DISUSUN OLEH :
GOLONGAN II
KELOMPOK 6
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
0
PENETAPAN KADAR ETANOL DAN METANOL DALAM MINUMAN
ARAK BALI
1. TUJUAN
1.1 Mengetahui prinsip pemisahan dan identifikasi menggunakan metode
kromatografi gas.
1.2 Mengetahui cara preparasi sampel yang akan dipisahkan dan diidentifikasi
menggunakan metode kromatografi gas.
1.3 Menetapkan kadar etanol dan metanol dari sampel arak bali menggunakan
metode kromatografi gas.
2. DASAR TEORI
2.1 Arak Bali
Arak merupakan minuman yang mengandung alkohol (etanol) yang telah dikenal di
India, Srilanka dan Indonesia sejak zaman purba. Pada umumnya arak dibuat dari nira
kelapa, nira aren maupun nira lontar, namun ada pula arak yang terbuat dari beras atau
beras ketan dengan proses fermentasi. Spesifikasi minuman ini berupa cairan jernih,
tidak berwarna, citarasa alkohol yang kuat (Sudarma dan Parwata, 2017). Arak bali bila
diproses atau didestilasi akan dapat menghasilkan arak bali dengan kadar alkoholnya
sampai diatas 80% Etanol (Sukadana dan Sutanaya, 2016). Berdasarkan penelitian,
kadar etanol dari arak yang beredar di pasaran ialah sekitar 20,08 (70,08% b/v),
(Suaniti et al., 2012). Arak memiliki kadar etanol tidak kurang dari 30% v/v,
metanol yang tidak lebih dari 0,1% v/v dihitung terhadap volume produk (BPOM
RI, 2016). Minuman ini mengandung kadar alkohol yang mencapai hingga 37-
50% (BPOM RI, 2014).
2.2 Metanol
Metanol memiliki rumus kimia CH3OH dimana merupakan cairan tidak
berwarna, jernih dan bau khas. Metanol dapat bercampur dengan air, membentuk
cairan jernih tidak berwarna dengan bobot jenis 0,796 gran/ml sampai 0,798
gran/ml dan berat molekul 32 gram/mol. Titik didih metanol lebih rendah
dibandingkan etanol yaitu berkisar antara 64°C hingga 66°C (Depkes RI, 1979).
Metanol memiliki waktu retensi 1,939 dan merupakan cairan mudah menguap,
mudah terbakar dengan api berwarna biru dan higroskopis (Tiscione et al., 2011;
Spencer, 1988).
1
2.3 Etanol
Etanol merupakan campuran etil alkohol dan air yang memiliki rumus kimia
C2H5OH. Etanol adalah cairan mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna,
jernih, bau khas, mudah larut dalam air, eter, maupun kloroform dan merupakan
alkohol yang paling sering digunakan sehari-hari mempunyai berat molekul 46.
Berat jenis etanol ialah 0,7856/ml pada suhu 15°C dan 0,8055 pada suhu 20°C
dengan titik didih 78°C (Depkes RI, 1979). Waktu retensi dari etanol ialah 2,467
(Tiscione et al., 2011).
2.4 Destilasi
Destilasi yaitu proses penguapan dan pengembunan kembali yang
bertujuan untuk memisahkan campuran dua atau lebih zat cair ke dalam fraksi-
fraksinya berdasarkan perbedaan titik didihnya (Endah, dkk., 2007). Tujuan
destilasi adalah pemisahan suatu campuran berdasarkan perbedaan titik didihnya
(Jhonprimen, dkk., 2012). Dalam proses destilasi terdapat dua tahap proses yaitu
tahap penguapan dan dilanjutkan dengan tahap pengembunan kembali uap
menjadi cairan. Campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini
kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik
didih lebih rendah akan menguap lebih dulu (Hamzah, 2009). Prinsip kerja
dalam destilasi adalah campuran zat dididihkan hingga menguap, dan uap yang
dihasilkan kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan (Sudjadi,
1986).
2
Kromatografi gas merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan dan
deteksi senyawa-senyawa yang mudah menguap dalam suatu campuran.
Kromatografi gas digunakan untuk melakukan pemisahan dinamis dan identifikasi
semua jenis senyawa organik yang mudah menguap dan juga untuk melakukan
analisis kualitatif dan kuantitatif senyawa dalam suatu campuran (Gandjar dan
Rohman, 2007).
Prinsip kromatografi gas adalah teknik pemisahan yang mana solut-solut
yang mudah menguap (dan stabil terhadap panas) bermigrasi melalui kolom yang
mengandung fase diam dengan suatu kecepatan yang tergantung pada rasio
distribusinya. Pemisahan pada kromatografi gas didasarkan pada titik didih suatu
senyawa dikurangi dengan semua interkasi yang mungkin terjadi antara solut
dengan fase diam. Fase gerak yang berupa gas akan mengelusi solut dari ujung
kolom lalu menghantarkannya ke detektor (Gandjar dan Rohman, 2007).
Keuntungan Kromatografi Gas yaitu waktu analisis yang singkat, ketajaman
pemisahan yang tinggi, efisiensi pemisahan yang tinggi, analisis relatif lebih
cepat, sensitifitas tinggi, dan membutuhkan campuran cuplikan yang sangat
sedikit. Kerugian Kromatografi Gas yaitu hanya dapat digunakan untuk
menganalisis sampel yang mudah menguap dan tidak dapat dipakai untuk
memisahkan campuran dalam jumlah yang besar (Adamovics, 1997).
Instrumen pada kromatografi gas diantaranya adalah fase gerak, system
injeksi, kolom dan fase diam, detektor kromatografi gas dan komputer. Berikut
adalah gambar instrumen pada kromatografi gas.
a. Fase gerak (gas pembawa)
Fase gerak pada Kromatografi Gas juga disebut dengan gas pembawa karena
tujuan awalnya adalah untuk membawa solute ke kolom, karena gas pembawa
tidak berpengaruh pada selektifitas. Kriteria gas pembawa adalah: tidak
reaktif, stabil, tidak toksik dan murah. Gas pembawa mengandung gas helium,
nitrogen, hydrogen atau campuran argon dan metana. Pemilihan gas pembawa
tergantung pada penggunaan spesifik dan jeis detektor yang digunakan.
b. Ruang Suntik (inlet)
3
Ruang suntik berfungsi sebagai penghantar sampel ke dalam aliran gas
pembawa. Penyuntikan sampel dapat dilakukan secara manual atau secara
otomatis. Ruang suntik harus dipanaskan tersendiri (terpisah dari kolom) dan
dengan suhu 10°-15°C lebih tinggi dari pada suhu kolom maksimum. Seluruh
sampel akan menguap segera setelah sampel disuntikkan dan akan masuk ke
dalamkolom sedangkan pada splitless injection, sampel yang telah menguap
dan terbawa oleh aliran gas pembawa akan dibagi terlebih dahulu menjadi 2
aliran dengan rasio tertentu. Satu aliran akan masuk ke kolom dan satunya lagi
akan dibuang. Jika 1µl sampel yang dimasukkan ke dalam pemecah aliran
yang mempunyai nisbah pemecahan 1:1000, maka sebanyak 0,01 µl sampel
yang masuk ke kolom sedangkan sisanya dibuang.
c. Kolom Kromatografi Gas
Kolom merupakan komponen sentral pada kromatografi gas. Kolom pada
kromatografi gas berfungsi sebagai tempat terjadinya proses pemisahan karena
di dalamnya terdapat fase diam. Kolom kromatografi gas dapat dibedakan
menjadi dua yaitu kolom kemas (packed column) dan kolom kapiler (capillary
column). Kolom kapiler (capillary column) memiliki diameter 0,02-0,2 mm,
terbuat dari fused silica dan dinding kapiler berfungsi sebagai penyangga fase
diam cair sehingga fase diam melekat mengelilingi dinding kolom. Semakin
sempit diameter olom, maka efisiensi pemisahan kolom semakin besar atau
puncak kromatogram yang dihasilkan semakin tajam.
d. Detektor pada Kromatografi Gas
Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempat
keluar fase gerak (gas pembawa) yang membawa komponen hasil pemisahan.
Detektor pada kromatografi adalah suatu sensor elektonik yang berfungsi
mengubah sinyal gas pembawa dan komponen-komponen didalamnya
menjadi sinyal elektronik. Kromatogram yang merupakan hasil pemisahan
fisik komponen-komponen oleh Kromatografi Gas disajikan oleh detektor
sebagai deretan luas puncak terhadap waktu. Waktu tambat tertentu dalam
kromatogram dapat digunakan sebagai data kualitatif, sedangkan luas puncak
dalam kromatogram dapat dipakai sebagai data kuantitatif yang keduanya
telah dikonfirmasi dengan senyawa baku.
(Gandjar dan Rohman, 2007).
4
Gambar 2.3 Diagram Skematik KG (Kealey dan Haines, 2002).
5
k. Gas Cromatography (GC-agilent Technologies 6890- N Network GC System)
l. Fase diam polietilen glikol.
m. Kolom HP InnoWax panjang 30 m; diameter 0,32 µm dan laju alir 0,70
mL/menit
3.2 Bahan
a. Sampel (Arak Bali)
b. Aquadest
c. Etanol 100% (p.a)
d. Metanol 100% (p.a)
e. Gas pembawa (Helium)
f. Make-up gas nitrogen (gas tambahan)
4. PROSEDUR PRAKTIKUM
4.1 Perhitungan Pembuatan Larutan
4.1.1 Perhitungan Pembuatan Larutan Baku Etanol 100% v/v
Diketahui: Cbaku = 100%
Vbaku = 10 mL
Cstok = 100%
Ditanya: Vstok yang dipipet= ...?
Jawab:
Cstok ×Vstok = Cbaku× Vbaku
100% × Vstok = 100% × 10 mL
Vstok = Error: Reference source not found
Vstok = 10 mL
4.1.2 Perhitungan Pembuatan Larutan Baku Metanol 1% v/v
Diketahui: Cbaku = 1%
Vbaku = 10 mL
Cstok = 100%
Ditanya: Vstok yang dipipet= ...?
Jawab:
Cstok ×Vstok = Cbaku× Vbaku
100% × Vstok = 1% × 10 mL
6
Vstok = Error: Reference source not found
Vstok = 0,1 mL
4.1.3 Perhitungan Pembuatan Larutan Seri Etanol dan Metanol Berbagai
Konsentrasi
1. Larutan Seri I
a. Larutan Seri Etanol 10% v/v
Diketahui: Cseri = 10%
Vseri = 5 mL
Cbaku = 100%
Ditanya: Vbaku yang dipipet= ...?
Jawab:
Cbaku ×Vbaku = Cseri× Vseri
100% × Vbaku = 10% × 5 mL
Vbaku = Error: Reference source not found
Vbaku = 0,5 mL
b. Larutan Metanol 0,01% v/v
Diketahui: Cseri = 0,01%
Vseri = 5 mL
Cbaku = 1%
Ditanya: Vbaku yang dipipet= ...?
Jawab:
Cbaku ×Vbaku = Cseri× Vseri
1% × Vbaku = 0,01% × 5 mL
Vbaku = Error: Reference source not found
Vbaku = 0,05 mL
2. Larutan Seri II
a. Larutan Seri Etanol 20% v/v
Diketahui : Cseri = 20%
Vseri = 5 mL
Cbaku = 100%
Ditanya : Vbaku yang dipipet= ...?
Jawab :
Cbaku ×Vbaku = Cseri× Vseri
100% × Vbaku = 20% × 5 mL
Vbaku = Error: Reference source not found
Vbaku = 1 mL
b. Larutan Metanol 0,05% v/v
Diketahui : Cseri = 0,05%
Vseri = 5 mL
Cbaku = 1%
Ditanya : Vbaku yang dipipet= ...?
7
Jawab :
Cbaku ×Vbaku = Cseri× Vseri
1% × Vbaku = 0,05% × 5 mL
Vbaku = Error: Reference source not found
Vbaku = 0,25 mL
3. Larutan Seri III
a. Larutan Seri Etanol 30% v/v
Diketahui : Cseri = 30%
Vseri = 5 mL
Cbaku = 100%
Ditanya : Vbaku yang dipipet= ...?
Jawab :
Cbaku ×Vbaku = Cseri× Vseri
100% × Vbaku = 30% × 5 mL
Vbaku = Error: Reference source not found
Vbaku = 1,5 mL
b. Larutan Metanol 0,1% v/v
Diketahui : Cseri = 0,1%
Vseri = 5 mL
Cbaku = 1%
Ditanya : Vbaku yang dipipet= ...?
Jawab :
Cbaku ×Vbaku = Cseri× Vseri
1% × Vbaku = 0,1% × 5 mL
Vbaku = Error: Reference source not found
Vbaku = 0,5 mL
4. Larutan Seri IV
a. Larutan Seri Etanol 40% v/v
Diketahui : Cseri = 40%
Vseri = 5 mL
Cbaku = 100%
Ditanya : Vbaku yang dipipet= ...?
Jawab :
Cbaku ×Vbaku = Cseri× Vseri
100% × Vbaku = 40% × 5 mL
Vbaku = Error: Reference source not found
Vbaku = 2 mL
b. Larutan Metanol 0,2% v/v
Diketahui : Cseri = 0,2%
Vseri = 5 mL
Cbaku = 1%
Ditanya : Vbaku yang dipipet= ...?
8
Jawab :
Cbaku ×Vbaku = Cseri× Vseri
1% × Vbaku = 0,2% × 5 mL
Vbaku = Error: Reference source not found
Vbaku = 1 mL
5. Larutan Seri V
a. Larutan Seri Etanol 50% v/v
Diketahui : Cseri = 50%
Vseri = 5 mL
Cbaku = 100%
Ditanya : Vbaku yang dipipet= ...?
Jawab :
Cbaku ×Vbaku = Cseri× Vseri
100% × Vbaku = 50% × 5 mL
Vbaku = Error: Reference source not
foundError: Reference source not found
Vbaku = 2,5 mL
b. Larutan Metanol 0,3% v/v
Diketahui : Cseri = 0,3%
Vseri = 5 mL
Cbaku = 1%
Ditanya : Vbaku yang dipipet= ...?
Jawab :
Cbaku ×Vbaku = Cseri× Vseri
1% × Vbaku = 0,3% × 5 mL
Vbaku = Error: Reference source not found
Vbaku = 1,5 mL
4.1.4 Perhitungan Larutan Uji
Diketahui : Cbaku etanol = 100% v/v
Cbaku metanol = 1% v/v
Vuji = 5 mL
Vbaku etanol = 1,75 mL
Vbaku metanol = 0,5 mL
Ditanya : Cuji etanol dan Cuji metanol...?
Jawab :
1. Larutan Uji Etanol
Cbaku etanol ×Vbaku etanol = Cuji etanol × Vuji
100% × 1,75 mL = Cuji etanol × 5 mL
Cuji etanol = Error: Reference source not found
Cuji etanol = 35%
2. Larutan Uji Metanol
9
Cbaku metanol ×Vbaku metanol = Cuji metanol × Vuji
1% × 0,5 mL = Cuji metanol × 5 mL
Cuji metanol = Error: Reference source not found
Cuji metanol = 0,1%
4.2 Prosedur Kerja
4.2.1 Pembuatan Larutan Baku Etanol 100% v/v
Dipipet larutan etanol 100 % berderajat pro analisis (p.a) sebanyak 10
mL dengan pipet ukur kemudian dimasukkan ke dalam botol vial.
4.2.2 Pembuatan Larutan Baku Metanol 1% v/v
Dipipet larutan metanol 100 % berderajat pro analisis (p.a) sebanyak
0,1 mL dengan pipet ukur. Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL. Lalu
ditambahkan aquadest hingga tanda batas 10 mL Digojog hingga homogen.
4.2.3 Pembuatan Larutan Seri Etanol dan Metanol Berbagai Konsentrasi
1) Larutan Seri I
a. Larutan Seri Etanol 10% v/v
Dipipet larutan baku etanol sebanyak 0,5 mL dengan pipet
ukur. Dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL. Ditambahkan WFI
hingga tanda batas pada labu ukur. Digojog hingga homogen.
b. Larutan Metanol 0,01% v/v
Dipipet larutan baku metanol sebanyak 0,05 mL dengan
pipet ukur. Dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL. Ditambahkan
WFI hingga tanda batas pada labu ukur. Digojog hingga homogen.
2) Larutan Seri II
a. Larutan Seri Etanol 20% v/v
Dipipet larutan baku etanol sebanyak 1 mL dengan pipet
ukur. Dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL. Ditambahkan WFI
hingga tanda batas pada labu ukur. Digojog hingga homogen.
b. Larutan Metanol 0,05% v/v
Dipipet larutan baku metanol sebanyak 0,25 mL dengan
pipet ukur. Dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL. Ditambahkan
WFI hingga tanda pada labu ukur. Digojog hingga homogen.
3) Larutan Seri III
a. Larutan Seri Etanol 30% v/v
Dipipet larutan baku etanol sebanyak 1,5 mL dengan pipet
ukur. Dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL. Ditambahkan WFI
hingga tanda pada labu ukur. Digojog hingga homogen.
b. Larutan Metanol 0,1% v/v
10
Dipipet larutan baku metanol sebanyak 0,5 mL dengan
pipet ukur. Dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL. Ditambahkan
WFI hingga tanda batas pada labu ukur. Digojog hingga homogen.
4) Larutan Seri IV
a. Larutan Seri Etanol 40% v/v
Dipipet larutan baku etanol sebanyak 2 mL dengan pipet
ukur. Dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL. Ditambahkan WFI
hingga tanda batas pada labu ukur. Digojog hingga homogen.
b. Larutan Metanol 0,2% v/v
Dipipet larutan baku metanol sebanyak 1 mL dengan pipet
ukur. Dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL. Ditambahkan WFI
hingga tanda batas pada labu ukur. Digojog hingga homogen.
5) Larutan Seri V
a. Larutan Seri Etanol 50% v/v
Dipipet larutan baku etanol sebanyak 2,5 mL dengan pipet
ukur. Dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL. Ditambahkan WFI
hingga tanda batas pada labu ukur. Digojog hingga homogen.
b. Larutan Metanol 0,3% v/v
Dipipet larutan baku metanol sebanyak 1,5 mL dengan
pipet ukur. Dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL. Ditambahkan
WFI hingga tanda pada labu ukur. Digojog hingga homogen.
4.2.4 Pembuatan Larutan Uji
Dipipet masing-masing larutan baku etanol 100% v/v sebanyak 1,75
mL dan 0,5 mL larutan baku metanol 1% v/v dengan pipet ukur.
Dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL yang sama dan ditambahkan
dengan WFI hingga tanda batas pada labu ukur. Digojog hingga homogen.
Lalu dimasukkan ke dalam botol vial.
4.2.5 Destilasi Sampel
Dipipet sebanyak 25 mL sampel arak bali. Kemudian dimasukkan ke
dalam labu alas bulat yang berisi WFI sebanyak 25 mL. Dilakukan
destilasi dengan suhu 78°C sampai diperoleh destilat.
4.2.6 Penetapan Kadar Etanol dan Metanol pada Sampel Arak Bali dengan
Kromatografi Gas
1) Optimasi Kromatografi Gas
Sebelum proses penetapan kadar dilakukan optimasi dan validasi
terhadap kondisi gas chromatography.Kondisi analisis yang digunakan
yaitu suhu injektor 250OC, suhu detektor 300OC, dengan split rasio 20.
11
Suhu awal kolom 50OC ditahan 2 menit pada suhu tersebut,
ditingkatkan secara bertahap sebesar 10OC/menit sampai suhu
mencapai 220OC dan ditahan selama 5 menit. Laju alir dari kolom
yang terpisah adalah 0,7 mL/menit. Laju alir gas helium 40 mL/menit.
2) Pengukuran Larutan Seri
Dibuat identitas lartan, pada pilihan pilih “save sequence”, tunggu
hingga pada software muncul kata “ready”, kemudian pilih “run
sequence”. Dipipet larutan seri dari konsentrasi rendah ke konsentrasi
besar dengan menggunakan mikroliter syringe sebanyak 1 µL, pastikan
tidak ada gelembung yang masuk dalam syringe. Kemudian
dimasukkan tegak lurus pada injektor perlahan-lahan dan ditekan
pilihan “start” pada software, larutan diinjeksikan perlahan-lahan pada
injektor. Ditekan tombol “start” pada instrument kromatografi gas.
Tunggu beberapa menit hingga muncul peak-peak pada software.
Dibuat persamaan regresi linearnya dan ditentukan nilai r (koefesien
korelasi).
3) Pengujian Larutan Uji
Setelah dipilih dan diperoleh kondisi kromatografi gas, larutan uji (campuran
metanol dan etanol) diinjeksikan ke dalam injektor Gas Chromatography sebanyak 1
μL . Diamati peak-peak nya dan dihitung konsentrasi dan percent recovery.
4) Pengukuran Larutan Sampel
Dibuat identitas larutan, pada pilihan pilih “save sequence” tunggu
hingga pada software muncul kata “ready” kemudian pilih “run
sequence”. Dipipet larutan sampel dengan menggunakan microliter
syringe sebanyak 1 μL pastikan tidak ada gelembung yang masuk
dalam syringe. Lalu dimasukkan tegak lurus pada injektor perlahan-
lahan dan ditekan pilihan “start” pada software, larutan diinjeksikan
perlahan-lahan pada injektor. Ditekan tombol “start” pada instrumen
kromatografi gas. Tunggu beberapa menit hingga muncul peak-peak
pada software.
5. SKEMA KERJA
5.1 Skema Kerja Pembuatan Larutan
12
5.1.1 Pembuatan Larutan Baku Etanol 100% v/v
13
Digojog hingga homogen
2) Larutan Seri II
a) Larutan Seri Etanol 20% v/v
14
b) Larutan Metanol 0,05% v/v
15
Digojog hingga homogen
4) Larutan Seri IV
a) Larutan Seri Etanol 40 % v/v
5) Larutan Seri V
16
a) Larutan Seri Etanol 50 % v/v
5.1.4
17
Digojog hingga homogen dan dimasukkan kedalam botol vial
Dimasukkan kedalam labu alas bulat yang telah berisi WFI sebanyak
25 mL
5.1.6 Penetapan Kadar Etanol dan Metanol pada Sampel Arak Bali pada Kromatografi
Gas
1) Optimasi Kromatografi Gas
Laju alir dari kolom yang terpisah adalah 0,7 ml/menit. Laju
alir gas helium 40 ml/menit
18
2) Pengukuran Larutan Seri
Dibuat identitas larutan, pada pilihan pilih “save sequence”,
tunggu hingga pada software muncul kata “ready”, kemudian
pilih “run sequence”
20
r = 0.9994381122
r2 = 0.9988765401
A = -12083.92243
B = 32616095.62
Maka persamaan regresi liniernya adalah :
Y = Bx + A
Y = 32616095.62x - 12083.92243
Jadi persamaan regresi linier larutan seri metanol adalah
Y = 32616095.62x - 12083.92243
21
Jadi persamaan regresi linier larutan seri etanol adalah
Y = 962621.7577x + 3387900.077
=
= 150.1198972 %
Jadi kadar metanol pada larutan uji adalah 0.1501198972 %v/v dan persen
perolehan kembali larutan uji metanol adalah 150.1198972 %.
2) Larutan Uji Etanol
22
Diketahui: y = 962621.7577x + 3387900.077
Kosentrasi = 35 % v/v
AUC = 37755105
Ditanya : Konsentrasi larutan uji dan presentase perolehan kembali=..?
Jawab :
Perhitungan kadar
y = 962621.7577x + 3387900.077
37755105 = 962621.7577x + 3387900.077
x
=
x = 35.70167062 % v/v
Persentase Perolehan Kembali (% Recovery)
% Recovery
=
=
= 102.0047732 %
Jadi kadar etanol pada larutan uji adalah 35.70167062 % v/v dan
presen perolehan kembali larutan uji etanol adalah 102.0047732 %
Penentuan Kadar Larutan Seri Metanol dan Etanol
a. Penetapan Kadar Metanol pada Larutan Seri
Diketahui: Persamaan regresi Metanol : y = 32616095.62x -
12083.92243
AUC seri 1 = 250924
AUC seri 4 = 6694279
AUC seri 5 = 9652754
Ditanya: Kadar Metanol pada larutan seri = …?
Jawab :
- Seri 1 : y = 32616095.62x - 12083.92243
250924 = 32616095.62x - 12083.92243
x = 0.008063746363 % v/v
- Seri 4 : y = 32616095.62x - 12083.92243
6694279 = 32616095.62x - 12083.92243
x = 0.2056151356 % v/v
23
- Seri 5 : y = 32616095.62x - 12083.92243
9652754 = 32616095.62x - 12083.92243
x = 0.2963211181 % v/v
b. Penetapan Kadar Etanol pada Larutan Seri
Diketahui: Persamaan regresi etanol : y = 962621.7577x +
3387900.077
AUC seri 1 = 12845617
AUC seri 4 = 42566773
AUC seri 5 = 51013486
Ditanya: Kadar Etanol pada larutan seri = …?
Jawab :
- Seri 1 : y = 962621.7577x + 3387900.077
12845617 = 962621.7577x + 3387900.077
x = 9.824956529 % v/v
- Seri 4 : y = 962621.7577x + 3387900.077
42566773 = 962621.7577x + 3387900.077
x = 40.70017388 % v/v
- Seri 5 : y = 962621.7577x + 3387900.077
51013486 = 962621.7577x + 3387900.077
x = 49.47486959 % v/v
24
Jadi kadar metanol pada larutan sampel Injeksi 1 adalah
0.001251496283 % v/v, kadar metanol pada larutan sampel Injeksi 2 adalah
0.1596126337 % v/v, kadar metanol pada larutan sampel Injeksi 3 adalah
0.1348939178 % v/v
25
Konsentrasi Seri 4 = 0.2 % v/v
Konsentrasi Seri 5 = 0.3 % v/v
Ditanya : y” =…....?
Jawab :
- Seri 1 : y = 32616095.62x - 12083.92243
y” = 32616095.62(0.01) - 12083.92243
y” = 314077.0338
- Seri 4 : y = 32616095.62x - 12083.92243
y” = 32616095.62(0.2) - 12083.92243
y” = 6511135.202
- Seri 5 : y = 32616095.62x - 12083.92243
y” = 32616095.62(0.3) - 12083.92243
y” = 9772744.764
Sy/x
(y - y" ) 2
n-2
Sy/x =
26
Sy/x = 0.2278765891 x 10
6
LOD =
LOD = 0.02095988972 % v/v
Jadi nilai LOD metanol 0.02095988972 % v/v
- LOQ =
LOQ =
LOQ = 0.06986629907 % v/v
Jadi nilai LOQ metanol 0.06986629907 % v/v
27
Jawab :
- Seri 1 : y = 962621.7577x + 3387900.077
y” = 962621.7577(10) + 3387900.077
y” = 13014117.65
- Seri 4 : y = 962621.7577x + 3387900.077
y” = 962621.7577(40) + 3387900.077
y” = 41892770.39
- Seri 5 : y = 962621.7577x + 3387900.077
y” = 962621.7577(50) + 3387900.077
y” = 51518987.96
Sy/x
(y - y" ) 2
n-2
Sy/x =
Sy/x
= 0.8591881511 x 10
6
28
Jadi nilai simpangan baku residual (Sy/x) etanol adalah 0.8591881511 x 106
Penentuan nilai LOD dan LOQ Etanol
Diketahui:Sy/x = 0.8591881511 x 106
Berdasarkan persamaan y = 962621.7577x + 3387900.077, maka nilai b
(slope) adalah 962621.7577
Ditanya: nilai LOD dan LOQ etanol = ….?
Jawab :
- LOD =
LOD =
LOD = 2.677650316 % v/v
Jadi nilai LOD etanol 2.677650316% v/v
- LOQ =
LOQ =
LOQ = 8.925501052 % v/v
Jadi nilai LOQ etanol 8.925501052 % v/v
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan penetapan kadar etanol dan metanol
yang terdapat dalam sampel arak bali menggunakan metode kromatografi gas.
Arak Bali sendiri merupakan minuman mengandung etanol dan metanol yang
mempunyai karakteristik hampir sama. Etanol memiliki titik didih sebesar 78 oC,
sedangkan metanol memiliki titik didih yang lebih rendah dibandingkan dengan
etanol, yaitu sebesar 64oC (Depkes RI, 1979). Sedangkan, kromatografi gas
merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan dan deteksi senyawa-senyawa
yang mudah menguap dalam suatu campuran.
Digunakan metode kromatografi gas karena memiliki keunggulan
dibandingkan dengan metode pemisahan lainnya, yaitu jumlah pelarut dan sampel
yang digunakan sedikit, lebih efisien, dan mempunyai resolusi dan hasil
29
pemisahan yang lebih baik dibandingkan dengan metode kromatografi kertas,
kromatografi lapis tipis, atau pun spektrofotometri (Winarno, 2002). Tujuan dari
adanya penetapan kadar etanol dan metanol dalam sampel arak bali kali ini ialah
untuk mengetahui kesesuaian kadar alkohol dalam sampel dengan ketentuan yang
sudah ada (Quality control). Dimana kadar etanol yang masih diizinkan adalah
tidak kurang dari 30% v/v dan kadar metanol yang masih diizinkan tidak lebih
dari 0,01% v/v (BPOM RI, 2016).
Langkah awal ialah pembuatan larutan baku etanol dengan konsentrasi
100% v/v dan lautan baku metanol dengan konsentrasi 1% v/v. Larutan baku
dibuat untuk memudahkan pemipetan larutan yang volumenya sangat kecil untuk
membuat larutan seri ketika memiliki konsentrasi kecil. Dibuat 5 larutan seri
etanol dan metanol dengan berbagai konsentrasi. Larutan seri etanol dibuat
dengan konsentrasi 10% v/v, 20% v/v, 30% v/v, 40% v/v, dan 50% v/v sedangkan
larutan seri metanol dibuat dengan konsentrasi 0,01% v/v, 0,05% v/v, 0,1% v/v,
0,2% v/v, dan 0,3% v/v dengan keduanya diberi perlakuan berupa penambahan
WFI hingga tanda batas dalam labu ukur 5 mL. Berdasarkan USP Tahun 1995,
WFI adalah air yang telah dimurnikan dengan destilasi atau reverse osmosis dan
tidak mengandung substansi tambahan. Dibandingkan dengan akuades, WFI
memiliki kemurnian yang lebih tinggi sehingga dalam analisis dengan
menggunakan kromatografi gas tidak akan mengganggu pemisahan dan merusak
kolom kromatografi gas. Pembuatan larutan seri konsentrasi standar bertujuan
untuk memperoleh linearitas yang merupakan ukuran seberapa baik kurva
kalibrasi yang menghubungkan antara konsentrasi (x) dengan respon yang
diberikan dari instrumen (y). Kurva kalibrasi akan membentuk suatu garis lurus
atau linear. Melalui kurva kalibrasi akan dapat diketahui kadar etanol dan metanol
yang terkandung dalam sampel arak Bali dan mampu didapatkan membentuk
suatu garis linear dengan persamaan y = bx + a (Gandjar dan Rohman, 2007).
Selanjutnya pembuatan larutan uji dengan menggunakan larutan baku etanol
100% v/v dan larutan baku metanol 1% v/v. Pembuatan larutan uji ini juga
bertujuan untuk validasi metode dan analisis kualitatif yaitu membandingkan
waktu retensi senyawa yang sudah diketahui dengan senyawa yang akan
30
diselidiki. Tahap persiapan sebelum kromatografi gas perlu dilakukan preparasi
sampel dengan metode destilasi karena metanol dan etanol bersifat mudah
menguap dan memiliki titik didih yang berbeda (Sudjadi, 1986). Destilasi sangat
baik untuk memisahkan bahan-bahan alam yang berupa zat cair mudah menguap
atau untuk memurnikan cairan yang mengandung pengotor. Suhu pemanasan pada
saat destilasi disesuaikan dengan titik didih senyawa yang akan didestilasi. Jika
pada saat destilasi jumlah senyawa yang akan dipisahkan lebih dari satu senyawa
maka titik didih yang digunakan adalah titik didih senyawa yang lebih tinggi.
Pada praktikum ini, suhu yang digunakan ialah titik didih etanol yaitu 78ºC karena
memiliki titik didih lebih besar dibandingkan metanol untuk menjamin agar kedua
senyawa yang diinginkan dapat menguap dan mengembun melalui kondensor
sehingga diperoleh destilat murni etanol dan metanol. Dilakukan destilasi sampel
arak bali sebanyak 25 mL dengan penambahan aquadest sebanyak 25 mL dalam
labu alas bulat pada suhu 78oC. Arak bali memiliki kadar alkohol 37-50% (BPOM
RI, 2014). Dengan demikian, destilasi baru dihentikan pada saat destilat yang
diperoleh sebanyak setengah dari volume sampel karena kadar alkohol (termasuk
etanol dan metanol) tertinggi adalah 50%. Labu destilat ditara kemudian didapat
ditambahkan akuades hingga volumenya sama dengan volume sampel awal.
Preparasi sampel dengan metode destilasi bertujuan agar komponen-komponen
senyawa yang tersisa hanya etanol dan metanol sehingga memudahkan proses
penetapan kadar etanol dan metanol dengan metode kromatografi gas serta
mengurangi kontaminan-kontaminan yang dapat mengganggu proses penetapan
kadar etanol dan metanol nantinya.
Pada umumnya, sebelum pengukuran dengan GC-FID, dilakukan
conditioning kolom terlebih dahulu bertujuan untuk menghindari perubahan pada
waktu retensi agar tidak mempengaruhi selektivitas dan efisiensi pemisahan, serta
menghilangkan komponen-komponen yang dapat mengkontaminasi detector.
Conditioning dilakukan dengan mengatur sistem seperti, suhu injektor, kolom, dan
suhu detektor agar tidak mengalami penurunan saat dilakukan proses pemisahan
karena dapat mengganggu proses pemisahan serta merusak alat kromatografi
(Gandjar dan Rohman, 2007). Selanjutnya diatur laju alir kolom, udara, hidrogen
31
dan helium dimana Hidrogen sebagai gas pembakar untuk membakar sampel
sehingga akan terurai menjadi ion yang dapat meningkatkan daya hantar dan arus
listrik diantara dua elektroda sedangkan gas helium sebagai gas pembawa untuk
membawa sampel menuju ke kolom. Kolom yang digunakan yaitu kolom kapiler
yang mengandung fase diam yang bersifat polar yaitu polietilenglikol yang
berbentuk semipadat.
Setelah proses conditioning selesai, selanjutnya dilakukan analysis dimulai
dari penyuntikan sampel ke dalam ruang injeksi. Sampel yang berupa zat cair
akan diubah menjadi gas dan terbawa oleh gas pembawa melewati kolom. Ketika
senyawa-senyawa tersebut melewati kolom terjadi pemisahan berdasarkan
perbedaan titik didih dan afinitas senyawa. Senyawa yang memiliki titik didih
lebih rendah akan menguap terlebih dahulu dan terelusi menuju detektor,
sedangkan senyawa dengan titik didih yang lebih tinggi akan lebih lama tertahan
pada kolom. Sinyal- sinyal elektronik yang didapat kemudian akan diolah dan di
baca dalam bentuk peak-peak pada kromatogram. Perbedaan tersebut
menyebabkan waktu retensi bervariasi (waktu yang dibutuhkan bagisuatu
senyawa untuk tertahan dalam kolomnya). Mekanisme detektor FID yakni analit
yang masuk ke dalam detektor akan dibakar dengan gas pembakarnya
menghasilkan ion-ion C+ yang akan meningkatkan daya hantar sehingga terjadi
peningkatan arus listrik yang mengalir diantara 2 elektroda (Gandjar dan Rohman,
2007). Tahap terakhir dilanjutkan dengan proses cooling. Pada proses ini akan
terjadi penurunan suhu instrumen kromatografi gas secara bertahap untuk
pemeliharaan alat agar dapat digunakan kedepannya.
Pada praktikum kali ini, diberikan 2 data berupa:
No Larutan Konsentrasi (%v/v) Waktu Retensi AUC
METANOL
1 Seri 1 0,01 1,942 250924
Melalui data diatas, didapati kadar metanol pada larutan uji adalah
0.1501198972 %v/v dan persen perolehan kembali larutan uji metanol adalah
150.1198972 % sedangkan kadar etanol pada larutan uji adalah 35.70167062 % v/v dan
persen perolehan kembali larutan uji etanol adalah 102.0047732 %. Selain itu, diperoleh
kadar metanol pada larutan sampel Injeksi 1 adalah 0.001251496283 % v/v, kadar
metanol pada larutan sampel Injeksi 2 adalah 0.1596126337 % v/v, kadar metanol pada
larutan sampel Injeksi 3 adalah 0.1348939178 % v/v. Sedangkan untuk kadar etanol pada
larutan sampel Injeksi 1 adalah 10.93528984 % v/v, kadar etanol pada larutan sampel
Injeksi 2 adalah 13.32981186% v/v, kadar etanol pada larutan sampel Injeksi 3 adalah
10.55841076 % v/v. Menurut BPOM RI tahun 2014, arak Bali termasuk pada
33
minuman beralkohol golongan C yang kadar alkoholnya 37-50%. Dengan
demikian, berdasarkan sampel yang dianalisis diperoleh bahwa kadar alkohol
dalam sampel arak Bali yang digunakan dalam praktikum kali ini tidak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku sehingga tidak layak dan tidak aman untuk
dikonsumsi.
Parameter validasi seperti akurasi yang merupakan ketepatan suatu metode
analisis atau kedekatan antara nilai terukur dengan nilai yang diterima baik nilai
konvensi, nilai sebenarnya, atau nilai rujukan. Akurasi perolehan kembali yang
umum untuk senyawa obat dalam suatu campuran adalah antara 98%-102%
(Gandjar dan Rohman, 2012). Berdasarkan data yang disebutkan sebelumnya,
nilai % recovery pada etanol yaitu 102.0047732 % dan pada metanol yaitu
150.1198972 % sehingga belum dapat dikatakan memenuhi syarat akurasi.
Parameter validasi metode selanjutnya yang harus ditentukan yaitu LOD
dan LOQ. LOD merupakan konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih
dapat dideteksi, meskipun tidak selalu dapat dikuantifikasi. LOQ adalah batas
terendah analit dalam sampel dapat dikuantifikasi. Pada praktikum ini diperoleh
LOD etanol sebesar 1.8091% , yang menunjukkan bahwa minimal konsentrasi
senyawa etanol dalam sampel yang dapat dideteksi adalah 1.8091%. Sedangkan
LOQ etanol sebesar 6.0305%. Ini berarti konsentrasi minimal etanol dalam
sampel yang dapat dikuantifikasi adalah 6.0305%. LOD metanol diperoleh
sebesar 0.02095988972 % v/v yang berarti bahwa minimal konsentrasi senyawa
metanol dalam sampel yang dapat dideteksi adalah 0.0209%. Sedangkan LOQ
metanol sebesar 0.06986629907 % v/v, yang berarti bahwa konsentrasi minimal
metanol dalam sampel yang dapat dikuantifikasi adalah sebesar 0.0698%. Larutan
etanol memiliki nilai LOD sebesar 2.677650316 % v/v sedangkan nilai LOQ yaitu
8.925501052 % v/v.
VIII. PENUTUP
8.1 Kesimpulan
1. Prinsip kromatografi gas yaitu teknik pemisahan dimana solut-solut yang
mudah menguap dan stabil terhadap panas bermigrasi melalui kolom yang
34
mengandung fase diam dengan suatu kecepatan bergantung pada rasio
distribusinya.
2. Cara preparasi sampel yang digunakan dalam praktikum ini adalah destilasi
berdasarkan perbedaan titik didih dari sampel yang akan dipisahkan.
3. Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan diperoleh kadar metanol pada
larutan sampel Injeksi 1 adalah 0.001251496283 % v/v, kadar metanol pada larutan
sampel Injeksi 2 adalah 0.1596126337 % v/v, kadar metanol pada larutan sampel Injeksi
3 adalah 0.1348939178 % v/v. Sedangkan untuk kadar etanol pada larutan sampel Injeksi
1 adalah 10.93528984 % v/v, kadar etanol pada larutan sampel Injeksi 2 adalah
13.32981186% v/v, kadar etanol pada larutan sampel Injeksi 3 adalah 10.55841076 %
v/v. Menurut BPOM RI (2014), arak Bali termasuk pada minuman beralkohol
golongan C yang kadar alkoholnya 37-50% dan metanol 0,01%. Dengan
demikian, berdasarkan sampel yang dianalisis diperoleh bahwa kadar alkohol
dalam sampel arak Bali yang digunakan dalam praktikum kali ini tidak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku sehingga tidak layak dan tidak aman untuk
dikonsumsi.
4.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan adalah agar praktikan lain lebih memahami
materi yang akan dipraktikumkan sehingga dapat memperoleh hasil perhitungan
yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
35
BPOM RI. 2016. Standar Keamanan dan Mutu Minuman Beralkohol. Jakarta:
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Endah, R. D., Sperisa, D., Adrian, N., dan Paryanto. 2007. Pengaruh Kondisi
Fermentasi terhadap Yield Etanol pada Pembuatan Bioetanol dari Pati
Garut. Jurnal Gema Teknik 10(2): 85-86.
Gandjar, I. G. dan A. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Hamzah, A.. 2009. Destilasi dan Pengaruhnya terhadap Kenaikan Titik Didih.
Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Jhonprimen, H.S, A. Turnip, dan M. H. Dahlan. 2012. Pengaruh Massa Ragi, Jenis
Ragi dan Waktu Fermentasi pada Bioetanol Dari Biji Durian. Jurnal
Teknik Kimia 18(2): 46.
Kealey, D. dan P. J. Haines. 2002. Instant notes: Analitycal Chemistry. Oxford:
BIOS Scientific Publishers Limited.
Spencer, N.D. 1988. Partial Oxydation of Methane to Formaldehyde by Means of
Molecular Oxygen. Journal of Catalysis. Vol 109(1).
Suaniti, M. N. I., A. R. A. Asih, N. P. W. Astuti. 2012. Deteksi Etanol Setelah
Konsumsi Arak dalam Urin dengan Gas Chromatography. Jurnal Kimia
6(2): 123-126.
Sudarma, N. dan I. N. O. A. Parwata. 2017. Determination Ethanol In Arak With Gas
Chromatography. Jurnal Biomed. Hal: 126-136.
Sudjadi. 2007. 1986. Metode Pemisahan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
Press.
36
Wonorahardjo, S. 2013. Metode-Metode Pemisahan Kimia: Sebuah Pengantar.
Jakarta: Akademia Permata.
Sudjadi. 1986. Metode Pemisahan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
USP. 1995. The United States Pharmacopeia Convention. USA: Twinbrook
ParkWay Rockville Inc.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
37