggian
α = Faktor koresi energi kinetic
v = Kecepatan
hf = losses hidrolik pada draft tube

Tekanan absolut p apada daerah 2 dapat ditunjukkan pada persamaan dengan patm
merupakan tekanan atmosfir. Asumsi bahwa turbin diinstalasi pada ketinggian Hs
yang diperkirakan sama dengan z1, Pers. [1] menjadi[15] :

p1 patm α1 V21 α2 V22


= − (Hs + ( − − hf )).
ρg ρg 2g 2g

Sebuah interprestasi dari persamaan 2 menyatakan bahwa draft tube dapat


mengembalikan daerah yang bertekanan rendah di bawah runner dimanfaat
kembali oleh turbin. Tekanan rendah tersebut terdiri atas dua kondisi, yaitu
tekakan jatuh statik (Hs) dan tekanan jatuh dinamik (persamaan 2). Nilai tekanan
jatuh dinamik sangat bergantung pada debit dari fluida yang masuk ke daft tube.
Berbeda dengan tekanan jauh dinamik, nilai jatuh statik selalu bernialai konstan
yang meruppakan jarak antara instalasi turbin terhadap tail race.

29
Gambar 2.23 Prinsip Hidrolik Dari Draft Tube (a) dengan (b) Tanpa[13]

Efesiensi dari draft tube (diffuser) pada umumnya digambarkan pada empat
performa matrik. Matrik tersebut adalah tekanan pulih (Cp), tekanan pemulihan
ieal (Cpi), efisiensi draft tube (cp) dan factor losses Matrik tersebut digambarkan
pada persmaan [13],

p2 − p1
Cp = α1 V1
ρ 2

α2 V2 2 α2 A1 2
Cpi = 1 − ( ) = 1 − ( )
α1 V1 α1 A2
Cp
Ccp =
Cpi
𝛼 A 2
𝐶𝑃𝑖 − 𝐶𝑝 = 1 − 𝐶𝑃 − 𝛼2 (A1 )
1 2

dengan A adalah luas penampang masuk dan keluar. Efesiensi dari draft tube
sangat beragantung apada nilai tekanan pulih. Perangcangan draft tube harus
memperhatikan panjang dari draft tube (L) dan sudut ekspansi dari draft tube.
Semakin besar sudut ekspansi draft tube maka semakin kecil tekanan pulih akan
terjadi (𝐶𝑃 ) maka efisiensi draft tube semakin kecil dan apabila terlalu kecil sudut
ekspansi dari draft tube maka semakin tinggi losses antara dinding draft tube
dengan laju aliran (hf) yang akan berpengaruh terhadap efisiensi draft tube.
Sementara, pengaruh panjang pada draft tube juga akan mempegaruhi biaya
manufaktur komponen tersebut. Ekspansi dan panjang dari draft tube akan

30
memerlukan material yang cukup banyak yang akan berpengaruh terhadap biaya
tersebut. Gambar memperlihatkan terdapat nilai 𝐶P∗ dan 𝐶P∗∗ yang diperoleh dari
data Corkrell dan Markland (1963) yang dipresentasikan dalam grafik oleh Sovran
dan Klomp (1965) [13]
. Nilai 𝐶P∗ merupakan nilai tekanan pulih maksimum untuk
mendapatkan nilai L/D dan nilai 𝐶P∗∗ merupakan nilai tekanan pulih maksimum
untuk mendapatkan nilai AR (Rasio Area) masukan dan keluaran dari draft tube.

Gambar 2.24 Grafik Performa Conical Diffuser[13]

31

Anda mungkin juga menyukai