Manajemen Aktif Kala III Persalinan Dan
Manajemen Aktif Kala III Persalinan Dan
BLOK 3.B
SKENARIO 5 : TELAH LAHIR
PRODI S1 KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2015/2016
MODUL 5
Bidan yelly telah menolong kelahiran seorang bayi perempuan pada pukul 14.00 WIB dan
plasenta belum lahir. Pada palpasi tidak terdapat janin ke-2 dan injeksi oxcytocin 10 iu diberikan
secara IM. TFU setinggi pusat,bidan melakukan peregangan tali pusat terkendali saat terjadinya
kontraksi dan istirahat diluar kontraksi. Pukul 14.10 WIB plasenta belum lahir dan bidan memberikan
injeksi oxcytocin 10 iu IM ke-2. Infus NaCl 20 tts/menit dipasang untuk mengantisipasi jika
kemungkinan terjadi retensio plasenta dan perdarahan.
Bidan memeriksa tanda pelepasan plasenta secara kustner.bidan merasakan bahwa plasenta
sudah lepas dan terjadi pelepasan secara Duncan. Bidan melahirkan plasenta dan segera setelah
plasenta dan selaputnya lahir dengan lengkap pada pukul 14.15 WIB bidan langsung melakukan
massage pada uterus untuk mencegah atonia uteri,uterus berkontraksi dengan baik. Bidan yelly
melakukan pemantauan pada ibu sampai dengan pukul 16.15 dengan hasil TD 120/80 mmHg, suhu
37℃, pernafasan 20x/menit dan nadi 80x/menit. Kontraksi uterus baik,jumlah perdarahan 150 cc,air
ketuban 500 cc dan TFU 1 jari dibawah pusat.
TERMINOLOGI
1. Kelahiran
Hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau fertilitas. Merupakan akhir dari
kehamilan dengan hasil seorang bayi.
2. Plasenta
Organ yang ada dalam kandungan yang terdapat selama masa kehamilan yang berfungsi
sebagai penghubung ibu dan janin.
3. Injeksi oxcytocin
Penyuntikan suatu hormon secara IM,dimana bertujuan untuk merangsang kontraksi dari
uterus.
4. Retensio plasenta
Suatu keadaan dimana plasenta belum lahir setelah setengah jam dari kelahiran bayi
5. Palpasi
Metode pemeriksaan menggunakan tangan dengan memegang,meraba ataupun menggerakkan
bagian tubuh klien.
6. Peregangan tali pusat terkendali
Merupakan salah satu manajemen aktif kala 3,dengan cara meregangkan tali pusat kearah
sumbu rahim dan menyesuaikan dengan jalan lahir yang dilakukan saat uterus berkontraksi.
Digunakan untuk memantau tanda pelepasan plasenta
7. Atonia uteri
Myometrium pada uterus tidak dapat berkontraksi dengan baik sehingga dapat menyebabkan
perdarahan yang tidak terkendali
8. IM
Teknik penyuntikan yang bertujuan memasukkan cairan ketubuh dengan menyuntikkan
kedalam otot.
9. Secara kustner
Salah satu cara untuk mengetahui tanda pelepasan plasenta dengan cara,tangan kanan
penolong meregangkan tali pusat sedangkan tangan kiri menekan daerah di atas simpisis,bila
tali pusat masuk kembali ke vagina itu menandakan plasenta belum lepas.
10. Duncan
Proses pelepasan plasenta yang dimulai dari pinggir disebabkan karena bagian tengah dari
plasenta yang lebih lekat,pelepasan secara duncan ditandai dengan merembesnya darah dari
vagina ,dimana volume darahnya tidak lebih dari 500cc.
11. Infus
Pemasukan cairan kedalam tubuh dengan melalui IV dengan laju konstan dam periode
tertentu.
12. Perdarahan
Keluarnya darah dari pembuluh darah akibat robeknya/cidera pada pembuluh darah.
13. Iu (internasional unit)
Dimana didasarkan pada jumlah substansi yang digunakan dan efek yang terjadi pada tubuh.
14. Massage
Proses pemijatan pada bagian tubuh tertentu untuk menimbulkan kenyamanan dan
memperlancar aliran darah.
STEP II
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Mengapa bidan yelly memberikan suntik oxcytocin pada klien, Dan mengapa diberikan
secara IM?
2. Mengapa bidan yelly melakukan palpasi janin kedua sebelum diberikan injeksi oxcytocin
pada klien?
3. Bagaimana cara bidan melakukan peregangan tali pusat terkendali?
4. Mengapa peregangan tali pusat terkendali dilakukan pada saat uterus tidak berkontraksi?
5. Mengapa bidan melakukan peregangan tali pusat terkendali dan apa tujuannya?
6. Mengapa bidan memberikan injeksi oxcytocin kedua dan apa manfaatnya?
7. Apa yang menyebabkan plasenta belum lahir setelah 10 menit kelahiran bayi?
8. Apa tujuan pemasangan infus NaCl 20 tts/menit dan apa penyebab retensio plasenta?
9. Mengapa jika terjadi retensio plasenta memungkinkan terjadinya perdarahan?
10. Mengapa bidan lebih memilih metode kustner untuk mengetahui tanda pelepasan plasenta
dan bagaimana cara melakukannya?
11. Bagaimana cara lain untuk menilai tanda pelepasan plasenta?
12. Bagaimana cara bidan megetahui bahwa plasenta sudah lepas dan bagaimana pelepasan
plasenta yang terjadi secara duncan?
13. Mengapa pelepasan plasenta secara duncan dapat terjadi?
14. Apa yang menyebabkan terjadinya atonia uteri?
15. Bagaimana cara bidan mengeluarkan plasenta dan memastikan bahwa plasenta dan
selaputnya sudah lahir lengkap?
16. Bagaimana cara bidan melakukan massage pada uterus dan apa tujuannya?
17. Bagaimana cara bidan memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik?
18. Mengapa bidan yelly melakukan pemantauan dan kapan pemantauan dilakukan?
19. Mengapa bidan juga menilai jumlah perdarahan dari ibu,air ketuban dan TFU?
20. Bagaimana cara bidan mengukur jumlah perdarahan dan air ketuban?
STEP III
ANALISA MASALAH
1. Mengapa bidan yelly memberikan suntik oxcytocin pada klien, Dan mengapa diberikan
secara IM?
Pemberian oxytocin bertujuan untuk merangsang terjadinya kontraksi. Kontraksi
yang adekuat akan menekan pembuluh darah yang terbuka sehingga darah yang
dilahirkan dapat diperkecil.pemberian oxytocin juga dapat mempersingkat waktu
pelahiran plasenta.
Pemberian oxytocin dilakukan secara IM bertujuan agar lebih cepat diserab sehingga
dapat merangsang kontraksi myometrium uterus.
2. Mengapa bidan yelly melakukan palpasi janin kedua sebelum diberikan injeksi oxcytocin
pada klien?
Palpasi bertujuan untuk memastikan tidak adanya janin kedua pada uterus sebelum
dilakukan injeksi oxytocin. Karena oxytocin akan merangsang dari kotraki uterus, jika
didalam uterus masih terdapat janin kedua maka akan berisiko terjadinya kekurangan
suplai oksigen karena pada janin pengaruh kontraksi yang terjadi.
3. Bagaimana cara bidan melakukan peregangan tali pusat terkendali?
Peregangan tali pusat merupakan manajemen aktif kala 3 yang bertujuan
mempersingkat waktu pelahiran plasenta dan memperkecil volume darah yang keluar.
Peregangan
4. Mengapa peregangan tali pusat terkendali dilakukan pada saat uterus tidak berkontraksi?
Karna pada saat uterus berkontraksi terjadi vasodilatasi pembuluh darah,jadi
memperkecil volume darah yang keluar. Pada saat kontraksi kita juga dapat memastikan
apakah plasenta benar-benar sudah lepas dari uterus. Jika plasenta sudah lepas, maka
setelah kontraksi hilang tali pusat tidak kembali masuk kedalam vagina.
5. Mengapa bidan melakukan peregangan tali pusat terkendali dan apa tujuannya?
Untuk memastikan apakah tali pusat sudah lepas atau belum
Untuk mempercepat proses pelahiran plasenta
PTT hanya dilakukan 30-40 detik
6. Mengapa bidan memberikan injeksi oxcytocin kedua dan apa manfaatnya?
Karna setelah 10 menit pemberian oxytocin pertama plasenta belum lahir sehingga
perlu pemberian oxytocin kedua untuk mencegah kemungkinan terjadinya atonia uteri.
7. Apa yang menyebabkan plasenta belum lahir setelah 10 menit kelahiran bayi?
His yang kurang adekuat. Bisa terjadi pada kehamilan multigravida (kehamilan 3-
4x) karena rahim mengalami peregangan sehingga mengurangi kemampuan
kontraksi.
Tidak adanya usaha untuk melahirkan plasenta oleh penolong persalinan atau
kesalahan pada manajemen aktif kala 3.
Implantasi plasenta yang terlalu dalam atau sampai pada otot uterus.
Pada ibu usia muda atau diatas 35 tahun.
8. Apa tujuan pemasangan infus NaCl 20 tts/menit dan apa penyebab retensio plasenta?
Untuk mengantisipasi terjadinya retensio plasenta dan perdarahan
Menjaga KU ibu jika sewaktu-waktu ibu mengalami perdarahan.
Menjaga keseimbangan elektrolit pada ibu
9. Mengapa jika terjadi retensio plasenta memungkinkan terjadinya perdarahan?
Karena jika terjadi retensio plasenta maka mengindikasikan his yang lemah pada
uterus. Sehingga keadaan his yang lemah dan uterus yang lembek tidak dapat menekan
pembuluh darah yang terbuka sehingga memungkinkan terjadinya perdarahan tidak
terkendali.
10. Mengapa bidan lebih memilih metode kustner untuk mengetahui tanda pelepasan plasenta
dan bagaimana cara melakukannya?
Karena dengan metode ini memudahkan bidan memastikan apakah plasenta sudah
lepas atau belum. Metode kustner dilakukan dengan cara:
Bidan berdiri di kanan klien
Tangan kanan bidan melakukan peregangan tali pusat terkendali
Tangan kiri bidan sedikit menekan daerah atas simfisis.
Dilakukan saat kontarksi
Jika setelah kontraksi tali pusat tidak masuk kembali kedalam vagina bearti
menandakan bahwa plasenta sudah lepas.
11. Bagaimana cara lain untuk menilai tanda pelepasan plasenta?
Prasat starssman, dengan cara tangan kanan bidan meregangkan tali pusat,
sedangkan tangan kiri mengetuk-ngetuk bagian fundus ibu, jika tali pusat ikut
bergetar bearti plasenta belum lepas.
Prasat klien, ini dilakukan saat klien berkontraksi, jika tali pusat memanjang saat
klien kontraksi dan tidak kembali masuk setelah kontraksi berakhir maka plasenta
sudah terlepas.
12. Bagaimana cara bidan megetahui bahwa plasenta sudah lepas dan bagaimana pelepasan
plasenta yang terjadi secara duncan?
Dilakukan dengan metode prasat. Plasenta yang sudah lepas juga memiliki tanda,
sebagai berikut:
Adanya pancaran darah dari vagina.normalnya merembes tidak menyembur.
Pemanjangan tali pusat yang terlihat pada introitus vagina
Perubahan bentuk uterus menjadi bentuk globular atau membulat seperti buah pir.
Perubahan posisi uetrus, uterus akan lebih tinggi karena bagian terbesar plasenta
pada bagian bawah uterus mendesak uterus kebagian atas.
13. Mengapa pelepasan plasenta secara duncan dapat terjadi?
Pelepasan plasenta secara duncan akibat pelepasan terjadi dari bagian lateral
plasenta.ini terjadi akibat penetrasi pada bagian tengah plasenta lebih kuat karena lebih
banyak pembuluh darah yang melakukan penetrasi pada bagian tengah. Hal ini dapat
terjadi akibat banyaknya nutrisi dan pasokan oksigen pada bagian tengah plasenta.
14. Apa yang menyebabkan terjadinya atonia uteri?
Kala 1 dan kala 2 yang panjang,sehingga otot-otot uterus ibu mengalami
kelelahan untuk kontaksi.
Anak yang besar
Pembesaran uterusparitas tinggi
Penurunan kemampuan his akibat anastesi
Pada ibu hamil muda atau pada ibu dengann usia diatas 35 tahun
Malnutri
Kesalahan penanganan dalam kelahiran plasenta.
15. Bagaimana cara bidan mengeluarkan plasenta dan memastikan bahwa plasenta dan
selaputnya sudah lahir lengkap?
Dengan mengetahui tanda-tanda pelepasan plasenta
Peregangan tali pusat terkendali
Apabila plasenta sudah terlihat pada bagian vulva,gunakan kedua tangan dalam
pengeluaran plasenta.
Keluarkan plasenta dengan cara memutar sehingga selaput plasenta lahir secara
keseluruhan
Satukan selaput plasenta jika pinggir-pinggir dari selaput plasenta menyatu
sempurna berati plasenta sudah lahir secara keseluruhan
Periksa kotiledon menggunakan kasa,jika tidak terdapat bagian yang cekung
bearti plasenta sudah lahir sempurna.
16. Bagaimana cara bidan melakukan massage pada uterus dan apa tujuannya?
Massage dilakukan dengan gerakan memutar/sirkuler pada fundus ibu. Bertujuan
sebagai rangsanngan taktil pada uterus agar tetap berkontraksi sehingga tidak terjadi
atonia uteri yang dapat meyebabkan perdarahan tidak terkendali.
17. Bagaimana cara bidan memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik?
Dengan melakukan palpasi pada abdomen ibu.jika kontraksi kuat maka saat
terjadinya kontraksi tangan bidan tidak dapat menekan masuk bagian abdomen ibu.
18. Mengapa bidan yelly melakukan pemantauan dan kapan pemantauan dilakukan?
Untuk memastikan ibu tidak mengalami perdarahan postpartum yang berisiko pada
kematian ibu setelah melahirkan. Pemantauan juga dapat mengetahui komplikasi yang
terjadi pada ibu postpastum ,seperti syok.
19. Mengapa bidan juga menilai jumlah perdarahan dari ibu dan air ketuban ?
Penilaian jumlah darah yang keluar saat kala 3 bertujuan untuk mengetahui apakah
ibu mengalami perdarahan yang fisiologis atau terjadi perdarahan yanng tak terkendali
pada ibu.normal perdarahan yang terjadi tidak lebih dari 500cc.
Pemeriksaan air ketuban berfungsi menilai kesejahteraan janin selama masa kehamilan.
Dimana jika terjadi oligohidramnion merupakan indikasi janin mengalami gangguan pada
ginjal. Sedangkan polihidramnion dapat mengindikasikan klien mengalami cacat tabung
saraf.
20. Bagaimana cara bidan mengukur jumlah perdarahan dan air ketuban?
Dengan melihat diameter darah maupun air ketuban pada underpad yang digunakan
dalam menangani kala 3 persalinan.
STEP IV
SKEMA
Prasat
Manajemen Pemberian PTT
Bayi lahir Kala III kustner
aktif kala III oksitosin
Cara pelepasan:
Atonia Massage
//
Perubahan Keluar Tali pusat lama Duncan,
uteri uterus
bentuk uterus darah memanjang schultze
Retensio
plasenta
Plasenta lahir
Perdarahan
Pemantauan post partum
kala IV
STEP V
LEARNING OBJECTIVE
Pembahasan :
1. pengkajian data
pada kala IV bidan harus melakukan pengkajian yang lengkap dan jeli,terutama
mengkaji data yang berhubungan dengan kemungkinan menjadi penyebab
perdarahan,karena pada kala IV ini lah kematian klien yang paling banyak
terjadi.penyebab kematian terbanyak setelah persalinan adalah perdarahan dan ini
terjadi pada kala IV.
a. Data subjektif
1. Pasien mengatakan bahwan ari-arinya sudah lahir
2. Pasien mengatakan bahwa perutnya terasa mulas
3. Pasien mengatakan merasa lelah namun bahagia
b. Data objektif
1. plasenta telah lahir pada tanggal ... jam...
2. TFU beberapa jari diatas pusat
3. Kontraksi uterus baik/tidak
2. interpretasi data
Diagnosis nomenklatur:
Seorang P1A0 dalam persalinan kala IV
Masalah yang dapat muncul pada kala IV:
1. Pasien kecewa karena jenis kelamin bayi tidak sesuai dengan keinginannya
2. Pasien tidak kooperatif dengan proses IMD
3. Pasien cemas dengan keadaanya.
3. menentukan diagnosa potensial
Bidan menentukan diagnosa potensial berdasarkan data yang telah diperoleh
melalui pengkajian pada kala III serta perjalanan persalinan pasien dari awal. Ada
beberapa riwayat dan data fisik pasien yang mendukung untuk menegakkan
diagnosis potensial. Diagnosa potensial yang mungkin ditemukan pada kala IV:
a. Hipotoni sampai atonia uteri
b. Perdarahan karna robekan serviks
c. Syok hipovolemik
4. menentukan tindakan segera
Berdasarkan diagnosis potensial yang ditegakkan,bidan melakukan tindakan
antisipasi untuk menyelamatkan jiwa pasien. Tapi perlu diingat tindakan segera
yang dilakukan bidan tetap harus dalam batas kewenangan bidan dan standar
pelayanan bidan.
Langkah antisipasi yang dapat dilakukan bidan adalah:
a. Eksplorasi sisa plasenta
b. Kompresi bimanual eksterna dan interna
c. Pemberian infus dan uterotonika
5. perencanaan
Pada kala IV bidan merencanakan tindakan sesuai dengan tahapan persalinan
normal.
1. Lakukan pemantauan intensif pasien
2. Lakukan penjahitan luka perineum
3. Pantau jumlah perdarahan
4. Penuhi kebutuhan pasien
6. pelaksanaan
berdasarkan pelaksanaan yang telah dibuat,berikut merupakan asuhan yang akan
dilaksanakan:
1. melakukan pemantauan kala IV
Luka/robekan jalan lahir,kemudian dilanjutkan dengan penjahitan luka
Tanda-tanda vital pasien: tekanan darah,nadi, suhu dan respirasi
Kontraksi uterus
Lokia
Kandung kemih
2. melakukan penjahitan luka perineum
3. memantau jumlah perdarahan
jumlah darah yang pasti tidak akan teratur,jadi bidan melakukan perkiraan darah
yang keluar serta melihat kondisi umum pasien dan tanda vital untuk melihat jika
ada indikasi pasien mengalami syok atau perdarahan.
4. memenuhi kebutuhan kala IV
hidrasi dan nutrisi
hygiene dan kenyamanan pasien
bimbing dan dukung ibu untuk BAK
informasi dan bimbingan sejelas-jelasnya mengenai apa yang terjadi pada
tubuhnya dan apa yang harus ia lakukan untuk mengembalikan kondisinya
kehadiran bidan untuk membimbing selama 2 jam pasca persalinan dan
kehadiran keluarga dan orang-orang terdekat ibu
dukungan untuk menjalin hubungan awal dengan bayinya,terutama saat
pemberian awal ASI .
7. evaluasi
hasil akhir dari asuhan kala IV adalah ibu dan bayi dalam keadaan baik, yang
ditunjukkan dengan stabilitas kondisi fisik dan psikologis pasien.kriteria dari
keberhasilan asuhan kala IV adalah:
1. tanda-tanda vital klien normal
2. perkiraan jumlah berdarahan total selama proses persalinan tidak lebih dari 500 cc
3. kontraksi uterus baik
4. IMD berhasil
5. Pasien dapat beradaptasi dengan peran barunya
3. Manajemen aktif kala III
Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus
yang lebih efektif,sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan
mengurangi kehilangan darah.
Keuntungan dari penerapan manajemen aktif kala III:
1. Persalinan pada kala III akan berlangsung lebih cepat
2. Mengurangi jumlah kehilangan darah
3. Mengurangi kejadian retensio plasenta
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik dilakukan
massase pada fundus uteri.
Penatalaksanaan atonia uteri :
Evaluasi keberhasilan :
i. Melakukan tekanan fundus dengan satu tangan pada saat uterus berkontraksi
ii. Meminta ibu mengejan untuk membatu pengeluaran plasenta tanpa
memeriksa terlebih dahulu apakah uterus berkontraksi dengan baik atau tidak
iii. Menarik tali pusat sebelum plasenta terlepas
iv. Menarik plasenta selama pengangkatan manual sebelum plasenta benar-
benar terlepas.
5. Pemantauan kala IV
Segera setelah plasenta lahir :
i. Lakukan rangsangan taktil (massase uterus) untuk merangsang uterus
berkontraksi dengan baik dan kuat
ii. Evaluasi tinggi fundus uteri dengan meletakkan jari secara melintang dengan
pusat sebagai patokan. Umumnya fundus uteri setinggi atau beberapa jari
dibawah pusat.
iii. Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan
iv. Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan
v. Evaluasi keadaan umum ibu
vi. Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala IV dibagian belakang
patograf
Tindakan persiapan
1. Buat keputusan dengan tenang dan hati-hati dalam memilih tempat pelahiran.jika
wanita memiliki dua atau lebih faktor predisposisi maka ibu harus dibawa
kerumah sakit.
2. Ingatkan dokter konsulen untuk mewaspadai kemungkinan perdarahan
postpartum.
3. Ingatkan staf keperawatan untuk mengantisipasi perdarahan. Dan pastikan mereka
sudah mengambil dan menyiapkan obat-obat yang diperlukan dalam penanganan
perdarahan postpartum
4. Pastikan infus intravena dimulai dengan jarum 16 gauge dan rute vagina ini paten
pada saat persalinan, gunakan dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat
5. Periksa golongan darah ibu dan pastikan sudah disediakan persiapan transfusi
darah untuk ibu jika ibu mengalami komplikasi.
6. Pastikan kandung kemih waanita kosong, karna kandung kemih yang penuh akan
menganggu kontraksi dan menyebabkan perdarahan.
Langkah penatalaksanaan :
Perdarahan harus minimal terjadi jika uterus berkontraksi dengan baik setelah
pelahiran plasenta. Tetapi sebaliknya jika ada aliran yang menetap (seperti aliran
kecil) atau pancaran kecil darah dari vagina, bidan harus mengambil langkah berikut :
1. Periksa kontraksi uterus merupakan hal yang utama. Karena 80 dari 90 kasus
perdarahan uterus terjadi akibat atonia uteri atau kontraksi yang tidak adekuat.
2. Jika uterus atonia, maka lakukan massase pada fundus untuk merangsang
kontraksi dari uterus, sehingga pembuluh darah yang mengalami perdarahan pada
plasenta akan berligasi
3. Jika uterus gagal berkontraksi segera setelah dilakukan massase uterus, maka
Lakukan kompresi bimanual sebagai tambahan stimulasi kontraksi,yang
meligasi pembuluh darah pada sisi plasenta. Kompresi bimanual akan
memberi tekanan kontinui bagi vena uterus dan segmen bawah uterus,
yang merupakan tempat lain perdarahan
Secara stimultan programkan pemberian obat oksitosin (jika obat belum
diberikan) atau oksitosin tambahan.
Pastikan IV paten, atau minta perawat memulai dengan jarum 16 gauge
dan dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat yang ditambahkan 10 unit
pitocin per 500 ml larutan. Jika wanita terpasang IV paten, minta perawat
menambahkan larutan pitocin kedalam IV dalam proporsi seperti yang
telah ditulis.
4. Jika perdarahan wanita masih tidak terkendali :
Minta staf perawat melakukan panggilan STAT ke dokter konsulen
Lanjutkan kompresi bimanual
Dapatkan contoh darah dan lakukan uji silang, jika belum diambil lalu
kirimkan ke bank darah
Minta staf perawat memantau tekanan darah wanita dan nadi untuk tanda-
tanda syok.
5. Periksa plasenta untuk memastikan jika ada fragmen plasenta atau kotiledon yang
tertinggal dan untuk menetapkan apakah eksplorasi uterus perlu dilakukan
6. Jika fragmen plasenta atau kotiledon ada yang hilang maka lakukan eksplorasi
uterus. Uterus harus benar-benar kosong agar dapat berkontraksi dengan efektif
7. Jika uterus kosong dan berkontraksi dengan baik, namun perdarahan tetap terjadi,
maka periksa apakah ada laserasi pada jalan lahir, seperti pada vagina, serviks dan
perineum. Jika ada, ikat sumber perdarahan dan jahit laserasi untuk menghentikan
perdarahan.
8. Jika wanita mengalami syok (penurunan tekanan darah, peningkatan denyut nadi,
pernafasan cepat dan dangkal, kulitdingin dan lembab) tempatkan wanita pada
posisi syok trendelenburg, selimuti ia dengan selimut hangat, beri oksigen dan
programkan darah keruangan.
9. Pada kasus ekstrem dan sangat jarang, ketika perdarah bertambah kuat sementara
dokter belum datang dan nyawa ibu berada dalam bahaya. Kompresi aortik dapat
dilakukan pada wanita yang relatif kurus. Tindakan ini melibatkan kompresi aorta
per abdomen terhadap tulang belakang.
Pada sebagian besar stimulasi ketika bidan mengangani perawatan wanita dan
perdarahan pascapartum primer terjadi, stimulasi tersebut dengan mudah dikendalikan
dengan kombinasi kompresi bimanual dan pemberian oksitosin. Biasanya langkah-
langkah penanganan dilakukan begitu cepat untuk menghindari perdarahan
berlebihan. Kadang bidan perlu melakukan eksplorasi intrauterus.
DAFTAR PUSTAKA