Metodologi Penelitian

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 24

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN AKDR DENGAN KADAR

HEMOGLOBIN PADA PESERTA KB


DI DESA KP BARU KECAMATAN PARIAMAN TENGAH KOTA
PARIAMAN

NAMA : NESA EKA PUTRI EFFENDI


NIM : 09104103032

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN

DOSEN PEMBIMBING :
H. AMRIL M.Kes

AKADEMI KEBIDANAN BINA NUSANTARA MANDIRI PARIAMAN


2011/2012
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Jumlah penduduk yang terus meningkat dan rendahnya konsentrasi
hemoglobin merupakan masalah besar badi negara – negara didunia
khususnya di nedara berkembang.penurunan konsentrasi hemoglobin di bawah
11,0 g/dl dialami lebih dari 600 juta manusia didunia. Perkiraan secara global
mencapai 51 persen. Perempuan usia reproduksi dan tidak hamil sebanyak 35
persen. Dinedara berkembang penurunan kadar hemoglobin mencapai 36
persen atau 1400 juta orang eari perkiraan populasi 3800 juta orang.
Upaya yang dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk yaitu
dengan keluarga berencana yang dimaksud untuk menjaga kedehatan
reproduksi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.kebijakan tersebut
tertuang dalam upaya safe motherhood yang dinyatakan sebagai empat pilar
pertama safe motherhood yang memastikan bahwa setiap orang atau pasangan
mempunyai akses informasi dan pelayanan keluarda berencana adar dapat
merencanakan waktu yang tepat untuk kehamilan dan jumlah anak. Dengan
demikian diharapkan tidak ada kehamilan yand tidak diinginkan
Pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim didunia mencaoai 19 persen.
Pasandan usia subur dinedara maju mengandalkan kontrasepsi orak. Komdom,
sawar vagina dan keluarda berencana alami sedangkan dinegara berkembang
lebih mengandalkan sterilisasi vagina atau AKDR. WHO,2007. hasil susenas
2002 menunjukan peserta KB aktif diindonesia mencapai 35 persen,
sedangkam AKDR 10,93 persen. Pada tahun 2011 ini pasangan usia subur
berjumlah 455 orang didesa kp. Baru kecamatan pariaman tengah dan aksptor
AKDR didesa kp. Baru mencapai 91 orang.
Tidak ada satupun alat kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua klien
karena masing – masind mempunyai kelemahan dan kelebihan yang harus
disesuaikan setiap klien. AKDR adalah kontrasepsi efektif jangka panjang
yang dianjurkan sebagai pilihan utama pada fase menjarangkan kelahiran
namun mempunyai efek samping yang lebih banyak dibandingkan dengan
kontrasepsi yang lain.salah satu komplikasi AKDRadalah perdarahan hebat
pada saat menstruasi atau diantaranya yang memungkinkan
terjadinyapenurunan kadar hemoglobin sampai dengan anemia. Dalam
prosedur tetap layanan keluarga berencana di indonesia untuk akseptor AKDR
tidak ada pemeriksaam hemoglobindan tidak ada suplementasi tablet besi saat
menstruasi.
Akseptor AKDR mengalami penurunankadar HB sampai dibawah normal
atau anemia maka perempuan tersebut akan mengalami anemia pula pada
kehamilan berikutnya pada kehamilan berikutnya yang akan berpengaruh
buruk pada kesehatan reproduksinya dan meningkatkan prevalensi kematian
dan kesakitan ibu serta bagi bayi dapat meningkatkan resiko kesakitan dan
kematian bayi termasuk BBLR.
Lama penggunaan AKDR dapat meningkatkan resiko kesehatan yang
disebabkan olek karena kehilangan darah yang banyak pada saat menstruasi.
AKDR dapat meningkatkan pengeluaran darah pada saat menstruasi.
Perempuan pemakai AKDR kehilangan darah lebih dari 80 ml per bulan
sedangkan perempuan bukan pemakai AKDRhanya mengeluarkan darah 32
ml pada setiap siklus menstruasi pada 28 hari. Lama penggunaan akdr dan
banyaknya darah yang keluar berperan terjadi penurunan kadar hemoglobin
dalam tubuh atau mengalami anemia defiensi besi. Dampak penurunan kadar
hemoglobin dalam tubuh menyebabkan gangguan pada otak sehingga
menurunkan daya ingat seseorang, dandduan pada otot yang menyebabkan
cepat lelah dan letih sehingga produtifitas atau kinerja seseorang akan
menurun serta lama penyembuhan penyakit menjadi lebih lama. Dampak lain
yang dapat terjadi akibat penurunan kadar hemoglobin dibawah normal adalah
gangguan pada jantung dengan gejala – gejala dada berdebar dan sesak nafas
serta gangguan pada organ uterus yang dapat menyebabkan bahaya
pendarahan dan infeksi serta hypoksia pada janin dan meningkatkan resiko
kesakitan dan kematian ibu maupun anak pada saat persalinan.
Dari hasil wawancara terhadap 15 responden didapatkan hasil 3 orang
dengan kadar hemoglobin 12,0 g/dl, sedangkan 12 orang mempunyai kadar
hemoglobin kurang dari 12,0gr/dl dan salah satu diantaranya mempunyai
kadar hemoglobin 7 g/dl sehingga disarankan untuk melakukan transfusi
darah.
Hal inilah yang menarik perhatian penulis untuk mengangkat
permasalahan ini dalam penelitian. Berdasarkan penelusuran yang telah
penulis lakukan, sejauh ini belum ada penelitian tentasng lama penggunaan
akdr dan kadar hemoglobin pada akseptor KB sehingga penulis ingin
mengetahui lebih jauh lagi hubungan lama penggunaan AJDR dengan kadar
hemoglobin pada peserta KB di Desa Kp baru Kecamatan Pariaman Tengah
Kota Pariaman.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian galam latar belakang masalah diatas ,maka rumusan
masalah penelitian ini adalah “ Apakah ada hubungan lama penggunaan
AKDR dengan kadar hemoglobin pada akseptor KB didesa Kp. Baru
Kecamatan Pariaman Tengah.

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan lama penggunaa AKDR dwngan kadar hemoglobin
pada peserta KB di Desa kp. Baru Kecamatan Pariaman Tengah tahun 2011

2. Tujuan khusus
a. Mengetahui lama penggunaan AKDR pada peserta KB di Desa kp. baru
Kecamatan Pariaman Tengah.
b. Mengetahui kadar hemoglobin pada peserta KB AKDR di Desa kp.
baru Kecamatan Pariaman Tengah.
c. Mengetahui hubungan lama penggunaan AKDR dan kadar hemoglobin
pada peserta KB di Desa kp. baru Kecamatan Pariaman Tengah.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi masyarakat terutama pengguna AKDR
Memberikan Informasi dibidang kesehatan terutama lama penggunaan
AKDR pada peserta KB dengan kadar hemoglobin.
2. Bagi Akademi Kebidanan Bina Nusantara Mandiri Pariaman
Menambahkan kepustakaan ilmu kesehatan masyarakat khususnya tentang
keluarga berencana.
3. Bagi Ilmu Pengetahuan
Memberrikan informasi ilmiah dibidang kesehatan khususnya tentang
kadar hemoglobin pada peserta KB AKDR
4. Bagi Peneliti
Mengatahui gamabaran lama penggunaan AKDR dan kada hemoglobin
pada peserta KB.
BAB II
TINJAUAN PUSAKA
A. Haemoglobin

1. Pengertian Haemoglobin
Haemoglobin adalah protein berpigmen merah yang terdapat dalam sel
darah merah. Fungsi haemoglobin adalah meningkatkan dan membawa
oksigen dari paru-paru untuk diedarkan dan dibagikan keseluruh sel di
berbagai jaringan.
Haemoglobin adalah pramater yang digunakan secara luas untuk
menetapkan prevelasi anemia. Haemoglobin merupakan senyawa pembawa
oksigen pada sel darah merah. Haemoglobin dapat diukur secara kimia dan
jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan serbagai indeks kapasitas
pembawa oksigen pada darah. Kandungan haemoglobin yang rendah
mengidentifikasikan anemia

2. Batasan Kadar Haemoglobin Dalam Tubuh


Kadar haemoglobin pada wanita dewasa dapat digolongkan berdasrkan
4 tingkat yaitu norman jika kadar Hb ≥12,0g/dl anemia ringan jika kadar
Hb 10,0-11,9gr/dl anaemia sedang jika kadar Hb ≥8,0-9,9gr/dl dan anemia
berat jika kadar Hb < dari 8,0g/dr

3. Penyebab Turunnya Kadar Haemoglobin


Kadar haemoglobin yang turun sampai batas normal disebut anemia
Factor penyebabnya
a. Perdarahan
Perdarahan kecil atau mikro yang terjadi dalam jangka waktu lama
dapat menimbulkan turunnya kadar haemoglobin. Perdarahan mikro
dan kronis biasanya tidak atau kurang disadari karena perdarahan
tersebut tidak kelihatan apabila tidak dilakukan pemeriksaaan klinis
atau laboratorium dan keluhan sebyektif kurang dirasakan. Penyebab
perdarahan ini adalah antara lain disebabkan oleh : infestasi cacing,
pemakaian kontrasepsi dalam Rahim yang lama, kekurangan vitamin.
b. Cacat pada sel darah merah
Sel darah merah mempunyai komponen penyusun yang banyak
sekali. Tiap-tiap komponen apabila mengalami cacat akan
menimbulkan masalah bagi sel darah merah sehingga tidak berfungsi
sebagaimana mestinya dan dengan cepat mengalami penuaan dan
segera dihancurkan
c. Kekurangan zat besi
Penyebab langsung dari turunnya kadar haemoglobin adalah
ketidak cukupan asupan Fe dan infeksi penyakit seperti cacing
tambang. Seorang yang asupan zat besinya cukup tapi jika sering
terinfeksi cacing tambang dapat menderita anemia. Demikian juga jika
seseorang yang asupan zat besi rendah maka daya tahan tubuhnya
berkurang sehingga mudah terserang penyakit dan pada akhirnya akan
mengalami penurunan kadar Hb. Penyebab tidak langsung adalah
rendahnya kandungan Fe dan tingginya zat penghambat absobsi yang
Fe serta senitasi lingkungan dan pelayanan kesehatan yang kurang
memadai. Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan dan bersumber
kepada akar permasalahan yaitu rendahnya pemberdayaan masyarakat,
kurang memiliki pengetahuan tentang anemia defisientif besi dan
makanan yang mengandung Fe reatif tinggi. Rendahnya pemberdayaan
masyarakat ini disebabkan kondisi politik, sosial, ekonomi yang
kurang mampu memanfaatkan sumberdaya yang ada. Penyebab tidak
langsung lain yang berhubungan dengan ketidak cukupan Fe adalah
status pekerjaan. Berat ringannya pekerjaan akan mempengaruhi
kondisi tubuh dan berpengaruh terhadap status kesehatan. Perempuan
yang bekerja cenderung kurang istirahat, tidak seimbang dalam
mengkomsumsi makanan sehingga resiko terjadinya kekurangan zat
besi lebih besar dibandingkan ibu yang tidak bekerja.
4. Dampak Turunnya kadar haemoglobin
a. Ganguan pada otak
Jariangan otak mutlak memerlukan oksigen agar berfungsi secara
sebagaimana mestinya. Keadaan haemoglobin yang turun sampai
dengan batas normal menyebabkan jumlah oksigen berkurang sehingga
tidak dapat memenuhi keperluan jaringan. Kinerja otak akan berkurang
sesuai dengan jumlah oksigen yang diperolehnya. Dampak turunya
haemoglobin akibat suplai oksigen yang kurang terhadap otak adalah
prestasi intelektual, seperti kemampuan belajar serta turunnya daya ingat
baik pada anak maupun dewasa membawa akibat yang sangat besar
terhadap kondisi hidup, bahkan masa depan seseorang.
b. Gangguan pada otot
Otot memerlukan sejumlah besar energi jika bekontraksi untuk
memindahkan atau menggerakkan tubuh. Kadar haemoglobin dalam
tubuh yang mengalami penurunan sampai dibawah normal
menyebabkan kelelahan terjadi dengan cepat dan masa pemulihan lebih
lama. Gejala subyektif yang sering muncul adalah cepat lelah dan sering
merasa letih. Kenerja jasmani seseorang akan menurun dalam keadaan
ini sehingga mengganggu kegiatan sehari-hari dalam melaksanakan
pekerjaan.
c. Gangguan pada jantung
Jantung memerlukan energi dalam tubuh besar untuk memompokan
darah keseluruh tubuh. Jantung mempunyai waktu yang sangat singkat
untuk istirahat dan pemulihan. Turunnya kadar haemoglobin
menyebabkan oksigen yang rusak dan jantung akan meningkatkan
frekuensinya. Peningkatan frekuensi denyut jantung tersebut didorong
oleh keharusan mamasukkan oksigen ke berbagai jaringan tubuh.
Apabila kadar haemoglobin turun sangat banyak pada anemia sedang
sampai berat dapat menimbulkan gejala-gejala jantung berdebar-debar
meskipun dalam keadaan istirahat karena jantung berdenyut lebih
banyak. Banyaknya darah yang mengalir ke paru-paru dalam satuan
waktu karena meningkatnya frekuensi denyut jantung juga menimbulkan
rasa sesak nafas.
d. Gangguan pada organ uterus
Organ uterus atau Rahim memerlukan kontraksi yang kuat pada saat
persalinan, menghentikan perdarahan akibat lepasnya plasenta dari
perlekatannya depermukaan dalam Rahim (endometrium) yang luas
selama kehamilan dan sesudah persalinan untuk mengecilkan (involusi)
uterus. Kadar haemoglobin pada ibu hamil yang kurang dari 11,0g/dl
akan membuat kontraksi otot Rahim lemah ketikapersalinan berlangsung
(atonia uteri), menyebabkan masa persalinan memanjang (partus lama)
dengan bahaya perdarahan atau infeksi serta hypoksia pada janin

5. Tanda-Tanda Kdar Haemoglobin Tidak Normal


a. Kepucatan pda lidah dan bibir dalam dan konjungtiva
Haemoglobin dalam darah merah membirikan warna merah pada lidah
dan bibir serta konjungtiva. Kepucatan pada konjungtiva, lidah dan bibir
bagian dalam akan terjadi apabila kandungan haemoglobin terlalu
sedikit dalam tubuh kepucatan merupakan tanda anemia ringan atau
akut.
b. Keletihan
Orang yang kadar haemoglobinnya turun dibawah normal (anemia) akan
merasa tidak sehat, merasa letih, lesu, sakit kepala dan kehilangan nafsu
makan. Rasa letih terlebih dahulu muncul pada orang yang mengalami
kekurangan zat besi dengan kadar Hb rendah
c. Sesak Nafas
Orang yang kadar haemoglobinnya tidak normal akan merasa sesak
nafas dan jantungnya berdebar-debar terlalau keras. Ini menandakan
bahwa jantung bekerja terlalu keras untuk memompa darah pada seluruh
tubuh untuk mendapat oksigen keseluruh sel.
6. metode Pemeriksaan Haemoglobin
a. Metode Pemeriksaan Sahli
Metode pemeriksaan Sahli merupakan pemeriksaan kadar haemoglobin
yang menggunakan teknik kimia dengan membandingkan senyawa akhir
secara visual terhadap standar gelas warna. Haemoglobin dihidrolisis
dengan HCL menjadi globin forraheme. Forraheme oleh oksigen yang
ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme yang segera beraksi dengan
ion CL membentuk ferrihemeclorid yang disebut hematin atau hemin
yang berwarna coklat. Warna ini dibandingkan dengan warna standar
dan dilihat dengan mata telanjang. Guna memudahkan perbandingan,
warna standar dibuat konstan yang dirubah adalah warna hemin yang
terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat pengenceran sedemikian rupa
sehingga warnanya sama dengan warna standar. Metode Sahli
merupakan cara sederhana. Didaerah yang belum mempunyai peralatan
canggih Sahli masih memadai dan jika pemeriksaaan terlatih hasilnya
dapat diandalkan.
Prosedur pemeriksaan dengan metode Sahli
1) Reagensia
a) HCL
b) Aquadest
2) Alat/Sarana
a) Pipet Haemoglobin
b) Alat Sahli
c) Pipet Pastur
d) Pengaduk
3) Prosedur kerja
a) Masukkan HCL 0,1 N ke dalam tabung sahli sampai angka 2
b) Bersihkan ujung jari yang akan diambil darahnya dengan larutan
desinfektan (alkohol 70% betadin) kemudian tusuk dengan lenset.
c) Isap dengan pipet haemoglobin sampai melewati batas, bersihkan
ujung pipet kemudian teteskan darah sampai ketanda batas dengan
cara menggeserkan ujung pipet ke kertas saring atau tissue.
d) Masukkan pipet yang berisi darah kedalam tabung haemoglobin
sampai ujung pipet menempel pada dasar tabung kemudain tiup
pelan-pelan. Usahakan tidak timbul gelembung udara. Bilas sisa
darah dengan menempelkan pada dinding pipet dengan cara
menghisap HCL dan meniupnya lagi sebanyak 3-4 kali.
e) Campur sampai rata dan diamkan selama kurang lebih 10 menit
f) Masukkan ke dalam alat pembanding, encerkan dengan aquades
teteskan tetes demi tetes sampai warna larutan hemogen. Bila
sudah sama, baca kadar haemoglobin pada skala tabung.
B. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
1. Pengertian AKDR
AKDR adalah suatu alat untuk mencegah kehamilan yang efektif,
aman revesibel bagi wanita tertentu yang tidak pernah terjangkit penyakit
menular seksual dan sudah pernah melahirkan. AKDR terbuat dari plastic
atau logam kecil yang dimasukkan dalam uterus melalui kanalis servikalis
(WHO, 2007)
Suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan dalam Rahim terbuat dari
bahan polyethylene dilengkapi dengan benang nilon sehingga mudah
dikeluarkan dari dalam Rahim dan merupakan radiopaque atau dapat
dilihat dengan sinar X. dalam alat kontrasepsi dalam Rahim dikemas
bersama pipa insersi dalam keadaan steril (BKKBN, 2005)
2. Jenis-jenis AKDR (Saifudin dkk, 2006)
Jenis-jenis alat kontrasepsi dalam Rahim di Indonesia adalah :
a. AKDR Pelepas Hormon (Medicated IUD)
AKDR levonogestrel merupakan AKDR pelepas hormon (Releasing
Intra Uterine System). AKDR ini melepaskan 20 ug levonogestrel
setiap harinya. Desain AKDR ini menyerupai AKDR Nova-T dengan
tabung inserter yang lebih besar untuk mengindari rusaknya
progrestogen, pada batangnya terdapat tabung silastik yang
melepaskan hormon secara konstan dan harus diganti setiap tahun
karena depot progestin menurun. Banyaknya studi telah melaporkan
bahwa AKDR ini memiliki efektivitas yang tinggi. Secara statisitik
tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara afektivitas AKDR
levonogestrel dengan AKDR Cu-T 380 pada pemakaian 10 tahun.
Levonogetrel yang dilepaskan AKDR ini memiliki efek lokal pada
endometrium sehingga memiliki efek yang progresif terhadap jumlah
dan lamnya haid tetapi pada saat ini akseptor KB jenis ini masih jarang
digunakan karana harganya relative mahal.
b. AKDR Tembaga (Cooper Bearing IUD)
Jenis alat kontrasepsi dalam Rahim ini adalah :
1. Copper T (Cu T)
Copper T dibuat dari bahan polyethylene yang dililit dengan kawat
tembaga berdiameter 0,25mm dan dua cincin tembaga berta
310mg, luas permukaan kawat 380 mm2 untuk copper T 380,
220mm2 pada copper T 220 C dam 200 mm2 untuk copper T 200.
Dimensi dari T adalah panjang vertical 36 mm dan panjang
horizontal 32 mm. “T” dilengkapi dengan benang nilon sehingga
mudah untuk dikeluarkan dari rahim, dan merupakan radiopaque
atau dapat dilihat dengan sinar X. alat kontrasepsi copper T sampai
saat ini masih banyak digunakan terutama jenis Nova T dengan
waktu pemakaian 5 tahun dan AKDR Cu-T 380 dengan waktu
pemakaian 10 tahun. Alat kontrasepsi dalam Rahim Cu-T 380
adalah salah satu jenis kontrasepsi yang masih disediakan oleh
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Indonesia secara gratis
(BKKBN,2005)
2. Multi Load
Multi Load merupakan alat kontrasepsi dalam Rahim dan terbuat
dari bahan plastic (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan
berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke
ujung bawah 3,6 cm. batangnya diberi gulungan kawat tembaga
dengan luas permukaan 250mm2 atau 357mm2 untuk menambah
afektivitas. Ada 3 ukuran Multi Load, yaitu standar, small, (kecil)
dan mini. Alat kontrasepsi saat ini sudah sangat jarang digunakan.
c. AKDR Polos (Insert IUD)
Alat kontrasepsi dalam Rahim yang tidak mengandung tembaga adalah
lippes loop. AKDR ini terbuat dari bahan polythelene bentuknya
seperti spiral atau huruf S bersambung. Guna memudahkan control,
dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang
berada menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran
25MM (benang biru), Tipe B berukuran 25,5mm 9(benang hitam),
Tipe C berukuran 30mm (benang kuning) dan 30mm (tenal, benang
putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai angka pemakaian spiral
jenis ini ialah bila terjadi prforasi jarang menyebabkan luka atau
penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik. Alat kontrasepsi
ini sudah jarang diberikan untuk akseptor baru, namun masih banyak
dipakai oleh akseptor lama atau akseptor sebelum tahun 2000.
3. Cara Kerja AKDR
Alat Kontrasepsi dalam Rahim bekerja dengan cara :
a. AKDR Polos
1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
2) Mempengaruhi ferilitas sebelum ovum mencapai cavum uteri
3) AKDR dalam uterus memicu reaksi radang steril yang
menyebabkan cedera jaringan derajat rendah yang bersifat
spermicidal sehingga mencegah sperma masuk kedalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk
fertilisasi
4) Memungkinkan untuk mencegah inplementasi dalam uterus
5) Mengganggu perjalanan sperma dan ovum
6) AKDR tanpa pelepas hormone tidak mempengaruhi ovulasi dan
bukan penyebab terjadinya aborsi
b. AKDR Pelepasan Hormon
1) Mempengaruhi endometrium secara biokimiawi dan merfologi,
menyebabkan perubahan mecus servik serat sekresi kelenjar
2) Memiliki dua mekanisme kerja yaitu inhibisi inplansi dan inhibisi
kapasitas serta pertahanan hidup sperma
3) Mengurangi jumlah perdarahan haid (40-50%) dan nyeri saat
menstruasi
4. Keuntungan AKDR
a. Sebagai kontrasepsi efektifitasnya tinggi yaitu 0,6-0,8 kehamilan / 100
perempuan dalam 1 tahun per tama (1 kegagalan dalam 125-170
kehamilan)
b. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
c. Metode jangka panjang 10 tahun potensi dari Cu T biasa, 4-5 tahun
untuk jenis Nova T dan tidak perlu diganti sedangkan untuk jenis
Lipes Loop pemakaian dapat seumur hidup
d. Sangat efektif karna tidak perlu di ingat-ingat
e. Tidak mempengaruhi hubungan seksual
f. Meningaktakan keamanan seksual karena tidak perlu takut hamil
g. Tidak mempengaruhi kulitas produksi ASI
h. Dapat segera dipasang setelah melahirkan atau sesudah obortus
i. Dapat digunakan sampai monopouse
5. Kerugian AKDR
a. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan alan
berkurang setelah 3 bulan)
b. Perdarahan (spotting) antar Menstruasi dan saat Menstruasi lebih sakit
c. Haid lebih lama dan banyak
d. Perforasi dinding uterus
e. Tidak mencegah infeksi seksual termasuk HIV/AIDS
f. AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui
g. Perdarahan berat pada waktu Menstruasi atau diantaranya yang
menyebabkan turunnya kadar haemoglobin (anaemia)
Menurut WHO, (2007) efek samping yang umum terjadi pada akseptor
AKDR adalah :
a. Meningkatkan Volume Darah Per Siklus
Pemakaian AKDR dapat meningkatkan resiko kesehatan yang
disebabkan oleh karena kehilangan darah yang banyak pada saat
menstruasi. Rata-rata seorang perumpuan mengeluarkan 32ml setiap
siklus menstruasi 28 hari pada perempuan yang tidak memakai
kontrasepsi menjadi 52-72ml pada pemakai lipes loop 24 bulan setelah
pemasangan. Diduga 10% perempuan kehilangan darah lebih dari
80ml perbulan. Banyaknya darah yang keluar berperan terjadinya
penurunan kadar haemoglobin dalam tubuh.
IUD atau Spiral dapat meningkatkan pengeluaran darah 2kali saat
menstruasi. Darah yang banyak keluar selama menstruasi akan
menyebabkan terjadinya penurunan kadar haemaglobin atau
mengalami anemia defisensi besi. Peningaktan darah persiklus
menstruasi disebabkan karenan AKDR bersinggungan dengan
endometrium sehingga menimbulkan inflamasi dan lekosit yang
mempoengaruhi pengeluaran histamine, akvitor plasminogen
meningkat, mikrovascularisasi, timbul erosi suoervisal dan
permeabilitas vasculair meningkat serta sintesis prostaglandin pada
endometrium atau timbulnya radikal bebas yang berpengaruh terhadap
perlukaan endometrium.
b. Penyakit Radang Panggul (PRP)
Insiden PRP terjadi khususnya pada empat bulan pertama setelah
pemasangan AKDR.
c. Meningkatkan Resiko Kehamilan Ektopik
Pemakai AKDR lebih besar kemungkinan mengalami kehamilan
ektopik dibanding pamakai kontrasepsi lain. AKDR yang mengandung
tembaga memiliki resiko kehamilan ektopik paling rendah sedangkan
AKDR progesterone memiliki resiko tertonggo yaitu 0,3 per 100
wanita per tahun pemakai cooper T dibandingklan dnegan 5,0 untuk
AKDR penghasil Progesteron.
C. Akseptor KB
1. Pengertian Akseptor
Akseptor keluarga berencana (family planning participant) adalah
pasangan usia subur (PUS) yang salah seorang dari padanya menggunakan
salah satu cara/alat kontrasepsi untuk tujuan pencegahan kehamilan baik
melalui program maupun non program (Kartoyo, 2004)
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) akseptor
adalaah orang yang menerima serta mengikuti dan melaksanakan program
keluar berencana.
2. Jenis Akseptor (kartoyo, 2004)
a. Akseptor Baru
Pasangan usia subur yang baru pertama kali menggunakan salah satu
cara/alat kontrasepsi setelah berakhir masa kehamilan
b. Akseptor Lama
Pemasang usia subur yang melakukan kunjungan ulang termasuk
pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi kemudian
pindah/ganti kecara/alat yang lain mereka pindah klinik baik dengan
menggunakan cara yang sama maupun cara/alat yang berbeda
c. Peserta KB Aktif (Curent User-CU)
Pasangan usia subur yang pada saat ini masih menggunakan salah satu
cara/alat kontrasepsi sedangkan ever user adalah pasangan usia subur
yang pernah menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi baik
sekarang masih menggunakan salah satu cara ataupun tidak
menggunakan lagi
d. Akseptor Aktif Kembali
Pasangan usia subur yang telah berhenti menggunakan selama tiga
bulan atau lebih yang tidak diselingi oleh satu kehamilan dan kembali
menggunakan alat kontrasepsi baik dengan cara yang sama maupun
berganti cara setelah berhenti atau istirahat paling kurang tiga bulan
berturut-turut dan bukan karena hamil.
D. Landasan Teori
Lamanya penggunaan AKDR dapt meningkatkan resiko kesehatan yang
disebabkan oleh karena kehilangan darah yang banyak pada saat mentruasi.
AKDR bersinggungan dengan endometrium sehingga menimbulkan inflamasi
dan lekosit yang mempengaruhi pengeluaran histamine, aktivitor plasminogen
meningkat, miktovascularisasi, timbul erosi pervisial dan permeabilitas
vasculair meningkat serta sintesi prostaglandin pada endometrium atau
timbulnya radikal bebas yang berpengaruh terhadap perlukaan endometrium
sehingga pemakaian AKDR atau spiral dapat meningkatkan pengeluaran darah
2 kali saat menstruasi. Rata-rata seorang perempuan mengeluarkan 32ml
setiap siklus mentruasi 28 hari pada perempuan yang tidak memakai kontra
sepsi menjadi 80ml per bulan pada pemakai AKDR.
Kadar hemoglobin dalam tubuh dapat mengalami penurunan sampai batas
normal (anemia) disebabkan perdarahan, cacat atau kelainan pada sel darah
merah. Sedangkan penyebab tidak langsung dapat timbul akibat status gizi
yang buruk yang berhubungan dengna tingkat pendidikan maupun
pengetahuan dari ibu yang kurang, status ibu bekerja cendrung kurang
istirahat dan tidak seimbang mengkomsumsi makanan, asupan Fe yang rendah
maupun tidak adanya suplementasi serta kondisi lain seperti penyakit malaria
dan cacing tambang. Dampak penurunan kadar hemoglobin dalam tubuh
menyebabkan gangguan otak sehingga menurunkan daya ingat seseorang,
gangguan otot yang menyebabkan cepat lelah dan letih sehingga produktifitas
atau kinerja seseoarang akan menurun serta lama penyembuhan penyakit
menjadi lebih lanma. Dampak lain yang dapat terjadi akibat penurunan kadar
hemoglobin dibawah normal adalah gangguan pada jantung dengan gejala-
gejala dada berdebar dan sesak nafas serta gangguan organ uterus yang dapat
menyebabkan bahaya perdarahan, infeksi hypoksia pada janin sehingga
meningkatkan resiko kesakitan dan kematian ibu mauopun anak pada saat
persalinan.
Hubungan antara lama penggunaan AKDR dengan kadar hemoglobin pada
peserta keluarga berencana dikaitkan dengna efek samping AKDR yaitu
perdarahan menstruasi yang lebih lama dan banyak, perdarahan (spotting)
antar menstruasi sehingga saat menstruasi lebih sakit. Perdarahan kecil atau
mikro yang terjadi dalam waktu lama pada penggunaan AKDR dapat
menimbulkan turunnya kadar hemoglobin. Perdarahan perdarahan tersebut
tidak atau kurang disadari karena tidak kelihatan apabila tidak dilakukan
pemeriksaan klinis atau laboratorium subyektif kurang dirasakan.
E. KERANGKA TEORI

Status sosial ekonomi


Asupan Fe yang
1. Pekerjaan rendah dan tidak ada
2. Usia suplementasi

Pendarahan oleh karena

Lama Pemakaian AKDR

Gangguan pada:

Kadar hemoglobin 1. Otak


2. Jantung
Penyakit infeksi. Cacing, 3. Otot
malaria 4. Organ Uterus

F. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Lama penggunaan AKDR Kadar hemoglobin

G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah hubungan lama penggunaan AKDR
dengan kadar hemoglobin pada peserta KB di Desa Kp. Baru Kec. Pariaman
Tengah Kota Pariaman
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode penelitian
studi survey analitik yaitu meneliti hal yang sudah ada tanpa pelakuan sengaja
untuk membandingkan atau menimbulkan suatu gejala atau keadaan
(Notoatmodjo, 2005). Rancangan penelitian adalah korelasional yang
bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan diantara variabel variabel
yang diteliti, dan jika da hubungan maka akan diketahui eratnya hubungan
serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut (Arikunto, 2006). Metode
pendekatan dengan menggunakan cross-sectional yaitu metode pengambilan
data yang dilakukan dalam waktu bersamaan. Tujuan metode ini agar
diperoleh data yang lengkap dalam waktu yang relatif singkat

B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Kp. Baru. Kecamatan. Pariaman
Tengah Kota Pariaman

C. Populasi Dan Sampel


1. Populasi
Populasi Adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi pada
penelitian ini adalah ibu ibu yang menjadi peserta KB AKDR di Desa Kp.
Baru sampai Bulan November 2011 yang berjumlah akseptor
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Subjek penelitian adalah sebagian populasi yang diambil
dengan teknik purposive sampling. Sampel penelitian ini adalah sebagian
peserta KB AKDR di Desa Kp. Baru Kecamatan Pariaman Tengah Kota
Pariaman sampai Bulan November 2011 yang memmenuhi kriteria inklusi
dan ekslusi
a. Kriteria inklusi
1) Ibu ibu yang menjadi peserta KB AKDR selama minimal 3 bulan
dari pemasangan AKDR terakhir
2) Peserta KB AKDR masih produktif pada saat penelitian
b. Kriteria ekslusif
1) Ibu-ibu termasuk kriteria inklusi tetapi menolak berpartisipasi
dalam penelitian
2) Peserta KB AKDR yang menderita hemoglobin < 12gr/dl.
Seluruh populasi awal yang berjumlah 91 akseptor setelah melalui
proses hanya 71 okseptor yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi,
dengan demikian populasi yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah
71 akseptor penentuan besaran sampel yang digunakan sebagai sumber
data didasarkan atas kesalahan lima persen dan tingkat kepercayaan 95
persen terhadap populasi.
𝑁
𝑛 = 𝑁𝑑²+1
71
𝑛= (71𝑥0,0025)+1
71
𝑛= 0,1775+1
71
𝑛= 1.775

𝑛 = 60,29 (60)
Sampel penelitian ini diambil dengan teknik random sampling
yang artinya pengambilan sampel secara acak dan menggunakan cara
undian dengan pengembalian sehingga semua anggota populasi
berpeluang menjadi anggota sampel.

D. Defenisi Operasional
a. Lama penggunaan AKDR adalah lamanya waktu ibu menggunakan alat
kontrasepsi jenis AKDR terhitung sejak tanggal pemasanagan AKDR
yang terakir sampai hari ketika penelitian dilakukan. Lama penggunaan
AKDR diketahui melalui wawancara terhadap responden dan melihat
catatan pada kartu akseptor
Lama penggunaan dikategorikan pemakaian jangka pendek jika pemakaian
AKDR sampai dengan 4 tahun dan pemakaian jangka panjang jika
pemakai AKDR lebi dari 4 tahun. Skala data dominal
b. Kadar hemoglobin adalah kadar Hb ibu pengguna AKDR ketika dilakukan
penelitian nilai kadar hemoglobin dikategorikan anaemia jika kadar
hemoglobin < 12,0gr%

E. Teknik dan Alat Penelitian


1. Teknik Penelitian
Sebelum peneliti mengambil data primer terlebih dulu mengambil data
sekunder berupa jumlah populasi penelitian yaitu semua peserta KB
AKDR Desa Kp. Baru Kecamatan Pariaman Tengah berjumlah 91
akseptor, data primer sebagai data utama diperoleh dengan memberikan
blangko yang berisi pertanyaan yang disusun sesuai tujuan penelitian
2. Langkah-Langkah Pengumpulan Data
a. Menentukan subjek penelitian
Subjek penelitian adalah semua peserta KB AKDR di Desa Kp. Baru
Kecamatan Pariaman Tengah Kota Pariaman sampai Bulan November
2011. Subjek diberi surat persetujuan atau informed consent untuk
ditandatangani sebagai bukti bahwa ibu bersedia menjadi responden
dalam penelitian ini.
b. Mengumpulkan data lama pengguna AKDR setelah menanda tangani
surat persetujuan peneliti memberi blangko kepada responden, setelah
diisi balngko diminta kembali untuk diteliti. Cara lain yang digunakan
untuk mengetahui lama penggunaan AKDR dengna mencari
dokumentasi mengenai catatan tanggal pemasangan AKDR pada kartu
akseptor KB yang dimiliki responden.
DAFTAR PUSTAKA

Syaifudin, 2006, Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, edisi kedua,


Yayasan Bina Pustaka, Jakarta
Notoatmodjo, S., 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi,
Rineca Cipta, Jakarta
Arikunto,S., 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi
Revisi III, Reneka Cipta, Jakarta
Yulaeva E., 2002, Gambaran Karakteristik Ibu Hamil dan Beberapa Faktor
Yang Berubangan Dengan Anemia, Jakarta
Handayani, H., 2006, Hubungan Lama Perdarahan haid dengna kadar Hb
Pada Akseptor IUD, Pil, dan Non Akseptor di Kota
Surakarta, Tesis, Pascasarjana, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai