Anda di halaman 1dari 87

PENERAPAN TINDAKAN KEPERAWATAN PEMBERIAN MAKANAN

DIET RENDAH GARAM PADA Tn. S DENGAN ASUHAN


KEPERAWATAN PASIEN HIPERTENSI DI RUANG
RAJAWALI ATAS RUMAH SAKIT
UMUM ANUTAPURA PALU

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program


pendidikan Diploma III Kesehatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan

Oleh:
Ni Made Arianti
NIM: PO7120115 038

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM
STUDI D111KEPERAWATAN PALU
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

ini dengan judul “Penerapan Tindakan Keperawatan Pemberian Makanan Diet

Rendah Garam Pada Tn. S Dengan Asuhan Keperawatan Pasien Hipertensi Di

Ruangan Rajawali Atas Di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu”.

Peneliti Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah

satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan pada Politeknik

Kesehatan Kemenkes Palu. Peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang

tidak terhingga kepada kedua orang tua tercinta mama (Ni Made Rusmiati) dan

bapak (I ketut Karma Yasa) yang telah membesarkan dengan penuh kasih serta

selalu memberikan dukungan dalam setiap doanya. Serta Kakak ( I Putu Riawan )

dan keluarga yang selalu memberikan semangat dan mendoakan baik dukungan

moral maupun materi kepada penulis selama mengikuti pendidikan.

Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, sangatlah sulit bagi saya untuk

menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih

kepada Bapak/Ibu:

1. Nasrul, SKM, M.Kes, Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu

2. Selvi Alfrida M, S.Kep.,M.Si, Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kemenkes Palu

3. I Wayan Supetran, S.Kep.,Ns,M.Kes, Ketua Program Studi D-III

Keparawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu

iii
4. Roy Tangkela’bi, SKM, Koordinator diklat Rumah Sakit Umum Anutapura

Palu yang telah mengizinkan peneliti mengambil data awal dan melakukan

penelitian.

5. Metrys Ndama, SST, M.Kes, dosen pembimbing utama yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Nurlailah Umar, S.Kep,Ns,M.Kes, dosen pembimbing pendamping yang

telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya

dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Rina Tampake, S.Pd, S.Kep, Ns, M.Med, Ed, penguji utama yang telah

memberikan banyak masukkan untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Sugeng Adiono, SE., M.kes, penguji kedua yang telah memberikan banyak

masukkan untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Amiyadin, SKM, SE, penguji ketiga yang telah memberikan banyak

masukkan untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

10. Dosen dan Staf Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan

Prodi Keperawatan Palu yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan,

bimbingan serta dorongan moril kepada peneliti selama penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini.

11. Kepada sahabat-sahabatku terhebat (Elvira Kristanti Toridu, Ririn, zahra,

Nevi arista, Yulita, Nidya Triyani, Istifa Amanda, Heni Khairany dan yang

lainnya) yang telah menjadi keluarga kedua untukku sebagai tempat berbagi.

iii
Semoga bantuan serta budi baik yang telah diberikan kepada penulis,

mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Besar harapan peneliti agar Karya

Tulis Ilmiah akhir ini dapat bermanfaat.

Palu, Agustus 2018

Peneliti

iii
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN

Arianti Made Ni, 2018. Penerapan Tindakan Keperawatan Pemberian Makanan


Diet Rendah Garam Pada Tn.S Dengan Asuhan Keperawatan Pasien
Hipertensi Di Ruang Rajawali Atas Rumah Sakit Umum Anutapura Palu.
Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan Palu Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Palu. Pembimbing: (1) Metrys Ndama (2) Nurlailah
Umar.

ABSTRAK

Vii + 56 halaman + 3 tabel + 12 lampiran

Hipertensi adalah faktor resiko ketiga terbesar yang menyebabkan


kematian dini, terjadinya gagal jantung serta penyaakit gangguan otak. Diet
rendah garam adalah diet yang membatasi asupan natrium. Tujuan penelitian ini
menerapkan tindakan keperawatan diet rendah garam pada asuhan keperawatan
pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu
Metode penelitian ini adalah deskritif dengan pendekatan studi kasus
subjek penelitian adalah Tn.S yang dirawat di Ruang Rajawali Atas Rumah Sakit
Umum Anutapura Palu. Penelitian di lakukan pada tanggal 06-08 Juli 2018.
Hasil penelitian Tn. S didapatkan klien mengatakan nyeri kepala, pusing,
badannya terasa lemas, tidak ada nafsu makan, porsi makanan tidak dihabiskan,
makanannya terasa hambar, wajah meringis, skala nyeri 6 (0-10), klien nampak
lemah, setengah porsi makan tidak dihabiskan diagnosa yang didapat adalah nyeri
dan resiko kekurangan nutrisi. Intervensi yang dilakukan, observasi keadaaan dan
tanda tanda vital, kaji nyeri, observasi diet rendah garamnya, penatalaksanaan
dengan ahli gizi dalam pemberian makanan diet rendah garam, bantu klien makan,
implementasi melakukan pemberian makanan diet rendah garam untuk tahap
evaluasi selama tiga hari klien menghabiskan porsi makanan dan tekanan darah
klien berada dikisaran 170/90 mmHg dan 150/90 mmHg.
Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa hasil penelitian yang
dilakukan sesuai dengan teori adalah intervensi dan implementasi dan ada juga
tidak sesuai dengan teori adalah diagnosa keperawatan, serta jika dibandingkan
dengan teori tidak ada kesenjangan teori dan ada juga kesenjangan dalam teori.
Diharapkan dengan penelitian ini perawat dapat memberi pelayanan profesional
dan komprehensif pada klien khususnya dengan hipertensi dengan cara
memberikan tindakan pemberian makanan diet rendah garam dan klien juga dapat
melakukan perawatan ini di rumah.

Kata Kunci : Hipertensi, Askep, Pemberian Makanan Diet Reendah Garam


Daftar Pustaka : 21 pustaka (2008-2016)

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan Studi Kasus .............................................................................. 5
D. Manfaat Studi Kasus ............................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori Hipertensi ...................................................................... 7
1. Defenisi ............................................................................................ 7
2. Etiologi ........................................................................................... 7
3. Klasifikasi ....................................................................................... 8
4. Patofisiologi .................................................................................... 8
5. Tanda dan Gejala ............................................................................ 11
6. Pemeriksaan Penunjang .................................................................. 11
7. Penatalaksanaan .............................................................................. 12
8. Komplikasi ..................................................................................... 16
B. Konsep Asuhan Keperawatan Hipertensi............................................. 17
1. Pengkajian ...................................................................................... 17
2. Diagnosa Keperawatan .................................................................... 23
3. Perencanaan dan intervensi ............................................................. 23
C. Konsep Teori rendah Garam ................................................................ 29
1. Definisi ........................................................................................... 29
2. Tujuan Diet ...................................................................................... 30
3. Prinsip Diet ...................................................................................... 30
4. Syarat Diet ....................................................................................... 30
5. Macam Diet dan Indikasi Pemberian .............................................. 31
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 35
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 35
C. Subyek Penelitin .................................................................................. 35
D. Fokus Studi .......................................................................................... 35
E. Defenisi Oprasional .............................................................................. 35
F. Pengumpulan Data ............................................................................... 36
G. Analisa Data ......................................................................................... 37
H. Etika Penelitian .................................................................................... 38

V
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 39
1. Pengkajian ....................................................................................... 39
2. Pengumpulan Data ........................................................................... 43
3. Klasifikasi Data ............................................................................... 43
4. Analisa Data .................................................................................... 44
5. Diagnosa Keperawatan .................................................................... 45
6. Perencanaan Keperawatan .............................................................. 45
7. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ........................................ 47
B. Pembahasan .......................................................................................... 50
1. Pengkajian Keperawatan .................................................................... 50
2. Diagnosa Keperawatan ...................................................................... 51
3. Intervensi Keperawtan ....................................................................... 52
4. Implementasi ...................................................................................... 53
5. Evaluasi .............................................................................................. 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 55
B. Saran ..................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

V
DAFTAR TABEL

Analisa Data 4.1 ............................................................................................... 44


Perencanaan Keperawatan 4.2 ......................................................................... 45
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan 4.3 .................................................. 47

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Penjelasan Sebelum Penelitian

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan informed consent


Lampiran 3 : Pengkajian Keperawatan
Lampiran 4 : Lembar Observasi
Lampiran 5 :Prosedur Pelaksanaan Tindakan Pemberian Makanan Diet
Rendah Garam
Lampiran 6 : Surat Pengambilan Data Awal
Lampiran 7 : Surat Keterangan Telah Selesai Pengambilan Data Awal
Lampiran 8 : Surat izin Melakukan Penelitian
Lampiran 9 : Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian
Lampiran 10 : Pernyataan Surat Keaslian Tulisan
Lampiran 11 : Riwayat Hidup
Lampiran 12 : Jadwal kegiatan

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi adalah faktor resiko ketiga terbesar yang menyebabkan

kematian dini, terjadinya gagal jantung serta penyaakit gangguan otak.

Hipertensi dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur, sosial

dan ekonomi. Dengan bertambahnya umur, resiko terkena hipertensi menjadi

lebih besar, hal tersebut disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh

darah besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh

darah menjadi lebih kaku, sebagai akibatnya tekanan darah sistolik meningkat.

(Dananda, 2016)

Beberapa anjuran dalam upaya penurunan tekanan darah melalui

modifikasi gaya hidup yaitu dengan penurunaan berat badan, penerapaan

perencanaan makan dengan dietaryapproaches to stop hypertension (DASH),

pembatasan asupan garam NaCl, membatasi asupan alkohol dan olahraga

teratur mencakup berjalan, joging, bersepeda dan berenang setidaknya 30

menit per hari. Tidak hanya itu upaya pencegahan hipertensi dapat di lakukan

dengaan pemberian antihipertensi untuk mencegah prehipertensi. (Dananda,

2016)

Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menurunkan atau

mengontrol tekanan darah yaitu dengan melakukan diet. Diet rendah garam

adalah diet yang membatasi asupan natrium. Natrium yang dimaksud yaitu :

Natrium (Nacl) atau garam dapur, monosodium glutamate (MSG) atau Vetsin,

natrium bikarbonat atau soda kue, natrium benzoat atau yang biasa digunakan

1
2

untuk mengawetkan buah-buahan dan natrium bisulfit atau yang biasa

digunakan untuk mengawetkan daging. (Wahyuningsih, 2013)

Tujuan dari penatalaksanaan diet adalah untuk membantu

menurunkan tekanan darah dan mempertahankan tekanan darah menuju

normal. Disamping itu, diet juga ditujukan untuk menurunkan faktor risiko

lain seperti berat badan yang berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol dan

asam urat dalam darah. Harus diperhatikan pula penyakit degeneratif lain yang

menyertai darah tinggi seperti jantung, ginjal dan diabetes mellitus (Pratiwi,

2014).

Peran perawat dalam penerapan tindakan keperawatan pemberian

makanan diet rendah garam pada asuhan keperawatan pasien hipertensi adalah

memberikan makanan yang mengandung rendah garam dan membatasi

makan-makanan yang berlemak.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Effendi (2011) Pengaruh

pendamping perilaku diet hipertensi terhadap kepatuhan diet pada penderita

hipertensi menunjukan bahwa rendahnya angka kepatuhan terhadap diet

rendah garam membuat meningkatnya angka kejadian kekambuhan hipertensi,

sehingga perlu dilakukan perbaikan intervensi lain untuk meningkatkan angka

kepatuhan diet rendah garam pada penderita hipertensi.

World Health Organization (WHO) dan The International Society Of

Hypertension (ISH) mengemukakan bahwa hipertensi merupakan kondisi

ketika tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan tekanan darah

diastolik lebih besar dari 90 mmHg (Yasmara, 2017).


3

Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran

menurut usia >18_ tahun sebesar 25,8%. Prevalensi hipertensi di Indonesia

yang di peroleh melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan adalah 9,4%

yang diagnosis tenaga kesehatan sebesar atau sedang minum obat sebesar

9,5%. Jadi terdapat 0,1% yang minum obat sendiri. Responden yang

mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi 0,7%.

Jadi prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5%. (Mulyadi, 2013)

Kasus hipertensi di provinsi Sulawesi Tengah pada tahun 2014 lebih

banyak diderita oleh perempuan dengan jumlah 4.604, sedangkan laki-laki

berjumlah 3.249, sehingga total keseluruhan adalah 7.853. pada tahun 2015

kasus hipertensi mencapai 6.619, dengan jumlah perempuan adalah 3.960 dan

laki-laki adalah 2.659, dan pada tahun 2016 kasus hipertensi mencapai 8.697,

dengan jumlah perempuan 5.069 dan laki-laki 3.628. data tersebut

membuktikan bahwa angka penderita hipertensi pada tahun 2014 dan 2015

mengalami penurunan, sedangkan pada tahun 2016 penderita hipertensi

mengalami kenaikan yang mencapai hingga 8.697 jiwa (Dinkes Provinsi

Sulawesi Tengah, 2016).

Data studi kasus yang diperoleh dari Rekam Medik Rumah Sakit

Umum Anutapura Palu tahun 2016 pada pengambilan data awal jumlah pasien

dengan hipertensi sebanyak 546 jiwa yang terbagi atas laki-laki sebanyak 263

jiwa dan perempuan sebanyak 329 jiwa, pada tahun 2017 jumlah pasien

hipertensi meningkat yaitu sebanyak 694 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 340

jiwa dan perempuan 354 jiwa. Hal ini menunjukan bahwa jumlah pasien yang
4

mengalami hipertensi pada tahun 2016 sampai 2017 terus mengalami

kenaikan. (RSU Anutapura, 2017).

Hasil pengamatan yang dilkukan peneliti pada waktu melaksanakan

Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah II (KMB II) didapatkan pasien

dalam kondisi tekanan darahnya meningkat sehingga peneliti tertarik

mengambil penelitian tentang “Penerapan Tindakan Keperawatan Pemberian

Makanan Diet Rendah Garam Pada Asuhan Keperawatan Pasien Hipertensi Di

Rumah Sakit Umum Anutapura Palu”. Untuk memenuhi kebutuhan pemberian

makanan diet rendah garam pada pasien hipertensi dengan cara memberikan

makanan secara oral.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik mengambil penelitian

tentang “Penerapan Tindakan Keperawatan Pemberian Makanan Diet Rendah

Garam Pada Asuhan Keperawatan Pasien Hipertensi Di Rumah Sakit Umum

Anutapura Palu”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu “Bagaimanakah

Penerapan Tindakan Keperawatan Pemberian Makanan Diet Rendah Garam

Pada Tn.S dengan Asuhan Keperawatan Pasien Hipertensi Di Ruang Rajawali

Atas Rumah Sakit Umum Anutapura Palu?”


5

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan umum

Tujuan umum dari studi kasus ini yaitu menerapkan tindakan

keperawatan pemberian makanan diet rendah garam pada Tn.S asuhan

keperawatan pasien hipertensi Di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada Tn.S pasien hipertensi Di

Ruang Rajawali Atas Rumah Sakit Umum Anutapura Palu

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.S Pasien hipertensi Di

Ruang Rajawali Atas Rumah Sakit Umum Anutapura Palu

c. Menentukan Perencanaan keperawatan Pada Tn.S Pasien Hipertensi Di

Ruang Rajawali Atas Rumah Sakit Umum Anutapura Palu

d. Mengimplementasikan Tindakan Keperawatan Pemberian Makanan

Diet Rendah Garam Pada Tn. S dengan Asuhan Keperawatan Pasien

Hipertensi Di Ruang Rajawali Atas Rumah Sakit Umum Anutapura

Palu

e. Melakukan evaluasi keperawatan Penerapan tindakan keperawatan

pemberian makanan diet rendah garam pada Tn.S dengan Asuhan

Keperawatan Pasien Hipertensi Di Ruang Rajawali Atas Rumah Sakit

Umum Anutapura Palu.


6

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat diaplikasikan bagi semua perawat atau tenaga

kesehatan dalam upaya penerapan tindakan pemberian makanan diet

rendah garam pada pasien hipertensi khususnya di Rumah Sakit Umum

Anutapura Palu

2. Bagi Poltekkes Kemenkes Palu

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dengan hasil penelitian

yang dilaksanakan sebagai tambahan referensi pada perpustakaan

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palu Jurusan Keperawatan

Prodi Keperawatan Palu

3. Bagi Peneliti

Memperoleh pengalaman dalam memberikan tindakan makanan diet

rendah garam pada asuhan keperawatan pasien hipertensi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Hipertensi

1. Definisi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara terus menerus

hingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg

(Manurung,2016).

Hipertensi berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik atau tekanan

diastolik atau tekanan keduanya. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai

tekanan darah tinggi persistem dimana tekanan sistliknya di atas 140 mmHg

dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi

didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90

mmHg (Wijaya, 2013).

Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan

sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolik

sama atau lebih besar 95 mmHg (Padila, 2013).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih

dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg (Arif Muttaqin

2012)

2. Etiologi

Faktor resiko (Manurung,2016) :

a. Adanya riwayat keluarga penderita hipertensi

b. Stress

c. Kegemukan

7
8

d. Hipernatremia

3. Klasifikasi

a. Klasifikasi Berdasarkan Etiologi menurut (Wijaya dan Putri, 2013)

1) Hipertensi primer

Merupakan 90% dari kasus penderita hipertensi. Dimana sampai saat

ini belum diketahui penyebabnya secara pasti. Beberapa faktor yang

berpengaruh dalam terjadinya hipertensi esensial, seperti : faktor

genetik, strees dan psikologis, serta faktor lingkungan dan diet

(peningkatan penggunaan garam dan berkurangnya asupan kalium

atau kalsium).

2) Hipertensi sekunder

Pada hipertensi sekunder, penyebab dan patofisiologi dapat diketahui

dengan jelas sehingga lebih mudah untuk dikendalikan dengan obat-

obatan. Penyebab hipertensi sekunder diantaranya berupa kelainan

ginjal seperti tumor, diabetes, kelainan adrenal, kelaianan aorta,

kelainanendokrin lainnya seperti obesitas, resistensi insulin,

hipertiroidisme, dan pemakaian obat-obatan seperti konstrasepsi oral

dan kortikosteriod.

4. Patofisiologi

Kepastian mengenai patofisiologi hipertensi masih dipenuhi ketidak

pastian.Sejumlah kecil pasien (anatara 2% dan 5%) penyakit dasar ginjal

atau adrenal yang menyebabkan peningkatan tekanan darah. Namun,

masih belum ada penyebab tunggal yang yang dapat diindentifikasikan dan
9

kondisi inilah yang disebut sebagai “hipertensi esensial”. Sejumlah

mekanisme fisiologis terlibat dalam pengaturan tekanan darah normal,

yang kemudian dapat turut berperan dalam terjadinya hipertensi esensial.

Beberapa faktor yang saling berhubungan mungkin juga turut serta

menyebabkan peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensif, dan

peran mereka berbeda pada setiap individu. Di antara faktor-faktor yang

telah dipelajari secara intensif adalah asupan garam, obesitas dan resitensi

insulin, system renin-angiotensin,dan system saraf simpatis. Pada beberapa

tahun belakangan, faktor lainya telah dievaluasi, termasuk genetik,

disfungsi endotel (yang tampak pada perubahan endotelindan nitrat

oksida).

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor

ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis

dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan

abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls

yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis. Pada titik ini, neuron

preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf

paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya

norepinefrin mengakibatkan konstraksi pembuluh darah. Berbagai faktor

seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh

darah terhadap rangsangan vasokontriktor. Individu dengan hipertensi


10

sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan

jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respon rangsangan emosi, kalenjar adrenal juga

terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla

adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks

adrenail mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat

respon vasokontriksi pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan

penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepesan renin. Renin

merangsang pembentukan angiotensin 1 yang kemudian diubah menjadi

11, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merasang sekresi

aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan peningkatan

volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung pencetus keadaan

hipertensi.

Perubahan struktural dan fungsional pada system pembuluh darah

perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada

lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi anterosklerosis, hilangnya

elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos

pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi

dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar

berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang

dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan

curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Wijaya dan Putri, 2013).
11

5. Tanda dan Gejala

Tanda dan Gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : (Wijaya dan Putri,

2013).

a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter

yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah

terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

b. Gejala yang lazim

Sering dikatakan gejala yang terlazim yang menyertai hipertensi

meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataan ini merupakan

gejala terlazim yang mengenal kebanyakan pasien yang mencari

pertolongan medis.

6. Pemeriksaan Penunjang (Wijaya dan Putri, 2013)

a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh

b. Pemeriksaan retina

c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti

ginjal dan jantung

d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri

e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin,darah,glukosa

f. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal,

pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dalam penentuan kadar urine

g. Photo dada dan CT scan


12

7. Penatalaksaanaan

Penatalaksanaa menurut (Wijaya dan Putri, 2013)

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan

mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan

pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg.

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

a. Terapi tanpa obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan

dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. terapi

tanpa obat ini meliputi :

1) Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

a) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr 5 gr/hr

b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

c) Penurunan berat badan

d) Penurunan asupan etanol

e) Menghetikan merokok

f) Diet tinggi kaliu

2) Latihan fisik

Latihan fisik atau olahraga yang teratur yang terarah yang dianjurkan

untuk penderita hipertensi adalah olahraga yang mempunyai empat

prinsip yaitu :
13

a) Macam olahraga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging

bersepeda , berenang dan lain-lain

b) Intensitas olahraga yang baik antara 60-80% dari kapasitas

aerobik atau 72-87% dari denyut nadi maksimal yang disebut

zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan

rumus 220-umur

c) Lamanya latihan berkisar anatar 20-25 menit berada dalam zona

latihan

d) Frekuensi latihan sebaiknya 3x perminggu dan paling baik 5x

perminggu

3) Edukasi psikososial

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

a) Tehnik biofeedback

Biofeedback adalah suatu teknik yang dipakai untuk menunjukan

pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara

sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback

terutama dipakai untuk mengatsi gangguan somatik seperti nyeri

kepala dan migran, juga untuk gangguan psikologis seperti

kecemasan dan ketegangan.

b) Tehnik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau teknik yang bertujuan untuk

mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih


14

penderita untuk dapat belajar membuat otot –otot dalam tubuh

menjadi rileks.

4) Pendidikan kesehatan ( penyuluhan )

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan

pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga

pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi

lebih lanjut.

a. Terapi dengan obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan

darah saja tetapi juga mengurangi dan mecegah komplikasi akibat

hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan

hipertensi umumnya perlu dilakuakan seumur hidup penderita.

Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli

Hipertensi (Joint National Committee on Detection,

Evaluationand Treatment of High Blood Pressure, USA, 1998)

menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis

kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat

tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan

penyakit lain yang ada pada penderita

1) Follow Up mempertahankan terapi

Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan

interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas

kesehatan (perawat, dokter) dengan cara pemberian pendidikan


15

kesehatan. Hal –hal yang harus diperhatiakan dalam interaksi

pasien dengan petugas kesehatan sebagai berikut :

a) Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil

pengukuran tekanan darahnya

b) Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai

mengenai tekanan darahnya

c) Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat

sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan

morbiditas dan mortilitas

d) Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat

mengatakan tingginya tekana darah atas dasar apa yang

dirasakannya, tekanan darah dapat diketahui dengan

mengukur memakai alat tensimeter

e) Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan

lebih dahulu

f) Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukan dalam cara

hidup penderita

g) Ikut sertakan keluarga penderita dalam proses terapi

h) Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila

penderita atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya

di rumah

i) Buatlah sederhana mungkin pemakain obat anti hipertensi

misal 1x atau 2x sehari


16

j) Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti

hipertensi, efek samping dan masalah-masalah yang

mungkin terjadi

k) Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi

dosis atau mengganti obat untuk mencapai efek samping

minimal dan efektifitas maksimal

l) Usahakan biaya terapi semenimal mungkin

m) Untuk penderita yang kurang patuh, usahkan kunjungan

lebih sering

n) Hubungi segera penderita, bila tidak ditangani pada waktu

yang ditentukan.

Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan

maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap

pasien tentang pemahaman dan pelaksaan pengobatan

hipertensi.

8. Komplikasi

Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati dan tanggulangi, maka

dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh

sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut. komplikasi

hipertensi dapat terjadi pada organ-organ sebagai berikut :

a. Jantung

Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan

penyakit jantung coroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja


17

jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang

elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak

mampu lagi memompa sehingga banyak cairan yang tertahan diparu

maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak napas atau

oedema. kondisi ini disebut gagal jantung.

b. Otak

Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila

tidak diobati risiko terkena stroke 7 kali lebih besar.

c. Ginjal

Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan ginjal, tekanan

darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan system penyaringan

didalam ginjal akibat lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-

zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalalui aliran darah dan

terjadi penumpukan di dalam tubuh.

d. Mata

Pada mata hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati dan

dapat menimbulkan kebutaan.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Hipertensi

1. Pengkajian ( Wijaya, 2013)

a. Data biografi : Nama, Alamat, Umur, Tangal MRS, diagnose medis,

penanggung jawab, catatan kedatangan


18

b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama : Biasanya pasien datang ke rumah sakit dengan

keluhan kepala terasa pusing dan bagian kuduk terasa berat, tidak bisa

tidur.

2) Riwayat kesehatan sekarang : Biasanya pada saat dilakukan

pengkajian pasien masih mengeluh kepala terasa sakit dan berat,

penglihatan berkunang-kunang, tidak bisa tidur

3) Riwayat kesehatan dahulu : Biasanya penyakit hipertensi ini adalah

penyakit yang menahun yang sudah lama dialami oleh pasien, dan

biasanya pasien mengkonsumsi obat rutin seperti Captopril.

4) Riwayat kesehatan keluarga : Biasanya penyakit hipertensi ini adalah

penyakit keturunan.

c. Data dasar pengkajian

a. Aktivitas / istirahat

Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton

Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,

tekipnea.

b. Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner,

penyakit serebrovaskuler

Tanda : Kenaikan tekanan darah, hipotensi postural, takhikardi,

perubahan warna kulit, suhu dingin.


19

c. Eliminasi

Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu

d. Makanan / cairan

Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi

garam, lemak, dan kolesterol

Tanda : berat badan normal atau obesitas, adanya edema

e. Neurosensori

Gejala : keluhan pusing / pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala,

berdenyut gangguan penglihatan, episode epistaksis

Tanda : perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman,

perubahan retinal optik

f. Nyeri / ketidaknyamanan

Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala

oksipital berat, nyeri abdomen

g. Pernapasan

Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea,

dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat

merokok

Tanda : distress respirasi / penggunaan otot aksesoris pernapasan,

bunyi napas tambahan, sianosis

h. Keamanan

Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan

Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural


20

i. Pembelajaran / Penyuluhan

Gejala : faktor risiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit

jantung, DM, penyakit ginjal, faktor risiko etnik, penggunaan pil KB

atau hormon

d. Pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler

1) Inspeksi jantung

Inspeksi jantung berarti mencari tanda-tanda yang mengungkapkan

keadaan jantung pada pembukaan dada dengan cara

melihat/mengamati

a) Bentuk prekordium

Pada umumnya belahan dada simetris. Precordium yang cekung

dapat terjadi akibat pericarditis menahun, fibrosis atau atelectasis

paru, dan akibat penekanan oleh benda yang seringkali disandarkan

pada dada

b) Denyut apeks jantung (iktus kordis)

Tempat iktus kordis belum tentu dapat dilihat terutama pada orang

gemuk. Dalam keadaan normal, dengan sikap duduk, tidur

terlentang atau berdiri iktus terlihat dalam ruangan intercostal V

sisi kiri agak medial dari linea midclavicularis

c) Denyut nadi pada dada

Bagian prekardium di samping sternum dapat bergerak naik –turun

seirama dengan diastolick dan sistolik. Tanda ini terdapat di

ventrikel kanan yang membesar.


21

d) Denyutan vena

Vena yang tanpak pada dada punggung tidak menunjukan

denyutan. Vena yang menunjukkan denyutan hanyalah vena

jugularis yang interna dan eksterna

2) Palpasi jantung

Palpasi dapat menguatkan hasil yang didapat dari inspeksi. Denyut

yang tidak tanpak, juga dapat ditemukan dengan palpasi Palpasi pada

precordium harus dilakukan dengan telapak tanggan dahulu, baru

kemudian memakai ujung jari. Palpasi mula-mula harus dilakukan

dengan menekan secara ringan dan kemudian dengan tekanan yang

keras. Pemeriksa berdiri disebelah pasien, sedangkan pasien dalam

sikap duduk dan kemudian berbaring terlentang. Telapak tangan

pemeriksa diletakan pada prekordium dengan ujung-ujung jari

menuju kesamping toraks. Hal ini dilakukan untuk memeriksa

denyutan apeks. Setelah itu tangan kanan pemeriksa menekan lebih

keras untuk menilai kekuatan denyutan apeks. Jika denyut apeks

sudah ditemukan dengan palpasi mengunakan telapak tangan, kita

palpasi denyut apeks dengan memakai ujung-ujung jari telunjuk dan

tengah.
22

3) Perkusi jantung

a. Batas kiri jantung

b. Batas jantung sabelah kiri yang terletak disebalah cranial iktus,

pada ruang iterkosta II letaknya lebih dekat ke sternum dari pada

letak iktus cordis ke sternum, kurang lebih dilinea parasternalis kiri

c. Batasan kanan jantung

Perkusi juga dilakukan dari arah lateral kemedial. Disini agak sulit

menentukan batas jantung karena letaknya agak jauh dari dinding

depan toraks. Batas bawah kanan jantung adalah disekitar ruang

interrkostal III – IV kanan, dilinea parasternalis kanan.

4) Auskutasi jantung

a. Bunyi jantunng I

Terjadi karena getaran menutupnya katup antriovetrikularis, yang

terjadi pada saat kontraksi isometris dari bilik pada pemulaan

systole. Getaran yang terjadi tersebut akan diproyeksikaan pada

dinding toraks yang kita dengar sebagai bunyi jantung I.

b. Bunyi jantung II

Terjadi akibat proyeksi getaran menutupnya katub aorta dan

pulmonalis pada dinding toraks. Ini terjadi kira-kira permulaan

diastole. BJ II normal selalu lebih lema dari pada BJ I.

c. Bising jantung/cardiakmurmur

Bising jantung lebih lama dari pada bunyi jantung.


23

1) Apakah bising terdapat antara BJ I dan BJ II (bising systole),

ataukah bising terdapat antara BJ II dan BJ I (bising diastole).

2) Tentukan lokasi bising yang terkeras

3) Tentukan arah dan sampai mana bisinng itu diajarkan. Bising itu

dijalarkan disemua arah tetapi tulang merupakan penjalar bising

yang baik dan bising keras akan dijalarkan lebih dulu

4) Perhatikan derajat intensitas, kasar, halus, bising gesek, bising

yang meniup dan bising yang melagu.

2. Diagonosa keperawatan ( Nurarif, 2015)

a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan isi

sekuncup yang disebabkan oleh masalah mekanis atau struktural

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas

c. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler

serebral

d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif

e. Resiko kekurangan nutrisi berhubungan dengan diet rendah garam

3. Rencana Asuhan Keperawatan ( Nurarif, 2015 dan Taylor, 2014)

a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan isi

sekuncup yang disebabkan oleh masalah mekanis atau struktural

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan penurunan isi sekuncup dapat teratasi

Hasil yang diharapkan :

1) Tanda vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi, Respirasi)


24

2) Dapat mentolerasi aktivitas, tidak ada kelelahanaa

3) Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites

4) Tidak ada penurunan kesadaran

Intervensi keperawatan:

1) Pantau dan catat tingkat kesadaran, denyut dan irama jantung, dan

tekanan darah

Rasional : Untuk mendeteksi hipoksia serebral akibat penurunan

curah jantung

2) Pantau kecepatan denyut nadi sebelum dan setelah beraktivitas

sesuai instruksi

Rasional : Lakukan latihan ROM setiap 2 jam. Tingkatkan dari

pasif ke aktif

3) Inspeksi adanya edema kaki atau sacral

Rasional : Untuk mendeteksi stalis vena dan penurunan curah

jantung

4) Berikan perawatan kulit

Rasional : Untuk meningkatkatkan aliran kulit dan vena

5) Rencanakan aktivitas pasien

Rasional : Untuk menghindari keletihan dan peningkatan beban

kerja miokardium

6) Pertahankan pembatasan makanan sesuai instruksi

Rasional : Untuk menurunkan resiko penyakit jantung


25

7) Anjurkan teknik pengurangan setres

Rasional : Untuk menurunkan ansietas dan memberikan rasa

control

8) Berikan oksigenasi sesuai instruksi

Rasonal : Untuk meningkatkan suplai oksigen ke miokardium

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan imobilitas teratasi

Hasil yang diharapkan :

1) Pasien mempertahankan kekuatan otot dan ROM sendi

2) Pasien memahami alasan untuk mempertahankan tingkat aktivitas

3) Pasien melakukan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang dapat

ditoleransi

Intervensi keperawatan :

1) Posisikan pasien untuk mempertahankan sikap tubuh yang tepat

dan gunakan alat bantu sesuai keperluan \

Rasional : Untuk mempertahankan fungsi sendi dan mencegah

deformitas muskuloskeletal

2) Lakukan latihan ROM setiap 2 jam. Tingkatkan dari pasif ke aktif

Rasional : Agar dapat mencegah kontraktur sendi dan atrofi otot

3) Bantu pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri

Rasional : Untuk menumbuhkan kemandiran dan meningkatkan

mobilitas
26

4) Ajarkan kepada pasien cara melakukan latihan isometric

Rasional : Untuk mempertahankan dan meningkatkan tonus otot

dan harga diri

5) Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam perencanaan perawatan

dan pembuatan keputusan

Rasional : Untuk meningkatkan kepatuhan

6) Dorong pasien untuk melakukan pergerakan aktif dengan

membantu menggunakan alat

Rasional : Untuk meningkatkan tonus otot dan harga diri

7) Dorongan pasien untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari

dengan memberikan dukungan emosional dan umpan balik positif

Rasional : Agar tindakan tersebut akan meningkatkan harga diri

dan motivasi pasien

c. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler

serebral

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan nyeri dapat teratasi

Hasil yang diharapkan :

1) Pasien menjelaskan kadar dan karakteristik nyeri

2) Pasien menilai nyeri dengan menggunakan skala 1-10

3) Pasien mengungkapkan perasaan nyaman berkurangnya nyeri

Intervensi keperawatan :

1) Kaji jenis dan tingkat nyeri pasien


27

Rasional : Untuk mengetahui tingkat nyeri pasien

2) Yakinkan bahwa komunikasi verbal dan nonverbal anda dengan

pasien

Rasional : Untuk membantu memudahkan berkomunikasi dengan

pasien

3) Bantu pasien untuk mendapatkan posisi yang nyaman dan gunakan

bantal

Rasional : Untuk menurunkan ketegangan atau spasme otot dan

untuk mendistribusikan kembali tekanan pada bagian tubuh

4) Minta pasien untuk menggunakan sebuah skala 1 sampai 10 untuk

menjelaskan tingkat nyerinya

Rasional : Untuk menjelaskan tingkat nyeri yang dialami pasien

5) Atur periode istirahat tanpa terganggu

Rasional : Untuk membantu meningkatkan kesehatan,

kesejahteraan dan peningkatan energi yang penting untuk

pengurangan nyeri

6) Anjurkan pasien untuk menggunakan aktivitas pengalihan

Rasional : Untuk meningkatkan kualitas hidupnya

d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan informasi tentang hipertensi dapat terpenuhi


28

Hasil yang diharapkan :

1) Pasien menyatakan atau mendemonstrasikan pemahaman tentang

apa yang telah diajarkan

2) Pasien menyusun tujuan pembelajaran yang realistis

3) Pasien mengkomunikasikan semua keperluan yang diketahui

Intervensi keperawatan :

1) Tumbuhkan sikap saling percaya dan perhatian

Rasional : Untuk meningkatkan pembelajaran dan meningkatkan

hubungan saling percaya

2) Observasi tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya

Rasional : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien tentang

penyakitnya

3) Berikan pendidikan kesehatan tentang diet rendah garam

Raional : Untuk mengetahui tentang diet rendah garam

4) Penatalksaan dengan ahli gizi dalam pemberian makanan diet

rendah garam

Rasional : Untuk membantu menurunkan tekanan darah

e. Resiko kekurangan nutrisi berhubungan dengan diet rendah garam

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi

Hasil yang diharapkan :

1) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

2) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi


29

Intervensi keperawatan :

1) Observasi diet rendah garamnya

Rasional : Untuk mengetahui kadar garam pada makanan klien

2) Penatalaksaan dengan ahli gizi dalam pemberian makanan diet

rendah

Rasional : Untuk menurunkan tekanan darah

3) Bantu klien makan

Rasional : Agar klien mau makan-makanannya

4) Berikan pendidikan kesehatan tentang penjelasan diet rendah

garam

Rasional : Agar klien mengetahui tentang diet rendah garamnya

5) Kaloborasi dengan ahli gizi tentang diet rendah garam

Rasional : Untuk membantu menurunkan tekanan darah

C. Konsep Teori Diet Rendah Garam (Almaitser, 2013)

1. Definisi

Diet rendah garam adalah diet yang membatasi asupan natrium.

Natrium adalah kation yang utama dalam cairan ekstraseluler tubuh yang

berfungsi untuk keseimbangan cairan dan asam basah, trasmisi saraf dan

kontraksi otot. Asupan nutrium berlebihan dapat mengganggu

keseimbangan tubuh sehingga asites atau edema atau hipertensi.


30

2. Tujuan Diet

Tujuan Diet Rendah Garam adalah membantu menghilangkan retensi garam

atau air dalam jaringan tubuh dalam menurunkan tekanan darah pada pasien

hipertensi

3. Prinsip Diet

Prinsip diet yang berhubungan dengan pencegahan hipertensi mencakup:

a. Upaya mempertahankan berat badan yang ideal / normal menurut tinggi

badan dengan IMT yang tidak melebihi 22 dan lingkaran perut yang

tidak lebih dari 90 cm pada laki laki serta 80 cm pada wanita.

b. Penerapan diet DASH yang kaya serat pangan dan mineral tertentu di

samping diet rendah garam, rendah kolesterol lemak terbatas serta diet

kalori seimbang menurut penyakit penyertanya (hipertensi serta diabetes

mellitus).

c. Membatasi asupan garam dapur hingga 3 gram / hari dengan

memperhatikam pemberian mineral seperti kalsium, kalium dan

magnesium menurut angka kecukupan gisi AKG.

d. Olahrag aerobik secara teratur.

4. Syarat Diet

Syarat-syarat Diet Rendah Garam adalah :

a. Cukup energi, protein, mineral,dan vitamin.

b. Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit.

c. Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air

dan/ atau hipertensi


31

5. Macam Diet dan Indikasi Pemberian

Diet Rendah Garam diberikan kepada pasien dengan edema atau asites dan/

atau hipertensi.

a. Diet Rendah Garam I (200-400 Na)

Diet Rendah Garam I diberikan kepada pasien dengan edema, asietes dan

/ atau hipertensi berat. Pada pengolahan makanannya tidak ditambahkan

garam dapur.

b. Diet Rendah Garam II (600-800 mg Na)

Diet Rendah Garam II diberikan kepada pasien dengan edema, asites, /

atau hipertensi tidak terlalu berat.Pemberian makanan sehari sama

dengan Diet Rendah Garam I.

c. Diet Rendah Garam III (1000-1200 mg Na)

Diet Rendah Garam III di berikan kepada pasien dengan edema dan /

atau hipertensi ringan. Pemberian makanan sehari sama dengan Diet

Rendah Garam I.

d. Bahan-bahan makan

1) Bahan makanan yang dibolehkan

a) Semua bahan makanan segar yang tidak diolah dengan garam

b) Bahan makanan yang berasal dari hewan dalam jumlah terbatas

(daging/ayam/ikan paling banyak 100 gram sehari, telur

ayam/bebek paling 1 butir sehari, susu segar 2 gelas sehari

c) Minuman seperti teh, sirop, minuman botol ringan dan sari buah
32

2) Bahan makanan yang tidak dibolehkan

a) Semua makanan yang diberi garam pada waktu pengolahannya

seperti:

(1)Roti, biscuit, cake dan kue lain yang dimasak dengan garam

dapur dan soda

(2)Dendeng abon dan cornet beef, ikan asin, ikan pindang, sarden,

telur asin dan udang kering

(3)Keju, kacang tanah

(4)Margarine, mentega

(5)Acar, asinan sayur, sayur dalam kaleng

(6)Coklat

b) Otak, ginjal, paru, jantung, jeroan, lidah, udang

c) Garam dapur, vetsin, soda kue, kecap, magi, terasi, petis, tauco, sao

3) Prosedur Tindakan

Standar Operasional Prosedur Tindakan Pemberian Makanan Secara

Oral Yaitu : Diet Rendah Garam

Pengertian :

Pemberian makanan secara oral adalah memberikan makanan dan

minuman pada klien secara langsung melalui mulut.

Tujuan :

Adapun tujuan pemberian makanan melalui oral adalah untuk

pemenuhan kebutuhan pasien

Fase pra interaksi :


33

Persiapan alat :

a) Piring

b) Sendok

c) Garpu

d) Gelas

e) Serbet

f) Mangkok cuci tangan pengalas

g) Pipet

h) Obat

Fase kerja :

a) Alat-alat didekatkan di tempat tidur klien

b) Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan

c) Cuci tangan

d) Atur posisi pasien dengan posisi semi fowler

e) Pasang pengalas atau serbet dibawah dagu

f) Melakuan ritual makan (berdoa sebelum makan)

g) Bantu aktivitas dengan cara menyuap makan sedikit demi sedikit

dan berikan minuman setelah makan

h) Bila selesai makan bersihkan mulut pasien

i) Jika ada obat lanjutkan pemberian obat

j) Setelah makan rapikan alat dan kembalikan ketempatnya

k) Catat tindakan dan hasil atau respon terhadap tindakan (catat

jumlah porsi makanan yang dihabiskan)


34

l) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

Fase terminasi :

a) Mengevaluasi hasil tindakan yang baru dilakukan

b) Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya

c) Meminta pasien untuk mengulangi apa yang telah disampaikan

d) Berpamitan dan mengucapkan terima kasih atas kerja samanya

Pemberian Makanan Secara Oral (Oktavia, 2011).


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus deskriptif. Penelitian kasus

adalah objek hanya kasus tertentu dan kesimpulan berlaku hanya pada kasus

yang diteliti (Sibagariang, 2010). Penelitian studi kasus adalah studi untuk

mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pasien hipertensi.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang Rajawali atas di Rumah Sakit Umum

Anutapura Palu pada tanggal 06 Juli – 08 Juli 2018.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah pasien Tn. S yang di rawat di ruang Rajawali

atas Rumah Sakit Umum Anutapura Palu dengan hipertensi dan dilakukan

tindakan pemberian makanan diet rendah garam.

D. Fokus Studi

Model 2: Tindakan Keperawatan “Penerapan Tindakan Keperawatan

Pemberian Makanan Diet Rendah Garam Pada Asuhan Keperawatan Pasien

Hipertensi Di Rumah Sakit Anutapura Palu”

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang didasarkan pada

karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau

mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang

menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji

35
36

dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain (Sibagariang,2010). Definisi

operasional dalam penelitian yaitu:

1. Asuhan Keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik

keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/pasien di

berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Asuhan keperawatan mempunyai

lima tahapan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi, implementasi dan evaluasi.

2. Tindakan Keperawatan atau pemberian bantuan yang diberikan oleh

perawat yang sesuai dengan Pemberian Makanan Diet Rendah Garam

adalah memberikan makanan dan minuman secara langsung melalui mulut

dan bertujuan untuk pemenuhuhan kebutuhan pasien.

3. Pasien yang diberikan tindakan keperawatan pemberian makanan diet

rendah garam adalah pasien yang di diagnosis oleh Dokter menderita

penyakit Hipertensi dan yang sedang menjalani rawat inap.

F. Pengumpulan Data

1. Wawancara (interview) adalah suatu metode yang pergunakan untuk

mengumpulkan data, dimana peneliti mendapat keterangan atau pendirian

secara lisan dari seseorang sasaran penelitin (responden) atau bercakap-

cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face) (Sibagariang,

2010). Wawancara : hasil anamnese tentang identitas pasien, keluhan

utama, riwayat penyakit sekarang-dahulu-sekarang. Wawancara dilakukan

dengan pasien, keluarga dan perawat.


37

2. Observasi

Dalam studi kasus ini, observasi dilakukan dengan cara pengamatan secara

umum, dilakukan melalui pemeriksaan fisik secara persistem, dengan

menggunakan teknik IPPA (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi).

3. Pemeriksaan diagnostik

Untuk mendukung hasil pengamatan yang maksimal, maka peneliti

menggunakan dokumen pendukung. Dokumen pendukung ini berupa data

yang diperoleh dari status rekam medik pasien.

G. Analisa Data

1. Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi dan studi

dokumen dituliskan dalam bentuk asuhan keperawatan.

2. Mereduksi data dengan membuat koding dan kategori:

Data yang dibuat dalam bentuk asuhan keperawatan oleh peneliti sesuai

dengan topik penelitian yang berfokus pada tindakan keperawatan. Data

objektif dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik dan

dibandingkan dengan nilai normal.

3. Penyajian data

a. Data disajikan secara narasi dan dapat disertai dengan cuplikan

ungkapan verbal dari subyek penelitian yang merupakan data

pendukungnya. Kerahasian responden harus tetap diperhatikan.

b. Tabel untuk pengkajian, analisa data, diagnosa, perencanaan,

implementasi dan catatan perkembangan.


38

4. Kesimpulan

Data yang disajikan selanjutnya dibahas dan dan dibandingkan dengan

hasil penelitian selanjutnya dan teori-teori yang mendukung. Penarikan

kesimpulan dilakukan dengan metode induktif. Pembahasan dilakukan

sesuai dengan tahapan asuhan keperawatan pengkajian, diagnosa,

perencanaan, tindakan dan evaluasi.

H. Etika Penelitian

Ethical clearance merupakan ijin etika. Ethical clearance adalah

pernyataan, bahwa bahwa rencana kegiatan penelitian yang tergambar dalam

protokol, telah dilakukan kejian yang telah memenuhi kaidah etik sehingga

layak dilaksanakan. Seluruh peneliti/riset yang menggunakan manusia sebagai

subyek penelitian harus mendapatkan Ethical clearance, baik penelitian yang

melakukan specimen. Terdapat tiga etika penelitian yang harus dipenuhi:

1. Informed consent

Yaitu suatu lembar persetujuan yang diberikan oleh peneliti kepada

responden untuk menjalankan suatu kegiatan atau tindakan yang

berhubungan dengan penelitian.

2. Anominity

Yaitu jika nama responden tidak ingin dicantumkan pada lembar alat ukur

dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang disajikan.

3. Confidentiality

Yaitu menjaga kepercayaan responden dengan menjaga kerahasian.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dalam bab ini menjelaskan tentang asuhan keperawatan yang dilakukan

pada Tn.S dengan pemberian makanan diet rendah garam atas indikasi

hipertensi, dilaksanakan pada tanggal 06 Juli-08 Juli 2018 Di Ruang Rajawali

Atas Rumah Sakit Umum Anutapura Palu. Asuhan keperawatan ini dimulai

dari pengkajian, pengumpulan data, klasifikasi data, analisa data, diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

1. Pengkajian

a. Identitas klien

Klien bernama Tn.S umur 60 tahun berjenis kelamin laki-laki,

pekerjaaan sebagai nelayan, agama Islam, pendidikan Smp, suku Kaili,

alamat jalan Pengeran Hidayat. Tn.S masuk Rumah Sakit Umum

Anutapura Palu pada tanggal 04 Juli 2018 pukul 18.40 WITA dengan

diagnosa Hipertensi dan Chf dengan nomor Rm 29745. Penanggung

jawab Tn.S adalah Ny. M umur 56 tahun merupakan istri klien yang

bekerja sebagai ibu rumah tangga dan tinggal bersama klien.

b. Keluhan Utama

Klien mengatakan nyeri kepala

c. Riwayat kesehatan sekarang

Klien masuk Rumah Sakit Umum Anutapura Palu dengan keluhan

nyeri kepala disertai pusing, keluhan dirasakan seperti tertusuk-tusuk

pada kepala bagian belakang, keluhan dirasakan sejak pagi sebelum klien

39
40

berangkat kerja sebagai nelayan, skala nyeri 6 (0-10). Keluarga klien

mengatakan klien tiba-tiba jatuh pingsan saat pulang dari bekerja. Karena

merasa cemas dengan keadaan klien keluarga memutuskan membawa

klien ke IGD Rumah Sakit Umum Anutapura Palu pada tanggal 4 Juli

2018 pukul 18.40. di IGD Tn.S mendapat terapi IVFD RL 20 tpm, injeksi

pantoprazole 40 mg diberikan per 24 jam dan isosorbitdinitrit dengan

dosis 3 kali 1 hari. Kemudian klien di pindahkan ke ruang Rajawali atas

pada pukul 22.00 WITA.

d. Keluhan yang menyertai

Klien mengatakan pusing, klien mengatakan badannya terasa

lemas, klien mengatakan tidak ada nafsu makan, klien mengatakan porsi

makan tidak dihabiskan, klien mengatakan makanannya terasa hambar

e. Riwayat penyakit dahulu

Klien mengatakan sebelumnya pernah di rawat di rumah sakit

karena penyakit yang sama

f. Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang

menderita penyakit seperti klien

g. Pola persepsi kesehatan

Klien mengatakan sakit adalah hal yang wajar dan keluarga klien

mengatakan apabila Tn.S sakit keluarga akan membawa klien ke tempat

pelayanan kesehatan terdekat


41

h. Pola nutrisi dan metabolisme

Klien mengatakan pada saat sehat klien makan teratur 3 kali sehari,

pada saat sakit klien mengatakan makan 3 kali sehari namun nafsu

makannya berkurang dan hasil observasi klien tidak habiskan (setengah

porsi dari makanan yang disajikan), klien mengatakan tidak ada nafsu

makan, klien mengatakan porsi makannya tidak dihabiskan karena

hambar tidak ada rasanya

i. Pola eliminasi (BAK)

Klien mengatakan pada saat sehat 4 sampai 5 kali sehari dengan

warna kuning, pada saat sakit 3 sampai 4 kali sehari dengan warna

kuning.

j. Pola eliminasi (BAB)

Klien mengatakan pada saat sehat adalah 1 kali sehari dengan

konsistensi padat warna coklat, pada saat sakit klien mengatakan baru

sekali BAB selama dua hari di rumah sakit dengan konsistensi padat,

warna coklat.

k. Pola aktifitas dan latihan

Pada saat sehat klien mengatakan bisa melakukan semua aktifitas

secara mandiri, namun pada saat sakit klien mengatakan susah

melakukan aktifitasnya sendiri dan memerlukan bantuan untuk

melakukan aktifitasnya sendiri


42

l. Pola tidur

Klien mengatakan pada saat sehat di waktu malam hari 7 sampai 8

jam, pada saat sakit klien mengatakan hanya 5 sampai 7 jam karena

sering terbangun di malam hari dan sulit untuk tidur kembali

m. Pola hubungan peran

Sebelum sakit klien mengatakan memiliki hubungan baik dengan

keluarga dan orang lain. Selama sakit klien mengatakan masih

berhubungan baik dengan keluarga dan orang lain.

n. Pola mekanisme koping

Sebelum sakit klien mengatakan jika ada masalah selalu berdiskusi

dengan keluargannya. Selama sakit klien mengatakan menerima sakitnya

dengan iklas, begitu juga keluarganya, jika ada masalah diselesaikan

bersama dan berharap bisa cepat sembuh.

o. Pola nilai dan keyakinan

Sebelum sakit klien mengatakan beragama Islam dan taat beribadah

5 waktu. Selama sakit klien mengatakan tidak pernah beribadah.

p. Pemeriksaan fisik

Hasil kesadaran composmentis, keadaan umum klien nampak lemah

dan dilakukan pemeriksaan persistem kardiovaskuler didapatkan hasil

tekanan darah 180/100 mmHg, nadi 96x/menit, suhu tubuh 35,5 ºC, dan

respirasi 22x/menit. Irama jantung meningkat/ireguler, tidak nampak

denyutan ictus cordis pada ICS IV dan V dan akral teraba hangat.
43

q. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan penunjang hasil laboratorium pada tanggal 5 juli 2018

pada Tn. S menunjukan leukosit 12,8 U/L (normal 4,8-10,8), eritrosit

14,7 % (normal 11,5-14,5), Neutrofil 77,6 % (normal 40-74) dan

trombosit 1,6 U/L (normal 0-1,2).

r. Terapi

Furosemide dengan dosis 40 mg yang diberikan 1 hari 1 kali,

candesartan dengan dosis 16 mg yang diberikan 2 kali 1 hari, amlodipine

dengan dosis 10 mg diberikan 1 kali 1 hari.

2. Pengumpulan data

Klien mengatakan nyeri kepala, klien mengatakan pusing, klien

mengatakan badannya terasa lemas, klien mengatakan tidak ada nafsu

makan, klien mengatakan porsi makan tidak dihabiskan, klien mengatakan

makanannya terasa hambar, wajah meringis, skala nyeri 6 (0-10), klien

nampak lemah, setengah porsi makan tidak dihabiskan, TD: 180/100

mmHg, nadi 96x/menit, suhu 36,5ºC, respirasi 22x/menit.

3. Klasifikasi data

a. Data subyektif

Klien mengatakan nyeri kepala, klien mengatakan pusing, klien

mengatakan badannya terasa lemas, klien mengatakan tidak ada nafsu

makan, klien mengatakan porsi makan tidak dihabiskan, klien

mengatakan makanannya terasa hambar.


44

b. Data obyektif

Wajah meringis, skala nyeri 6 (0-10), klien nampak lemah, setengah

porsi makan tidak dihabiskan, TD: 180/100 mmHg, nadi 96x/menit, suhu

36,5ºC, respirasi 22x/menit.

4. Analisa Data (Tabel 4.1 Daftar primer 2018)

No Data Etiologi Masalah

1 DS : Peningkatan tekanan Nyeri akut


 Klien mengatakan vaskuler serebral
nyeri kepala
 Klien mengatakan
pusing
 Klien mengatakan
badannya terasa lemas
 Skala nyeri 6 (0-10)
DO :
 Wajah meringis
 TTV : 180/100 mmHg
R : 22x/menit
S : 36,5ºC
N : 96x/menit
2 DS : Diet rendah garam Resiko
 Klien mengatakan kekurangan
tidak ada nafsu makan nutrisi
 Klien mengatakan
porsi makanan tidak
dihabiskan
 Klien mengatakan
makanannya terasa
hambar
DO :
 Setengah porsi
makanan tidak
dihabiskan
 Klien nampak lemah
TTV : 180/100 mmHg
R : 22x/menit
S : 36,5ºC
N : 96x/menit
45

5. Diagnosa keperawatan

a. Resiko kekurangan nutrisi berhubungan dengan diet rendah garam

b. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral

6. Perencanaan Keperawatan

Tabel 4.2 Daftar primer 2018

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


keperawatan kriteria hasil
1 Nyeri akut Setelah 1. Observasi 1. Mengetahui
berhubungan dilakukaan keadaan keadaan klien
dengan Peningkatan tindakan dan tanda-
tekanan vaskuler keperawatan tanda vital
serebral yang selama 3 x 24
ditandai dengan : jam diharapkan 2. Kaji nyeri 2.Untuk
nyeri dapat (P,Q,R,S,T) mengetahui
DS : teratasi dengan keefektifan
 Klien kriteria hasil : intervensi
mengatakan klien mampu yang
nyeri kepala  mengontrol diberikan
 Klien nyeri
mengatakan  klien 3. Berikan 3.Meningkatkan
pusing mengatakan posisi yang kenyamanan
 Klien nyeri nyaman semi klien
mengatakan berkurang fowler
badannya (skala nyeri
terasa lemas 0-4) 4. Ajarkan 4. Mengurangi
 Skala nyeri 6  klien merasa teknik ketegangan
(0-10) nyaman relaksasi otot yang
DO :  TTV dalam napas dalam mampu
 Wajah batas menurunkan
meringis normal rangsangan
 TTV : 180/100 TD: 120/80 nyeri
mmHg. mmHg
R : 22x/menit N: 96 5. Kolaborasi 5.Untuk
S : 36,5ºC x/menit dengan tim menpercepat
N : 96x/menit R: 22 medis dalam proses
x/menit pemberian penyembuhan
S: 36,5°C obat

2 Resiko kekurangan Setelah 1. Observasi 1. Untuk


nutrisi berhubungan dilakukan diet rendah mengetahu
tindakan garamnya i rasa
46

dengan diet rendah keperawatan makanann


garam selama 3 x 24 ya
ditandai dengan: jam diharapkan
kebutuhan 2. Penatalaksaa 2. Untuk
nutrisi teratasi an dengan menurunk
DS : KH: ahli gizi an tekanan
 Klien dalam darah
mengatakan  Klien pemberian
tidak ada nafsu mengatakan makanan
makan nafsu makan diet rendah
 Klien baik garam
mengatakan  Klien
porsi makan menghabisk 3. Bantu klien 3. Agar klien
tidak an makanan makan mau
dihabiskan nya makan-
 Klien  KU baik makanann
mengatakan
 TTV: ya
makanannya
TD: 120/80
terasa hambar 4. Berikan 4. Agar klien
mmHg
DO : pendidikan mengetahu
N : 96
 Setengah porsi x/menit kesehatan i tentang
makanan tidak R : 22 tentang diet
dihabiskan x/menit penjelasan rendah
 Klien nampak S : 36,5°C diet rendah garam
lemah garam
TTV : 180/100
mmHg 5. Kaloborasi 5. Untuk
R : 22x/menit dengan ahli membantu
S : 36,5ºC gizi tentang menurunk
N : 96x/menit diet rendah an tekanan
garam darah
47

7. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Tabel 4.3 Daftar primer 2018

No Hari/Tgl Implementasi Evaluasi

1 Jumat/06/07/ 07:30 WITA 14:00 WITA


2018 1. Mengobservasi diet S:
rendah garamnya seperti  Klien mengatakan
makanannya klien masih tidak nafsu
hambar tidak ada rasa makan
 Klien mengatakan
08:00 WITA belum menghabiskan
2. Penatalaksanaan dengan makanannya
ahli gizi dalam  Klien makan-makanan
pemberian makanan diet secara bertahap
rendah garam seperti
nasi, sayur bening dan O :
ikan goreng  Makan dibantu oleh
perawat
08:10 WITA  Makanan tidak
3. Membantu klien makan dihabiskan
Seperti menyuap klien  TD : 180/100 mmHg
 Nadi 96x/menit
11:00 WITA
 Suhu 36,5 °C
4. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang  Respirasi 22x/menit
penjelasan diet rendah
A:
garam seperti tujuan diet
adalah membantu  Tujuan belum tercapai
menghilangkan retensi
garam atau air dalam P:
jaringan tubuh dalam  Intervensi
menurunkan tekanan Dilanjutkan
darah  Observasi diet rendah
garamnya
11:30 WITA  Penatalaksaan dengan
5. Melakukan kaloborasi ahli gizi dalam
dengan ahli gizi tentang pemberian makanan
diet rendah garam seperti diet rendah garam
makan-makanan yang  Bantu klien makan
rendah garam  Berikan pendidikan
kesehatan tentang
12:00 WITA penjelasan diet rendah
6. Penatalaksanaan dengan garam
ahli gizi dalam  Kaloborasi dengan ahli
48

pemberian makanan diet gizi tentang diet


rendah garam seperti rendah garam
nasi, sayur bening dan
ikan goreng

2 Sabtu 07:30 WITA 14:00 WITA


07/07/2018 1. Mengobservasi diet S:
rendah garamnya seperti  Klien mengatakan nafsu
makanannya klien hambar makannya mulai
tidak ada rasa membaik
 Klien makan-makanan
08:00 WITA secara bertahap
2. Penatalaksaan dengan
ahli gizi dalam O :
pemberian makanan diet  Makan dibantu oleh
rendah garam seperti keluarga
nasi, sayur bening dan  Sudah menghabiskan
ikan goreng setengah porsi makanan
 TD : 170/90 mmHg
08:10 WITA  Nadi 94x/menit
3. Membantu klien makan
 Suhu 36,5 °C
Seperti menyuap klien
 Respirasi 20x/menit
11:00 WITA
A:
4. Memberikan pendidikan
 Tujuan belum tercapai
kesehatan tentang
penjelasan diet rendah
P:
garam seperti tujuan diet
adalah membantu  Intervensi
menghilangkan retensi Dilanjutkan
garam atau air dalam  Observasi diet rendah
jaringan tubuh dalam garamnya
menurunkan tekanan  Penatalaksaan dengan
ahli gizi dalam
11:30 WITA pemberian makanan
5. Melalukan kaloborasi diet rendah garam
dengan ahli gizi tentang  Bantu klien makan
diet rendah garam  Berikan pendidikan
seperti makan-makanan kesehatan tentang
yang rendah garam penjelasan diet rendah
garam
12:00 WITA  Kalobarsi dengan ahli
6. Penatalaksanaan dengan gizi tentang diet
ahli gizi dalam rendah garam
pemberian makanan diet
rendah garam seperti
49

nasi, sayur bening dan


ikan goreng

3 Minggu 07:30 WITA 14:00 WITA


08/07/2018 1. Mengobservasi diet S:
rendah garamnya seperti  Klien mengatakan nafsu
makanannya klien hambar makan sudah baik
tidak ada rasa  Klien makan-makanan
secara bertahap
08:00 WITA
2. Penatalaksaan dengan O :
ahli gizi dalam  Klien sudah makan
pemberian makanan diet dengan sendirinya
rendah garam seperti  Klien menghabiskan 1
nasi, sayur bening dan porsi makanan
ikan goreng  TD : 150/90 mmHg
 Nadi 86x/menit
08:10 WITA
 Suhu 36,5 °C
3. Membantu klien makan
 Respirasi 20x/menit
seperti menyuap klie
A:
11:00 WITA
 Tujuan tercapai
4. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang
P:
penjelasan diet rendah
garam seperti tujuan diet  Intervensi
adalah membantu Dihentikan
menghilangkan retensi
garam atau air dalam
jaringan tubuh dalam
menurunkan tekanan

11:30 WITA
5. Melakukan kaloborasi
dengan ahli gizi tentang
diet rendah garam seperti
makan-makanan yang
rendah garam

12:00 WITA
6. Penatalaksaan dengan
ahli gizi dalam
pemberian makanan diet
rendah garam seperti,
nasi, sayur bening dan
ikan goreng
50

B. Pembahasan

Bab ini membahas tentang “Penerapan tindakan diet rendah garam pada asuhan

keperawatan pasien hipertensi” di ruangan Rajawali Atas di Rumah Sakit

Umum Anutapura Palu”. Prinsip dari pembahasan ini difokuskan pada

penerapan tindakan teknik diet rendah garam pada asuhan keperawatan pasien

hipertensi. Dengan membahas asuhan keperawatan mulai dari tahap

pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,

implementasi keperawatan dan evaluasi.

1. Pengkajian keperawatan

Dalam pengkajian peneliti mengadakan wawancara langsung pada

pasien. Pengkajian diawali dari pengumpulan data tentang identitas klien,

riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan sekarang, dan kebiasaan

hidup sehari-hari, selama pasien dirawat dirumah sakit dilakukan pengkajian

yang meliputi bio, psiko, sosio dan spiritiual. Selain itu juga didukung oleh

data yang ada dalam catatan dalam catatan keperawatan / studi dokumentasi

yang mendukung pengkajian peneliti.

Hasil pengkajian didapatkan pada pasien ini berdasarkan keluhan

adalah peningkatan tekanan darah 180/100 mmHg, nyeri kepala dan pusing.

Menurut asumsi peneliti timbulnya adanya nyeri kepala dan pusing,

dikarenakan adanya peningkatan aliran darah dari jantung yang menumpuk

di otak, sejalan dengan teori hipertensi merupakan peningkatan tekanan

sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolik

sama atau lebih besar 95 mmHg dari kasus penderita hipertensi. Dimana
51

sampai saat ini belum diketahui penyebabnya secara pasti. Beberapa faktor

yang berpengaruh dalam terjadinya hipertensi esensial, seperti : faktor

genetik, strees dan psikologis, serta faktor lingkungan dan diet (peningkatan

penggunaan garam dan berkurangnya asupan kalium atau kalsium) (Wijaya

dan Putri, 2013). Jika dibandingkan dengan teori tidak ada kesenjangan.

Jika dilihat dari teori terdapat kesenjangan karena ada beberapa data

yang tidak didapatkan dari klien yaitu, klien mengatakan masih bisa

melakukan aktivitas, klien mengatakan kemampuan jantungnya untuk

memompa masih baik dan klien sudah mengetahui tentang penyakit.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan klinis tentang respon

individu, keluarga dan masyarakat terhadap masalah kesehatan baik aktual

maupun potensial (Monica, 2015). Dimana saat pengkajian peneliti

menemukan masalah pada klien adalah resiko kekurangan nutrisi, nyeri

akut. Menurut asumsi peneliti mengapa ditemukan adanya masalah resiko

kekurangan nutrisi dikarenakan klien mengatakan tidak ada nafsu makan

sejalan dengan teori .Beberapa faktor yang berpengaruh dalam terjadinya

hipertensi esensial, seperti : faktor genetik, strees dan psikologis, serta

faktor lingkungan dan diet (peningkatan penggunaan garam dan

berkurangnya asupan kalium atau kalsium) (Wijaya dan Putri, 2013). Jika

dibandingkan dengan teori tidak ada kesenjangan. Adapun masalah lain

adalah nyeri akut, menurut asumsi penenliti mengapa ditemukan adanya

masalah nyeri akut pada klien hipertensi adalah pada data yang ditemukan
52

klien mengatakan nyeri kepala sejalan dengan teori Peningkatan tekanan

tekanan vaskuler serebra (Wijaya dan Putri, 2013). Jika dibandingkan

dengan teori tidak ada kesenjangan.

Jika dibandingkan dengan teori terdapat kesenjangan karena dari data

yang didapatkan dari klien ada tiga diagnosa yang tidak muncul diagnosa

pertama yaitu intoleransi aktivitas dikarenakan klien masih bisa melakukan

aktivitas, dan diagnosa kedua yaitu penurunan jantung dikarenakan

kemampuan jantungnya untuk memompa masih baik dan diagnosa ketiga

yaitu defisit pengetahuan dikarenakan klien sudah mengetahui penyakitnya.

3. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang

ditentukan dengan maksud agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal

(Nursalam & Efendi, 2008). Pada saat perencanaan keperawatan peneliti

menyusun perencanaan meliputi observasi diet rendah garamnya,

penetalaksaan dengan ahli gizi dalam pemberian makanan diet rendah

garam, bantu klien makan, berikan pendidikan kesehatan tentang penjelasan

diet rendah garam, kaloborasi dengan ahli gizi tentang diet rendah garam,

menurut asumsi peneliti tindakan tersebut mampu menurunkan tekanan

darah. Sejalan dengan teori, tujuan diet rendah garam adalah membantu

menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dalam

menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi (Almaitser, 2013). Jika

dibandingkan dengan teori tidak ada kesenjangan.


53

4. Implementasi

Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana

asuhan keperawatan kedalam intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan

yang telah di tetapkan (Asmadi, 2008). Dalam pelaksanaan ini dalam

intervensi pada penurunan tekanan darah dilakukan tindakan pemberian

makanan diet rendah garam dilakukan pada hari pertama dibantu oleh

perawat, klien mengatakan klien makan-makan secara bertahap tetapi klien

tidak menghabiskan makanannya. Pada hari kedua perawat melibatkan

keluarga klien untuk membantu klien makan, klien mengatakan klien

makan-makannya secara bertahap tetapi klien hanya menghabiskan setengah

porsi makannya. Pada hari ketiga perawat mengobservasi klien dan klien

sudah mau makan dengan sendirinya tanpa bantuan keluarga dan perawat

serta klien mengatakan klien menyukai makanan yang diberikan dan klien

menghabiskan 1 porsi makanan. Menurut asumsi peneliti pemberian

makanan ini dapat membantu menurunkan tekanan darah. Sejalan dengan

teori, tujuan diet rendah garam adalah membantu menghilangkan retensi

garam atau air dalam jaringan tubuh dalam menurunkan tekanan darah pada

pasien hipertensi (Almaitser, 2013). Jika dibandingkan dengan teori tidak

ada kesenjangan.

5. Evaluasi

Dari hasil tindakan pemberian makanan diet rendah garam selama 3 x

24 jam, pada hari pertama klien tidak menghabiskan makannya serta

tekanan darah klien masih 180/100 mmHg. Pada hari kedua klien hanya
54

menghabiskan setengah porsi dari makananya dan tekanan darah klien mulai

mengalami perubahan yaitu 170/90 mmHg, dan pada hari ketiga klien

menghabiskan semua porsi makananya serta tekanan darah klien sudah

mulai menurun yaitu 150/90 mmHg.

Menurut asumsi peneliti jika makanan diet rendah garam di makan

secara rutin bisa menurunkan tekanan darah. Sejalan dengan teori, tujuan

diet rendah garam adalah membantu menghilangkan retensi garam atau air

dalam jaringan tubuh dalam menurunkan tekanan darah pada klien

hipertensi (Almaitser, 2013). Jika dibandingkan dengan teori tidak ada

kesenjangan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasar hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada Tn.S tanggal

06 - 08 Juli 2018 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil pengkajian yang telah dilakukan peneliti klien mengatakan nyeri

kepala, klien mengatakan pusing, klien mengatakan badannya terasa lemas,

klien mengatakan tidak ada nafsu makan, klien mengatakan porsi makan

tidak dihabiskan, klien mengatakan makanannya terasa hambar, klien

nampak lemah, setengah porsi makan tidak dihabiskan, wajah meringis,

skala nyeri 6 (0-10), TD: 180/100 mmHg, nadi 96x/menit, suhu 36,5ºC,

respirasi 22x/menit.

2. Diagnosa keperawatan yang dirumuskan adalah resiko kekurangan nutrisi

dan nyeri akut

3. Intervensi keperawatan untuk mengatasi nyeri akut yaitu observasi keadaan

dan tanda-tanda vital, kaji nyeri, berikan posisi yang nyaman, ajarkan teknik

relaksasi napas dalam dan kaloborasi dengan tim medis dalam pemberian

obat diagnosa pertama dan resiko kekurangan nutrisi yaitu observasi diet

rendah garamnya, penatalaksaan dengan ahli gizi dalam pemberian makanan

diet rendah garam, bantu klien makan, berikan pendidikan kesehatan tentang

penjelasan diet rendah garam, kaloborasi dengan ahli gizi tentang diet

rendah garam.

4. Tindakan yang dilakukan pada hari pertama klien makan dibantu oleh

perawat dan klien tidak menghabiskan makanannya. Pada hari kedua klien

55
56

makan dibantu oleh keluarga dan klien sudah bisa menghabiskan setengah

porsi makanan. Pada hari ketiga klien sudah makan dengan sendirinya dan

klien sudah menghabiskan satu porsi makanan.

5. Evaluasi yang didapatkan selama tiga hari masalah resiko kekurangan

nutrisi dapat teratasi.

B. Saran

Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, peneliti memberikan saran sebagai

berikut :

1. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan

menjaga hubungan kerja sama yang baik antara tim kesehatan maupun

dengan klien, sehingga dapat membantu meningkatkan mutu pelayanan

asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan khususnya bagi klien

dengan kasus hipertensi.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana yang

merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan dan keterampilan dalam melalui praktek klinik dan pembuatan

laporan.

3. Bagi peneliti

Diharapkan peneliti dapat menggunakan atau memanfaatkan waktu

seefektif mungkin sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan kepada

pasien secara optimal.


DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2013. Penuntun Diet. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Asmadi. 2008. Konsep dasar keperawatan. Jakarta: EGC

Dananda, 2016. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah. 2016. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi

Tengah.

Effendi. 2011. Pengaruh Pendampingan Perilaku Diet Hipertensi Terhadap

Kepatuhan Diet pada Penderita Hipertensi. 26 februari 2018

Hasdianah., S. S., Indasah., & Wardani, R. 2015. Dasar-Dasar Riset

Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika

Manurung, Nixson. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Kardiovaskuler.

Jakarta: TIM

Monica. 2015. Diagnosis keperawatan defenisi dan klarifikasi. Jakarta: EGC

Mulyadi. 2013. Hubungan Pengetahuan Tentang Diet rendah Garam dengan

Tekanan darah pada Lansia. 26 februari 2018.

Muttaqin, A. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika

Ndama, M., Adiono, S., Amyadin, & Zainul. 2018. Panduan Penulisan Karya

Tulis Ilmiah Bagi Mahasiswa Prodi D-III Keperawatan Jurusan

Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palu. Palu

Nurarif, A. H. & Hardi, K. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis Nanda Nic-Noc jilid 2. Jogjakarta: Mediaction.


Nursalam & Efendi, F. 2008. Pendidikan dalam keperawatan. Jakarta: Salemba

Oktavia. 2011. SOP Pemberian makanan secara oral

Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

Pratiwi, E.K. 2014. Penatalaksanaan Diet Rendah garam di Unit Dapur Pasien

Instalasi Gizi. 26 februari

RSU Anutapura Palu. 2017. Profil Rumah Sakit Umum Anutapura Palu. Palu.

Sibagariang, E.E., Juliane, Rismalinda, dan Nurzannah, S. 2010. Buku Saku

Metodologi Penelitian Untuk Mahasiswa Diploma Kesehatan. Jakarta:

TIM

Wahyuningsih, R. 2013. Penatalaksanaan Diet Pada Pasien.Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Wijaya, S. A., & Putri, M. Y. 2013. KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah

(Keperawatan Dewasa).Yogyakarta: Nuha Medika.

Yasmara, D., Nursiswati., & Arafat, R. 2017. Rencana Asuhan Keperawatan

Medikal-Bedah Diagnosis NANDA-1 2015-2017 Intervensi NIC Hasil

NOC. Jakarta: EGC


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PALU
JURUSAN KEPERAWATAN
Jln. Thalua Konci Km 13 No.19 Mamboro Telp. 0451- 491451

PENJELASAN SEBELUM PENELITIAN

Responden yang saya hormati,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ni Made Arianti

Nim : PO7120115 038

Adalah mahasiswa Politeknik Kesehatan Palu Jurusan Keperawatan Prodi DIII

yang akan melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Tindakan Keperawatan

Pemberian Makanan Diet Rendah Garam Pada Asuhan Keperawatan Pasien

Hipertensi”

Kami mohon kesediaan anda untuk mengisi Inform Consent dan menjawab

pertanyaan dengan sejujur-jujurnya. Jawaban yang diberikan akan kami jaga

kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Atas bantuan dan partisipasinya diucapkan terima kasih.

Palu, 2018

PENELITI

(Ni Made Arianti)


PO 7120115038
PENGKAJIAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Tgl masuk : 04-07-2018

Tgl pengkajian : 06-07-2018

No. Register : 297451

Diagnosa Medis : Hipertensi dan Chf

Ruangan : Rajawali Atas

1. Biodata/Identitas

a. Identitas klien

Nama : Tn. S

Umur : 60 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Suku : Kaili

Status : Menikah

Bahasa : Kaili/Indonesia

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Nelayan

Alamat : Jl.Pangeran Hidayat


b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny. M

Umur : 54 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Irt

Hub. Dgn Klien : Istri klien

Alamat : Jl.Pangeran Hidayat

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Klien mengatakan nyeri kepala

b. Riwayat kesehatan sekarang

Klien masuk Rumah Sakit Umum Anutapura Palu dengan

keluhan nyeri kepala disertai pusing, keluhan dirasakan seperti

tertusuk-tusuk pada kepala bagian belakang, keluhan dirasakan

sejak pagi sebelum klien berangkat kerja sebagai nelayan, skala

nyeri 6 (0-10). Keluarga klien mengatakan klien tiba-tiba jatuh

pingsan saat pulang dari bekerja. Karena merasa cemas dengan

keadaan klien keluarga memutuskan membawa klien ke IGD

Rumah Sakit Umum Anutapura Palu pada tanggal 4 Juli 2018

pukul 18.40. di IGD Tn.S mendapat terapi IVFD RL 20 tpm,

injeksi pantoprazole 40 mg diberikan per 24 jam dan

isosorbitdinitrit dengan dosis 3 kali 1 hari. Kemudian klien di

pindahkan ke ruang Rajawali atas pada pukul 22.00 WITA.


c. Keluhan yang menyertai

Klien mengatakan pusing, klien mengatakan badannya

terasa lemas, klien mengatakan tidak ada nafsu makan, klien

mengatakan porsi makannya tidak dihabiskan, klien mengatakan

makanannya terasa hambar

d. Riwayat penyakit dahulu

Klien mengatakan sebelumnya pernah di rawat di rumah

sakit karena penyakit yang sama

e. Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga

yang menderita penyakit seperti klien

f. Riwayat Alergi Obat dan Makanan

Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi terhadap

obat-obatan dan makanan.


3. Pengkajian Pola Fungsional Kesehatan

NO. KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT


1 Pola Persepsi Kesehatan Klien memanfaatkan Saat sakit klien
fasilitas pelayanan berobat ke rumah
kesehatan seperti sakit.
puskesmas.
2 Pola Nutrisi dan Metabolisme
Makan:
Frekuensi makan 3 x sehari 3 x sehari
Nafsu makan Baik Kurang baik
Porsi makan 1 porsi dihabiskan ½ porsi tidak
dihabiskan
Menu /jenis makanan Makanan padat, sayuran, Makanan padat,
ikan sayuran, ikan,
buah.
Pantangan makan Tidak ada pantangan Tidak ada
makan pantangan makan

3 Pola Eliminasi
BAB:
Frekuensi 1-2 x sehari Belum pernah
Warna Kuning BAB
Konsistensi padat
BAK:
Frekuensi 4-5 x sehari 3-4 x sehari
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Bau Khas Khas

4 Pola Istirahat dan Tidur


Siang 1-2 jam Tidak teratur
Malam 5-6 jam Tidak teratur
Gangguan tidur Tidak ada Sering terbangun
di malam hari
5 Pola Kebersihan Diri
Mandi 1-2 x sehari Belum pernah
Sikat gigi 2 x sehari Belum pernah
Cuci rambut 3 x 4 seminggu Belum pernah
Kebersihan kuku Bersih Kurang bersih

6 Pola Konsep Diri Klien merasa bersyukur Klien tidak


dengan apa yang dia mengeluh dengan
miliki baik dari segi fisik keadaannya saat
maupun dalam hal ini, serta masih
keluarga. merasa bersyukur
diberi umur
panjang.

7 Pola Aktivitas Klien sebagai seorang Klien belum bisa


kepala rumah tangga, bekerja karena
bekerja sebagai nelayan sedang dirawat di
rumah sakit.

8 Pola Hubungan Peran Klien memiliki 7 orang Saat dirawat klien


anak yang semuanya memiliki respon
sudah berkeluarga, klien yang positif
tinggal bersama istrinya, terhadap tim medis
klien juga menjalin yang merawatnya.
hubungan yang baik
denganpara tetangganya.
4. GENOGRAM

A B
C D

E F

Keterangan:
A : Orang tua dari ayah klien
B : Orang tua dari ibu klien
C : Saudara dari ayah klien
D : Saudara dari ibu klien
E : Saudara dari klien
F : Istri klien
G : Anak klien bersaudara
: Laki-laki
: Perempuan
//// : Klien
: Tinggal serumah
X : Meninggal
5. Pemeriksaan Fisik

a. Status Kesehatan Umum

1) Kesadaran : composmentis

GCS: 15, E:4, V:5, M:6

2) Tanda-Tanda Vital

TD : 180/100 mmHg

N : 96 x/menit

R : 22 x/menit

S : 36,5°C

b. Sistem kardio vaskuler

1) TD : 180/100 mmHg

2) N : 96 x/menit

3) Irama jantung : regular ireguler

4) Suara jantung : normal murmur

5) Ictus Cordis : Tidak nampak

6) CRT : saat ditekan tidak kembali dalam 2-3 detik

7) konjungtiva : ananemis anemis

8) Akral : hangat kering merah

Pucat panas dingin


6. Data Penunjang

a. Hasil Laboratorium

Tanggal: 05 Juli 2018

NO. PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL


1 WBC 12,8 10^3/uL 4,8 – 10,8
2 RDW-CV 14,7 % 11,5 – 14,5
3 NEUT 77,6 % 40 – 74
4 NEUT# 10 10^3/uL 1,5 – 7
5 MXD# 1,6 10^3/uL 0 – 1,2

7. Penatalaksanaan Medis

a. Furosemid 1x 1 40 mg

b. Candesartan 2 x 1 16 mg

c. Amlodipin 1 x 1 10 mg
8. Pengumpulan Data

 Klien mengatakan tidak ada nafsu makan


 Klien mengatakan porsi makanan tidak dihabiskan
 Klien mengatakan makanannya terasa hambar
 Setengah porsi makanan tidak dihabiskan
 Klien nampak lemah
TTV : 180/100 mmHg
R : 22x/menit
S : 36,5ºC
N : 96x/menit

9. Klasifikasi Data

Data subjektif :

 Klien mengatakan tidak ada nafsu makan


 Klien mengatakan porsi makanan tidak dihabiskan
 Klien mengatakan makanannya terasa hambar

Data Objektif :

 Setengah porsi makanan tidak dihabiskan


 Klien nampak lemah
TTV : 180/100 mmHg
R : 22x/menit
S : 36,5ºC
N : 96x/menit
10. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1. DS : Diet rendah garam Resiko


 Klien mengatakan kekurangan
tidak ada nafsu makan nutrisi
 Klien mengatakan
porsi makanan tidak
dihabiskan
 Klien mengatakan
makanannya terasa
hambar
DO :
 Setengah porsi
makanan tidak
dihabiskan
 Klien nampak lemah
TTV : 180/100 mmHg
R : 22x/menit
S : 36,5ºC
N : 96x/menit

B. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko kekurangan nutrisi berhubungan dengan diet rendah garam


C. Intervensi/Perencanaan

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


keperawatan kriteria hasil
1. Resiko kekurangan Setelah 1. Observasi 1. Untuk
nutrisi berhubungan dilakukan diet rendah mengetahu
dengan diet rendah tindakan garamnya i rasa
keperawatan makanann
garam
selama 3 x 24 ya
ditandai dengan: jam diharapkan
kebutuhan 2. Penatalaksan 2. Untuk
DS : nutrisi teratasi aan dengan menurunk
 Klien KH: ahli gizi an tekanan
mengatakan dalam darah
tidak ada nafsu  Klien pemberian
makan mengatakan makanan
 Klien nafsu makan diet rendah
mengatakan baik garam
porsi makanan  Klien
tidak menghabisk
dihabiskan an makanan 3. Bantu klien 3. Agar klien
 Klien  nya makan mau
mengatakan  KU baik makan-
makanannya  TTV: makanann
terasa hambar TD: 120/80 ya
DO : mmHg
 Setengah porsi N : 96 4. Berikan 4. Agar klien
makanan tidak x/menit pendidikan mengetahu
dihabiskan R : 22 kesehatan i tentang
 Klien nampak x/menit tentang diet
lemah S : 36,5°C penjelasan rendah
TTV : 180/100 diet rendah garam
mmHg garam
R : 22x/menit
S : 36,5ºC 5. Kaloborasi 5. Untuk
N : 96x/menit dengan ahli membantu
gizi tentang menurunk
diet rendah an tekanan
garam darah
D. Imlementasi dan Evaluasi

No Hari/Tgl Implementasi Evaluasi

1 Jumat/06/07/ 07:30 WITA 14:00 WITA


2018 1. Mengobservasi diet S:
rendah garamnya seperti  Klien mengatakan
makanannya klien masih tidak nafsu
hambar tidak ada rasa makan
 Klien mengatakan
08:00 WITA belum menghabiskan
2. Penatalaksanaan dengan makanannya
ahli gizi dalam  Klien makan-makanan
pemberian makanan diet secara bertahap
rendah garam seperti
nasi, sayur bening dan O :
ikan goreng  Makan dibantu oleh
perawat
08:10 WITA  Makanan tidak
3. Membantu klien makan dihabiskan
Seperti menyuap klien  TD : 180/100 mmHg
 Nadi 96x/menit
11:00 WITA
 Suhu 36,5 °C
4. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang  Respirasi 22x/menit
penjelasan diet rendah
A:
garam seperti tujuan diet
adalah membantu  Tujuan belum tercapai
menghilangkan retensi
garam atau air dalam P:
jaringan tubuh dalam  Intervensi
menurunkan tekanan Dilanjutkan
darah  Observasi diet rendah
garamnya
11:30 WITA  Penatalaksaan dengan
5. Melakukan kaloborasi ahli gizi dalam
dengan ahli gizi tentang pemberian makanan
diet rendah garam seperti diet rendah garam
makan-makanan yang  Bantu klien makan
rendah garam  Berikan pendidikan
kesehatan tentang
12:00 WITA penjelasan diet rendah
6. Penatalaksanaan dengan garam
ahli gizi dalam  Kaloborasi dengan ahli
pemberian makanan diet gizi tentang diet
rendah garam seperti rendah garam
nasi, sayur bening dan
ikan goreng

2 Sabtu 07:30 WITA 14:00 WITA


07/07/2018 1. Mengobservasi diet S:
rendah garamnya seperti  Klien mengatakan nafsu
makanannya klien hambar makannya mulai
tidak ada rasa membaik
 Klien makan-makanan
08:00 WITA secara bertahap
2. Penatalaksaan dengan
ahli gizi dalam O :
pemberian makanan diet  Makan dibantu oleh
rendah garam seperti keluarga
nasi, sayur bening dan  Sudah menghabiskan
ikan goreng setengah porsi makanan
 TD : 170/90 mmHg
08:10 WITA  Nadi 94x/menit
3. Membantu klien makan
 Suhu 36,5 °C
Seperti menyuap klien
 Respirasi 20x/menit
11:00 WITA
A:
4. Memberikan pendidikan
 Tujuan belum tercapai
kesehatan tentang
penjelasan diet rendah
P:
garam seperti tujuan diet
adalah membantu  Intervensi
menghilangkan retensi Dilanjutkan
garam atau air dalam  Observasi diet rendah
jaringan tubuh dalam garamnya
menurunkan tekanan  Penatalaksaan dengan
ahli gizi dalam
11:30 WITA pemberian makanan
5. Melalukan kaloborasi diet rendah garam
dengan ahli gizi tentang  Bantu klien makan
diet rendah garam  Berikan pendidikan
seperti makan-makanan kesehatan tentang
yang rendah garam penjelasan diet rendah
garam
12:00 WITA  Kalobarsi dengan ahli
6. Penatalaksanaan dengan gizi tentang diet
ahli gizi dalam rendah garam
pemberian makanan diet
rendah garam seperti
nasi, sayur bening dan
ikan goreng

3 Minggu 07:30 WITA 14:00 WITA


08/07/2018 1. Mengobservasi diet S:
rendah garamnya seperti  Klien mengatakan nafsu
makanannya klien hambar makan sudah baik
tidak ada rasa  Klien makan-makanan
secara bertahap
08:00 WITA
2. Penatalaksaan dengan O :
ahli gizi dalam  Klien sudah makan
pemberian makanan diet dengan sendirinya
rendah garam seperti  Klien menghabiskan 1
nasi, sayur bening dan porsi makanan
ikan goreng  TD : 150/90 mmHg
 Nadi 86x/menit
08:10 WITA
 Suhu 36,5 °C
3. Membantu klien makan
 Respirasi 20x/menit
seperti menyuap klie
A:
11:00 WITA
 Tujuan tercapai
4. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang
P:
penjelasan diet rendah
garam seperti tujuan diet  Intervensi
adalah membantu Dihentikan
menghilangkan retensi
garam atau air dalam
jaringan tubuh dalam
menurunkan tekanan

11:30 WITA
5. Melakukan kaloborasi
dengan ahli gizi tentang
diet rendah garam seperti
makan-makanan yang
rendah garam

12:00 WITA
6. Penatalaksaan dengan
ahli gizi dalam
pemberian makanan diet
rendah garam seperti,
nasi, sayur bening dan
ikan goreng
LEMBAR OBSERVASI
PENERAPAN TINDAKAN KEPERAWATAN PEMBERIAN MAKANAN
DIET RENDAH GARAM PADA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA PALU

Nama/ Inisial Responden : Tn. S


Umur : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Nelayan
Tingkat Pendidikan : Smp

Tanda-tanda Vital
TD : 180/100 mmHg
N : 96x/menit
RR : 22x/menit
S : 36,50C

Tabel Observasi Penerapan Tindakan Keperawatan Pemberian Makanan Diet


Rendah Garam Pada Asuhan Keperawatan Pasien Hipertensi Di Rumah Sakit
Umum Anutapura Palu:

Hari/Tanggal makanan dihabiskan Tidak Keterangan


dihabiskan

1. Hari/tanggal Nasi ,sayur Tidak Rasa Hambar


Jumat dan ikan dihabiskan
06/07/2018

2. Hari/tanggal Nasi ,sayur Setengah Rasa hambar


Sabtu dan ikan porsi
07/07/2018 dihabiskan

3. Hari/tanggal Nasi ,sayur Satu porsi Rasa hambar


Minggu dan ikan Dihabiskan
08/07/2018
PROSEDUR PELAKSANAAN TINDAKAN
PEMBERIAN MAKANAN SECARA ORAL

A. Definisi
Pemberian makanan secara oral adalah memberikan makanan dan minuman
pada klien secara langsung melalui mulut.
Tujuan
Adapun tujuan pemberian makanan melalui oral adalah untuk pemenuhan

kebutuhan pasien

B. Cara kerja
Fase pra interaksi :

Persiapan alat :

1. Piring

2. Sendok

3. Garpu

4. Gelas

5. Serbet

6. Mangkok cuci tangan pengalas

7. Pipet

8. Obat

Fase kerja :

1. Alat-alat didekatkan di tempat tidur klien

2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan

3. Cuci tangan

4. Atur posisi pasien dengan posisi semi fowler

5. Pasang pengalas atau serbet dibawah dagu


6. Melakuan ritual makan (berdoa sebelum makan)

7. Bantu aktivitas dengan cara menyuap makan sedikit demi sedikit dan

berikan minuman setelah makan

8. Bila selesai makan bersihkan mulut pasien

9. Jika ada obat lanjutkan pemberian obat

10. Setelah makan rapikan alat dan kembalikan ketempatnya

11. Catat tindakan dan hasil atau respon terhadap tindakan (catat jumlah porsi

makanan yang dihabiskan)

12. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

Fase terminasi :

1. Mengevaluasi hasil tindakan yang baru dilakukan

2. Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya

3. Meminta pasien untuk mengulangi apa yang telah disampaikan

4. Berpamitan dan mengucapkan terima kasih atas kerja samanya


RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS

Nama : Ni Made Arianti

NIM : PO7120115 038

Tempat & Tanggal lahir :Martasari, 23 September 1997

Agama : Hindu

Suku/Kebangsaan : Bali/Indonesia

Asal : Desa Martasari, Kec. Pedongg

Kab.Mamuju Utara

Alamat : BTN Teratai 1 Mamboro

B. Riwayat Pendidikan

Tamat SD : SDN Inpres Pedongga Tahun 2009

Tamat SMP : SMP Negeri 9 Pasangkayu Tahun 2012

Tamat SMA : SMA Negeri 1 Pasangkayu Tahun 2015

Sementara menyelesaikan Pendidikan Poltekes Kemenkkes Palu Jurusan

DIII Keperawatan Palu

Anda mungkin juga menyukai