Strategi Perencanaan Audit
Strategi Perencanaan Audit
Tugas Kelompok
diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Audit dan Asurans
Dosen Pembina
Robertus Ary Novianto, S.E., M.M., Ak., CA., CPA
Oleh:
Kelompok 3
Muhammad Iqbal Zaelani Fahdita (1519104005)
Wiki Darmawan (1519104009)
Sri Atikah (1519104011)
Hanifah Fauziah (1519104012)
Euis Rahayu (1519104019)
Kelas B
PASCA SARJANA
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
2019
SA 510 Perikatan Audit Tahun Pertama – Saldo Awal
Standar Audit (SA) 510, “Perikatan Audit Tahun Pertama – Saldo Awal” mengatur mengenai
prosedur audit serta tanggung jawab auditor yang berhubungan dengan saldo awal dalam perikatan
audit tahun pertama.
Berkaitan dengan Saldo Awal, SA 510 mengatur beberapa prosedur audit yang harus dilakukan
oleh auditor pengganti. Yang pertama, auditor harus membaca laporan keuangan terkini, jika ada,
dan laporan auditor pendahulu, jika ada, untuk informasi yang relevan dengan saldo awal,
termasuk pengungkapan.
Kemudian, auditor juga diharuskan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang
apakah saldo awal mengandung kesalahan penyajian material dan berdampak terhadap laporan
keuangan periode berjalan, dengan :
1. Menentukan apakah saldo akhir periode lalu secara benar telah dipindahkan ke periode berjalan
atau, jika tepat ,telah disajikan kembali;
2. Menentukan apakah saldo awal telah mencerminkan penerapan kebijakan akuntansi yang
semestinya; dan
3. Melakukan satu atau lebih hal berikut :
o Mereviu kertas kerja auditor pendahulu untuk memperoleh bukti yang terkait dengan saldo
awal, jika laporan keuangan tahun lalu telah diaudit;
o Mengevaluasi apakah prosedur audit yang dilakukan dalam periode berjalan menyediakan
bukti yang relevan dengan saldo awal; atau
o Melakukan prosedur audit spesifik untuk memperoleh bukti yang terkait dengan saldo awal
Jika auditor memperoleh bukti audit bahwa saldo awal mengandung kesalahan penyajian yang
dapat secara material berdampak terhadap laporan keuangan periode berjalan, auditor harus
melakukan prosedur audit tambahan yang diperlukan dalam kondisi tersebut untuk menentukan
dampaknya terhadap laporan keuangan periode berjalan. Jika auditor menyimpulkan bahwa
kesalahan penyajian tersebut ada dalam laporan keuangan periode berjalan, auditor harus
mengomunikasikan kesalahan penyajian tersebut kepada tingkat manajemen yang semestinya dan
pihak yang bertangung jawab atas tata kelola berdasarkan SA 450, “Pengevaluasian atas
Kesalahan Penyajian yang Diidentifikasi Selama Audit”.
Paragraf 8 SA 510 menyatakan bahwa auditor harus memperoleh bukti audit kompeten yang cukup
dan tepat tentang apakah kebijakan akuntansi yang tercermin dalam saldo awal telah diterapkan
secara konsisten dalam laporan keuangan periode berjalan, dan apakah perubahan kebijakan
akuntansi telah dicatat dengan tepat serta disajikan dan diungkapkan secara memadai sesuai
dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Jika laporan keuangan periode lalu telah diaudit oleh auditor pendahulu dan terdapat modifikasi
terhadap opini, auditor harus mengevaluasi dampak atas hal yang menyebabkan modifikasi
tersebut terhadap penilaian risiko kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan periode
berjalan berdasarkan SA 315, “Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian
Material Melalui Pemahaman Entitas dan Lingkungannya”.
JIka auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang berkaitan dengan saldo
awal, auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak menyatakan
pendapat. Jika auditor menyimpulkan bahwa saldo awal mengandung kesalahan penyajian yang
material terhadap laporan keuangan periode berjalan, dan dampak kesalahan penyajian tersebut
tidak dicatat dengan tepat, atau tidak disajikan atau diungkapkan dengan memadai, maka auditor
harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak wajar (HRD).
TUJUAN
1. Tujuan auditor adalah:
a) Untuk mendapatkan bukti audit relevan dan andal ketika menggunakan prosedur
analitis substantif; dan
b) Untuk merancang dan melaksanakan prosedur analitis mendekati akhir audit yang
membantu auditor dalam merumuskan kesimpulan keseluruhan apakah laporan
keuangan konsisten dengan pemahaman auditor terhadap entitas.
DEFINISI
2. Untuk tujuan SA, istilah “prosedur analitis” berarti pengevaluasian terhadap informasi
keuangan yang dilakukan melalui analisis hubungan antara data keuangan dan data
nonkeuangan. Prosedur analitis juga mencakup investigasi sebagaimana yang diperlukan
atas fluktuasi atau hubungan teridentifikasi yang tidak konsisten dengan informasi relevan
lain, atau yang berbeda dari nilai yang diharapkan dalam jumlah yang signifikan. (Ref:
Para. A1–A3)
A.2 Prosedur analitis juga mencakup pertimbangan atas hubungan-hubungan, sebagai contoh:
Di antara unsur-unsur informasi keuangan yang akan diharapkan sesuai dengan suatu pola
yang dapat diprediksi berdasarkan pengalaman entitas, seperti persentase laba bruto.
Antara informasi keuangan dan informasi nonkeuangan yang relevan, seperti hubungan
antara beban gaji dengan jumlah karyawan.
A.3 Berbagai metode dapat digunakan untuk melaksanakan prosedur analitis. Metode-metode
tersebut berkisar dari melakukan perbandingan sederhana hingga melakukan analisis yang
kompleks dengan menggunakan teknik statistik yang mutakhir. Prosedur analitis dapat
diterapkan pada laporan keuangan konsolidasian, komponen, dan unsur informasi secara
individu.
A.15 Hal-hal yang relevan dengan evaluasi auditor tentang apakah ekspektasi dapat
dikembangkan dengan cukup tepat untuk mengidentifikasi suatu kesalahan penyajian yang,
jika diagregasikan dengan kesalahan penyajian yang lain, mengakibatkan laporan
keuangan disajikan salah secara material, mencakup:
Keakurasian prediksi hasil yang diharapkan dari prosedur analitis substantif. Sebagai
contoh, auditor mengharapkan tingkat konsistensi yang lebih besar dalam membandingkan
marjin laba bruto dari satu periode ke periode lain daripada dalam membandingkan beban-
beban yang bersifat discretionary,seperti beban riset atau beban iklan.
Tingkat informasi yang dapat diagregasi. Sebagai contoh, prosedur analitis substantif dapat
menjadi lebih efektif ketika diterapkan terhadap informasi keuangan pada unit-unit operasi
secara individu atau terhadap laporan keuangan komponen dari entitas yang memiliki
diversifikasi usaha, daripada ketika diterapkan terhadap laporan keuangan entitas secara
keseluruhan.
Ketersediaan informasi, baik informasi keuangan maupun informasi non-keuangan.
Sebagai contoh, auditor dapat mempertimbangkan apakah informasi keuangan, seperti
anggaran atau prakiraan, dan informasi nonkeuangan, seperti jumlah unit yang diproduksi
atau dijual, tersedia untuk merancang prosedur analitis substantif. Jika informasi tersebut
tersedia, maka auditor juga dapat mempertimbangkan keandalan informasi tersebut seperti
yang dibahas dalam paragraf A12–A13 di atas.
1. Tujuan penggunaan sampling audit adalah untuk memberikan basis yang memadai bagi auditor
untuk menarik kesimpulan mengenai populasi yang menjadi sumber pemilihan sampel.
Definisi
Ketentuan
Perancangan, Ukuran dan Pemilihan Unsur-unsur Sampel untuk Diuji
3. Auditor harus mempertimbangkan tujuan prosedur audit dan karakteristik populasi yang
menjadi sumber suatu sampel yang akan diambil (Ref Para. A4-A9)
4. Auditor harus menentukan suatu ukuran sampel yang cukup untuk mengurangi risisko sampling
sampai ke tingkat rendah yang dapat diterima (Ref Para. A10-A11)
5. Auditor harus memilih sampel sedemikian rupa sehingga unit sampling dalam populasi
memiliki peluang yang sama untuk dipilih. (Ref Para. A12-A13)
6. Auditor harus melaksanakan prosedur audit yang tepat atas setiap unsur yang dipilih
7. Jika proses audit tidak dapat diterapkan pada unsur pilihan maka auditor harus
melaksanakannya atas suatu unsur pengganti. (Ref Para. A14)
8. Terhadap suatu unsur pilihan, auditor harus mentepakan unsur tersebut sebagai suatu
penyimpangan dari pengujian pengendalian dalam hal pengujian rinci. (Ref Para. A15-A16)
9. Auditor harus menginvestigasi sifat dan penyebab penyimpangan atau kesalahan pengujian
yang teridentifikasi serta menilai dampak yang mungkin terjadi terhadap tujuan prosedur audit
dan area audit lainya. (Ref Para. A17)
10. Ketika auditor mempertimbangkan bahwa suatu salah saji atau penyimpangan yang
ditemukan dalam suatu sampel adalah suatu anomali, auditor harus memperoleh tingkat
kepastian yang tinggi bahwa hal tersebut bukanlah mewakili populasi yang bersangkutan, tidak
berdampak terhadap unsur sisanya dalam populasi, dengan melaksanakan proses audit
tambahan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat.
11. Untuk pengujian rinci auditro harus memproyeksikan kesalahan penyajian yang ditemukan
dalam sampel ke populasi (Ref Para. A18-A20)
12. Auditor harus menilai hasil sampel (Ref Para. A21-A22) dan apakah penggunaan sampling
audit telah menyediakan basis yang wajar untuk penarikan kesimpulan populasi yang diuji.
Materi Penerapan dan Penjelasan lain
Resiko Non-sampling mencakup penggunaan prosedur audit yang tidak tepat, interprestasi yang
salah terhadap bukti audit.
Unit sampling dapat berupa unsur-unsur fisik (contoh faktur penjualan, entri kredit dalam rekening
koran) atau unit moneter.
Kesalahan Penyajian yang Dapat Diterima
Kesalahan penyajian yang dapat diterima adalah penerapan materialitas kerja seperti yang
dijelaskan dalam SA 320 Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit paragraf
9, yang jumlahnya mungkin sama atau lebih rendah daripada materialitas kinerja.
Sampling audit dapat diterapkan dengan menggunakan pendekatan statistik maupun non statistik.
Ukuran sampel bukan merupakan kriteria yang tepat untuk membedakan antara pendekatan mana
yang akan diambil .
Untuk memenuhi ketentuan dalam paraagraf 10 SA 500, ketika melakukan sampling audit auditro
harus melaksanakan prosedur audit untuk mendapatkan bukti bahwa populasi yang diambil
sampelnya merupakan populasi yang lengkap.
Tingkat resiko sampling berdampak terhadap ukuran sampel yang diperlukan. Semakin kecil
resiko yang auditor bersedia untuk menerimanya, semakin besar ukuran sampel yang diperlukan.
Ukuran sampel ditentukan melalui penerapan suatu formula berbasis statistik atau melalui
pertimbangan profesional.
SA 540: Audit atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar, dan
Pengungkapan yang Bersangkutan
Sifat Estimasi Akuntansi
1. Beberapa unsur laporan keuangan tidak dapat diukur secara tepat, namun hanya dapat
diestimasi. Untuk tujuan SA ini, unsur laporan keuangan seperti itu disebut sebagai
estimasi akuntansi. Sifat dan keandalan informasi yang tersedia bagi manajemen untuk
mendukung pembuatan estimasi akuntansi bervariasi secara luas, oleh karena itu
berdampak terhadap derajat ketidakpastian estimasi yang berkaitan dengan estimasi
akuntansi. Derajat ketidakpastian estimasi berdampak, pada gilirannya, terhadap risiko
kesalahan penyajian material estimasi akuntansi, termasuk kecurigaan terhadap
keberpihakan manajemen yang disengaja atau tidakdisengaja. (Ref: Para. A1–A11)
3. Perbedaan antara hasil suatu estimasi akuntansi dan jumlah yang semula diakui atau
diungkapkan dalam laporan keuangan tidak selalu merupakan kesalahan penyajian dalam
laporan keuangan. Hal ini lazim dalam kasus estimasi akuntansi nilai wajar, karena hasil
yang diamati dipengaruhi oleh peristiwa atau kondisi setelah tanggal yang pada saat itu
pengukuran diestimasi untuk tujuan laporan keuangan.
DEFINISI
(a) Estimasi akuntansi: Suatu penaksiran atas suatu jumlah moneter ketika metode
pengukuran yang akurat tidak tersedia. Istilah ini digunakan untuk suatu jumlah yang
diukur pada nilai wajar ketika terdapat ketidakpastian estimasi dan untuk jumlah lain yang
memerlukan estimasi. Ketika SA ini hanya mengatur estimasi akuntansi yang melibatkan
pengukuran pada nilai wajar, istilah “estimasi akuntansi nilai wajar” digunakan.
(b) Estimasi tunggal auditor atau estimasi kisar auditor: Jumlah, atau kisar jumlah, yang
masing-masing diperoleh dari bukti audit yang digunakan dalam mengevaluasi estimasi
tunggal manajemen.
(c) Ketidakpastian estimasi: Kerentanan suatu estimasi akuntansi dan pengungkapan yang
bersangkutan terhadap suatu ketiadaan ketepatan bawaan dalam penyusunan informasi.
(e) Estimasi tunggal manajemen: Jumlah yang dipilih oleh manajemen untuk mengakui
atau mengungkapkan dalam laporan keuangan sebagai suatu estimasi akuntansi.
(f) Hasil suatu estimasi akuntansi: Jumlah moneter sesungguhnya yang merupakan hasil
dari penyelesaian transaksi yang mendasari, peristiwa, atau kondisi yang dituju oleh
estimasi akuntansi.
Ketentuan
5. Ketika Pada waktu melaksanakan prosedur penilaian risiko dan kegiatan yang
bersangkutan untuk memperoleh suatu pemahaman atas entitas dan lingkungannya,
termasuk pengendalian internal entitas, sebagaimana yang diharuskan oleh SA 315,4
auditor harus memperoleh suatu pemahaman atas hal-hal di bawah ini untuk menyediakan
suatu basis untuk mengidentifikasi dan menentukan estimasi akuntansi:
(a) Ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku yang relevan terhadap estimasi
akuntansi termasuk pengungkapannya.
(b) Bagaimana manajemen mengidentifikasi transaksi, peristiwa dan kondisi tersebut yang
mungkin menimbulkan perlunya estimasi akuntansi diakui atau diungkapkan dalam
laporan keuangan. Dalam pemerolehan pemahaman ini, auditor harus meminta keterangan
kepada manajemen tentang perubahan dalam kondisi yang dapat menyebabkan timbulnya
estimasi akuntansi baru, atau perlunya untuk merevisi estimasi akuntansi yang ada.
(c) Bagaimana manajemen membuat estimasi akuntansi, dan suatu pemahaman atas data
yang dipakai sebagai basis, termasuk:
(i) Metode, termasuk jika relevan, model, yang digunakan dalam membuat
estimasi akuntansi;
(v) Apakah telah terjadi atau seharusnya telah terjadi suatu perubahan dari periode
sebelumnya dalam metode untuk membuat estimasi akuntansi, dan jika demikian,
apa penyebabnya; dan
(vi) Apakah dan, jika demikian, bagaimana manajemen telah menentukan dampak
ketidakpastian estimasi.
6. Auditor harus menilaihasil estimasi akuntansi yang dicantumkan dalam laporan keuangan
periode lalu, atau, jika relevan, melakukan kembali estimasi dengan tujuan untuk periode
kini. Sifat dan luas reviu yang dilakukan auditor harus mempertimbangkan sifat estimasi
akuntansi, dan apakah informasi yang diperoleh dari reviu tersebut relevan untuk
mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material atas estimasi akuntansi
yang dibuat dalam laporan keuangan periode kini. Namun, reviu tersebut tidak
dimaksudkan untuk mempertanyakan pertimbangan yang dibuat dalam periode lalu yang
didasarkan pada informasi yang tersedia pada waktu itu.
8. Auditor harus menentukan apakah, menurut pertimbangan auditor, estimasi akuntansi yang
telah diidentifikasi mempunyai ketidakpastian yang tinggi, yang dapat menimbulkan risiko
signifikan.
(a) Apakah manajemen telah secara tepat menerapkan ketentuan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku, yang relevan terhadap estimasi akuntansi; dan
(b) Apakah metode untuk membuat estimasi akuntansi adalah tepat dan telah diterapkan
secara konsisten, dan apakah perubahan, jika ada, dalam estimasi akuntansi atau dalam
metode untuk membuat estimasi tersebut dari periode lalu sudah tepat dan sesuai dengan
kondisi yang bersangkutan.
10. Dalam merespons risiko kesalahan penyajian yang telah dinilai, sebagaimana yang
diharuskan oleh SA 330,6 auditor harus melakukan satu atau lebih langkah-langkah di
bawah ini, dengan memperhitungkan sifat estimasi akuntansi:
(a) Menentukan apakah peristiwa yang terjadi sampai dengan tanggal laporan auditor
menyediakan bukti audit tentang estimasi akuntansi.
(b) Menguji bagaimana manajemen membuat estimasi akuntansi dan data yang dipakai
sebagai basis pengujian. Dalam melakukan hal tersebut, auditor harus mengevaluasi
apakah:
(i) Metode pengukuran yang digunakan sudah tepat dengan kondisi; dan
(d) Mengembangkan estimasi tunggal atau suatu kisar angka untuk mengevaluasi estimasi
tunggal tersebut yang dibuat oleh manajemen. Dalam menentukan hal yang diidentifikasi
dalam paragraf 12 atau dalam merespons risiko kesalahan penyajian material yang telah
dinilai berdasarkan paragraf 13, auditor harus mempertimbangkan apakah keahlian atau
pengetahuan khusus yang berkaitan dengan satu atau lebih aspek estimasi akuntansi
diperlukan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat.
11. Auditor harus mengevaluasi, berdasarkan bukti audit, apakah estimasi akuntansi dalam
laporan keuangan adalah wajar dalam konteks kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku, atau disajikan salah.
12. Auditor harus memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah pengungkapan
dalam laporan keuangan yang berkaitan dengan estimasi akuntansi telah sesuai dengan
ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
13. Untuk estimasi akuntansi yang menimbulkan risiko signifikan, auditor harus juga
mengevaluasi kecukupan pengungkapan ketidakpastian estimasi dalam laporan keuangan
dalam konteks kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
14. Auditor harus mereviu pertimbangan dan keputusan yang dibuat oleh manajemen dalam
membuat estimasi akuntansi untuk mengidentifikasi apakah ada indikator tentang
kemungkinan keberpihakan manajemen. Indikator tentang kemungkinan keberpihakan
manajemen tidak dengan sendirinya merupakan kesalahan penyajian untuk tujuan
penarikan kesimpulan atas kewajaran estimasi akuntansi secara individual.
representasi tertulis
15. Auditor harus memperoleh representasi tertulis dari manajemen dan, jika relevan, pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola apakah mereka yakin bahwa asumsi signifikan
yang digunakan dalam membuat estimasi akuntansi adalah wajar.
dokumentasi
(a) Basis kesimpulan auditor tentang kewajaran estimasi akuntansi dan pengungkapannya
yang menimbulkan risiko signifikan; dan
Prosedur penilaian risiko dan kegiatan yang berkaitan yang diharuskan oleh paragraf 8 SA ini
membantu auditor dalam mengembangkan suatu harapan tentang sifat dan jenis estimasi akuntansi
yang kemungkinan dimiliki oleh entitas. Pertimbangan utama auditor adalah apakah pemahaman
yang diperoleh cukup untuk mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material
dalam hubungannya dengan estimasi akuntansi, dan untuk merencanakan sifat, saat, dan luas
prosedur audit lebih lanjut.
Pemilihan kebijakan akuntansi yang tepat dan penetapan proses estimasi, termasuk
estimasi atau model evaluasi yang tepat, termasuk, jika relevan, model.
Pengembangan atau pengidentifikasian data dan asumsi relevan yang berdampak terhadap
estimasi akuntansi.
Penelaahaan secara periodik kondisi yang menimbulkan estimasi akuntansi dan
pengestimasian kembali estimasi akuntansi sebagaimana yang diperlukan.
Asumsi
Asumsi merupakan komponen integral dari estimasi akuntansi. Hal-hal yang dipertimbangkan
auditor dalam pemerolehan suatu pemahaman tentang asumsi yang melandasi estimasi akuntansi
mencakup, sebagai contoh:
Bagaimana manajemen menilai apakah asumsi yang digunakan adalah relevan dan lengkap
(yaitu, bahwa semua variabel yang relevan telah diperhitungkan).
Jika relevan, bagaimana manajemen menentukan bahwa asumsi yang digunakan adalah
secara internal konsisten.
Apakah asumsi berkaitan dengan hal-hal yang ada dalam kendali manajemen (sebagai
contoh, asumsi tentang pemeliharaan program yang mungkin berdampak terhadap estimasi
tentang umur ekonomis aset), dan bagaimana hal-hal tersebut sesuai dengan rencana bisnis
entitas dan lingkungan luar, atau hal-hal tersebut di luar kendali (sebagai contoh asumsi
tentang tingkat bunga, tingkat kematian, tindakan pengadilan atau badan pengatur yang
potensial, atau variabilitas dan waktu arus kas masa depan).
Sifat dan luas dokumentasi, jika ada, yang mendukung asumsi. Asumsi dapat dibuat atau
diidentifikasi oleh seorang pakar untuk membantu manajemen dalam membuat estimasi
akuntansi. Asumsi tersebut, jika dipakai oleh manajemen, menjadi asumsi manajemen.
Berkaitan dengan estimasi akuntansi nilai wajar, asumsi atau masukan bervariasi dalam sumber
dan basis, sebagai berikut:
(a) Asumsi yang mencerminkan asumsi yang digunakan oleh peserta pasar dalam menentukan
harga suatu aset atau liabilitas yang dikembangkan berdasarkan data pasar yang diperoleh dari
sumber yang independen dari entitas yang melaporkan (kadang-kadang disebut sebagai “masukan
yang dapat diobservasi” atau yang setara).
(b) Asumsi yang mencerminkan pertimbangan sendiri entitas tentang asumsi yang digunakan
peserta pasar dalam menentukan harga aset atau liabilitas dikembangkan berdasarkan informasi
terbaik yang tersedia dalam kondisi tersebut (kadang-kadang disebut sebagai “masukan yang tidak
dapat diobservasi” atau yang setara). Namun, dalam praktik, pembedaaan antara a dan b tidak
selalu tampak jelas. Di samping itu, manajemen juga perlu untuk memilih dari sejumlah asumsi
yang berbeda yang digunakan oleh peserta pasar yang berbeda.
Hasil suatu estimasi akuntansi sering kali berbeda dari estimasi akuntansi dalam laporan
keuangan periode sebelumnya. Dengan melaksanakan prosedur penilaian risiko untuk
mengidentifikasi dan memahami alasan perbedaan tersebut, auditor dapat memperoleh:
Bukti audit yang penting untuk melakukan estimasi kembali, dalam periode kini, atas
estimasi akuntansi periode sebelumnya.
Bukti audit tentang hal-hal, seperti ketidakpastian estimasi, yang kemungkinan perlu
diungkapkan dalam laporan keuangan.
Tingkat ketidakpastian estimasi yang berhubungan dengan estimasi akuntansi dapat dipengaruhi
oleh faktor-faktor sebagai berikut:
Panjangnya periode prakiraan, dan data yang relevan yang ditarik dari peristiwa masa lalu
untuk memprakirakan peristiwa masa depan.
Ketersediaan data andal dari sumber eksternal.
Luasnya masukan yang dipakai sebagai basis estimasi akuntansi, apakah dapat diobservasi
atau tidak dapat diobservasi. Derajat ketidakpastian yang berhubungan dengan estimasi
akuntansi dapat memengaruhi kerentanan estimasi terhadap keberpihakan.
Hal-hal yang dipertimbangkan oleh auditor dalam penentuan risiko kesalahan penyajian material
juga mencakup:
Jumlah estimasi akuntansi yang dicatat (yaitu, estimasi tunggal manajemen) dalam
hubungannya dengan jumlah yang diharapkan oleh auditor untuk dicatat.
Apakah manajemen telah menggunakan seorang pakar dalam membuat estimasi akuntansi.
Penentuan apakah peristiwa yang terjadi sampai dengan tanggal laporan auditor menyediakan
bukti audit tentang estimasi akuntansi dapat merupakan respons yang tepat ketika peristiwa
tersebut diharapkan untuk:
Terjadi; dan
Peristiwa yang terjadi sampai dengan tanggal laporan auditor kadang-kadang dapat menyediakan
bukti audit yang cukup dan tepat tentang estimasi akuntansi. Sebagai contoh, penjualan sediaan
lengkap suatu produk yang telah diganti segera setelah akhir periode dapat menyediakan bukti
audit yang berkaitan dengan estimasi nilai realisasi bersih sediaan tersebut. Dalam kasus tersebut,
tidak perlu dilaksanakan prosedur audit tambahan atas estimasi akuntansi, dengan syarat bukti yang
semestinya tentang peristiwa tersebut dapat diperoleh auditor.
Pengujian terhadap bagaimana manajemen membuat estimasi akuntansi dan data yang menjadi
basis estimasi dapat merupakan respons yang tepat ketika estimasi akuntansi merupakan suatu
estimasi akuntansi nilai wajar yang dikembangkan atas suatu model yang menggunakan input yang
dapat diobservasi atau tidak dapat diobservasi.
a. Estimasi akuntansi diperoleh dari pengolahan data rutin oleh sistem akuntansi entitas.
b. Reviu auditor atas estimasi akuntansi yang sama dalam periode sebelumnya menyarankan
bahwa proses manajemen periode kini kemungkinan efektif.
c. Estimasi akuntansi didasarkan pada suatu populasi besar atas unsur yang memiliki sifat
yang sama, yang secara individual tidak signifikan.
a. Pengujian atas keakurasian, kelengkapan, dan relevansi data yang dipakai sebagai basis
estimasi akuntansi dan apakah estimasi akuntansi telah ditentukan dengan menggunakan
data tersebut dan asumsi manajemen yang tepat.
b. Pertimbangan atas sumber, relevansi, dan keandalan data atau informasi eksternal,
termasuk data yang diterima dari pakar eksternal yang dikontrak oleh manajemen untuk
membantu dalam membuat suatu estimasi akuntansi. Audit Atas Estimasi Akuntansi,
Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar, dan Pengungkapan yang Bersangkutan
c. Penghitungan kembali estimasi akuntansi tersebut, dan mereviuinformasi tentang suatu
estimasi akuntansi untuk konsistensi internal.
d. Pertimbangan atas proses reviu dan pengesahan oleh manajemen.
Untuk tujuan ini, hal-hal yang mungkin dipertimbangkan oleh auditor mencakup, apakah:
Hal-hal yang dipertimbangkan oleh auditor dalam mengevaluasi kewajaran asumsi yang
digunakan oleh manajemen mencakup:
Estimasi akuntansi nilai wajar dapat terdiri dari input yang dapat diobservasi dan input yang tidak
dapat diobservasi. Jika estimasi akuntansi nilai wajar didasarkan pada input yang dapat
diobservasi, hal-hal yang dapat dipertimbangkan oleh auditor mencakup, sebagai contoh,
bagaimana manajemen mendukung hal-hal sebagai berikut:
a. Adanya pengendalian untuk mereviu dan mengesahkan estimasi akuntansi oleh tingkat
manajemen yang tepat dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
b. Estimasi akuntansi diperoleh dari pengolahan rutin atas data oleh sistem akuntansi entitas.
Dalam merencanakan audit, auditor diharuskan untuk menentukan sifat, saat, dan luas sumber daya
yang diperlukan untuk melaksanakan perikatan audit.20 Hal ini mencakup, sebagaimana
diperlukan, keikutsertaan pihak dengan keterampilan atau pengetahuan khusus. Di samping itu,
SA 220 mengharuskan rekan perikatan puas bahwa tim perikatan, dan pakar eksternal auditor yang
bukan bagiandari tim perikatan, secara kolektif memiliki kompetensi dan kapabilitas semestinya
untuk melaksanakan perikatan audit. Selama pelaksanaan audit atas estimasi akuntansi auditor
dapat mengidentifikasi, sejalan dengan pengalaman auditor dan kondisi perikatan, kebutuhan atas
keterampilan atau pengetahuan khusus untuk diterapkan pada satu atau lebih aspek estimasi
akuntansi.
Hal-hal yang dapat berdampak terhadap pertimbangan auditor tentang perlu atau tidaknya
keterampilan atau pengetahuan khusus mencakup:
a. Sifat yang melandasi aset, liabilitas, atau komponen ekuitas dalam bisnis atau industri
tertentu (sebagai contoh cadangan mineral, aset perkebunan, instrument keuangan yang
kompleks).
b. Suatu ketidakpastian estimasi yang tinggi.
c. Kalkulasi yang kompleks atau model khusus yang diperlukan sebagai contoh pada waktu
mengestimasi nilai wajar ketika tidak ada pasar yang dapat diobservasi.
d. Kompleksitas ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku relevan dengan
estimasi akuntansi, termasuk apakah terdapat hal-hal yang dapat dipengaruhi oleh
interpretasi yang berbeda atau praktik yang tidak konsisten atau sedang dikembangkan.
e. Prosedur yang akan dilaksanakan oleh auditor dalam merespons risiko yang telah dinilai.
Dalam audit atas estimasi akuntansi yang menimbulkan risiko signifikan, prosedur substantif lebih
lanjut difokuskan pada evaluasi tentang:
a. Bagaimana manajemen telah menilai dampak ketidakpastian estimasi terhadap estimasi
akuntansi, dan dampak ketidakpastian tersebut terhadap ketepatan pengakuan estimasi
akuntansi tersebut dalam laporan keuangan; dan
b. Kecukupan pengungkapan yang bersangkutan.
Dalam penyusunan laporan keuangan, manajemen mungkin puas bahwa manajemen telah
memperhitungkan dampak ketidakpastian estimasi dalam estimasi akuntansi yang menimbulkan
risiko tinggi secara memadai. Namun dalam beberapa kondisi, auditor dapat memandang usaha
manajemen tersebut tidak cukup. Hal ini merupakan kasus, sebagai contoh, di mana, dalam
pertimbangan auditor:
a. Bukti audit yang cukup dan tepat tidak dapat diperoleh melalui evaluasi auditor atas
bagaimana manajemen telah memperhitungkan dampak ketidakpastian estimasi.
b. Perlunya untuk mengeksplorasi lebih lanjut tingkat ketidakpastian estimasi yang
berhubungan dengan estimasi akuntansi, sebagai contoh, ketika auditor menyadari variasi
yang luas dalam hasil untuk etimasi akuntansi yang sejenis dalam kondisi yang sejenis.
c. Bukti audit lain tidak mungkin dapat diperoleh, sebagai contoh, melalui reviu atas peristiwa
yang terjadi sampai tanggal laporan auditor.
d. Terdapat indikasi tentang keberpihakan manajemen dalam membuat estimasi akuntansi.
Kriteria Pengakuan dan Pengukuran Pengakuan Estimasi Akuntansi dalam Laporan Keuangan
Jika manajemen telah mengakui suatu estimasi akuntansi dalam laporan keuangan, fokus evaluasi
auditor adalah pada kecukupan atas kehandalan pengukuran estimasi akuntansi untuk menenuhi
kriteria pengakuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Berkaitan dengan estimasi akuntansi yang belum diakui,fokus evaluasi auditor adalah pada apakah
kriteria pengakuan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku telah secara nyata
dipenuhi. Bahkan jika suatu estimasi akuntansi belum diakui, dan auditor menyimpulkan bahwa
perlakuan ini sudah semestinya, tetap diperlukan untuk mengungkapkan kondisi tersebut dalam
catatan atas laporan keuangan. Auditor juga dapat menentukan bahwa Standar Audit terdapat suatu
kebutuhan untuk menarik perhatian pembaca ke suatu ketidakpastian signifikan dengan
menambahkan suatu paragraf Penekanan Suatu Hal dalam laporan auditor. SA 706 menetapkan
ketentuan dan menyediakan panduan tentang paragraf seperti itu. Basis Pengukuran untuk
Estimasi Akuntasi
Berkaitan dengan estimasi akuntansi nilai wajar, beberapa kerangka pelaporan keuangan
menganggap bahwa nilai wajar dapat diukur secara andal sebagai suatu prasyarat untuk
mendapatkan atau mengizinkan pengukuran dan pengungkapan nilai wajar. Dalam beberapa
kasus, anggapan ini dapat diatasi ketika, sebagai contoh, tidak terdapat metode atau basis yang
tepat untuk pengukuran. Dalam beberapa kasus, fokus evaluasi auditor adalah pada apakah basis
manajemen untuk mengatasi anggapan yang berkaitan dengan penggunaan nilai wajar yang
ditetapkan dalam kerangka pelaporan keuangan yang berlaku adalah tepat.
Berdasarkan bukti audit yang diperoleh, auditor dapat menyimpulkan bahwa bukti estimasi
akuntansi berbeda dari estimasi manajemen. Jika bukti audit mendukung suatu estimasi
manajemen, perbedaan antara estimasi auditor dan estimasi manajemen merupakan suatu
kesalahan penyajian. Jika auditor menyimpulkan bahwa penggunaan estimasi kisaran
menyediakan bukti audit yang cukup dan tepat, estimasi yang berada di luar estimasi kisaran akan
tidak didukung oleh bukti audit. Dalam kasus ini kesalahan penyajian tidak lebih rendah daripada
perbedaan antara estimasi manajemen dan angka terdekat dari estimasi kisaran.
Dalam kaitannya dengan estimasi akuntansi yang memiliki risiko signifikan, bahkan ketika
pengungkapannya sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, auditor dapat
menyimpulkan bahwa pengungkapan ketidakpastian estimasi adalah tidak memadai dalam
hubungannya dengan kondisi dan fakta yang bersangkutan. Pentingnya evaluasi auditor atas
kecukupan pengungkapan kebijakan estimasi meningkat seiring dengan makin besarnya kisar hasil
dari estimasi akuntansi sehubungan dengan materialitas.