Anda di halaman 1dari 37
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDO! 1A, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 48 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN DI SEKITAR BANDAR UDARA HALIM PERDANAKUSUMA JAKARTA Menimbang Mengingat Heal oe vse MENTERI PERHUBUNGAN, bahwa untuk menjamin keselamatan operasi penerhangan di bandar udara dan ekitarnya. perlu menetapkan kawasan. keselamatan operasi penerbangan; bahwa sesuai dengan Pasal 9 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 71° Tahun 1996, Kawasan Keselamatan Operss Penerbangan ditetapkan dengan batas-batas tertentu yang. bebac dari penghalang; bahwa schubungan dengan hal tersebut huruf a dan b. perly pcnetapkan Keputusan Menteri Perhubungan tentang Kawasan Kesclamatan Operasi Penerbangan di sekitar Bandar Udara Halim Perdanakusuma-Jakarta; Undang-undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 53, ‘Tambahan Lembaran Negara Nomor 3481); Peraturan — Pemerintah Nomor 71 Tahun 1996 tentang Kebandarudaraan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 10% Tambahan Lembaran Negara Nomor 3662); Keputusan Presiden Nomor 136 Tahun 1999. tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen sebagaimana telah diubah terakhit dengan Keputusan Presiden Nomor 175 tahun 1999; Keputusan Menteri Perhubungan Udara Nomor ‘T.11/2/ 4-U Tahun 1960 tentang Peraturan-peraturan _Keselamatan Renerbangan Sipil sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 99 Tahun 1999: Menetapkan Halil (Ceeptsnags) 5. Keputusan Menteri Pethubungan Nomor KM 91/OT.002/Phb-80 dan KM 164/OT.002/Phb-80 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 4 Tahun 2000; 6. KeputusanMenteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 1998 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Perhubungan; 7. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 77 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Bandar Udara Umum; MEMUTUSKAN KEPUTUSAN = MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG KAWASAN KESELAMATAN —OPERASI__ PENERBANGAN | DI SEKITAR BANDAR UDARA HALIM PERDANAKUSUMA - JAKARTA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan 1. Bandar udara adalah Bandar Udara Halim Perdanakusuma- Jakarta; 2. Landasan adalah suatu daerah persegi panjang yang ditentukan pada Bandar Udara di darat yang dipergunakan untuk pendaratan dan lepas landas pesawat udara; 3. Landasan___ instrument dengan Pendekatan Presisi Kategori I adalah landasan instrument yang dilengkapi dengan Instrument Landing System (ILS) dan Aiat Bantu Visual untuk pengoperasian pesawat udara jarak pandang vertikal tidak lebih rendah dari 60 M dan jarak pandang horizontal tidak kurang dari 800 M atau Jarak visual landasan (RVR) tidak kurang dari 550 M; 4. Permukaanutama landasan instrument adalah permukaan yang garis tengahnya berhimpit dengan sumbu landasan yang membentang sampai 60M diluar setiap ujung landasan dan Iebarnya 300 M, dengan ketinggian untuk setiap titik pada Permukaan utama diperhitungkan sama dengan ketinggian titik terdekat pada sumbu landasan; 5. Bangunan adalah suatu benda bergerak maupun tidak bergerak yang bersifat sementara maupun tetap yang didirikan atau dipasang oleh orang atau yang telah ada secara alami, antara lain gedung-gedung, menara, mesin derek, cerobong asap, gundukan tanah dan jaringan transmisi; 6. @) Kawasan_Keselamatan Operasi Penerbangan adalah tanah dan atau perairan dan ruang udara di bandar udara dan sekitarnya yang dipergunakan untuk kegiatan operasi penerbangan dalam Tangka menjamin keselamatan; Koordinat Geografis adalah posisi suatu tempat/titik dipermukaan bumi yang dinyatakan dengan besaran lintang dan bujur dengan satuan derajat, menit dan detik yang mengacu tethadap bidang referensi World Geodetic System 1984 (WGS-84), BAB II KAWASAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN Pasal 2 Kawasan Keselamatan Operasi_ Penerbangan di Sekitar Bandar Udara diukur dan ditentukan dengan bertitik tolak pada Rencana Induk Bandar Udara Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan di sekitar Bandar Udara yaitu Kawasan Pendekatan dan Lepas Landas, Kawasan Kemungkinan Bahaya_ Kecelakaan, Kawasan Di bawah Permukaan Horizontal Dalam, Kawasan Di bawah Permukaan Horizontal Luar, Kawasan Di bawah Permukaan Kerucut, Kawasan Di bawah Permukaan Transisi dan Kawasan di Sekitar Penempatan Alat Bantu Navigasi Penerbangan, —batas-batas tanahnya ditetapkan dalam Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6,Pasal 7, Pasal 8 dan Pasal 9. Batas-batas __kawasan_tersebut dalam ayat (2) ditentukan berdasarkan persyaratan permukaan batas penghalang untuk landasan dengan Pendekatan Presisi Kategori 1 Nomor Kode 4 sesuai Annex 14 ICAO Konvensi Chicago Tahun 1944 dan dinyatakan dalam Sistim Koordinat Bandar Udara yang posisinya ditentukan—terhacaptitik-titik_referensi sebagai berikut a. titik__referensi Bandar Udara terletak pada koordinat ‘geografis : 06° - 16" - 03,518" LS 106° - 53° - 11,842" BT b. titi referensi_ sistem koordinat_ bandar —_udara (Perpotongan sumbu X dan sumbu Y) terletak pada ujung landasan 06 atau koordinat bandar udara X = + 20.000M Y = + 20.000M Sumbu X berhimpit dengan sumbu landasan dengan arah 65° 23' 14,90" - 245° 23' 14,90" geografis, sumbu Y melalui ujung Landasan 06 dan tegak lurus pada sumbu X. a Halil fc eptrg) Oo ay (2) a) Pasal 3 Kawasan Pendekatan dan Lepas Landas ditentukan sebagai berikut: a. tepi_dalam dari kawasan ini berimpit dengan ujung-ujung Permukaan Utama, berjarak 60 M dari ujung landasan dengan lebar 300 M; b. _kawasan sebagaimana dimaksud pada huruf a, meluas keluar secara teratur, dengan garis tengah merupakan perpanjangan dari sumbu landasan, sampai lebar 4.800 M pada jarak mendatar 15.000 M dari ujung Permukaan Utama; c. batas-batas__kawasan yang dimaksud pada huruf a digambarkan dengan garis-garis yang _ menghubungkan titik-titik ALJ, A.1.2, A1.3, A.L4 dan A.11 pada Landasan 06’ sertatitik-titik A.2.1, A.2.2, 4.2.3. A.2.4, dan A.2.1 pada Landasan 24. Kawasan_Pendekatan dan Lepas Landas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tercantum pada Lampiran I dan I A. Pasal 4 Kawasan Kemungkinan Rahaya Kecelakaan merupakan sebagian Kawasan Pendekatan dan Lepas Landas yang berbatasan Jangsung dengan ujung-ujung Permukaan Utama, ditentukan sebagai berikut: a. tepi_ dalam dari kawasan ini berhimpit dengan ujung Permukaan Utama, dengan lebar 300 M, dari tepi dalam tersebut kawasan ini meluas ke luar secara teratur, dengen garis tengahnya merupakan perpanjangan dari garis tengah landasan, sampai lebar 1.200 M dan jarak mendatar 3.000 M daci ujung Permukaan Utama; b. —_batas-batas_kawasan_ yang dimaksud pada huruf a digambarkan dengan garis-garis yang menghubungkan titik-titik AJ11, “A.12, ALS, A.1.6 dan A.1.1 pada Landasan 06 serta titik’- titik "A.2.1, A.2.5, A.2.6, A.2.4 dan A.2.1 pada Landasan 24, Kawasan Kemungkinan — Bahaya Kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tercantum pada Lampiran II dan I A Pasal 5 Kawasan Di bawah Permukaan Horizontal Dalam ditentukan sebagai berikut : Halinl te sep utitoes) Q) (2) ay a, kawasan ini ditentukan oleh lingkaran dengan radius 4.000 M dari titik tengah setiap ujung Permukaan Utama dan menarik garis singgung pada kedua lingkaran yang berdekatan dan kawasan ini tidak termasuk Kawasan Pendekatan dan Lepas Landas dan Kawasan Di bawah Permukaan Transisi; b. _batas-batas_kawasan sebagaimana dimaksud pada huruf a digambarkan dengan garis-garis lingkaran dan garis lurus yang menghubungkan titik-titik B11, C11, C.1.2, C13, C.14, B.2 dan B.1.1, serta titik-titik’ B.21, B22, C22, C23, C24, C21 dan B21 Kawasan Di bawah Permukaan Horizontal Dalam sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tercantum pada Lampiran ILI dan Ill A. Pasal 6 Kawasan Di bawah Permukaan Horizontal Luar ditentukan sebagai berikut a. kawasan_ ini ditentukan oleh lingkaran dengan radius 15.000 M dari titik tengah setiap ujung Permukaan Utama dan inenarik gatis singgung pada kedua lingkaran yang berdekatan dan kawasan ini tidak termasuk Kawasan Pendekatan dan Lepas Landas dan Kawasan Di bawah Permukaan Kerucut; b. —_batas-batas_kawasan sebagaimana dimaksud pada huruf a digambarkan dengan garis-garis lingkaran dan garis lurus yang menghubungkan_titik-titik D.11, D.1.2, D.13, D.14, B.1-4, £.1.3, E.1.2, El. dan D.1.1 dan titik- tisk D.2.1, D24, 'D2.3,'D2.2, £22. 6.2.3, £24, E.2.1 dan D.2.1 Kawasan Di bawah Permukaan Horizontal Luar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tercantum pada Lampiran IV dan IV A. Pasal 7 Kawasan Di bawah Permukaan Kerucut ditetapkan sebagai berikut : a. kawasan_ ini ditentukan mulai dari tepi luar Kawasan Di bawah Permukaan Horizontal Dalam meluas ke luar dengan jarak mendatar 2.000 M; b. _batas-batas_kawasan sebagaimana dimaksud pada huruf a digambarkan dengan garis-garis lingkaran dan garis lurus yang menghubungkan titik-titik C.1.1, Did, D.1.2, D3, D.L4, C14, C.1.3, C12 dan C11, serta_titik: titik C.2.1, 'C.2.4, C23, 62.2, D22, D.2.3, D.24, D.2.1 dan C.2. Halil (cops Q) a (2) a) Q) Kawasan Di bawah Permukaan Kerucut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tercantum pada Lampiran V dan VA Pasal 8 Kawasan Di bawah Permukaan Transisi ditentukan sebagai berikut : a, tepi_ dalam dari kawasan ini berimpit dengan sisi panjang Permukaan Utama sisi Kawasan Pendekatan dan Lepas Landas, kawasan ini meluas ke luar swmpai_ jarak mendatar 315 M dari sisi panjang Permukaan Utama; batas-batas kawasan yang dimaksud pada huruf a digambarkan dengan garis-garis yang _menghubunzksn titik-titik AL, B11, B.1.2, A.2.1 dan A.1.1 serta Gtik- titk A.1.2, A.2.4, B2.2, B2.1 dan A1.2 Kawasan Di bawah Permukaan Transisi sebageimana dimaksud dalam ayat (1) tercantum pada Lampiran VI dan VI A Pasal 9 ‘Alat_ Bantu Navigasi. Penerbangan yang _tersedia dalam penyclenygaraan operasi penerbangan di” Bandar Udara Halim Perdanakusuma - Jakarta terdiri dari: a. Non Directional Beacon (NDB); b. Doppler Very High Frequency Omni Range (DVOR)/ Distance Measuring Equipment (DME); c. Intrument Landing System (ILS) yang terdiri dari Locaiizer, Glide Path, Middle Marker dan Outer Marker: 4 Radar; e. Approach Lighting System. Penempatan Alat Bantu Navigasi Penerbangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditentukan sebagai berikut : a. Non Directional Beacon (NDB) terletak pada koordinat geografis : 06° - 11' - 38,256" LS - - dengan ukuran nominal lokasi 107° - 02' - 24,092" BT 100 M x 100M. b. Doppler Very High Frequency Omni Range (DVOR) / Distance Measuring Equipment (DME) terletak pada koordinat geografis : Halimel 6 siesta 06° - 16' - 18,980" LS -- dengan ukuran nominal lokasi 13,106" BT 200 M x 200 M 106° - 53 c. Instrument Landing System (ILS) 1 Localizer terletak pada koordinat geografis : 06° - 16" - 22,350" LS - dengan ukuran nominal 106° - 52° - 38,728" BT lokasi 600 M x 220M 2. Glide Path (GP) dan Distance Measuring Equipment (DME) terletak pada koordinat geografis 06° - 15° - 50,634" LS - dengan ukuran nominal 106° - $3" - 58,022" BT lokasi 600 M x 200 M 3 Midlle Marker terletak pada koordinat geografis : 06° - 15" - 29,273" LS - dengan ukuran nominal 106° - 54° - 35,666" BE lokasi 10M x 10 M 4. Outer Marker terletak pada koordinat geografis : 06¢ - 13" - 39,960" LS - dengan ukuran nominal 106° - 59" - 00,430" BT lokasi 10M x 10M 4. Radar terletak pada koordinat geografis 06° - 16' - $8,371" LS -- dengan ukuran nominal lokasi 106° - 53" - 02,504" BT 100 Mx 100M . Approach Lighting System dengan ukuran nominal lokasi 1.000 M x 60 M dengan persyaratan lahan di sebelah Kanan dan kiri Approach Light sebesar 120 M dari as Jandasan harus rata serta bebas benda tumbuh. @) —_Batas-batas _tanah_sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) digambarkan berupa garis- garis yang menghubungkan titik-titik tertentu pada tepi batas lokasi dari alat yang bersangkutan yang batas-batasnya sebagaimana tercantum pada Lampiran VII lembar ke-1 sampai dengan lembar ke-7. Pasal 10 Batas-batas Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan _ sebagaimana diatur dalam Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7 dan Pasal 8 secara keseluruhan tercantum pada Lampiran VIII Halined css BAB III BATAS-BATAS KETINGGIAN PADA KAWASAN KESELAMATAN OPERAS! PENERBANGAN Pasal 11 Batas-batas _ketinggian _bangunan dan benda tumbuh untuk setiap kawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 9 ditetapkan dalam Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18 dan Pasal 19 atas dasar a. aM persyaratan Permukaan Batas Penghalang untuk landasan Instrumen Pendekatan Presisi Kategori Idan Nomor Kode 4; Ketinggian semua titik pada Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan ditentukan terhadap ketinggian ambang Landasan 06 sebagai titik referensi sistim ketinggian bandar udara yaitu titik 0,00 M yang ketinggiannya + 29,092 M di atas permukaan laut rata-rata (MSL); Ketinggian Permukaun Horizontal Dalam dan Permukaan Horizontal Luar ditentukan masing-masing + 46 M dan + 151M i atas ambang Landasan 06 Pasai 12 Batas-batas ketinggian pada Kawasan Pendekatan dan Lepas Landas pada Landasan 06 ditentukan dengan kemiringan dan jarak melalui perpanjangan sumbu landasan sebagai berikut a. bagian pertama dengan kemiringan sebesar 2% (dua persen) arah ke atas dan ke luar, dimulai dari ujung Permukaan Usama pada ketinggian’ambang Landasan 06 sampai jarak me.adatar 2.300 M pada ketinggian + 46 M di atas ambang landasan 06; b. __ bagian kedua dengan kemiringan 0% (nol_persen) sampai jarak mendatar tambahan 1.700 M pada ketinggian + 46 M di atas ambang landasan 06; c. _ bagian ketiga dengan kemiringan 5% (lima persen) arah ke atas dan ke luar sampai jarak mendatar tambahan 1.134 M, pada ketinggian + 102 M di atas ambang landasan 06; d. bagian keempat pada bagian tengah dengan kemiringan 2% (dua persen) arah ke atas dan keluar sampai jarak mendatar tambahan 2.366 M, pada bagian tepi dengan kemiringan pertama 5 % (lima persen) sampai_ jarak mendatar tambahan 426 M, kemiringan kedua 2,5 %' (dua setengah persen) sampai jarak mendatar tambahan 1.040 M serta kemiringan ketiga 0 % (nol persen) sampai jarak mendatar tambahan 900 M; Halined sepa e. bagian kelima (terakhir) dengan kemiringan 0 % (nol persen) sampai_jarak mendatar tambahan 7.500 M pada ketinggian + 150 M di atas ambang landasan 06. (2) Batas-batas_ ketinggian pada Kawasan Pendekatan dan Lepas Landas pada Landasan 24 ditentukan dengan kemiringan dan jarak melalui perpanjangan sumbu landasan, sebagai berikut : a. Bagian pertama dengan kemiringan sebesar 2% (dua persen) arah ke atas dan keluar, dimulai dari ujung Permukaan Utama pada ketinggian ambang Lardasan 24 sampai jarak mendatar 2.200 M pada ketinggian + 46 M diatas ambang landasan 06; b. agian kedua dengan kemiringan sebesar 0% (nol persen) sampai jarak mendatar tambahan 1.800 m pada ketinggian + 46 M diatas ambang landasan 06; c. Bagian ketiga dengan kemiringan 5% Uima _ persen) sampai jarak mendatar tambahar. 1.200 M pada ketinggian + 100 M diatas ambang landasan 06; 4. Bagian Keempat pada bagian tengah dengan kemiringan 2% (dua persen) arah ke atas dan ke luar sampai jarak mendatar tambaban 2.300 M_ pada bagian tepi dengan xemiringan pertama 5% (lima persen) sampai jarak mendatar tambahan 440 M, kemiringan kedua 2,5% (dua setengah persen) sampai jarak mendatar tambahan 960 M serta kemiringan ketiga 0% (nol persen) sampai jarak ‘mendatar tambahan 900 M; fe. Bagian kelima (terakhir) dengan kemiringan 0% (nol persen) sampai_jarak mendatar tambahan 7500 M_ pada ketinggian + 152 M diatas ambang landasan 06. Pasal 13 Batas-batas_ketinggian pada Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan ditentukan oleh kemiringan 2% (dua persen) arah ke atas dan ke luar dimulai dari ujung Permukaan Utama pada ketinggian masing-masing ambang landasan sampai dengan ketinggian + 46 M di atas ambang landasan 06 sepanjang jarak mendatar 3.000 M melalui perpanjangan sumbu landasan. Pasal 14 Batas-batas ketinggian pada Kawasan Di bawah Permukaan Horizontal Dalam ditentukan + 46 M di atas ketinggian ambang landasan 06. Pasal 15, Batas-batas _ketinggian pada Kawasan Di bawah Permukaan Horizontal Luar ditentukan + 151 M diatas ketinggian ambang landasan 06. Halim: seqpvaeogt) Pasal 16 Batas-batas _ketinggian pada Kawasan Di bawah Permukaan Kerucut ditentukan oleh kemiringan 5% (lima persen) arah ke atas dan ke lua, dimulai dari tepi luar Kawasan Di bawah Permukaan Horizontal Dalam pada ketinggian + 46 M di atas ketinggian ambang landasan 06 sampai memotong Permukaan Horizontal Luar pada ketinggian + 146 M di atas ketinggian ambang landasaa U6. Pasal 17 Batas ketinggian pada pertemuan garis batas luar Kawasan Di bawah Permukaan Kerucut dengan garis batas dalam Kawasan Di bawah Permukaan Horizontal Luar ditentukan + 146 M di atas ketinggian ambang landasan 06. Pasal 18 Batas-batas ketinggian pada Kawasan Di bawah Permukaaan Transisi ditentukan oleh Kkemiringan 14,3 % ( empat belas koma tiga persen) arah ke atas dan ke luar, dimulai dari sisi panjang dan pada ketinggian yang sama seperti Permukaan Utama serta Perimukaan Pendekatan dan Lepas Landas menerus sampai memotong _Permukaan Horizontal Dalam pada ketinggian + 46 M di atas ketinggian ainbang landasan 06. Pasal 19 Batas - bates Ketinggian pada Kawasan di Sckitar Penempataa Alat Bantu Navigasi Penerbangan ditentukan sebagai berikut : a. batas _ketinggian di sekitar Non Directional Beacon (NDB) ditentukan oleh kemiringan bidang kerucut dengan sudut 3° (tiga Gerajat) ke atas dan ke luar dari tik tengah dasar antena dan sampai radius 300 M dari antena dilarang ada bangunan dari metal seperti Konstruksi angka besi/baja, tiang listrik dan lain- lain melebihi batas ketinggian tersebut; b. datas _—_ketinggian di sekitar alat_ Doppler Very High Frequency Omni Directional Range (DVOR)/Distance Measuring Equipment (DME) ditentukan oleh kemiringan bidang kerucut dengan sudut 1° (satu derajat) ke atas dan ke luar dari titik antene ~ pada ketinggian bidang counterpois, dan pada jarak radial kurang dari 600 M dilarang adanya transmisi tegangan tinggi, bangunan dari metal seperti konstruksi rangka besi, tiang listrik dan fain-lain melebihi batas ketinggian sudut tersebut; c. _batas_ketinggian di sekitar alat Localizer dibatasi oleh bidang yang dibentuk dengan sudut 1° (satu derajat) dari titik tengah dasar antena Localizer terhadap bidang horizontal sejauh 600 M ke arah Jandasan; 4. bata _ketinggian Glide Path (GP) dan Distance Measuring Equipment (DME) dibatasi oleh bidang yang dibentuk dengan sudut 2° (dua derajat) dari titik tengah dasar antena Glide Path terhadap bidang horizontal sejauh 600 M ke arah landasan ; 10 HalineD © sept ag a) a 2) batas ketinggian Midlle Marker ditentukan oleh kemiringan bidang kerucut dengan sudut 20° (dua puluh derajat) ke atas dan ke luar dari titik dasar antena dan sampai radius 300 M dari antena dilarang adanya bangunan dari metal seperti konstruksi rangka besi, tiang listrik dan lain-lain melebihi batas ketinggian kerucut tersebut; batas ketinggian Outer Marker ditentukan oleh kemiringan bidang kerucut dengan sudut 20° (dua puluh derajat) ke atas dan ke luar dari titik dasar antena dan sampai radius'300 M dari antena dilarang adanya bangunan dari metal seperti konstruksi rangka besi, tiang listrik dan lain-lain melebihi batas ketinggian kerucut tersebut; batas ketinggian di sekitar Alat Radar ditentukan oleh kemiringan bidang Kerucut dengan sudut 1° (satu derajat) ke atas dan ke luar dari titik dasar antena dan sampai radius 500 M_ tidak diperkenankan adanya bangunan metal, tangki miuyak, bangunan dan lain-lain melebihi ketinggian dasar antena. Pasal 20 Batas-bates Juas tanah, persyaratan dan ketinggian bangunan serta tumbuhan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan Pasal 19 tercantum ‘dalam Lampiran VII Jembar ke-1 sampai lemoar ke-7. Batas-batas ketinggian, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17 dan Pasal 18 tercantum dalam Lampiran IX. Batas ketinggian bangunan yang diperkenankan, apabila Alat Bantu Navigasi Penerbangan ditempatkan pada Kawaszn Keselamatan Operasi Penerbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3. Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7 dan Pasal 8, merupakan batas ketinggian’ yang lebih menjamia keselamatan operasi pencrbangan, yaitu batas ketinggian terendah pada kawasan yang bersangkutan. Pasal 21 Untuk mendirikan, mengubah atau melestarikan bangunan, serta menanam atau memelihara benda tumbuh di dalam Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan harus memenuhi batas-batas ketinggian sebagaimana diatur dalam Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18 dan Pasal 19. Untuk mendirikan bangunan baru di dalam kawasan pendekatan lepas landas harus memenuhi batas ketinggian dengan tidak melebihi kemiringan 1,6 % (satu koma enam persen) arah ke atas dan ke luar dimulai dari ujung Permukaan Utama pada ketinggian masing-masing ambang Landasan 06 dan Landasan 24 Halined eqn @) @ Pada Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan_sampai jarak mendatar 1.100 m dari ujung-ujung Permukaan Utama hanya digunakan untuk bangunan yang diperuntukkan bagi keselamatan operasi. penerbangan dan benda — tumbuh yang tidak membahayakan keselamatan operasi penerbangan dengan batas ketinggian sebagaimana diatur dalam keputusan ini Untuk mempergunakan tanah, air atau udara di setiap kawasan yang ditetapkan dalam Keputusan ini, harus mematuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut a. tidak menimbulkan gangguan terhadap_isyarat-isyarat Navigasi Penerbangan atau Komunikasi radio antar Bandar Udara dan pesawat udara; b. tidak menyulitkanpenerbang membedakan lampu-lampu rambu udara dengan lampu-lampu lain; c. tidak menyebabkan_kesilauan pada mata penerbang yang mempergunakan Bandar Udara; 4. tidak melemahkan jarak pandang sekitar bandar udara; tidak menyebabkan —timbulnya bahaya burung, a‘au dengan cara lain dapat membahayakan atau mengganggu pendaratan, lepas lendas atau gerakan pesawat udara yang bermaksud’ mempergunakan Bandar Udara. Pasal 22 Pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 hanya diperkenankan apabila: a a) Q) sesuatu hal tertentu. diberi persetujuan oleh Memeri Perhubungan, setelah mendengar pertimbangan Direktur Jenderal Perhubungan Udara, melalui kajian khusus Aercnautika. sesuai ketentuan dan teknis keselamatan operasi penerbangan, bangunan tersebut mutlak diperlukan. Pasal 23 Tethadap bangunan yang berupa benda tidak bergerak yang sifatnya sementara maupun tetap yang didirikan atau dipasang oleh orang atau yang telah ada secara alami, sebelum diterbitkannya Keputusan ini antara lain gedung-gedung, menara, cerobong asap, gundukan tanah dan jaringan transmisi yang sekarang ini menjadi penghalang (obstacle) tetap diperkenankan sepanjang prosedur keselamatan operasi penerbangan terpenuhi. Bangunan-bangunan dan/atau benda-benda sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) tercantum dalam Lampiran XI. Halined © epee a (2) a) (2) aw @) (a) BAB IV PEMBERIAN TANDA DAN ATAU PEMASANGAN LAMPU Pasal 24 Bangunan atau sesuatu benda yang ada secara alami berada di Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan dan ketinggiannya masih dalam batas ketinggian yang diperkenankan, akan tetapi diduga dapat membahayakan keselamatan operasi_ penerbangan, harus diberi tanda dan atau dipasangi lampu Bangunan-bangunan —_dan/atau_benda-benda _sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus diberi tanda atau dipasangi lampu. Pasal 25 Pemberian tanda atau pemasangan —lampu, —_termasuk pengoperasian dan pemeliharaannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dilaksanakan oich dan atas biaya pemilik atau yang menguasainya. Pemberian tanda atau pemasangan lampu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan pedoman yang akan diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara BAB V PEMBERIAN REKOMENDASI Pasal 26 Untuk —mengendalikan Kawasan Keselamatan —_Operasi Penerbangan sebagaimana dimaksud dalam Bab I dan Bab Il, membangen atau menanam pohwn yarg diperkirakan mengganggu keselamaian operasipenerbangan yang terletak di dalam Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan di Bandar Udara Halim Perdanakusuma - Jakarta dan sekitarnya diperlukan rekomendasi dari Direktur Jenderal Perhubungan Udara atau pejabat yang ditunjuk Tata cara pengendalian dan pemberian rekomendasi_sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara. BAB VI KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 27 Semua ketentuan lebih rendah dan setingkat yang bertentangan dengan Keputusan ini dinyatakan tidak berlaku. (2) Hal-hal yang belum diatur dalam Keputusan ini akan diatur kemudian, BAB VII PENUTUP Pasal 28 Direktur __Jenderal Pethubungan Udara_mengawasi_pelaksanaan keputusan ini. Pasal 29 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan Ditetapkan di : JAKARTA Pada tanggal : 5 JUNI 2000 MENTERI PERHUBUNGAN ttd AGUM GUMELAR, M.Sc. SALINAN Kepuiusan ini disampaikan kepada : Cernuaune Ketua Badan Pemeriksa Keuangan; Menteri Negara Koordinator Bidang EKUIN; Sekretaris Negara; Mentert Negara Pekerjaan Umum; Menteri Dalam Negeri: ‘Menteri Pertahanan; ‘Menteri Perindustrian dan Perdagangan; Menteri Pemukiman dan Pengembangan Wilayah; Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN; Menteri Negara Otonomi Daerah; Gubernur DKI Jakarta; Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, para Direktur Jenderal dan para Kepala Badan di lingkungan Departemen Perhubungan; Kepala Kantor Wilayah Propinsi DKI Jakarta; Para Kepala Biro di lingkungan Setjen Departemen Perhubungan; PT. (Persero) Angkasa Pura I. JK dengan aslinya i dan Organisasi Halinl (oops 14 Goce SHEE pe ewe "Ct SVONV1 SVd37 NVG NVLYH3ONZd NYSVMMYH LAMPIRAN 1A KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 3 48 TAHUN 2000 TANGGAL 5 JUNE 2000 KAWASAN PENDEKATAN DAN LEPAS LANDAS KOORDINAT BANDAR UDARA KOORDINAT GEOGRAFI X (meter) ¥ (meter) Ls BT 19940 20150 61539489" | 106" 54° 12,3697 2 | A 19940 19850 6°16 25,363" | 106" 52° 43.928" a | At 4940 17600 620" 55,105" | 106% 45° 50,705 a [ata 40 22400 ewmie [moins | 5s | aaa 23060 20150 eis aia | wosese 12122 6 | Aaa 38060 22400 ev ossie | 107 OF OsAKs 7, | aaa 3300 | 17600 15 26,26" | 107° OF 1.218" [age | ahaa voes0 | esas | toe se Tone MENTERI PERHUBUNGAN td AGUM GUMELAR, M.Sc. . 0008 THES. ene 0002 ROME OS Ewe ono NVVXV1305y VAVHVE NYNIMDSNIWAY NVSVMWe = = oo oes LAMPIRAN —: 1A KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR ‘KM 48 TaHUN 2000 TANGGAL 5 uN 2000 KAWASAN KEMUNGKINAN BAHAYA KECELAKAAN KOORDINAT BANDAR UDARA KOORDINAT GEOGRAFI X (meter) ¥ (meter) Ls BT 19940 20150 6° 15" 39,443" | 106° 54° 12,369" 19940 19850 6° 16" 25,363" | 106° 52° 43,928" 16940 19400 6° 17" 19,332" | 106° $1" 21,268" 1980 20060 6° 16" 43,813" | 106° 51° 05,040" 23060 20150 6° 15°43,171" | 106° 54° 12,122" 26060 20600 6° 14° 40,230" | 106° 55° 34,739" 26060 + 6° 15"15,746" | 106° 55° 51,002" YSEYOEB, SH, MM ‘NIP

Anda mungkin juga menyukai