Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1
dari fotometri nyala. Untuk analisis kualitatif, metode fotometri nyala lebih
disukai dari AAS, karena AAS memerlukan lampu katoda spesifik (hallow
cathode). Kemonokromatisan dalam AAS merupakan syarat utama. Suatu
perubahan temperatur nyala akan mengganggu proses eksitasi sehingga analisis
dalam fotometri nyala dapat berfarisasi hasilnya. Dari segi biaya operasi, AAS
lebih mahal dari fotometri nyala berfilter. Dapat dikatakan bahwa metode
fotometri nyala dan AAS merupakan komplementer satu sama lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana menentrukan trace konsentrasi sampel?
1.3 Tujuan
1.3.1 Menentukan trace konsentrasi sampel.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Setiap alat spektroskopi serapan atom terdiri atas tiga komponen, yaitu
unit atomisasi, sumber radiasi, dan system pengukur fotometrik. Atomisasi
dapat dilakukan dengan baik dengan nyala maupun dengan tungku. Untuk
mengubah unsur metalik menjadi uap atau hasil disosiasi diperlukan energi
panas. Temperatur harus benar-benar terkendali dengan sangat hati-hati agar
proses atomisasinya sempurna. Biasanya temperatur dinaikkan secara
3
bertahap, untuk menguapkan dan sekaligus mendisosiasikan senyawa yang
dianalisis. Bila ditinjau dari sumber radiasi, haruslah bersifat sumber yang
Laporan Resmi Praktikum Kimia Analitik IV “Penentuan Kadar Fe pada Air
Laut” kontinyu. Di samping itu sistem dengan penguraian optis yang sempurna
diperlukan untuk memperoleh sumber sinar dengan garis absorpsi yang
semonokromator mungkin (Sumar, 1994).
Seperangkat sumber yang dapat memberikan garis emisi yang tajam dari
suatu unsur yang spesifik tertentu dikenal sebagai lampu pijar hallow cathode.
Dengan pemberiaan tegangan pada arus tertentu, logam mulai memijar, dan
atom-atom logam katodenya akan teruapkan dengan pemercikkan. Atom akan
tereksitasi kemudian mengemisikan radiasi pada panjang gelombang tertentu
(Sumar, 1994).
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang
berisi gas asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ± 20000 K,
dan ada juga tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas dari gas
asetilen, dengan kisaran suhu ± 30000 K. Regulator pada tabung gas asetilen
berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan gas
yang berada di dalam tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator
merupakan pengatur tekanan yang berada di dalam tabung. Gas ini
merupakan bahan bakar dalam Spektrofotometri Serapan Atom
4
2.3.3 Burner
2.3.4 Monokromator
2.3.5 Detektor
5
atau gambar yang dapat dibaca oleh mata.
2.3.7 Ducting
6
Gangguan ini terjadi apabila sampel mengandung banyak garam atau
asam, atau bila pelarut yang digunakan tidak menggunakan pelarut zat
standar, atau bila suhu nyala untuk larutan sampel dan standar berbeda.
Gangguan ini dalam analisis kualitatif tidak terlalu bermasalah, tetapi sangat
mengganggu dalam analisis kuantitatif. Untuk mengatasi gangguan ini dalam
analisis kuantitatif dapat digunakan cara analisis penambahan standar
(Standar Adisi).
Gangguan ionisasi terjadi bila suhu nyala api cukup tinggi sehingga
mampu melepaskan electron dari atom netral dan membentuk ion positif.
Pembentukan ion ini mengurangi jumlah atom netral, sehingga isyarat
absorpsi akan berkurang juga. Untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan
dengan penambahan larutan unsur yang mudah diionkan atau atom yang lebih
elektropositif dari atom yang dianalisis, misalnya Cs, Rb, K dan Na.
penambahan ini dapat mencapai 100-2000 ppm.
𝐼
𝐴 = − log = 𝑎. 𝑏. 𝑐
𝐼0
Dengan A = absorban
a = tetapan absorptivitas
c = konsentrasi
Pada lebar nyala api yang tetap, hukum Lambert-Beer dapat disederhanakan
7
menjadi A = k . c dengan k = a . b. Konsentrasi sampel dapat diukur dengan
mengekstrapolasikan nilai absorbansi pada kurva standar yaitu kurva antara
absorbansi dengan konsentrasi Fe.
Kandungan logam berat Fe dalam kolom air dari ke tiga stasiun tersebut
masih menunjukkan dibawah baku mutu air laut. Hal ini disebabkan karena
logam berat yang masuk ke dalam lingkungan perairan akan mengalami
pengenceran akibat pengaruh pasang surut, adsorbsi dan absorbsi oleh
organisme perairan (Supriyantini, 2015).
8
dengan daerah pelabuhan dan tambak yaitu sekitar 1,68-1,87 mg/L. Ini
mengindikasikan bahwa di muara telah terjadi pencemaran limbah yang lebih
berat yang mengandung salah satunya logam Fe (Supriyantini, 2015).
9
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat
3.2 Bahan
Masukkan air laut ke dalam tabung reaksi, tambahkan HNO3 65% sebanyak 10
tetes. Diukur absorbansinya menggunakan SSA. Dihitung konsentrasi Fe
menggunakan persamaan kurva standar.
10
BAB IV
Hasil Pengamatan
No. Prosedur percobaan Dugaan/ reaksi kesimpulan
Sebelum Sesudah
1. Pembuatan FeSO4 1000 ppm - Padatan FeSO4 - Padatan FeSO4 + Fe3+ (aq) + HNO3 Diperoleh FeSO4
0,1 gram FeSO4 berwarna putih aquades = larutan (aq) + 3H+ (aq) → 1000 ppm
1. Dimasukkan gelas kimia dan - Aquades tidak tidak berwarna Fe3+ (aq) + NO (g) +
ditambah aquades berwarna - Larutan FeSO4 + 2H2 (g)
2. Ditambah HNO3 65% 10 tetes - HNO3 65%= HNO3 65% =
Kurva standar Fe
1
Hasil Pengamatan
No. Prosedur percobaan Dugaan/ reaksi kesimpulan
Sebelum Sesudah
2. Pembuatan larutan standar - Larutan baku - Larutan baku FeSO4 (aq) + H2O (l) Diperoleh kurva:
FeSO4 1000 ppm FeSO4 1000 ppm → FeSO4 (aq) y = 0,0004x -8E-6
Larutan baku FeSO4 1000 ppm = larutan tidak menjadi larutan
dengan R2 = 0,9002
berwarna FeSO4 1, 3, 6, 9,
2
Hasil Pengamatan
No. Prosedur percobaan Dugaan/ reaksi kesimpulan
Sebelum Sesudah
3. Larutan sampel - Air laut = larutan - Air laut disaring= Kadar Fe pada air Pada percobaan
keruh kehitaman larutan tidak laut 0,01 mg/L = 0,01 diperoleh kadar Fe
Air laut 10 ml - HNO3 65% = berwarna ppm (Ika, Tahril, & pada air laut kenjeran
1. Saring jika keruh larutan tidak - Air laut + HNO3 Said, 2012) = 212,52 ppm
4. Dihitung konsentrasi Fe
absorbansi
3
4.2 Anasilis dan Pembahasan
4
tinggi karena mendapatkan tambahan energi dari tembakan HCL. Setelah itu
atom logam kembali ke keadaan dasar dengan melepaskan energi yang diamati
berupa warna nyala, dalam hal ini warna nyala atom Fe berwarna biru tua.
Sedangkan atom yang tidak diserap oleh Hollow Cathode Lamp (HCL) di
teruskan ke detector untuk dibaca dalam bentuk angka absorbansi. Pada
percobaan penentuan kadar Fe pada air laut dengan metode spektrofotometri
serapan atom terdapat langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pembuatan Larutan Induk FeSO4 1000 ppm
Pada percobaan ini yang kita siapkan adalah labu ukur 100 mL
kemudian dimasukkan 0,1gram FeSO4 berbentuk butiran berwarna putih
kemudian ditambahkan HNO3 pekat 65% 10 tetes, fungsi penambahan
HNO3 pekat adalah memberikan suasana asam dalam larutan. Suasana
asam yang dimaksud untuk menjaga kejernihan larutan dari logam,
karena sifat Fe bereaksi dengan suatu basa akan menghasilkan endapan.
Hal ini dilakukan bermaksud untuk endapan tidak menyumbat pipa
kapiler dalam alat. Setelah itu ditambahkan aquades sampai tanda batas
miniskus, bertujuan untuk pengenceran dari FeSO4 agar konsentrasinya
tepat 1000 ppm maka hanya diperlukan 0,1 gram yang didapat dalam
perhitungan M1 x V1 = M2 x V2.
2. Pembuatan Larutan Standar Fe
Pada pembuatan larutan standar Fe ini bertujuan untuk membuat
kurva kalibrasi yang nantinya akan digunakan untuk menghitung
konsentrasi Fe pada sampel air laut. Langkah awal adalah mengambil
larutan induk Fe berupa larutan tidak berwarna dengan konsentrasi 1000
ppm, dengan melalui perhitungan pengenceran sebelumnya. Sehingga
terbentuk larutan standar Fe berupa larutan tidak berwarna dengan
konsentrasi 1 ppm, 3 ppm, 6 ppm, 9 ppm, dan 12 ppm. Masing-masing
larutan larutan standar tersebut dimasukkan ke dalam gelas kimia.
Selanjutnya masing-masing larutan standar Fe tersebut diukur
absorbansinya menggunakan alat spektrofotometer serapan atom pada
panjang gelombang 248,3 nm. Pengukuran absorbansi pada panjang
gelombang 248,3 nm dikarenakan panjang gelombang 248,3 nm adalah
5
sesuai panjang gelombang Fe dengan absorbansi maksimal, sehingga
sinar yang keluar dalam katoda hanya sinar dari eksitasi Fe. Prinsip kerja
alat spektrofotometer serapan atom adalah ketika atom diberi energi yaitu
energi termal (2300oC) atau nyala, elektron terluar dari atom tersebut
akan tereksitasi (terjadi perpindahan energi rendah menuju energi tinggi)
dan selanjutnya teremisi (perpindahan dari energi tinggi menuju rendah).
Pada saat elektron tereksitasi secara bersamaan, sumber cahaya
dipancarkan dari lampu katoda. Elektron yang tereksitasi tersebut akan
mengabsorpsi energi yang berasal dari sumber cahaya (lampu katoda).
Besarnya energi yang diabsorpsi sebanding dengan jumlah atom tersebut
berikut (Ristina, 2006).
Pengukuran absorbansi menggunakan alat spektrofotometer serapan
atom dilakukan dengan cara menyalakan alat terlebih dahulu, kemudian
larutan yang diuji diletakkan diatas alas tempat larutan uji. Selanjutnya
selang diarahkan masuk kedalam larutan hingga selang tercelup larutan.
Kemudian diatur panjang gelombang dan dinyalakan tombol Fe (yang
ditandai dengan menyalanya lampu Fe) pada alat spektrofotometer
serapan atom, hal ini bertujuan agar sinar yang keluar dalam katoda
hanya sinar dari eksitasi Fe. Sehingga nilai absorbansi yang dihasilkan
merupakan nilai kosentrasi Fe.
Berdasarkan pengukuran nilai absorbansi larutan standar Fe
diperoleh data sebagai berikut:
Konsentrasi Absorbansi
Larutan Standar Fe
1 ppm 0,000
3 ppm 0,002
6 ppm 0,002
9 ppm 0,003
12 ppm 0,005
6
tersebut, dapat dibuat kurva kalibrasinya dengan memplotkan nilai data
konsentrasi pada sumbu X, dan nilai data absorbansi pada sumbu Y.
Sehingga didapatkan bentuk kurva kalibrasi standar Fe sebagai berikut:
7
menunjukkan konsentrasi Fe yang terdapat dalam larutan sampel air
laut tersebut. Langkah awal adalah menyiapkan larutan sampel air
laut yang diambil dari Kenjeran, Surabaya. Sampel air laut berupa
larutan berwarna abu-abu. Kemudian sampel air laut tersebut
dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 mL hingga memenuhi
setengah volume gelas kimia tersebut. Selanjutnya sampel air laut
ditambahkan larutan HNO3 65% berupa larutan tidak berwarna
sebanyak 10 tetes. Tujuan penambahan larutan HNO3 65% adalah
untuk mencegah terjadinya endapan dalam air, karena ion besi dapat
mengalami hidrolisis dan membentuk Fe(OH)3 yang berwujud
padatan. Sehingga dengan penambahan larutan HNO3 65% akan
memberikan suasana asam sehingga hidrolisis tidak dapat terjadi dan
ion besi tetap larut dalam air. Selain itu penambahan larutan HNO3
65% juga berfungsi sebagai pelarut untuk menghilangkan pengotor
pada larutan sampel air laut dan untuk mengikat dan
mengomnpleksan logam Fe, sehingga tidak terjadi pengendapan ion
besi dalam air yang dapat menyebabkan ketidaklarutan pengukuran.
Reaksinya adalah sebagai berikut:
Fe3+ (aq) + H2O (l) Fe3+ (aq) + H2O (l)
Setelah sampel air laut ditambahkan larutan HNO3 65%,
kemudian sampel air laut diukur nilai absorbansinya menggunakan
alat spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 248,3
nm. Pengukuran absorbansi pada panjang gelombang 248,3 nm
dikarenakan panjang gelombang 248,3 nm adalah sesuai dengan
panjang gelombang Fe, sehingga sinar yang keluar dalam katoda
hanya sinar dari eksitasi Fe. Prinsip kerja alat spektrofotometer
serapan atom adalah ketika atom diberi energi yaitu energi termal
(2300 oC) atau nyala, elektron terluar dari atom tersebut akan
tereksitasi (terjadi perpindahan energi rendah menuju energi tinggi)
dan selanjutnya teremisi (perpindahan dari energi tinggi menuju
rendah). Pada saat elektron tereksitasi secara bersamaan, sumber
cahaya dipancarkan dari lampu katoda. Elektron yang tereksitasi
8
tersebut akan mengabsorpsi energi yang berasal dari sumber cahaya
(lampu katoda). Besarnya energi yang diabsorpsi sebanding dengan
jumlah atom tersebut berikut (Ristina, 2006). Pengukuran absorbansi
menggunakan alat spektrofotometer serapan atom dilakukan dengan
cara menyalakan alat terlebih dahulu, kemudian larutan yang diuji
diletakkan diatas alas tempat larutan uji. Selanjutnya selang
diarahkan masuk kedalam larutan hingga selang tercelup larutan.
Kemudian diatur panjang gelombang dan dinyalakan tombol Fe
(yang ditandai dengan menyalanya lampu Fe) pada alat
spektrofotometer serapan atom, hal ini bertujuan agar sinar yang
keluar dalam katoda hanya sinar dari eksitasi Fe. Sehingga nilai
absorbansi yang dihasilkan merupakan nilai kosentrasi Fe.
Setelah diukur nilai absorbansi larutan sampel air laut dengan
menggunakan alat spektrofotometer serapan atom sebanyak 3 kali,
didapatkan rata-rata nilai absorbansi larutan sampel air laut sebesar
0,085. Besarnya nilai absorbansi larutan sampel air laut
menunjukkan besarnya kadar Fe dalam sampel air laut tersebut,
namun konsentrasi Fe yang didapatkan dari hasil nilai absrobansi
larutan sampel bukanlah konsentrasi Fe yang sebenarnya.
Konsentrasi Fe yang sebenarnya diperoleh melalui perhitungan
secara manual. Dengan persamaan garis yang diperoleh dari kurva
standar dan nilai absorbansi larutan sampel air laut yang telah
diperoleh, dapat dihitung konsentrasi Fe dalam sampel air laut
dengan perhitungan sebagai berkut:
y = absorbansi sampel air laut
x = konsentrasi Fe dalam sampel air laut
y = 0,0004x + 0,000008
0,085 = 0,0004x + 0,000008
x = 212,52 ppm
9
BAB V
5.1 Kesimpulan
Konsentrasi Absorbansi
Larutan Standar Fe
1 ppm 0,000
3 ppm 0,002
6 ppm 0,002
9 ppm 0,003
12 ppm 0,005
5.1.3 Kadar Fe yang diperoleh pada air laut kenjeran adalah 212,52 ppm.
5.2 Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisa Kuantitatif Anorganik. Jakarta:
EGC.
Fiskanita, dkk. 2015. Analysis of Lead (Pb) and Iron (Fe) in Sea Water at Seaport
in Paranggi Village District of Ampibabo.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JAK/article/download/7868/6216.
Diakses pada tanggal 04 Desember 2019.
Sumar, Hendayana, dkk. 1994. Kimia Analitik Instrumen (edisi kesatu). Semarang:
IKIP Semarang Press
Supriyantini, Endang, dkk. 2015. Kandungan Logam Berat Besi (Fe) Pada Air,
Sedimen, Dan Kerang Hijau (Perna viridis) Di Perairan Tanjung Emas
Semarang. https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/jkt/article/download/512/387
diakses pada tanggal 04 Desember 2019.
11
LAMPIRAN
1. Alur Penelitian
1. Pembuatan FeSO4 1000 ppm
Kurva standar Fe
4. Diencerkan menjadi 1, 3, 6, 9,
dan 12 ppm dengan labu ukur
100 ml
5. Diukur absorbansi dengan SSA
6. Dibuat kurva standar Fe
Kurva standar Fe
12
3. Larutan Sampel
Air laut 10 ml
absorbansi
4. Dihitung konsentrasi Fe
absorbansi
13
2. Dokumentasi Foto
No Gambar Keterangan
1 Alat yang
digunakan
2 Penimbangan
FeSO4 dengan
neraca analitik
9
No Gambar Keterangan
3 Larutan Baku
10
No Gambar Keterangan
6 Pengenceran
dari larutan
baku 1000ppm
menjadi 1, 3, 6,
9, 12 ppm
11
No Gambar Keterangan
7 Proses
absorbansi
dengan
spektoroskopi
serapan atom
12
3. Perhitungan
Konsentrasi(ppm) Absorbansi
1 0
3 0,002
6 0,002
9 0,003
12 0,005
Grafik A vs C
0.006
0.003
0.002
0.001
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Konsentrasi (ppm)
y = 0,0004x - 8E-06
Maka :
0,086 = 0,0004x-0,000008
X = 215,02 ppm
13
0,056 = 0,0004x-0,000008
X = 140,02 ppm
0,115 = 0,0004x-0,000008
X = 287,52 ppm
14