Islam Banjarmasin
Nomor : 313/A/KEP.DIR/RSIB/III/2018
Tentang : Pedoman Pelayanan Instalasi Hemodialisis Di Rumah Sakit Islam
Banjarmasin
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Akhir-akhir ini penyakit degeneratif kronis sering muncul sebagai
penyebab kematian. Gagal ginjal merupakan salah satu penyakit yang terjadi
akibat komplikasi kronis seperti diabetes mellitus (DM), hipertensi dan banyak
penyakit kronis lain.Gagal ginjal yang terjadi akibat komplikasi tersebut biasanya
bersifat ringan,sedang dan berat( sekarang ini gagal ginjal terminal (GGK) atau
End Stage Renal Disease.
Dengan adanya UU Perlindungan Konsumen serta terkaitnya praktek
kedokteran terhadap aspek medis, legal, etis, psikologis, sosial budaya serta
financial maka perlu dibuat suatu pedoman pelayanan kesehatan yang
bertujuan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat dan
memberikan rasa aman bagi dokter dan tenaga medis lain (perawat) dalam
melakukan praktik kedokteran dan praktik keperawatan. Hal ini berlaku juga
pada pelayanan dialysis yang menjadi salah satu tindakan yang umumnya
dilakukan oleh pasien dengan penyakit ginjal kronik, dimana membutuhkan
pengobatan yang berulang dan melibatkan peralatan/mesin dengan teknologi
tinggi serta kompetensi tenaga kesehatan yang memadai juga melibatkan lintas
bidang kesehatan karena biaya penatalaksanaan yang tidak murah.
Keberhasilan dari pelayanan hemodialisa ini tergantung dari ketaatan
pada kebijakan dan prosedur. Untuk itu agar dapat mengorganisir proses
pelayanan hemodialisa secara terencana, maka Rumah Sakit Islam Banjarmasin
menyusun pedoman pelayanan hemodialisa ini.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas pelayanan pasien gagal ginjal melalui
pedoman pelayanan hemodialisis yang berorientasi pada keselamatan dan
keamanan pasien.
1
2. Tujuan Khusus
a. Memberi acuan regulasi pelayanan Hemodialisa
b. Memberi acuan manajemen pelayanan Hemodialisa.
c. Memberi acuan tugas pokok dan fungsi serta kompetensi
masing/masing tenaga yang terlibat dalam pelayanan hemodialisa.
i. Memberi acuan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam
pelayanan Hemodialisa.
d. Memberi acuan pola pembiayaan yang berkaitan dengan pelayanan
Hemodialisa
2
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 812/Menkes/SK/Per/VIII/2010
tentang Penyelenggaraan Pelayanan Dialisis pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
3
BAB II
PENGGORGANISASIAN INSTALASI HEMODIALISIS
A. STRUKTUR ORGANISASI
Pelayanan diselenggarakan dan diatur demi berlangsungnya pelayanan
hemodialisis yang efisien dan bermutu, berdasarkan fasilitas yang tersedia
dan standar pelayanan keprofesian universal.
Untuk mencapai tujuan yang optimal dari program pelayanan
hemodialisis perlu ditata pengorganisasian pelayanan dengan tugas dan
wewenang yang jelas dan terinci baik secara administratif maupun teknis,
tercermin dalam bagan organisasi Instalasi hemodialisa.
Kabid Yanmed
Dr Puspa Widyawati
Dokter Pelaksana
Dr H.M.Rudiansyah , M.Kes.Sp PD
Kepala Ruangan
Norzainah, S.Kep.NS
4
B. STANDAR KETENAGAAN
Berdasarkan PERMENKES NOMOR 812/MENKES/PER/VII/2010 Standar
Ketenagaan pelayanan hemodialisis terdiri dari:
1. Tenaga medis (Supervisor, Dokter SpPD yang bersertifikat HD, Dokter
bersertifikat HD).
2. Perawat (Perawat mahir, Perawat).
3. Teknisi mesin.
4. Tenaga Administrasi.
5. Tenaga lainnya yang mendukung program.
Instalasi Hemodialisa Rs Islam Banjarmasi memiliki ketenagaan yang
meliputi: Dokter Supervisor, Dokter Penanggung Jawab sekaligus sebagai dokter
Pelaksana, Perawat bersertifikat pelatihan HD, Tenaga Administrasi RS serta
Teknisi mesin bekerjasama vendor.
5
Bertugas melakukan dan memberikan asuhan keperawatan Dialisis
di unit hemodialysis sesuai standar kompetensi Perawat Hemodiasis.
5. Perawat
Adalah Perawat dengan pendidikan minimal D3 Keperawatan.
Bertugas melakukan dan memberikan asuhan keperawatan pada
pasien di unit hemodialisis sesuai standar kompetensi Perawat
Hemodiasis.
6. Teknisi mesin
Adalah tenaga berpendidikan SMU/SMK dengan pelatihan khusus
mesin dialisis dan perlengkapannya.
Bertugas menyiapkan mesin dan perlengkapannya, merawat mesin
dialisis dan pengolah air. Bekerjasama dengan teknisi pabrik
pembuatnya/ produsen/agent
7. Administrasi
Adalah tenaga berpendidikan minimal SMU / SMK dengan sertifikat
kompetensi komputer.
Bertugas menyiapkan administrasi ruang Hemodialisa , administrasi
pasien dan perlengkapannya.
D. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Menurut Josephine Chow Perbandingan perawat dengan pasien 1:3
dimana setiap perawat di beri tangung jawab ekstra akomodasi, inventaris,
mesin reuse. Mengontrol dan mengevalusi dilakukan oleh kepala ruangan,
mengatur kolaborasi dengan tim kesehatan yang lain. Jumlah tenaga dokter
pelaksana minimal adalah 1 dokter untuk setiap 4 mesin hemodialisis dan
jumlah tenaga perawat minimal adalah 1 perawat untuk setiap 2 mesin
hemodialisis.
Unit Hemodialisa RS. Islam Banjarmasin saat ini memiliki 1 orang dokter
penanggung jawab yang merangkap sebagai dokter pelaksana Hemodialisis, 3
orang perawat bersertifikat dimana 1 orang sebagai kepala unit, Teknisi mesin
bekerjasama vendor serta tenaga Administrasi dan Kebersihan Rs Islam
Banjarmasin.
6
E. PENGATURAN JAGA
1. Pengertian
Adakah suatu cara penyusunan jadwal dinas petugas di ruang Hemodialisa.
Dimana unit Hemodialisa RSIB saat ini hanya melayani pasien Dialisis pada
satu shif jaga yaitu pagi dari jam 08.00 WITA s/d jam 14.00 WITA. Pada hari
senin sampai sabtu, sedangkan hari minggu libur.
Apabila diluar pada waktu dan hari yang telah ditetapkan maka pasien yang
akan menjalani Tindakan Hemodialisis menjadi pasien CITO atas indikasi
yang ditetapkan oleh dokter penanggung jawab HD, dan perawat yang
bertugas adalah perawat ON Call .
- Jadwal dinas disusun oleh kepala ruangan setiap bulan minggu ke 4
setiap bulan.
Jadwal dinas dibuat rangkap 3 ( Bidang keperawatan, Personalia, Arsip
Ka Unit HD )
- Pembagian libur perbulan
Tenaga HD mendapat hak cuti 12 hari kerja dan mendapat libur pada
hari minggu.
- Jadwal on call dibuat setiap bulan bersamaan dengan jadwal dinas
harian.
2. Tujuan
- Agar terlaksananya pelayanan HD yang efektif dan efisiensi
- Perawat HD mengetahui hak dan kewajibannya
- Dapat diketahui distribusi tenaga
- Memudahkan meminta pertanggungjawaban bila terjadi kesalahan
prosedur pelayanan.
7
BAB III
STANDAR FASILITAS RUANGAN HEMODIALISA
8
B. STANDAR FASILITAS, SARANA DAN PRASARANA
Sesuai dengan Persyaratan unit Hemodialisa RSIB sebagai berikut:
1. Unit Hemodialis
a. Letak
Letak Hemodialisa dekat dengan ICU dan IGD sebagai
pendukung penanganan pasien ICU maupun pasien gawat darurat.
b. Kondisi Ruangan
- Suhu ruangan 22-25 c
- Penerangan cukup terang
- Daya listrik sesuai dengan kebutuhan mesin
- Satu stop kontak satu mesin
- Mempunyai saluran pembuangan khusus (drainage rejeck)
- Mempunyai Wastafel
- Lantai dan dinding mudah dibersihkan secara medis.
c. Tersedia Water treatmen dengan ketentuan sebagai berikut:
- Kemampuan suplai air minimal 1ml : 4 menit untuk satu mesin
- Memenuhi standart mutu air untuk dialysis ( AAMI ) dan kalibrasi tiap 6
bulan.
- Sistem pengaliran melalui kran air untuk dihubungkan dengan mesin
hemodialysis
- Tersedia kran-kran air
d. Mesin Hemodialisa
- Lengkap dan kondisi siap sebanyak 4 mesin terdiri dari 2 mesin tipe
surdial dan 2 mesin tipe surdial 55 plus
- Untuk sementara unit HD RSIB belum menerima pasien CKD dengan
infeksius.
- Sesudah menggunakan mesin harus di desinfektan sesuai dengan
ketentuan
- Kalibrasi mesin hemodialysis dilakukan secara periodic sesuai batas
waktu penggunaan.
- Bila mesin mati (posisi off) akibat gangguan listrik segera lakukan
manual maksimal 20 menit! bila listrik tidak menyala stop
hemodialysis.
2. Ketenagaan
- Perawat terlatih dan bersertifikat dari pelatihan dialysis
- Ada dokter terlatih sebagai penangung jawab
- Model tim kerja terdiri dari Dokter nefrologist, perawat, ahli gizi.
9
3. Tersedia obat-obatan untuk keperluan hemodialisa
Dalam unit hemodialisa harus ada obat-obatan sebagai penunjang bila
adakondisi pasien gawat yang terdiri dari :
a. Obat-obatan hemodialysis
- Heparin
- Protamine sulfat
- Lidocain untuk anastesi local
b. Cairan infus
- NaCL 0,9% : 1000 ml
- Nacl 0,9 % : 500 ml
- Dextrose 5% dan 10% : 500 ml
c. Dialisat
- Consentrate Type AT 10 Ltr
- Consentrate Type AK 10 Ltr
d. Desinfektan
- Alcohol 70%
- Iodine Povidin10%
- Sodium hypochlorite 5%
- H2O2 3%
e. Obat-obatan emergency yang perlu disediakan:
Desametason, Dopamine, KcL 1 meq/L, Anti histamine, Primperan,
Adrenlin HCL, Diazepam, Calcium Gluconat, $ulfas Atropin, Nifedin tab10
mg, Isorbid Dinitrad 1 mg, Paracetamol, Captopril 25 /12,5 mg.
10
- Thermometer
- Set pemberian O2
- Suction set
- Meja tindakan Bak instrument, kassa steril,Arteri klem, Sarung tangan
steril.verban, Gunting verban, infus set,Alcohol swab, Betadhin dalam
tempat tertutup ukuran kecil, Spuit dengan berbagai ukuran, Maat kan
, handsaplast, plester
c. Alat tenun
- Laken
- Stik laken
- Sarung bantal
- Duk steril meliputi split dan duk lubang
- Selimut
- Perlak
d. Alat-alat rumah tangga
- Tempat sampah medis dan non medis
- Perangkat pembersih lantai
- Plastik sampah hitam dan kuning
e. Alat-alat kantor
(1) ATK umum
(2) ATK khusus
- Formulir HD
- Formulir Traveling HD
- Persetujuan tindakan
- Form Lab
- Form Radiologi
- Resep
- Jadwal HD
11
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN HEMODIALISIS
12
b. Tujuan
- Pasien nyaman selama dialysis
- Dialysis benar – benar di rasakan bermanfaat
- Dialysis bukan bertambah beban terhadap penyakitnya.
c. Kebijakan
Dilakukan pada semua pasien baru sebelum tindakan hemodialysis di
lakukan
d. Prosedur
(1) Persiapan Mental, Meliputi :
- Memberikan dorongan mental agar pasien pasrah dan tabah
dalam menghadapi penyakitnya.
- Memberikan penjelasan tentang manfaat dan tujuan HD
- Memberikan penjelasan mengenai prosedur HD, komplikasi yang
dapat terjadi serta upaya mengatasinya.
- Menciptakan suasana yang nyaman serta aman bagi pasien.
(2) Persiapan Fisik, Meliputi :
- Menimbang berat badan ( bila memungkinkan )
- Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
- Pemeriksaan terhadap k/u pasien, tanda-tanda vital (TD,N, P, S)
- Pemeriksaan diagnostik (k/p)
- Mengecek hasil laboratorium terakhir (baru) ureum, creatinin,
hemoglobin, elektrolit, HbsAg, Anti HCV dan HIV.
- Mencatat keluhan pasien dan obat – obatan sebelum HD
- Mencukur daerah lipatan paha dikedua sisi, kanan dan kiri bagi
pasien yang belum memiliki akses vaskuler permanen ( Cimino
dan Double Lumen).
(3) Persiapan Administrasi, Meliputi :
- Memperoleh data pasien sebelum dilakukan dialysis
- Persetujuan dokter penanggung jawab hemodialysis
- Menentukan program dialysis oleh dokter penanggung jawab
- Informed consent / penandatanganan surat persetujuan tindakan
Hemodialisa.
- Informasi mengenai biaya HD (bagi pasien dengan jaminan
askes/perusahaan lain harus membawa tiket kredit untuk
jaminan HD)
13
2. PROSEDUR PASIEN HEMODIALISA RAWAT JALAN
a. Pengertian
Pasien yang memerlukan tindakan hemodialisa dan pasien berasal dari
rawat jalan dengan instruksi dokter penanggung jawab atau dokter spesialis
penyakit dalam yang mendapatkan pendelegasian dari dokter penanggung
jawab.
b. Tujuan
- Memberikan kemudahan dalam pelayanan
- pelayanan hemodialisa untuk meningkatkan kualitas hidup penderita
penyakit ginjal.
- Meminimalkan komplikasi selama hemodialisa
c. Kebijakan
Dilakukan pada setiap pasien yang membutuhkan hemodialisa yang berasal
dari rawat jalan atas instruksi dokter penanggung jawab atau dokter
spesialis penyakit dalam yang mendapatkan pendelegasian dari dokter
penanggung jawab.
d. Prosedur
- Melakukan pendaftaran melalui loket pendaftaran dengan registrasi ke
unit hemodialisa.
- Lakukan pemeriksaan laborat sesuai dengan protap penerimaan pasien
hemodialisa untuk pasien yang pertama kali hemodialisa dan untuk
pasien yang sudah pernah hemodialisa lakukan pemeriksaan
laboratorium rutin.
- pasien memerlukan hemodialisa, petugas rawat jalan
mengkonsultasikan kepada dokter penanggung jawab hemodialisa.
- dokter memberi instruksi hemodialisa, lakukan protap penerimaan
pasien hemodialisa.
- Petugas rawat jalan mendaftar kepada unit hemodialisa untuk
klarifikasi tempat dan jadwal hemodialisa.
- Setelah pasien siap, diantar oleh petugas rawat jalan ke unit
hemodialisa.
- Dilakukan tindakan hemodialisa.
- Selesai tindakan hemodialisa, rencanakan pemeriksaan ulang
laboratorium sesuai permintaan dokter. ( Hemoglobin, Hematokrit,
ureum, creatinin, dan kalium).
- Lakukan pemeriksaan laborat HbsAg (Anti Hcv bila memungkinkan)
setiap 6 bulan.
14
- lakukan pemeriksaan laborat rutin ( Darah rutin, GDS, Ureum, Creatinin
setiap bulan atau sesuai permintaan dokter/pasien.
15
4. PROSEDUR MONITORING ON HD
a. Pengertian
Pengamatan yang dilakukan selama proses hemodialisis berlangsung yang
meliputi pengamatan pasien dan pengamatan mesin,sirkulasi darah dan
dialisat.
b. Tujuan
- Mengetahui secara dini dan mencegah komplikasi yang timbul selama
hemodialisa.
- Pasien merasa aman dan nyaman.
- Proses dialysis berjalan lancar.
c. Kebijakan
Dilakukan setiap pasien menjalani proses hemodialysis.
d. Prosedur
(1) Pengamatan pasien meliputi:
- Observasi tanda-tanda vital ( TD, Nadi, Respirasi dan Temperatur)
- Tingkat kesadaran pasien.
- Kondisi fisik.
- Adanya perdarahan.
- Sarana hubungan sirkulasi ( akses vaskuler ).
- Posisi dan aktifitas pasien.
- Adanya keluhan pasien selama HD berlangsung.
- Adanya komplikasi yang terjadi selama proses HD berlangsung.
(2) Pengamatan mesin, sirkulasi darah dan dialisat meliputi:
- QD ( kecepatan dialisat ).
- QB (kecepatan aliran darah ).
- Temperatur mesin.
- Konduktiviti mesin.
- Monitoring tekanan/pressure ( arteri pressure, venous pressure,
dialisat pressure )
- Heparinisasi.
- Alarm detector ( air,foam detector, blood leak detector )
- Sirkulasi darah ( AVBL ) inlet dan outlet.
- Bubble Trap.
- Sambungan-sambungan dan klem.
- Dializer ( bocor, beku/cloth, udara, posisi ).
- Set infuse dan kolf Nacl 0,9 %.
- Sirkulasi dialisat: wadah/tempat dialisat.
- Jumlah danisi dialisat.
16
- Selang dialisat.
- Konektor.
6. PROSEDUR PRIMING
a. Pengertian
Priming adalah pengisian cairan fisiologis yang pertama kali dalam sirkulasi
darah, proses priming meliputi melembabkan dialyzer (Soaking), membilas
dialyzer ( Rinsing) dan mengisi cairan (Filling).
b. Tujuan
- Membasahi dan membilas Bloodline dan Dializer dari zat sterilisasi.
- Mencegah anafilaktik syok karena pemakaian zat sterilisasi.
- Mengurangi keluhan dan memberikan rasa aman dan nyaman pada
pasien.
17
c. Kebijakan
Dilakukan setiap akan memulai tindakan hemodialisis baik penggunaan
dialyzer baru ataupun reuse.
d. Prosedur
(1) Persiapan Alat:
- Dializer baru / reuse.
- Blood line ( ABL dan VBL ).
- Cairan Fisiologis ( Nacl 0,9% ) 500 ml ( 1 kolf), 1000 ml ( 1 kolf).
- Infus set / blood set.
- Spuit 1 cc.
- Matkan.
- Arteri klem.
- Alkohol.
- Anti Koagulan Injeksi.
- Kom tempat tutup dialyzer.
- Tempat sampah.
- Masker.
- Sarung tangan on steril.
- Apron / Baju khusus ruang HD.
(2) Prosedur:
- Siapkan alat yang akan digunakan.
- Dekatkan alat-alat ke mesin.
- Perawat cuci tangan.
- Perawat memakai masker, apron dan sarung tangan.
- Bukalah masing-masing set yang telah disediakan.
- Tempatkan dialyzer pada holder dengan posisi inlet ( tanda merah )
diatas dan posisi outlet ( tanda biru ) dibawah.
- Masukan segmen pump ke dalam pompa darah, putar pompa darah
sesuai arah jarum jam.
- Sambungkan selang darah arteri (ABL) dengan dialyzer dan
tempatkan buble trap ABL di holder pada posisi tegak.
- Sambungkan dialyzer dengan selang darah venous (VBL) dan
tempatkan buble trap di holder dengan posisi tegak.
- Tempatkan ujung biru VBL pada matkan dan hindari kontaminasi.
- Sambungkan Nacl 0,9 % dengan infus set kemudian sambungkan
infus set dengan selang darah arteri.
- Putar letak dialyzer dengan posisi inlet di bawah dan outlet di atas
yang tujuannya agar dialyzer bebas dari udara.
18
- Isi ujung ABL dengan Nacl 0,9% dengan cara membuka role clamp
infuse set, bila sudah terisi sampai ujung ABL tutup clamp ABL.
- Isi bubble trap ABL sampai ¾ bagian dengan Nacl 0,9 % dengan cara
menjalankan pompa darah dengan kecepatan aliran darah 100
ml/mt. Kemudian naikkan secara bertahap sampai 150 ml/mt,
lakukan terus pembilasan / pengisian AVBL dan dialyzer dengan
menggunakan Nacl 0,9 % sebanyak 500 ml untuk dialyzer baru dan
1000 ml untuk dialyzer reuse dengan tujuan membuang zat ETO
(Ethylene Oxide) pada dialyzer baru dan zat Renalin pada dialyzer
reuse.
- Sambungkan ujung biru (VBL) dengan ujung merah (ABL) dengan
menggunakan conektor.
- Buka klem AVBL.
- Lakukan Sirkulasi dengan tekanan mesin dengan cara:
Mesin dalam posisi dialysis.
Dializer dalam posisi soaking.
Set UFG sebanyak 0,20 lt / 200 cc.
Set UFR sebanyak 1 lt / jam.
Lakukan prosedur tersebut selama 12 menit.
- Mesin akan alarm secara otomatis setelah UFG tercapai sesuai
target tekanan dan lihat angka yang tertera pada display = 0,20 lt (
UF Remove).
- Kembalikan posisi dialyzer dari posisi dialysis ke posisi preparation.
- Beri antikoagulan / heparin sirkulasi 2000-5000 ui kedalam blood
line arteri pada ford laboratorium yang telah di suci hamakan
dengan alcohol.
- Tunggu beberapa menit ( 3-5 menit).
- Sarana sirkulasi extra corporeal siap di hubungkan ke pasien.
19
c. Kebijakan
Setiap pasien yang akan menjalani proses Dialysis yang telah memiliki akses
vaskuler permanen berupa Cimino.
d. Prosedur
(1) Persiapan Alat:
- Jarum metal, Arterio venous fistula (AVF), 16 G x 1” dan 16 G x 1 ¼”
- Spuit 20 cc, 5 cc dan 1 cc
- Heparine injeksi untuk dosis awal ( 50 - 100 iu/kg BB) dan dosis
pemeliharaan ( 1000 – 2000 iu/jam)
- NaCl 0,9 %
- Bak kecil steril berisi :
o 2 kom kecil (steril)
o Duk
o Kain kassa 5 – 7 lembar
o Klem desinfektan (steril)
- Plester.
- Matkan / tempat menampung cairan.
- Betadine solution.
- Alkohol 75%.
- Pengalas / Perlak kecil
- Masker, sarung tangan steril, Apron.
- Tempat sampah / kantong plastik.
(2) Prosedur:
- Anjurkan pasien mencuci tangan dengan menggunakan cairan
desinfektan sebelum tindakan dialisis
- Beritahukan pasien bahwa inisiasi akan dimulai dan ditentukan
tempat yang akan di insersi.
- Bawa peralatan kedekat pasien dan letakkan pengalas karet / plastik
dibawah area yang di insersi.
- Pakai masker dan apron, cuci tangan, pakai sarung tangan
- Desinfektan daerah vena /outlet dan lipatan paha / inlet (sama
seperti pada insersi / funksi fistula)
- Letakkan duk steril sebagai pengalas dan penutup pada daerah
outlet dan inlet.
- Lakukan insersi / punksi outlet dan fiksasi, tutup dengan kain kassa,
bila diperlukan ambil darah untuk sample lab, lalu bolus dengan
heparin dosis awal yang sudah diaplus dengan NaCl 0,9 % + 5 cc.
20
- Lakukan funksi inlet sambil diaspirasi (usahakan dapat vena), fiksasi
dan tutup dengan kain kassa.
- Akses siap di sambung dengan sirkulasi extra corporeal.
21
d. Desinfektan kedua kanula dengan betadine sol (tanpa memakai
klem desinfektan), biarkan selama 5 menit lalu bersihkan dengan
alkohol.
e. Letakkan duk steril sebagai pengalas dan penutup.
f. Keluarkan heparin dari kedua kanula + 3 cc sekaligus untuk
mengeluarkan bekuan darah (bila ada)
g. Periksa kelancaran aliran kateter, bila diperlukan ambil darah untuk
sample lab, lalu bolus dengan heparin dosis awal yang sudah diaplus
dengan NaCl 0,9% + 5 cc melalui outlet (tergantung tehnik di instansi
masing – masing).
Bersihkan tutup kanula kateter dengan NaCl 0,9% dan rendam
dalam kom steril berisi bethadine dan simpan dalam bak steril,
akses vaskuler siap di hubungkan dengan sirkulasi extra corporeal.
b. Tujuan
1. Mencegah infeksi.
2. Memberikan rasa aman dan nyaman bagi pasien.
c. Kebijakan
SK Direktur tentang pemberlakuan Pedoman pelayanan ruang hemodialisa
d. Prosedur
(1) Persiapan Alat
- Kasa steril.
- Duk steril.
- Betadin.
- Cairan infuse Nacl 0,9%.
- Heparin.
- Plester/hipavik.
- Spuit 10 cc.
- Spuit 1 cc.
- Antibiotik.
- Kom.
- Sarung tangan.
- Masker.
22
- Tempat sampah.
(2) Prosedur:
(1) Perawatan pada daerah exit site:
- Letakan alat-alat yang akan digunakan dekat pasien.
- Atur posisi pasien.
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
- Buka verban yang menutup exit site.
- Buang ditempat yang sudah disediakan.
- Letakan duk dibawah kateter double lumen.
- Perawat memakai masker, mencuci tangan dan memakai
sarung tangan.
- Bersihkan exit site dengan menggunakan kassa dan betadin
pekat dengan cara memutar dari dalam keluar sampai bersih.
- Bilas dengan nacl 0,9%, lakukan beberapa kali sampai bersih.
- Keringkan dengan kassa steril kering.
- Tutup seluruh lokasi exit site dengan kassa steril dan hipavik.
(2) Perawatan daerah kateter double lumen:
- Tangan kanan memegang kassa betadin, tangan kiri
memegang kateter lalu bersihkan sekitar kateter mulai dari
exit site menuju tutup keteter lakukan searah.
- Bilas dengan Nacl 0,9%.
- Desinfektan kedua kanul dengan betadin dengan cara
menggosok-gosok kira-kira 3 menit, kemudian bersihkan
dengan Nacl 0,9%.
- Priming kedua lumen kanul, cek kelancaran aliran.
- Bila akan dilakukan tindakan hemodialisa masukan heparin
dosis awal yang telah diencerkan dengan Nacl0,9% pada outlet
lalu dibilas, keluarkan heparin dari kedua kanul sesuai dengan
volume.
- Kemudian sambungkan ke sirkulasi mesin.
- Bila tidak dilakukan tindakan hemodialisa kedua kanul dibilas
dengan Nacl 0,9% sampai bersih, kemudian berikan heparin
murni dan antibiotic k/p sesuai advist dokter, jumlah pengisian
disesuaikan dengan volume yang tertera pada tiap selang
kateter.
- Tutup kedua kanul dengan kencang dan kedua klem pada
kateter dalam posisi terkunci.
23
- Kedua kanul dibungkus dengan kassa steril lalu difiksasi
dengan hipavik, dengan tidak mengganggu pergerakan pasien.
- Rapikan semua alat, pisahkan dengan alat-alat yang
terkontaminasi.
- Perawat cuci tangan.
- Lakukan pendokumentasian keperawatan:
Keadaan exit site (bersih, kotor, tanda-tanda infeksi).
Kelancaran kateter.
24
f. Mencari penyebab sakit kepala : cairan dialisat asetat atau ada
masalah
g. Pencegahan:
h. Mengganti cairan dialisat sesuai dengan persetujuan dokter.
i. Anjurkan pasien untuk mengurangi minum kopi.
j. Memberi pendekatan pada pasien untuk mengurangi masalah yang
sedang terjadi di hadapi.
25
Evaluasi kebersihan mesin, dialisat.
26
3) Pencegahan:
- Hindari hipotensi dengan menurunkan kecepatan aliran darah
selama jam pertama dialysis, selanjutnya di naikkan secara
bertahap sesuai kebutuhan pasien.
- Anjurkan pasien untuk membatasi jumlah cairan yang masuk
dengan cairan yang keluar.
- Ganti cairan dialisat dengan cairan bikarbonat atas persetujuan
dokter nefrologi .
- Observasi tanda-tanda vital selama dialysis berlangsung.
27
Massage (strectching exercise) pada daerah yang kram.
Kalau perlu berikan obat gosok.
Kompres hangat atau beri buli – buli hangat.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi.
4) Pencegahan:
Pencegahan hipotensi.
Na cairan HD ≥ Na plasma.
28
- Proses penuaan.
2) Manifestasi Klinik:
- Tekanan darah turun sampai dengan sistolik <100 mmHg dan
diastolic < 40 mmHg
- Keluhan pusing mual kadang-kadang disertai muntah
- Kram otot, pandangan gelap dan keringat dingin dan bahkan
kehilangan kesadaran
3) Penanganan:
Posisi tidur kepala lebih rendah daripada kaki atau horizontal atau
rata (tanpa bantal).
Kecepatan aliran darah dan UFR diturunkan.
Berikan NaCl 0,9% (100 ml atau lebih sesuai kebutuhan).
Beri 02 1 – 2 liter.
Observasi tanda-tanda vital, terutama TD.
Kalau perlu dialysis sementara di istirahatkan dengan cara :
- Darah pasien di kembalikan ke tubuh, sambil menunggu keadaan
umum pasien membaik, selang darah diisi dengan NaCl 0,9% dan
di sirkulasikan.
- Heparin tetap di jalankan agar tidak ada sisa bekuan darah dalam
selang.
- Penyebab dicari.
- Jika TD sudah naik ( kembali normal ) dialysis dapat di mulai
kembali.
Catat semua tindakan yang telah dilakukan dalam catatan dialysis.
4) Pencegahan:
Observasi tanda-tanda vital selama dialysis berlangsung
Anjuran pasien membatasi kenaikan berat badan intra dialysis
kurang dari 1 kg/ hari
Anjurkan pasien untuk minum obat anti hipertensi, sesuai aturan
dokter atau penggunaan anti hipertensi sesudah HD
Gunakan dialisat bikarbonat
Hindari ultrafiltrasi berlebihan hingga di bawah BB kering (dry
weight )
Pada pasien tertentu, cairan dialisat dengan suhu 35,5°C-36ºC
Hindari makan banyak atau glukosa oral selama dialysis
29
15. PROSEDUR PENANGANAN GATAL-GATAL
a. Pengertian
Penanganan yang dilakukan terhadap keluhan gatal pada pasien yang
menjalani hemodialisysis.
b. Tujuan
- Meningkatkan kemampuan perawat HD untuk mencegah komplikasi
selama berlangsungnya HD.
- Mengurangi keluhan dan memberikan rasa aman dan nyaman pada
pasien.
- Meningkatkan kualitas hidup pasien gagal ginjal yang menjalani
hemodialysis.
c. Kebijakan
SK Direktur tentang pemberlakuan Pedoman pelayanan ruang hemodialisa
d. Prosedur
1) Penyebab belum jelas betul, kemungkinan:
- Jadwal dialisis yang tidak teratur (toksin uremia kurang terdialisis).
- Reaksi alergi (heparin, transfusi, blood lines plastic, gas ethylene
oxide).
- Kulit kering.
- Peningkatan kadar Ca dan P.
2) Penanganan:
- Berikan talc / krim khusus untuk gatal.
- Jika karena transfusi, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
anti histamine.
3) Pencegahan:
- Anjuran pasien untuk menjaga kebersihan kulit dan pakaian.
- Kuku harus pendek.
- Anjurkan pasien tidak menggaruk dengan kuku atau alat
penggaruk, tapi menggunakan ujung – ujung jari.
- Berikan pelembab / lotion.
- e. Anjurkan pasien taat dalam menjalankan hemodialisis sesuai
dengan progam.
- f. Usahakan pada saat sirkulasi waktunya agar lama.
- g. Anjurkan pasien makan sesuai dengan diet.
30
16. PROSEDUR PENANGANAN EMBOLI PARU
a. Pengertian
Penanganan komplikasi emboli paru pada saat hemodialisa berlangsung.
b. Tujuan
- Meningkatkan kemampuan perawat HD untuk mencegah komplikasi
selama berlangsungnya HD.
- Mengurangi keluhan dan memberikan rasa aman dan nyaman pada
pasien.
- Meningkatkan kualitas hidup pasien gagal ginjal yang menjalani
hemodialysis.
c. Kebijakan
SK Direktur tentang pemberlakuan Pedoman pelayanan ruang hemodialisa
d. Prosedur
1) Penyebab:
Masuknya udara dari sirkulasi Ekstrakorporeal ke tubuh pasien akibat
dari foam detector tidak terintegrasi dengan baik
2) Manifestasi klinis:
a) Pasien dengan posisi duduk :
• Pasien biasanya berteriak dan memegang telinga (karena suara
udara yang masuk dengan cepat ke otak).
• Kejang.
• Sesak, muka merah/ biru.
• Tidak sadar
• Udara dari outlet (venous line) masuk ke pasien (sebagian
venous line kosong atau penuh busa).
b) Pasien dengan posisi tidur terlentang :
• Pernafasan dalam, batuk, sianosis.
• Pernafasan tertahan/ megap-megap.
• Kadang-kadang tidak sadarkan diri.
• Denyut nadi lemah.
• Murmur di jantung.
• Cardiac output berkurang (karena jantung dipenuhi udara).
3) Penanganan
a) Posisi Trendelenburg ( kaki lebih tinggi dari kepala ).
b) Berbaring ke sisi kiri badan.
c) QB dan TMP diturunkan.
d) Berikan oksigen.
e) Pertahankan jalan nafas adekuat.
31
f) HD stop sementara.
g) Kolaburasi dokter untuk pemberian terapi.
4) Pencegahan:
a) Sistem tertutup.
b) Bubble trap jangan terlalu rendah.
c) Pasang deterktor udara ( air detector ).
d) Sambungan-sambungan dikencangkan k/p di plester.
e) Tempat cairan infus tidak boleh dilubangi / ditusuk.
f) Pada waktu mengakhiri HD harus hati-hati apabila menggunakan
udara sebagai pendorong darah masuk kedalam tubuh.
g) Pengamatan / observasi selama proses HD berlangsung.
32
3) Gejala lebih lanjut kejang (sampai koma)
4) Penanganan;
a) Pada gejala ringan :
- Turunkan Qb
- Berikan NaCl 0,9% hipertonik atau glukosa 40% (bila timbul
kejang)
a) Pada gejala berat
- Sebaiknya HD di stop
5) Pencegahan:
Pada hemodialisa akut :
- Jangan HD yang terlalu bersemangat/agresif.
- Target penurunan cukup 30%.
33
- Mencari penyebab demam ; bahan piogenik, penggunaan dialiser re-
use, atau infeksi.
4) Pencegahan:
- Melakukan perawatan akses vaskuler sebelum memulai dialysis
sesuai SOP (DL catheter).
- b. Edukasi pada pasien dan keluarga untuk memperhatikan
kebersihan daerah exit site.
- c. Evaluasi penggunaan dialiser re-use.
- d. Evaluasi kebersihan mesin, dialisat.
34
- Pastikan sambungan listrik, jalur suplai air RO dan selang pembuangan
telah terpasang dengan baik
- Nyalakan mesin dengan menekan tombol HD Power Breaker dibagian
belakang mesin
- Tekan DIAMODE untuk masuk ke modul Dialysis (tindakan)
- Sambungkan selang dialisat dengan larutan pada tank Bicarbonat dan
Acid
- Tekan PREP untuk memulai preparation sehingga STANDBY dan BYPASS
akan muncul dibagian atas kiri layar monitor mesin HD
- Mesin siap untuk dilakukan priming
35
2) Modifikasi:
a) Heparinisasi minimal / ketat:
- Diberikan pada pasien dengan resiko perdarahan ringan-
sedang.
- Heperin yang beredar atau aktif didalam sirkulasi tubuh
maupun didalam sirkulasi extracorporeal sangat minim untuk
itu observasi ketat harus dilakukan karena kemungkinan dapat
terjadi clotting pada sirkulasi extracorporeal.
- Countinous dosis awal 500 ui (rentang 300-2000 ui).
- Dosis selanjitnya 250 ui (rentang 200-2000 ui).
- Cara pemberian:
Periksa masa pembekuan sebelum hemodialtsis.
Sebaiknya menggunakan cara heparin pump yang sudah
tersedia pada mesin.
Berikan dosis awal 500 ui melalui venous line.
Heparin pump diatur sesuai kebutuhan.
Heparin pump diteruskan sampai akhir dialysis.
b) Bebas heparin/Free heparin:
- Heparin sama sekali tidak diberikan selama hemodialisa, dosis
awal maupun dosis pemeliharaan, sehingga resiko clotting
sangat besar.
- Free heparin sering dilakukan dilapangan karena mudah,
praktis karena cukup dengan larutan garam fisiologis (Nacl
0,9%) dipakai sebagau rinsing (flushing) kedalam sirkulasi
extracorporeal disertai peningkatan ultrafiltrasi rate untuk
mencegah bahaya over hydration.
- Indikasi meliputi resiko perdarahan tinggi, resiko perdarahan
sedang, perdarahan otak, pasca transplantasi, pasca opersai
otak.
- Cara pemberian:
Pembilasan heparin pada sirkulasi darah dibilas Nacl,
dengan heparin 3000 ui/sesuai kebutuhan pasien.
QB harus tinggi: 250-300 ml/menit.
Pembilasan dengan Nacl 15-30 menit .
Pembilasan dialyzer secara cepat dengan Nacl sebanyak
100-200 cc dengan menutup sementara inlet disertai
peningkatan ultrafiltration rate agar Nacl dapat ditarik
keluar.
36
c) Regional Heparinization:
- Jarang dilakukan khusus di Indonesia karena tidak/sulit
tersedianya dipasaran Protamine Sulfat sebagai antidotum
heparin.
- Pada heparinization regional heparin bebas beredar (aktif)
didalam sirkulasi extracorporeal tetapi dalam sirkulasi didalam
tubuh pasien heparin tidak aktif karena tidak ada heparin yang
beredar.
- Heparin hanya aktif setempat karena sebelum heparin masuk
kedalam tubuh sudah dinetralisir lebih dahulu oleh protamine.
- Cara pemberian:
Heparin dan protamine diberikan secara countinous.
Heparin diberikan melalui bantuan heparin pump melalui
selang heparin, sedangkan protamine diberikan dengan
bantuan infusion pump tambahan atau dengan syring
pump melalui VBL (outlet) yaitu melalui bubble trap atau
injection port.
37
4) Alirkan darah kedalam sirkuit darah dengan kecepatan aliran (QB) 100
ml/mnt, biarkan cairan priming terdorong keluar dan di tampung di
dalam matkan
5) Biarkan darah mengalir sampai cairan di bubble trap out berwarna
merah muda, lalu matikan blood pump, klem VBL
6) Lepaskan konektor VBL lalu sambungkan ujung VBL dengan kanula
outlet, Sebelum VBL dihubungkan dengan kanula vena (outlet), udara
dikeluarkan terlebih dahulu dari kedua ujungnya, buka klem VBL dan
kanula outlet
7) Hidupkan blood pump dengan kecepatan aliran darah (QB) antara 100
– 150 ml/mnt
8) Atur dan fiksasi kanula inlet / outlet dan AVBL agar tidak menganggu
pergerakan pasien
9) Buka klem selang monitor tekanan arteri dan vena, aktifkan semua
detector (udara, kebocoran)
10) Siapkan heparine dosis selanjutnya, program dan hidupkan pompa
heparin
11) Cek kembali sistem alarm limit pada mesin, antara lain :
o Arteri /Venous pressure
o Temperature
o Conductivity dialisat
o Sirkulasi darah dan dialisat
12) Kencangkan semua sambungan, bubble trap terisi 2/3 – ¾ bagian,
dialiser dalam posisi tegak dengan inlet diatas (pastikan sudah bebas
udara)
13) Naikkan QB sampai 200 ml / mnt atau lebih
14) Program HD sesuai kebutuhan (penurunan BB, lamanya HD), ada
peranan kolaborasi
15) Ukur Vital Sign dan lakukan pendokumentasian dengan lengkap di
dalam list HD
16) Rapikan pasien, alat – alat dan area sekitarnya
17) Beritahukan pasien bahwa inisiasi sudah selesai dan HD mulai
berlangsung
18) Jelaskan kepada pasien hal – hal apa saja yang boleh dilakukan selama
HD berlangsung, dan pasien boleh ditunggu oleh satu orang keluarga.
38
23. PROSEDUR TINDAKAN INSERSI / FUNGSI DOUBLE LUMEN
a. Pengertian
Tindakan insersi / fungsi pada pasien yang telah memiliki akses vaskuler
permanen berupa Double lumen, yang dilakukan oleh perawat ruang
hemodialysis.
b. Tujuan
- Pasien nyaman selama dialysis
- Dialysis benar – benar di rasakan bermanfaat
- Dialysis bukan bertambah beban terhadap penyakitnya.
c. Kebijakan
SK Direktur tentang pemberlakuan Pedoman pelayanan ruang hemodialisa
d. Prosedur
Persiapan Alat
1) Spuit 20 cc, 5 cc dan 1 cc
2) Heparine injeksi untuk dosis awal ( 50 - 100 iu/kg BB) dan dosis
pemeliharaan ( 1000 – 2000 iu/jam)
3) NaCl 0,9 %
4) Bak kecil steril berisi :
o 3 buah kom kecil (steril)
o Duk
o Kain kassa 5 – 7 lembar
o Klem desinfektan (steril)
5) Plester.
6) Matkan / tempat menampung cairan.
7) Betadine solution.
8) Alkohol 75%.
9) Pengalas / Perlak kecil
10) Masker, sarung tangan steril, Apron.
11) Tempat sampah / kantong plastik.
Prosedur :
a. Bawa peralatan kedekat pasien dan beritahu pasien bahwa inisiasi
akan dimulai
b. Letakkan pengalas / perlak kecil dibawah kateter dan buka balutan
kateter.
c. Pakai masker dan apron, cuci tangan dan pakai sarung tangan
d. Desinfektan kedua kanula dengan betadine sol (tanpa memakai klem
desinfektan), biarkan selama 5 menit lalu bersihkan dengan alkohol.
e. Letakkan duk steril sebagai pengalas dan penutup.
39
f. Keluarkan heparin dari kedua kanula + 3 cc sekaligus untuk
mengeluarkan bekuan darah (bila ada)
g. Periksa kelancaran aliran kateter, bila diperlukan ambil darah untuk
sample lab, lalu bolus dengan heparin dosis awal yang sudah diaplus
dengan NaCl 0,9% + 5 cc melalui outlet (tergantung tehnik di instansi
masing – masing).
h. Bersihkan tutup kanula kateter dengan NaCl 0,9% dan rendam dalam
kom steril berisi bethadine dan simpan dalam bak steril, akses
vaskuler siap di hubungkan dengan sirkulasi extra corporeal.
TIDAK GAWAT
TIDAK GAWAT GAWAT
GAWAT DARURAT DARURAT
DARURAT DARURAT
INSTALASI HEMODIALISA
40
D. PENGENDALIAN LIMBAH
Mengikuti pengendalian limbah di rumah sakit
41
BAB V
LOGISTIK
Pengamprahan barang habis pakai di unit hemodialisa RSIB ada dua tujuan
yaitu ke Bagian Rumah Tangga untuk barang habis pakai non medis yang dilakukan
sebulan satu kali pada akhir minggu ke empat, sedangkan ke instalasi farmasi untuk
bahan habis pakai medis dilakukan seminggu satu kali hari sabtu. Sedangkan
konsumable HD dilakukan ke bagian farmasi setiap akhir minggu ke 4.
Barang yang habis dilakukan pengorderan oleh petugas HD dan melakukan
konfirmasi barang amprahan akan disiapkan oleh masing-masing instalasi yang
bersangkutan. $etelah barang disiapkan bagian rumah tangga dan instalasi farmasi
menginformasikan bahwa barang yang sedang diamprah sudah dibisa di ambil,
petugas mengambil barang amprahan ke masing-masing bagian rumah tangga dan
instalasi farmasi sesuai jadwal yang telah ditentukan.
42
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien (pasien Safety)adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman termasuk juga di instalasi hemodialisis
sistem tersebut meliputi :
- Assessment resiko
- Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien
- Pelaporan dan analisis insiden
- Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjut
- Implementasi solusi untuk meminimalkan timbul resiko
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cidera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. Pasien yang melakukan
tindakan hemodialisis memiliki resiko cukup besar terinfeksi hepatitis B dan
Hepatiitis C karena terpapar oleh tindakan ataupun produk darah.
Cara penularannya melalui:
1. Mesin HD
2. Dialiser yang digunakan
3. Ruang hemodialisis
4. Peralatan lain
Agar pada waktu tindakan hemodialisis aman (SAFETY) maka harus
dilakukan hal seperti berikut :
1. Pada mesin
Setiap kali prosedur hemodialisis selesai dilakukan dekontaminasi pada
mesin dialysis baik pada bagian luar mesin maupun dalam mesin dengan
mengunakan desinfectan kimia sesuai dengan panduan masing / masing
mesin.
2. Air RO (Reverse osmosis)
Air RO: air tanah /permukaan. Air PDAM yang telah mengalami proses
pemurnian sehingga memenuhi standar AAMI (the Associstion Internasional
Advencement of Medical Instrumentation).
Pipa / pipa RO harus dipisahkan jalurnya sesuai hasil serologi pasien
3. Pada dialiser
Pemprosesan dialiser ulang dilakukan dengan menerapkan prinsip
kewaspadaan universal yang ketat.
Dialiser ulang tidak dibenarkan dipakai oleh pasien dengan HBsAg positif.
43
Dialiser ulang pada prinsipnya dapat digunakan oleh pasien anti HCV positif
dan HIV positif, namun harus menerapkan prinsip kewaspadaan universal
ketat.
Setiap dialiser ulang diberi label nama jelas
Tempat penyimpanan dialiser ulang dengan anti HCV positif atau HIV
positif dipisahkan dengan kedua marken negative
4. Ruang hemodialisis
Ruang tempat penyimpanan peralatan medis maupun obat terpisah dari
ruang pasien
$eluruh aktifitas berkaitan dengan persiapan medis maupun obat dilakukan
di ruang khusus
Jarak antara masing / masing tempat tidur atau kursi dan mesin HD tidak
terlalu rapat
Memiliki penerangan dan sirkulasi udara yang memadai
Memiliki ruang khusus terpisah untuk pasien HBsAg positif untuk sementara
unit Dialysis RSIB belum melayani pasien CKD infeksius
5. Peralatan lain
Untuk mencegah, obat Vital multi dosis hanya boleh digunakan berulang kali
pada pasien yang sama
Semua peralatan medic steril yang dibawa ke ruang HD di batasi
secukupnyadengan keperluan saat itu
Meja dorong yang berisi peralatan medic yang steril jangan di taruh dekat
pasien
Sampel darah dan cairan tubuh lainya dijauhkan dari area penempatan obat-
obatan dan peralatan medic
Peralatan seperti kursi roda tempat tidur dialysis meja pasien dan yang lain
dibersihkan dengan klorin 10%
Gorden fabric screen harus dicuci setiap 1 bulan. VHB dapat hidup sampai 7
hari di tempat ini walaupun tidak ada darah yang jelas terlihat
6. Linen :
- Sprei dan sarung bantal pasien harus diganti segera setelah dialysis
- Linen kotor di taruh di tempat khusus
- Bila linen terpercik darah, disiram terlebih dahulu dengan klorin 1%
sebelum ditaruh di tempat linen kotor
44
B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit terutama di ruangan
hemodialisa.
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap masyarakat dan pasien.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
4. Terlaksananya program / program pencegahan sehingga tidak terjadi
penanggulangan kejadian tidak diharapkan.
45
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
46
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
47
BAB IX
PENUTUP
Ditetapkan di : Banjarmasin
Pada tanggal : 13 Jumadil Akhir 1439 H
01 Maret 2018 M
Direktur,
48