Anda di halaman 1dari 28

Pokok Bahasan : Gizi seimbang pada Bayi dan Balita

Sub Pokok Bahasan : Pentingnya pemenuhann Gizi Pada Bayi dan Balita

Sasaran : Ibu, Bayi, dan Balita

Waktu : 20 menit

Tempat : Puskesmas Sei Pancur

A. TUJUAN PENYULUHAN/KEGIATAN

1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti Penyuluhan ini, Ibu diharapkan dapat mengerti dan


memahami pentingnya Gizi pada Balita.

2. Tujuan Khusus

a. Setelah mengikuti penyuluhan ini, Ibu diharapkan dapat mengerti


dan memenuhi kebutuhan Gizi Pada Balita .

b. Mengetahui Menu Makanan Pada Balita

c. Mengetahui Faktor yang mempengaruhi status Gizi Balita

d. Mengetahui masalah -masalah yang mempengaruhi Gizi Balita

B. MATERI PENYULUHAN

Terlampir
C. PROSES PENYULUHAN

KEGIATAN
No Tahapan Waktu
Penyuluhan Peserta

1 Pembukaan Mengucapkan salam Menjawab 5 menit


salam
Memperkenalkan diri
Mendengarkan
Menyebutkan topik

2 Penyajian Menjelaskan tentang Mendengarkan 10


materi pemenuhan Gizi pada dan
menit
penyuluhan Bayi dan Balita. memperhatikan
penyuluhan.
Menjelaskan Menu
Makanan pada Bayi dan Mendengarkan
Balita. penyuluhan.

Menjelaskan Faktor yang


mempengaruhi status
Menanyakan
Gizi Bayi dan Balita
hal-hal yang
Memberi pertanyaan kurang jelas.
pada peserta secara lisan.

Menjawab
pertanyaan
3 Penutup Merangkum materi Menjawab 5 menit
penyuluhan salam

Mengucapkan salam
penutup

D. METODE

Ceramah

Tanya Jawab

E. ALAT/MEDIA

Leaflet
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsumsi gizi yang baik dan cukup sering kali tidak bisa dipenuhi
oleh seorang anak karena factor eksternal maupun internal. Faktor eksternal
menyangkut keterbatasaan ekonomi keluarga sehingga uang yang tersedia
tidak cukup untuk membeli makanan. Sedangkan faktor internal adalah
factor yang terdapat di dalam diri anak yang secara psikologis muncul
sebagai problema makan pada anak.

Anak balita memang sudah bisa makan apa saja seperti halnya
orang dewasa. Tetapi mereka pun bisa menolak bila makanan yang
disajikan tidak memenuhi selera mereka. Oleh karena itu, sebagai orang tua
kita harus berlaku demokratis untuk sekali-kali menghidangkan makanan
yang memang menjadi kegemaran si anak.

Intake gizi yang baik berperan penting di dalam mencapai


pertumbuhan badan yang optimal. Dan pertumbuhan badan yang optimal
ini mencakup pula pertumbuhan otak yang sangat menentukan kecerdasan
seseorang.

Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat adalah


kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak
pada masa pertumbuhan. Ibu biasanya justru membelikan makanan yang
enak kepada anaknya tanpa tahu apakah makanan tersebut mengandung
gizi-gizi yang cukup atau tidak, dan tidak mengimbanginya dengan
makanan sehat yang mengandung banyak gizi.
B. Tujuan

Adapun tujuan dibuatnya penulisan ini yaitu :

1. Untuk mengenal lebih jelas tentang pemenuhan kebutuhan gizi


pada balita

2. Menu makanan ideal untuk balita

3. Faktor yang mempengaruhi status nutrisi balita

4. Mendidik kebiasaan makanan yang baik, mencakup penjadwalan


makan, belajar menyukai, memilih dan menentukan jenis
makanan yang bermutu

5. Masalah-masalah yang mempengaruhi gizi balita


BAB II

MATERI

A. Pemenuhan Gizi pada Balita

1. Mengenal Balita

Secara harfiah, balita (anak bawah lima tahun) adalah anak usia
kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga
termasuk dalam golongan ini. Namun, karena faal (kerja alat tubuh
semestinya) bayi usia dibawah satu tahun berbeda dangan anak usia
diatas satu tahun, banyak ilmuwan yang membedakannya.
Utamanya, makanan bayi berbentuk cair, yaitu air susu Ibu (ASI),
sedangkan umumnya anak usia lebih dari satu than mulai menerima
makanan padat seperti orang dewasa.

Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau
selepas menyusu sampai dengan pra sekolah. Sesuai dengan
pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasan, faal tubuhnya
juga mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara
pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya. Menurut
Persagi (1992), berdasarkan karakteristiknya balita usia 1-5 tahun
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari 1 tahun
sampai tiga tahun yang dikenal dengan “batita” dan anak usia lebih
dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia
“prasekolah”.
2. Karakteristik Balita

Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak


menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya.
Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak balita diperkenalkan
dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita
lebih besar dari masa usia pra sekolah sehingga diperlukan jumlah
makanan yang relati lebih besar. Namun, perut yang masih lebih
kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya
dalam sekali makan lebih kecil daripada anak yang usiany lebih
besar. Karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil
dengan frekwensi sering.

3. Karakteristik Usia Prasekolah

Pada usia prasekolah, anak menjadi konsumen aktif yaitu


mereka sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Masa ini
juga sering dikenal sebagai “masa keras kepala” akibat pergaulan
dengan lingkungan terutama dengan anak-anak yang lebi besar,
anak mulai senang jajan. Jika hal ini dibiarkan, jajanan yang dipilih
dapat mengurangi asupan zat gizi yang diperlukan bagi tubuhnya
sehingga anak kurang gizi.

Perilaku makan sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologis,


kesehatan, dan social anak. Oleh karena itu, keadaan lingkungan
dan sikap keluarga merupakan hal yang sangat penting dalam
pemberian makan pada anak agar tidak cemas dan khawatir
terhadap makanannya. Seperti pada orang dewasa, suasana yang
menyenangkan dapat membangkitkan selera makan anak.
4. Peran Makanan Bagi Bayi dan Balita

a. Makanan Sebagai Sumber Zat Gizi

Di dalam makanan terdapat 6 jenis zat gizi, yaitu


karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Zat gizi
ini diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat pembangun,
dan zat pengatur.

1) Zat Tenaga

Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi


adalah karbohidrat, lemak dan protein. Bagi balita,
tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta
pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu,
kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relative lebih
besar daripada orang dewasa.

2) Zat Pembangun

Protein sebagai zat pembangun bukan hanya


untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan organ-
organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan
yang aus atau rusak.

3) Zat Pengatur

Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan


jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan seperti
yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan sebagai
zat pengatur.

a) Vitamin, baik yang larut dalam air (vitamin B


kompleks dan vitamin C) maupun yang larut
dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K)
b) Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi,
iodium, dan flour

c) Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-


sel tubuh

5. Kebutuhan Gizi Bayi dan Balita

Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang


diperkirakan cukup memelihara kesehatan pada umumnya.
Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis
kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan
zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga
diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau
dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan
Kartu Menuju Sehat (KMS)

a. Kebutuhan Energi

Kebutuhan energi bayi dan balita relative besar


dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada usia
tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat.
Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan
bertambahnya usia.

b. Kebutuhan Zat Pembangun

Secara fisiologis, balita sedang dalam masa


pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif lebih besar
daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan
dengan bayi yang usianya kurang dari 1 tahun,
kebutuhannya relatif lebih kecil.
c. Kebutuhan Zat Pengatur

Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari


berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia.

6. Beberapa Hal yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi

Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab


terjadinya gangguan gizi, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi, khususnya
gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima tahun
(balita) adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh
dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka.

Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong


terjadinya gangguan gizi terutama pada anak balita, antara lain
sebagai berikut :

a. Ketidaktahuan Akan Hubungan Makanan dan


Kesehatan

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering


terlihat keluarga yang sungguh pun berpenghasilan
cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya
saja. Dengan demikian, kejadian gangguan gizi tidak
hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan
kurang akan tetapi juga pada keluarga yang
berpenghasilan relatif cukup. Keadaan ini menunjukkan
bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi
kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya mutu gizi
makanan keluarga, khususnya makanan anak balita.
Menurut dr.Soegeng Santoso, M.pd,1999, masalah
gizi karena kurang pengetahuan dan keterampilan
dibidang memasak menurunkan konsumsi anak,
keragaman bahan dan keragaman jenis masakan yang
mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan.

b. Prasangka Buruk Terhadap Bahan Makanan Tertentu

Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai


gizi tinggi tetapi tidak digunakan atau hanya digunakan
secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik
terhadap bahan makanan itu.

Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapat


menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran seperti
genjer, daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A
dan protein dibeberapa daerah masih dianggap sebagai
makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.

c. Adanya Kebiasaan atau Pantangan yang Merugikan

Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan


pantang makanan tertentu masih sering kita jumpai
terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap
anak untuk makan telur, ikan, atapun daging hanya
berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya dan
hanya diwariskan secara turun temurun, padahal
anak itu sendiri sangat membutuhkan bahan
makanan seperti itu guna keperluan pertumbuhan
tubuhnya.
d. Kesukaan yang Berlebihan Terhadap Jenis
Makanan Tertentu

Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu


jenis makanan tertentu atau disebut sebagai
“faddisme makanan” akan mengakibatkan tubuh
tidak memperoleh semua zat gizi yang
diperlukan.

e. Jarak Kelahiran yang Terlalu Rapat

Banyak hasil penelitian membuktikan


bahwa banyak anak yang menderita gangguan
gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau
adiknya yang baru telah lahir, sehingga ibunya
tidak dapat merawatnya secara baik.

Anak yang dibawah usia 2 tahun masih


sangat memerlukan perawatan ibunya, baik
perawatan makanan maupun perawatan kesehatan
dan kasih saying, jika dalam masa 2 tahun itu ibu
sudah hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu
terhadap anak akan menjadi berkurang. Akan
tetapi air susu Ibu (ASI) yang masih sangat
dibutuhkan anak akan berhenti keluar.
f. Sosial Ekonomi

Keterbatasan penghasilan keluarga turut


menentukan mutu makanan yang disajikan. Tidak
dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan
turut menentukan hidangan yang disajikan untuk
keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun
kuantitas makanan.

g. Penyakit Infeksi

Infeksi dapat menyebabkan anak tidak


merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit ini
juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori
yang seharusnnya dipakai untuk pertumbuhan.
Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan
makanan.

Penyakit-penyakit umum yang


memperburuk keadaan gizi adalah : diare, infeksi
saluran pernafasaan atas, tuberculosis, campak,
batuk rejan, malaria kronis,cacingan (dr.Harsono,
1999).

7. Akibat Gizi yang Tidak Seimbang

a. Kekurangan Energi dan Protein (KEP)

Berikut ini merupakan sebab-sebab kurangnya asupan energi dan


protein :

1. Makanan yang tersedia kurang mengandung energi

2. Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan


3. Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga
penyerapan sari makanan dalam usus terganggu

4. Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena


penyakit infeksi yang tidak diimbangi dangan asupan
yang memadai. Kurangnya energy dan protein
mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan balita
terganggu. Gangguan asupan gizi yang bersifat akut
menyebabkan anak kurus kering yang disebut dengan
“wasting”, yaitu berat badan anak tidak sebanding
dengan tinggi badan anak. Jika kekurangan ini bersifat
menahun (kronik), artinya sedikit demi sedikit tetapi
dalam jangka waktu yang lama maka akan terjadi
keadaan stunting (anak menjadi pendek dan tinggi
badan tidak sesuai dengan usianya walaupun secara
sekilas anak tidak kurus).

Berdasarkan penampilan yang ditunjukkan, KEP


akut derajat berat dapat dibedakan menjadi 3 bentuk,
yaitu :

1. Marasmus

Pada kasus marasmus, anak terlihat kurus


kering sehingga wajahnya seperti orang tua.
Bentuk ini dikarenakan kekurangan energi yang
dominan.

2. Kwashiorkor

Anak terlihat gemuk semua akibat oedema,


yaitu penumpukan cairan di sela-sela sel dalam
jaringan. Walaupun terlihat gemuk, tetapi otot-
otot tubuhnya mengalami pengurusan (wasting).
Oedema dikarenakan kekurangan asupan protein
secara akut (mendadak), misalnya karena
penyakit infeksi padahal cadangan protein dalam
tubuh sudah habis.

3. Marasmik-Kwashiorkor

Bentuk ini merupakan kombinasi antara


marasmus dan kwashiorkor. Kejadian ini
dikarenakan kebutuhan energy dan protein
yang meningkat tidak dapat terpenuhi dari
asupannya.

b. Obesitas

Timbulnya obesitas dipengaruhi berbagai faktor,


diantaranya faktor keturunan dan lingkungan. Tentu saja,
faktor utama adalah asupan energy yang tidak sesuai dengan
penggunaan. Menurut Aven-Hen (1992), Obesitas sering
ditemui pada anak-anak sebagai berikut

a) Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol


b) Bayi yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan
padat
c) Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi
d) Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula
jika ia berbuat sesuai keinginan orang tua
e) Anak yang malas untuk beraktivitas fisik.
8. Penyebab Balita Kurang Nafsu Makan

a. Faktor penyakit organis


b. Faktor gangguan psikologi

Anak akan kehilangan nafsu makan karena hal-hal


sebagai berikut :

1. Air susu Ibu yang diberikan terlalu sedikit


sehingga bayi menjadi frustasi dan
menangis
2. Anak terlalu dipaksa untuk menghabiskan
makanan dalam jumlah/takaran tertenu
sehingga anak menjadi tertekan
3. Makanan yang disajikan tidak sesuai
dengan yang diinginkan/membosankan
4. Susu formula yang diberikan tidak disukai
anak atau ukuran/dosis yang diberikan
tidak sesuai sehingga susu yang diberikan
tidak dihabiskan
5. Suasana makan tidak menyenangkan anak
tidak pernah makan bersama kedua orang
tuanya

B. Faktor pengaturan makanan yang kurang baik

Berikut ini beberapa upaya untuk mengatasi anak suli makan (faktor
organis, faktor psikologi, atau faktor pengaturan makanan)

1. Jika penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan adalah dengan


penyembuhan penyakitnya melalui dokter
2. Jika penyebabnya faktor psikologis, berikut beberapa hal yang dapat
dilakukan
a) Makanan dibuat dengan resep masakan yang mudah dan praktis
sehingga dapat menggugah selera makan anak dan disajikan
semenarik mungkin

b) Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan,orang tua


harus sabar saat memberi makan anak

c) Upayakan suasana makan menyenangkan, sebaiknya waktu


makan disesuaikan dengan waktu makan keluarga karena anak
punya semangat untuk menghabiskan makanannya dengan
bersama keluarga (orang tua)

d) Pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap suatu jenis


makanan sebaiknya dihindari dan ditanamkan pada anak memilih
bahan/jenis makanan yang baik

3. Jika penyebabnya adalah faktor pengaturan makanan dapat dilakukan


beberapa hal berikut ini :
a. Diusahakan waktu makan teratur dan makanan diberikan pada saat
anak benar-benar lapar dan haus
b. Makanan selingan dapat diberikan asalkan makanann tersebut tidak
membuat anak menjadi kenyang agar anak tetap memakan nasi
c. Untuk membeli makanan jajanan sebagai makanan selingan,
sebaiknya didampingi orang tuanya sehingga anak dapat memilih
makanan jajan yang baik dari segi kandungan gizi maupun
kebersihannya
d. Kuantitas dan kualitas makanan diberikan harus disesuaikan dengan
kebutuhan/kecukupan gizinya sehingga anak tidak menderita gizi
kurang atau gizi lebih
e. Bentuk dan jenis makanan yang diberikan harus disesuaikan dengan
tahap pertumbuhan dan perkembangan anak
C. Menu Makanan Bayi dan Balita

Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhab fisik


dan kecerdasan anak. Oleh karenanya, pola makanan yang baik dan
teratur perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan pengenalan
jam-jam makan dan variasi makanan.

Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak


mendapatkan asupan gizi yang diperlukannya secara utuh dalam satu
hari. Waktu-waktu yang disarankan adalah :

1. Pagi hari waktu sarapan


2. Pukul 10.00 sebagai selingan, tambahkan susu
3. Pukul 12.00 waktu makan siang
4. Pukul 16.00 sebagai selingan
5. Pukul 18.00 waktu makan malam
6. Sebelum tidur malam tambahkan susu
7. Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi

Contoh menu bayi 6-9 bulan :

Waktu:
1. 06.00 ASI
2. 08.00 Bubur susu
3. 10.00 ASI
4. 12.00 Bubur saring + telur rebus
5. 14.00 ASI
6. 16.00 Sari jeruk/pisang dihaluskan
7. 18.00 ASI
Contoh menu bayi 9-12 bulan :

Waktu:

1. 06.00 ASI
2. 08.00 Nasi tim campur
3. 10.00 ASI
4. 12.00 Nasi tim ayam+sup
5. 14.00 ASI
6. 18.00 Nasi tim campur
7. 21.00 ASI

Contoh Pola Jadwal Pemberian Makanan Menjelang Anak Usia 1 tahun

Jadwal makanan ini fleksibel (dapat bergeser, tetapi jangan terlalu jauh)

1. Pukul 06.00 : Susu


2. Pukul 08.00 : Bubur saring/Nasi tim
3. Pukul 10.00 : Susu/Makanan selingan
4. Pukul 12.00 : Bubur saring/Nasi tim
5. Pukul 14.00 : Susu
6. Pukul 16.00 : Makanan selingan
7. Pukul 18.00 : Bubur saring/Nasi tim
8. Pukul 20.00 : Susu

Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk


pertumbuhan sel otak sehingga dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk
ini makanan peril diperhatikan keseimbangan gizinya sejak janin
melalui makanan ibu hamil. Petumbuhan sel otak akan berhenti pada
usia 3-4 tahun.

Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam,


menggunakan makanan yang telah dikenalkan sejak bayi usia enam
bulan yang telah diterima oleh bayi, dan dikembangkan lagi dengan
bahan makanan sesuai makanan keluarga.

Makanan selingan tidak kalah pentingnya diberikan pada jam


diantara makan pokoknya. Makanan selingan dapat membantu jika anak
tidak cukup menerima porsi makan karena anak susah makan, namun
pemberian yang berlebihan pada makanan selingan tidak baik karena
akan mengganggu nafsu makannya.

Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat


gizi lengkap yaitu sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral,
seperti tahu isi daging, sayuran, roti isi yogurt, ayam, pizza, dan lain-
lain.

Fungsi Makanan Selingan adalah :

1. Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat


dalam bahan makanan selingan

2. Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan


utamanya (pagi, siang dan malam)

3. Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada


usia balita

Makanan selingan yang baik dibuat sendiri dirumah sehingga


sangat hygienis dibandingkan jika dibeli diluar rumah.

Bila terpaksa membeli, sebaiknya dipilih tempat yang bersih dan


dipilih yang lengkap gizi, jangan hanya sumber karbohidrat saja seperti
hanya mengandung gula saja. Makanan ini jika diberikan terus menerus
sangan berbahaya jika sejak kecil hanya senang yang manis-manis saja
maka kebiasaan ini akan dibawa sampai dewasa dan resiko mendapat
kegemukan menjadi meningkat. Kegemukan merupakan faktor resiko
pada usia yang relatif mudah dapat terserang penyakit tertentu.

D. Menu Untuk Balita yang Sedang Sakit

Penyakit balita secara umum biasanya adalah gejala


panas, diare, batuk, muntah. Tindakan terbaik adalah
berkonsultasi ke dokter supaya lekas ditangani dengan obat yang
tepat, sehingga cepat sembuh. Untuk mempercepat kesembuhan
balita, bisa diimbangi dengan pengaturan makanannya.

1. Untuk balita dengan panas tinggi

Penderita penyakit yang disertai panas tinggi kebutuhan


gizinya meningkat. Hal ini disebabkan metabolism tubuh
meningkat menyerap zat-zat gizi menurun dan adanya faktor lain
yang berhubungan dengan penyakitnya. Nafsu makan pun
biasanya menurun.

Makanan hendaknya memenuhi syarat-syarat:

a. Konsistensinnya lunak. Makanan pokok seperti Nasi


tim, kentang pure, bubur, dan lain-lain

b. Kebutuhan kalori meningkat sebaiknya diberikan


porsi kecill dan sering

c. Sumber protein seperti susu, daging, hati, ikan, telur,


tahu, tempe, dan kacang-kacangan diberikan lebih
dari porsi normalnya

d. Kebutuhan air diberikan lebih banyak. Karena suhu


lebih tinggi dari normal sehingga banyak terjadi
penguapan melalui keringat. Sari buah sangat baik
karena mengandung air, vitamin dan mineral
e. Makanan minuman tidak boleh diberikan terlalu panas
atau terlalu dingin

2. Untuk balita dengan gejala mencret (diare)

Diare pada bayi dan anak merupakan penyakit utama


di Indonesia. Diare diartikan sebagai buang air besar (BAB)
tidak normal atau bentuk tinja encer dengan frekuensi lebih
banyak dari biasanya.

Penyebab diare da beberapa faktor, yaitu :

a. Infeksi. Infeksi virus atau infeksi bakteri pada saluran


pencernaan merupakan penyebab diare pada anak

b. Malabsorpsi. Gangguan absorpsi biasanya terhadadap


zat-zat gizi yaitu karbohidrat (umumnya laktosa),
lemak dan protein

c. Makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan


tertentu

d. Faktor psikologis. Rasa takut, cemas (umumnya jarang


terjadi pada anak)

Akibat diare (mencret), anak akan kehilangan banyak air dan elektrolit
(dehidrasi) yang menyebabkan tubuh kekurangan cairan, gangguan gizi sebab
masukkan makanan kurang sedang pengeluaran bertambah, dan hipoglikemia
yaitu kadar gula darah turun di bawah normal.
Pengaturan makanannya secara umum adalah :

a. Cairan harus cukup untuk menggantikan cairan yang hilang, baik


melalui muntah maupun diare. Setiap kali buang air besar beri
minum satu gelas larutan oralit atau larutan gula garam.

b. Berikan makanan yang rendah serat, cukup energi, protein,


vitamin dan mineral.

c. Suhu makanan dan minuman lebih baik dalam keadaan hangat,


tidak panas atau terlalu dingin.

d. Bentuk makanan lunak.

3. Untuk balita dengan gejala penyakit saluran pernafasan

Penyakit saluran pernafasan yang dikenal adalah bronchitis, dan


umumnya disebabkan virus, misalnya virus influenza. Selain juga
karena cuaca dan polusi udara.

Mengatur makanannya dengan :

a. Banyak diberi minum, terutama sari buah-buahan sebaiknya


diberikan dalam keadaan hangat.

b. Makanan diberikan dalam keadaan lunak.

c. Susu dapat diberikan dalam bentuk minuman atau campuran


seperti syrup dan lain-lain. Bisa juga dibentuk makanan kecil
seperti pudding.

4. Untuk balita dengan gejala muntah

Muntah adalah gejala dari beberapa penyakit antara lain keracunan


makanan, infeksi appendiks, gula darah yang sangat rendah, dan lain-
lain.
Syarat makanannya :

a. Berikan makanan lunak yang mudah dicerna, dalam porsi kecil


bertahap dan sering.

b. Banyak cairan untuk mengganti cairan yang keluar, seperti sari


buah yang segar dan susu campur buah supaya segar.

c. Cukup protein, meningkat karena penyakitnya yang membutuhkan


peningkatan protein dibandingkan dengan kebutuhan biasa. Bisa
diperoleh dari telur, susu, daging, ayam dan lain-lain.

d. Lemak perlu diberikan, untuk menberi rasa dan meningkatkan


kalori. Tetapi berikan makanan yang mudah dicerna dan
secukupnya, karena kelebihan lemak akan membuat mual.

5. Untuk balita dengan gejala batuk

Gejala batuk bisa bercampur dengan gejala lain, misalnya pada


penyakit bronchitis yang disertai panas, demikian juga penyakit lain
seperti flu dan sebagainya.

Pengaturan makanan yang perlu diperhatikan :

a. Kalau ada gejala panas, beri makanan lunak dan banyak cairan
ataupun minum

b. Nafsu makan yang menurun akibat batuk terus menerus harus


diimbangi makan yang cukup supaya kondisi tubuh membaik

c. Untuk memudahkan pengaturan makanannya, beri pori kecil


tetapi sering dan bertahap supaya kebutuhan gizinya terpenuhi

d. Cukup protein karena penyakit dengan gejala batuk membutuhkan


protein lebih tinggi dari biasanya
e. Jangan makan gorengan atau bumbu yang merangsang agar
tidak menimbulkan batuk, kurangi mengkonsumsi yang terlalu
manis dan bisa menimbulkan batuk seperti coklat, permen,
manisan, dan minuman manis

f. Setelah anak sembuh, kalau berat badannya turun perlu


ditingkatkan konsumsi makanannya.

Hal-hal yang membuat anak tidak nafsu makan :


1. Rasa makanan tidak cocok, tidak

berselera.

2. Terlalu asyik dengan permainan.

3. Terlalu hiperaktif.

4. Kurang mendapat perhatian.

5. Ada masalah dengan giginya.

6. Ada masalah psikologis

7. Cacingan.

8. Kekurangan vitamin.

9. Menderita suatu penyakit kronis.

Tips pemberian makanan pada anak yang susah makan :


1. Sabar dan telaten dalam menyuapi anak
2. Memberi makan sambil mengajak bermain atau sekedar jalan-
jalan
3. Buat makanan sesuai gizi yang dibutuhkan dari berbagai macam
bahan makanan
4. Buatlah makanan dengan bentuk yang menarik supaya anak
tertarik untuk makan (misal telur dadar bentuk bintang)
D. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Balita

Perhitungan Berat Badan Ideal

a. Berat badan ideal anak umur 1 tahun = 3 x BB Lahir

b. Berat badan ideal anak umur 2 tahun = 4 x BB Lahir


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pemenuhan gizi balita dapat dilihat dari karakteristik anak itu


sendiri.

2. Pemberian asupan zat makanan seperti zat tenaga, zat pembangun,


dan zat pengatur sangat diperlukan bagi balita.

3. Pengeluaran asupan makanan harus ada keseimbangan sehingga


diperoleh status gizi yang baik.

4. Menu makanan yang baik sepertin 4 sehat 5 sempurna


sangat mempengaruhi kesehatan dan kecerdasan bagi otaknya.

5. Faktor yang mempengaruhi status nutrisi untuk balita yaitu serat


makan dan kemudahan dalam mencerna makanan dari sumber
makanan yang ia makan, vitamin serta pengaruh obat yang
diminum dan faktor endokrin dan emosional.

B. Saran

1. Pengetahuan Ibu harus lebih luas mengenai pemahaman tentang


anak.

2. Sebaiknya Ibu harus bisa mengatur/memilah-milah makanan untuk


balita.

3. Berikan anak makanan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna


karena sangat baik untuk pertumbuhan anak.

4. Jangan lupa pemberian makanan yang sehat serta suplemen yang


teratur untuk pertumbuhan dan kecerdasan.
DAFTAR PUSTAKA

Moehji, Sjahmien. 2017. Dasar-dasar Ahli Gizi 2. Jakarta: Pustaka


Kemang
Proverawati, Atikah dan Kusumawati, Erna. 2011. Ilmu Gizi untuk
Keperawatan & GiziKesehatan. Jogjakarta: Nuha Medika
Sutanto, Kusumadewi dkk. 2012. Pengetahuan dan Seni Tata Rambut
Moderen. Jakarta: CV Meutia Cipta Sarana

Anda mungkin juga menyukai