Anda di halaman 1dari 23

ASI EKSKLUSIF DALAM PANDANGAN ISLAM

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Tugas Mata Kuliah Kebidanan Dalam Islam

Dosen Pengampu: Ririn Wahyu Hidayati, S.ST., MKM

Disusun Oleh :
RahmaSalsabella (1610104035)
Dara Violetta Ariza (1610104038)
Intan Wahyuningsih (1610104039)
Wahyu Setyaningrum (1610104043)
Mayang NurmaYesinta (1610104045)

PRODI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Penyusunan Tugas Mata Kuliah Kebidanan
Dalam Islam mengenai “ASI Ekslusif dalam Pandangan Islam”. Pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ririn Wahyu Hidayati, S.ST., MKM selaku dosen pengampu mata kuliah
kebidanan dalam islam yang telah membimbing dan memberikan kritik dan saran
dalam pelaksanaan tugas ini.
2. Seluruh teman-teman A3, khususnya kelompok 1, yang telah bekerjasama
mengerjakan tugas ini serta memberikan masukan dan sarannya, hinga terselesainya
laporan ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Semoga Allah membalas kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Aamiin
Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Yogyakarta, 5 Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................. 1
BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA
A. Definisi Asi Eksklusif ...................................................................................... 4
B. Manfaat Asi Eksklusif ...................................................................................... 4
C. Asi Eksklusif dalam Pandangan Islam ............................................................. 4
BAB III METODE PELAKSANAAN
A. Kesimpulan .................................................................................................... 5
B. Saran ................................................................................................................. 5
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
World HealthOrganisation (WHO) menganjurkan agar pemberian ASI
dilakukan secara eksklusif sejak bayi lahir hingga bayi berusia enam bulan. Anjuran
tersebut telah diikuti oleh berbagai negara di dunia, salah satunya Indonesia.
Walaupun ASI eksklusif telah dianjurkan oleh pemerintah, kegagalan ASI eksklusif
sangat umum terjadi di Indonesia (maritalia, 2012) ASI eksklusif sangat penting bagi
kelangsungan hidup bayi. ASI mengandung growthfactor dan zat antibodi.
Growthfactor dalam ASI berperan dalam membantu proses pematangan organ dan
hormon, sedangkan zat antibodi berfungsi membantu proses pematangan sistem
imun. Proses pematangan sistem imun sangat penting karena sistem imun bayi baru
lahir belum sempurna (Wiji, 2013). Apabila ASI tidak diberikan secara eksklusif,
proses pematangan sistem imun akan terganggu dan menyebabkan bayi mudah
terserang infeksi. Penanganan infeksi yang terlambat dapat memicu kematian
(Nugroho, 2011).
Islam tidak menginginkan pemeluknya memiliki generasi atau keturunan
yang lemah, tidak saja lemah iman, lemah ekonomi tapi juga tidak menginginkan
lemah dalam masalah fisik. Begitu juga suatu bangsa menginginkan anak bangsanya
memiliki kecerdasan dan kebugaran fisik. Untuk mendapatkan semua itu berbagai
upaya dilakukan agar anak tumbuh dengan sehat baik jasmani maupun rohani. Di
dalam al-Qur’an ada beberapa ayat yang menganjurkan kepada para ibu yang
melahirkan untuk memberikan ASI kepada anaknya, bahkan dianjurkan untuk
menyusui hingga sang anak berumur dua tahun, sebagaimana yang dijelaskan dalam
surah al-Baqarah ayat 233 Allah memberi sinyal pada ibu yang melahirkan untuk
memberikan air susu ibu pada anaknya dan suami berkewajiban mencarikan nafqah
yang baik bagiiisteri agar dapat memproduksi air susu ibu yang berkualitas.
Berdasarkan permasalahan yang penulis uraikan di atas, penulis ingin
membahas tentang pentingnya asi eksklusif dalam ppandangan islam ditinjau
menurut al- Qur’an maupun dalam pandangan ilmu pengetahuan.

1
2

B. Rumusan masalah
1. Apa itu asi eksklusif?
2. Apa saja manfaat asi eksklusif untuk ibu dan bayi?
3. Bagaimana pandangan islam tentang asi eksklusif?
C. Tujuan
1. Untuk menrtahui definisi asi eksklusif
2. Untuk mengetahui manfaat asi eksklusif bagi ibu dan bayi
3. Untuk mengetahui pandangan islam tentang asi eksklusif

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. ASI Eksklusif

1.1 Pengertian ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan

lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan

makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali

vitamin dan mineral dan obat. Selain itu, pemberian ASI eksklusif juga berhubungan

dengan tindakan memberikan ASI kepada bayi hingga berusia 6 bulan tanpa makanan

dan minuman lain, kecuali sirup obat. Setelah usia bayi 6 bulan, barulah bayi mulai

diberikan makanan pendamping ASI, sedangkan ASI dapat diberikan sampai 2 tahun

atau lebih.

ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi

baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur

kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup

hampir 200 unsur zat makanan.

ASI adalah sebuah cairan ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi

dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan

zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki

bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat yang sama ASI juga

sangat kaya akan sari-sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan

perkembangan sistem saraf .

3
1.2 Manfaat ASI eksklusif

Komposisi ASI yang unik dan spesifik tidak dapat diimbangi oleh susu

formula. Pemberian ASI tidak hanya bermanfaat bagi bayi tetapi juga bagi ibu yang

menyusui. Manfaaat ASI bagi bayi antara lain; ASI sebagai nutrisi, ASI dapat

meningkatkan daya tahan tubuh bayi, mengembangkan kecerdasan, dan dapat

meningkatkan jalinan kasih sayang.

Manfaat ASI bagi bayi adalah sebagai nutrisi. ASI merupakan sumber gizi

yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan

pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas dan

kuantitasnya. Dengan tata laksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan

tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan.

Setelah usia 6 bulan, bayi harus mulai diberikan makanan padat, tetapi ASI dapat

diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih.

Selain itu juga, ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi. Dengan

diberikan ASI berarti bayi sudah mendapatkan immunoglobulin (zat kekebalan atau

daya tahan tubuh ) dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut dengan

cepat akan menurun segera setelah kelahirannya. Badan bayi baru lahir akan

memproduksi sendiri immunoglobulin secara cukup saat mencapai usia sekitar 4

bulan. Pada saat kadar immunoglobulin bawaan dari ibu menurun yang dibentuk

sendiri oleh tubuh bayi belum mencukupi, terjadilah suatu periode kesenjangan

4
immunoglobulin pada bayi. Selain itu, ASI merangsang terbentuknya antibodi bayi

lebih cepat. Jadi, ASI tidak saja bersifat imunisasi pasif, tetapi juga aktif. Suatu

kenyataan bahwa mortalitas (angka kematian) dan mobiditas (angka terkena penyakit)

pada bayi ASI eksklusif jauh lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang tidak

mendapatkan ASI (Budiasih, 2008).

Disamping itu, ASI juga dapat mengembangkan kecerdasan bayi.

Perkembangan kecerdasan anak sangat berkaitan erat dengan pertumbuhan otak.

Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan otak anak adalah nutrisi yang

diterima saat pertumbuhan otak, terutama saat pertumbuhan otak cepat. Lompatan

pertumbuhan atau growt spourt sangat penting karena pada inilah pertumbuhan otak

sangat pesat. Kesempatan tersebut hendaknya dimanfaatkan oleh ibu agar

pertumbuhan otak bayi sempurna dengan cara memberikan nutrisi dengan kualitas

dan kuantitas optimal karena kesempatan itu bagi seorang anak tidak akan berulang

lagi.

Air susu ibu selain merupakan nutrient ideal, dengan komposisi tepat, dan

sangat sesuai kebutuhan bayi, juga mengandung nutrient-nutrien khusus yang sangat

diperlukan pertumbuhan optimal otak bayi. Nutrient-nutrient khusus tersebut adalah

taurin, laktosa, asam lemak ikatan panjang.

Mengingat hal-hal tersebut, dapat dimengerti kiranya bahwa pertumbuhan

otak bayi yang diberi ASI secara eksklusif selama 6 bulan akan optimal dengan

kualitas yang optimal pula. Hasil penelitian terhadap 1.000 bayi prematur

membuktikan bayi prematur yang diberi ASI eksklusif mempunyai IQ lebih tinggi

8,3 poin. Hasil penelitian Dr.Riva (1977) menunjukan bayi ASI eksklusif pada usia 9

5
tahun mempunyai IQ 12,9 poin lebih tinggi dibanding anak yang ketika bayi tidak

diberi asi eksklusif (Roesli, 2000).

Kemudian yang terakhir adalah ASI dapat menjalin kasih sayang. Bayi yang

sering berada dalam dekapan ibunya karena menyusui, dapat merasakan kasih sayang

ibu dan mendapatkan rasa aman, tenteram, dan terlindung. Perasaan terlindung dan

disayangi inilah yang menjadi dasar perkembangan emosi bayi, yang kemudian

membentuk kepribadian anak menjadi baik dan penuh percaya diri (Ramaiah, 2006).

Bagi ibu, manfaat menyusui itu dapat mengurangi perdarahan setelah

melahirkan. Apabila bayi disusui segera setelah dilahirkan maka kemungkinan

terjadinya perdarahan setelah melahirkan (post partum) akan berkurang (Siswono

2001). Karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna

juga untuk konstriksi/penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih

cepat berhenti. Hal ini akan menurunkan angka kematian ibu yang melahirkan. Selain

itu juga, dengan menyusui dapat menjarangkan kehamilan pada ibu karena menyusui

merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah, dan cukup berhasil. Selama ibu

memberi ASI eksklusif 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah

melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi merusia 12 bulan (Glasier, 2005).

Disamping itu, manfaat ASI bagi ibu dapat mengurangi terjadinya kanker.

Beberapa penelitian menunjukan bahwa menyusui akan mengurangi kemungkinan

terjadinya kanker payudara. Pada umumnya bila semua wanita dapat melanjutkan

menyusui sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih, diduga angka kejadian kanker

payudara akan berkurang sampai sekitar 25%. Beberapa penelitian menemukan juga

bahwa menyusui akan melindungi ibu dari penyakit kanker indung telur. Salah satu

6
dari penelitian ini menunjukan bahwa risiko terkena kanker indung telur pada ibu

yang menyusui berkurang sampai 20-25%. Selain itu, pemberian ASI juga lebih

praktis, ekonomis, murah, menghemat waktu dan memberi kepuasan pada ibu

(Maulana, 2007).

1.3 Fisiologi Pengeluaran ASI

Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara

rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Kemampuan ibu dalam

menyusui/laktasipun berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan yang lebih

besar dibandingkan yang lain. Laktasi mempunyai dua pengertian yaitu pembentukan

ASI (Refleks Prolaktin) dan pengeluaran ASI (Refleks Let Down/Pelepasan ASI)

(Maryunani, 2009).

Pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dimulai sejak kehamilan. Selama

kehamilan terjadi perubahan-perubahan payudara terutama besarnya payudara, yang

disebabkan oleh adanya proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel kelenjar

pembentukan ASI serta lancarnya peredaran darah pada payudara. Proses proliferasi

ini dipengaruhi oleh hormon-hormon yang dihasilkan plasenta, yaitu laktogen,

prolaktin, kariogona dotropin, estrogen, dan progesteron. Pada akhir kehamilan,

sekitar kehamilan 5 bulan atau lebih, kadang dari ujung puting susu keluar cairan

kolostrum. Cairan kolostrum tersebut keluar karena pengaruh hormon laktogen dari

plasenta dan hormon prolaktin dari hipofise. Namun, jumlah kolostrum tersebut

terbatas dan normal, dimana cairan yang dihasilkan tidak berlebihan karena kadar

7
prolaktin cukup tinggi, pengeluaran air susu dihambat oleh hormon estrogen

(Maryunani, 2009).

Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun dengan lepasnya

plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap

prolaktin oleh estrogen. Hormon prolaktin ini merangsang sel-sel alveoli yang

berfungsi untuk membuat air susu ibu (Maryunani, 2009).

Penurunan kadar estrogen memungkinan naiknya kadar prolaktin dan

produksi ASI pun mulai. Produksi prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh

bayi menyusui pada payudara ibu. Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan

meningkat pada keadaan : stress atau pengaruh psikis,anestesi, operasi, rangsangan

puting susu, hubungan kelamin, pengaruh obat-obatan. Sedangkan yang

menyebabkan prolaktin terhambat pengeluarannya pada keadaan: ibu gizi buruk, dan

pengaruh obat-obatan (Badriul, 2008).

Pengeluaran ASI (Refleks Letdown/pelepasan ASI) merupakan proses

pelepasan ASI yang berada dibawah kendali neuroendokrin, dimana bayi yang

menghisap payudara ibu akan merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan

kontraksi sel-sel mioepitel. Kontraksi dari sel-sel ini akan memeras air susu yang

telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus untuk selanjutnya

mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi sehingga ASI tersedia bagi

bayi (Maryunani, 2009).

Faktor-faktor yang memicu peningkatan reflex”letdown/pelepasan ASI” ini

yaitu pada saat ibu : melihat bayinya, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan

memikirkan untuk meyusui bayi. Sementara itu, faktor-faktor yang menghambat

8
reflex”letdown/pelepasan ASI yaitu stress seperti : keadaan bingung/psikis kacau,

takut, cemas, lelah, malu, merasa tidak pasti/merasakan nyeri.

Oksitosin juga mempengaruhi jaringan otot polos uterus berkontraksi

sehingga mempercepat lepasnya plasenta dari dinding uterus dan membantu

mengurangi terjadinya perdarahan. Oleh karena itu, setelah bayi lahir maka bayi

harus segera disusukan pada ibunya (Inisiasi Menyusui Dini ). Dengan seringnya

menyusui, penciutan uterus akan terjadi makin cepat dan makin baik. Tidak jarang

perut ibu akan terus terasa mulas yang sangat pada hari-hari pertama menyusui, hal

ini merupakan mekanisme alamiah yang baik untuk kembalinya uterus ke bentuk

semula (Maryunani, 2009).

1.4 Komposisi ASI

ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5%, oleh karena itu bayi

yang mendapat cukup ASI tidak perlu mendapat tambahan air walaupun berada

ditempat yang suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai dengan saluran cerna bayi,

sedangkan susu formula lebih kental dibandingkan ASI. Hal tersebut yang dapat

menyebabkan terjadinya diare pada bayi yang mendapat susu formula.Komposisi ASI

yaitu : karbohidrat, protein, lemak,mineral,vitamin (Hubertin, 2004 ).

Di dalam ASI terdapat laktosa, laktosa ini merupakan karbohidrat utama

dalam ASI yang berfungsi sebagai salah satu sumber untuk otak. Kadar laktosa yang

terdapat dalam ASI hampir dua kali lipat dibanding laktosa yang ditemukan pada

susu formula. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi

jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah

9
melahirkan). Setelah melewati masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil.

(Badriul, 2008).

Selain karbohidrat, ASI juga mengandung protein. Kandungan protein ASI

cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu

formula. Protein dalam ASI dan susu formula terdiri dari protein whey dan casein.

Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey yang lebih mudah diserap

oleh usus bayi, sedangkan susu formula lebih banyak mengandung protein casein

yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah casein yang terdapat di dalam ASI

hanya 30%, dibanding susu formula yang mengandung protein dalam jumlah yang

tinggi (80%) (Badriul, 2008). Disamping itu juga, ASI mempunnyai asam amino

yang lengkap yaitu taurin. Taurin diperkirakan mempunyai peran pada perkembangan

otak karena asam amino ini ditemukan dalam jumlah cukup tinggi pada jaringan otak

yang sedang berkembang.

ASI juga mengandung lemak, kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah

kemudian meningkat jumlahnya (Husaini, 2001). Lemak ASI berubah kadarnya

setiap kali diisap oleh bayi yang terjadi secara otomatis. Selain jumlahnya yang

mencukupi, jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang

merupakan lemak kebutuhan sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna serta

mempunyai jumlah yang cukup tinggi. Dalam bentuk Omega 3, Omega 6, DHA

(Docoso Hexsaconic Acid) dan Acachidonid acid merupakan komponen penting

untuk meilinasi bayi (Hubertin, 2004).

Disamping karbohidrat, lemak, protein, ASI juga mengandung mineral,

vitamin K, vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan vitamin yang larut dalam air.

10
Hampir semua vitamin larut dalam air seperti vitamin B, asam folat, vitamin C

terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh terhadap kadar

vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI tetapi

kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah pada ibu dengan gizi kurang

(Badriul, 2008).

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakberhasilan ASI Eksklusif

Alasan ibu untuk tidak menyusui terutama yang secara eksklusif sangat

bervariasi. Namun yang sering diungkapkan sebagai berikut (Danuatmaja, 2003).

2.1 Faktor Internal

2.1.1 Ketersediaan ASI

Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah 1) tidak melakukan

inisiasi menyusui dini 2) menjadwal pemberian ASI 3) memberikan minuman

prelaktal (bayi diberi minum sebelum ASI keluar ), apalagi memberikannya dengan

botol/dot 4) kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusui (Badriul,

2008 ).

Inisiasi menyusui dini adalah meletakkan bayi diatas dada atau perut ibu

segera setelah dilahirkan dan membiarkan bayi mencari puting ibu kemudian

menghisapnya setidaknya satu jam setelah melahirkan. Cara bayi melakukan inisiasi

menyusui dini disebut baby crawl. Karena sentuhan atau emutan dan jilatan pada

puting ibu akan merangsang pengeluaran ASI dari payudara. Dan apabila tidak

melakukan inisiasi menyusui dini akan dapat mempengaruhi produksi ASI

(Maryunani, 2009).

11
Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI. Menyusui paling baik

dilakukan sesuai permintaan bayi (on demand ) termasuk pada malam hari, minimal 8

kali sehari. Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh seringnya bayi menyusui. Makin

jarang bayi disusui biasanya produksi ASI akan berkurang. Produksi ASI juga dapat

berkurang bila menyusui terlalu sebentar. Pada minggu pertama kelahiran sering kali

bayi mudah tertidur saat menyusui. Ibu sebaiknya merangsang bayi supaya tetap

menyusui dengan cara menyentuh telinga/telapak kaki bayi agar bayi tetap menghisap

(Badriul, 2008).

Seringkali sebelum ASI keluar bayi sudah diberikan air putih, air gula, air

madu, atau susu formula dengan dot. Seharusnya hal ini tidak boleh dilakukan karena

selain menyebabkan bayi malas menyusui, bahan tersebut mungkin menyebabkan

reaksi intoleransi atau alergi. Apabila bayi malas menyusui maka produksi ASI dapat

berkurang, karena semakin sering menyusui produksi ASI semakin bertambah

(Danuatmaja, 2003).

Meskipun menyusui adalah suatu proses yang alami, juga merupakan

keterampilan yang perlu dipelajari. Ibu seharusnya memahami tata laksana laktasi

yang benar terutama bagaimana posisi menyusui dan perlekatan yang baik sehingga

bayi dapat menghisap secara efektif dan ASI dapat keluar dengan optimal. Banyak

sedikitnya ASI berhubungan dengan posisi ibu saat menyusui. Posisi yang tepat akan

mendorong keluarnya ASI dan dapat mencegah timbulnya berbagai masalah

dikemudian hari (Cox, 2006).

12
2.1.2 Pekerjaan /aktivitas

Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk mendapatkan

penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Wanita yang bekerja seharusnya

diperlakukan berbeda dengan pria dalam hal pelayanan kesehatan terutuma karena

wanita hamil, melahirkan, dan menyusui. Padahal untuk meningkatkan sumber daya

manusia harus sudah sejak janin dalam kandungan sampai dewasa. Karena itulah

wanita yang bekerja mendapat perhatian agar tetap memberikan ASI eksklusif sampai

6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun (pusat kesehatan kerja Depkes RI,2005).

Beberapa alasan ibu memberikan makanan tambahan yang berkaitan dengan

pekerjaan adalah tempat kerja yang terlalu jauh, tidak ada penitipan anak, dan harus

kembali kerja dengan cepat karena cuti melahirkan singkat (Mardiati, 2006).

Cuti melahirkan di Indonesia rata-rata tiga bulan. Setelah itu, banyak ibu

khawatir terpaksa memberi bayinya susu formula karena ASI perah tidak cukup.

Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif, karena waktu ibu

bekerja bayi dapat diberi ASI perah yang diperah minimum 2 kali selama 15 menit.

Yang dianjurkan adalah mulailah menabung ASI perah sebelum masuk kerja.

Semakin banyak tabungan ASI perah, seamakin besar peluang menyelesaikan

program ASI eklusif (Danuatmaja, 2003).

2.1.3 Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini

terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang. Pengetahuan akan memberikan pengalaman kepada ibu tentang cara

13
pemberian ASI eksklusif yang baik dan benar yang juga terkait dengan masa lalunya.

Dalam hal ini perlu ditumbuhkan motivasi dalam dirinya secara sukarela ddan penuh

rasa percaya diri untuk mampu menyusui bayinya. Pengalaman ini akan memberikan

pengetahuan, pandangan dan nilai yang akan menberi sikap positif terhadap masalah

menyusui (Erlina, 2008).

Akibat kurang pengetahuan atau informasi, banyak ibu menganggap susu

formula sama baiknya , bahkan lebih baik dari ASI . Hal ini menyebabkan ibu lebih

cepat memberikan susu formula jika merasa ASI kurang atau terbentur kendala

menyusui. Masih banyak pula petugas kesehatan tidak memberikan informasi pada

ibu saat pemeriksaan kehamilan atau sesudah bersalin (Prasetyono, 2005).

Untuk dapat melaksanakan program ASI eksklusif , ibu dan keluarganya perlu

menguasai informasi tentang fisiologis laktasi, keuntungan pemberian ASI, kerugian

pemberian susu formula, pentingnya rawat gabung,cara menyusui yang baik dan

benar, dan siapa harus dihubungi jika terdapat keluhan atau masalah seputar

menyusui.

2.1.4 Kelainan pada payudara

Tiga hari pasca persalinan payudara sering terasa penuh, tegang, dan nyeri.

Kondisi ini terjadi akibat adanya bendungan pada pembuluh darah di payudara

sebagai tanda ASI mulai banyak diproduksi. Tetapi, apabila payudara merasa sakit

pada saat menyusui ibu pasti akan berhenti memberikan ASI padahal itu

menyebabkan payudara mengkilat dan bertambah parah bahkan ibu bisa menjadi

demam (Roesli, 2000). Jika terdapat lecet pada puting itu terjadi karena beberapa

faktor yang dominan adalah kesalahan posisi menyusui saat bayi hanya menghisap

14
pada putting. Padahal seharusnya sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi.

Puting lecet juga dapat terjadi pada akhir menyusui, karena bayi tidak pernah

melepaskan isapan. Disamping itu, pada saat ibu membersihkan puting menggunakan

alkohol dan sabun dapat menyebabkan puting lecet sehingga ibu merasa tersiksa saat

menyusui karena sakit (Maulana, 2007).

2.1.5 Kondisi kesehatan ibu

Kondisi kesehatan ibu juga dapat mempengaruhi pemberian ASI secara

eksklusif. Pada keadaan tertentu, bayi tidak mendapat ASI sama sekali, misalnya

dokter melarang ibu untuk menyusui karena sedang menderita penyakit yang dapat

membahayakan ibu atau bayinya, seperti penyakit Hepatitis B, HIV/AIDS, sakit

jantung berat, ibu sedang menderita infeksi virus berat, ibu sedang dirawat di Rumah

Sakit atau ibu meninggal dunia (Pudjiadi, 2001).

Faktor kesehatan ibu yang menyebabkan ibu memberikan makanan tambahan

pada bayi 0-6 bulan adalah kegagalan menyusui dan penyakit pada ibu. Kegagalan

ibu menyusui dapat disebakan karena produksi ASI berkurang dan juga dapat

disebabkan oleh ketidakpuasan menyusui setelah lahir karena bayi langsung diberi

makanan tambahan.

2.2 Faktor Eksternal

2.2.1 Faktor petugas kesehatan

Program laktasi adalah suatu program multidepartemental yang melibatkan

bagian yang terkait, agar dihasilkan suatu pelayanan yang komrehensif dan terpadu

bagi ibu yang menyusui sehingga promosi ASI secara aktif dapat dilakukan tenaga

15
kesehatan. Dalam hal ini sikap dan pengetahuan petugas kesehatan adalah faktor

penentu kesiapan petugas dalam mengelola ibu menyusui. Selain itu sistem pelayanan

kesehatan dan tenaga kesehatan juga mempengaruhi kegiatan menyusui (Arifin,

2004).

Perilaku tenaga kesehatan biasanya ditiru oleh masyarakat dalam hal perilaku

sehat. Promosi ASI eksklusif yang optimal dalam setiap tumbuh kembangnya

sangatlah penting untuk mendukung keberhasilan ibu dalam menyusui bayinya (Elza,

2008). Selain itu adanya sikap ibu dari petugas kesehatan baik yang berada di klinis

maupun di masyarakat dalam hal menganjurkan masyarakat agar menyusui bayi

secara eksklusif pada usia 0-6 bulan dan dilanjutkan sampai 2 tahun dan juga

meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam hal memberikan penyuluhan

kepada masyarakat yang luas (Erlina, 2008).

2.2.2 Kondisi kesehatan bayi

Kondisi kesehatan bayi juga dapat mempengaruhi pemberian ASI secara

eksklusif. Bayi diare tiap kali mendapat ASI, misalnya jika ia menderita penyakit

bawaan tidak dapat menerima laktosa, gula yang terdapat dalam jumlah besar pada

ASI (Pudjiadi, 2001).

Faktor kesehatan bayi adalah salah satu faktor yang dapat menyebabkan ibu

memberikan makanan tambahan pada bayinya antara lain kelainan anatomik berupa

sumbing pada bibir atau palatum yang menyebakan bayi menciptakan tekanan negatif

pada rongga mulut, masalah organik, yaitu prematuritas, dan faktor psikologis

dimana bayi menjadi rewel atau sering menangis baik sebelum maupun sesudah

16
menyusui akibatnya produksi ASI ibu menjadi berkurang karena bayi menjadi jarang

disusui (Soetjiningsih, 1997)

2.2.3 Pengganti ASI (PASI) atau susu formula

Meskipun mendapat predikat The Gold Standard, makanan paling baik, aman,

dan satu dari sedikit bahan pangan yang memenuhi kriteria pangan berkelanjutan

(terjangkau, tersedia lokal dan sepanjang masa, investasi rendah). Sejarah

menunjukkan bahwa menyusui merupakan hal tersulit yang selalu mendapat

tantangan, terutama dari kompetitor utama produk susu formula yang mendisain susu

formula menjadi pengganti ASI (YLKI, 2005).

Seperti di Indonesia sekitar 86% yang tidak berhasil memberikan ASI

eksklusif karena para ibu lebih memilih memberikan susu formula kepada bayinya.

Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya penggunaan susu formula lebih dari 3x lipat

selama 5 tahun dari 10,8% pada tahun 1997 menjadi 32,5% tahun 2002 (Depkes,

2006).

2.2.4 Keyakinan

Kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti teh, air manis, dan jus

kepada bayi menyusui dalam bulan-bulan pertama umum dilakukan. Kebiasaan ini

seringkali dimulai saat bayi berusia sebulan. Riset yang dilakukan di pinggiran kota

Lima, Peru menunjukkan bahwa 83% bayi menerima air putih dan teh dalam bulan

pertama. Penelitian di masyarakat Gambia, Filipina, Mesir, dan Guatemala

melaporkan bahwa lebih dari 60% bayi baru lahir diberi air manis dan/atau teh. Nilai

budaya dan keyakinan agama juga ikut mempengaruhi pemberian cairan sebagai

minuman tambahan untuk bayi. Dari generasi ke generasi diturunkan keyakinan

17
bahwa bayi sebaiknya diberi cairan. Air dipandang sebagai sumber kehidupan,

suatu kebutuhan batin maupun fisik sekaligus.

1
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Anak harus mendapatkan Air susu Ibunya jika hal tersebut tidak memungkinkan,
dianjurkan untuk mencari ibu susu mukmin dan sehat lahir dan batin. Namun bila ibu
susu dengan kriteria tersebut tidak didapatkan, kita diperbolehkan untuk mengambil ibu
susu yang tidak beragama (agama islam) dengan syarat melarangnya meminum-
minuman keras dan memakan atau meminum segala sesuatu yang dapat
membahagiakan kaselamatan anak.
Kestabilan mental dan emosional ibu dan kesehatan jasmaninya haruslah diperhatikan.
Selain itu, untuk mendapatkan air susu dalam jumlah yang banyak dan berkrealitas
tinggi, dianjurkan agar ibu memakan makanan yang mengandung banyak gizi karena
hal itu sangat penting untuk pertumbuhan fisik dan psikis anak.

B. SARAN
Disarankan kepada Ibu-ibu untuk dapat memberikan ASI kepada bayinya secara
ekslusif. Karena selain dianjurkan oleh medis untuk kesehatan Ibu dan bayi, juga
dianjurkan dalam agama islam.

2
DAFTAR PUSTAKA

Maryunani, Anik, 2009. Asuhan pada Ibu dalam Masa Nifas (Postpartum). Jakarta:
EGC
Roesli, U., 2005. Mengenal ASI Ekslusif. Jakarta : PT Pustaka Pembangunan Swadaya
Nusatara
Dahlan, S. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan ed.3. Jakarta : Salemba Medika
Depkes, 2005. Manajemen Laktasi. Buku Panduan Bagi Bidan dan Petugas Kesehatan
di Puskesmas. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
Baskoro, A, 2008. ASI Panduan Praktis Ibu menyusui, Banyu media
Maritalia, D. (2012). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Nugroho, T. (2011). ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta: Nuha Medika.

Wiji, R.N. (2013). ASI dan Pedoman Ibu Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai