Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan perempuan dan kesehatan anak merupakan dasar yang penting dalam

perkembangan masyarakat. Hanya perempuan yang bisa hamil dan melahirkan anak (WHO,

2006). Namun saat ini masalah kesehatan perempuan (khususnya ibu) dan bayi di Indonesia

bukanlah gambar yang indah dipandang. Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Ratio) dan

Angka Kematian Bayi di Indonesia masih belum seperti yang diharapkan.

Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007-2008 Angka

Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 249 per 100.000 kelahiran hidup. Di Sumatera Barat

angka kematian ibu tahun 2007 adalah 339 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih

tinggi dari target yang ditetapkan pada tahun 2009 sebesar 226 per 100.000 kelahiran hidup

dan diharapkan pada tahun 2015 penurunan AKI menjadi 102 orang per 100.000 kelahiran

hidup. (http:my.ideabagus.com/Aff.pht).

Menanti kelahiran bayi adalah saat yang mendebarkan bagi setiap pasangan,

walaupun setiap kali seorang bayi terlahir di muka bumi berarti menambah penduduk bumi.

Akan tetapi bagi pasangan yang belum mempunyai keturunan, bayi adalah berkah atau

sumber kebahagiaan yang tidak terelakan. Oleh sebab itu, kelahiran bayi menjadi momentum

yang sangat dinantikan oleh setiap pasangan. ( Sholihah, 2008)

Jumlah perkawinan yang terjadi di kota Padang sebanyak 49,44% dari 121.520

Pasangan Usia Subur (PUS) yang mengikut program Keluarga Berencana (KB) hanya

sebanyak 54,42% dimana yang memakai KB tradisional hanya sebanyak 4,56%. (Biro Pusat

Statistik, 2008)

1
Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk menurunkan AKI dan menekan jumlah

kelahiran karena 4 Terlalu (4T) yaitu terlalu muda dan terlalu tua untuk hamil, terlalu

dekatnya jarak kehamilan, serta terlalu banyaknya jumlah anak adalah dapat dicegah dengan

menggunakan alat kontrasepsi. Kontrasepsi adalah upaya untuk menuda kehamilan,

menjarangkan kehamilan dan menghentikan kehamilan. (Manuaba, 2001)

Secara umum persyaratan kontrasepsi ideal adalah sebagai berikut : aman, berdaya

guna, dapat diterima, terjangkau harganya oleh masyarakat, tidak mengganggu produksi Air

Susu Ibu (ASI) pada ibu menyusui, bila metode tersebut dihentikan penggunaannya klien

akan segera kembali kesuburannya kecuali pada kontrasepsi mantap.

Pada ASI eksklusif sebagai aspek KB yang dapat menjarangkan kehamilan,

ditemukan rata-rata jarak kehamilan ibu yang menyusui adalah 24 bulan, sedangkan yang

tidak menyusui 11 bulan. Hormon yang mempertahankan laktasi bekerja menekan hormon

untuk ovulasi, sehingga dapat menunda kembali kesuburan. (Rusli, 2005)

Salah satu kontrasepsi yang dapat digunakan pasca persalinan yaitu Metode

Amenorea Laktasi (MAL) yaitu kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara

eksklusif, artinya dengan metode ini haid tidak muncul teratur selama 24 minggu atau 6

bulan. 10% akan mengalami haid 10 minggu pasca salin, 20% pada 20 minggu, 60 % pada 30

minggu. Namun kehamilan jarang terjadi dalam 20 minggu pertama puerperium. Ibu yang

tidak menyusui bayinya selama lebih dari 3 bulan, mereka lebih mempunyai resiko hamil

lebih besar, karena lebih dari 80 % mengalami haid dan ovulasi pada minggu ke-10 setelah

melahirkan. (Llewellyn, 2005).

Berdasarkan SDKI 1997 dan 2002 membuktikan bahwa perilaku pemberian ASI di

negeri ini tak menggembirakan. Pada tahun 1997 jumlah ibu yang menyusui bayinya

2
mencapai 96,3 %. Angka itu turun menjadi 95,9 % pada 2002. Sementara jumlah ibu yang

menyusui anaknya saat masa emas (satu jam pertama setelah kelahiran) hanya 3 %.

Pemberian ASI eksklusif (hanya ASI, tanpa tambahan susu formula dan bahan makanan lain)

selama enam bulan pertama pascalahir pada 1997 hanya 42,4 %, dan turun menjadi 39,5 %

pada 2002 ( Dinas Kesehatan Sumbar, 2009)

Di Padang dilaporkan pada tahun 2009 dari 7.146 dari bayi yang lahir hanya 4.946

(69,2 %) yang mendapat ASI eksklusif. Berdasarkan target Indonesia sehat 2010 cakupan ini

diharapkan mencapai 80 %, sehingga pada tahun 2010 ini diharapkan ada peningkatan agar

target yang sudah ditetapkan dapat tercapai. (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2009)

Berdasarkan data pada lampiran A pada Puskesmas Lubuk Kilangan kota padang

mengenai data kesehatan ibu dan anak, pencapaian ASI eksklusif yang terendah adalah di

Puskesmas Lubuk Kilangan sebanyak 36,5 %. Dari 20 Puskesmas di Kota Padang, angka

sasaran ASI ekslusif yang tercapai hanya 69,2 %.

Pada tanggal 27 Juni 2010, 10 orang sampel yang penulis wawancara terdapat 7 orang

yang mengalami amenorea laktasi sedangkan 3 orang mendapatan haidnya segera setelah 40

hari pasca melahirkan.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti

mengenai Hubungan Pemberian ASI eksklusif dengan Amenorea Laktasi di Wilayah Kerja

Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2010.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: ”Apakah ada hubungan antara pemberian ASI

eksklusif dengan amenorea laktasi di wilayah Puskesmas Kurai Taji ?”

3
C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan amenorea laktasi di

wilayah kerja Puskesmas Kurai Taji 2011.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi ibu yang melakukan pemberian ASI secara

eksklusif.

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi ibu yang mengalami amenorea laktasi

selama menyusui bayinya.

c. Untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan amenorea laktasi.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi Peneliti

Untuk menambah kemampuan peneliti dalam meneliti dan menerapkan ilmu


pengetahuan khususnya hubungan antara pemberian ASI dengan amenorea laktasi.

2. Bagi Pendidikan

Untuk menambah pembendaharaan bagi perpustakaan khususnya tentang

hubungan pemberian ASI eksklusif dengan amenorea laktasi.

3. Bagi Puskesmas

Hasil ini diharapkan bermanfaat bagi puskesmas untuk tindakan lebih lanjut

terhadap pemanfaatan ASI eksklusif.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Air Susu Ibu (ASI)

1. Pengertian

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang

seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan

bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya dengan tata laksana

yang benar. (Roesli, 2005)

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam-

garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan

utama bagi bayi. (Soetjiningsih, 2002)

2. Komposisi ASI

ASI berbeda dengan susu sapi. Komposisi ASI pun ternyata tidak tetap dan

tidak sama dari waktu ke waktu. Komposisi ASI dari satu ibu pun berbeda-beda pada

hari-kehari, bahkan dari menit ke menit. ASI yang dikeluarkan pada 5 menit pertama

dinamakn foremilk. Foremilk mempunyai komposisi yang berbeda dengan ASI yang

keluar kemudian (hindmilk). Foremilk lebih encer. Hindmilk mengandung 4-5 kali lebih

banyak dibanding foremilk. Diduga hindmilk inilah yang mengenyangkan bayi (Roesli,

2005), yaitu:

5
a. Kolostrum

1) Disekresikan oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau

keempat dari masa laktasi.

2) Merupakan suatu laxanif yang ideal untuk membersihkan mekonium usus bayi

yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima

makanan selanjutnya.

3) Lebih banyak mengandung protein dibanding ASI mature, tetapi berlainan

protein utama adalah globulin, sehingga dapat dengan ASI mature dimana

protein yang utama adalah casein pada kolostrum, memberikan daya

perlindungan tubuh terhadap infeksi.

4) Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI mature yang dapat

memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.

5) Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI mature.

6) Total energi lebih rendah dibandingkan ASI mature yaitu 58 kalori/100ml

kolostrum.

7) Vitamin larut dalam lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air lebih

tinggi atau lebih rendah.

8) Bila dipanaskan menggumpal. ASI mature tidak.

9) PH lebih alkalis dibandingkan ASI mature.

10) Lemaknya lebih banyak mengandung kolesterol dan lesitin dibandingkan ASI

mature.

11) Terdapat trypsin inhibitor yang akan menambah kadar antibodi pada bayi.

12) Volumenya bekisar 150-130ml/24 jam.

6
b. ASI Transisi/Peralihan

1) Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI mature.

2) Disekresi dari hari ketiga sampai hari kesepuluh dari masa laktasi, tetapi ada

pula yang berpendapat bahwa ASI mature baru akan terjadi pada minggu ketiga

sampai minggu kelima.

3) Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin

tinggi.

4) Volume semakin meningkat.

c. ASI matang (mature)

ASI yang disekresi pada hari kesepuluh dan seterusnya, yang dikatakan

komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu ketiga

sampai kelima ASI komposisinya baru konstan.

Merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung casienat,

riboflaum, dan karotin.Tidak menggumpal bila dipanaskan dan volume 300-850 ml/24

jam

3. ASI Eksklusif

Yang dimaksud dengan dengan ASI eksklusif atau yang lebih tepat pemberian

ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain

seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat

seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim.

Pada tahun 1999, setelah pengalaman selama 9 tahun, UNICEF memberikan

klarifikasi tentang rekomendasi jangka waktu pemberian ASI eksklusif. Rekomendasi

7
terbaru UNICEF bersama World Health Assembly (WHA) dan banyak negara lainnya

adalah menetapkan jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan.

4. Manfaat ASI

a. Manfaat ASI untuk bayi

1) Nutrien (zat gizi) yang sesuai unuk bayi

a) Lemak

Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak. Sekitar 50 % kalori ASI

berasal dari lemak. Kadar lemak dalam ASI antara 3,5-4,5 %, walaupun

kadar lemak dalam ASI tinggi, tetapi mudah diserap oleh bayi. Karena

trigliserida dalam ASI lebih dulu dipecah menjadi asam lemak dan

glisenol oleh enzim lipase yang terdapat dalam ASI.

b) Karbohidrat

Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa, yang kadarnya paling tinggi

dibanding susu mamalia lain (7gr %). Laktosa mempunyai manfaat lain,

yaitu mempertinggi absorbsi kalsium yang merangsang pertumbuhan

laktobasilusbifidus.

c) Protein

Protein dalam susu adalah kasein dan whey. Kadar protein ASI sebesar

0,9. 60% diantaranya adalah whey yang lebih mudah dicerna dibanding

kasein (protein utama susu sapi). Kecuali mudah dicerna, dalam ASI

terdapat dua macam asam amino yang tidak terdapat dalam susu sapi yaitu

sistin dan taurin. Sistin diperlukan untuk pertumbuhan somatik, sedangkan

taurin untuk pertumbuhan otak.

d) Garam dan Mineral

8
Ginjal neonatus belum dapat mengkonsentrasikan air kemih dengan baik,

sehingga diperlukan susu dengan kadar garam dan mineral yang rendah.

ASI mengandung garam dan mineral lebih rendah dibandingkan susu sapi.

ASI mengandung zat besi yang mudah diserap dan lebih banyak (lebih

dari 50 %) dan sangat diperlukan untuk tumbuh kembang.

e) Vitamin

ASI mengandung vitamin yang diperlukan bayi. Vitamin K yang berfungsi

sebagai katalisator pada proses pembekuan darah terdapat dalam ASI

dengan jumlah yang cukup dan mudah diserap. Dalam ASI juga banyak

vitamin E, terutama di kolostrum, dan dalam ASI juga terdapat dalam

vitamin D

2) Mengandung Zat Proteksi

Bayi yang mendapat ASI lebih jarang menderita penyakit, karena zat proteksi

dalam ASI.

a) Laktobasillus Bitidus

Laktobasilus bitidus berfungsi mengubah laktosa menjadi asam laktat dan

asam asetat. Kedua asam ini menjadikan saluran pencernaan bersifat asam

sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri E coli

yang sering menyebabkan diare pada bayi, shigela, dan jamur.

 Laktoferin adalah enzim yang berkaitan dengan zat besi.

Konsentrasinya dalam ASI sebesar 100 mg/100 ml tertinggi diantara

semua cairan biologis.

 Lisozim adalah enzim yang dapat memecah dinding bakteri

(bakteriosidal) dan antiinflamatori, bersama peroksida dan askorbat

9
untuk menyerang E-coli dan sebagian keluarga salmonela.

Konsentrasinya dalam ASI sangat banyak (400µg/ml).

 Komplement C3 dan C4, Kedua komplemen ini, walaupun kadarnya

dalam ASI rendah, mempunyai daya opsonik, ananfiloktoksik, dan

kemotaktik, yang bekerja bila diaktifkan oleh IgA dan IgE yang

terdapat dalam ASI.

 Faktor Antistreptokokus, dalam ASI terdapat faktor antistreptokokus

yang melindungi bayi terhadap kuman tersebut.

 Antibodi, secara elektroforeetik, kromatografik dan radio imunoassay

terbukti bahwa ASI terutama kolostrum mengandung imunoglobulin,

yaitu secretory IgA, IgE, IgM, dan IgD. Dari semua imunoglobulin

tersebut yang terbanyak adalah IgA.

 Tidak menimbulkan alergi, pada bayi baru lahir sistem IgE belum

sempurna. Pemberian susu formula akan merangsang aktivasi sistem

ini dan dapat menimbulkan alergi. ASI tidak menimbulkan efek ini.

Pemberian protein asing yang ditunda sampai umur 6 bulan akan

mengurangi kemungkinan alergi ini.

b) Meningkatkan Kecerdasan

Dengan memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi 6 bulan akan

menjamin tercapainya pengembangan potensi kecerdasan anak secara

optimal.

Hal ini karena selain sebagai nutrien yang ideal, dengan komposisi yang

tepat, serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi, ASI juga mengandung

nutrien-nutrien khusus yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal.

10
Nutrien-nutrien khusus tersebut tidak terdapat atau hanya sedikit terdapat

pada susu sapi.

c) Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan

Waktu menyusui kulit bayi akan menempel pada kulit ibu. Kontak kulit

yang dini ini akan sangat besar pengaruhnya pada perkembangan bayi

kelak. Walaupun seorang ibu dapat memberikan kasih sayang yang besar

dengan memberikan susu formula, tetapi menyusui sendiri akan

memberikan efek psikologis yang besar.

d) Menyebabkan pertumbuhan yang baik

Bayi yang mendapat ASI mempunyai kenaikan berat yang baik setelah

lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik, dan mengurangi

kemungkinan obesitas.

e) Mengurangi kejadian karies dentis

Insiden karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula jauh lebih

tinggi dibanding yang mendapat ASI, karena kebiasaan menyusui dengan

susu formula akan menyebabkan asam yang terbentuk merusak gigi.

Kecuali itu ada anggapan bahwa kadar selenium yang tinggi dalam ASI

akan mencegah karies dentis.

f) Mengurangi kejadian maloklusi

Telah dibuktikan bahwa salah satu penyebab maloklusi rahang adalah

kebiasaan lidah yang mendorong kedepan akibat menyusu dengan botol

atau dot (Manajemen Laktasi, 2004 dalam Rusli, 2005)

11
b. Manfaat ASI untuk ibu

1) Aspek kesehatan ibu

Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh

kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah

terjadinya perdarahan pasca persalinan, penundaan haid dan berkurangnya

perdarahan pasca persalinan mengurangi anemia lebih rendah dibanding yang

tidak menyusui. Oleh karena menyusui memerlukan energi, maka tubuh akan

mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil. Dengan demikian

berat badan ibu yang menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan

sebelum hamil. (Roesli, 2005)

2) Aspek Keluarga Berencana (KB)

Menyusui secara murni (eksklusif) dapat menjarangkan kehamilan, ditemukan

rata-rata jarak kehamilan ibu yang menyususi adalah 24 bulan, sedangkan yang

tidak menyusui 11 bulan. Hormon yang mempertahankan laktasi bekerja

menekan hormon untuk ovulasi, sehingga dapat menunda kembalinya

kesuburan.

3) Aspek psikologis

Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat bagi bayi, tetapi juga unuk ibu.

Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan semua manusia..

B. Amenorea Laktasi

1. Pengertian

Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan

pemberian Air Susu Ibu secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa makanan

tambahan lainnya. (Sarwono, 2007)

12
Metode Amenorea Laktasi pada dasarnya adalah suatu alogaritme yang

memungkinkan wanita menentukan apakah pola pemberian makanan bayinya, disertai

pola menstruasinya, membentuk kontrasepsi yang efektif. (Labbok et al, 1994 dalam

Gobbie, 2002).

Sejumlah studi yang dilakukan di negara berkembang memperlihatkan bahwa

angka kehamilan 6 bulan komulatif adalah 0,45 %. (Perez et al, 1992 dalam Gobbie,

2002)

2. Macam-macam Amenorea

a. Amenore Fisiologis, Pada masa sebelum pubertas, masa kehamilan, masa laktasi

dan sesudah menopause.

b. Amenore Patologis, Penyebab-penyebab secara umum yaitu: gangguan Organ

pusat, gangguan kejiwaan, gangguan poros hipotalamus, gangguan hipofisis.

3. Profil

a. Metode Amenorea Laktasi dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila:

1) Menyusui secara penuh (full breast feeding); lebih efektif bila pemberian ≥ 8 x

sehari.

2) Belum haid

3) Umur bayi kurang dari 6 bulan.

b. Efektif sampai 6 bulan.

c. Harus dilanjutkan dengan pemakaian kontrasepsi lainnya.

13
4. Cara Kerja

Setelah melahirkan, konsentrasi esterogen, progesteron, dan prolaktin (PRL)

yang tinggi selama kehamilan turun secara drastis. Tanpa menyusui, kadar gonadotropin

meningkat pesat, konsentrasi PRL kembali ke normal dalam waktu sekitar 4 minggu dan

pada minggu ke-8 pascapartum, sebagian besar wanita yang memberi susu formula pada

bayinya memperlihatkan tanda-tanda perkembangan folikel dan akan berevolusi tidak

lama kemudian.

Sebaliknya, pada wanita yang menyususi, konsentrasi PRL tetap meninggi

selama pengisapan sering terjadi dan pada setiap kali menyusui terjadi peningkatan

sekresi PRL secara akut. Walaupun konsentrasi Follicle Stimulating Hormone (FSH)

kembali ke normal dalam beberapa minggu pascapartum, namun konsentrasi Luteinizing

Hormone (LH) dalam darah tetap tertekan sepanjang periode menyusui. Yang penting,

pola pulsasi normal pelepasan LH mengalami gangguan dan inilah yang diperkirakan

merupakan penyebab mendasar terjadinya penekanan fungsi normal ovarium. Wanita

yang menyusui bayinya secara penuh atau hampir penuh dan tetap amenore memiliki

kemungkinan kurang dari 2 % untuk hamil selama 6 bulan pertama setelah melahirkan.

(Kennedy et al., 1989 dalam Gobbie, 2002)

Selain itu terdapat juga efek oksitosin yaitu keluarnya hormon oksitosin dari

kelenjar hipofise posterior yang mengakibatkan kontraksi otot rahim untuk mencegah

timbulnya perdarahan pasca persalinan serta mempercepat involusi rahim. (Made, 1997

dalam Gobbie, 2002)

14
5. Indikator Menyusui Terhadap Kesuburan

Ada beberapa indikator mengenai pengaruh menyusui terhadap kesuburan ibu:

a. Lamanya menyususi. Makin lama menyususi, makin lama amenorea dan makin

tertunda ovulasi.

b. Lama dan frekuensi menyusui. Inhibisi terhadap fungsi ovarium tergantung dari

kegiatan ini.

c. Cepat tidaknya memperkenalkan susu botol

d. Waktu setelah melahirkan, makin lama waktu pasca persalinan maka kesuburan

akan semakin meningkat, terlepas dari menyusui atau tidak.

e. Status gizi ibu yang bersangkutan. Ibu yang malnutrisi akan cenderung amenore

lebih lama.

f. Pengaruh geografis, budaya dan sosial ekonomi. Dalam penelitian multi senter

didapatkan bahwa urbanisasi, pendidikan, musim, ibu pekerja dan lain-lain,

dapat berpengaruh terhadap mulainya datang menstruasi pasca persalinan.

Untuk mendapatkan efek kontrasepsi yang baik dari peristiwa menyusui maka

seorang ibu sebaiknya melakukan:

 Hanya memakai ASI saja untuk bayi selama 6 bulan pertama (exclusive breast

feeding)

 Menyususi sesering dan selama mungkin siang malam sesuai keinginan bayi

(on demands)

 Bila sudah mulai memperkenalkan makanan tambahan, maka dianjurkan

memberikan ASI dulu sebelum makanan tambahan tersebut diberikan.

15
 Teruskan menyusui meskipun ibu atau bayinya sakit.

 Hindarkan pemakaian susu botol atau kempeng/puting susu buatan.

C. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep dari penelitian ini adalah:

Variabel Idenpenden Variabel Dependen

Amenorea Laktasi Pemberian ASI Ekslusif

D. Hipotesis

Hipotesis didalam suatu penelitian adalah jawaban sementara penelitian, patokan

duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian

tersebut. Setelah melalui hasil pembuktian dari hasil penelitian, maka hipotesis ini dapat

benar atau salah, dapat diterima atau ditolak (Notoatmodjo, 2005).

Ha = Ada hubungan pemberian ASI eksklusif dengan amenore laktasi

Ho = Tidak ada hubungan pemberian ASI eksklusif dengan amenore laktasi

E. Definisi Operasional

No Variabel Defenisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1. Pemberian Memberikan ASI Kuesioner Angket Dikategorikan Ordinal


ASI saja tanpa menjadi:
eksklusif makanan
tambahan pada -memberikan
bayi sampai ASI eksklusif
umur 6 bulan jika jawaban
benar ≥ 3

16
-tidak
memberikan ASI
eksklusif jika
jawaban benar <
3
2. Amenore Tidak terjadinya Kuesioner Angket Dikategorikan: Ordinal
Laktasi menstruasi oleh
karena praktek -amenore laktasi
menyusui jika jawaban
sehingga benar ≥ 2
kehamilan tidak
terjadi -tidak
mengalami
amenore laktasi
jika jawaban
benar < 2

BAB III

17
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif analitik dengan desain cross

sectional. Metode penelitian ini digunakan untuk melihat hubungan antara variabel

dependen dengan variabel independen diukur pada saat yang bersamaan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Kurai Taji, Kec.

Pariaman Selatan, Kota Pariaman. Pada tanggal 10 November s/d 9 Desember 2011.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Populasi

dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang bersalin pada Maret 2011 yang bertempat

tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Kurai Taji Pariaman dengan jumlah populasi 80

orang.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang akan diteliti

dan dianggap dapat mewakili seluruh populasi jika jumlah populasi 100 maka dapat

diambil sampelnya secara total (Notoatmojo, 2005).

Pengambilan sampel diambil dengan menggunakan teknik total sampling

dengan jumlah sampel 80 orang yang didapatkan dari data imunisasi di Puskesmas

Kurai Taji Pariaman pada tahun 2011.

18
D. Jenis dan Sumber Data

1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden yang akan diberikan

kuesioner.

2. Data sekunder yaitu data yang didapat dari puskesmas dan studi kepustakaan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan angket terhadap responden

yang dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh beberapa orang kader yang telah diberikan

pengarahan secara khusus untuk menghindari kesalahan interprestasi.

F. Teknik Pengolahan Data

Dalam pengolahan data dilaksanakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing (pemeriksaan data)

Data yang telah dicatat menggunakan format pengumpulan data, diperiksa kembali

untuk memastikan data yang tercatat telah lengkap dan tidak ada kesalahan pada data

tersebut.

2. Coding (pengkodean data)

Data ibu yang bersalin diklasifikasikan menjadi ibu yang memberikan ASI eksklusif

dan ibu yang tidak memberi ASI eksklusif. Dan ibu mengalami amenorea laktasi dan

tidak mengalami amenorea laktasi.

3. Entry (memasukkan data)

Data yang telah diberi kode dalam bentuk angka, kemudian dipindahkan ke dalam

master tabel.

19
4. Cleaning (membersihkan data)

Data yang telah terkumpul dalam master tabel diperiksa kembali dan tidak ditemukan

data yang salah.

5. Tabulating

Data yang telah didapatkan dari pengolahan hasil analisa univariat dan analisa bivariat

dengan menggunakan SPSS kemudian dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi

dalam bentuk angka dan persentase.

Daftar Pustaka

Saifudin, Abdul bari.2003.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :

Yayasan Bina Pusataka Sarwono Prawirohajo

20
Hartanto H.2004.Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar

Harapan

21

Anda mungkin juga menyukai