Anda di halaman 1dari 32

STRATEGI DAN PERENCANAAN PERIKATAN:

“PEMANFAATAN TEKNOLOGI DALAM PROSES AUDIT,


RESPON ATAS PENILAIAN RISIKO, PENDEKATAN AUDIT,
DAN PENDEKATAN SUBSTANTIF
AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI”

Tugas Kelompok
diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Audit dan Asurans
Dosen Pembina
Robertus Ary Novianto, S.E., M.M., Ak., CA., CPA
Oleh:
Kelompok 3
Muhammad Iqbal Zaelani Fahdita (1519104005)
Wiki Darmawan (1519104009)
Sri Atikah (1519104011)
Hanifah Fauziah (1519104012)
Euis Rahayu (1519104019)

Kelas B

PASCA SARJANA
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
2019
SA 510 Perikatan Audit Tahun Pertama – Saldo Awal

Standar Audit (SA) 510, “Perikatan Audit Tahun Pertama – Saldo Awal” mengatur mengenai
prosedur audit serta tanggung jawab auditor yang berhubungan dengan saldo awal dalam perikatan
audit tahun pertama.

Pengertian Perikatan Audit Tahun Pertama berdasarkan SA 510 adalah :

 Laporan keuangan utnuk periode lalu tidak diaudit, atau


 Laporan keuangan untuk periode lalu diaudit oleh auditor pendahulu.

Berkaitan dengan Saldo Awal, SA 510 mengatur beberapa prosedur audit yang harus dilakukan
oleh auditor pengganti. Yang pertama, auditor harus membaca laporan keuangan terkini, jika ada,
dan laporan auditor pendahulu, jika ada, untuk informasi yang relevan dengan saldo awal,
termasuk pengungkapan.

Kemudian, auditor juga diharuskan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang
apakah saldo awal mengandung kesalahan penyajian material dan berdampak terhadap laporan
keuangan periode berjalan, dengan :

1. Menentukan apakah saldo akhir periode lalu secara benar telah dipindahkan ke periode berjalan
atau, jika tepat ,telah disajikan kembali;
2. Menentukan apakah saldo awal telah mencerminkan penerapan kebijakan akuntansi yang
semestinya; dan
3. Melakukan satu atau lebih hal berikut :
o Mereviu kertas kerja auditor pendahulu untuk memperoleh bukti yang terkait dengan saldo
awal, jika laporan keuangan tahun lalu telah diaudit;
o Mengevaluasi apakah prosedur audit yang dilakukan dalam periode berjalan menyediakan
bukti yang relevan dengan saldo awal; atau
o Melakukan prosedur audit spesifik untuk memperoleh bukti yang terkait dengan saldo awal

Jika auditor memperoleh bukti audit bahwa saldo awal mengandung kesalahan penyajian yang
dapat secara material berdampak terhadap laporan keuangan periode berjalan, auditor harus
melakukan prosedur audit tambahan yang diperlukan dalam kondisi tersebut untuk menentukan
dampaknya terhadap laporan keuangan periode berjalan. Jika auditor menyimpulkan bahwa
kesalahan penyajian tersebut ada dalam laporan keuangan periode berjalan, auditor harus
mengomunikasikan kesalahan penyajian tersebut kepada tingkat manajemen yang semestinya dan
pihak yang bertangung jawab atas tata kelola berdasarkan SA 450, “Pengevaluasian atas
Kesalahan Penyajian yang Diidentifikasi Selama Audit”.

Paragraf 8 SA 510 menyatakan bahwa auditor harus memperoleh bukti audit kompeten yang cukup
dan tepat tentang apakah kebijakan akuntansi yang tercermin dalam saldo awal telah diterapkan
secara konsisten dalam laporan keuangan periode berjalan, dan apakah perubahan kebijakan
akuntansi telah dicatat dengan tepat serta disajikan dan diungkapkan secara memadai sesuai
dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Jika laporan keuangan periode lalu telah diaudit oleh auditor pendahulu dan terdapat modifikasi
terhadap opini, auditor harus mengevaluasi dampak atas hal yang menyebabkan modifikasi
tersebut terhadap penilaian risiko kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan periode
berjalan berdasarkan SA 315, “Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian
Material Melalui Pemahaman Entitas dan Lingkungannya”.

JIka auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang berkaitan dengan saldo
awal, auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak menyatakan
pendapat. Jika auditor menyimpulkan bahwa saldo awal mengandung kesalahan penyajian yang
material terhadap laporan keuangan periode berjalan, dan dampak kesalahan penyajian tersebut
tidak dicatat dengan tepat, atau tidak disajikan atau diungkapkan dengan memadai, maka auditor
harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak wajar (HRD).

SA 520 PROSEDUR ANALITIS

TUJUAN
1. Tujuan auditor adalah:
a) Untuk mendapatkan bukti audit relevan dan andal ketika menggunakan prosedur
analitis substantif; dan
b) Untuk merancang dan melaksanakan prosedur analitis mendekati akhir audit yang
membantu auditor dalam merumuskan kesimpulan keseluruhan apakah laporan
keuangan konsisten dengan pemahaman auditor terhadap entitas.

DEFINISI
2. Untuk tujuan SA, istilah “prosedur analitis” berarti pengevaluasian terhadap informasi
keuangan yang dilakukan melalui analisis hubungan antara data keuangan dan data
nonkeuangan. Prosedur analitis juga mencakup investigasi sebagaimana yang diperlukan
atas fluktuasi atau hubungan teridentifikasi yang tidak konsisten dengan informasi relevan
lain, atau yang berbeda dari nilai yang diharapkan dalam jumlah yang signifikan. (Ref:
Para. A1–A3)

KETENTUAN PROSEDUR ANALITIS SUBSTANTIF


3. Pada waktu merancang dan melaksanakan prosedur analitis substantif, sendiri atau dalam
kombinasi dengan pengujian rinci, sebagai prosedur substantif berdasarkan SA 330,
3auditor harus: (Ref: Para. A4–A5)
a) Menentukan kecocokan prosedur analitis substantif untuk asersi yang tersedia,
dengan memperhitungkan risiko kesalahan penyajian material yang ditentukan, dan
pengujian rinci, jika ada, untuk asersi-asersi tersebut; (Ref: Para. A6–A11)
b) Mengevaluasi keandalan data yang dijadikan rasio oleh auditor untuk
mengembangkan ekspektasi atas jumlah tercatat atau rasio, dengan
memperhitungkan sumber, komparabilitas, serta sifat dan relevansi informasi yang
tersedia, dan pengendalian atas penyusunannya; (Ref: Para.A12–A14)
c) Mengembangkan ekspektasi atas jumlah tercatat atau rasio dan mengevaluasi
apakah ekspektasi tersebut telah cukup tepat untuk mengidentifikasi kesalahan
penyajian yang, baik secara individu atau ketika diagregasikan dengan kesalahan
penyajian lainnya, dapat menyebabkan terjadinya kesalahan penyajian material
dalam laporan keuangan; dan (Ref: Para. A15)
d) Menentukan jumlah perbedaan antara jumlah tercatat dengan nilai yang diharapkan
yang dapat diterima tanpa memerlukan investigasi lebih lanjut seperti yang
disyaratkan oleh paragraf 7. (Ref: Para. A16)

PROSEDUR ANALITIS YANG MEMBANTU KETIKA MEMBENTUK KESIMPULAN


KESELURUHAN
4. Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur analitis mendekati akhir audit yang
membantu auditor ketika membentuk kesimpulan keseluruhan tentang apakah laporan
keuangan telah disajikan konsisten dengan pemahaman auditor atas entitas.
(Ref:Para.A17–A19)

INVESTIGASI HASIL PROSEDUR ANALITIS


5. Jika prosedur analitis yang dilakukan berdasarkan SA ini mengidentifikasi adanya fluktuasi
atau hubungan yang tidak konsisten dengan informasi relevan lainnya atau yang berbeda
secara signifikan dengan nilai yang diharapkan, maka auditor harus menginvestigasi
perbedaan tersebut dengan cara sebagai berikut:
a) Meminta keterangan kepada manajemen dan memperoleh bukti audit yang tepat
dan relevan dengan respons manajemen; dan
b) Melaksanakan prosedur audit lainnya yang diperlukan sesuai dengan kondisinya.
(Ref: Para. A20–A21)

MATERI PENERAPAN DAN PENJELASAN LAIN


Definisi Prosedur Analitis (Ref: Para. 4)
A.1 Prosedur analitis mencakup pertimbangan atas perbandingan
informasi keuangan entitas dengan, sebagai contoh:
 Informasi komparatif periode lalu.
 Hasil entitas yang diantisipasi, seperti anggaran atau prakiraan, atau ekpektasi auditor,
seperti estimasi penyusutan.
 Informasi industri sejenis, seperti perbandingan rasio penjualan entitas terhadap piutang
usaha dengan rata-rata rasio industri atau dengan entitas lain yang memiliki ukuran
sebanding dalam industri yang sama.

A.2 Prosedur analitis juga mencakup pertimbangan atas hubungan-hubungan, sebagai contoh:
 Di antara unsur-unsur informasi keuangan yang akan diharapkan sesuai dengan suatu pola
yang dapat diprediksi berdasarkan pengalaman entitas, seperti persentase laba bruto.
 Antara informasi keuangan dan informasi nonkeuangan yang relevan, seperti hubungan
antara beban gaji dengan jumlah karyawan.
A.3 Berbagai metode dapat digunakan untuk melaksanakan prosedur analitis. Metode-metode
tersebut berkisar dari melakukan perbandingan sederhana hingga melakukan analisis yang
kompleks dengan menggunakan teknik statistik yang mutakhir. Prosedur analitis dapat
diterapkan pada laporan keuangan konsolidasian, komponen, dan unsur informasi secara
individu.

PROSEDUR ANALITIS SUBSTANTIF (REF: PARA. 5)


A.4 Prosedur substantif yang dilakukan oleh auditor pada tingkat asersi dapat berupa pengujian
detail, prosedur analitis substantif, atau kombinasi keduanya. Keputusan tentang prosedur
audit mana yang dilakukan, termasuk apakah menggunakan prosedur analitis substantif,
dibuat berdasarkan pertimbangan auditor atas efektivitas dan efisiensi yang diharapkan dari
prosedur audit yang tersedia untuk menurunkan risiko audit pada tingkat asersi ke tingkat
rendah yang dapat diterima.
A.5 Auditor dapat meminta keterangan kepada manajemen tentang ketersediaan dan keandalan
informasi yang diperlukan untuk menerapkan prosedur analitis substantif, dan hasil
prosedur analitis yang dilakukan oleh entitas. Penggunaan data analitis yang disusun oleh
manajemen mungkin efektif selama auditor meyakini dirinya bahwa data tersebut telah
disusun dengan benar. Ketepatan Prosedur Analitis Tertentu untuk Asersi yang Ada(Ref:
Para. 5(a))
A.6 Prosedur analitis substantif pada umumnya lebih dapat diterapkan pada transaksi dengan
volume besar yang cenderung dapat diprediksi sepanjang waktu. Penerapan prosedur
analitis yang direncanakan dilakukan berdasarkan ekspektasi bahwa terdapat hubungan
nyata di antara data dan bahwa hubungan tersebut berlanjut dalam kondisi ketika tidak
terdapat kondisi sebaliknya yang diketahui. Namun, ketepatan prosedur analitis tertentu
akan bergantung pada penilaian auditor atas seberapa efektif prosedur tersebut akan
mendeteksi suatu kesalahan penyajian, baik secara individu atau ketika diagregasikan
dengan kesalahan penyajian lainnya, dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan penyajian
material dalam laporan keuangan.
A.7 Dalam beberapa kasus, bahkan suatu model prediktif sederhana mungkin efektif sebagai
prosedur analitis. Sebagai contoh, ketika suatu entitas memiliki sejumlah karyawan dengan
tingkat upah tetap selama periode pelaporan, auditor dapat menggunakan data tersebut
untuk estimasi jumlah beban gaji untuk periode tersebut dengan tingkat akurasi yang tinggi,
dan oleh karena itu, menyediakan bukti audit untuk suatu akun signifikan dalam laporan
keuangan dan mengurangi kebutuhan untuk melakukan pengujian detail atas beban gaji.
Penggunaan rasio perdagangan yang diakui secara luas (seperti marjin laba untuk berbagai
entitas ritel yang berbeda) sering kali dapat digunakan secara efektif dalam prosedur
analitis substantif untuk menyediakan bukti yang mendukung kewajaran jumlah yang
tercatat.
A.8 Jenis prosedur analitis yang berbeda menyediakan tingkat keyakinan yang berbeda.
Prosedur analitis melibatkan, sebagai contoh, prediksi jumlah pendapatan sewa suatu
bangunan yang terbagi atas apartemen-apartemen, dengan mempertimbangkan harga sewa
setiap apartemen, jumlah apartemen, dan tingkat hunian apartemen, dapat menyediakan
bukti yang persuasif dan dapat menghilangkan kebutuhan untuk verifikasi lebih lanjut
melalui pengujian detail, selama unsur-unsur tersebut diverifikasi dengan tepat.
Sebaliknya, perhitungan dan perbandingan persentase laba bruto sebagai suatu cara untuk
mengonfirmasi jumlah pendapatan dapat menyediakan bukti yang kurang persuasif, tetapi
dapat menyediakan koroborasi yang berguna ketika digunakan bersama dengan prosedur
audit lainnya.
A.9 Penentuan ketepatan prosedur analitis substantif tertentu dipengaruhi oleh sifat asersi dan
penilaian auditor atas risiko kesalahan penyajian material. Sebagai contoh, ketika terdapat
defisiensi dalam pengendalian terhadap proses order penjualan, auditor dapat lebih
mengandalkan pengujian detail daripada prosedur analitis substantif untuk asersi yang
terkait dengan piutang.
A.10 Prosedur analitis substantif tertentu dapat juga dianggap tepat ketika pengujian detail
dilakukan atas asersi yang sama. Sebagai contoh, ketika memperoleh bukti audit tentang
asersi penilaian untuk saldo piutang usaha, auditor dapat menerapkan prosedur analitis
terhadap umur piutang saldo pelanggan terkait sebagai tambahan atas pengujian detail
terhadap penerimaan kas setelah tanggal laporan posisi keuangan untuk menentukan
kolektibilitas piutang usaha.

PERTIMBANGAN SPESIFIK ATAS ENTITAS SEKTOR PUBLIK


A.11 Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan secara individu yang secara tradisional
dipertimbangkan dalam audit entitas bisnis belum tentu selalu relevan dalam audit entitas
pemerintahan atau entitas sektor publik nonbisnis; sebagai contoh, dalam banyak entitas
sektor publik mungkin terdapat sedikit hubungan langsung antara pendapatan dan
pengeluaran. Selain itu, karena pengeluaran untuk pembelian aset belum tentu
dikapitalisasi, maka kemungkinan tidak terdapat hubungan antara pengeluaran atas,
sebagai contoh, persediaan dan aset tetap, dengan jumlah aset-aset tersebut yang dilaporkan
dalam laporan keuangan. Disamping itu, data industri atau statistik untuk tujuan
perbandingan belum tentu tersedia di sektor publik. Namun, hubungan-hubungan lainnya
kemungkinan relevan, sebagai contoh, perbedaan dalam biaya konstruksi jalan per
kilometer atau jumlah kendaraan yang diperoleh, dibandingkan dengan jumlah kendaraan
yang dihentikan penggunaannya.
KEANDALAN DATA(REF: PARA. 5(B))
A.12 Keandalan data dipengaruhi oleh sumber dan sifatnya, serta bergantung pada kondisi ketika
data tersebut diperoleh. Oleh karena itu, hal-hal di bawah ini relevan ketika menentukan
apakah suatu data dapat diandalkan untuk tujuan perancangan prosedur analitis substantif:
a) Sumber informasi yang tersedia. Sebagai contoh, informasi mungkin lebih dapat diandalkan
ketika informasi tersebut diperoleh dari sumber independen di luar entitas;4
b) Komparabilitas informasi yang tersedia. Sebagai contoh, data industri kemungkinan perlu
dilengkapi dengan data tambahan agar dapat dibandingkan dengan data entitas yang
memproduksi dan menjual produk khusus;
c) Sifat dan relevansi informasi yang tersedia. Sebagai contoh, apakah anggaran yang telah
ditetapkan lebih merupakan hasil yang akan diharapkan daripada merupakan tujuan yang
akan dicapai; dan
d) Pengendalian terhadap penyusunan informasi yang dirancang untuk memastikan
kelengkapan, keakurasian, dan kevaliditasan. Sebagai contoh, pengendalian terhadap
penyusunan, pereviuan,dan pemeliharaan anggaran.
A.13 Auditor dapat mempertimbangkan untuk menguji efektivitas operasi pengendalian, jika
relevan, terhadap penyiapan informasi entitas yang digunakan oleh auditor dalam
melakukan prosedur analitis substantif sebagai respons terhadap risiko yang dinilai. Ketika
pengendalian tersebut efektif, pada umumnya auditor memiliki keyakinan yang lebih besar
atas keandalan informasi dan, oleh karena itu, juga atas hasil prosedur analitis.
Keefektivitasan operasi pengendalian terhadap informasi nonkeuangan sering kali dapat
diuji bersamaan dengan pengujian pengendalian lainnya. Sebagai contoh, dalam
menetapkan pengendalian terhadap pemrosesan faktur penjualan, suatu entitas dapat
menerapkan pengendalian terhadap pencatatan unit yang dijual. Dalam kondisi tersebut,
auditor dapat menguji efektivitas operasi pengendalian terhadap pencatatan unit yang
dijual bersamaan dengan pengujian efektivitas operasi pengendalian terhadap pemrosesan
faktur penjualan. Sebagai alternatif, auditor dapat mempertimbangkan apakah informasi
tersebut seharusnya menjadi objek pengujian audit. SA 500 menetapkan ketentuan dan
menyediakan panduan dalam menentukan prosedur audit yang akan dilakukan atas
informasi yang digunakan untuk prosedur analitis substantif.5
A.14 Hal-hal yang dibahas dalam paragraf A12(a)–A12(d) adalah relevan tanpa memperhatikan
apakah auditor melaksanakan prosedur analitis substantif atas laporan keuangan akhir
periode entitas, atau pada suatu tanggal interim dan merencanakan untuk melakukan
prosedur analitis substantif untuk periode sisanya. SA 330 menetapkan ketentuan dan
menyediakan panduan atas prosedur substantif yang dilakukan pada suatu tanggal
interim.6
PENGEVALUASIAN TENTANG APAKAH EKSPEKTASI TELAH CUKUP
TEPAT(REF: PARA. 5(C))

A.15 Hal-hal yang relevan dengan evaluasi auditor tentang apakah ekspektasi dapat
dikembangkan dengan cukup tepat untuk mengidentifikasi suatu kesalahan penyajian yang,
jika diagregasikan dengan kesalahan penyajian yang lain, mengakibatkan laporan
keuangan disajikan salah secara material, mencakup:
 Keakurasian prediksi hasil yang diharapkan dari prosedur analitis substantif. Sebagai
contoh, auditor mengharapkan tingkat konsistensi yang lebih besar dalam membandingkan
marjin laba bruto dari satu periode ke periode lain daripada dalam membandingkan beban-
beban yang bersifat discretionary,seperti beban riset atau beban iklan.
 Tingkat informasi yang dapat diagregasi. Sebagai contoh, prosedur analitis substantif dapat
menjadi lebih efektif ketika diterapkan terhadap informasi keuangan pada unit-unit operasi
secara individu atau terhadap laporan keuangan komponen dari entitas yang memiliki
diversifikasi usaha, daripada ketika diterapkan terhadap laporan keuangan entitas secara
keseluruhan.
 Ketersediaan informasi, baik informasi keuangan maupun informasi non-keuangan.
Sebagai contoh, auditor dapat mempertimbangkan apakah informasi keuangan, seperti
anggaran atau prakiraan, dan informasi nonkeuangan, seperti jumlah unit yang diproduksi
atau dijual, tersedia untuk merancang prosedur analitis substantif. Jika informasi tersebut
tersedia, maka auditor juga dapat mempertimbangkan keandalan informasi tersebut seperti
yang dibahas dalam paragraf A12–A13 di atas.

PERBEDAAN ANTARA JUMLAH TERCATAT DENGAN NILAI YANG


DIHARAPKAN YANG DAPAT DITERIMA(REF: PARA. 5(D))
A.16 Penentuan auditor tentang jumlah perbedaan dari ekspektasi yang dapat diterima tanpa
investigasi lebih lanjut dipengaruhi oleh materialitas7 dan kekonsistensian dengan tingkat
keyakinan yang diinginkan, juga dengan memperhitungkan kemungkinan bahwa kesalahan
penyajian, baik secara individual atau ketika diagregasikan dengan kesalahan penyajian
yang lain, dapat menyebabkan laporan keuangan disajikan salah secara material. SA 330
mengharuskan auditor untuk memperoleh bukti audit yang lebih persuasif ketika makin
tinggi penilaian risikoauditor.8 Jika risiko yang dinilai meningkat, maka makin menurun
nilai perbedaan yang dapat diterima tanpa investigasi lebih lanjut untuk mencapai tingkat
keyakinan yang diinginkan.9

PROSEDUR ANALITIS YANG MEMBANTU KETIKA MEMBENTUK KESIMPULAN


KESELURUHAN (REF: PARA. 6)
A.17 Kesimpulan yang diperoleh dari hasil prosedur analitis yang dirancang dan dilaksanakan
sesuai dengan paragraf 6 dimaksudkan untuk menguatkan kesimpulan yang dapat dibuat
selama audit laporan keuangan individual komponen atau unsur-unsur laporan keuangan.
Hal ini membantu auditor untuk membentuk kesimpulan yang layak sebagai basis bagi
opini auditor.
A.18 Hasil prosedur analitis tersebut dapat mengidentifikasi risiko kesalahan penyajian yang
sebelumnya tidak disadari. Dalam kondisi ini, SA 315 mengharuskan auditor untuk
mengubah penilaian risiko kesalahan penyajian material dan memodifikasi prosedur audit
yang telah direncanakan lebih lanjut sesuai dengan risiko tersebut.10
A.19 Prosedur analitis yang dilaksanakan berdasarkan paragraf 6 dapat sama dengan prosedur
yang akan digunakan dalam penilaian risiko.investigasi hasil prosedur analitis (Ref: Para.
7)
A.20 Bukti audit yang relevan dengan respons manajemen dapat diperoleh dengan mengevaluasi
respons tersebut dengan memperhitungkan pemahaman auditor atas entitas dan
lingkungannya, serta dengan bukti audit lain yang diperoleh selama proses pelaksanaan
audit.
A.21 Kebutuhan untuk melaksanakan prosedur audit lainnya dapat muncul ketika, sebagai
contoh, manajemen tidak mampu menyediakan penjelasan, atau penjelasan bersama
dengan bukti audit yang relevan dengan respons manajemen, dipandang oleh auditor tidak
cukup.

SA 530 SAMPLING AUDIT

1. Tujuan penggunaan sampling audit adalah untuk memberikan basis yang memadai bagi auditor
untuk menarik kesimpulan mengenai populasi yang menjadi sumber pemilihan sampel.

Definisi

2. Istilah berikut memiliki makna sebagai berikut:


(a) Sampling audit (sampling): Penerapan prosedur audit terhadap kurang dari 100% unsur
dalam suatu populasi audit yang relevan sedemikian rupa sehingga semua unit sampling
memiliki peluang yang sama untuk dipilih.
(b) Populasi: Keseluruhan set data yang merupakan sumber dari suatu sampel yang dipilih.
(c) Risiko sampling: Risiko bahwa kesimpulan auditor yangdidasarkan pada suatu sampel
dapat berbeda dengan kesimpulan jika prosedur audit yang sama diterapkan pada
keseluruhan populasi. Risiko sampling dapat menimbulkan dua jenis kesimpulan yang
salah:
(i) Dalam suatu pengujian pengendalian, pengendalian tersebut lebih efektif daripada
kenyataannya, atau dalam suatu pengujian rinci tidak terdapat kesalahan penyajian
material, padahal kenyataannya ada.
(ii) Dalam suatu pengujian pengendalian, pengendalian tersebut kurang efektif daripada
kenyataannya, atau dalam suatu pengujian rince terdapat kesalahan penyajian material,
padahal kenyataannya tidak.
(d) Resiko non sampling: Risko bahwa auditor mencapai suatu kesimpulan yang salah dengan
alasan apapun yang tidak terkait dengan risiko sampling (Ref: Para. A1)
(e) Anomali: Suatu kesalahan penyajian atau penyimpangan yang secar jelas tidak mewakili
kesalahan penyajian atau penyimpangan dalam suatu populasi
(f) Unit sampling: Unsur-unsur individual yang membentuk suatu populasi (Ref: Para. A2)
(g) Sampling statistik: Suatu pendekatan sampling yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
(i) Pemilihan unsur-unsur sampel dilaksanakan secara acak; dan
(ii) Penggunaan teori probabilitas untuk menilai hasil sampel, termasuk untuk mengukur
resiko sampling.
Pendekatan sampling yang tidak memiliki karakteristik diatas dianggap sebagai sampling
non statistik.
(h) Stratifikasi: Proses pembagian suatu populasi dalam sub-sub populasi yang setiap sub
tersebut merupakan suatu golongan unit sampling yang serupa karakteristiknya (seringkali
nilai moneternya).
(i) Kesalahan penyajian yang dapat diterima: suatu jumlah moneter yang ditetapkan oleh
auditor untuk memperoleh suatu tingkat asurans yang tepat, tidak melebihi kesalahan
penyajian sesungguhnya di dalam populasi (Ref: Para. A3)
(j) Tingkat penyimpangan yang dapat diterima: suatu tingkat penyimpangan yang dari
prosedur pengendalian internal yang telah ditetapkan oleh auditor untuk memperoleh suatu
tingkat asurans yang tepat, tidak melebihi tingkat penyimpangan sesungguhnya di dalam
populasi.

Ketentuan
Perancangan, Ukuran dan Pemilihan Unsur-unsur Sampel untuk Diuji
3. Auditor harus mempertimbangkan tujuan prosedur audit dan karakteristik populasi yang
menjadi sumber suatu sampel yang akan diambil (Ref Para. A4-A9)
4. Auditor harus menentukan suatu ukuran sampel yang cukup untuk mengurangi risisko sampling
sampai ke tingkat rendah yang dapat diterima (Ref Para. A10-A11)
5. Auditor harus memilih sampel sedemikian rupa sehingga unit sampling dalam populasi
memiliki peluang yang sama untuk dipilih. (Ref Para. A12-A13)

Pelaksanaan Prosedur Audit

6. Auditor harus melaksanakan prosedur audit yang tepat atas setiap unsur yang dipilih
7. Jika proses audit tidak dapat diterapkan pada unsur pilihan maka auditor harus
melaksanakannya atas suatu unsur pengganti. (Ref Para. A14)
8. Terhadap suatu unsur pilihan, auditor harus mentepakan unsur tersebut sebagai suatu
penyimpangan dari pengujian pengendalian dalam hal pengujian rinci. (Ref Para. A15-A16)
9. Auditor harus menginvestigasi sifat dan penyebab penyimpangan atau kesalahan pengujian
yang teridentifikasi serta menilai dampak yang mungkin terjadi terhadap tujuan prosedur audit
dan area audit lainya. (Ref Para. A17)
10. Ketika auditor mempertimbangkan bahwa suatu salah saji atau penyimpangan yang
ditemukan dalam suatu sampel adalah suatu anomali, auditor harus memperoleh tingkat
kepastian yang tinggi bahwa hal tersebut bukanlah mewakili populasi yang bersangkutan, tidak
berdampak terhadap unsur sisanya dalam populasi, dengan melaksanakan proses audit
tambahan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat.

Memproyeksikan Kesalahan Penyajian.

11. Untuk pengujian rinci auditro harus memproyeksikan kesalahan penyajian yang ditemukan
dalam sampel ke populasi (Ref Para. A18-A20)

Pengevaluasian Hasil Sampling Audit

12. Auditor harus menilai hasil sampel (Ref Para. A21-A22) dan apakah penggunaan sampling
audit telah menyediakan basis yang wajar untuk penarikan kesimpulan populasi yang diuji.
Materi Penerapan dan Penjelasan lain
Resiko Non-sampling mencakup penggunaan prosedur audit yang tidak tepat, interprestasi yang
salah terhadap bukti audit.
Unit sampling dapat berupa unsur-unsur fisik (contoh faktur penjualan, entri kredit dalam rekening
koran) atau unit moneter.
Kesalahan Penyajian yang Dapat Diterima

Kesalahan penyajian yang dapat diterima adalah penerapan materialitas kerja seperti yang
dijelaskan dalam SA 320 Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit paragraf
9, yang jumlahnya mungkin sama atau lebih rendah daripada materialitas kinerja.

Perancangan, Ukuran dan Pemilihan Unsur-unsur Sampel untuk Diuji

Sampling audit dapat diterapkan dengan menggunakan pendekatan statistik maupun non statistik.
Ukuran sampel bukan merupakan kriteria yang tepat untuk membedakan antara pendekatan mana
yang akan diambil .

Untuk memenuhi ketentuan dalam paraagraf 10 SA 500, ketika melakukan sampling audit auditro
harus melaksanakan prosedur audit untuk mendapatkan bukti bahwa populasi yang diambil
sampelnya merupakan populasi yang lengkap.

Dalam mempertimbangkan karakteristik populasi yang menjadi sumber pengambilan sampel,


auditor mungkin menentukan bahwa stratifikasi atua pemilihan nilai tertimbang (value-weighted
selection) merupakan metode yang tepat.

Tingkat resiko sampling berdampak terhadap ukuran sampel yang diperlukan. Semakin kecil
resiko yang auditor bersedia untuk menerimanya, semakin besar ukuran sampel yang diperlukan.

Ukuran sampel ditentukan melalui penerapan suatu formula berbasis statistik atau melalui
pertimbangan profesional.

Pemilihan Unsur untuk Diuji


Dengan sampling statistik, unsur-unsur dipilih dengan suatu cara yang setiap unit sampling
memiliki suatu probabilitas yang diketahui untuk dipilih. Dengan sampling nonstatistik,
pertimbangan auditor digunakan untuk memilih unsur yang dijadikan sampel.
Penting bagi auditor untuk memilih sampel yang representatif dengan memilih unsur sampel yang
memiliki karakteristik tipikal populasi sehingga keberpihakan dapat dihindari.
Metode utama pemilihan sampel adalah penggunaan pemilihan acak, pemilihan sistematik dan
pemilihan sembarang (haphazard selection).
Pengevaluasian Hasil Sampling Audit
Jika auditor menyimpulkan bahwa sampling audit belum dapat memberikan basis yang wajar
untuk penarikan kesimpulan tentang populasi yang diuji, auditor dapat:

- Meminta manajemen untuk menginvestigasi kesalahan penyajian yang telah diidentifikasi


dan potensi terjadinya kesalahan penyajian lebih lanjut serta membuat penyesuaian yang
diperlukan, atau
- Menyesuaikan sifat, saat, dan luas prosedur audit tambahan yang diperlukan untuk
mencapai tingkat asuran terbaik yang disyaratkan.

Stratifikasi dan Pemilihan Nilai Tertimbang (Value-weighted Selection) Stratifikasi


Efisiensi audit dapat ditingkatkan mutunya jika auditor dapat melakukan stratifikasi terhadap suatu
populasi dengan cara membagi populasi tersebut ke dalam sub-sub populasi yang memiliki
karakteristik yang teridentifikasi. Tujuan stratifikasi adalah untuk mengurangi keanekaragaman
unsur-unsur yang terdapat dalam setiap strata dan olejh karena itu ukuran sampel dapat dikurangi
tanpa meningkatkan resiko sampling.
Untuk menarik kesimpulan terhadap keseluruhan populasi, auditor harus mempertimbangkan
resiko kesalahan penyajian material yang berkaitan dengan strata lainnya yang membentuk suatu
keseluruhan populasi.

Pemilihan Nilai Tertimbang


Salah satu keunggulan pendekatan ini dalam penentuan unit sampling adalah audit lebih diarahkan
kepada unsur-unsur yang bernilai lebih besar karena unsur-unsur tersebut memiliki peluang yang
lebih besar untuk dipilih sehingga dapat memperkecil ukuran sampel. Pendekatan ini dapat
digunakan bersamaan dengan metode pemilihan sampel sistematis dan pendekatan ini paling
efisien dalam pemilihan unsur dengan menggunakan pemilihan acak.
Contoh Faktor-faktor yang mempengaruhi Ukuran Sampel untuk Pengujian Pengendalian
FAKTOR PENGARUH TERHADAP
UKURAN SAMPEL
1. Adanya peningkatan Naik Semakin tinggi asurans yang
penilaian resiko auditor hendak diperoleh oleh auditor
yang telah atas efektifitas operasi
memperhitungkan pengendalian, semakin
pengendalian yang relevan rendah resiko kesalahan
penyajian material yang
dinilai oleh auditor, dan
semakin besar ukuran sampel
yang diperlukan. Demikian
pula semakin tinggi auditor
mengandalkan efektifitas
operasi pengendalian dalam
penilaian resiko, semakin
besar luas pengujian, oleh
karena itu ukuran sampel
menjadi meningkat.
2.Suatu peningkatan dalam Turun Semakin rendah tingkat
penyimpangan yang dapat penyimpangan yang dapat
diterima diterima, semakin besar
ukuran sampel yang
diperlukan
3.Suatu kenaikan dalam Naik Semakin tinggi tingkat
tingkat penyimpangan penyimpangan yang
yang diperkirakan terjadi diperkirakan terjadi, semakin
dalam populasi yang akan besar ukuran sampel yang
diuji diperlukan sehingga auditor
dapat membuat estimasi yang
wajar tentang tingkat
penyimpangan yang
sesungguhnya.
Tingkat penyimpangan
pengendalian yang tinggi
umumnya hanya bisa sedikit,
jika ada, mengurangi risiko
kesalahan penyajian material
yang telah ditentukan.
4.Suatu kenaikan dalam Naik Semakin tinggi tingkat
tingkat asurans yang auditor asurans yang auditor
harapkan bahwa tingkat harapkan bahwa hasil sampel
penyimpangan yang dapat benar-benar mencerminkan
diterima tidak melebihi penyimpangan yang terjadi
tingkat penyimpangan yang dalam populasi, maka
sesungguhnya dalam populasi semakin besar ukuran sampel
yang diperlukan.
5.Suatu kenaikan dalam Dampak yang dapat Untuk populasi yang besar,
jumlah unit sampling dalam diabaikan ukuran aktual populasi sedikit
populasi berdampak, jika ada, terhadap
ukuran sampel. Namun dalam
populasi yang kecil, sampling
audit tidak dapat seefisien
dibandingkan dengan cara-
cara alternatif dalam
pemerolehan bukti audit yang
cukup dan tepat.
Contoh Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ukuran Sampel dalam Pengujian Rinci
FAKTOR PENGARUH TERHADAP
UKURAN SAMPEL
1.Suatu kenaikan risiko yang Naik Semakin banyak bukti audit
telah dinilai oleh auditor atas yang diperoleh dari pengujian
risiko kesalahan penyajian rinci (yaitu semakin kecil
material resiko deteksi), semakin besar
ukuran sampel yang
diperlukan.
2.Suatu kenaikan dalam Turun Semakin auditor
penggunaan prosedur mengandalkan pada prosedur
substantif lain yang diarahkan substantif lain untuk
ke asersi yang sama mengurangi risiko deteksi ke
suatu tingkat yang dapat
diterima berkaitan dengan
suatu populasi tertentu,
semakin berkurang asurans
yang diisyaratkan oleh
auditor dari sampling, oleh
karena itu, semakin kecil
ukuran sampel yang
diperlukan.
3.Suatu kenaikan tingkat Naik Semakin besar tingkat
asurans yang diharapkan oleh asurans yang disyaratkan oleh
auditor bahwa kesalahan auditor bahwa hasil sampel
penyajian yang dapat diterima pada kenyataannya
tidak melebihi kesalahan mengindikasikan jumlah
penyajian aktual dalam aktual kesalahan penyajian
populasi dalam populasi, semakin
besar ukuran sampel yang
diperlukan
4.Suatu kenaikan dalam Turun Semakin rendah kesalahan
kesalahan penyajian yang penyajian yang dapat
dapat diterima diterima, semakin besar
ukuran sampel yang
diperlukan
5.Suatu kenaikan jumlah Naik Faktor-faktor yang relevan
kesalahan penyajian yang dengan pertimbangan auditor
diharapkan akan ditemukan tentang jumlah kesalahan
oleh auditor dalam populasi penyajian yang diharapkan
mencakup seberapa luas nilai-
nilai unsur ditentukan secara
subjektif.
6.Stratifikasi populasi jika Turun Jika suatu populasi dapat
tepat secara layak distratifikasi,
ukuran sample agregat dari
strata tersebut pada umumnya
akan lebih sedikitjika
dibandingkan dengan ukuran
sampel yang diperlukan untuk
memperoleh tingkat resiko
sampling tertentu, apabila
suatu sampel diambil dari
keseluruahan populasi.
7.Jumlah unit sampling dalam Dampaknya dapat diabaikan Untuk populasi yang kecil,
populasi sampling audit seringkali
kurang efisien sebagai cara
alternatif perolehan bukti
audit cukup dan tepat. Namun
jika menggunakan sampling
unit moneter, kenaikan nilai
moneter dalam populasi
menaikan ukuran sampel
kecuali jika hal ini diimbangi
dengan kenaikan
Proporsional dalam
materialitas untuk laporan
keuangan secara keseluruhan
(dan jika relevan tingkat
materialitas untuk golongan
transaksi tertentu, saldo akun,
atau pengungkapan).

Metode Pemilihan Sampel


Ada banyak metode dalam memilih sampel. Metode-metode utama adalah sebagai berikut:
a. Pemilihan acak
Diterapkan melalui random number generators, contoh tabel angka acak.
b. Pemilihan sistematik
Ketika menggunakan pemilihan sistematik, auditor perlu menentukan bahwa unit sampling
dalam populasi tidak tersusun sedemikian rupa sehingga interval sampling sesuai dengan suatu
pola tertentu dalam populasi.
c. Sampling Unit Moneter
Adalah suatu jenis pemilihan nilai tertimbang yang didalamnya ukuran sampel, pemilihan, dan
mengevaluasi hasilnya dalam menarik kesimpulan jumlah moneter.
d. Pemilihan sembarang
Auditor melakukan pemilihan sampel tanpa melalui suatu teknik yang terstruktur. Namun
auditor wajib menghindari keberpihakan. Dipastikan semua unsur yang terdapat dalam populasi
memiliki peluang yang sama untuk dipilih. Pemilihan sembarang tidak tepat ketika
menggunakan sampling statistik.
e. Pemilihan secara blok
Pemilihan secara blok biasanya tidak dapat digunakan dalam sampling audit karena sebagian
besar populasi tersusun sedemikian rupa sehingga unsur-unsur dalam sebuah urutan dapat
diharapkan memiliki karakteristik yang sama diantara mereka tetapi memiliki perbedaan dari
unsur-unsur lain dalam populasi.

SA 540: Audit atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar, dan
Pengungkapan yang Bersangkutan
Sifat Estimasi Akuntansi

1. Beberapa unsur laporan keuangan tidak dapat diukur secara tepat, namun hanya dapat
diestimasi. Untuk tujuan SA ini, unsur laporan keuangan seperti itu disebut sebagai
estimasi akuntansi. Sifat dan keandalan informasi yang tersedia bagi manajemen untuk
mendukung pembuatan estimasi akuntansi bervariasi secara luas, oleh karena itu
berdampak terhadap derajat ketidakpastian estimasi yang berkaitan dengan estimasi
akuntansi. Derajat ketidakpastian estimasi berdampak, pada gilirannya, terhadap risiko
kesalahan penyajian material estimasi akuntansi, termasuk kecurigaan terhadap
keberpihakan manajemen yang disengaja atau tidakdisengaja. (Ref: Para. A1–A11)

2. Tujuan pengukuran estimasi akuntansi dapat bervariasi tergantung pada kerangka


pelaporan keuangan yang berlaku dan unsur keuangan yang dilaporkan. Tujuan
pengukuran untuk beberapa estimasi akuntansi adalah untuk memprakirakan hasil dari satu
atau lebih transaksi, peristiwa, atau kondisi yang menimbulkan kebutuhan untuk estimasi
akuntansi. Untuk estimasi akuntansi lain, termasuk estimasi akuntansi nilai wajar, tujuan
pengukurannya berbeda dan dinyatakan dalam satuan nilai transaksi kini atau unsur laporan
keuangan berdasarkan pada kondisi yang umum pada saat pengukuran. Sebagai contoh,
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku mungkin mensyaratkan pengukuran nilai wajar
berdasarkan suatu asumsi transaksi hipotetis kini antara pihak yang mau dan
berpengetahuan (kadang- kadang disebut sebagai “peserta pasar” atau yang setara) dalam
suatu transaksi antarpihak yang independen, bukan penyelesaian suatu transaksi pada
waktu yang lalu atau di masa depan.

3. Perbedaan antara hasil suatu estimasi akuntansi dan jumlah yang semula diakui atau
diungkapkan dalam laporan keuangan tidak selalu merupakan kesalahan penyajian dalam
laporan keuangan. Hal ini lazim dalam kasus estimasi akuntansi nilai wajar, karena hasil
yang diamati dipengaruhi oleh peristiwa atau kondisi setelah tanggal yang pada saat itu
pengukuran diestimasi untuk tujuan laporan keuangan.

DEFINISI

4. Untuk tujuan SA ini, istilah berikut memiliki makna sebagai berikut:

(a) Estimasi akuntansi: Suatu penaksiran atas suatu jumlah moneter ketika metode
pengukuran yang akurat tidak tersedia. Istilah ini digunakan untuk suatu jumlah yang
diukur pada nilai wajar ketika terdapat ketidakpastian estimasi dan untuk jumlah lain yang
memerlukan estimasi. Ketika SA ini hanya mengatur estimasi akuntansi yang melibatkan
pengukuran pada nilai wajar, istilah “estimasi akuntansi nilai wajar” digunakan.

(b) Estimasi tunggal auditor atau estimasi kisar auditor: Jumlah, atau kisar jumlah, yang
masing-masing diperoleh dari bukti audit yang digunakan dalam mengevaluasi estimasi
tunggal manajemen.

(c) Ketidakpastian estimasi: Kerentanan suatu estimasi akuntansi dan pengungkapan yang
bersangkutan terhadap suatu ketiadaan ketepatan bawaan dalam penyusunan informasi.

(d) Keberpihakan manajemen: Ketiadaan netralitas manajemen dalam penyusunan


informasi.Anomali: Suatu kesalahan penyajian atau penyimpangan yang secara jelas tidak
mewakili kesalahan penyajian atau penyimpangan dalam suatu populasi.

(e) Estimasi tunggal manajemen: Jumlah yang dipilih oleh manajemen untuk mengakui
atau mengungkapkan dalam laporan keuangan sebagai suatu estimasi akuntansi.

(f) Hasil suatu estimasi akuntansi: Jumlah moneter sesungguhnya yang merupakan hasil
dari penyelesaian transaksi yang mendasari, peristiwa, atau kondisi yang dituju oleh
estimasi akuntansi.

Ketentuan

Prosedur penilaian risiko dan Kegiatan yang Berkaitan

5. Ketika Pada waktu melaksanakan prosedur penilaian risiko dan kegiatan yang
bersangkutan untuk memperoleh suatu pemahaman atas entitas dan lingkungannya,
termasuk pengendalian internal entitas, sebagaimana yang diharuskan oleh SA 315,4
auditor harus memperoleh suatu pemahaman atas hal-hal di bawah ini untuk menyediakan
suatu basis untuk mengidentifikasi dan menentukan estimasi akuntansi:

(a) Ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku yang relevan terhadap estimasi
akuntansi termasuk pengungkapannya.

(b) Bagaimana manajemen mengidentifikasi transaksi, peristiwa dan kondisi tersebut yang
mungkin menimbulkan perlunya estimasi akuntansi diakui atau diungkapkan dalam
laporan keuangan. Dalam pemerolehan pemahaman ini, auditor harus meminta keterangan
kepada manajemen tentang perubahan dalam kondisi yang dapat menyebabkan timbulnya
estimasi akuntansi baru, atau perlunya untuk merevisi estimasi akuntansi yang ada.

(c) Bagaimana manajemen membuat estimasi akuntansi, dan suatu pemahaman atas data
yang dipakai sebagai basis, termasuk:

(i) Metode, termasuk jika relevan, model, yang digunakan dalam membuat
estimasi akuntansi;

(ii) Pengendalian yang relevan;

(iii) Apakah manajemen telah menggunakan seorang pakar;

(iv) Asumsi yang mendasari estimasi akuntansi;

(v) Apakah telah terjadi atau seharusnya telah terjadi suatu perubahan dari periode
sebelumnya dalam metode untuk membuat estimasi akuntansi, dan jika demikian,
apa penyebabnya; dan

(vi) Apakah dan, jika demikian, bagaimana manajemen telah menentukan dampak
ketidakpastian estimasi.

6. Auditor harus menilaihasil estimasi akuntansi yang dicantumkan dalam laporan keuangan
periode lalu, atau, jika relevan, melakukan kembali estimasi dengan tujuan untuk periode
kini. Sifat dan luas reviu yang dilakukan auditor harus mempertimbangkan sifat estimasi
akuntansi, dan apakah informasi yang diperoleh dari reviu tersebut relevan untuk
mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material atas estimasi akuntansi
yang dibuat dalam laporan keuangan periode kini. Namun, reviu tersebut tidak
dimaksudkan untuk mempertanyakan pertimbangan yang dibuat dalam periode lalu yang
didasarkan pada informasi yang tersedia pada waktu itu.

pengidentifikasian dan penilaian risiko Kesalahan penyajian material

7. Dalam mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material, sebagaimana


diharuskan oleh SA 315,5 auditor harus mengevaluasi derajat ketidakpastian estimasi yang
bersangkutan dengan estimasi akuntansi.

8. Auditor harus menentukan apakah, menurut pertimbangan auditor, estimasi akuntansi yang
telah diidentifikasi mempunyai ketidakpastian yang tinggi, yang dapat menimbulkan risiko
signifikan.

respons terhadap risiko Kesalahan penyajian material yang telah dinilai

9. Auditor Berdasarkan penilaian risiko salah material, auditor harus menentukan:

(a) Apakah manajemen telah secara tepat menerapkan ketentuan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku, yang relevan terhadap estimasi akuntansi; dan

(b) Apakah metode untuk membuat estimasi akuntansi adalah tepat dan telah diterapkan
secara konsisten, dan apakah perubahan, jika ada, dalam estimasi akuntansi atau dalam
metode untuk membuat estimasi tersebut dari periode lalu sudah tepat dan sesuai dengan
kondisi yang bersangkutan.

10. Dalam merespons risiko kesalahan penyajian yang telah dinilai, sebagaimana yang
diharuskan oleh SA 330,6 auditor harus melakukan satu atau lebih langkah-langkah di
bawah ini, dengan memperhitungkan sifat estimasi akuntansi:

(a) Menentukan apakah peristiwa yang terjadi sampai dengan tanggal laporan auditor
menyediakan bukti audit tentang estimasi akuntansi.

(b) Menguji bagaimana manajemen membuat estimasi akuntansi dan data yang dipakai
sebagai basis pengujian. Dalam melakukan hal tersebut, auditor harus mengevaluasi
apakah:
(i) Metode pengukuran yang digunakan sudah tepat dengan kondisi; dan

(ii) Asumsi-asumsi yang digunakan oleh manajemen adalah wajar dalam


hubungannya dengan tujuan pengukuran kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku.

(c) Menguji efektivitas operasi atas pengendalian terhadap bagaimana manajemen


membuat estimasi akuntansi, bersama dengan prosedur substantif yang tepat.

(d) Mengembangkan estimasi tunggal atau suatu kisar angka untuk mengevaluasi estimasi
tunggal tersebut yang dibuat oleh manajemen. Dalam menentukan hal yang diidentifikasi
dalam paragraf 12 atau dalam merespons risiko kesalahan penyajian material yang telah
dinilai berdasarkan paragraf 13, auditor harus mempertimbangkan apakah keahlian atau
pengetahuan khusus yang berkaitan dengan satu atau lebih aspek estimasi akuntansi
diperlukan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat.

pengevaluasian atas Kewajaran Estimasi akuntansi dan penentuan Kesalahan penyajian

11. Auditor harus mengevaluasi, berdasarkan bukti audit, apakah estimasi akuntansi dalam
laporan keuangan adalah wajar dalam konteks kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku, atau disajikan salah.

pengungkapan yang Berkaitan dengan Estimasi akuntansi

12. Auditor harus memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah pengungkapan
dalam laporan keuangan yang berkaitan dengan estimasi akuntansi telah sesuai dengan
ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

13. Untuk estimasi akuntansi yang menimbulkan risiko signifikan, auditor harus juga
mengevaluasi kecukupan pengungkapan ketidakpastian estimasi dalam laporan keuangan
dalam konteks kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

indikator Kemungkinan Keberpihakan manajemen

14. Auditor harus mereviu pertimbangan dan keputusan yang dibuat oleh manajemen dalam
membuat estimasi akuntansi untuk mengidentifikasi apakah ada indikator tentang
kemungkinan keberpihakan manajemen. Indikator tentang kemungkinan keberpihakan
manajemen tidak dengan sendirinya merupakan kesalahan penyajian untuk tujuan
penarikan kesimpulan atas kewajaran estimasi akuntansi secara individual.

representasi tertulis

15. Auditor harus memperoleh representasi tertulis dari manajemen dan, jika relevan, pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola apakah mereka yakin bahwa asumsi signifikan
yang digunakan dalam membuat estimasi akuntansi adalah wajar.

dokumentasi

16. Auditor harus memasukkan dalam dokumentasi auditnya:

(a) Basis kesimpulan auditor tentang kewajaran estimasi akuntansi dan pengungkapannya
yang menimbulkan risiko signifikan; dan

(b) Indikator kemungkinan keberpihakan manajemen, jika ada.

prosedur penilaian risiko dan Kegiatan yang Berkaitan

Prosedur penilaian risiko dan kegiatan yang berkaitan yang diharuskan oleh paragraf 8 SA ini
membantu auditor dalam mengembangkan suatu harapan tentang sifat dan jenis estimasi akuntansi
yang kemungkinan dimiliki oleh entitas. Pertimbangan utama auditor adalah apakah pemahaman
yang diperoleh cukup untuk mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material
dalam hubungannya dengan estimasi akuntansi, dan untuk merencanakan sifat, saat, dan luas
prosedur audit lebih lanjut.

Pemerolehan Suatu Pemahaman tentang Bagaimana Manajemen Membuat Estimasi Akuntansi

Penyusunan laporan keuangan juga mengharuskan manajemen untuk menetapkan proses


pelaporan keuangan untuk membuat estimasi akuntansi, termasuk pengendalian internal yang
memadai. Proses tersebut mencakup:

 Pemilihan kebijakan akuntansi yang tepat dan penetapan proses estimasi, termasuk
estimasi atau model evaluasi yang tepat, termasuk, jika relevan, model.

 Pengembangan atau pengidentifikasian data dan asumsi relevan yang berdampak terhadap
estimasi akuntansi.
 Penelaahaan secara periodik kondisi yang menimbulkan estimasi akuntansi dan
pengestimasian kembali estimasi akuntansi sebagaimana yang diperlukan.

Asumsi

Asumsi merupakan komponen integral dari estimasi akuntansi. Hal-hal yang dipertimbangkan
auditor dalam pemerolehan suatu pemahaman tentang asumsi yang melandasi estimasi akuntansi
mencakup, sebagai contoh:

 Sifat asumsi, termasuk asumsi yang mungkin merupakan asumsi signifikan.

 Bagaimana manajemen menilai apakah asumsi yang digunakan adalah relevan dan lengkap
(yaitu, bahwa semua variabel yang relevan telah diperhitungkan).

 Jika relevan, bagaimana manajemen menentukan bahwa asumsi yang digunakan adalah
secara internal konsisten.

 Apakah asumsi berkaitan dengan hal-hal yang ada dalam kendali manajemen (sebagai
contoh, asumsi tentang pemeliharaan program yang mungkin berdampak terhadap estimasi
tentang umur ekonomis aset), dan bagaimana hal-hal tersebut sesuai dengan rencana bisnis
entitas dan lingkungan luar, atau hal-hal tersebut di luar kendali (sebagai contoh asumsi
tentang tingkat bunga, tingkat kematian, tindakan pengadilan atau badan pengatur yang
potensial, atau variabilitas dan waktu arus kas masa depan).

 Sifat dan luas dokumentasi, jika ada, yang mendukung asumsi. Asumsi dapat dibuat atau
diidentifikasi oleh seorang pakar untuk membantu manajemen dalam membuat estimasi
akuntansi. Asumsi tersebut, jika dipakai oleh manajemen, menjadi asumsi manajemen.

Berkaitan dengan estimasi akuntansi nilai wajar, asumsi atau masukan bervariasi dalam sumber
dan basis, sebagai berikut:

(a) Asumsi yang mencerminkan asumsi yang digunakan oleh peserta pasar dalam menentukan
harga suatu aset atau liabilitas yang dikembangkan berdasarkan data pasar yang diperoleh dari
sumber yang independen dari entitas yang melaporkan (kadang-kadang disebut sebagai “masukan
yang dapat diobservasi” atau yang setara).
(b) Asumsi yang mencerminkan pertimbangan sendiri entitas tentang asumsi yang digunakan
peserta pasar dalam menentukan harga aset atau liabilitas dikembangkan berdasarkan informasi
terbaik yang tersedia dalam kondisi tersebut (kadang-kadang disebut sebagai “masukan yang tidak
dapat diobservasi” atau yang setara). Namun, dalam praktik, pembedaaan antara a dan b tidak
selalu tampak jelas. Di samping itu, manajemen juga perlu untuk memilih dari sejumlah asumsi
yang berbeda yang digunakan oleh peserta pasar yang berbeda.

Hasil suatu estimasi akuntansi sering kali berbeda dari estimasi akuntansi dalam laporan
keuangan periode sebelumnya. Dengan melaksanakan prosedur penilaian risiko untuk
mengidentifikasi dan memahami alasan perbedaan tersebut, auditor dapat memperoleh:

 Informasi tentang efektivitas proses estimasi manajemen dalam periode sebelumnya,


sebagai sumber bagi auditor dalam mempertimbangkan kemungkinan efektivitas proses
manajemen saat ini.

 Bukti audit yang penting untuk melakukan estimasi kembali, dalam periode kini, atas
estimasi akuntansi periode sebelumnya.

 Bukti audit tentang hal-hal, seperti ketidakpastian estimasi, yang kemungkinan perlu
diungkapkan dalam laporan keuangan.

pengidentifikasian dan penilaian risiko Kesalahan penyajian material Ketidakpastian Estimasi

Tingkat ketidakpastian estimasi yang berhubungan dengan estimasi akuntansi dapat dipengaruhi
oleh faktor-faktor sebagai berikut:

 Luasnya ketergantungan estimasi akuntansi terhadap pertimbangan.

 Sensitivitas estimasi akuntansi terhadap perubahan asumsi.

 Keberadaan teknik pengukuran yang diakui dapat memitigasi ketidakpastian estimasi


(meskipun subjektivitas asumsi yang digunakan sebagai masukan dapat menimbulkan
ketidakpastian estimasi).

 Panjangnya periode prakiraan, dan data yang relevan yang ditarik dari peristiwa masa lalu
untuk memprakirakan peristiwa masa depan.
 Ketersediaan data andal dari sumber eksternal.

 Luasnya masukan yang dipakai sebagai basis estimasi akuntansi, apakah dapat diobservasi
atau tidak dapat diobservasi. Derajat ketidakpastian yang berhubungan dengan estimasi
akuntansi dapat memengaruhi kerentanan estimasi terhadap keberpihakan.

Hal-hal yang dipertimbangkan oleh auditor dalam penentuan risiko kesalahan penyajian material
juga mencakup:

 Jumlah aktual atau yang diharapkan dari suatu estimasi akuntansi.

 Jumlah estimasi akuntansi yang dicatat (yaitu, estimasi tunggal manajemen) dalam
hubungannya dengan jumlah yang diharapkan oleh auditor untuk dicatat.

 Apakah manajemen telah menggunakan seorang pakar dalam membuat estimasi akuntansi.

 Hasil reviu atas estimasi akuntansi periode sebelumnya.

Peristiwa yang Terjadi Sampai dengan Tanggal Laporan Auditor

Penentuan apakah peristiwa yang terjadi sampai dengan tanggal laporan auditor menyediakan
bukti audit tentang estimasi akuntansi dapat merupakan respons yang tepat ketika peristiwa
tersebut diharapkan untuk:

 Terjadi; dan

 Menyediakan bukti audit yang mengonfirmasi atau bertentangan dengan estimasi


akuntansi.

Peristiwa yang terjadi sampai dengan tanggal laporan auditor kadang-kadang dapat menyediakan
bukti audit yang cukup dan tepat tentang estimasi akuntansi. Sebagai contoh, penjualan sediaan
lengkap suatu produk yang telah diganti segera setelah akhir periode dapat menyediakan bukti
audit yang berkaitan dengan estimasi nilai realisasi bersih sediaan tersebut. Dalam kasus tersebut,
tidak perlu dilaksanakan prosedur audit tambahan atas estimasi akuntansi, dengan syarat bukti yang
semestinya tentang peristiwa tersebut dapat diperoleh auditor.
Pengujian terhadap bagaimana manajemen membuat estimasi akuntansi dan data yang menjadi
basis estimasi dapat merupakan respons yang tepat ketika estimasi akuntansi merupakan suatu
estimasi akuntansi nilai wajar yang dikembangkan atas suatu model yang menggunakan input yang
dapat diobservasi atau tidak dapat diobservasi.

Hal ini juga tepat ketika:

a. Estimasi akuntansi diperoleh dari pengolahan data rutin oleh sistem akuntansi entitas.
b. Reviu auditor atas estimasi akuntansi yang sama dalam periode sebelumnya menyarankan
bahwa proses manajemen periode kini kemungkinan efektif.
c. Estimasi akuntansi didasarkan pada suatu populasi besar atas unsur yang memiliki sifat
yang sama, yang secara individual tidak signifikan.

Pengujian atas bagaimana manajemen membuat estimasi akuntansi dapat melibatkan:

a. Pengujian atas keakurasian, kelengkapan, dan relevansi data yang dipakai sebagai basis
estimasi akuntansi dan apakah estimasi akuntansi telah ditentukan dengan menggunakan
data tersebut dan asumsi manajemen yang tepat.
b. Pertimbangan atas sumber, relevansi, dan keandalan data atau informasi eksternal,
termasuk data yang diterima dari pakar eksternal yang dikontrak oleh manajemen untuk
membantu dalam membuat suatu estimasi akuntansi. Audit Atas Estimasi Akuntansi,
Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar, dan Pengungkapan yang Bersangkutan
c. Penghitungan kembali estimasi akuntansi tersebut, dan mereviuinformasi tentang suatu
estimasi akuntansi untuk konsistensi internal.
d. Pertimbangan atas proses reviu dan pengesahan oleh manajemen.

Untuk tujuan ini, hal-hal yang mungkin dipertimbangkan oleh auditor mencakup, apakah:

a. Alasan manajemen untuk metode yang dipilih adalah wajar.


b. Manajemen telah mengevaluasi secara memadai dan mengaplikasikan secara tepat suatu
kriteria, jika ada, yang terdapat dalam kerangka pelaporan keuangan yang berlaku untuk
mendukung metode yang dipilih.
c. Metode tersebut adalah tepat dan sesuai dengan kondisi yang mendasari sifat aset dan
liabilitas yang diestimasi dan ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, yang
relevan dengan estimasi akuntansi.
d. Metode tersebut adalah tepat dalam hubungannya dengan bisnis, industri, dan lingkungan
di mana entitas tersebut beroperasi.

Hal-hal yang dipertimbangkan oleh auditor dalam mengevaluasi kewajaran asumsi yang
digunakan oleh manajemen mencakup:

a. Apakah asumsi secara individual tampak wajar.


b. Apakah asumsi saling tergantung dan secara internal konsisten.
c. Apakah asumsi tersebut tampak wajar ketika dipertimbangkan secara kolektif atau
bersamaan dengan asumsi lain, baik untuk estimasi akuntansi tersebut atau untuk estimasi
akuntansi yang lain.
d. Dalam kasus estimasi akuntansi untuk nilai wajar, apakah asumsi-asumsi mencerminkan
secara tepat asumsi pasar yang dapat diobservasi.

Estimasi akuntansi nilai wajar dapat terdiri dari input yang dapat diobservasi dan input yang tidak
dapat diobservasi. Jika estimasi akuntansi nilai wajar didasarkan pada input yang dapat
diobservasi, hal-hal yang dapat dipertimbangkan oleh auditor mencakup, sebagai contoh,
bagaimana manajemen mendukung hal-hal sebagai berikut:

a. Identifikasi karakteristik pelaku pasar yang relevan dengan estimasi akuntansi.


b. Modifikasi yang telah dilakukan terhadap asumsinya sendiri untuk mencerminkan
pandangan atas asumsi pelaku pasar yang akan digunakan.
c. Apakah estimasi telah memasukkan informasi terbaik yang tersedia sesuai dalam kondisi.
d. Jika relevan, bagaimana asumsi yang digunakan memperhitungkan transaksi, aset, atau
liabilitas yang sebanding.

Pengujian efektivitas operasi atas pengendalian terhadap bagaimana manajemen membuat


estimasi akuntansi dapat merupakan respons yang tepat ketika proses manajemen telah dirancang
dengan baik, diimplementasikan, dan dipelihara:

a. Adanya pengendalian untuk mereviu dan mengesahkan estimasi akuntansi oleh tingkat
manajemen yang tepat dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
b. Estimasi akuntansi diperoleh dari pengolahan rutin atas data oleh sistem akuntansi entitas.

Pengujian efektivitas operasi atas pengendalian diperlukan ketika:


a. Penilaian auditor atas risiko kesalahan penyajian material pada tingkat asersi mencakup
suatu ekspektasi bahwa pengendalian atas proses beroperasi secara efektif; atau
b. Prosedur substantif sendiri tidak menyediakan bukti audit yang cukup dan tepat pada
tingkat asersi.

Mempertimbangkan apakah Keterampilan atau Pengetahuan Khusus Diharuskan

Dalam merencanakan audit, auditor diharuskan untuk menentukan sifat, saat, dan luas sumber daya
yang diperlukan untuk melaksanakan perikatan audit.20 Hal ini mencakup, sebagaimana
diperlukan, keikutsertaan pihak dengan keterampilan atau pengetahuan khusus. Di samping itu,
SA 220 mengharuskan rekan perikatan puas bahwa tim perikatan, dan pakar eksternal auditor yang
bukan bagiandari tim perikatan, secara kolektif memiliki kompetensi dan kapabilitas semestinya
untuk melaksanakan perikatan audit. Selama pelaksanaan audit atas estimasi akuntansi auditor
dapat mengidentifikasi, sejalan dengan pengalaman auditor dan kondisi perikatan, kebutuhan atas
keterampilan atau pengetahuan khusus untuk diterapkan pada satu atau lebih aspek estimasi
akuntansi.

Hal-hal yang dapat berdampak terhadap pertimbangan auditor tentang perlu atau tidaknya
keterampilan atau pengetahuan khusus mencakup:

a. Sifat yang melandasi aset, liabilitas, atau komponen ekuitas dalam bisnis atau industri
tertentu (sebagai contoh cadangan mineral, aset perkebunan, instrument keuangan yang
kompleks).
b. Suatu ketidakpastian estimasi yang tinggi.
c. Kalkulasi yang kompleks atau model khusus yang diperlukan sebagai contoh pada waktu
mengestimasi nilai wajar ketika tidak ada pasar yang dapat diobservasi.
d. Kompleksitas ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku relevan dengan
estimasi akuntansi, termasuk apakah terdapat hal-hal yang dapat dipengaruhi oleh
interpretasi yang berbeda atau praktik yang tidak konsisten atau sedang dikembangkan.
e. Prosedur yang akan dilaksanakan oleh auditor dalam merespons risiko yang telah dinilai.

Prosedur Substantif lebih lanjut untuk merespons risiko Signifikan

Dalam audit atas estimasi akuntansi yang menimbulkan risiko signifikan, prosedur substantif lebih
lanjut difokuskan pada evaluasi tentang:
a. Bagaimana manajemen telah menilai dampak ketidakpastian estimasi terhadap estimasi
akuntansi, dan dampak ketidakpastian tersebut terhadap ketepatan pengakuan estimasi
akuntansi tersebut dalam laporan keuangan; dan
b. Kecukupan pengungkapan yang bersangkutan.

Dalam penyusunan laporan keuangan, manajemen mungkin puas bahwa manajemen telah
memperhitungkan dampak ketidakpastian estimasi dalam estimasi akuntansi yang menimbulkan
risiko tinggi secara memadai. Namun dalam beberapa kondisi, auditor dapat memandang usaha
manajemen tersebut tidak cukup. Hal ini merupakan kasus, sebagai contoh, di mana, dalam
pertimbangan auditor:

a. Bukti audit yang cukup dan tepat tidak dapat diperoleh melalui evaluasi auditor atas
bagaimana manajemen telah memperhitungkan dampak ketidakpastian estimasi.
b. Perlunya untuk mengeksplorasi lebih lanjut tingkat ketidakpastian estimasi yang
berhubungan dengan estimasi akuntansi, sebagai contoh, ketika auditor menyadari variasi
yang luas dalam hasil untuk etimasi akuntansi yang sejenis dalam kondisi yang sejenis.
c. Bukti audit lain tidak mungkin dapat diperoleh, sebagai contoh, melalui reviu atas peristiwa
yang terjadi sampai tanggal laporan auditor.
d. Terdapat indikasi tentang keberpihakan manajemen dalam membuat estimasi akuntansi.

Kriteria Pengakuan dan Pengukuran Pengakuan Estimasi Akuntansi dalam Laporan Keuangan
Jika manajemen telah mengakui suatu estimasi akuntansi dalam laporan keuangan, fokus evaluasi
auditor adalah pada kecukupan atas kehandalan pengukuran estimasi akuntansi untuk menenuhi
kriteria pengakuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

Berkaitan dengan estimasi akuntansi yang belum diakui,fokus evaluasi auditor adalah pada apakah
kriteria pengakuan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku telah secara nyata
dipenuhi. Bahkan jika suatu estimasi akuntansi belum diakui, dan auditor menyimpulkan bahwa
perlakuan ini sudah semestinya, tetap diperlukan untuk mengungkapkan kondisi tersebut dalam
catatan atas laporan keuangan. Auditor juga dapat menentukan bahwa Standar Audit terdapat suatu
kebutuhan untuk menarik perhatian pembaca ke suatu ketidakpastian signifikan dengan
menambahkan suatu paragraf Penekanan Suatu Hal dalam laporan auditor. SA 706 menetapkan
ketentuan dan menyediakan panduan tentang paragraf seperti itu. Basis Pengukuran untuk
Estimasi Akuntasi
Berkaitan dengan estimasi akuntansi nilai wajar, beberapa kerangka pelaporan keuangan
menganggap bahwa nilai wajar dapat diukur secara andal sebagai suatu prasyarat untuk
mendapatkan atau mengizinkan pengukuran dan pengungkapan nilai wajar. Dalam beberapa
kasus, anggapan ini dapat diatasi ketika, sebagai contoh, tidak terdapat metode atau basis yang
tepat untuk pengukuran. Dalam beberapa kasus, fokus evaluasi auditor adalah pada apakah basis
manajemen untuk mengatasi anggapan yang berkaitan dengan penggunaan nilai wajar yang
ditetapkan dalam kerangka pelaporan keuangan yang berlaku adalah tepat.

Berdasarkan bukti audit yang diperoleh, auditor dapat menyimpulkan bahwa bukti estimasi
akuntansi berbeda dari estimasi manajemen. Jika bukti audit mendukung suatu estimasi
manajemen, perbedaan antara estimasi auditor dan estimasi manajemen merupakan suatu
kesalahan penyajian. Jika auditor menyimpulkan bahwa penggunaan estimasi kisaran
menyediakan bukti audit yang cukup dan tepat, estimasi yang berada di luar estimasi kisaran akan
tidak didukung oleh bukti audit. Dalam kasus ini kesalahan penyajian tidak lebih rendah daripada
perbedaan antara estimasi manajemen dan angka terdekat dari estimasi kisaran.

Pengungkapan Ketidakpastian Estimasi untuk Estimasi Akuntansiyang Menimbulkan


Risiko Signifikan

Dalam kaitannya dengan estimasi akuntansi yang memiliki risiko signifikan, bahkan ketika
pengungkapannya sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, auditor dapat
menyimpulkan bahwa pengungkapan ketidakpastian estimasi adalah tidak memadai dalam
hubungannya dengan kondisi dan fakta yang bersangkutan. Pentingnya evaluasi auditor atas
kecukupan pengungkapan kebijakan estimasi meningkat seiring dengan makin besarnya kisar hasil
dari estimasi akuntansi sehubungan dengan materialitas.

Anda mungkin juga menyukai