Anda di halaman 1dari 275

TUGAS AKHIR

DESAIN ULANG PENINGKATAN RUAS JALAN


BABAT – BTS. JOMBANG STA 12+000 – 15+000
KABUPATEN LAMONGAN PROVINSI JAWA
TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN PERKERASAN
KAKUAKU

NURUL IMANI
NRP.3114.030.050

MAHARDITYA RIZAL ANAMISA


NRP. 3114.030.163

Dosen Pembimbing
IR. RACHMAD BASUKI, MS
NIP. 19630310 1989031 004

PROGRAM INFRASTRUKTUR SIPIL


Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2017

i
FINAL PROJECT

REDESIGN OVER LAY BABAT – BORDER.


JOMBANG REGENCY STREET USING RIGID
PAVEMENT AT STA 12+000 – 15+000 IN
LAMONGAN DISTRICT OF EAST JAVA PROVINCE

NURUL IMANI
NRP.3114.030.050

MAHARDITYA RIZAL ANAMISA


NRP. 3114.030.163

Final Project Supervisor


IR. RACHMAD BASUKI, MS
NIP. 19630310 1989031 004

CIVIL INFRASTRUCTURE
Faculty of Vokasi
Sepuluh Nopember Institute of Technologi
Surabaya 2017

ii
DESAIN ULANG PENINGKATAN RUAS JALAN BABAT –
BTS. JOMBANG STA 12+000 – 15+000 KABUPATEN
LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN
MENGGUNAKAN PERKERASAN KAKUAKU

PROYEK AKHIR TERAPAN


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Diploma Teknik
pada
Program Studi Infrastruktur Sipil
Bangunan Transportasi
Fakultas Vokasi

Disusun Oleh :

MAHASISWA I MAHASISWA II

NURUL IMANI MAHARDITYA RIZAL A


3114.030.050 3114.030.163

Disetujui oleh Pembimbing Tugas Akhir :

IR. RACHMAD BASUKI, MS


NIP. 19641114 198903 1 001

SURABAYA, JULI 201

iii
DESAIN ULANG PENINGKATAN RUAS JALAN
BABAT – BTS. JOMBANG STA 12+000 – 15+000
KABUPATEN LAMONGAN PROVINSI JAWA
TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN PERKERASAN
KAKUAKU
Nama Mahasiswa 1 : Nurul Imani
NRP Mahasiswa 1 : 3114030050
Nama Mahasiswa 2 : Maharditya Rizal Anamisa
NRP Mahasiswa 2 : 3114030163
Program Studi : Diploma Teknik Sipil-FTSP-ITS
Bidang Studi : Bangunan Transportas
Dosen Pembimbing : Ir. Rachmad Basuki, MS
NIP : 19641114 198903 1 001
ABSTRAK
Transportasi adalah salah satu bagian dari kebutuhan dan
kepentingan keseluruhan manusia yang disebabkan oleh adanya
suatu sistem pergerakan atau perpindahan objek, baik berupa
manusia ataupun barang dari satu tempat asal ke tempat tujuan
yang dikehendaki. Oleh karena itu, diperlukan suatu perencanaan
peningkatan jalan, di mana jalan itu sendiri merupakan prasarana
perhubungan darat yang mempunyai peranan penting untuk
memperlancar kegiatan ekonomi di suatu daerah. Salah satu
upaya untuk mewujudkan hal tersebut yaitu dengan melaksanakan
pembangunan peningkatan jalan di daerah Babat-Jombang Jawa
Timur yang dikarenakan arus lalu lintas yang melewati semakin
hari semakin bertambah padat.

iv
Perencanaan Jalan Babat – Bts. Jombang ini direncanakan
dengan perkerasan kaku Metode yang digunakan pada
perencanaan jalan ini meliputi analisa kapasitas jalan
menggunakan MKJI tahun 1997 , perhitungan perencanaan tebal
perkerasan kaku menggunakan petunjuk Perencanaan Tebal
Perkerasan Kaku Jalan (Pd T-14-2003), perhitungan perencanaan
tebal perkerasan lentur menggunakan, control geometric
menggunakan perencanaan geometric jalan tahun 2004,
perencanaan drainase dengan menggunakan Metode SNI-03-
3424-1994, penggambaran geometrik jalan (Long Section dan
Cross Section) pada segmen jalan yang direncanakan,
perencanaan anggaran biaya menggunakan buku petunjuk teknis
Harga Satuan Pokok (HSPK) 2015 dan perencanaan stabilitas
lereng dengan metode peninjauan H kritis dari Dinas PU
Dari hasil perhitungan analisa kapasitas pada kondisi eksisting
2/2 D dengan lebar jalan 3,5 m per lajur diperoleh DS > 7,5 pada
UR 20 tahun , sehingga perlu diadakannya pelebaran jalan . Dari
hasil analisa kontrol geometrik yang dilakukan, antara hasil yang
diperoleh dengan data yang sudah ada mempunyai kesamaan
(mendekati). Perencanaan Jalan Babat – Bts. Jombang
menggunakan perkerasan kaku (Beton K-400) dengan tebal slab
beton yaitu 28 cm diatas perkerasan lentur dan 31 cm dibagian
pelebaran jalan. pondasi bawah berupa campuran beton kurus,
yaitu lean concrete sebagai lantai kerja. Sambungan yang
digunakan adalah Sambungan Beton Bersambung Tanpa Tulangan
(BBTT) dengan ruji. Sambungan memanjang berupa tie bar, di
mana pada tie bar tersebut menggunakan diameter 16 mm, jarak
750 mm, sedangkan pada sambungan melintang (dowel)
menggunakan diameter 25mm, jarak 305mm.
Perencanaan saluran tepi drainase menggunakan U-ditch atau
beton Pracetak .Rencana anggaran biaya untuk perencanaan Jalan
Jalan Babat – Bts. Jombang STA 12+000 – 15+000 adalah sebesar
Rp33.114.000.000,-

v
DESAIN ULANG PENINGKATAN RUAS JALAN
BABAT – BTS. JOMBANG STA 12+000 – 15+000
KABUPATEN LAMONGAN PROVINSI JAWA
TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN PERKERASAN
KAKUAKU
Nama Mahasiswa 1 : Nurul Imani
NRP Mahasiswa 1 : 3114030050
Nama Mahasiswa 2 : Maharditya Rizal Anamisa
NRP Mahasiswa 2 : 3114030163
Program Studi : Diploma Teknik Sipil-FTSP-ITS
Bidang Studi : Bangunan Transportas
Dosen Pembimbing : Ir. Rachmad Basuki, MS
NIP : 19641114 198903 1 001
ABSTRACT
Transport is a part of the overall needs and interests of humans
caused by the existence of a system of movement or displacement
of an object, whether it be human or goods from one point of origin
to the desired destination. Therefore, we need a planning of the
road, where the road itself is a land communications with an
important role to facilitate economic activities in an area. One of
the efforts to achieve this is by implementing the Redesign over lay
babat – border. Jombang regency due to the flow of traffic through
congested growing each day.
Planning Eastern over lay babat – border. Jombang regency is
planned with rigid pavement The method used in this way include
the planning of road capacity analysis using MKJI 1997, the

vi
calculation of rigid pavement thickness design using the
instructions Planning Rigid Pavement Thickness Road (Pd T-14-
2003), geometric control using geometric planning of roads in
2004, the planning of drainage using SNI-03-3424-1994 method,
geometric depiction street (Long Section and Cross Section) on the
road segment is planned, Budget Plan using HSPK Surabya 2015,
and implementation methods using PU technical manual of East
Java.
From the calculation of road capacity analysis on the condition of
the existing main road 2/2 UD with a road width of 3.5 m per lane
obtained DS ≥ 7.5 at UR 20 years. so it need a road widening .
From the analysis conducted geometric control, between the results
obtained with existing data have a common (approach). Redesign
over lay babat – border. Jombang regency at sta 12+000 – 15+000
street using rigid pavement (K-400) with a thick slab of concrete
that is 28 cm above the flexible pavement and 31 cm on the road
widening section. The subbase in the form of lean concrete mix, ie
lean concrete as the work floor. The connection used is the
connection Continued Without Concrete Reinforcement (BBTT)
with trellis. Longitudinal joint tie bar form, in which the tie bar
using a diameter of 16 mm, a distance of 750 mm, while the
transverse joint (dowel) using a 25 mm diameter, a distance 305
mm .
Planning drainage channel edge using a U-ditch or Precast
concrete. Budget for planning Redesign over lay babat – border.
Jombang regency at sta 12+000 – 15+000 is Rp33.114.000.000,-.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Kuasa, yang telah menganugerahkan rahmat dan hidayah–Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul
Desain ulang Peningkatan Ruas Jalan Babat - bts. Jombang sta
12+00 – 15+00 kabupaten Lamongan provinsi Jawa Timur dengan
menggunakan perkerasan kaku ini dengan baik dan lancar. Segala
hambatan dan rintangan yang telah kami alami dalam proses
penyusunan Tugas Akhir ini telah menjadi sebuah pelajaran dan
pengalaman berharga bagi kami untuk meningkatkan kinerja kami.
Terwujudnya tugas akhir ini tidak terlepas dari bimbingan,
serta bantuan drai semua pihak. Untuk itu, ucapan terima kasih
yang sebesar-besarmya patut kami berikan kepada :
1. Orangtua, yang selalu membantu, baik secara moral
maupun material.
2. Ir. Rachmad Basuki, MS selaku dosen pembimbing kami,
yang senantiasa membimbing dan mengarahkan kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas akhir ini
dengan lancar.
3. Teman-teman mahasiswa dan semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan tgas akhir ini.
Semoga tugas akhir ini dapat dan bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya.
Tetapi, tak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan kami.
Kami menyadari, bahwa dalam penulisan dan penyusunan tugas
akhir ini tidak terlepas dari kesalahan-kesalahan. Oleh sebab itu,
kami mengharapkan koreksi dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak.

Surabaya, 30 Juni 2017

Penulis

viii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................... viii


DAFTAR ISI ....................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................... xxii
DAFTAR GRAFIK ......................................................... xxvi
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................. 1
1.1 Umum ......................................................................... 1
1.2 Latar Belakang ............................................................ 1
1.3 Rumusan Masalah....................................................... 2
1.4 Batasan Masalah ......................................................... 3
1.5 Tujuan ......................................................................... 3
1.6 Manfaat ....................................................................... 4
1.7 Lokasi Proyek ............................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................... 7
2.1 Umum ......................................................................... 7
2.2 Analisa kapasitas ........................................................ 7
2.2.1 Kapasitas Dasar .................................................... 7
2.2.2 Faktor penyesuaian kapasitas akibat lebarjalur lalu
lintas (FCw) .................................................................. 8
2.2.3 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Pemisah
(FCsp) ........................................................................... 9

ix
2.2.4 Faktor Penyesuaian Akibat Hambatan Samping
(FCSF) ......................................................................... 10
2.2.5 Penentuan kapasitas pada kondisi lapangan ....... 12
2.2.6 Derajat kejenuhan ............................................... 12
2.3 Kontrol Geometrik ....................................................14
2.3.1 Kebutuhan Lajur ................................................. 14
2.3.2 Alinyemen Horizontal ........................................ 15
2.3.3 Alinyemen Vertikal ............................................ 24
2.3.4 Koordinasi alinyemen ......................................... 30
2.4 Perencanaan Perkerasan Kaku...................................32
2.4.1 Struktur dan jenis perkerasan beton semen ........ 32
2.4.2 Pelapisan Tambahan Perkerasan Beton Semen
diatas Perkerasan Lentur .............................................. 32
2.4.2 Tanah Dasar ........................................................ 33
2.4.3 Pondasi Bawah.................................................... 34
2.4.4 Beton Semen ....................................................... 35
2.4.5 Perencanaan tebal perkerasan ............................. 36
2.5 Perencanaan Drainase................................................39
2.5.1 Analisis Data Hidrologi ...................................... 40
2.5.2 Perencanaan Dimensi Saluran ............................ 48
2.5.3 Perencanaan Gorong – Gorong ........................... 49
2.6 Rencana Anggaran Biaya ..........................................51
2.6.1 Volume Pekerjaan ............................................... 51

x
2.6.2 Harga Satuan Pekerja ......................................... 51
BAB III METODOLOGI ................................................... 53
3.1 Pekerjaan Persiapan .................................................. 53
3.2 Pengumpulan Data .................................................... 53
3.3 Pengolahan data ........................................................ 54
3.3.1 Pengolahan Data Lalu Lintas ............................. 54
3.3.2 Pengolahan Data CBR Tanah Dasar .................. 54
3.3.3 Pengolahan Data Curah Hujan ........................... 54
3.4 Perencanaan Peningkatan Jalan ................................ 54
3.5 Perencanaan Struktur Perkerasan Kaku .................... 55
3.6 Kontrol Geometrik Jalan .......................................... 55
3.7 Perencanaan Drainase ............................................... 55
3.8 Perencanaan Stabilitas Lereng .................................. 55
3.9 Gambar Rencana....................................................... 56
3.10 Rencana Anggaran Biaya ....................................... 56
3.11 Kesimpulan Dan Saran ........................................... 56
3.12 FLOW CHART ...................................................... 56
BAB IV PENGUMPULAN DATA ................................... 59
4.1 Umum ....................................................................... 59
4.2 Pengumpulan data..................................................... 60
4.2.1 Peta Lokasi ......................................................... 60
4.2.2 Data geometrik Jalan raya .................................. 60
4.2.3 Data Lalu Lintas ................................................. 63

xi
4.2.4 Data CBR ............................................................ 65
4.2.5 Data Curah Hujan ............................................... 65
4.2.6 Gambar Kondisi Eksisting .................................. 67
4.3 Penyajian Data ...........................................................70
4.3.1 Data Lalu Lintas ................................................. 70
4.3.2 Data Curah hujan .............................................. 112
BAB V PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA ..........119
5.1Analisa Data Lalu Lintas ..........................................119
5.1.1 Analisa Kapasitas Jalan Kondisi Eksisting ....... 119
5.1.2 Kontrol dan Perencanaan Kapasitas Jalan ........ 128
5.2 Perencanaan Geometrik Jalan .................................137
5.2.1 Kontrol Alinyemen ........................................... 137
5.3 Perencanaan Perkerasan Rigid ................................151
5.3.1 Data Muatan Maksimum dan Pengelompokan
Kendaraan Niaga ....................................................... 151
5.3.2 Distribusi Beban Sumbu Kendaraan ................. 151
5.3.3 Data Perencanaan.............................................. 154
5.3.4 Perhitungan Sambungan .................................. 174
5.4 Perencanaan Drainase..............................................178
5.4.1 Perhitungan debit saluran STA 13+800 –
13+350 ....................................................................... 180
5.4.2 Perencanaan dimensi saluran tepi (drainase) pada
STA 13+350 – 13+050 .............................................. 184

xii
5.4.3 Perhitungan perencanaan dimensi saluran
menggunakan U-Ditch .............................................. 188
5.4.4 Penentuan elevasi atas/bibir saluran ................ 191
5.5.1 Kontrol Tembok Dinding Penahan .................. 198
5.5.2 Kontrol bangunan Dinding Penahan Tanah ..... 200
5.5.3 Teganngan Ijin Bahan Batu Kali ...................... 203
5.6 Perhitungan Rencana Anggaran Biaya ................... 206
5.6.1 Volume Pekerjaan ............................................ 206
5.6.2 Daftar Harga Satuan ......................................... 219
5.6.3Harga Satuan Pokok Pekerjaan ......................... 220
5.6.4 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya ............ 226
BAB VI METODE PELAKSANAAN ............................ 199
6.1 Metode Pelaksanaan Peningkatan Ruas Jalan Jombang
- Bts. Babat STA 12+000 – 15+000 dengan Menggunakan
Perkerasan Kaku ........................................................... 199
6.2 Urutan Pekerjaan Peningkatan Ruas Jalan Jombang -
Bts. Babat STA 12+000 – 15+000 dengan Menggunakan
Perkerasan Kaku ........................................................... 199
6.2.1Pekerjaan Persiapan .......................................... 199
6.2.2 Metode Pelaksaan Pekerjaan Drainase ............ 200
6.2.3 Metode Pelaksaan Pekerjaan Dinding penahan 202
6.2.4 Pekerjaan Perkerasan Kaku.............................. 204
6.2.5 Skema pengaturan lalu lintas ........................... 214
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ........................ 217

xiii
7.1 Kesimpulan ..............................................................217
7.2 Saran ........................................................................218
DAFTAR PUSTAKA .......................................................219

xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Kapasitas Dasar pada Jalan Luar Kota 2/2 UD ...................... 7
Tabel 2 .2 Pembagian Tipe Alinyemen ................................................... 8
Tabel 2 3 Faktor penyesuaian kapasitas akibat lebar jalur lalu lintas
(Fcw) ....................................................................................................... 9
Tabel 2 4 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Pemisah Arah ............ 10
Tabel 2. 5 Kelas Hambatan Samping .................................................... 10
Tabel 2. 6 Faktor Penyesuaian akibat Hambatan Samping (FCsf) ........ 11
Tabel 2. 7 Nilai emp untuk Tiap Jenis Kendaraan Berdasarkan Tipe
Alinyemen ............................................................................................. 14
Tabel 2. 8 Kebutuhan Lajur .................................................................. 15
Tabel 2. 9 Hubungan Kecepatan Rencana dangan Jari-jari minimum .. 17
Tabel 2. 10 Panjang lengkung peralihan ............................................... 18
Tabel 2. 11 Hubungan Kecepatan Rencana dengan Jari-jari minimum 19
Tabel 2. 12 Hubungan V rencana dengan Jarak Pandang Mendahului . 25
Tabel 2. 13 Hubungan V rencana dengan Jarak Pandang Henti ........... 26
Tabel 2. 14 Panjang Lengkung Vertikal................................................ 28
Tabel 2. 15 Koefisien Distribusi (C) ..................................................... 37
Tabel 2 16 Faktor Keamanan Beban ..................................................... 39
Tabel 2. 17 Kemiringan melintang perkerasan dan bahu jalan ............. 40
Tabel 2. 18 Kemirirngan saluran memanjang (is) berdasarkan jenis
material ................................................................................................. 40
Tabel 2. 19 Nilai (K) Sesuai Lama Pengamatan ................................... 41
Tabel 2. 20 Tabel Periode Ulang ........................................................... 43

xv
Tabel 2. 21 Nilai Yn .............................................................................. 43
Tabel 2. 22 Nilai Sn ............................................................................... 44

Tabel 4. 1 Karakteristik Jalan ................................................................ 63


Tabel 4. 2 Volume LHR Jombang - Babat ............................................ 64
Tabel 4. 3 Volume LHR Babat – Jombang ............................................ 64
Tabel 4. 4 Nilai CBR untuk ruas jalan Babat – Jombang STA 12+000 –
15+000 ................................................................................................... 65
Tabel 4. 5 Data Curah hujan .................................................................. 66
Tabel 4. 6 Pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan Sepeda Motor Babat –
Jombang ................................................................................................. 72
Tabel 4. 7 Pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan Sepeda Motor Jombang
– Babat ................................................................................................... 74
Tabel 4. 8 Pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan Mobil Pribadi Babat -
Jombang ................................................................................................. 76
Tabel 4. 9 Pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan Sepeda Motor Jombang
– Babat ................................................................................................... 78
Tabel 4. 10 Pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan MPU Babat - Jombang
............................................................................................................... 80
Tabel 4. 11 Pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan MPU Jombang - Babat
............................................................................................................... 82
Tabel 4. 12 Pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan MPU Babat – Jombang
............................................................................................................... 84
Tabel 4. 13 Pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan MPU Jombang - Babat
............................................................................................................... 86
Tabel 4. 14 Pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan Bus Kecil Babat -
Jombang ................................................................................................. 88

xvi
Tabel 4. 15 Pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan Bus Kecil Jombang -
Babat ..................................................................................................... 90
Tabel 4. 16 Pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan Bus Besar Babat -
Jombang ................................................................................................ 92
Tabel 4. 17 Pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan Bus Besar Jombang –
Babat ..................................................................................................... 94
Tabel 4. 18 Pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan Truk 2 As Sumbu
Kecil Babat - Jombang ......................................................................... 96
Tabel 4. 19 Pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan Truk 2 As Sumbu
Kecil Jombang - Babat ............................. Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 20 Pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan Truk 2 As Sumbu
Kecil Jombang - Babat ......................................................................... 98
Tabel 4. 21 Pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan Truk 3 Sumbu Babat -
Jombang .............................................................................................. 100
Tabel 4. 22 Pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan Truk 3 Sumbu
Jombang - Babat ................................................................................. 102
Tabel 4. 23 Pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan Truk Gandeng Babat -
Jombang .............................................................................................. 104
Tabel 4. 24 Pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan Truk Gandeng
Jombang – Babat ................................................................................. 106
Tabel 4. 25 Pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan Trailer Babat –
Jombang .............................................................................................. 108
Tabel 4. 26 Pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan Trailer Jombang -
Babat ................................................................................................... 110
Tabel 4. 27 Rekapitulasi Pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan .......... 112
Tabel 4. 28 Menentukan Standar Deviasi dari Data Curah Hujan ...... 113
Tabel 4. 29 Nilai Yn ............................................................................ 114

xvii
Tabel 4. 30 Nilai Yt .............................................................................115
Tabel 4. 31 Nilai Sn .............................................................................115

tabel 5. 1 Rekapitulasi Perhitungan ∆H ...............................................119


tabel 5. 2 Rekapitulasi Sudut (∆) Alinyemen Horizontal .....................120
tabel 5. 3 Tipe Alinyemen Berdasaran .................................................121
tabel 5. 4 Kapasitas Dasar pada Jalan Luar ..........................................121
tabel 5. 5 Faktor Penyesuaian Akibat Lebar Jalur Lalu .......................122
tabel 5. 6 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Pemisah ....................123
tabel 5. 7 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Hambatan .................124
tabel 5. 8 Perhitungan Derajat Kejenuhan (DS) Pada Kondisi Jalan
Eksisting 2/2 UD Babat-Jombang Tahun 2014....................................125
tabel 5. 9 Perhitungan Derajat Kejenuhan (DS) Pada Kondisi Jalan
Eksisting 2/2 UD Babat-Jombang Tahun 2015....................................126
tabel 5. 10 Rekapitulasi Perhitungan DS .............................................127
tabel 5. 11 Kapasitas Dasar pada Jalan Luar Kota ...............................128
tabel 5. 12 Faktor Penyesuaian Akibat Lebar Jalur Lalu .....................129
tabel 5. 13 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Pemisah ..................130
tabel 5. 14 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Hambatan ...............130
tabel 5. 15 Perhitungan Derajat Kejenuhan (DS) Pada Kondisi Jalan
Eksisting 2/2 D Babat-Jombang Tahun 2014 ......................................132
tabel 5. 16 Perhitungan Derajat Kejenuhan (DS) Pada Kondisi Jalan
Eksisting 2/2 D Jombang-Babat Tahun 2014 ......................................132
tabel 5. 17 Perhitungan Derajat Kejenuhan (DS) Pada Kondisi Jalan
Eksisting 2/2 D Babat-Jombang Tahun 2021 ......................................133

xviii
tabel 5. 18 Perhitungan Derajat Kejenuhan (DS) Pada Kondisi Jalan
Eksisting 2/2 D Jombang-Babat Tahun 2021 ...................................... 134
tabel 5. 19 Perhitungan Derajat Kejenuhan (DS) Pada Kondisi Jalan
Eksisting 4/2 D Babat-Jombang Tahun 2034 ...................................... 134
tabel 5. 20 Perhitungan Derajat Kejenuhan (DS) Pada Kondisi Jalan
Eksisting 4/2 D Jombang - BabatTahun 2034 ..................................... 135
tabel 5. 21 Rekapitulasi Perhitungan DS 2/2 D dan Setelah Pelebaran 4/2
D.......................................................................................................... 136
tabel 5. 22 Rekapitulasi Perhitungan Alinyemen Horiontal ................ 142
tabel 5. 23 Rekapitulasi Perhitungan Alinyemen Vertikal .................. 148
tabel 5. 24 Data Muatan MaksimumdanPengelompoka Kendaraan Niaga
............................................................................................................ 151
tabel 5. 25 Data CBR tanah dasar ....................................................... 154
tabel 5. 26 Jumlah Lajur Berdasarkan Lebar Perkerasan Dan Koefisien
Distribusi (C) Kendaraan Niaga Pada Lajur Rencana ......................... 156
tabel 5. 27 Faktor keamanan beban ..................................................... 157
tabel 5. 28 Perhitungan Jumlah sumbu berdasarkan jenis dan bebannya
............................................................................................................ 158
tabel 5. 29 Rekapitulasi Perhitungan JSKN ........................................ 160
tabel 5. 30 Perhitungan repetisi sumbu yang terjadi ........................... 161
tabel 5. 31 perhitungan analisa fatik dan erosi pada Peningkatan Jalan
............................................................................................................ 166
tabel 5. 32 perhitungan analisa fatik dan erosi pada Pelebaran Jalan .. 167
tabel 5. 33 Perhitungan Curah Hujan Daerah ...................................... 178
tabel 5. 34 Periode Ulang .................................................................... 179
tabel 5. 35 Rekapitulasi perhitungan Debit Saluran ............................ 195

xix
tabel 5. 36 Rekapitulasi perhitungan Dimensi Saluran ........................196
tabel 5. 37 Rekapitulasi Perhitungan Dimensi Saluran menggunakan U-
ditch .......................................................... Error! Bookmark not defined.
tabel 5. 38 Rekapitulasi Perhitungan Dimensi Saluran menggunakan U-
ditch .....................................................................................................197
tabel 5. 39 Nilai Faktor Daya Dukung Terzaghi ..................................204
tabel 5. 40 Rekapitulasi galian saluran drainase ..................................208
tabel 5. 41 Rekapitulasi Perhitungan Volume Urugan Tanah ..............210
tabel 5. 42 Rekapitulasi saluran precast yang terpasang ......................214
tabel 5. 43 Rekapitulasi harga dan jumlah perPcs ...............................215
tabel 5. 44 Harga Satuan Pekerja .........................................................219
tabel 5. 45 Harga Satuan Alat Berat.....................................................219
tabel 5. 46 Harga Satuan Bahan dan Material ......................................220
tabel 5. 47 hspk pekerjaan galian tanah dan alat berat .........................220
tabel 5. 48 HSPK timbunan tanah padat ..............................................221
tabel 5. 49 HSPK Pekerjaan Beton K-175 (Lean Cconcrete) ..............221
tabel 5. 50 HSPK Pekerjaan Pengurugan SIRTU ................................222
tabel 5. 51 HSPK Pekerjaan Beton K-400 (Perkerasan Beton)............222
tabel 5. 52 HSPK Pekerjaan Pembesian (Ulir) ....................................223
tabel 5. 53 HSPK Pekerjaan Bekisting ................................................223
tabel 5. 54 HSPK Pekerjaan Drainase U-Ditch....................................224
tabel 5. 55 HSPK Pekerjaan Pasangan Batu Kali ................................224
tabel 5. 56 HSPK Pekerjaan Median/Kerb ..........................................225
tabel 5. 57 HSPK Pekerjaan Minor ......................................................225

xx
tabel 5. 58 Rekapitulasi Perhitungan Rencana Anggaran Biaya ......... 226

tabel 6. 1 Nilai Uji Slump untuk Pekerjaan Beton .............................. 209


tabel 6. 2 NIlai Kuat Tekan Minimum Beton ...................................... 210
tabel 6. 3 kuat tekan untuk pembukaan lalu lintas .............................. 214

xxi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Lengkung Full Circle .......................................................... 19


Gambar 2. 2 Lengkung Spiral Circle Spiral........................................... 21
Gambar 2. 3 Lengkung Spiral-Spiral ..................................................... 23
Gambar 2. 4 Lengkung Vertikal Cembung dengan S < L...................... 28
Gambar 2. 5 Lengkung Vertikal Cembung dengan S ............................ 29
Gambar 2. 6 Lengkung Vertikal Cekung dengan S < L ......................... 29
Gambar 2. 7 Lengkung Vertikal Cekung dengan S > L ......................... 29
Gambar 2. 8 Koordinasi yang ideal antara alinemen horizontal dan
alinemen vertical yang berimpit ............................................................ 31
Gambar 2. 9 Koordinasi yang harus dihindarkan, dimana alinemen
vertical menghalangi pandangan pengemudi pada saat mulai memasuki
tikungan pertama ................................................................................... 31
Gambar 2. 10 Koordinasi yang harus dihindarkan, di mana pada bagian
yang lurus pandangan pengemudi terhalang oleh puncak alinemen
vertical sehingga pengemudi sulit memperkirakan arah alinemen di balik
puncak tersebut ...................................................................................... 31
Gambar 2. 11 Hubungan CBR dengan Modulus Reaksi Tanah Dasar .. 33
Gambar 2. 12 Grafik Menentukan Nilai CBR Tanah Dasar Rencana.... 34
Gambar 2. 13 Grafik Menentukan Tebal Perkerasan ............................. 35

gambar 4. 1 Kurva Basis ......................................................................116

xxii
gambar 5. 1 Sketsa Lengkung Vertikal Cembung STA ...................... 143
gambar 5. 2 Sketsa Lengkung Vertikal Cekung STA ......................... 146
gambar 5. 3 Analisa Fatik Dan Beban Repetisi Ijin Berdasarkan Rasio
Tegangan, Dengan/Tanpa Bahu Beton Pada Pelebaran Jalan ............. 168
gambar 5. 4 Analisa Fatik Dan Beban Repetisi Ijin Berdasarkan Rasio
Tegangan, Dengan/Tanpa Bahu Beton Pada Pelebaran Jalan ............. 169
gambar 5. 5 Analisa Fatik Dan Beban Repetisi Ijin Berdasarkan Rasio
Tegangan, Dengan/Tanpa Bahu Beton Pada Pelebaran Jalan ............. 170
gambar 5. 6 Analisa Erosi Dan Jumlah Repetisi Ijin Berdasarkan Faktor
Erosi, Dengan Bahu Beton Pada Pelebaran Jalan ............................... 171
gambar 5. 7 Analisa Erosi Dan Jumlah Repetisi Ijin Berdasarkan Faktor
Erosi, Dengan Bahu Beton Pada Pelebaran Jalan ............................... 172
gambar 5. 8 Analisa Erosi Dan Jumlah Repetisi Ijin Berdasarkan Faktor
Erosi, Dengan Bahu Beton Pada Pelebaran Jalan ............................... 173
gambar 5. 9 Sambungan Tie Bar ......................................................... 176
gambar 5. 10 Sambungan Dowel ........................................................ 177
gambar 5. 11 Detail Sambungan ......................................................... 177
gambar 5. 12 Spesifikasi dimensi U-ditch ......................................... 188
gambar 5. 13 Potongan Melintang Jalan ............................................. 191
gambar 5. 14 I saluran STA 14+750 – 12+000 ................................... 193
gambar 5. 15 Data dinding tembok penahan tanah ............................. 198
gambar 5. 16 Letak dinding penahan tanah terhadap jalan ................. 199
gambar 5. 17 Konfigurasi Inersia pada Tembok Penahan ................... 201
gambar 5. 18 Gambar galian pondasi dinding penahan tanah ............. 206
gambar 5. 19 gambar saluran drainase sta 13+350 – 13+800 ............. 207

xxiii
gambar 5. 20 Galian tanah untuk pelebaran jalan ................................208
gambar 5. 21 Lean Concrete ................................................................209
gambar 5. 22 Dimensi Pelebaran jalan pada STA 12+000 ..................209
gambar 5. 23 Dimensi Pelebaran jalan pada STA 12+050 ..................210
gambar 5. 24 Dimensi bahu jalan ........................................................213
gambar 5. 25 Dimensi Perkerasan Beton .............................................213
gambar 5. 26 spesifikasi dimensi saluran drainase/ U- ditch WIKA
BETON ................................................................................................214
gambar 5. 27 dinding penahan tanah ...................................................216
gambar 5. 28 Gambar spesifikasi dimensi kerb/median pra cetak
ASIACON CIPTA PRIMA .................................................................217
gambar 5. 29 Gambar median/kerb ......................................................217
gambar 5. 30 Gambar urugan tanah median ........................................218

gambar 6. 1 Alat Fixed form concrete paver .......................................208


gambar 6. 2 Pengambilan Uji Tes Beton .............................................209
gambar 6. 3 Proses Penghamparan Beton Readymix ...........................210
gambar 6. 4 Proses Penghamparan Beton Readymix ...........................211
gambar 6. 5 Alat Grooving ..................................................................212
gambar 6. 6 Proses Grooving ...............................................................212
gambar 6. 7 Proses Cutting Beton .......................................................212
gambar 6. 8 Proses Curing Beton ........................................................213
gambar 6. 9 Pemasangan Plastic Sheet ................................................213
gambar 6. 10 Pengisian Joint Filler .....................................................213

xxiv
gambar 6. 11 Skema Pengaturan Lalu-Lintas dari arah babat - jombang
............................................................................................................ 215
gambar 6. 12 Skema Pengaturan Lalu-Lintas dari arah jombang - babat
............................................................................................................ 215

xxv
DAFTAR GRAFIK
grafik 2. 1 Grafik Kurva Basis ............................................................... 45

grafik 4. 1 Grafik pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan Sepeda Motor. 73


grafik 4. 2 Grafik pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan Sepeda Motor . 75
grafik 4. 3 Grafik pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan Mobil Pribadi . 77
grafik 4. 4 Grafik pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan Mobil Pribadi . 79
grafik 4. 5 Grafik pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan MPU .............. 81
grafik 4. 6 Grafik pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan MPU .............. 83
grafik 4. 7 Grafik pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan Pickup ............ 85
grafik 4. 8 Grafik pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan Pickup ............ 87
grafik 4. 9 Grafik pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan Bus kecil ........ 89
grafik 4. 10 Grafik pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan Bus Kecil ..... 91
grafik 4. 11 Grafik pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan Bus Besar ..... 93
grafik 4. 12 Grafik pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan Bus Besar ..... 95
grafik 4. 13 grafik Pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan Truk 2 As
Sumbu Kecil .......................................................................................... 97
grafik 4. 14 Grafik pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan Truk 2 As ..... 99
grafik 4. 15 Grafik pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan Truk 3 Sumbu
.............................................................................................................101
grafik 4. 16 Grafik pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan Truk 3 Sumbu
.............................................................................................................103
grafik 4. 17 Grafik pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan Truk 3 Sumbu
.............................................................................................................105

xxvi
grafik 4. 18 Grafik pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan Truk 3 Sumbu
............................................................................................................ 107
grafik 4. 19 Grafik pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan Truk 3 Sumbu
............................................................................................................ 109
grafik 4. 20 Grafik pertumbuhan Lalu Lintas Kendaraan Truk 3 Sumbu
............................................................................................................ 111

grafik 5. 1 Tebal Pondasi Bawah Minimum ....................................... 155


grafik 5. 2 CBR Tanah Dasar Efektif Dan Tebal Pondasi Bawah ....... 155
grafik 5. 3 Grafik Tekanan tanah aktif dan pasif yang bekerja pada
dinding penahan .................................................................................. 201

xxvii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Umum
Sesuai dengan kemajuan dalam bidang transportasi maka
perlu ditunjang dengan adanya penyediaan fasilitas prasarana
terutama di sektor perhubungan, karena semakin tinggi tingkat
aktifitas manusia semakin tinggi pula keinginan manusia untuk
sampai pada tujuan dengan cepat, aman dan nyaman. Oleh karena
setiap prasarana perhubungan darat yang meiliki LHR tinggi perlu
ditingkatkan pelayanan melalui pelebaran jalan, jembatan maupun
pembuatan jalan baru. Pada saat ini, transportasi sangat memegang
peranan penting dalam pembangunan dan pengembangan daerah
disegala bidang. Perkembangan dibidang transportasi sangat pesat,
akan tetapi tingkat layanan jalan semakin berkurang, hal tersebut
terjadi dikarenakan jumlah jalan yang tidak sebanding dengan
jumlah kendaraan yang semakin meningkat. Sehingga kenyamanan
dan keamanan pengguna jalan juga berkurang, angka kecelakaan
yang tinggi, sering terjadi kemacetan dan kondisi yang sudah tidak
memadai. Untuk itu pembangunan dan peningkatan jalan
diperlukan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut.

1.2 Latar Belakang


Ruas jalan Babat – Bts. Jombang merupakan salah satu
jalan propinsi Jawa Timur yang termasuk dalam jalan lintas
kabupaten yang menghubungkan Kabupaten Babat dan Kabupaten
Jombang.
Jalur tersebut merupakat akses jalan satu-satunya dari
Babat menuju Jombang yang dilalui banyak kendaraan mulai dari
kendaraan kecil hingga kendaraan berat yang mengangkut muatan
melebihi kapasitas, sehingga hal tersebeut menyebabkan
kerusakan jalan mulai dari kerusakan kecil seperti retak rambut
(hair crack) hingga kerusakan berat seperti adanya lubang yang
berada di ruas jalan tersebut. Selain itu Potensi wisata yang berada

1
2

di sekitar Babat seperti Lamongan dan Tuban yang


nantinya dapat menimbulkan peningkatan volume kendaraan yang
juga dapat mengakibatkan kerusakan yang sudah disebutkan
sebelumnya. Hal tersebut menyebabkan kenyamanan pengguna
jalan berkurang dan berpotensi menyebabkan kecelakaan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa perbaikan atau peningkatan jalan
tersebut perlu diperhatikan oleh pemerintah setempat. Perbaikan
jalan tersebut diperlukan untuk menanggulangi permasalahan-
permasalahan tersebut agar para pengguna jalan merasa aman saat
menggunakan jalan tersebut. Sesuai dengan latar belakang tersebut
penulis mencoba untuk meninjau dan merencanakan kembali
peningkatan jalan tersebut dengan mengambil topik Proyek Akhir
“DESAIN ULANG PENINGKATAN RUAS JALAN BABAT -
BTS. JOMBANG STA 12+00 – 15+00 KABUPATEN
LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN
MENGGUNAKAN PERKERASAN KAKU”. Alasan lain
mengapa penulis menggunakan perkerasan kaku adalah biaya
perawatan perkerasan kaku hampir tidak ada jika didesain secara
tepat. Walaupun biaya yang dikeluarkan pada awalnya lebih besar
dibanding perkerasan lentur, tetapi apabila ditinjau dari segi
finansial dengan UR 20 tahun lebih ekonomis.

1.3 Rumusan Masalah


Dengan berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka
penulis ingin meninjau segi teknis dengan merencanakan halhal
sebagai berikut:
1. Berapa kebutuhan pelebaran yang diperlukan segmen
jalan tersebut untuk umur rencana (UR) jalan 20 tahun
mendatang ?
2. Berapa ketebalan perkerasan baru yang diperlukan untuk
umur rencana (UR) 20 tahun mendatang ?
3. Berapa dimensi saluran tepi (drainase) yang diperlukan
pada umur rencana yang ditentukan?
3

4. Berapa anggaran biaya total yang diperlukan untuk


melaksanakan pembangunan jalan pada segmen jalan
yang direncanakan ?
5. Bagaimana metode pelaksanaan untuk peningkatan jalan
dengan perkerasan kaku?

1.4 Batasan Masalah


Batasan masalah yang akan dibahas dalam penulisan
Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Kontrol geometrik jalan, baik alinyemen horizontal
maupun alinyemen vertikal.
2. Tidak melakukan perencanaan desain bangunan
pelengkap (jembatan).
3. Membahas metode pelaksanaan di lapangan secara
umum.
4. Tidak membahas masalah pembebasan lahan.

1.5 Tujuan
Tujuan dari penulisan proyek akhir ini sebagai berikut :
1. Mengetahui kebutuhan pelebaran perkerasan jalan untuk
umur rencana 20 tahun.
2. Mengetahui tebal perkerasan pada konstruksi.
3. Mengetahui dimensi untuk saluran tepi.
4. Mengetahui anggaran biaya yang diperlukan dalam
pelaksanaan proyek jalan tersebut.
5. Mengetahui metode pelaksanaan peningkatan jalan.
4

1.6 Manfaat
Dengan menggunakan perkerasan kaku. Manfaat dari sisi
penulis proyek akhir peningkatan jalan ini sendiri adalah sebagai
berikut:
1. Untuk menghasilkan perencanaan struktur perkerasan
kaku (Rigid Pavement), dengan kualitas jalan yang tahan
lama selama umur rencana.
2. Untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan
pengguna jalan pada segmen jalan tersebut.
3. Perencanaan peningkatan jalan dan dimensi saluran tepi,
dengan mengaplikasikan teori yang dipelajari selama ini
4. Dapat merencanakan dan menghitung rencana anggaran
biaya atau RAB dari proyek diatas.
5

1.7 Lokasi Proyek

Gambar 1. 1Peta Lokasi Jalan

Gambar 1. 2 Detail Peta Lokasi Jalan


6

(Halaman ini sengaja dikosongkan)


7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum
Dalam suatu perencanaan peningkatan jalan dibutuhkan
analisi – analisis sebagai dasar acuan perhitungan dalam proses
proses pengolahan data. Hal hal yang perlu dihitung dalam
perencanaan peningkatan jalan adalah :
1. Analisis kapasitas jalan
2. Kontrol geometrik jalan
3. Penentuan tebal perkerasan kaku (rigid pavement)
4. Penentuan saluran tepi
5. Perhitungan RAB

2.2 Analisa kapasitas


Analisis kapasitas jalan bertujuan untuk menentukan perlu
atau tidaknya pelebaran jalan untuk dapat mempertahankan fungsi
kualitas jalan yang diinginkan sampai umur rencana yang akan
datang. Untuk kebutuhan pelebaran jalan maka diperlukan langkah
langkah analisa kapasitas jalan sebagai berikut:

2.2.1 Kapasitas Dasar


Kapasitas jalan yang ditinjau merupakan jalan luar kota
dengan kondisi eksisting 2 lajur dua arah tak terbagi (2/2 UD).

T ABEL 2. 1 K APASITAS DASAR PADA J ALAN L UAR KOTA 2/2 UD


Tipe Jalan/ tipe alinyemen kapasitas dasar total kedua arah
(smp/jam)
Datar 3100
Bukit 3000
Gunung 2900
Sumber: Tabel C-1:2 kapasitas dasar pada jalan luar kota 2-lajur-2-
arah takterbagi (2/2 UD) MKJI 1997 6-65
8

Penggolongan tipe medan/alinyemen sesuai dengan


topografi yang dilewati oleh jalan dapat digolongkan menjadi 3
jenis berdasarkan perbedaan besarnya kemiringan medan dalam
arah kira kira tegak lurus dengan as jalan. Tipe alinyemen adalah
gambaran daerah yang dilalui oleh jalan dan ditentukan oleh naik
turu lengkung vertikal dan lengkung horizontal.Untuk menentukan
alinyeme vertical dan horizontal pada jalan menggunakan rumus
berikut :

Alinyemen Vertikal
∆V
( satuan m atau km )............... (Pers. 2.1)
ΣPanjang jalan

Alinyemen Horizontal
∆H
ΣPanjang jalan
( satuan m atau km )............... (Pers. 2.2)

Pengelompokan medan kemiringan dapat dilihat pada table 2.2

T ABEL 2 .2 P EMBAGIAN TIPE ALINYEMEN


Tipe Alinyemen Naik + Turun Lengkung Horizontal
m/km rad/km
Alinyemen Datar <10 <1
Alinyemen Bukit 10-30 1-2,5
Alinyemen Gunung >30 >2,5
Sumber: MKJI tahun 1997 (Jalan Luar Kota), hal 6-23

2.2.2 Faktor penyesuaian kapasitas akibat lebarjalur


lalu lintas (FCw)
Menetapkan faktor pemyesuaian akibat lebar jalur lalu
lintas berdasar pada lebar efektif jalur lalu lintas (Fcw). Dimana
lebar jalur jalan yang dilewati lalu lintas tidak termasuk bahu jalan,
dapat dilihat pada tabel C-2:1 MKJI 1997 halaman 6-66.
9

T ABEL 2 3 F AKTOR PENYESUAIAN KAPASITAS AKIBAT LEBAR


JALUR LALU LINTAS (F CW)

Lebar jalur lalu-


Tipe Jalan lintas (m) FCw
4/2 D atau jalan Lebar per jalur
satu arah 3,00 0,91
3,25 0,96
3,5 1,00
3,75 1,04
4,00 1,08
4/2 UD Lebar per lajur
3,00 0,91
3,25 0,96
3,50 1,00
3,75 1,03
4,00 1,09
2/2 UD Lebar jalur 2 arah
5 0,69
6 0,91
7 1,00
8 1,08
9 1,15
10 1,21
11 1,27
Sumber: Tabel C-2:1 MKJI 1997, hal 6-66

2.2.3 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Pemisah


(FCsp)
Pemisah arah adalah pembagian arah arus jalan dua arah
dinyatakan presentase dari arah arus total masing masing arah.
Menentukan faktor kapasitas pemisah arah berdasarkan pada tabel
C-3:1 MKJI hal 6-67.
10

T ABEL 2 4 F AKTOR PENYESUAIAN KAPASITAS A KIBAT PEMISAH


A RAH

Pemisahan arah 50-50 55-45 60-40 65-35 70-30


SP %-%

Dua-lajur 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88


FCPA 2/2

Empat- 1,00 0,985 0,95 0,925 0,90


lajur 4/2

Sumber: Tabel C-2:1 MKJI 1997, hal 6-67


2.2.4 Faktor Penyesuaian Akibat Hambatan Samping
(FCSF)
Hambatan samping adalah pengaruh kondisi kegiatan
disamping ruas jalan yang memberi dampak pada arus lalu lintas,
misalnya pejalan kaki, pemberhentian kendaraan umum dan lain
lain.Penentuan FCsf berdasarkan tabel C-4 : 1 MKJI hal 6-68

T ABEL 2. 5 K ELAS HAMBATAN S AMPING


Kelas Kode Nilai Ciri – ciri khusus
Hambatan frekuensi
Samping kejadian
dikali bobot
Sangat VL <50 Pedalaman: Pertanian atau
rendah tidak berkembang,tanpa
kegiatan.
Rendah L 50-149 Pedesaan: Beberapa
bangunan dan kegiatan
samping jalan.
11

Sedang M 150-249 Kampung: Kegiatan


pemukiman

Tinggi H 250-350 Kampung: Kegiatan pasar

Sangat VH >350 Hampir perkotaan: banyak


tinggi pasar / kendaraan niaga
Sumber: Tabel C-4:1 MKJI 1997 hal 6-68

Cara menentukan faktor penyesuaian kapasitas akibat


hambatan samping adalah berdasar pada lebar efektif bahu (Ws)
dan kelas hambatan samping. Berikut adalah tabel untuk
menentukan faktor penyesuaian kapasitas akibat hambatan
samping.
T ABEL 2. 6 F AKTOR PENYESUAIAN AKIBAT H AMBATAN S AMPING
(FC SF )
aktor penyesuaian untuk
hambatan
Kelas samping dan lebar bahu
Tipe
Hambatan
jalan Lebar bahu efektif rata-rata
samping
(W5)
≤ 0,5 1,0 1,5 ≥ 2,0
4/2 D VL 0,96 0,98 1,01 1,03
L 0,94 0,97 1,00 1,02
M 0,92 0,95 0,98 1,00
H 0,88 0,92 0,95 0,98
VH 0,84 0,88 0,92 0,96
4/2 UD VL 0,96 0,99 1,01 1,03
L 0,94 0,97 1,00 1,02
M 0,92 0,95 0,98 1,00
H 0,87 0,91 0,94 0,98
VH 0,80 0,86 0,90 0,95
12

2/2 UD VL 0,94 0,96 0,99 1,01


atau Jalan L 0,92 0,94 0,97 1,00
satu arah M 0,89 0,92 0,95 0,98
H 0,82 0,86 0,90 0,95
VH 0,73 0,79 0,85 0,91
Sumber: Tabel C-4:1 MKJI 1997 hal 6-68

2.2.5 Penentuan kapasitas pada kondisi lapangan


Kapasitas didefinisikan sebagai arus maksimum yang
dapat dipertahankan per satuan jam yang melewati suatu titik di
jalan dalam kondisi tertentu.Rumus yang digunakan :

C= Co x FCw x FCsp x FCsf........................................ (Pers. 2.3)


C : kapasitas
Co : kapasitas dasar
FCw : faktor penyesuaian akibat lebar jalur lalu lintas
FCsp : Faktor penyesuaian akibat pemisah arah
FCsf : Faktor penyesuaian akibat hambatan samping

2.2.6 Derajat kejenuhan


Derajat kejenuhan adalah ratio arus terhadap kapasitas
yang digunakan sebagai faktor kunci dalam penentuan perilaku
lalu lintas pada suatu simpang dan juga segmen jalan. Nilai derajat
kejenuhan ini menentukan apakah segmen tersebut layak
digunakan atau tidak. Derajat kejenuhan dapat dari pembagian arus
lalu lintas dengan kapasitas kendaraan yang ada.derajat kejenuhan
ini diberi batasan = 0,75 dan bila melebihi 0,75 maka jalan
dianggap jalan tersebut sudah tidak mampu menampung arus lalu
lintas.Rumus yang digunakan :

𝐷𝑆=(Q/𝐶)<0,75 ............................................... (Pers. 2.4)


(sumber :MKJI 1997 untuk jalan luar kota)
13

Dimana :
DS : derajat kejenuhan
C : Kapasitas (smp/jam)
Q : arus total lalu lintas (smp/jam)

Untuk nilai Q berupa jumlah kendaraan per tahun maka


nilai Q dapat ditentukan dengan persamaan berikut :

Q = LHRT x k x emp ….......................................... (Pers. 2.5)


Dimana :
LHRT = Jumlah lalu-lintas kendaraan per tahun
K = Faktor pengubah dari LHRT menjadi lalu lintas jam
puncak (0.11)
Emp = Faktor pengubah dari kend./jam menjadi smp/jam untuk
nilai dari emp sendiri dapat dilihat pada tabel berikut
14

T ABEL 2. 7 NILAI EMP UNTUK T IAP J ENIS KENDARAAN B ERDASARKAN


T IPE ALINYEMEN

Sumber : Tabel A-3:1 MKJI 1997 Jalan Luar Kota hal 6-44

2.3 Kontrol Geometrik


Dalam perencanaan jalan, bentuk geommetrik jalan harus
ditentukan sedemikian rupa sehingga jalan yang bersangkutan
dapat memberikan pelayanan yang optimal pada lalu lintas sesuai
dengan fungsinya.
Kenyamanan dan keamanan pengendara sangat tergantung
dari kondisi eksisting geometrik jalan sehingga perencanaan
geometrik harus dibuat dengan sebaik mungkin.Perencanaan
geometrik meliputi :

2.3.1 Kebutuhan Lajur


Lajur adalah bagian jalur lalu lintas yang
memanjang,dibatasi oleh marka jalan,memiliki lebar yang cukup
untuk dilewati suatu kendaraan bermotor sesuai kendaraan
rencana. Lebar lajur tidak boleh lebih lebar dari lebar lajur pada
15

pendekat untuk tipe dan kelas jalan yang relevan. Lebar jalu yang
ideal adalah :

T ABEL 2. 8 KEBUTUHAN L AJUR


Fungsi Kelas Lebar Lajur Ideal

Arteri I 3,75

II,III A 3,50

Kolektor III A, III B 3

Lokal III C 3
Sumber : TPGJAK 1997

2.3.2 Alinyemen Horizontal


Alinyemen horizontal adalah suatu proyeksi sumbu tegak
lurus bidang horizontal yang terdiri dari susunan garis lurus dan
garis lengkung. Alinyemen horizontal itu sendiri terdiri dari bagian
lurus dan bagian lengkung atau biasa disebut dengan tikungan yang
berfungsi untuk mengimbangi gayasentrifugal yang diterima oleh
kendaraan yang melaju dengan kecepatan tertentu (VR). Gaya
sentrifugal ini dapat mendorong kendaraan secara radial ke arah
luar lengkung. Gaya ini arahnya tegak lurus terhadap arah laju
kendaraan yang mengakibatkan rasa tidak nyaman bagi para
pengemudi. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan
tikungan pada alinyemen horisontal adalah sebagai berikut :

 Superelevasi (e)
- Superelevasi adalah kemiringan melintang jalan pada
lengkung horizontal yang bertujuan untuk memperolah
komponen berat kendaraan guna mengimbangi gaya
sentrifugal. Superelvasi maksimum yang dapat
16

dipergunakan pada suatu jalan raya dibatasi oleh beberapa


keadaan (Sukirman, 1994), seperti :
- Keadaan cuaca, seperti turun hujan dan berkabut;
- Jalan yang berada di daerah yang sering turun hujan atau
berkabut, superelevasi maksimumnya lebih rendah
daripada jalan yang berada di daerah yang selalu bercuaca
baik;
- Keadaan medan, sepert datar, berbukit-bukit atau
pegunungan. Di daerah datar, superelevasi maksimumnya
lebih tinggi daripada di daerah berbukit-bukit dan
pegunungan.

Dalam hal ini, batasan superelevasi maksimum yang


dipilih lebih ditentukan pada tingkat kesukaran dalam pelaksanaan
pembuatan jalan.

 Jari-Jari Tikungan
Tikungan jalan terdiri dari lingkaran dan lengkung
peralihan. Penentuan ukuran bagian-bagian tikungan didasarkan
pada keseimbangan gaya yang bekerjapada kendaraan yang
melintasitikungan tersebut. Di dalam perancangan geometrik jalan,
ketajaman lengkung horizontal dapat dinyatakan dalam jari-jari
minimum (R min ) lengkung pada alinyemen horizontal dapat
dicari dengan rumus:

Rmin= ............................................................. (Pers. 2.6)

Keterangan:
Rmiin = jari-jari tikungan minimum (m)
VR = kecepatan rencana (km/jam)
emax = superelevasi maksimum
Fmax = koefisien gesek maksimum untuk perkerasan
aspal (fmax = 0,24) untuk VR <
80km/jam
Fm = 0.00065*VR + 0,192 untuk VR> 80 km/jam
17

fm = -0.00125*VR + 0,24
Panjang jari-jari minimum dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

T ABEL 2. 9 H UBUNGAN KECEPATAN RENCANA DANGAN J ARI- JARI


MINIMUM

Kecepatan Jari-Jari
Rencana (VR) Minimum
(km/jam) Rmin(m)
120 600
100 350
80 210
60 110
50 80
40 50
30 30
20 15
Sumber :Departemen Pekerjaan Umum, 1997a

Besarnya jari-jari yang digunakan untuk merencanakan


(Rc) harus lebih besar atau minimal sama dengan jari-jari
minimum (Rc = Rmin).

 Lengkung Peralihan
Lengkung peralihan adaah lengkung transisi pada
alinyemen horizontal dan sebagai pengantar dari kondisi lurus ke
lengkung penuh secara berangsur-angsur. Pada lengkung
peralihan, perubahan kecepatan dapat terjadi secara berangsur-
angsur serta memberikan kemungkinan untuk mengatur
pencapaian kemiringan (perubahan kemiringan melintang secara
berangsur-angsur). Panjang lengkung peralihan dapat dilihat pada
Tabel berikut.
18

T ABEL 2. 10 P ANJANG LENGKUNG PERALIHAN

Sumber :Departemen Pekerjaan Umum, 1997a

a) Lengkung Full circle


Full circle yaitu tikungan yang berbentuk busur lingkaran
penuh. Tikungan ini memiliki satu titik pusat lingkkaran dengan
jari-jari seragam. Tipe lengkung ini tidak memerlukan lengkung
peralihan dan pada umumnya dipakai pada daerah dataran dan
mempunyai jari-jari yang besar. Besarnya jari jari tikungan yang
tidak memerlukan lengkung peralihan disajikan pada tabel
dibawah ini :
19

T ABEL 2. 11 H UBUNGAN KECEPATAN RENCANA DENGAN J ARI-


JARI MINIMUM

Kecepatan Rencana Jari-jari minimum


120 >2500
100 >1500
80 >900
60 >500
40 >250
30 >130

Gambar 2. 1 Lengkung Full Circle


20

Dimana :

Tc =
……....................................................(Pers. 2.6.1)

Ec = 𝑇𝑐 𝑥 𝑇𝑔 0,25Δ.....................................................(Pers. 2.6.2)

Lc = ..........................................................
(Pers. 2.6.3)

Keterangan :
Δ = sudut tangent
Rc = jari jari lingkaran (m)
Ec = jarak titik sudut dengan busur lingkaran (m)
Lc = panjang bagian lengkung (m)
PI = perpotongan kedua garis tangen
Tc = tangen circle, titik peralihan dari lurus ke bentuk
circle
CT = Circle tangen titik peralihan dari bentuk circle ke
lurus

b) Lengkung spiral circle spiral (S-C-S)


Pada lengkung S-CS ini terdapat Lengkung peralihan (Ls)
yaitu lengkung yang disisipkan di antara bagian lurus jalan dan
bagian lengkung jalan berjari jari tetap R. Bentuk lengkung ini
dipakai apabila jari jari lebih kecil dari batas yang ditentukan oleh
full circle, selain itu jari jari yang diambil harus sesuai dengan
kecepatan rencana. Rumus dan gambar yang digunakan dalam
perencanaan Lengkung spiral circle spiral adalah sebagai berikut :
21

Gambar 2. 2 Lengkung Spiral-Cirle-Spiral

GAMBAR 2. 2 LENGKUNG SPIRAL CIRCLE S PIRAL


Dimana :

𝜃𝑠= …….................................................................(Pers.
2.7.1)

= 𝛽-2𝜃𝑠...................................................................(Pers. 2.7.2)

L = Lc + 2Ls..................................................................(Pers. 2.7.3)

P = …........................................ (Pers. 2.7.4)

K= …...................................(Pers. 2.7.5)
22

Es = …......................................................................... (Pers. 2.7.6)

Ts = ( Rc+P) tan ( ) + K.............................................. (Pers 2.7.8)

Xs = Ls......................................................................... (Pers. 2.7.9)

Ys = ……................................................................... (Pers. 2.7.10)

Lc = ……………....................................................... (Pers 2.7.11)

Keterangan :
Xs = jarak titik Ts dengan Sc
Ys = jarak tegak lurus ke titik Sc pada lengkung
S = Panjang lengkung peralihan (TS-SC/CS-ST)
Lc = panjang busur lingkaran (SC-CS)
Ts = panjang tangent titik PI ke TS
Os = sudut lengkung spiral
P = pergeseran tangent ke spiral
K =absisdan P pada garis tangen spiral

c) Lengkung Spiral-Spiral
Pada tikungan jenis ini dari arah tangen ke arah circle
memiliki spiral yang merupakan transisi dari bagian lurus ke
bagian circle. Adanya lengkung spiral merupakan lengkung
transisi pada alinyemen horisontal yang berfungsi sebagai
pengantar dari kondisi lurus ke lengkung penuh secara berangsur-
angsur. Pada bagian ini terjadi gaya sentrifugal dari nol sampai
dengan maksimum sewaktu kendaraan memasuki dan
meninggalkan lengkung. Berikut ini dijadikan gambaran lengkung
spiral-spiral dalam gambar dibawah ini:
23

GAMBAR 2. 3 LENGKUNG SPIRAL -SPIRAL

Keterangan :
PI = point of intersection, titik perpotongan garis tangent
utama
Ts = jarak antara PI dan ST atau TS (m)
Ls = panjang bagian lengkung spiral (m)
Es = Jarak PI ke lengkung spiral (m)
Δ = Sudut pertemuan antara tangent utama
Os = Sudut spiral
Ts = tangent spiral, titik awal spiral (dari tangent ke spiral)
ST = Spiral tangent, titik perubahan dari spiral ke tangent
Rc = jari jari circle (m)
24

Xc = Jarak dari TS ke titik proyeksi pusat lingkaran pada


tangent (m)

Rumus-rumus yang digunakian :

 = ….........................................................................(Pers. 2.8.1)

Ls = ……………....................................................... (Pers. 2.8.2)

K = 𝐿𝑠-𝐿𝑠340𝑅𝑐2-𝑅𝑐
𝑠𝑖𝑛𝜃𝑠........................................................................... (Pers. 2.8.3)

P = ….......................................................................... (Pers. 2.8.4)

Ts = ( +P) tan ( ) + K).............................................(Pers. 2.8.5)

Es = ( +P) sec ( ) – R)............................................. (Pers. 2.8.6)

2.3.3 Alinyemen Vertikal


Alinyemen vertikal terdiri atas bagian landai vertikal dan
bagian lengkung vertikal.Ditinjau dari titik awal perencanaan,
bagian landai vertikal dapat berupa landai positif (tanjakan), landai
negatif (turunan) dan landai nol (datar). Bagian lengkung vertikal
dapat berupa lengkung cekung atau lengkung cembung.

2.3.3.1 Alinyemen Vertikal cembung


Syarat kemanan yang dapat dipenuhi oleh panjang
minimum lengkung vertikal cembung adalah yang
sedemikian sehingga lengkung yang bersangkutan dapat
menyediakan jarak pandangan sesuai dengan syarat yang
ditentukan, baik untuk siang maupun malam hari. Panjang
lengkung dapat diketahui dengan menggunakan
persyaratan jarak pandang henti (Jh) atau jarak pandang
mendahului (Jd).
25

Jarak Pandang Mendahului


Panjang L, berdasarkan Jd

Jd (S) < L, maka : .................... (Pers. 2.9.1)

Jd (S) > L, maka .......................(Pers. 2.9.2)

Panjang Jd dapat dilihat pada tabel berikut.

T ABEL 2. 12 H UBUNGAN V RENCANA DENGAN J ARAK PANDANG


M ENDAHULUI

Sumber : TPGJAK Tata Cara Perencanaan Geomterik Jalan Antar Kota

Jarak Pandang Henti


Panjang L, berdasarkan Jh

Jh (S) < L, maka :............................................ (Pers. 2.9.3)

Jh (S) > L, maka : ........................................... (Pers. 2.9.4)


26

Panjang Jh dapat dilihat pada tabel berikut.

T ABEL 2. 13 H UBUNGAN V RENCANA DENGAN J ARAK PANDANG


HENTI
Vrenc 100 80 60 50 40 30 20
Jh (m) 165 120 75 55 40 27 16
Sumber : TPGJAK Tata Cara Perencanaan Geomterik Jalan
Antar Kota

2.3.3.2 Alinyemen Vertikal Cekung


Pada alinyemen vertikal cekung untuk menentukan
panjang Lengkung digunakan rumus sebagai berikut :

S>L
L = (2 x S) -.............................................. (Pers. 2.10.1)

S<L
L = ......................................................... (Pers. 2.10.2)

Dimana nilai S disesuaikan dengan meninjau panjang


Lengkung dengan menggunakan jarak pandang henti (Jh)
atau jarak pandang mendahului (Jd).

2.3.3.3 Kontrol Alinyemen Vertikal


Selain meninjau panjang lengkung vertikal dari jarak
pandang henti dan jarak pandang menyiap, Panjang lengkung juga
harus ditinjau dalam aspek-aspek lainya. Berikut ini adalah aspek-
aspek peninjau panjang lengkung (L) :

Berdasarkan kenyaman pengemudi


Adanya gaya sentrifugal dan gravitasi pada
lengkung vertikal cekung, menimbulkan rasa tidak nyaman kepada
pengemudi, yang akan menyebabkan percepatan sentripetal.
Percepatan sentripetal yang bersangkutan adalah :
a=
27

dimana :
a = percepatan sentripetal (m/det)
v = percepatan rencana, km/jam
A = perbedaan aljabar landai
L = panjang lengkung vertikal cekung
Panjang lengkung vertikal cekung minimum adalah ditentukan
oleh percepatan sentripetal, yang dibatasi tidak melebihi 0,30
m/det2 , dengan demikian, rumus diatas menjadi :

L =........................................................... (Pers. 2.11)

Berdasarkan keluwesan bentuk


Keluwesan bentuk jalan, dihubungkan terhadap kecepatan,
yaitu menurut AASHTO : L = 3 V, dimana L = panjang minimum
lengkung dalam feet, dan V = kecepatan rencana, dalam mph.
sehinga bila L dalam meter, dan V dalam km/jam, didapatkan :

L = 0,6 V..............................................(Pers. 2.12)

Berdasarkan persyaratan drainase


Landai minimum untuk keperluan drainase adalah 0,5%.
Pada lengkung vertikal cembung, dimana ada bagian yang hampir
datar, pada puncak lengkung diperlukan pengkajian khusus untuk
hal ini. Untuk jalanjalan

yang tidak menggunakan kerb, bagian yang mendatar


tersebut tidak terlalu memberikan masalah karena fungsi lereng
jalan sudah menjamin kelancaran drainase. Untuk jalan-jalan yang
menggunakan kerb dengan diberikan kelandaian 0,5 % pada jarak
20 meter dari puncak lereng sudah cukup memadai. Jadi, syarat
panjang maksimum adalah
Lv= 40 A...................................................(Pers. 2.13)
28

d) Panjang lengkung vertikal


Panjang lengkung vertikal bisa ditentukan langsung sesuai
Tabel 2.14, yang didasarkan pada penampilan, kenyamanan dan
jarak pandang.

T ABEL 2. 14 P ANJANG LENGKUNG VERTIKAL


Kecepatan Rencana Perbedaan Panjang
(Km/Jam) kelandaian Lengkung (m)
memanjang (%)
120 1 20-30
100 0,6 40-80
80 0,4 80-150
Sumber : TPGJAK Tata Cara Perencanaan Geomterik Jalan Antar Kota

Apabila panjang lengkung vertikal yang dihitung lebih


kecil dari panjang minimum lengkung vertikal pada Tabel 2.14,
maka panjang lengkung vertikal yang digunakan adalah panjang
lengkung vertikal yang bersesuaian dari Tabel 2.14. Berikut
disajikan gambaran dari lengkung vertikal cembung dan lengkung
vertical cekung pada Gambar 2.4 ,Gambar 2.5, Gambar 2.6 dan
Gambar 2.7.

GAMBAR 2. 4 LENGKUNG VERTIKAL CEMBUNG DENGAN S < L


29

GAMBAR 2. 5 LENGKUNG VERTIKAL CEMBUNG DENGAN S

GAMBAR 2. 6 LENGKUNG VERTIKAL CEKUNG DENGAN S < L

GAMBAR 2. 7 LENGKUNG VERTIKAL CEKUNG DENGAN S > L


30

2.3.4 Koordinasi alinyemen


 Alinemen vertikal, alinemen horizontal, dan potongan
melintang jalan adalah elemen-elemen jalan sebagai keluaran
perencanaan harus dikoordinasikan sedemikian sehingga
menghasilkan suatu bentuk jalan yang baik dalam arti
memudahkan pengemud imengemud ikan kendaraannya
dengan aman dan nyaman. Bentuk kesatuan ketiga elemen
jalan tersebut diharapkan dapat memberikan kesan atau
petunjuk kepada pengemudi akan bentuk jalan yang akan
dilalui di depannya sehingga pengemudi dapat melakukan
antisipasi lebih awal.
 Koordinasi alinemen vertikal dan alinemen horizontal harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a) alinemen horizontal sebaiknya berimpit dengan
alinemen vertikal, dan secara ideal alinemen horizontal
lebih panjang sedikit melingkupi alinemen vertikal;
b) tikungan y ang tajam pada bagian bawah lengkun
vertikal cekung atau pada bagian atas lengkung vertical
cembung harus dihindarkan;
c) lengkung vertikal cekung pada kelandaian jalan yang
lurus dan panjang harus dihindarkan
d) dua atau lebih lengkung vertikal dalam satu lengkung
horizontal harus dihindarkan; dan
e) tikungan yang tajam dian tara 2 bagian jalan yang lurus
dan panjang harus dihindarkan.

Sebagai ilustrasi menampilkan contoh-contoh


koordiasi alinyemen ideal dan yang harus dihindarkan.
31

GAMBAR 2. 8 K OORDINASI YANG IDEAL ANTARA ALINEMEN


HORIZONTAL DAN ALINEMEN VERTICAL YANG BERIMPIT

GAMBAR 2. 9 K OORDINASI YANG HARUS DIHINDARKAN , DIMANA


ALINEMEN VERTICAL MENGHALANGI PANDANGAN PENGEMUDI
PADA SAAT MULAI MEMASUKI TIKUNGAN PERTAMA

GAMBAR 2. 10 K OORDINASI YANG HARUS DIHINDARKAN , DI


MANA PADA BAGIAN YANG LURUS PANDANGAN PENGEMUDI
TERHALANG OLEH PUNCAK ALINEMEN VERTICAL SEHINGGA
PENGEMUDI SULIT MEMPERKIRAKAN ARAH ALINEMEN DI BALIK
PUNCAK TERSEBUT
32

2.4 Perencanaan Perkerasan Kaku


Rigid pavement atau perkerasan kaku adalah jenis
perkerasan jalan yang menggunakan beton sebagai bahan utama
perkerasn tersebut, merupakan salah satu jenis perkerasan jalan
yang digunakn selain dari perkerasan lentur (asphalt). Perkerasan
ini umumnya dipakai pada jalan yang memiliki kondisi lalu lintas
yang cukup padat dan memiliki distribusi beban yang besar, seperti
pada jalan-jalan lintas antar provinsi, jembatan layang (fly over),
jalan tol, maupun pada persimpangan bersinyal.

2.4.1 Struktur dan jenis perkerasan beton semen


Perkerasan beton semen memiliki tiga jenis, yaitu :
1. Beton bersambung tanpa tulangan (BBTT)
2. Beton bersambung dengan tulangan (BBDT)
3. Beton menerus tanpa tulangan (BMDT).
Jenis perkerasan kaku yang akan digunakan dalam tugas
akhir ini adalah beton semen bersambung dengan tulangan
(BBDT). Perkerasan tersebut digunakan sebagai lapis tambah
(Overlay).

2.4.2 Pelapisan Tambahan Perkerasan Beton Semen


diatas Perkerasan Lentur
Tebal lapis tambahan perkerasan beton di atas perkerasan
lentur dihitung dengan cara yang sama seperti perhitungan tebal
pelat beton semen pada perencanaan baru yang telah diuraikan
sebelumnya. Modulus reaksi perkerasan lama (k) diperoleh dengan
melakukan pengujian pembebanan pelat (plate bearing test)
menurut AASHTO T.222-81 di atas permukaan perkerasan yang
lama yang selanjutnya dikorelasikan terhadap nilai CBR menurut
gambar . Bila nilai k lebih besar dari 140 kPa/mm (14 kg/cm3),
maka nilai k dianggap sama dengan 140 kPa/mm (14 kg/3) dengan
nilai CBR 50 %.
33

GAMBAR 2. 11 H UBUNGAN CBR DENGAN M ODULUS REAKSI


T ANAH D ASAR

2.4.2 Tanah Dasar


Daya dukung tanah dasar ditentukan dengan pengujian CBR
di lapangan dan di laboratorium. Nilai CBR minimum untuk
perencanaan perkerasan kaku adalah 2%. Apabila tanah dasar
mempunyai nilai CBR lebih kecil dari 2%, maka untuk pondasi
bawahnya harus di pasang pondasi yang terbuat dari beton kurus
(Lean Mix Concrete) setebal 15cm yang dianggap mempunyai nilai
CBR tanah dasar efektif 5%.
34

GAMBAR 2. 12 GRAFIK M ENENTUKAN N ILAI CBR TANAH


D ASAR RENCANA

2.4.3 Pondasi Bawah


Lapis pondasi bawah perlu diperlebar sampai 60 cm diluar
tepi perkerasan beton semen. Untuk tanah ekspansif perlu
pertimbangan khusus perihal jenis dan penentuan lebar lapisan
pondasi dengan meperhitungkan tegangan pengembangan yang
mungkin timbul. Pemasangan lapis pondasi dengan lebar sampai
ke tepi luar lebar jalan merupakan salah satu cara untuk mereduksi
prilaku tanah ekspansif. Dalam proposal tugas akhir ini digunakan
pondasi bawah dengan material berbutir. Pondasi bawah dari
material berbutir dengan CBR 5% ditetapkan sebesar 15 cm.
35

GAMBAR 2. 13 GRAFIK MENENTUKAN TEBAL P ERKERASAN


Sumber : Pd-T-14-2003 Perencanaan Perkerasan Jalan beton
Semen

2.4.4 Beton Semen


Kekuatan beton harus dinyatakan dalam nilai kuat tarik
lentur (flexural strength) umur 28 hari, yang didapat dari hasil
pengujian balok dengan pembebanan tiga titik (ASTM C-78) yang
besarnya secara tipikal sekitar 3-5 MPa (30-50 kg/cm2).

Kuat tarik lentur beton yang diperkuat dengan bahan serat


penguat seperti serat baja, aramit atau serat karbo, harus mencapai
kuat tarik lentur 5-5,5 MPa (50-55 kg/cm2). Kekuatan rencana
harus dinyatakan dengan kuat tarik lentur karakteristik yang
dibulatkan hingga 0,25 MPa (2,5 kg/cm2) terdekat.

Hubungan antara kuat tekan karakteristik dengan kuat


tarik-lentur beton dapat didekati dengan rumus berikut:
fcf = K(fc’) 0,50 dalam MPa atau
fcf = 3,13 K (fc’)0,50 dalam kg/cm2

Dengan pengertian :
fc = kuat tekan beton karakteristik 28 hari (kg/cm2)
fcf = kuat tarik lentur beton 28 hari (kg/cm2)
K = konstanta 0,7 untuk agregat tidak pecah dan 0,75 untuk agregat
pecah
36

Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus


dipilih sesuai dengan lingkungan dimana perkerasan akan
dilaksanakan.

2.4.5 Perencanaan tebal perkerasan


Penentuan beban lalu-lintas rencana untuk perkerasan beton
semen, dinyatakan dalam jumlah sumbu kendaraan niaga
(commercial vehicle), sesuai dengan konfigurasi sumbu pada lajur
rencana selama umur rencana.
Lalu-lintas harus dianalisis berdasarkan hasil perhitungan
volume lalu-lintas dan konfigurasi sumbu, menggunakan data
terakhir atau data 2 tahun terakhir. Kendaraan yang ditinjau untuk
perencanaan perkerasan beton semen adalah yang mempunyai
berat total minimum 5 ton.

Konfigurasi sumbu untuk perencanaan terdiri atas 4 jenis


kelompok sumbu sebagai berikut :
- Sumbu tunggal roda tunggal (STRT)
- Sumbu tunggal roda ganda (STRG)
- Sumbu tandem roda ganda (STdRG)
- Sumbu tridem roda ganda (STrRG)

2.4.5.1 Lajur Rencana dan koefisien distribusi (C)


Lajur rencana merupakan salah satu lajur lalu lintas dari
suatu ruas jalan raya yang menampung lalu-lintas kendaraan
niaga terbesar.

Jika jalan tidak memiliki tanda batas lajur, maka jumlah lajur
dan koefisien distribusi (C) kendaraan niaga dapat ditentukan dari
lebar perkerasan sesuai Tabel.
37

T ABEL 2. 15 K OEFISIEN DISTRIBUSI (C)


Lebar perkerasan (Lp) Jumlah lajur (ni) Koefisien distribusi
1 Arah 2 Arah
Lp < 5,50 m 1 lajur 1 1
5,50 m ≤ Lp < 8,25 m 2 lajur 0,70 0,50
8,25 m ≤ Lp < 11,25 m 3 lajur 0,50 0,475
11,23 m ≤ Lp < 15,00 m 4 lajur - 0,45
15,00 m ≤ Lp < 18,75 m 5 lajur - 0,425
18,75 m ≤ Lp < 22,00 m 6 lajur - 0,40
Sumber : Pd T-14-2003 Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen

2.4.5.4 Umur Rencana


Umur rencana perkerasan jalan ditentukan atas
pertimbangan klasifikasi fungsional jalan, pola laulintas serta nilai
ekonomi jalan yang bersangkutan, yang dapat ditentukan antara
lain dengan metode Benefit Cost Ratio, Internal Rate of Return,
kombinasi dari metode tersebut atau cara lain yang tidak terlepas
dari pola pengembangan wilayah. Umumnya perkerasan beton
semen dapat direncanakan dengan umur rencanna (UR) 20 tahun
sampai 40 tahun.

2.4.5.5 Pertumbuhan lalu lintas


Volume lalu-lintas akan bertambah sesuai dengan umur
rencana atau sampai tahap di mana kapasitas jalan dicai dengan
faktor pertumbuhan lalu-lintas yang dapat ditentukan berdasarkan
rumus seperti berikut :

............................................ (Pers. 2.14)


Dengan pengertian :
R : Faktor pertumbuhan lalu lintas
I : Laju pertumbuhan lalu lintas per tahun dalam %
UR : Umur rencana (tahun)
38

2.4.5.6 Lalu-lintas rencana


Lalu-lintas rencana adalah jumlah kumulatif sumbu
kendaraan niaga pada jalur rencana selama umur rencana, meliputi
proporsi sumbu serta distribusi beban pada setiap jenis sumbu
kendaraan. Beban pada suatu jenis sumbu secara tipikal
dikelompokkan dalam interval 10 kN (1 ton) bila diambil dari
survei beban.

Jumlah sumbu kendaraan niaga selama umur rencana


dihitung dengan rumus berikut :

JSKN = JSKNH x 365 x R x C ........................ (Pers. 2.15)

Dengan pengertian :
JSKN : Jumlah total sumbu kendaraan niaga selama umur
rencana
JSKNH : Jumlah total sumbu niaga per hari pada saat jalan
dibuka
R : Faktor pertumbuhan komulatif yang besarnya
tergantung dari pertumbuhan lalu lintas tahunan
dan umur rencana
C : Koefisien distribusi kendaraan

2.4.5.7 Faktor keamanan beban


Peda penentuan beban rencana, beban sumbu dikalikan
dengan faktor keamanan beban (FKB). Faktor keamanan beban ini
digunankan berkaitan adanya sebagai tingkat realibilitas
perencanaan seperti terlihat pada Tabel berikut:
39

T ABEL 2 16 F AKTOR KEAMANAN B EBAN


No Penggunaan Nilai FKB
1 Jalan bebas hambatan utama (major freeway) dan
Panggunaan 1,2
Nilai
jalan berlajur banyak yang aliran lalu lintasnya tidak FKB
terhambat serta volume kendaraan niaga yang tinggi.
Bila menggunakan data lalu-lintas dari hasil survai
beban (weight-in-motion) dan adanya kemungkinan
route alternative, maka nilai faktor keamanan beban
dapat dikurangi menjadi 1,15.
2 Jalan bebas hambatan (freeway) dan jalan arteri 1,1
dengan volume kendaraan niaga menengah.
3 Jalan dengan volume kendaraan niaga rendah 1,0
Sumber : Pd T-14-2003 Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen

2.5 Perencanaan Drainase


Saluran drainase tepi jalan adalah bagian jalan yang dibuat
di tepi jalan dan berfungsi untuk mengendalikan limpasan air hujan
di permukaan jalan dan dari daerah sekitarnya agar tidak merusak
konstruksi jalan, seperti kerusakan karena air banjir yang melimpas
di jalan atau kerusakan pada badan jalan akibat erosi.
Perencanaan sistem drainase jalan didasarkan kepada keberadaan
air nya dibagi menjadi dua yaitu:
o Drainase permukaan (Surface draianage)
o Drainase bawah permukaan (Sub surface
drainage)

Perencanaann sistem drainase dibuat dengan tujuan untuk


mengalirkan air hujan yang turun dipermukaan jalan agar menuju
saluran tepi, permukaan pada permukaan jalan dibuat miring,
dengan kemiringan untuk perkerasan jalan sebesar 2% dan untuk
bahu jalan sebesar 4%. Kemiringan tersebut dibuat berdasarkan
perumusan SNI 03-3434-1994 tentang Tata Cara Perencanaan
Drainase Permukaan Jalan, dinyatakan :
40

T ABEL 2. 17 KEMIRINGAN MELINTANG PERKERASAN DAN BAHU


JALAN

No. Jenis Lapisan Kemiringan Melintang


Permukaan Jalan Normal (i)
1. Beraspal, beton 2% - 3%
2. Japat dan Tanah 4% - 6%
3. Kerikil 3% - 6%
4. Tanah 4% - 6%
Sumber : SNI 03-3424-1994 Tata Cara Perencanaan Drainase
Permukaan Jalan

Sedangkan kemiringan selokan samping ditentukan


berdasarkan bahan yang digunakan. Hubungan antara bahan yang
digunakan dengan kemiringan selokan samping arah memanjang
yang dikaitkan erosi aliran.

T ABEL 2. 18 KEMIRIRNGAN SALURAN MEMANJANG ( IS)


BERDASARKAN JENIS MATERIAL

Jenis Material Kemiringan Selokan Samping


Tanah Asli 0–5
Kerikil 5 – 7,5
Pasanagan 7,5
Sumber : SNI 03-3424-1994 Tata Cara Perencanaan Drainase
Permukaan Jalan

2.5.1 Analisis Data Hidrologi


Pada perencanaan drainase atau saluran tepi pada jalan
terlebih dahulu kita harus dapat melakukan pengolahan data yang
akan dijelaskan berikut ini :
a. Data Curah Hujan
Data curah hujan yang dipakai dalam perencanaan jalan
system drainase jalan adalah data curah hujan harian maksimum
dalam setahun yang dinyatakan dalam mm/hari.Data curah hujan
ini diperoleh dari stasiun curah hujan yang terdekat dengan lokasi
41

system drainase,jumlah data curah hujan paling sedikit


diperkirakan sekitar 10tahun.

b. Periode Ulang
Karateristik hujan tertentu menunjukan periode ulang
tertentu pula.Dalam merencanakan drainase periode ulang rencana
untuk selokan samping ditentukan 10 tahun.

RT = x + K . Sx ................................................... (Pers. 2.18)


Dimana :
RT = Frekuensi hujan pada periode lang (Tahun)
x = Tinggi hujan maksimum komulatif rata-rata
Sx =Standart deviasi

T ABEL 2. 19 NILAI (K) SESUAI L AMA PENGAMATAN

Koefisien
No. Kondisi Permukaan Tanah
Pengaliran (C)
1. Jalan beton dan jalan beraspal 0,70 – 0,95
2. Jalan kerikil dan jalan tanah 0,40 – 0,70
3. Bahu jalan :
- Tanah berbutir halus 0,40 – 0,65
- Tanah berbutir kasar 0,10 – 0,20
- Batuan masif keras 0,70 – 0,85
- Batuan masif lunak 0,60 – 0,75
4. Daerah Perkotaan 0,70 – 0,95
5. Daerah pinggir kota 0,60 – 0,70
6. Daerah Industri 0,60 – 0,90
7. Pemukiman Padat 0,40 – 0,60
8. Pemukiman tidak padat 0,40 – 0,60
9. Taman dan kebun 0,20 – 0,40
10. Persawahan 0,45 – 0,60
11. Perbukitan 0,70 – 0,80
12. Pegunungan 0,75 – 0,90
42

c. Waktu Curah Hujan


Lamanya waktu curah hujan ditentukan berdasarkan hasil
penyelidikan Van Breen bahwa hujan harian yang terkonsentrasi
selama 4jam dengan jumlah hujan terbesar 90% dari jumlah hujan
selama 24jam.

d. Intensitas Curah Hujan


Untuk mendapatkan tinggi hujan rencana dengan masa
ulang T tahun dapat ditentukan dengan rumus (SNI 03-342-1994
hal 12 dan 39)

Xt x
Sx
Yt  Yn ............................... (Pers. 2.19)
Sn

Dimana:
Xt = Besar Curah hujan untuk periode ulang T tahun (mm/jam)
Sx = Standard deviasi
Xt = Besar curah hujan untuk periode ulang T tahun (mm/jam)
X = Tinggi hujan maksimum

x = Tinggi hujan maksimum komulatif rata-rata

X 
 Xi
n ............................................................ (Pers. 2.20)

Dimana:
Xi = Curah hujan harian maximum(mm)
n = Jumlah tahun curah hujan harian
Yt = Variasi yang merupakan fungsi periode ulang
43

T ABEL 2. 20 T ABEL PERIODE ULANG


Periode Ulang (Tahun) Variasi yang berkurang
2 0,3665
5 1,4999
10 2,2505
25 3,1985
50 3,9019
100 4,6001
Sumber : Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan SNI 03-3424-
1994hal 16

T ABEL 2. 21 NILAI Y N
N 0 1 2 3 4 5 6
10 0,4952 0,4996 0,5035 0,5070 0,5100 0,5126 0,5157
20 0,5225 0,5252 0,5288 0,5283 0,5255 0,5309 0,5320
30 0,5352 0,5371 0,5380 0,5388 0,5402 0,5402 0,5410
40 0,5435 0,5422 0,5448 0,5453 0,5458 0,5453 0,5468
50 0,5485 0,5485 0,5493 0,5497 0,5501 0,5504 0,5508
60 0,5521 0,5534 0,5527 0,5530 0,5533 0,5535 0,5538
70 0,5548 0,5552 0,5555 0,5555 0,5557 0,5559 0,5561
80 0,5569 0,5570 0,5572 0,5574 0,5576 0,5578 0,5580
90 0,5566 0,5589 0,5589 0,5591 0,5592 0,5593 0,5595
Sumber : Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan SNI 03-
3424-1994hal 16
44

Nilai Sn dapat ditentukan menggunakan tabel dibawah ini:

T ABEL 2. 22 NILAI S N
N 0 1 2 3 4 5 6
10 0,9496 0,9676 0,9833 0,9971 1,0095 1,0206 1,0316
20 0,0628 1,0695 1,0695 1,0811 1,0854 1,0915 1,0961
30 0,1124 1,1199 1,1199 1,1226 1,1255 1,1285 1,1313
40 0,1413 1,1435 1,1435 1,1480 1,1499 1,1519 1,1538
50 0,1607 1,1523 1,1523 1,1558 1,1557 1,1581 1,1596
60 0,1747 1,1759 1,1759 1,1782 1,1782 1,1803 1,1814
70 0,1899 1,1653 1,1653 1,1681 1,1690 1,1698 1,1906
80 0,1938 1,1945 1,1945 1,1959 1,1967 1,1973 1,1980
90 0,2007 1,2013 1,2020 1,2025 1,2032 1,2038 1,2044
Sumber : Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan SNI 03-
3424-1994 hal 16
Setelah memperoleh nilai I dari persamaan diatas,maka diplot
pada kurva basis sehingga didapatkan kurva I rencana
45

e. Waktu konsentrasi(Tc)
KURVA BASIS
190
180
170
160
150
Intensitas Hujan (mm/jam)

140
130
120
110
100
Kurv a Basis
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240

Waktu Intensitas (menit)

GRAFIK 2. 1 GRAFIK K URVA B ASIS

Waktu konsentrasi adalah lama waktu yang dibutuhkan


oleh aliran air untuk dapat mencapai suatu titik tertentu pada
saluran drainase. Waktu konsentrasi dipengaruhi oleh kemiringan
sakeluran, kecepatan aliran dan kondisi permukaan saluran. Dari
ketiga hal tersebut,perhitungan waktu konsentrasi dihitung dengan
menggunakan rumus
Tc = t1 +t2 .......................................... (Pers. 2.21)

Dimana:
 nd 
0.167

t1   2 3  3,28  Lo  ................................ (Pers.


 s
2.22)
46

L
t2  .............................................. (Pers.
60V
2.23)

keterangan:
Tc =Waktu konsentrasi(menit)
T1 =Waktu inet(menit)
T2 =Waktu aliran (menit)
Lo =Jarak dari titik terjauh ke fasilitas drainase(m)
L =Panjang Saluran(m)
Nd = Koefesien hambatan
S = Kemiringan daerah pengaliran
V = Kecepatan air rata-rata diselokan (m/dt)

f. Intensitas Hujan Maksimum


Untuk mendapatkan intensitas hujan maksimum maka
hasil perhitungan waktu konsentrasi diplotkan pada kurva basis
rencana.

g. Menentukan Koefesien Pengaliran


Aliran yang masuk kedalam saluran drainase berasal dari
suatu catchment area disekitar saluran drainase untuk menentukan
koefesien pengaliran dipergunakan persamaan:

Ctotal 
 Ci.Ai ........................................... (Pers. 2.24)
Ai
Dimana:
Ci =Koefesien pengaliran
Ai = Luas daerah pengaliran
h. Debit Aliran
Debit aliran air adalah jumlah air yang mengalir masuk
kedalam saluran tepi. Dari keseluruhan analisa hidrologi di
47

atas,maka debit air yang melalui saluran drainase dapat dihitung


dengan persamaan:
1
Q  CIA .............................................. (Pers. 2.25)
3.6

Dimana:
Q =Debit air(m/detik)
C =Koefesien pengaliran
I =Intensitas hujan(mm/jam)
A =Luas daerah pengaliran(km2)

Untuk menghitung kemiringan selokan samping


dan gorong – gornog pembuangan air digunakan rumus
sebagai berikut :
1
V  .R 2 / 3 .i 2 / 3 ........................................... (Pers. 2.26)
n

2
 vxn 
i  ............................................... (Pers.
 R.2 / 3 
2.27)
Dimana :
V = Kecepatan aliran (m/dt)
n = Koefisien kekerasan manning (tabel 11)
R = F/P (jari-jari hidrolik)
P = Keliling basah (m)
i = Kemiringan saluran yang diijinkan

Kemiringan tanah dihitung dengan rumus sebagai berikut :


t1  t 2
i .100 % ...................................... (Pers. 2.28)
L
48

Dimana :
t1 = Tinggi tanah dibagian tertinggi (menit)
t2 = Tinggi tanah dibagian terendah (menit)
L = Panjang Saluran (menit)

2.5.2 Perencanaan Dimensi Saluran


Perencanaan dimensi saluran ini ditinjau terlebih dahulu
dari bentuk yang digunakan, menurut bentuknya saluran terbuka
dibagi menjadi 4 yaitu :

Pada perencanaan saluran ruas jalan ponorogo pacitan


menggunakan saluran terbuka berbentuk segi empat,
langkah- langkahnya adalah sebagai berikut :
 Luas penampang pada saluran tepi berbentuk segi
empat (A)

b
49

1. Penjelasan bagian-bagian drainase segi empat


b = lebar dasar saluran
d atau h = tinggi muka air

2. Menghitung penampang basah paling ekonomis (Fe)


b = 2 x h .................................................. (Pers. 2.29)

3. Perhitungan Luasan basah drainase trapesium


A = (bxh) ...................................................... (Pers. 2.30)

4. Perhitungan luasan drainase berdasarkan debit


Q
Fd  ...................................................(Pers. 2.31)
v
5. Gunakan persamaan Fe = Fd agar didapatkan tinggi
drainase (h) dan lebar dasar drainase (b)

6. Hitung kemiringan drainase


Vxn 2
i( ) .................................................(Pers. 2.32)
R 23

7. Periksa kemiringan tanah pada lokasi yang akan dibuat


drainase
t1  t 2
i .100 % ..................................... (Pers. 2.33)
L
8. Apablia perhitungan kemiringan tanah dasar lebih besar
dari kemiringan drainase maka perlu di design bangunan
pematah arus.

2.5.3 Perencanaan Gorong – Gorong


Gorong-gorong merupakan bagian jalan yang berfungsi
sebagai pembuang air dari saluran drainase menuju ke saluran
50

primer.Gorong-gorong ditempatkan melintang jalan dan harus


cukup besar dimensinya untuk melewatkan debit air maksimum
dari daerah pengaliran secara efisien.Kemiringan gorong-gorong
antara 0,50% - 2,00% dengan pertimbangan faktor – faktor lain
yang dapat mengakibatkan terjadinya pengendapan dan erosi di
tempat air masuk dan di tempat pengeluaran air. Langkah-langkah
perhitungan gorong-gorong sebagai berikut :
 Perencanaan penampang basah dengan tinjauan paling
ekonomis (Fe)
1
Fe  x( 4,5  sin 4.5) D 2
8
Fe = 0,685 x D2 ......................................... (Pers. 2.34)

Dengan syarat :
d = 0,8 x D ..................................................... (Pers. 2.35)
Ɵ = 4,5 radial

 Perencanaan penampang basah dengan tinjauan debit air


(Fd)
Q1  Q2
Fd  ..............................................
V
(Pers.2.36)
 Penentuan dimensi gorong-gorong
Fe = Fd ........................................................ (Pers. 2.37)

 Perhitungan kemiringan gorong-gorong untuk


membuang air
P = 2 x R x Ɵ .................................................. (Pers. 2.38)

 Perhitungan luas penampang basah


F = 0,685 x D2................................................. (Pers. 2.39)

 Perhitungan jari jari hidrolis gorong-gorong


51

F
R .................................................,,,,... (Pers. 2.40)
p
 Perhitungan kemiringan gorong-gorong
Vxn 2
i( ) ................................................ (Pers. 2.41)
R 23
Kemiringan gorong-gorong memenuhi syarat kemiringan yang
diijinkan 0,5 – 2%

2.6 Rencana Anggaran Biaya


Perhitungan biaya merupakan suatu cara dan proses
perhitungan untuk mendapatkan jumlah nilai atau besarnya
kebutuhan biaya total yang digunakan dalam suatu konstruksi
bangunan tertentu.

2.6.1 Volume Pekerjaan


Volume pekerjaan merupakan jumlah pekerjaan dalam
suatu satuan. Untuk menghitung volume pekerjaan dapat dihitung
dengan melihat pada gambar design baik long section maupun
cross section.

2.6.2 Harga Satuan Pekerja


Harga satuan pekerja merupakan hasil dari perhitungan bagian
penunjang dari suatu pekerjaan antara lain bahan, peralatan, upah,
tenaga kerja dan lain sebagainya dan dikalikan dengan koefisien
pekerja.
.
52

(Halaman ini sengaja dikosongkan)


BAB III
METODOLOGI

Bab ini berisi tentang langkah-langkah yang digunakan


dalam penyusunan Tugas Akhir perencanaan peningkatan jalan
dengan menggunakan Perkerasan Kaku adalah sebagai berikut:

3.1 Pekerjaan Persiapan


Pekerjaan persiapan merupakan tahap awal dari suatu
kegiatan sebelum memulai pengumpulan dan pengolahan data.
Pada tahap persiapan ini yang dilakukan adalah dengan
menentukan pihak mana yang harus dihubungi terkait dengan
keperluan dalam penyusunan.
Tugas Akhir ini. Adapun pekerjaan persiapan sebagai berikut :
1. Mencari informasi pada instansi terkait sesuai dengan
data yang dibutuhkan.
2. Mengurus surat-surat yang diperlukan, yaitu proposal dan
surat pengantar untuk instansi terkait
3. Mencari, mengumpulkan, dan mempelajari segala
bentukegiatan yang sekiranya dapat mendukung dalam
penyusunan Tugas Akhir ini.

3.2 Pengumpulan Data


A. Peta lokasi
B. Data Lalu Lintas (LHR)
C. Data Tanah dan CBR tanah dasar
D. Data lalu lintas
E. Data Curah Hujan
F. Gambar eksisting
54

3.3 Pengolahan data

3.3.1 Pengolahan Data Lalu Lintas


Data lalu lintas yang berupa LHR dianalisa untuk dapat
mendapatkan tingkat pertumbuhan rata-rata maupun pertumbuhan
tiap jenis kendaraan sampai dengan akhir umur rencana. Dengan
amgka pertumbuhan kendaraan yang didapatkan data kapasitas
kendaraan yang diperlukan untuk merencanakan pelebaran jalan.
Sedangkan untuk perkerasan jalan diperlukan data beban
kendaraan, yaitu : beban yang berkaitan dengan sumbu kendaraan
(STRT, STRG, dan SGRG), volume lalu lintas, pertumbuhan lalu
lintas, dan konfigurasi roda.

3.3.2 Pengolahan Data CBR Tanah Dasar


Analisa tanah dasar dilakukan untuk mengetahui besarnya
daya dukung tanah dasar karena mutu dan daya tahan suatu
konstruksi perkerasan bergantung pada sifat tanah dasar. Pada
analisa ini diperlukan data CBR beberapa tempat sehingga
didapatkan nilai CBR rencana. Dengan CBR rencana ini akan
didapatkan daya dukung tanah dasar yang dinyatakan dengan
modulus reaksi tanah dasar.

3.3.3 Pengolahan Data Curah Hujan


Pengolahan data curah hujan ini digunakan untuk
perencanaan besarnya debit limpasan yang terjadi pada suatu
Catchmen Area, dimana besarnya debit untuk menghitung dimensi
saluran drainase jalan. Data curah hujan diambil dari stasiun hujan
terdekat dengan lokasi studi.

3.4 Perencanaan Peningkatan Jalan


a. Analisa kapasitas jalan
 Derajat kejenuhan
Derajat kejenuhan adalah rasio arus terhadap kapasitas yang
digunakan sebagai faktor kunci dalam penentuan perilaku lalu
55

lintas pada suatu simpang dan juga segmen jalan tersebut layak
digunakan atau tidak. Derajat kejenuhan ini diberi batasan = 0,75
(luar kota), apabila melebihi maka dianggap jalan tidak mampu
lagi menampung arus lalu lintas sehingga perlu adanya pelebaran
jalan.

b. Analisa kebutuhan pelebaran jalan


 Analisa data jumlah kendaraan

3.5 Perencanaan Struktur Perkerasan Kaku


a) Struktur dan jenis perkerasan
b) Penentuan besaran rencana (STRT, STRG, dan SGRG)
c) Perencanaan tebal plat
d) Perencanaan tulangan
e) Teknik penyambungan dan penulangan

3.6 Kontrol Geometrik Jalan


a. Alinyemen horizontal
b. Alinyemen vertical

3.7 Perencanaan Drainase


a. Analisa hidrologi
b. Menghitung koefisien pengaliran
c. Menghitung kemiringan saluran
d. Menghitung kecepatan rata-rata
e. Menghitung debit aliran
f. Menghitung dimensi saluran

3.8 Perencanaan Stabilitas Lereng


Perencanaan stabilitas lereng ini meliputi peninjauan
lereng dengan menghitung H kritis dari lereng tersebut. H kritis
tersebut sebagai penentu apakah lereng tersebut stabil atau tidak.
56

3.9 Gambar Rencana


Pada tahap ini gambar rencana berupa gambar dari hasil
perhitungan perencanaan jala dan perencanaan drainase.

3.10 Rencana Anggaran Biaya


Rencana anggaran biaya adalah perhitungan biaya dari
seluruh total pekerjaan yang dilakukan selama melaksanakan
pekerjaan peningkatan jalan dan sudah direkap hingga
menghasilkan jumlah total biaya keseluruhan yang dibutuhkan
selama proses pengerjaan peningkatan jalan tersebut.

3.11 Kesimpulan Dan Saran


Berisi mengenai kesimpulan dan saran yangdiambil dari
hasil Tugas Akhir ini.

3.12 FLOW CHART


57
58
BAB IV
PENGUMPULAN DATA

4.1 Umum
Modifikasi Desain Jalan Babat – Bts.Kab.Jombang STA
12+000 – 15+000 mengacu pada kondisi jalan sebelum pelaksanan
proyek peningkatan jalan dimulai. Data-data kondisi jalan sebelum
proyek peningkatan dilksanakan atau disebut data eksisting dapat
berupa data primer maupun data sekunder. Pengertian data primer
dan data sekunder adalah sebagai berikut :

Data primer : Data yang didapatkan melalui survey atau
riset yang dilakukan sendiri

Data sekunder : adalah data yang didapatkan melalu
tangan kedua atau ketiga, dalam hal ini adalah data yang
diberikan surveyo atau kontraktor dan konsultan yang
bersangkutan
Sehingga untuk mendukung perencanaan peningkatan jalan
dengan menggunakan perkerasan rigi diperlukan data-data sebagai
berikut :
a. Peta Lokasi Proyek
b. Data Geometrik Jalan
c. Data CBR Tanah Dasar
d. Data Lalu Lintas (LHR)
e. Data Curah Hujan
f. Data Foto Kondisi Existing Jalan
g. GambarLongSectiondanCrossSection
60

4.2 Pengumpulan data

4.2.1 Peta Lokasi


Jalan yang akan ditingkatkan adalah termasuk dalam Jalan
Babat – Bts. Kab.Jombang tepatnya yaitu STA 12+000 – 15+000.
Lokasi jalan tersebut ditunjukkan oleh peta berikut ini :

Gambar 4.1 Peta Lokasi

4.2.2 Data geometrik Jalan raya


Kondisi geometrik jalan secara umum menyangkut aspek
–aspek bagian jalan seperti : lebar perkerasan, lebar bahu jalan,
alinyemen vertikal dan horizontal, kebebasan samping,
kemiringan melintang dan super elevasi. Tujuan utama
penggunaan prinsip geometrik adalah tercapainya syarat –syarat
konstruksi jalan yang aman dan nyaman. Berdasarkan data dari
pihak perencana, diketahui kriteria geometrik jalan sebagai
berikut
63

T ABEL 4. 1 K ARAKTERISTIK J ALAN

No. Uraian Satuan Tipe

1. Fungsi jalan Kolektor

2. Tipe jalan III B

3. Tipe medan Perbukitan

4. Kecepatan rencana ( V ) Km/jam 20 s/d 40

5. Lebar perkerasan m 2 x 3,5

Sumber : Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V

4.2.3 Data Lalu Lintas


Data LHR yangkami peroleh berasal dari Balai Besar
Pelaksanaan Jalan Nasional V. Data LHR tersebut berupa jumlah
volume kendaraan rata-rata per tahun dalam 1 hari.Data LHR
tersebut berisi volume kendaraan dari tahun 2012-2014.Data Lalu
lintas ini diperlukan untuk memperkirakan adanya pelebaran jalan
dengan disertai perkiraan adanya perkembangan lalu lintas harian
rata – rata pertahun sampai umur rencana.selain itu digunakan
juga untuk merencanakan tebal lapis perkerasan peleban jalan
dan lapis ulang. Berikut adalah tabel yang bersi jumlah volume
kendaraan mulai dari tahun 2012-2014.

63
64

T ABEL 4. 2 VOLUME LHR J OMBANG - B ABAT


No Jenis Kendaraan Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
1 Sepeda motor, Sekuter, Roda 4,767 5026 5400 5635 6110
2 Tiga 852 910 995 1111 1190
3 Sedan,Jeep, Station Wagon 45 49 52 57 61
4 Pick-up-opelet, Suburban, 425 500 516 548 607
5 Combi 76 80 87 89 92
6 Pick Up, Micro Truck, Box 23 26 27 27 32
7 Bus Kecil 381 401 432 450 520
8 Bus Besar 84 89 94 106 112
9 Truk 2 Sumbu 95 98 108 116 125
10 Truk 3 Sumbu 22 24 23 27 28
Truk Gandeng
Truk Trailer
Sumber: Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional

T ABEL 4. 3 VOLUME LHR B ABAT – J OMBANG

N Jenis Kendaraan Tahun


o 2012 2013 2014 2015 2016
1 Sepeda motor, Sekuter, Roda Tiga 4,31 4779 5190 5736 6810
2 Sedan,Jeep, Station Wagon 2 909 1027 1027 1097
3 Pick-up-opelet, Suburban, Combi 889 56 59 66 70
4 Pick Up, Micro Truck, Box 54 478 527 554 589
5 Bus Kecil 470 74 81 82 96
6 Bus Besar 73 23 27 28 30
7 Truk 2 Sumbu 21 392 410 450 462
8 Truk 3 Sumbu 386 84 100 104 106
9 Truk Gandeng 80 95 104 112 119
1 Truk Trailer 89 20 23 23 25
0 19
Sumber: Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional
65

4.2.4 Data CBR


Data CBR yang kami gunakan adalah data CBR yang kami
peroleh dari PU Bina Marga provinsi Jawa Timur selaku ownerr
pelaksana yang mengerjakan proyek untuk ruas jalan tersebut. Data
CBR yang kami peroleh merupakan hasil dari uji langsung di
lapangan pada 3 titik untuk mengetahui nilai daya dukung dari
tanah dasar untuk ruas jalan tersebut.Berikut ini adalah tabel yang
berisi nilai CBR pada ruas jalan Babat – Jombang STA 12+000 –
15+000
T ABEL 4. 4 NILAI CBR UNTUK RUAS JALAN B ABAT – J OMBANG
STA 12+000 – 15+000
KM / STA / TITIK NILAI CBR %
Km. Babat 12+250 4.13
Km. Babat 13+500 4.55
Km. Babat 14+400 4.03
Sumber: Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V

4.2.5 Data Curah Hujan


Data curah hujan yang kami gunakan pada tugas akhir ini
kami peroleh dari Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasonal V yang
berasal dari stasiun hujan Babat. Data curah hujan yang kami
gunakan merupakan data curah hujan puncak tiap tahunnya.Data
tersebut berisikan curah hujan puncak pada 10 tahun terakhir yaitu
dari tahun 2006-2015. Berikut ini adalah tabel data curah hujan 10
tahun terakhir

65
66

T ABEL 4. 5 DATA CURAH HUJAN


No Tahun Data Curah Hujan Maksimum
1 2006 79
2 2007 92
3 2008 97
4 2009 86
5 2010 89
6 2011 94
7 2012 90
8 2013 123
9 2014 118
10 2015 108
Sumber: Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V
67

4.2.6 Gambar Kondisi Eksisting

Gambar 4.2 Survey STA 12+000

Gambar 4.3 Survey STA 13+000

67
68

Gambar 4.4 Survey STA 14+000

Gambar 4.5 Survey STA 15+000


69

Gambar 4.6 kerusakan ketika ada bangunan di samping jalan

Gambar 4.7 Kerusakan jalan ketika tidak ada bangunan di


samping jalan

69
70

4.3 Penyajian Data


Data-data yang sudah didapatkan tersebut kemudian harus
diolah terlebih dahulu agar dapat ditentutukan parameter-
parameter yang ingin dicapai.

4.3.1 Data Lalu Lintas


Data jumlah kendaraan bermotor dari tahun 2012 sampai
tahun 2016 digunakan untuk mengetahui angka pertumbuhan lalu
lintas untuk masing – masing jenis kendaraan. Dalam mencari
pertumbuhan lalu lintas , dipergunakan program Ms. Excel untuk
memperoleh rumus pertumbuhan dari regresi yang dilakukan.
Kemudian kami olah lagi kedalam program Ms. Excel untuk
mencari pertumbuhan lalu lintas (i) rata –rata. Berikut langkah –
langkah yang dipergunakan untuk mencari pertumbuhan lalu
lintas tiap kendaraan :
a. Membust grafik dan persamaan regresi dari data masing-
masing jumlah kendaraan bermotor dalam program MS.Excel
dengan memasukkan data kendaraan sebagai kolom “y data-
data lalu lintas terseb secara berurutan mulai dari tahun
pertama sampai tahun akhir data.

b. Blok kolomdan kolom“x”, “y” sehin menghasilkan grafik


regresi.

c. Cek grafik regresi dengan cara menghitung persamaan regresi


tersebut.

d. Dari persamaan regresi tersebut dipindah dalam program Ms.


Excel untuk mencari prediksi pertumbuhan tiap kendaraan
ditiap-tiap tahun untuk umur rencana 20 tahun mendatang

e. Dari hasil perhitungan persamaan regresi dapat diperoleh


pertumbuhan tiap kendaraan untuk masing-masing tahun
dengan rumus :
71

𝑦1 − 𝑦0 𝑦5 − 𝑦4
𝑥1 = 𝑦0
𝑥5 = 𝑦4
..................... (Pers. 3.1)

f. Dengan jumlah hasil perhitungan persamaan pertumbuhan


lalu lintas pada tiap kendaraan untuk masing-masing tahun
dapat kita peroleh pertumbuhan lalu lintas (i) dengan rumus :
𝑥
𝑖 = 𝑛 ................................................................ (Pers. 3.2)
g. Kemudian hasil dari rata-rata pertumbuhan lalu lintas (i)
diubah kedalam bentuk persen (%)

Data yang dianalisis adalah data volume lalu lintas


kendaraan pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 dalam melakukan analisa
data lalu lintas, dapat digunakan sebagai acuan untuk mencari
pertumbuhan kendaraan atau lalu lintas per tahun untuk masing-
masing kendaraan. Untuk mencari pertumbujan lalu lintas kami
menggunakan rumus yang terdapat pada hasil regresi
pertumbuhan lalu lintas yang terdapat di dalam program Ms.
Excel. Kemudian kita olah kembali ke dalam Ms. Excel untuk
mencari pertumbuhan lalu lintas rata-rata per tahun (i)
 Pertumbuhan lalu lintas kendaraan sepeda motor

71
72

T ABEL 4. 6 P ERTUMBUHAN L ALU LINTAS KENDARAAN S EPEDA


M OTOR B ABAT – J OMBANG
Sepeda motor, Sekuter, Spd kumbang, Roda Tiga
No Tahun LHR Pers. i i Rata-rata i (%)
(Y) Regresi
1 2012 4312 4175 0 0.05945648 5.9456
2 2013 4779 4771 0.1249214
3 2014 5190 5366 0.11088334
4 2015 5736 5961 0.099815467
5 2016 6810 6556 0.090756559
6 2017 7152 0.083333333
7 2018 7747 0.076803924
8 2019 8342 0.071325821
9 2020 8938 0.066681584
10 2021 9533 0.06241477
11 2022 10128 0.058748025
12 2023 10724 0.055576278
13 2024 11319 0.052566481
14 2025 11914 0.049941246
15 2026 12509 0.047565753
16 2027 13105 0.045478825
17 2028 13700 0.043430657
18 2029 14295 0.041622945
19 2030 14891 0.040024176
20 2031 15486 0.0384218
21 2032 16081 0.037000187
22 2033 16677 0.035737843
23 2034 17272 0.034448819
Sumber : Hasil Pengolahan Data
73

Sepeda motor, Sekuter, Roda


Tiga
8000
y = 595.3x - 1E+06
6000 R² = 0.9556
4000

2000

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

GRAFIK 4. 1 GRAFIK PERTUMBUHAN L ALU L INTAS KENDARAAN


S EPEDA M OTOR

Dari grafik 4.1 diperoleh R2 = 0.9556 dimana R2 adalah


koefisien determinasi berganda yang digunakan untuk mengukur
kontribusi seluruh variabel (x1,x2…xn) terhadap variabel terikat
(y), sehingga dapat diperoleh persamaan regresinya dan angka
pertumbuhan lalu lintas rata-rata sebesar 5.9456 %.

73
74

T ABEL 4. 7 PERTUMBUHAN L ALU LINTAS KENDARAAN S EPEDA


M OTOR J OMBANG – B ABAT

Sepeda motor, Sekuter, Spd kumbang, Roda Tiga


Tahun LHR Pers.
No (x) (Y) Regresi i i rata2 i(%)
1 2012 4767 4729 0 0.039504949 3.9505
2 2013 5026 5059 0.06523028
3 2014 5400 5388 0.06106162
4 2015 5635 5718 0.05771249
5 2016 6110 6047 0.05440714
6 2017 6377 0.05174847
7 2018 6706 0.04906054
8 2019 7036 0.04690165
9 2020 7365 0.04467074
10 2021 7695 0.04288499
11 2022 8024 0.04100199
12 2023 8354 0.03950203
13 2024 8683 0.03789013
14 2025 9013 0.03661378
15 2026 9342 0.0352173
16 2027 9672 0.03411911
17 2028 10001 0.03289671
18 2029 10331 0.0319427
19 2030 10660 0.03086304
20 2031 10990 0.0300273
21 2032 11319 0.02906617
22 2033 11649 0.02832861
23 2034 11978 0.02746702
Sumber : Hasil Pengolahan Data
75

Sepeda motor, Sekuter, Roda Tiga


8000
y = 329.5x - 658225
6000
R² = 0.9878
4000

2000

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

GRAFIK 4. 2 GRAFIK PERTUMBUHAN L ALU LINTAS KENDARAAN


S EPEDA M OTOR
Dari grafik 4.2 diperoleh R2 = 0.9878 dimana R2 adalah
koefisien determinasi berganda yang digunakan untuk mengukur
kontribusi seluruh variabel (x1,x2…xn) terhadap variabel terikat
(y), sehingga dapat diperoleh persamaan regresinya dan angka
pertumbuhan lalu lintas rata-rata sebesar 3.9505 %.

75
76

 Pertumbuhan lalu lintas kendaraan mobil pribadi


T ABEL 4. 8 PERTUMBUHAN L ALU LINTAS KENDARAAN M OBIL
P RIBADI B ABAT - J OMBANG
Sedan,Jeep, Station Wagon
Tahun LHR Pers.
No (x) (Y) Regresi i i rata2 i(%)
1 2012 889 883 0 0.02727566 2.72756603
2 2013 909 937 0.05763074
3 2014 1027 990 0.05353535
4 2015 1027 1044 0.05172414
5 2016 1097 1097 0.04831358
6 2017 1095 -0.0018265
7 2018 1129 0.03011515
8 2019 1163 0.02923474
9 2020 1197 0.02840434
10 2021 1231 0.02761982
11 2022 1265 0.02687747
12 2023 1299 0.02617398
13 2024 1333 0.02550638
14 2025 1367 0.02487198
15 2026 1400 0.02357143
16 2027 1434 0.0237099
17 2028 1468 0.02316076
18 2029 1502 0.02263648
19 2030 1536 0.02213542
20 2031 1570 0.02165605
21 2032 1604 0.02119701
22 2033 1638 0.02075702
23 2034 1672 0.02033493
Sumber : Hasil Pengolahan Data
77

Sedan,Jeep, Station Wagon


1,200
1,000 y = 53.4x - 106558
R² = 0.9214
800
600
400
200
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

GRAFIK 4. 3 G RAFIK PERTUMBUHAN L ALU LINTAS KENDARAAN


M OBIL P RIBADI

Dari grafik 4.3 diperoleh R2 = 0.9214 dimana R2 adalah


koefisien determinasi berganda yang digunakan untuk mengukur
kontribusi seluruh variabel (x1,x2…xn) terhadap variabel terikat
(y), sehingga dapat diperoleh persamaan regresinya dan angka
pertumbuhan lalu lintas rata-rata sebesar 2.72756%.

77
78

T ABEL 4. 9 PERTUMBUHAN L ALU LINTAS KENDARAAN S EPEDA


M OTOR J OMBANG – B ABAT
Sedan,Jeep, Station Wagon
Tahun LHR Pers.
No (x) (Y) Regresi i i rata2 i(%)
1 2012 852 837 0 0.050418824 5.04188237
2 2013 910 925 0.09513514
3 2014 995 1012 0.08596838
4 2015 1111 1100 0.08
5 2016 1190 1188 0.07407407
6 2017 1275 0.06823529
7 2018 1363 0.06456346
8 2019 1451 0.06064783
9 2020 1538 0.05656697
10 2021 1626 0.05412054
11 2022 1714 0.05134189
12 2023 1802 0.04883463
13 2024 1889 0.04605611
14 2025 1977 0.04451189
15 2026 2065 0.04261501
16 2027 2152 0.04042751
17 2028 2240 0.03928571
18 2029 2328 0.03780069
19 2030 2415 0.03602484
20 2031 2503 0.03515781
21 2032 2591 0.03396372
22 2033 2679 0.03284808
23 2034 2766 0.03145336
Sumber : Hasil Pengolahan Data
79

Sedan,Jeep, Station Wagon


1,500
y = 87.7x - 175616
1,000 R² = 0.9889

500

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

GRAFIK 4. 4 G RAFIK PERTUMBUHAN L ALU LINTAS KENDARAAN


M OBIL P RIBADI

Dari grafik 4.4 diperoleh R2 = 0.9889 dimana R2 adalah


koefisien determinasi berganda yang digunakan untuk mengukur
kontribusi seluruh variabel (x1,x2…xn) terhadap variabel terikat
(y), sehingga dapat diperoleh persamaan regresinya dan angka
pertumbuhan lalu lintas rata-rata sebesar 5.04188 %.

79
80

 Pertumbuhan lalu lintas kendaraan MPU


T ABEL 4. 10 PERTUMBUHAN L ALU L INTAS KENDARAAN MPU
B ABAT - JOMBANG
Opelet, Pick-up-opelet, Suburban, Combi, Minibus
Tahun LHR Pers.
No (x) (Y) Regresi i i rata2 i(%)
1 2012 54 53 0 0.042962116 4.29621162
2 2013 56 57 0.07017544
3 2014 59 62 0.08064516
4 2015 66 66 0.06060606
5 2016 70 70 0.05714286
6 2017 74 0.05405405
7 2018 78 0.05128205
8 2019 83 0.06024096
9 2020 87 0.04597701
10 2021 91 0.04395604
11 2022 95 0.04210526
12 2023 99 0.04040404
13 2024 104 0.04807692
14 2025 108 0.03703704
15 2026 112 0.03571429
16 2027 116 0.03448276
17 2028 120 0.03333333
18 2029 125 0.04
19 2030 129 0.03100775
20 2031 133 0.03007519
21 2032 137 0.02919708
22 2033 141 0.02836879
23 2034 146 0.03424658
Sumber : Hasil Pengolahan Data
81

Opelet, Pick-up-opelet, Suburban,


Combi, Minibus
80
60 y = 4.2x - 8397.8
R² = 0.9587
40
20
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

GRAFIK 4. 5 GRAFIK PERTUMBUHAN L ALU LINTAS KENDARAAN


MPU

Dari grafik 4.5 diperoleh R2 = 0.9587 dimana R2 adalah


koefisien determinasi berganda yang digunakan untuk mengukur
kontribusi seluruh variabel (x1,x2…xn) terhadap variabel terikat
(y), sehingga dapat diperoleh persamaan regresinya dan angka
pertumbuhan lalu lintas rata-rata sebesar 4.29621162%

81
82

T ABEL 4. 11 PERTUMBUHAN L ALU L INTAS KENDARAAN MPU


J OMBANG - B ABAT
Opelet, Pick-up-opelet, Suburban, Combi, Minibus
Tahun LHR Pers.
No (x) (Y) Regresi i i rata2 i(%)
1 2012 45 45 0 0.04586358 4.58635798
2 2013 49 49 0.08163265
3 2014 52 53 0.0754717
4 2015 57 57 0.07017544
5 2016 61 61 0.06557377
6 2017 65 0.06153846
7 2018 69 0.05797101
8 2019 73 0.05479452
9 2020 77 0.05194805
10 2021 81 0.04938272
11 2022 85 0.04705882
12 2023 89 0.04494382
13 2024 93 0.04301075
14 2025 97 0.04123711
15 2026 101 0.03960396
16 2027 105 0.03809524
17 2028 109 0.03669725
18 2029 113 0.03539823
19 2030 117 0.03418803
20 2031 121 0.03305785
21 2032 125 0.032
22 2033 129 0.03100775
23 2034 133 0.03007519
Sumber : Hasil Pengolahan Data
83

Opelet, Pick-up-opelet, Suburban,


Combi, Minibus
80
y = 4x - 8003.2
60
R² = 0.995
40

20

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

GRAFIK 4. 6 GRAFIK PERTUMBUHAN L ALU LINTAS KENDARAAN


MPU

Dari grafik 4.6 diperoleh R2 = 0.995 dimana R2 adalah


koefisien determinasi berganda yang digunakan untuk mengukur
kontribusi seluruh variabel (x1,x2…xn) terhadap variabel terikat
(y), sehingga dapat diperoleh persamaan regresinya dan angka
pertumbuhan lalu lintas rata-rata sebesar 4.58635798 %

83
84

 Pertumbuhan lalu lintas kendaraan Pickup


T ABEL 4. 12 PERTUMBUHAN L ALU L INTAS KENDARAAN MPU
B ABAT – JOMBANG

Pick Up, Micro Truck, Mobil Hantaran


Tahun LHR pers
No (x) (Y) regresi i irata2 i(%)
1 2012 470 461 0 0.03894493 3.89449301
2 2013 478 493 0.06490872
3 2014 527 524 0.05916031
4 2015 554 555 0.05585586
5 2016 589 587 0.05451448
6 2017 618 0.05016181
7 2018 650 0.04923077
8 2019 681 0.04552129
9 2020 712 0.04353933
10 2021 744 0.04301075
11 2022 775 0.04
12 2023 807 0.03965304
13 2024 838 0.03699284
14 2025 869 0.03567319
15 2026 901 0.03551609
16 2027 932 0.0332618
17 2028 964 0.03319502
18 2029 995 0.03115578
19 2030 1026 0.03021442
20 2031 1058 0.03024575
21 2032 1089 0.02846648
22 2033 1121 0.02854594
23 2034 1152 0.02690972
Sumber : Hasil Pengolahan Data
85

Pick Up, Micro Truck, Mobil Hantaran


700
600 y = 31.4x - 62716
500 R² = 0.9699
400
300
200
100
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

GRAFIK 4. 7 GRAFIK PERTUMBUHAN L ALU LINTAS KENDARAAN


P ICKUP

Dari grafik 4.7 diperoleh R2 = 0.9699 dimana R2 adalah


koefisien determinasi berganda yang digunakan untuk mengukur
kontribusi seluruh variabel (x1,x2…xn) terhadap variabel terikat
(y), sehingga dapat diperoleh persamaan regresinya dan angka
pertumbuhan lalu lintas rata-rata sebesar 3.89449301 %

85
86

T ABEL 4. 13 PERTUMBUHAN L ALU L INTAS KENDARAAN MPU


J OMBANG - B ABAT

Pick Up, Micro Truck, Mobil Hantaran


Tahun LHR pers
No (x) (Y) regresi i irata2 i(%)
1 2012 425 437 0 0.047491163 4.74911628
2 2013 500 478 0.08577406
3 2014 516 520 0.08076923
4 2015 548 561 0.07308378
5 2016 607 602 0.06810631
6 2017 643 0.06376361
7 2018 684 0.05994152
8 2019 726 0.05785124
9 2020 767 0.05345502
10 2021 808 0.05074257
11 2022 849 0.04829211
12 2023 890 0.04606742
13 2024 932 0.04506438
14 2025 973 0.04213772
15 2026 1014 0.04043393
16 2027 1055 0.03886256
17 2028 1096 0.03740876
18 2029 1138 0.03690685
19 2030 1179 0.03477523
20 2031 1220 0.03360656
21 2032 1261 0.03251388
22 2033 1302 0.03149002
23 2034 1344 0.03125
Sumber : Hasil Pengolahan Data
87

Pick Up, Micro Truck, Mobil Hantaran


700
600 y = 41.2x - 82458
R² = 0.9541
500
400
300
200
100
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

GRAFIK 4. 8 GRAFIK PERTUMBUHAN L ALU LINTAS KENDARAAN


P ICKUP

Dari grafik 4.8 diperoleh R2 = 0.9541 dimana R2 adalah


koefisien determinasi berganda yang digunakan untuk mengukur
kontribusi seluruh variabel (x1,x2…xn) terhadap variabel terikat
(y), sehingga dapat diperoleh persamaan regresinya dan angka
pertumbuhan lalu lintas rata-rata sebesar 4.74911628%

87
88

 Pertumbuhan lalu lintas kendaraan bus kecil


T ABEL 4. 14 PERTUMBUHAN L ALU L INTAS KENDARAAN B US
KECIL B ABAT - J OMBANG

Bus Kecil
Tahun LHR pers
No (x) (Y) regresi i irata2 i(%)
1 2012 73 71 0 0.047844011 4.78440107
2 2013 74 76 0.06578947
3 2014 81 82 0.07317073
4 2015 82 87 0.05747126
5 2016 96 101 0.13861386
2017 107 0.05607477
2018 114 0.06140351
2019 121 0.05785124
2020 127 0.04724409
2021 134 0.05223881
2022 141 0.04964539
2023 148 0.0472973
2024 154 0.03896104
2025 161 0.04347826
2026 168 0.04166667
2027 174 0.03448276
2028 181 0.03867403
2029 188 0.03723404
2030 194 0.03092784
2031 201 0.03482587
2032 208 0.03365385
2033 215 0.03255814
2034 221 0.02714932
Sumber : Hasil Pengolahan Data
89

Bus Kecil
120

100 y = 5.4x - 10794


R² = 0.8607
80

60

40

20

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

GRAFIK 4. 9 GRAFIK PERTUMBUHAN L ALU LINTAS KENDARAAN


B US KECIL

Dari grafik 4.9 diperoleh R2 = 0.8607 dimana R2 adalah koefisien


determinasi berganda yang digunakan untuk mengukur kontribusi
seluruh variabel (x1,x2…xn) terhadap variabel terikat (y),
sehingga dapat diperoleh persamaan regresinya dan angka
pertumbuhan lalu lintas rata-rata sebesar 4.78440107 %

89
90

T ABEL 4. 15 PERTUMBUHAN L ALU L INTAS KENDARAAN B US


KECIL J OMBANG - B ABAT
Bus Kecil
Tahun LHR pers
No (x) (Y) regresi i irata2 i(%)
1 2012 76 77 0 0.033042194 3.30421943
2 2013 80 81 0.04938272
3 2014 87 85 0.04705882
4 2015 89 89 0.04494382
5 2016 92 93 0.04301075
2017 98 0.05102041
2018 102 0.03921569
2019 106 0.03773585
2020 110 0.03636364
2021 114 0.03508772
2022 118 0.03389831
2023 122 0.03278689
2024 126 0.03174603
2025 130 0.03076923
2026 134 0.02985075
2027 139 0.03597122
2028 143 0.02797203
2029 147 0.02721088
2030 151 0.02649007
2031 155 0.02580645
2032 159 0.02515723
2033 163 0.02453988
2034 167 0.0239521
Sumber : Hasil Pengolahan Data
91

Bus Kecil
100
y = 4.1x - 8172.6
80
R² = 0.9617
60

40

20

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

GRAFIK 4. 10 G RAFIK PERTUMBUHAN LALU L INTAS


KENDARAAN B US KECIL

Dari grafik 4.10 diperoleh R2 = 0.9617 dimana R2 adalah koefisien


determinasi berganda yang digunakan untuk mengukur kontribusi
seluruh variabel (x1,x2…xn) terhadap variabel terikat (y),
sehingga dapat diperoleh persamaan regresinya dan angka
pertumbuhan lalu lintas rata-rata sebesar 3.30421943%

91
92

 Pertumbuhan lalu lintas kendaraan bus besar


T ABEL 4. 16 PERTUMBUHAN L ALU L INTAS KENDARAAN B US
B ESAR B ABAT - J OMBANG
Bus Besar
Tahun LHR pers
No (x) (Y) regresi i irata2 i(%)
1 2012 21 22 0 0.049985268 4.99852681
2 2013 23 24 0.08333333
3 2014 27 26 0.07692308
4 2015 28 29 0.10344828
5 2016 30 31 0.06451613
2017 33 0.06060606
2018 35 0.05714286
2019 38 0.07894737
2020 40 0.05
2021 42 0.04761905
2022 45 0.06666667
2023 47 0.04255319
2024 49 0.04081633
2025 52 0.05769231
2026 54 0.03703704
2027 56 0.03571429
2028 58 0.03448276
2029 61 0.04918033
2030 63 0.03174603
2031 65 0.03076923
2032 68 0.04411765
2033 70 0.02857143
2034 72 0.02777778
Sumber : Hasil Pengolahan Data
93

Bus Besar
35
30 y = 2.3x - 4606.4
R² = 0.9653
25
20
15
10
5
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

GRAFIK 4. 11 GRAFIK PERTUMBUHAN L ALU L INTAS KENDARAAN


B US B ESAR

Dari grafik 4.11 diperoleh R2 = 0.9653 dimana R2 adalah koefisien


determinasi berganda yang digunakan untuk mengukur kontribusi
seluruh variabel (x1,x2…xn) terhadap variabel terikat (y),
sehingga dapat diperoleh persamaan regresinya dan angka
pertumbuhan lalu lintas rata-rata sebesar 4.99852681%

93
94

T ABEL 4. 17 PERTUMBUHAN L ALU L INTAS KENDARAAN B US


B ESAR J OMBANG – B ABAT
Bus Besar
Tahun LHR pers
No (x) (Y) regresi i irata2 i(%)
1 2012 23 24 0 0.042243077 4.22430771
2 2013 26 26 0.07692308
3 2014 27 27 0.03703704
4 2015 27 29 0.06896552
5 2016 32 31 0.06451613
2017 33 0.06060606
2018 35 0.05714286
2019 37 0.05405405
2020 39 0.05128205
2021 41 0.04878049
2022 43 0.04651163
2023 45 0.04444444
2024 46 0.02173913
2025 48 0.04166667
2026 50 0.04
2027 52 0.03846154
2028 54 0.03703704
2029 56 0.03571429
2030 58 0.03448276
2031 60 0.03333333
2032 62 0.03225806
2033 64 0.03125
2034 65 0.01538462
Sumber : Hasil Pengolahan Data
95

Bus Besar
35
30 y = 1.9x - 3799.6
R² = 0.8595
25
20
15
10
5
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

GRAFIK 4. 12 GRAFIK PERTUMBUHAN L ALU L INTAS KENDARAAN


B US B ESAR

Dari grafik 4.12 diperoleh R2 = 0.8595 dimana R2 adalah koefisien


determinasi berganda yang digunakan untuk mengukur kontribusi
seluruh variabel (x1,x2…xn) terhadap variabel terikat (y),
sehingga dapat diperoleh persamaan regresinya dan angka
pertumbuhan lalu lintas rata-rata sebesar 4.22430771%

95
96

 Pertumbuhan lalu lintas kendaraan truk 2 as sumbu kecil


T ABEL 4. 18 PERTUMBUHAN L ALU L INTAS KENDARAAN T RUK 2
A S S UMBU KECIL B ABAT - J OMBANG
Truk 2 Sumbu Kecil
Tahun LHR pers
No i irata2 i(%)
(x) (Y) regresi
1 2012 386 378 0 0.03406239 3.40623896
2 2013 392 399 0.05263158
3 2014 410 420 0.05
4 2015 450 441 0.04761905
5 2016 462 462 0.04545455
2017 483 0.04347826
2018 504 0.04166667
2019 525 0.04
2020 546 0.03846154
2021 567 0.03703704
2022 588 0.03571429
2023 609 0.03448276
2024 630 0.03333333
2025 651 0.03225806
2026 672 0.03125
2027 693 0.03030303
2028 714 0.02941176
2029 735 0.02857143
2030 756 0.02777778
2031 777 0.02702703
2032 798 0.02631579
2033 819 0.02564103
2034 840 0.025
Sumber : Hasil Pengolahan Data
97

Truk 2 Sumbu Kecil


500
y = 21x - 41874
400 R² = 0.9375

300

200

100

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

GRAFIK 4. 13 GRAFIK PERTUMBUHAN LALU L INTAS KENDARAAN


T RUK 2 A S SUMBU KECIL

Dari grafik 4.13 diperoleh R2 = 0.9375 dimana R2 adalah koefisien


determinasi berganda yang digunakan untuk mengukur kontribusi
seluruh variabel (x1,x2…xn) terhadap variabel terikat (y),
sehingga dapat diperoleh persamaan regresinya dan angka
pertumbuhan lalu lintas rata-rata sebesar 3.40623896%

97
98

T ABEL 4. 19 PERTUMBUHAN L ALU L INTAS KENDARAAN T RUK 2


A S S UMBU KECIL J OMBANG - B ABAT
Truk 2 Sumbu Kecil
Tahun LHR pers
No i irata2 i(%)
(x) (Y) regresi
1 2012 381 372 0 0.045546438 4.55464377
2 2013 401 405 0.08148148
3 2014 432 437 0.07322654
4 2015 450 470 0.07021277
5 2016 520 503 0.06560636
2017 535 0.05981308
2018 568 0.05809859
2019 601 0.05490849
2020 633 0.05055292
2021 666 0.04954955
2022 699 0.0472103
2023 732 0.04508197
2024 764 0.04188482
2025 797 0.04140527
2026 830 0.03975904
2027 862 0.03712297
2028 895 0.03687151
2029 928 0.03556034
2030 960 0.03333333
2031 993 0.03323263
2032 1026 0.03216374
2033 1059 0.03116147
2034 1091 0.02933089
Sumber : Hasil Pengolahan Data
99

Truk 2 Sumbu Kecil


600
500 y = 32.7x - 65421
400 R² = 0.9286
300
200
100
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

GRAFIK 4. 14 GRAFIK PERTUMBUHAN LALU L INTAS KENDARAAN


T RUK 2 A S

Dari grafik 4.14 diperoleh R2 = 0.9286 dimana R2 adalah koefisien


determinasi berganda yang digunakan untuk mengukur kontribusi
seluruh variabel (x1,x2…xn) terhadap variabel terikat (y),
sehingga dapat diperoleh persamaan regresinya dan angka
pertumbuhan lalu lintas rata-rata sebesar 4.55464377%

99
100

 Pertumbuhan lalu lintas kendaraan truk 3 sumbu


T ABEL 4. 20 PERTUMBUHAN L ALU L INTAS KENDARAAN T RUK 3
S UMBU B ABAT - J OMBANG
Truk 3 Sumbu
Tahun LHR pers
No (x) (Y) regresi i irata2 i(%)
1 2012 80 81 0 0.045793911 4.57939111
2 2013 84 88 0.07954545
3 2014 100 95 0.07368421
4 2015 104 102 0.06862745
5 2016 106 110 0.07272727
2017 117 0.05982906
2018 124 0.05645161
2019 131 0.05343511
2020 138 0.05072464
2021 146 0.05479452
2022 153 0.04575163
2023 160 0.04375
2024 167 0.04191617
2025 174 0.04022989
2026 182 0.04395604
2027 189 0.03703704
2028 196 0.03571429
2029 203 0.03448276
2030 210 0.03333333
2031 218 0.03669725
2032 225 0.03111111
2033 232 0.03017241
2034 239 0.0292887
Sumber : Hasil Pengolahan Data
101

Truk 3 Sumbu
120
y = 7.2x - 14406
100 R² = 0.905

80

60

40

20

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

GRAFIK 4. 15 GRAFIK PERTUMBUHAN LALU L INTAS KENDARAAN


T RUK 3 S UMBU

Dari grafik 4.15 diperoleh R2 = 0.905 dimana R2 adalah koefisien


determinasi berganda yang digunakan untuk mengukur kontribusi
seluruh variabel (x1,x2…xn) terhadap variabel terikat (y),
sehingga dapat diperoleh persamaan regresinya dan angka
pertumbuhan lalu lintas rata-rata sebesar 4.57939111%

101
102

T ABEL 4. 21 PERTUMBUHAN L ALU L INTAS KENDARAAN T RUK 3


S UMBU J OMBANG - B ABAT
Truk 3 Sumbu
Tahun LHR pers
No (x) (Y) regresi i irata2 i(%)
1 2012 84 83 0 0.04564045 4.56404495
2 2013 89 90 0.07777778
3 2014 94 98 0.08163265
4 2015 106 105 0.06666667
5 2016 112 112 0.0625
2017 120 0.06666667
2018 127 0.05511811
2019 134 0.05223881
2020 141 0.04964539
2021 149 0.05369128
2022 156 0.04487179
2023 163 0.04294479
2024 171 0.04678363
2025 178 0.03932584
2026 185 0.03783784
2027 193 0.04145078
2028 200 0.035
2029 207 0.03381643
2030 214 0.03271028
2031 222 0.03603604
2032 229 0.03056769
2033 236 0.02966102
2034 244 0.03278689
Sumber : Hasil Pengolahan Data
103

Truk 3 Sumbu
120
100 y = 7.3x - 14605
R² = 0.9724
80
60
40
20
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

GRAFIK 4. 16 G RAFIK PERTUMBUHAN L ALU L INTAS KENDARAAN


T RUK 3 S UMBU

Dari grafik 4.16 diperoleh R2 = 0.9724 dimana R2 adalah koefisien


determinasi berganda yang digunakan untuk mengukur kontribusi
seluruh variabel (x1,x2…xn) terhadap variabel terikat (y),
sehingga dapat diperoleh persamaan regresinya dan angka
pertumbuhan lalu lintas rata-rata sebesar 4.56404495 %

103
104

 Pertumbuhan lalu lintas kendaraan truk gandeng


T ABEL 4. 22 PERTUMBUHAN L ALU L INTAS KENDARAAN T RUK
GANDENG B ABAT - J OMBANG
Truk Gandeng
Tahun LHR pers
No (x) (Y) regresi i i rata2 i(%)
1 2012 89 89 0 0.0451 4.5065
2 2013 95 97 0.08247423
3 2014 104 104 0.06730769
4 2015 112 112 0.07142857
5 2016 119 120 0.06666667
6 2017 127 0.05511811
7 2018 135 0.05925926
8 2019 143 0.05594406
9 2020 150 0.04666667
10 2021 158 0.05063291
11 2022 166 0.04819277
12 2023 174 0.04597701
13 2024 181 0.03867403
14 2025 189 0.04232804
15 2026 197 0.04060914
16 2027 204 0.03431373
17 2028 212 0.03773585
18 2029 220 0.03636364
19 2030 227 0.030837
20 2031 235 0.03404255
21 2032 243 0.03292181
22 2033 251 0.03187251
23 2034 258 0.02713178
Sumber : Hasil Pengolahan Data
105

Truk Gandeng
140
120 y = 7.7x - 15404
100 R² = 0.9968
80
60
40
20
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

GRAFIK 4. 17 G RAFIK PERTUMBUHAN L ALU L INTAS KENDARAAN


T RUK 3 S UMBU

Dari grafik 4.17 diperoleh R2 = 0.9968 dimana R2 adalah koefisien


determinasi berganda yang digunakan untuk mengukur kontribusi
seluruh variabel (x1,x2…xn) terhadap variabel terikat (y),
sehingga dapat diperoleh persamaan regresinya dan angka
pertumbuhan lalu lintas rata-rata sebesar 4.5065%

105
106

T ABEL 4. 23 PERTUMBUHAN L ALU L INTAS KENDARAAN T RUK


GANDENG J OMBANG – B ABAT
Truk Gandeng
Tahun LHR pers
No (x) (Y) regresi i i rata2 i(%)
1 2012 95 93 0 0.0444 4.4362
2 2013 98 101 0.07920792
3 2014 108 109 0.0733945
4 2015 116 116 0.06034483
5 2016 125 124 0.06451613
6 2017 132 0.06060606
7 2018 140 0.05714286
8 2019 148 0.05405405
9 2020 155 0.04516129
10 2021 163 0.04907975
11 2022 171 0.04678363
12 2023 179 0.04469274
13 2024 187 0.04278075
14 2025 194 0.03608247
15 2026 202 0.03960396
16 2027 210 0.03809524
17 2028 218 0.03669725
18 2029 226 0.03539823
19 2030 233 0.03004292
20 2031 241 0.03319502
21 2032 249 0.03212851
22 2033 257 0.0311284
23 2034 265 0.03018868
Sumber : Hasil Pengolahan Data
107

Truk Gandeng
140
120 y = 7.8x - 15601
100 R² = 0.9794
80
60
40
20
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

GRAFIK 4. 18 G RAFIK PERTUMBUHAN L ALU L INTAS KENDARAAN


T RUK 3 S UMBU

Dari grafik 4.18 diperoleh R2 = 09794 dimana R2 adalah koefisien


determinasi berganda yang digunakan untuk mengukur kontribusi
seluruh variabel (x1,x2…xn) terhadap variabel terikat (y),
sehingga dapat diperoleh persamaan regresinya dan angka
pertumbuhan lalu lintas rata-rata sebesar 4.4362 %

107
108

 Pertumbuhan lalu lintas kendaraan truk gandeng


T ABEL 4. 24 PERTUMBUHAN L ALU L INTAS KENDARAAN
T RAILER B ABAT – J OMBANG
Truk Trailer
Tahun LHR pers
No (x) (Y) regresi i i rata2 i(%)
1 2012 19 19 0 0.0426 4.2574
2 2013 20 21 0.0952381
3 2014 23 22 0.04545455
4 2015 23 24 0.08333333
5 2016 25 25 0.04
6 2017 27 0.07407407
7 2018 28 0.03571429
8 2019 30 0.06666667
9 2020 31 0.03225806
10 2021 33 0.06060606
11 2022 34 0.02941176
12 2023 36 0.05555556
13 2024 37 0.02702703
14 2025 39 0.05128205
15 2026 40 0.025
16 2027 42 0.04761905
17 2028 43 0.02325581
18 2029 45 0.04444444
19 2030 46 0.02173913
20 2031 48 0.04166667
21 2032 49 0.02040816
22 2033 51 0.03921569
23 2034 52 0.01923077
Sumber : Hasil Pengolahan Data
109

Truk Trailer
30
25 y = 1.5x - 2999
R² = 0.9375
20
15
10
5
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

GRAFIK 4. 19 G RAFIK PERTUMBUHAN L ALU L INTAS KENDARAAN


T RUK 3 S UMBU

Dari grafik 4.19 diperoleh R2 = 0.9375 dimana R2 adalah koefisien


determinasi berganda yang digunakan untuk mengukur kontribusi
seluruh variabel (x1,x2…xn) terhadap variabel terikat (y),
sehingga dapat diperoleh persamaan regresinya dan angka
pertumbuhan lalu lintas rata-rata sebesar 4.2574 %

109
110

T ABEL 4. 25 PERTUMBUHAN L ALU L INTAS KENDARAAN T RAILER


J OMBANG - B ABAT
Truk Trailer
Tahun LHR pers
No (x) (Y) regresi i i rata2 i(%)
1 2012 22 22 0 0.0389 3.8858
2 2013 24 24 0.08333333
3 2014 23 25 0.04
4 2015 27 27 0.07407407
5 2016 28 28 0.03571429
6 2017 30 0.06666667
7 2018 31 0.03225806
8 2019 33 0.06060606
9 2020 34 0.02941176
10 2021 36 0.05555556
11 2022 37 0.02702703
12 2023 39 0.05128205
13 2024 40 0.025
14 2025 42 0.04761905
15 2026 43 0.02325581
16 2027 45 0.04444444
17 2028 46 0.02173913
18 2029 48 0.04166667
19 2030 49 0.02040816
20 2031 51 0.03921569
21 2032 52 0.01923077
22 2033 54 0.03703704
23 2034 55 0.01818182
Sumber : Hasil Pengolahan Data
111

Truk Trailer
30
25 y = 1.5x - 2996.2
R² = 0.8396
20
15
10
5
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

GRAFIK 4. 20 G RAFIK PERTUMBUHAN L ALU L INTAS KENDARAAN


T RUK 3 S UMBU

Dari grafik 4.20 diperoleh R2 = 0.8396 dimana R2 adalah koefisien


determinasi berganda yang digunakan untuk mengukur kontribusi
seluruh variabel (x1,x2…xn) terhadap variabel terikat (y),
sehingga dapat diperoleh persamaan regresinya dan angka
pertumbuhan lalu lintas rata-rata sebesar 3.8858%

111
112

T ABEL 4. 26 REKAPITULASI PERTUMBUHAN LALU L INTAS


KENDARAAN
I (%)
No Jenis Kendaraan Arah
Arah Babat Jombang
Sepeda motor, Sekuter, Spd kumbang,
1 3.95049487 5.945648832
Roda Tiga
2 Sedan,Jeep, Station Wagon 5.04188237 2.727566034
Opelet, Pick-up-opelet, Suburban, Combi,
3 4.58635798 4.296211624
Minibus
4 Pick Up, Micro Truck, Mobil Hantaran 4.74911628 3.894493013
5 Bus Kecil 3.30421943 4.784401075
6 Bus Besar 4.22430771 4.998526811
7 Truk 2 Sumbu Kecil 4.55464377 3.40623896
8 Truk 3 Sumbu 4.56404495 4.579391109
9 Truk Gandeng 4.43619647 4.506513165
10 Truk Trailer 3.88577157 4.257396722
4.3.2 Data Curah hujan
Data curah hujan adalah tinggi hujan dalam satu tahun
waktu yang dinyatakan dalam mm/hari.Data curah hujan ini
diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Provinsi Jawa
Timur untuk stasiun curah hujan terdekat dengan lokasi sistem
drainase. Data curah hujan dari pengamatan didapatkan curah
hujan rata –rata terbesar per tahun selama 10 tahun terakhir
sebagaimana terlihat pada table 4.5 Dari data tersebut kemudian
diolah untuk mendapatkan Intensitas hujan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
113

T ABEL 4. 27 M ENENTUKAN S TANDAR DEVIASI DARI D ATA C URAH


H UJAN
Data Curah Hujan
No. Tahun Maksimum (mm)
Xi
1 2006 79 -18.6 345.96
2 2007 92 -5.6 31.36
3 2008 97 -0.6 0.36
4 2009 86 -11.6 134.56
5 2010 89 -8.6 73.96
6 2011 94 -3.6 12.96
7 2012 90 -7.6 57.76
8 2013 123 25.4 645.16
9 2014 118 20.4 416.16
10 2015 108 10.4 108.16
n = 15 ∑Xi= 976
∑(𝑋𝑖 − 𝑋)2 1826.4
X rata rata 97.6
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Perhitungan :
a) Tinggi hujan maksimum rata-rata
∑𝑥
X= .......................................................... (Pers. 3.3)
𝑛
976
X= 10

= 97.6
b) Perhitungan standart deviasi

113
114

Sx= ......................................... (Pers. 3.4)

Sx = 13.5
Ditentukan periode ulang (T) untuk selokan samping 10 tahun

T ABEL 4. 28 NILAI Y N

n 0 1 2 3 4 5 6

10 0,4952 0,4996 0,5035 0,507 0,51 0,5126 0,5157


20 0,5225 0,5252 0,5288 0,5283 0,5255 0,5309 0,532
30 0,5352 0,5371 0,538 0,5388 0,5402 0,5402 0,541
40 0,5435 0,5422 0,5448 0,5453 0,5458 0,5453 0,5468
50 0,5485 0,5485 0,5493 0,5497 0,5501 0,5504 0,5508
60 0,5521 0,5534 0,5527 0,553 0,5533 0,5535 0,5538
70 0,5548 0,5552 0,5555 0,5555 0,5557 0,5559 0,5561
80 0,5569 0,557 0,5572 0,5574 0,5576 0,5578 0,558
90 0,5566 0,5589 0,5589 0,5591 0,5592 0,5593 0,5595
Sumber : SNI 03-3424-1994 Hal 16

Dari tabel tersebut didapatkan nilai Yn untuk periode ulang (T) 10


tahun adalah Yn= 0,4952
115

T ABEL 4. 29 NILAI YT
Periode Ulang Variasi yang
(Tahun) berkurang
2 0,3665
5 1,4999
10 2,2502
25 3,1985
50 3,9019
100 4,6001
Sumber : SNI 03-3424-1994 Hal 16

Dari tabel diatas dapat ditentukan nilai Yt untuk periode ulang


10 tahun adalah YT=1,4999

T ABEL 4. 30 NILAI S N

n 0 1 2 3 4 5 6
10 0,9496 0,9676 0,9833 0,9971 1,0095 1,026 1,0316
20 0,0628 1,0695 1,0695 1,0811 1,0854 1,095 1,0961
30 0,1124 1,1199 1,1199 1,1226 1,1255 1,125 1,1313
40 0,1413 1,1435 1,1435 1,148 1,1499 1,159 1,1538
50 0,1607 1,1523 1,1523 1,1558 1,1557 1,151 1,1596
60 0,1747 1,1759 1,1759 1,1782 1,1782 1,183 1,1814
70 0,1899 1,1653 1,1653 1,1681 1,169 1,168 1,1906
80 0,1938 1,1945 1,1945 1,1959 1,1967 1,193 1,198
90 0,2007 1,202 1,202 1,2025 1,2032 1,208 1,2044
Dari tabel diatas dapat diketahui nilai Sn untuk periode ulang
(T) adalah Sn= 0.9496
Setelah nilai Yn, Yt, Sn deiketahui kemudian menentukan nilai Xt
sebagai berikut :
𝑆𝑥
Xt = 𝑋 + (Yt – Yn) .................................................. (Pers. 3.5)
𝑆𝑛

115
116

13.5
= 97.6 + (1.4999 – 0.4952)
0.9496

= 111.8833 mm
Kemudian setelah nilai Xt diketahui, maka setelah itu dapat
menentukan intensitas curah hujan dengn cara sebagai berikut
90% × 𝑋𝑡
I= 4
............................................ (Pers. 3.6)
90% × 111.8833
=
4

= 25.173
Hasil dari perhitungan Intensitas kemudian di plotkan kedalam
kurva basis,yang kemudian digunakan untuk mencari nilai I dari tc
(waktu konsentrasi) untuk mencari nilai Q atau debit air. Langkah-
langkah adalah sebagai berikut :

Gambar kurva basis yang belum di plotkan intensitas


hujan

GAMBAR 4. 1 K URVA B ASIS

Mem-plotkan nilai I yang sudah dapat yaitu 25,173,kemudian


ditarik garis lurus sepanjang sumbu horizontal kurva
117

Dari ujung sumbu horizontal dibuat garis lengkung


seperti garis hitam yang sudah ada

117
118

(halaman ini sengaja di kosongkan)


BAB V
PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
5.1Analisa Data Lalu Lintas
5.1.1 Analisa Kapasitas Jalan Kondisi Eksisting
Dalam analisa kapasitas dibutuhkan hasil
perhitungan dari kapasitas dasar (Co), menentukan factor
penyesuaian akibat jalus lalu lintas (FCw), menentukan
factor penyesuaian akibat pemisah arah (FCsp) dan
menentukan factor penyesuaian akibat hambatan samping.
Dari serangkaian data tersebut akan digunakan untuk
menentukan nilai derajat kejenuhan (DS) pada kondisi
eksisting.

5.1.1.1 Menentukan Kapasitas Dasar


Kapasitas dasar jalan dapat ditentukan dengan
mengetahui dan melihat tipe ainyemen pada daerah
perencanaan.Dari hasil perhitungan tipe alinyemen
tersebut diatas, maka ruas jalan Babat – Bts. Jombang
STA 12+000 – 15+000 direncanakan 2 lajur 2 arah tak
terbagi (2/2 UD) adalah datar dengan menggunakan Pers.
2.1 sebagai berikut :

TABEL 5. 1 REKAPITULASI PERHITUNGAN ∆H

nomor PVI selisih


PVI1 50.406 2.474
PVI2 52.88 0.954
PVI3 53.834 3.173
PVI4 57.007 0.382
PVI5 57.389 2.312
PVI6 59.701 1.923
120

PVI 7 61.624 2.213


PVI8 63.837 16.033
PVI9 79.87 14.477
PVI10 94.347 11.357
PVI11 105.704 2.321
PVI12 108.025 5.773
PVI13 113.798 -5.327
PVI14 108.471 -1.08
PVI15 107.391 0
Jumlah 56.985
Sehingga :
∆𝐻 56.985
∑ 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑎𝑙𝑎𝑛
= 3
= 18.995 m/km > 10m/km

maka tipe alinyemen vertikal tergolong BUKIT


Untuk alinyemen horizontal :

TABEL 5. 2 REKAPITULASI S UDUT (∆) ALINYEMEN H ORIZONTAL


NO STA Δ
1 13 + 025 12
2 13 + 350 50
3 13+765 14
4 14+664 16
5 14+750 21
6 14+875 28
Sehingga perhitungan dilanjutkan menggunakan Pers. 2.2:
3,14
∆H 131 𝑥 ( )
180
ΣPanjang jalan
= 3
= 1 rad/km
Maka tipe alinyemen horizontal ruas jalan tersebut
tergolong BUKIT
121

TABEL 5. 3 TIPE ALINYEMEN B ERDASARAN

Sumber : MKJI 1997 hal. 6-40 Jalan Luar Kota

TABEL 5. 4 K APASITAS DASAR PADA J ALAN L UAR

Sumber : MKJI 1997 hal. 6-65 Jalan Luar Kota

Kemudian dari tabel kapasitas dasar (Co) pada jalan luar


kota 2 lajur 2 arah tak terbagi (2/2 D) untuk tipe alinyemen datar
diperoleh nilai Co = 3000.

5.1.1.2 Menentukan Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat


Lebar Jalur Lalu Lintas (FCw)
Dari tabel factor penyesuaian akiat lebar jalur lalu
lintas untuk tipe jalan 2/2 UD dengan lebar efektif pada tabel
sebesar 3m perjalur, maka didapatkan nilai FCw.

121
122

TABEL 5. 5 F AKTOR PENYESUAIAN A KIBAT LEBAR J ALUR L ALU

Sumber : MKJI 1997 hal. 6-66 Jalan Luar Kota

5.1.1.3 Menentukan Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat


Pemisah Arah (FCsp)
Pada data lalu lintas yang kami dapat sudah
dicantumkan bahwa ruas jalan Babat – Bts. Jombang STA
12+000 – 15+000 untuk faktor penyesuaian kapasitas
pemisah arah adalah 50% - 50%, dan untuk nilai FCsp yang
didapat dari tabel sebesar = 1,00.
123

TABEL 5. 6 F AKTOR PENYESUAIAN K APASITAS AKIBAT PEMISAH

Sumber : MKJI 1997 hal. 6-67 Jalan Luar Kota

5.1.1.4 Menentukan Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat


Hambatan Samping (FCsf)
Berdasarkan data jalan dan hasil survey lapangan, dapat
ditentukan bahwa ruas jalan jalan Babat – Bts. Jombang terdapat
pemukiman, dan sawah sehingga kelas hambatan samping pada
lokasi dapat digolongkan pada kelas rendah (L). Dari tabel faktor
penyesuaian akibat hambatan samping (FCsf) untuk tipe jalan 2 jalur
2 arah (2/2 UD) dengan kelas hambatan samping rendah dengan
adanya bahu jalan selebar 1,5 m, sehingga nilai FCsf = 0,91

123
124

5. 7 F AKTOR P ENYESUAIAN K APASITAS AKIBAT


TABEL
HAMBATAN

5.1.1.5 Menentukan Nilai Kapasitas (C)


Nilai kapasiatas (C) dapat ditentukan dengan menggunakan Pers.
2.3 berikut:

Co = 3000 smp/jam .......................... (Pers. 3.7)


FCw = 1,00
FCsp = 1,00
FCsf = 0,91

C = Co x FCw x FCsp x FCsf ....................... (Pers. 3.8)


= 3000 smp/jam x 1,00 x 1,00 x 0,91
= 2730 smp/jam
125

5.1.1.6 Menentukan Derajat Kejenuhan (DS)


Rumus yang digunakan untuk menentukan nilai DS dapat
menggunakan Pers. 2.4 sebagai berikut :

DS = ............................................ (Pers. 3.9)

Dengan rumus tersebut untuk mendapatkan nilai Q


menggunakan rumus berikut:

Q = LHRT x k x emp ....................................... (Pers. 3.10)

Berikut adalah contoh perhitungan DS pada kondisi


eksisting jalan:

TABEL 5. 8 P ERHITUNGAN D ERAJAT K EJENUHAN (DS) P ADA


K ONDISI J ALAN EKSISTING 2/2 UD B ABAT -J OMBANG TAHUN 2014
Tahun Arus
No Jenis Kendaraan k emp C Ds
2014 Kend/jam
Sepeda motor, Sekuter, Spd
1 10581 0.11 0.4 465.564
kumbang, Roda Tiga
2 Sedan,Jeep, Station Wagon 2,002 0.11 1 220.22
Opelet, Pick-up-opelet,
3 114 0.11 1 12.54
Suburban, Combi, Minibus
Pick Up, Micro Truck, Mobil
4 1,043 0.11 1.8 206.514 2730 0,49
Hantaran
5 Bus Kecil 166 0.11 1.8 32.868
6 Bus Besar 53 0.11 1.8 10.494
7 Truk 2 Sumbu Kecil 851 0.11 1.6 149.776
8 Truk 3 Sumbu 193 0.11 4.8 101.904
9 Truk Gandengan 212 0.11 4.8 111.936
10 Truk Trailer 47 0.11 4.8 24.816
1337

125
126

TABEL 5. 9 P ERHITUNGAN D ERAJAT K EJENUHAN (DS) P ADA


K ONDISI J ALAN EKSISTING 2/2 UD B ABAT -J OMBANG TAHUN 2015
Tahun Arus
No Jenis Kendaraan k emp C Ds
2015 Kend/jam
Sepeda motor, Sekuter, Spd
1 11,336
0.11 0.4 498.784
kumbang, Roda Tiga
2 Sedan,Jeep, Station Wagon 2,143 0.11 1 235.73
Opelet, Pick-up-opelet,
3 122
Suburban, Combi, Minibus 0.11 1 13.42
Pick Up, Micro Truck, Mobil 2730 0,53
4 1,115
0.11 1.8 220.77
Hantaran
5 Bus Kecil 185 0.11 1.8 36.63
6 Bus Besar 58 0.11 1.8 11.484
7 Truk 2 Sumbu Kecil 911 0.11 1.6 160.336
8 Truk 3 Sumbu 207 0.11 4.8 109.296
9 Truk Gandengan 228 0.11 4.8 120.384
10 Truk Trailer 50 0.11 4.8 26.4
1434
127

TABEL 5. 10 REKAPITULASI PERHITUNGAN DS


Tahun
No (x) ds
1 2014 0.4897
2 2015 0.5253
3 2016 0.5711
4 2017 0.5934
5 2018 0.6278
6 2019 0.6626
7 2020 0.6967
8 2021 0.7319
9 2022 0.7663
10 2023 0.8007
11 2024 0.8352
12 2025 0.8700
13 2026 0.9044
14 2027 0.9388
15 2028 0.9733
16 2029 1.0081
17 2030 1.0421
18 2031 1.0769
19 2032 1.1117
20 2033 1.1462
21 2034 1.1806
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa nilai
derajat kejenuhan (DS) selama umur rencana berada pada nilai
>0,75, maka dapat disimpulkan Jalan Babat – Bts Jombang
STA 12+000 – 15+000 selama umur perencanaan peningkatan
jalan membutuhkan pelebaran

127
128

5.1.2 Kontrol dan Perencanaan Kapasitas Jalan


Analisa kapasitas jalan eksisting 2/2 UD
mendapatkan DS>0,75. Maka di rencanakan kapasitas jalan
dengan dua tahap 2/2 D dari tahun 2014 sampai 2021 dan 4/2
D (mengguakan median)dari tahun 2021 sampai 2034 dengan
pelebaran jalan 3m.

5.1.2.1 Menentukan Kapasitas Dasar

TABEL 5. 11 K APASITAS DASAR PADA J ALAN LUAR


K OTA

Sumber : MKJI 1997 hal. 6-65 Jalan Luar Kota

Kemudian dari tabel kapasitas dasar (Co) pada jalan luar


kota 4 lajur 2 arah terbagi (4/2 D) untuk tipe alinyemen datar
diperoleh nilai Co = 1850.

5.1.2.2 Menentukan Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat


Lebar Jalur Lalu Lintas (FCw)
Dari tabel factor penyesuaian akiat lebar jalur lalu
lintas untuk tipe jalan 2/2 UD dengan lebar efektif pada tabel
sebesar 3m perjalur, maka didapatkan nilai FCw.
129

TABEL 5. 12 F AKTOR PENYESUAIAN A KIBAT LEBAR J ALUR L ALU

Sumber : MKJI 1997 hal. 6-66 Jalan Luar Kota

5.1.2.3 Menentukan Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat


Pemisah Arah (FCsp)
Pada data lalu lintas yang kami dapat sudah
dicantumkan bahwa ruas jalan Babat – Bts. Jombang STA
12+000 – 15+000 untuk faktor penyesuaian kapasitas
pemisah arah adalah 50% - 50%, dan untuk nilai FCsp yang
didapat dari tabel sebesar = 1,00.

129
130

TABEL 5. 13 F AKTOR PENYESUAIAN K APASITAS AKIBAT PEMISAH

Sumber : MKJI 1997 hal. 6-67 Jalan Luar Kota

5.1.1.4 Menentukan Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat


Hambatan Samping (FCsf)
Berdasarkan data jalan dan hasil perencanaan, dapat
ditentukan bahwa ruas jalan jalan Babat – Bts. Jombang terdapat
pemukiman, dan sawah sehingga kelas hambatan samping pada
lokasi dapat digolongkan pada kelas rendah (L). Dari tabel faktor
penyesuaian akibat hambatan samping (FCsf) untuk tipe jalan 4 jalur
2 arah (4/2 D) dengan kelas hambatan samping rendah dengan
perencanaan bahu jalan selebar 1,5 m, sehingga nilai FCsf = 0,95
TABEL 5. 14 F AKTOR P ENYESUAIAN K APASITAS AKIBAT
HAMBATAN
131

5.1.1.5 Menentukan Nilai Kapasitas (C)


Nilai kapasiatas (C) dapat ditentukan dengan menggunakan Pers.
2.3 berikut:

- Kondisi eksisting jalan menggunakan median (lebar


jalan 3m)
Co = 1850 smp/jam
FCw = 0,91
FCsp = 1,00
FCsf = 0,95

C = Co x FCw x FCsp x FCsf


= 1850 smp/jam x 0,91 x 1,00 x 0,95
= 1599,32 smp/jam

- Kondisi pelebaran jalan (lebar jalan 6m)


Co = 1850 smp/jam
FCw = 0,91
FCsp = 1,00
FCsf = 0,95

C = Co x FCw x FCsp x FCsf


= 1850 smp/jamx 2 x 0,91 x 1,00 x 0,95
= 3198,95 smp/jam

5.1.1.7 Menentukan Derajat Kejenuhan (DS)


Rumus yang digunakan untuk menentukan nilai DS dapat
menggunakan Pers. 2.4 sebagai berikut :

DS = ............................................ (Pers. 3.9)

Dengan rumus tersebut untuk mendapatkan nilai Q


menggunakan rumus berikut:

Q = LHRT x k x emp ....................................... (Pers. 3.10)

131
132

Berikut adalah contoh perhitungan DS pada kondisi


perencanaan jalan:

TABEL 5. 15 P ERHITUNGAN D ERAJAT K EJENUHAN (DS) P ADA


K ONDISI J ALAN EKSISTING 2/2 D B ABAT -J OMBANG T AHUN 2014
Tahun Arus
No Jenis Kendaraan k emp C DS
2014 smp/jam
Sepeda motor, Sekuter,
1 5366 0.11 0.4 236.104
Spd kumbang, Roda Tiga
Sedan,Jeep, Station
2 990 0.11 1 108.9
Wagon
Opelet, Pick-up-opelet,
3 Suburban, Combi, 62 0.11 1 6.82
Minibus
Pick Up, Micro Truck, 1599,32 0,42
4 524
Mobil Hantaran 0.11 1.8 103.752
5 Bus Kecil 82 0.11 1.8 16.236
6 Bus Besar 26 0.11 1.8 5.148
7 Truk 2 Sumbu Kecil 420 0.11 1.6 73.92
8 Truk 3 Sumbu 95 0.11 4.8 50.16
9 Truk Gandengan 104 0.11 4.8 54.912
10 Truk Trailer 22 0.11 4.8 11.616
Jumlah 668
Sumber : Hasil Pengolahan Data

TABEL 5. 16 P ERHITUNGAN D ERAJAT K EJENUHAN (DS) P ADA


K ONDISI J ALAN EKSISTING 2/2 D J OMBANG-B ABAT T AHUN 2014
Tahun Arus
No Jenis Kendaraan k emp C Ds
2014 Kend/jam
Sepeda motor, Sekuter, Spd
1 5388
0.11 0.4 237.072
kumbang, Roda Tiga
2 Sedan,Jeep, Station Wagon 1,012 0.11 1 111.32
Opelet, Pick-up-opelet,
3 53
0.11 1 5.83
Suburban, Combi, Minibus
133

Pick Up, Micro Truck, Mobil 1599,32 0,42


4 520
0.11 1.8 102.96
Hantaran
5 Bus Kecil 85 0.11 1.8 16.83
6 Bus Besar 27 0.11 1.8 5.346
7 Truk 2 Sumbu Kecil 437 0.11 1.6 76.912
8 Truk 3 Sumbu 98 0.11 4.8 51.744
9 Truk Gandengan 109 0.11 4.8 57.552
10 Truk Trailer 25 0.11 4.8 13.2
679
Sumber : Hasil Pengolahan Data

TABEL 5. 17 P ERHITUNGAN D ERAJAT K EJENUHAN (DS) P ADA


K ONDISI J ALAN EKSISTING 2/2 D B ABAT -J OMBANG T AHUN 2021
Tahun Arus
No Jenis Kendaraan k emp C Ds
2021 Kend/jam
Sepeda motor, Sekuter,
1 9,533 0.11 0.4 419.452
Spd kumbang, Roda Tiga
Sedan,Jeep, Station
2 1,231 0.11 1 135.41
Wagon
Opelet, Pick-up-opelet,
3 Suburban, Combi, 91 0.11 1 10.01 1599,32 0,64
Minibus
Pick Up, Micro Truck,
4 744 0.11 1.8 147.312
Mobil Hantaran
5 Bus Kecil 134 0.11 1.8 26.532
6 Bus Besar 42 0.11 1.8 8.316
7 Truk 2 Sumbu Kecil 567 0.11 1.6 99.792
8 Truk 3 Sumbu 146 0.11 4.8 77.088
9 Truk Gandengan 158 0.11 4.8 83.424
10 Truk Trailer 33 0.11 4.8 17.424
1025
Sumber : Hasil Pengolahan Data

133
134

TABEL 5. 18 P ERHITUNGAN D ERAJAT K EJENUHAN (DS) P ADA


K ONDISI J ALAN EKSISTING 2/2 D J OMBANG-B ABAT T AHUN 2021
Tahun Arus
No Jenis Kendaraan k emp C Ds
2021 Kend/jam
Sepeda motor, Sekuter,
1 Spd kumbang, Roda 7,695
Tiga 0.11 0.4 338.58
Sedan,Jeep, Station
2 1,626
Wagon 0.11 1 178.86
Opelet, Pick-up-opelet,
3 Suburban, Combi, 81
Minibus 0.11 1 8.91
Pick Up, Micro Truck,
4 808
0.11 1.8 159.984
Mobil Hantaran
5 Bus Kecil 114 0.11 1.8 22.572 1599,32 0,64
6 Bus Besar 41 0.11 1.8 8.118
7 Truk 2 Sumbu Kecil 666 0.11 1.6 117.216
8 Truk 3 Sumbu 149 0.11 4.8 78.672
9 Truk Gandengan 163 0.11 4.8 86.064
10 Truk Trailer 36 0.11 4.8 19.008
1018
Sumber : Hasil Pengolahan Data

TABEL 5. 19 P ERHITUNGAN D ERAJAT K EJENUHAN (DS) P ADA


K ONDISI J ALAN EKSISTING 4/2 D B ABAT -J OMBANG T AHUN 2034
Tahun Arus
No Jenis Kendaraan k emp C Ds
2034 Kend/jam
Sepeda motor,
Sekuter, Spd
1 17272 0.11 0.4 759.968
kumbang, Roda
Tiga
Sedan,Jeep,
2 1,672 0.11 1 183.92
Station Wagon
135

Opelet, Pick-up-
3 opelet, Suburban, 146 0.11 1 16.06
Combi, Minibus
Pick Up, Micro
4 Truck, Mobil 1,152 0.11 1.8 228.096 3198,95 0,53
Hantaran
5 Bus Kecil 221 0.11 1.8 43.758
6 Bus Besar 72 0.11 1.8 14.256
Truk 2 Sumbu
7 840 0.11 1.6 147.84
Kecil
8 Truk 3 Sumbu 239 0.11 4.8 126.192
9 Truk Gandengan 258 0.11 4.8 136.224
10 Truk Trailer 52 0.11 4.8 27.456
1684
Sumber : Hasil Pengolahan Data

TABEL 5. 20 P ERHITUNGAN D ERAJAT K EJENUHAN (DS) P ADA


K ONDISI J ALAN EKSISTING 4/2 D J OMBANG - B ABAT TAHUN 2034
Tahun Arus
No Jenis Kendaraan k emp C Ds
2034 Kend/jam
Sepeda motor, Sekuter,
1 11978 0.11 0.4 527.032
Spd kumbang, Roda Tiga
Sedan,Jeep, Station
2 2,766 0.11 1 304.26
Wagon
Opelet, Pick-up-opelet,
3 133 0.11 1 14.63
Suburban, Combi, Minibus
Pick Up, Micro Truck,
4 1,344 0.11 1.8 266.112 3198,95 0,53
Mobil Hantaran
5 Bus Kecil 167 0.11 1.8 33.066
6 Bus Besar 65 0.11 1.8 12.87
7 Truk 2 Sumbu Kecil 1,091 0.11 1.6 192.016
8 Truk 3 Sumbu 244 0.11 4.8 128.832
9 Truk Gandengan 265 0.11 4.8 139.92
10 Truk Trailer 55 0.11 4.8 29.04

135
136

1648
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Berikut ini adalah rekapitulasi perhitungan DS rencana dari mulai


awal umur rencana hingga akhir umur rencana yaitu:
TABEL 5. 21 R EKAPITULASI PERHITUNGAN DS 2/2 D DAN SETELAH
PELEBARAN 4/2 D

Tahun Type DS
No Jalan
(x) arah Jombang arah Babat
1 2014 2/2 D 0.4177 0.4432

2 2015 2/2 D 0.4527 0.4752

3 2016 2/2 D 0.5015 0.5157

4 2017 2/2 D 0.5140 0.5385

5 2018 2/2 D 0.5459 0.5698

6 2019 2/2 D 0.5777 0.6018

7 2020 2/2 D 0.6090 0.6325

8 2021 2/2 D 0.6409 0.6645

9 2022 4/2 D 0.3364 0.3482

10 2023 4/2 D 0.3523 0.3639

11 2024 4/2 D 0.3680 0.3799

12 2025 4/2 D 0.3839 0.3956

13 2026 4/2 D 0.3999 0.4112


137

14 2027 4/2 D 0.4155 0.4272

15 2028 4/2 D 0.4314 0.4429

16 2029 4/2 D 0.4474 0.4589

17 2030 4/2 D 0.4630 0.4745

18 2031 4/2 D 0.4793 0.4905

19 2032 4/2 D 0.4949 0.5062

20 2033 4/2 D 0.5108 0.5222

21 2034 4/2 D 0.5265 0.5379


Sumber : Hasil Pengolahan Data

5.2 Perencanaan Geometrik Jalan


Dalam perencanaan jalan raya perlu dipertimbangkan juga
mengenai aspek kenyamanan untuk pengguna jalan, untuk itu
perlu dilakukan kontrol geometrik jalan yang akan
direncanakan.

5.2.1 Kontrol Alinyemen


Untuk melakukan kontrol geometrik diperlukan rencana
jari-jari lengkung minimum, dengan menggunakan Pers.
2.5sebagai berikut:

Rmin= ....................................... (Pers. 3.11)

(50)2
Rmin= 127 ( 0.1 +0.16) = 75.71 m

137
138

5.2.1.1 Alinyemen Horizontal


Untuk kontrol alinyemen horizontal terdiri dari bagian lurus
dan bagian lengkung (tikungan) yang berfungsi mengimbangi
gaya sentrifugal yang diterima oleh kendaraan saat melaju
dengan kecepatan tertentu. Dari data yang ada pada ruas jalan
Babat-Bts. Jombang STA 12+000 – 15+000 terdapat tikungan
sebagai berikut :
1. Spiral –Circle –Spiral
Perhitungan lengkung Spiral –Circle –Spiral pada STA 13+025
dengan data sebagai berikut :
VR = 50 Km/Jam
Rc = 130 m
Δ = 50o
Ls = 50
Menentukan nilai Xs dan Ys
Nilai Xs dan Ys dapatdihitung dengan persamaan :

Xs = Ls ....................................... (Pers. 3.12)


502
=34 x ( 1 − 40 ×1302
)
=49,815

Ys = ........................................................ (Pers. 3.13)


502
= (6 ×130)
= 3,205
Menentukan θs
Nilai θs dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan :

θs = ............................................................ (Pers. 3.14)


139

90 × 50
=
𝜋 × 130
= 11,018
Menentukan nilai P
Nilai P dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan:

P= .................................. (Pers. 3.15)


502
= 6 ×80
− 130 (1 − 𝐶𝑜𝑠 11,018)
= 0,809
Menentukan nilai K
Nilai K dapat dihitung menggunakan persamaan :

K = Ls - ....................................... (Pers. 3.16)


502
= 10 - 40×130
= 24,673

Menentukan nilai Ts
Nilai Ts dapat ditentukan dengan menggunakanpersamaan :
Ts = {( Rc + P) tan 0,5 Δ} + K
= {(130 + 0,809) tan 0,5 . 50°} + 24,673
= 13,385
Menentukan nilai Es
Es = (Rc + P) sec ( ) –R ....................................... (Pers. 3.17)
= (130+0,809) sec (0,5. 50) –130
= 14,331
Menentukan nilai Lc
Nilai Lc dapat ditentukan menggunakan persamaan:

Lc= ....................................... (Pers. 3.18)

139
140

50°−2 ×11.018
= 180
× 𝜋 × 130
= 6,755
Menentukan nilai Ltot
Nilai Ltot dapat ditentukan menggunakan persamaan :
Ltot = Lc + 2Ls ........................................................... (Pers. 3.19)
= 63,446 + (2 × 50)
= 163,446

Kontrol
Lengkung Spiral –Circle –Spiral dapat dikontrol dengan syarat :
Ltot < 2 Ts
163,446 < 171,340 (OK!!!)

2. Spiral –Spiral
Perhitungan pada STA 14+664 dengan data sebagai berikut :
VR = 50
Km/Jam R =
110 m
∆ = 16o

Menentukan θs
Nilai θs dapat dihitung dengan persamaan :
θs = .................................................................. (Pers. 3.20)
θs = . 160
θs = 80
Menentukan nilai Ls
Nilai Ls dapat dihitung menggunakan persamaan :

Ls = .................................................. (Pers. 3.21)


141

2𝜋
Ls = × 2 × 8 × 110
360
Ls = 30,717 m
Menentukan nilai P dan K
Nilai P dan K dapat dihitung menggunakan persamaan:

P= ....................................... (Pers. 3.22)


30,7172
P= − 110 (1 − cos 8)
6×110
P = 0,359

𝐿𝑠2
K= 𝐿𝑠 − 40×𝑅𝑐 − 𝑅𝑐 × 𝑆𝑖𝑛𝜃𝑠 .......................... (Pers. 3.23)

30,7172
K= 30,717 − 40×110 − 110 × 𝑆𝑖𝑛 8
K=24,240

Menentukan nilai Ts
Nilai Ts dapat dihitung menggunakan persamaan :
1
Ts = (Rc+P) × Tan Δ + K .......................................... (Pers. 3.24)
2
Ts= (110+0,359) × Tan 8 + 24,240
Ts= 39,750
Menentukan Nilai Es
Nlai Es dapat dihitung menggunakan persamaan :
Es = ( Rc +P) sec ( ) –Rc .......................................... (Pers. 3.25)
Es = (110 + 0,359) sec 8 – 100
Es = 110,359
Kontrol
Lengkung Spiral –Spiral dapat di control menggunakan persamaan
:
2 Ls < 2 Ts
2 x 30,717 < 2 x 39,750
61,435 < 79,501 (OK!!!)

141
142

TABEL 5. 22 REKAPITULASI PERHITUNGAN ALINYEMEN H ORIONTAL


R
STA Δ R θs Ls Lc P k TS Vren Rmin Es Ec Tc Ltot tipe kontrol
min

13+025 12.0 80 6.0 16.755 - 0.1466 11.963 20.387 50 75.71 0.5880 - - - ss OK OK

13+350 50.0 130 11.018 50 63.45 0.8086 24.673 39.750 50 75.71 14.331 - - 163.446 cs OK OK

13+765 14.0 85 7 20.769 - 0.2122 15.158 25.621 50 75.71 0.8521 - - - ss OK OK

14+664 16.0 110 8 30.717 - 0.3591 24.240 39.750 50 75.71 1.4437 - - - ss OK OK

14+750 16.0 80 8 22.340 - 0.2612 15.921 27.201 50 75.71 1.0499 - - - ss OK OK


143

5.2.1.2 Alinyemen Vertikal


Alinyemen vertikal merupakan perpotongan pada bidang
vertikal dengan bidang permukaan jalan melalui garis semu
perpanjangan.Kelandaian diasumsikan bernilai positif (+) jika
tanjakan dan bernilai negative (-) jika turunan.
Dari data yang ada pada ruas jalan Pacitan –Bts. Kab
Ponorogo KM Sby. 260+700 –KM Sby. 264.100 terdapat
beberapa lengkung sebagai berikut :

1. Perhitungan Lengkung Vertikal Cembung STA


13+393
Kecepatan rencana (V) = 50 km/jam
Jarak pandang henti (S) = 55 m (tabel)
Jarak pandang mendahului (S) = 250 m (tabel)
G1 = 1,796%
G2 = 0,359 %
L lapangan = 100 m
Perbedaan Aljabar % (A) = G2 –G1
= 0,359-1,796
= -1,437 (cembung)

GAMBAR 5. 1 SKETSA LENGKUNG VERTIKAL CEMBUNG STA


144

Pada perhitungan analisa kapasitas dasar diketahui,bahwa


tipe medan adalah datar.

 Mencari Panjang (L)

1. JPH > L
(399)
Rumus 𝐿 = 2 ∗ 𝐽𝑃𝐻 − 𝐴
399
𝐿 = 2 ∗ 55 − 1,437
= -167,66 m
Berdasarkan JPH
JPH < L
𝐴∗𝐽𝑃𝐻 2
Rumus 𝐿 = ( 399
)...................................... (Pers. 3.28)
1,437 ∗552
𝐿=( ) = 10,895 m
399

2. Berdasarkan JPM
JPM>L
960
Rumus 𝐿 = (2𝐽𝑃𝑀 − ) .............. (Pers. 3.29)
𝐴
960
𝐿 = (2 × 250 − 1,437)= -168,058
JPM>L
960
Rumus 𝐿 = (2 ∗ 𝐽𝑃𝑀) −
𝐴
658
𝐿 = (2 × 550) − (0,45011) = -361,859 (Memenuhi)

L menggunakan L lapangan
L = 50
1
 STA PLV = 𝑆𝑇𝐴 𝑃𝑃𝑉 − × 𝐿 .............. (Pers. 3.30)
2
1
= 13393 − × 100 = 13343
2
1
 Elv PLV = 𝐸𝑙𝑣 𝑃𝑃𝑉 − 𝐺1 × 2 𝐿
1,437 1
= 57,007 − ( 100 ) × 2 × 100
145

= 56,109
1
 STA PTV = 𝑆𝑇𝐴 𝑃𝑃𝑉 + 2 × 𝐿 .............. (Pers. 3.31)
1
= 13393 + 2 × 100 = 13443
1
 Elv PTV = 𝐸𝑙𝑣 𝑃𝑃𝑉 − 𝐺2 × 2 × 𝐿

0,359 1
=57,007 + 100
×2 × 100

=57,1865
Ditinjau dari PLV
X= ¼ x L
(𝐴×𝑋 2 )
Y’1 = (200×𝐿)
(0,45011∗×252 )
= (200∗50)
= 0,0449 m
Elv PTV = (𝐸𝑙𝑣 𝑃𝐿𝑉 + 𝐺1 × 𝑋) − 𝑌′1 .............. (Pers. 3.32)
1,437
= (57,007 + ( 100 ) 𝑥 25 𝑚) − 0,0449 𝑚

= 57,411 m

 X=¾xL
(𝐴∗𝑋 2 )
Y’2 = (200∗𝐿) ................................................. (Pers. 3.33)
(0,45011∗752 )
= (200∗100)
= 0,040415 m
Elv = (𝐸𝑙𝑣 𝑃𝐿𝑉 + 𝐺1 × 𝑋) − 𝑌′2 .............. (Pers. 3.34)
0,405011
=(57,007 + ( 100 ) × 75) − 0,040415
= 6306,603 m
146

2. Perhitungan Lengkung Vertikal Cembung STA


13+500
Kecepatan rencana (V) = 50 km/jam
Jarak pandang henti (S) = 55 m (tabel)
Jarak pandang mendahului (S) = 250 m (tabel)
G1 = 0,359%
G2 = 1,045 %
L lapangan = 50 m
Perbedaan Aljabar % (A) = G2 –G1
=1,045-0,359
= 1,045 (cekung)

GAMBAR 5. 2 SKETSA LENGKUNG VERTIKAL CEKUNG


STA

Pada perhitungan analisa kapasitas dasar diketahui,bahwa


tipe medan adalah datar.
 Mencari Panjang (L)

3. JPH > L
(399)
Rumus 𝐿 = 2 ∗ 𝐽𝑃𝐻 − 𝐴
399
𝐿 = 2 ∗ 55 − = -217,75 m
1,045
Berdasarkan JPH
JPH < L
147

𝐴∗𝐽𝑃𝐻 2
Rumus 𝐿 = (150+(3,5 ×𝐽𝑃𝐻))........................... (Pers. 3.28)
1,437 ∗552
𝐿=( ) = 9,2296 m
150+(3,5×55
4. Berdasarkan JPM
JPM>L
150+(3,5×𝐽𝑃𝑀
Rumus 𝐿 = (2𝐽𝑃𝑀 − 𝐴
) .............. (Pers. 3.29)
150+(3,5×250
𝐿 = (2 × 250 − ) = -480.861
1,045
JPM<L
𝐴 ×𝐽𝑃𝑀 2
Rumus 𝐿 = 150+(3,5×𝐽𝑃𝑀)
1,045×2502
𝐿 = (150+(3,5×250)) = 63,72
L menggunakan L lapangan
L = 50
1
 STA PLV = 𝑆𝑇𝐴 𝑃𝑃𝑉 − × 𝐿 .............. (Pers. 3.30)
2
1
= 13500 − 2 × 50 = 13475
1
 Elv PLV = 𝐸𝑙𝑣 𝑃𝑃𝑉 − 𝐺1 × 𝐿
2
1,404 1
= 57,389 − ( 100 ) × 2 × 50
= 57,299
1
 STA PTV = 𝑆𝑇𝐴 𝑃𝑃𝑉 + × 𝐿 .............. (Pers. 3.31)
2

1
= 13500 + 2 × 50 = 13525
1
 Elv PTV = 𝐸𝑙𝑣 𝑃𝑃𝑉 − 𝐺2 × 2 × 𝐿

0,359 1
=57,389 + 100
×2 × 50

=57,74
Ditinjau dari PLV
148

X= ¼ x L
(𝐴×𝑋 2 )
Y’1 = (200×𝐿)
(1,045×12,52 )
= (200×50)
= 0,0163 m
Elv PTV = (𝐸𝑙𝑣 𝑃𝐿𝑉 + 𝐺1 × 𝑋) − 𝑌′1 .............. (Pers. 3.32)
1,404
= (57,389 + ( 100 ) 𝑥 12,5 𝑚) − 0,0163 𝑚

= 57,418 m

 X=¾xL
(𝐴×𝑋 2 )
Y’2 = (200∗𝐿) ................................................. (Pers. 3.33)
(1,045×37,52 )
= (200×100)
= 0,1469 m
Elv = (𝐸𝑙𝑣 𝑃𝐿𝑉 + 𝐺2 × 𝑋) − 𝑌′2 .............. (Pers. 3.34)
1,404
=(57,389 + ( 100 ) × 75) − 0,1469
= 57,418 m

TABEL 5. 23 REKAPITULASI PERHITUNGAN ALINYEMEN


V ERTIKAL
149

Jarak Pandang Jarak Pandang Kont


S S Kontrol Kont
Tipe Henti Mendahului rol
STA Jarak Jarak Jarak Kontro rol
Alinye L keny Jarak
PPV Pand Pand Keluwe Drai Pandan l Ken
G1 G2 A men lapan aman Pand
Renc ang ang san nase g Keluw yam
Vertika gan S>L S<L S>L S<L an ang
ana Hent Meny Menda esan ana
l Hent
i iap hului n
i
- -
12 + 0.33 0.204 Cembu 0.955 8.203 6.201
0.00 100 55 250 3056. -7119 30 38.6 OK OK OK OK
750 0% % ng 26 13 799
13 67
- - -
13 + 1.79 0.359 Cembu 10.89 93.55 9.235 57.4
0.01 100 55 250 167.6 168.0 30 OK OK OK OK
393 6% % ng 45 47 219 8
44 6 6
- - -
14 + 7.63 6.669 Cembu 7.316 62.82 6.201
0.00 50 55 250 303.4 494.8 30 38.6 OK OK OK OK
150 4% % ng 1 55 799
97 7 2
-
14 + 6.66 0.018 Cembu 36.87 302.6 316.6 31.25 194. Not
0.04 30 55 250 27.97 30 OK OK OK
509 9% 05 ng 62 32 67 964 56 OK
86
- -
14 + 5.69 Cembu 77.21 405.7 663.0 65.45 407. Not
0.044 0.10 50 55 250 70.82 30 OK OK OK
742 5% ng 71 44 86 63 4 OK
9 19
- - -
14 + Cembu 41.71 325.5 358.2 35.35 220. Not
1.73 0.072 0.05 30 55 250 37.48 30 OK OK OK
920 ng 32 18 03 99 08 OK
5% 4 5

- -
13 + 0.20 0.017 0.01 14.06 10.23 63.6
Cekung 50 55 250 105.1 143.8 97.07 30 OK OK OK OK
216 4% 96 59 07 136 8
4 4
150

- -
13 + 0.35 0.014 0.01 9.229 6.715
Cekung 50 55 250 217.7 480.8 63.72 30 41.8 OK OK OK OK
500 9% 04 05 56 938
5 6
-
13 + 1.40 0.018 0.00 4.248 3.091 19.2
Cekung 50 55 250 602.0 -1631 29.33 30 OK OK OK OK
664 4% 85 48 25 26 4
6
-
13 + 0.026 0.03 27.41 169.7 189.2 19.94 124.
0.46 Cekung 50 55 250 -0.34 30 OK OK OK OK
791 4 1 49 81 7 859 16
4%
13 + 2.64 0.066 0.03 35.27 243.3 243.5 25.66 159.
Cekung 100 55 250 24.25 30 OK OK OK OK
892 0% 34 99 55 65 4 838 76
14 + 5.23 0.076 0.02 21.17 72.38 146.1 15.40 95.8
Cekung 50 55 250 -32.89 30 OK OK OK OK
150 7% 34 4 06 21 6 488 8
14 + 1.80 0.056 0.03 34.35 236.5 237.2 155.
Cekung 50 55 250 21.95 30 25 OK OK OK OK
638 5% 95 89 69 04 0 6
- -
14 + 0.03 27.95 176.1 192.9 20.34 126.
4.90 0.017 Cekung 50 55 250 1.79 30 OK OK OK OK
858 17 36 45 9 062 6
0% 4
151

5.3 Perencanaan Perkerasan Rigid


Sebagai dasar perencanaan tebal perkerasan kaku,
diperlukan data-data masukan dari awal umur rencana atau
awal jalan dibuka pada tahun 2016 yang digunakan sebagai
perencanaan tebal perkerasan kaku (Rigid Pavement) sebagai
berikut :

5.3.1 Data Muatan Maksimum dan Pengelompokan


Kendaraan Niaga

TABEL 5. 24 D ATA M UATAN


M AKSIMUMDANPENGELOMPOKA KENDARAAN N IAGA
No. Golongan Berat Total Max (Ton)
1. Golongan I 2
2 Golongan II 18
3. Golongan III 25
4. Golongan IV 32
5. Golongan V 42
Untuk menentukan distribusi beban sumbu kendaraan
masing-masing jenis kendaraanmenggunakan data yang
diperoleh dari ketentuan yang ada khususnya bagi kendaraan
angkutan barang.
JBB = Jumlah Berat Beban (Kendaraan + Penumpang
+ Barang)
JBI = Jumlah Berat Ijin
MST = Muatan sumbu terberat
DAI = Daya Angkut Ijin

5.3.2 Distribusi Beban Sumbu Kendaraan


Perhitungan distribusi beban sumbu kendaraan sebagai
berikut :
a. Kendaraan Penumpang
152

Kendaraan mobil penumpang mempunyai berat


maksimum sebesar 2000 kg = 2 ton. Distribusi
bebannya adalah :

Beban sumbu depan = 50% x 2 ton = 1 ton


Beban sumbu belakang = 50% x 2 ton = 1 ton

b. Kendaraan Truck 2 as
Kendaraan truck 2 as mempunyai berat maksimum
18000 kg = 18 ton, dan distribusi beban sumbu sebagai
berikut :

Beban sumbu depan = 34% x 18 ton = 6 ton


Beban sumbu belakang = 66% x 18 ton = 12 ton

c. Kendaraan Truck 3 as
Kendaraan truck 3 as mempunyai berat maksimum
25000 kg = 25 ton, dan distribusi beban sumbu sebagai
berikut :
153

Beban sumbu depan = 25 % x 25 ton = 6.25 ton


Beban sumbu belakang =75 % x 25 ton = 18,75 ton

d. Kendaraan Truck Gandeng atau 4 as


Kendaraan truck 4 as mempunyai berat maksimum
3200 kg = 32 ton, dan distribusi beban sumbu sebagai
berikut :

Beban sumbu depan = 18 % x 32 ton = 7 ton


Beban sumbu tengah = 28 % x 32 ton = 9 ton
Beban sumbu tengah = 27 % x 32 ton = 8 ton
Beban sumbu belakang = 27 % x 32 ton = 8 ton

e. Truk Semi Trailer atau 5 as


Kendaraan truck 5 as mempunyai berat maksimum
42000 kg = 42 ton, dan distribusi beban sumbu sebagai
berikut :

Beban sumbu depan = 18 % x 42 ton = 7 ton


Beban sumbu tengah = 28 % x 42 ton = 12 ton
Beban sumbu tengah = 27 % x 42 ton = 11.5 ton
Beban sumbu belakang = 27 % x 42 ton = 11.5 ton
154

5.3.3 Data Perencanaan


5.3.3.1 Data Lalu Lintas
Data dan pertumbuhan lalu lintas alan Lingkar Luar
Timur Surabaya adalah sebagai berikut :
a. Data lalu-lintas harian rata-rata :

 Golongan 1 = 29499 Buah/hari


 Golongan 2 = 16773 Buah/hari
 Golongan 3 = 953 Buah/hari
 Golongan 4 = 3443 Buah/hari
 Golongan 5 = 3121 Buah/hari
a. Pertumbuhan lalu-lintas (i) :
 Golongan I = 4%
 Golongan II = 5%
 Golongan III = 5%
 Golongan IV = 5%
 Golongan V = 5%
5.3.3.2 Analisa CBR
Pada perencanaan pembangunan Jalan Lingkar Luar
Timur Surabaya ini, untuk perhitungan pelat beton pada
jalan, CBR yang digunakan adalah CBR tanah dasar.
TABEL 5. 25 DATA CBR TANAH DASAR

NO STA CBR
1 12+250 4,13
2 13+500 4,55
3 14+400 4,03
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi
Jawa Timur

Dari tabel 5.10, CBR yang digunakan adalah rata-rata


dari CBR, yaitu sebesar 4.24 %.
155

Setelah didapatkan nilai CBR tanah dasar. Selanjutnya,


diplotkan ada grafik gambar 2.11 pada bab II, yang
ditunjukkan pada gambar 5.21 untuk menentukan tebal
pondasi bawah yang digunakan.

GRAFIK 5. 1 TEBAL PONDASI B AWAH M INIMUM


Dari hasil grafik di atas, dapat ditentukan pondasi
bawah minimum yaitu 125 mm CBK . Untuk mendapatkan
nilai CBR tanah efektif, maka menggunakan grafik dari
gambar 2.12 pada bab II, yang ditunjukkkan pada Gambar
5.2 sebagai berikut :

GRAFIK 5. 2 CBR TANAH DASAR EFEKTIF DAN TEBAL P ONDASI


B AWAH
156

Dari grafik di atas, didapatkan nilai CBR efektif 27 %


dengan pondasi minimal 100 mm CBK.

- Pondasi Bawah
Pondasi bawah yang digunakan pada proyek akhir ini
adalah pondasi bawah dengan bahan Campuran Beton
Kurus (CBK) yang berupa Lean Concrete (LC) dengan
mutu beton K-100.
- Beton Semen
Kekuatan beton yang digunakan pada perencanaan
jalann pada proyek akhir ini adalah sebesar 350 Mpa.
- Umur Rencana
Perencanaan jalan dengan perkerasan kaku (rigid
pavement) pada proyek akhir ini adalah 20 tahun.

Lajur Rencana dan Koefisien Distribusi


Lajur rencana dan koefisien distribusi dapat pada tabel
5.21 adalah sebesar 0,50 dengan lebar perkerasan 5,50 m
≤ Lp < 8,25 m.
TABEL 5. 26 J UMLAH L AJUR B ERDASARKAN LEBAR PERKERASAN
D AN K OEFISIEN DISTRIBUSI (C) KENDARAAN NIAGA PADA L AJUR
R ENCANA
Lebar perkerasan (Lp) Koefisien distribusi
1 Arah 2 Arah
Lp < 5,50 m 1 1
5,50 m ≤ Lp < 8,25 m 0,70 0,50
8,25 m ≤ Lp < 11,25 m 0,50 0,475
11,23 m ≤ Lp < 15,00 m - 0,45
15,00 m ≤ Lp < 18,75 m - 0,425
18,75 m ≤ Lp < 22,00 m - 0,40
Sumber : SNI Perencanaan Perkerasan Beton Semen
157

PD T-14-2003
5.3.3.3 Faktor Keamanan Beban
Faktor kemanan beban dari tabel 5.22 diperoleh
sebesar 1,1.
TABEL 5. 27 F AKTOR KEAMANAN BEBAN

Sumber : SNI Perencanaan Perkerasan Beton Semen PD


T-14-2003

5.3.3.4 Perhitungan Pelat Beton


Perhitungan pelat beton adalah sebagai berikut :
Jenis perkerasan = BBTT dengan ruji
Jenis bahu = dengan bahu beton
Umur rencana = 20 tahun
Kuat tarik lentur beton = 14,0 MPa
(f’cf) umjur 28 hari
CBR tanah dasar = 4,05 %
CBR efektif = 27%
158

TABEL 5. 28 PERHITUNGAN J UMLAH SUMBU BERDASARKAN JENIS DAN BEBANNYA

Jmh Jmh Jmh STRT STRG STdRG


Konfigurasi Beban sumbu (ton) Sumbu
Kend Sumbu BS JS BS JS BS JS
Jenis Kendaraan per
(JSKNH)
kendaraan
RD RB RGD RGB (bh) ton bh ton bh ton bh
(bh) (bh)
Bus kecil 3.00 5.00 82 2 164 3.00 82 5.00 82
Bus Besar 5.00 9.00 30 2 60 5.00 30 9.00 30

Truk 2 as Ringan 2.00 4.00 504 2 1008 2.00 504

4.00 504
Truk 2 as
5.00 9.00 442 2 884 5.00 442 9.00 442
Sedang
Truk 3 as 6.00 19.00 134 3 402 6.00 134 19.00 134
Truk
4.00 11.00 4.00 12.00 97 4 388 4.00 97 9.00 97
Gandengan
9.00 97
9.00 97
Truck Trailer 8 12 22 44 3 132 8.00 44 12.00 44 22.00 44
Jumlah sumbu kendaraan niaga (JSKN) 3038 1837 889 178
159

Berdasarkan persamaan, jumlah sumbu kendaraan niaga (JSKN)


selama umur rencana (20 tahun) adalah sebagai berikut :
JSKN = 365 x JSKNH x R x C .... (Pers. 3.36)
JSKNH = 3038 buah

................................ (Pers. 3.37)


Faktor pertumbuhan lalu lintas pada jenis kendaraan bus kecil
adalah
(1+0.3,76)20 −1
𝑅= 0.05
= 29.05
JSKN = 365 x JSKNH x R ....................... (Pers. 3.38)

= 365 x 164 x 29,05


= 1738775
JSKN Rencana = JSKN x C ........................................ (Pers. 3.39)

C = 0.5 {Lebar perkerasan 7 m (5,50 m ≤ Lp <


8,25 m) dengan jumlah lajur 4, 2 arah}
JSKN Rencana = 33572300 x 0.5
= 16786150
160

TABEL 5. 29 REKAPITULASI PERHITUNGAN JSKN


Jenis Kendaraan R JSKNH JSKN
Bus Kecil 29.05 164 1738775
Bus Besar 32.24 60 706046
Truk Ringan 2 sumbu 31.08 1008 11433975
Truk Sedang 2 sumbu 30.92 884 9975151
Truk 3 sumbu 30.98 402 4545700
Truk Gandengan 31.31 388 4433526
Truk Trailer 30.00 132 1445173
JSKNR 33572300
161

TABEL 5. 30 PERHITUNGAN REPETISI SUMBU YANG TERJADI


Jenis Beban sumbu Jumlah Proporsi Proporsi Lalu-lintas Repetisi
Sumbu (ton) Sumbu Beban Sumbu Rencana yang terjadi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)=(4) x (5) x (6)
STRT 8.00 44 0.024 0.63 16786150 254336
6.00 134 0.073 0.63 16786150 774568
5.00 472 0.257 0.63 16786150 2728327
4.00 601 0.327 0.63 16786150 3473993
3.00 82 0.045 0.63 16786150 473989
2.00 504 0.274 0.63 16786150 2913299
Total STRT 1837 1.000 10618512
STRG 12.00 44 0.049 4.99 16786150 4149385
9.00 763 0.858 4.99 16786150 71954116
5.00 82 0.707 4.99 16786150 59263695
Total STRG 889 1.615 135367196
STdRG 22.00 44 0.247 0.02 16786150 62869
19.00 134 0.753 0.02 16786150 191466
Total STdRG 178 1.000 254336
Total 2904 3.615
KUMULATIF 146240044
162

a. Proporsi Beban
Proporsi beban didapatkan dari hasil bagi antara jumlah sumbu
tiap beban dibagi total keseluruhan jumlah sumbu, seperti berikut
ini :
Jumlah sumbu pada suatu beban
Proporsi Beban =
Jumlah keseluruhan sumbu

Pada STRT
44
Proporsi Beban (Beban sumbu 8 ton) = = 0.024
1837
134
Proporsi Beban (Beban sumbu 6 ton) = = 0.073
1837
472
Proporsi Beban (Beban sumbu 5 ton) = = 0.257
1837
Pada STRG
44
Proporsi Beban (Beban sumbu 12 ton) = = 0.049
889
763
Proporsi Beban (Beban sumbu 9 ton) = = 0.858
889
Pada STdRG
44
Proporsi Beban (Beban sumbu 23 ton) = = 0.247
178
134
Proporsi Beban (Beban sumbu 19 ton) = = 0.753
178
163

b. Proporsi Sumbu
Proporsi sumbu didapatkan dari hasil bagi antara total
keseluruhan jumlah sumbu dibagi total jumlah sumbu
keseluruhan jenis kendaraan. Berikut adalah perhitungan untuk
menentukan proporsi sumbu :
Pada STRT
1837
Proporsi Sumbu = = 0.63
2904
Pada STRG
889
Proporsi Sumbu = = 4.99
2904
Pada STdRG
178
Proporsi Sumbu = = 0.02
2904

 Perhitungan Tebal Plat Beton :


 Data teknis perhitungan tebal plat beton :
 Jenis perkerasan = BBTT dengan ruji
 Jenis bahu = Dengan bahu beton
 Umur rencana = 30 tahun
 Faktor keamanan beban = 1,1
 CBR tanah dasar = 4,05 %
 Tebal taksiran pelat beton
Peningkatan Jalan = 28 cm
Pelebaran Jalan = 30 cm
Perhitungan tebal pelat yang akan digunakan dengan cara
memilih tebal pelat tertentu dan menganalisanya dari factor fatique
dan erosi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk
mendapatkan tebal pelat beton pada setiap masing-masing jenis
kendaraan, dijelaskan sebagai berikut :
164

 Kolom jenis sumbu = Pembagian jenis – jenis sumbu pada


setiap as jrnis kendaraan STRT, STRG, dan STdRG.
 Kolom beban sumbu = Beban sumbu yang diambil merupakan
bebansumbu dari masing-masing jenis kendaraan.
 Kolom beban rencana = Beban sumbu dikalikan dengan factor
keamanan (Fk =1,1)
 Kolom repetisi beban = Repetisi beban yang diambil
merupakan jumlah repetisi yang terjadi pada masing-masing
kombinasi konfigurasi sumbu kendaraan.
 Kolomfaktor tegangan dan erosi (TE) dan Faktor Erosi (FE)
dapat dilihat di buku Perencanaan Perkerasan Beton Semen
Pd-T-14-2003 hal.25 dan FRT didapat dari :
𝑇𝐸
𝐹𝑅𝑇 =
𝐾𝑢𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑟𝑖𝑘 𝑙𝑛𝑡𝑢𝑟 𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛
 Kolom repetisi beban ijin pada analisa fatik dapat dilihat dari
nomogram pada gambar nomogramyang ada di buku
Perencanaan Perkerasan Beton Semen Pd-T-14-2003 hal.26
pada masing-masing konfigurasi sumbu kendaraan dapat
diketahui repetisi beban ijin. Jika didpat repetisi beban ijin
melampaui batas pada gambar nomogram, maka analisis
tersebut mempunyai nilai yang tidak terbatas (TT).
 Kolom persen rusak dari analisa fatik = persen rusak pada
analisa fatik menunjukkan factor adanya kerusakan apabila
merencanakan dengan tebal beton tersebut. Pada analisa fatik
di sisni, jumlah dari persenrusak paad seluruh sumbu
kendaraan tidak boleh melampaui dari nilai 100 %.
Dengan cara :

𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑟𝑒𝑝𝑒𝑡𝑖𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖


𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑟𝑢𝑠𝑎𝑘 = 𝑥 100
𝑅𝑒𝑝𝑒𝑡𝑖𝑠𝑖 𝑖𝑗𝑖𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑛𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎 𝑓𝑎𝑡𝑖𝑘

 Kolom repetisi beban ijin pada analisa erosi dapat dilihat dari
nomogram (Buku Perencanaan Perkerasan Beton Semen Pd-T-
14-2003 hal28) pada masingmasing konfigurasi sumbu
kendaraan dapat diketahui repetisi beban ijin melampaui batas
165

pada gambar nomogram, maka analisis tersebut mempunyai


nilai yang tidak terbatas (TT).
 Kolom persen rusak dari analisa erosi = persen rusak pada
analisa erosi menunjukkan factor adanya kerusakan apabila
merencanakan dengan tebal beton tersebut. Pada analisa erosi
di sisni, jumlah dari persen rusak pada seluruh sumbu
kendaraan tidak boleh melampaui dari nilai 100 %.
Dengan cara:

𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑟𝑢𝑠𝑎𝑘
𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑟𝑒𝑝𝑒𝑡𝑖𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖
= 𝑥 100%
𝑅𝑒𝑝𝑒𝑡𝑖𝑠𝑖 𝑖𝑗𝑖𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑛𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎 𝑒𝑟𝑜𝑠𝑖
166

TABEL 5. 31 PERHITUNGAN ANALISA FATIK DAN EROSI PADA PENINGKATAN J ALAN


Beban Sumbu Beban Repetisi Faktor Analisa Fatik Analisa Erosi

Jenis Sumbu Rencana yang Tegangan Repetisi Persen Repetisi Persen


ton (kN) Per Roda
terjadi dan Erosi Ijin Rusak Ijin Rusak
(kN)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
STRT 8.00 80.00 44.00 254336 TE : TT 0.00% TT 0.00%
6.00 60.00 33.00 774568 0.55 TT 0.00% TT 0.00%
5.00 50.00 27.50 2728327 FRT : TT 0.00% TT 0.00%
4.00 40.00 22.00 3473993 0.039 TT 0.00% TT 0.00%
3.00 30.00 16.50 473989 FE : 0.00% TT 0.00%
2.00 20.00 11.00 2913299 1.96 TT 0.00% TT 0.00%
STRG 12.00 120.00 33.00 4149385 TE : TT 0.00% 7000000 59.28%
0.9
9.00 90.00 24.75 71954116 FRT : TT 0.00% TT 0.00%
5.00 50.00 13.75 59263695 0.06 TT 0.00% TT 0.00%
FE :
2.56
STdRG 22.00 220.00 30.25 62869 TE : TT 0.00% 3200000 1.96%
19.00 190.00 26.13 191466 0.78 TT 0.00% 90000000 0.21%
FRT :
0.06
FE :
2.72
0% 61.45%
TOTAL :
< 100% < 100%
167

TABEL 5. 32 PERHITUNGAN ANALISA FATIK DAN EROSI PADA PELEBARAN J ALAN


Beban Sumbu Beban Repetisi Faktor Analisa Fatik Analisa Erosi

Jenis Sumbu Rencana yang Tegangan Repetisi Persen Repetisi Persen


ton (kN) Per Roda
terjadi dan Erosi Ijin Rusak Ijin Rusak
(kN)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
STRT 8.00 80.00 44.00 254336 TE : TT 0.00% TT 0.00%
6.00 60.00 33.00 774568 0.55 TT 0.00% TT 0.00%
5.00 50.00 27.50 2728327 FRT : TT 0.00% TT 0.00%
4.00 40.00 22.00 3473993 0.039 TT 0.00% TT 0.00%
3.00 30.00 16.50 473989 FE : 0.00% TT 0.00%
2.00 20.00 11.00 2913299 1.96 TT 0.00% TT 0.00%
STRG 12.00 120.00 33.00 4149385 TE : TT 0.00% 7000000 59.28%
0.9
9.00 90.00 24.75 71954116 FRT : TT 0.00% TT 0.00%
5.00 50.00 13.75 59263695 0.06 TT 0.00% TT 0.00%
FE :
2.56
STdRG 22.00 220.00 30.25 62869 TE : TT 0.00% 3200000 1.96%
19.00 190.00 26.13 191466 0.78 TT 0.00% 90000000 0.21%
FRT :
0.06
FE :
2.72
0% 61.45%
TOTAL :
< 100% < 100%
168

GAMBAR 5. 3 ANALISA F ATIK D AN B EBAN REPETISI IJIN


BERDASARKAN RASIO TEGANGAN, DENGAN/TANPA B AHU
BETON P ADA P ELEBARAN J ALAN
169

GAMBAR 5. 4 ANALISA F ATIK D AN B EBAN REPETISI IJIN


BERDASARKAN RASIO TEGANGAN, DENGAN/TANPA B AHU
BETON P ADA P ELEBARAN J ALAN
170

GAMBAR 5. 5 ANALISA F ATIK D AN B EBAN REPETISI IJIN


BERDASARKAN RASIO TEGANGAN, DENGAN/TANPA B AHU
BETON P ADA P ELEBARAN J ALAN
171

GAMBAR 5. 6 ANALISA E ROSI DAN JUMLAH REPETISI IJIN


BERDASARKAN F AKTOR EROSI, DENGAN BAHU BETON
P ADA P ELEBARAN JALAN
172

GAMBAR 5. 7 ANALISA E ROSI DAN JUMLAH REPETISI IJIN


BERDASARKAN F AKTOR EROSI, DENGAN B AHU BETON
P ADA P ELEBARAN JALAN
173

GAMBAR 5. 8 ANALISA E ROSI DAN JUMLAH REPETISI IJIN


BERDASARKAN F AKTOR EROSI, DENGAN BAHU BETON
P ADA P ELEBARAN JALAN
174

5.3.4 Perhitungan Sambungan


Perhitungan beton bersambung tanpa tulangan
 Spesifikasi Beton :
 Tebal pelat beton = 30 cm untuk pelebaran
jalan dan 28 cm untuk peningkatan
 Lebar Pelat =3m
 Panjang Pelat Beton = 5 m
 Material :
Beton k-400
 Kuat tekan beton (fc’) =350 kg/cm2
 Tegangan leleh baja (fy) =2400 kg/cm2
 Es/Ec (n) =6
 Koefisien gesek antara beton dan fondasi bawah
(µ) = 1,0
 Fcf = 4,25 Mpa
 Ambil Fct = 0,5 x 42,5
= 21,25 kg/cm2
Baja BJTU-24

 Kuat tarik baja leleh (fy) =240 Mpa


 Kuat tarik ijin (fa) = 0,6 x 240 Mpa = 144 Mpa
 Grafitasi = 9,81m/det2
Perhitungan Sambungan
o Sambungan Memanjang menggunakan batang pengikat
Tie bars (construction Joint)
Spesifikasi :
Lebar jalan = 6 m
B =3m
175

Tebal (h) = 30 cm untuk pelebaran jalan dan 28 cm


untuk peningkatan

At = 204 x b x h
= 204 x 3 x 0,3 = 183,6 mm2 (untuk pelebaran jalan)

At = 204 x b x h
= 204 x 3 x 0,28 = 171,36 mm2 (untuk peningkatan)

Direncanakan Sambungan menggunakan tulangan


diameter 16 mm (minimal) maka luasnya :
A pakai = 0,25 x π x d2
= 0,25 x 3,14 x 162 = 200,96 mm2

Kebutuhan sambungan memanjang per meternya :


𝐴𝑡 183,6
= = 0,91 = 1 buah (untuk pelebaran
𝐴 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 200,96
jalan)
𝐴𝑡 171,36
= = 0,85 = 1 buah (untuk
𝐴 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 200,96
peningkatan)
Jarak antar sambungan adalah 1000/1 = 1000 mm
Jarak maksimal tie bars = 750 mm
Panjang batang pengikat :
I = (38,3 x Φ ) + 75
= 687,8 mm = 700 mm
o Sambungan susut melintang (contraction joint)
menggunakan dowel
176

 Tebal slab beton 28 cm untuk peningkatan jalan


dan 30 cm untuk pelebaran jalan

Sumber : U.S. Department of Transportation Federal Aviation Administration

Maka di pasang dowel sebagai berikut :

Panjang dowel : 480 mm

Diameter dowel: 25 mm

Jarak dowel : 305 mm

GAMBAR 5. 9 SAMBUNGAN T IE B AR
177

GAMBAR 5. 10 S AMBUNGAN D OWEL

GAMBAR 5. 11 DETAIL SAMBUNGAN


178

5.4 Perencanaan Drainase


Drainase merupakan system pengeringan dan
pengaliran air yang berfungi untuk mengendalikan kelebihan
air permukaan. Dalam perencanaan jalan, drainase menjadi
bagian penting yang perlu untuk diperhatikan karena jika air
dibiarkan menggenang di atas permukaan badan jalan, maka
hal tersebut dapat menyebabkan rusaknya konstruksi jalan.
Hal –hal yang diperlukan dalam perencanaan drainase yaitu
analisa curah hujan dan perencanaan desain saluran drainase,
agar dapat menampung deit air yang mengalir. Berdasarkan
perumusan SNI 03-3424-1994 Tata Cara Perencanaan
Drainase Permukaan Jalan.
Dimensi dan letak drainase direncanakan sesuai umur
rencana 20 tahun. Saluran drainase menggunakan saluran U-
Ditch Precast/pra cetak.

a. Perhitungan Debit dan Dimensi Saluran


TABEL 5. 33 P ERHITUNGAN C URAH H UJAN D AERAH
Data Curah Hujan
No. Tahun Maksimum (mm)
Xi
1 2006 79 -18.6 345.96
2 2007 92 -5.6 31.36
3 2008 97 -0.6 0.36
4 2009 86 -11.6 134.56
5 2010 89 -8.6 73.96
6 2011 94 -3.6 12.96
7 2012 90 -7.6 57.76
8 2013 123 25.4 645.16
9 2014 118 20.4 416.16
10 2015 108 10.4 108.16
n = 15 ∑Xi= 976
∑(𝑋𝑖 − 𝑋)2 = 1826.4
X rata rata 97.6
n = 10 ∑ = 1826,4
179

a. Tinggi hujan maksimum rata – rata


∑𝑋𝑖 976
X rata- rata = 𝑛
= 10
= 97,6
b. Standar deviasi

∑𝑋𝑖−𝑋 2 1826,4
Sx = √( 𝑛
) =√( 10
) = 13,5

Untuk menentukan besarnya curah hujan pada periode ulang T


tahun, digunakan persamaan di bawah ini. Periode ulang (T) untuk
selokan samping ditentukan 10 tahun.
𝑋𝑟𝑎𝑡𝑎2+𝑠𝑥
 𝑋𝑡 = 𝑠𝑛∗(𝑌𝑡−𝑌𝑛)

Periode Ulang (T) = 5 tahun dan n = 10


TABEL 5. 34 PERIODE ULANG
Periode Ulang(Tahun) Variasi yang berkurang
2 0,3665
5 1,4999
10 2,2502
25 3,1985
50 3,9019
100 4,6001
Sumber:Tata Cara Perencanaan Drainase Jalan
SNI 03-3424-1994
Yt = 1,4999
Yn = 0,4957
Sn = 0,9496
97,6 +13,5
 𝑋𝑡 = 0,9496∗(1,4999−0,4957)

= 111,88 mm
180

Bila curah hujan efektif dianggap mempunyai penyebaran


seragam selama 4 jam, maka I didapat dari persamaan :
90%∗𝑋𝑡
𝐼= 4
0,9 ×111,88
𝐼= 4
= 25,173 mm/jam

Perhitungan Dimensi Saluran


Dengan sumber debit :
L = Permukaan jalan sesuai dengan perencanaan
L2 = Lebar bahu jalan

c.
Menentukan waktu konsentrasi (Tc)
2 𝑛𝑑 0,167
𝑇1 = (3 ∗ 3,28 ∗ 𝐿𝑜 ∗ )
√𝑠

Nd = 0,013
Lo1 = 6,5 m
Lo2 = 1,5 m

5.4.1 Perhitungan debit saluran STA 13+800 – 13+350


1) Menghitung Waktu Konsentrasi
a. Penentuan Inlet Time
2 0,013 0,167
T Perkerasan (badan jalan)= ( ∗ 3,28 ∗ 6,5 ∗ )
3 √0,02

= 1,04566menit
2 0,013
T bahu jalan (badan jalan) = ( ∗ 3,28 ∗ 6,5𝑚 ∗ )
3 √0,02
181

= 1,219413 menit
2 0,013
T Pemukiman (Luar badan jalan) = (3 ∗ 3,28 ∗ 6,5𝑚 ∗ )
√0,02

= 2,1904 menit
V = 1,5 m/detik (Tabel 2 SNI 03-3424-1994)
b. Penentuan Flow Time
𝐿
T2 =
60∗𝑉

L =0m
0𝑚
T2 = 60∗1,5𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

T2 = 0 menit
c. Waktu Konsentrasi Badan Jalan
Tc = ∑T1 + (T2 x 2)
= 2,2651 menit + 0 menit
= 2,2651 menit
d. Waktu Konsentrasi Luar Badan Jalan
Tc = T1 + T2
= 2,1904 menit + 0 menit
= 2,1904 menit
182

2) Menentukan Intensitas Hujan (I)


Intensitas hujan maksimum (mm/jam) ditentukan dengan cara
memplotkan harga Tc, kemudian tarik garis ke atas sampai
memotong intensitas hujan kurva rencana. Sehingga, dapat
diketahui nilai Ibadan jalan = 179 mm/jam dan Iluar badan jalan =178
mm/jam

3) Menentukan Besarnya Koefisien (C)


C1 = 0,95 (Jalan beton / aspal)
C2 = 0,2 (bahu jalan / tanah berbutir aspal)
C3 = 0,9 (Permukiman padat)
C4 = 0,4 (Persawahan)
4) Menentukan luas daerah pengairan diambil permeter panjang
Badan Jalan
Median = 0,5 m * 950m = 475 m2
Jalan = 6 m * 950m = 5700 m2
Bahu Jalan= 1,5 m * 950m = 1425 m2
(𝐶1 ∗ 𝐴1) + (𝐶2 ∗ 𝐴2) + (𝐶3 ∗ 𝐴3) + (𝐶4 ∗ 𝐴4)
𝐶=
(𝐴1 + 𝐴2 + 𝐴3 + 𝐴4)
(0,95∗475)+(0,95∗5700)+(0,2∗1425)
= (950+5700+1425)

= 0,8176
Luar Badan Jalan
Permukiman = 100m * 450m = 45000 m2
C = 0,9
183

5) Menghitung besarnya debit (Q) :


 Badan jalan
ABadan Jalan= A1+A2+A3+A4
= 950 m2 + 5700 m2 + 1425 m2
= 8075 m2 = 0,008075 km2
CBadan Jalan= 0,8176
Imaks = 179 mm/jam
1
QBadan Jalan= 3,6 ∗ 𝐶 ∗ 𝐼 ∗ 𝐴

1
= 3,6 ∗ 0,8176 ∗ 179 ∗ 0,08075

= 0,3283 m3/detik

 Luar Badan Jalan


ALuar Badan Jalan= A1
= 45000 m2 = 0,045 km2
CLuar Badan Jalan = 0,9
Imaks = 179 mm/jam
1
QLuar Badan Jalan= 3,6 ∗ 𝐶 ∗ 𝐼 ∗ 𝐴

1
= 3,6 ∗ 0,9 ∗ 179 ∗ 0,045

= 2,0025
Qtot = QBadan Jalan + QLuar Badan Jalan
= 0,3283 + 2,0025
184

= 2,33079 m3/detik
Saluran direncanakan terdiri dari Beton pracetak dengan
kecepatan diijinkan minimal = 1,5 m/detik dan maksimal = 3
m/detik

5.4.2 Perencanaan dimensi saluran tepi (drainase) pada


STA 13+350 – 13+050
6) Menghitung Waktu Konsentrasi
c. Penentuan Inlet Time
2 0,013 0,167
T Perkerasan(badan Jalan) = (3 ∗ 3,28 ∗ 6,5 ∗ )
√0,02

= 1,04566 menit
2 0,013
T bahu jalan(badan Jalan) = (3 ∗ 3,28 ∗ 6,5𝑚 ∗ )
√0,02

= 1,219413 menit
2 0,013
T Persawahan (Luar badan jalan) = (3 ∗ 3,28 ∗ 6,5𝑚 ∗ )
√0,02

= 2,761 menit
V = 1,5 m/detik (Tabel 2 SNI 03-3424-1994)
d. Penentuan Flow Time
𝐿
T2 = 60∗𝑉

L = 450 m (L menggunakan panjang saluran catchmen


STA sebelumnya)
450𝑚
T2 = 60∗1,5𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
185

T2 = 22,5 menit
e. Waktu Konsentrasi Badan Jalan
Tc = ∑T1 + (T2 x 2)
= 2,2651 menit + (22,5 x 2) menit
= 47,27 menit
f. Waktu Konsentrasi Luar Badan Jalan
Tc = T1+T2
= 2,761 menit + 22,5 menit
= 25,261 menit
7) Menentukan Intensitas Hujan (I)
Intensitas hujan maksimum (mm/jam) ditentukan dengan cara
memplotkan harga Tc, kemudian tarik garis ke atas sampai
memotong intensitas hujan kurva rencana. Sehingga, dapat
diketahui nilai Ibadan jalan = 91 mm/jam dan Iluar badan jalan =108
mm/jam.

8) Menentukan Besarnya Koefisien (C)


C1 = 0,95 (Jalan beton / aspal)
C2 = 0,2 (bahu jalan / tanah berbutir aspal)
C3 = 0,9 (Permukiman padat)
C4 = 0,4 (Persawahan)
9) Menentukan luas daerah pengairan diambil permeter
panjang
Badan Jalan
186

Median = 1m * 300m = 300 m2


Jalan = 6m * 300m = 1800 m2
Bahu Jalan= 1,5m * 300m = 450 m2
(𝐶1 ∗ 𝐴1) + (𝐶2 ∗ 𝐴2) + (𝐶3 ∗ 𝐴3) + (𝐶4 ∗ 𝐴4)
𝐶=
(𝐴1 + 𝐴2 + 𝐴3 + 𝐴4)
(0,95∗300)+(0,95∗1800)+(0,2∗450)
= (300+1800+450)

= 0,8176
Luar Badan Jalan
Permukiman = 100m * 300m = 30000 m2
C = 0,9
10) Menghitung besarnya debit (Q) :
 Badan Jalan
ABadan Jalan= A1+A2+A3+A4
= 300 m2 + 1800 m2 + 450 m2
= 2550 m2 = 0,00255 km2
CBadan Jalan= 0,8176
Imaks = 91 mm/jam
1
QBadan Jalan= 3,6 ∗ 𝐶 ∗ 𝐼 ∗ 𝐴

1
= ∗ 0,8176 ∗ 91 ∗ 0,00255
3,6

= 0,0527 m3/detik

 Luar Badan Jalan


187

ALuar Badan Jalan= A1


= 30000 m2 = 0,03 km2
CLuar Badan Jalan = 0,9
Imaks = 108 mm/jam
1
QLuar Badan Jalan= 3,6 ∗ 𝐶 ∗ 𝐼 ∗ 𝐴

1
= 3,6 ∗ 0,9 ∗ 108 ∗ 0,003

= 0,36 m3/detik
Qtot = QBadan Jalan + QLuar Badan Jalan
= 0,0527 + 0,36
= 0,413 m3/detik
Qkumulatif = Qtotal STAsebelumnya + STAsesudahnya
= 2,33079 + 0,413
= 2,74350 m3/detik

Saluran direncanakan terdiri dari Beton pracetak dengan


kecepatan diijinkan minimal = 1,5 m/detik dan maksimal = 3
m/detik
188

5.4.3 Perhitungan perencanaan dimensi saluran


menggunakan U-Ditch

U-ditch adalah saluran dari beton bertulang dengan


bentuk penampang huruf U dan juga bisa diberi tutup.
Umum nya digunakan untuk saluran drainase atau
irigasi.Ketinggian saluran terbuka ini dapat bervariasi
mengikuti kebutuhan dilapangan atau elevasi saluran
yang di inginkan. Tipe sambungan menggunakan plat
joint ( plat embeded dan sambungan but joint atau
mele female ) dimana pada bagian pertemnuan
sambungan nya cukup diberikan mortar sebagai
penutup nat.

GAMBAR 5. 12 SPESIFIKASI DIMENSI U- DITCH


189

 STA 13+800 - STA 13+350


n = 0,014 (Saluran beton)
Qsaluran = Qhidrologi = 2,331 m3/detik

𝐵𝑥𝐻
𝑅= ( )
𝐵 + 2𝐻

0,70 𝑥 1,2
𝑅= ( )
0,7+(2×1,2)

= 0,271

isaluran = 0,01
A = P x L = 0,84
2 1
1
𝑄 = ( 𝑥 𝑅3 𝑥 𝑖 2) 𝐴
𝑛
2 1
1
= ( 𝑥 0,2713 𝑥 0,012 ) 0,84
0,014

= 2,512
Qsaluran > Qhidrologi
2,512 > 2,331 (OK!)
Kontrol V
2 1
1
𝑉 = (𝑛 𝑥 𝑅 3 𝑥 𝑖 2 )
2 1
1
𝑉 = (0,014 𝑥 0,2713 𝑥 0,012 )

= 2,99 m/dt
190

0,5 m/dt < V < 3 m/dt


0,5 m/dt < 2,99 m/dt < 3 m/dt (OK!)

 STA 13+350 - STA 13+050


n = 0,014 (Saluran beton)
Qsaluran = Qhidrologi = 2,7435 m3/detik

𝐵𝑥𝐻
𝑅= ( )
𝐵 + 2𝐻

0,8 𝑥 1,2
𝑅 = (0,8+(2×1,2))

= 0,3

isaluran = 0,0089
A = P x L = 0,96
2 1
1
𝑄 = ( 𝑥 𝑅3 𝑥 𝑖 2) 𝐴
𝑛
2 1
1
= (0,014 𝑥 0,33 𝑥 0,00892 ) 0,96

= 2,899
Qsaluran > Qhidrologi

2,899> 2,7435 (OK!)

Kontrol V
2 1
1
𝑉 = (𝑛 𝑥 𝑅 3 𝑥 𝑖 2 )
191

2 1
1
𝑉 = (0,014 𝑥 0,33 𝑥 0,00892 )

= 2,99 m/dt
0,5 m/dt < V < 3 m/dt
0,5 m/dt < 2,97 m/dt < 3 m/dt (OK!)

5.4.4 Penentuan elevasi atas/bibir saluran

GAMBAR 5. 13 P OTONGAN M ELINTANG J ALAN

 Elevasi di tengah as/median = +113,4


 Kemiringan median (i) = 2%
 kemiringan perkerasan (i) = 2%
 kemiringan bahu jalan (i) = 4%
Untuk menghitung Elevasi bibir/atas saluran
menggunakan rumus :
∆𝐻
𝑖=
𝐿
1. Elevasi atas/as median sampai Elevasi di ujung
median
192

= Elevasi atas/as median - (𝑖 𝑥 𝐿)= 113,4 - (2% x


0.5m) = +113,39

2. Selisih tinggi median dan perkerasan jalan adalah


30 cm maka Elevasi di ujung atas perkerasan
jalan adalah
113,39 – 0,3 = +113,09

3. Elevasi ujung atas perkerasan sampai Elevasi


ujung bawah perkerasan
= Elevasi ujung atas perkerrasan - (𝑖 𝑥 𝐿) =
113,09 – (2% x 6m) = +112,97

4. Elevasi ujung bawah perkerasan sampai Elevasi


ujung bawah bahu jalan
= Elevasi ujung bawah perkerasan - (𝑖 𝑥 𝐿)=
112,97 – (4% x 1.5m) = +112,91

Maka selisih elevasi as/median – elevasi ujung


bibir saluran yaitu = 113,4 – 112,91 = 0,5 m
193

5.4.4.1 Penentuan tinggi maksimal saluran STA


14+750 – STA 12+000

GAMBAR 5. 14 I SALURAN STA 14+750 – 12+000

Karena tidak adanya data elevasi pada STA 11+700


maka justifikasi elevasi pada STA 11+700 menggunakan
data pengukuran di lapangan yang diperoleh dengan
merata rata kemiringan dari STA 13+000 – STA 12+000.
Pada pengamatan lapangan STA 12+000 – STA 11+700
kemiringan jalan tidak begitu ekstrim dan hampir sama
kemiringannya dengan STA 13+000 – STA 12+000 oleh
karena itu digunakanlah rata-rata i STA 13+000 –
12+000 pada STA 12+000 – STA 11+700.

 I rata-rata STA 14+750 – STA 12+000 = 0,30%


 Elevasi di STA 12+000 (as median) = +50,406
 Jarak antara STA 12+000 – 11+700 = 300 m
Menghitung elevasi ujung bibir/atas saluran
pembuang/melintang menggunakan rumus
194

∆𝐻
𝑖=
𝐿
1. Menentukan Elevasi pada STA 11+700

50,406 − 𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑖 𝑆𝑇𝐴11 + 700


0,30% =
300𝑚

Elevasi di STA 11+700 (as median) = +49,506

2. Menentukan Elevasi bibir saluran


Elevasi di STA 11+700(as median) – selsih tinggi as
median dengan bibir saluran
= 49,506 – 0,5 m = +49,006

3. Menentukan Elevasi MAB


Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan tinggi
MAB terhadap ujung bahu jalan adalah 1,33m maka
di dapatkan Elevasi MAB dengan perhitungan berikut
Elevasi di STA 11+700 – tinggi MAB terhadap
permukaan jalan = 49,006 – 1,33m = + 47,676

4. Menentukan i saluran
𝑖=
𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑖𝑏𝑖𝑟 𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑆𝑇𝐴 14+750−𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑖𝑏𝑖𝑟 𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑆𝑇𝐴 11+700
3050𝑚
= 0,02

5. Tinggi maksimum saluran


1,33 m jika elevasi dasar saluran pada STA 11+700
adalah +47,676
195

TABEL 5. 35 REKAPITULASI PERHITUNGAN DEBIT SALURAN

Badan Jalan Luar Badan Jalan


L I I C
N STA STA ( intensi C A (intensit (koefisie A Q
t1 t2 tc Q (Debit t1 t2 tc
o awal akhir m tas (koefisien (luas as n luas (Debit
(meni (meni (meni Air) m3 (meni (meni (meni
) Hujan pengaliran area) Hujan) pengalir area Air) m3
t) t) t) /detik t) t) t)
mm rata-rata) km2 mm an km2 /detik
/jam /jam rata-rata)
13+8 13+3 45 2.265 0.00 2.190 0.04
1 0 2.265 179 0.81765 0.3293 0 2.190 178 0.9 2.003
00 50 0 1 81 1 5
13+3 13+0 30 2.265 47.26 0.00 2.760 25.26 0.03
2 45 90.2 0.81765 0.0697 22.5 110.8 0.4 0.369
50 50 0 1 5 34 7 1 0
13+0 12+8 20 2.265 74.93 0.00 2.190 38.52 0.04
3 72.67 68 0.81765 0.0525 36.3 100.6 0.9 1.006
50 50 0 1 5 34 1 5 0
12+8 12+6 25 2.265 64.24 0.00 2.190 33.17 0.04
4 61.98 72 0.81765 0.0556 31.0 103 0.4 0.458
50 00 0 1 1 34 1 8 0
12+6 12+1 50 2.265 99.72 0.00 2.190 50.92 0.04
5 97.46 55.2 0.81765 0.0426 48.7 86 0.4 0.382
00 00 0 1 9 34 1 2 0
12+1 12+0 10 2.265 142.4 144.7 0.00 2.190 73.42 0.04
6 52 0.81765 0.0402 71.2 69 0.9 0.690
00 00 0 1 6 24 34 1 0 0
196

TABEL 5. 36 REKAPITULASI PERHITUNGAN D IMENSI S ALURAN

debit
Dimensi Saluran debit
Luas Kecepatan yang Kontrol
STA STA R Kemiringan saluran
No Saluran Aliran V dihasilkan terhadap
awal akhir Lebar B Tinggi H Saluran saluran (i) Q
A (m2) (m/det) Q debit
(m) (m) (m3/det)
(m3/det)

1 13+800 13+350 0.58 1.33 0.2381 0.7714 0.0125 3.0 2.365 2.332 oke
2 13+350 13+050 0.72 1.33 0.2833 0.9576 0.0089 2.9 2.784 2.771 oke
3 13+050 12+850 1.5 1.33 0.4796 1.9950 0.002 2.0 3.904 3.829 oke
4 12+850 12+600 1.5 1.33 0.4796 1.9950 0.0031 2.4 4.861 4.343 oke
5 12+600 12+100 1.5 1.33 0.4796 1.9950 0.0033 2.5 5.015 4.768 oke
6 12+100 12+000 1.7 1.33 0.5186 2.2610 0.0033 2.6 5.988 5.498 oke
197

TABEL 5. 37 REKAPITULASI PERHITUNGAN DIMENSI S ALURAN MENGGUNAKAN U- DITCH

Dimensi
Saluran Kuat Dimensi Saluran Terpasang (m)
rencana Panjang Tekan
STA STA
No Type Efektif Beton
awal akhir
Lebar Tinggi (m) fc '
W H B C D t s ls
B (m) H (m) (MPA)

1 13+800 13+350 0.7 1.2 1000x1200 2.4 28 1 1.2 1.18 0.9 0.1 0.09 0.1 0.1
2 13+350 13+050 0.8 1.2 1000x1200 2.4 28 1 1.2 1.18 0.9 0.1 0.09 0.1 0.1
3 13+050 12+850 1.65 1.2 1650x1200 2.4 28 1.65 1.2 1.84 1.44 0.17 0.09 0.15 0.1
4 12+850 12+600 1.65 1.2 1650x1200 2.4 28 1.65 1.2 1.84 1.44 0.17 0.09 0.15 0.1
5 12+600 12+100 1.65 1.2 1650x1200 2.4 28 1.65 1.2 1.84 1.44 0.17 0.09 0.15 0.1
6 12+100 12+000 1.8 1.2 1800x1200 2.4 28 1.8 1.2 1.98 1.56 0.2 0.09 0.18 0.1
198

5.5 Kontrol Dinding Penahan Tanah


Dinding Penahan tanah berfungsi sebagai Penahan tanah
urugan agar tidak terjadi longsor sehingga mengakibatkan
kerusakan struktur perkerasan beton akibat berkesernya tanah di
bawah lapis perkerasan.
Dinding penahan tanah digunakan pada STA 13+800 – STA
15+000 karena pada STA tersebut tidak tersedia saluran drainase
dan memiliki kontur kemiringan tanah yang menanjak.

GAMBAR 5. 15 D ATA DINDING TEMBOK PENAHAN


Sumber : Data bor dangkal Lokasi Bts. Babat Jombang
TANAH

5.5.1 Kontrol Tembok Dinding Penahan


- Tinggi tembok penahan yang di kontrol = 1,2 m
1−𝑠𝑖𝑛𝜃 1−𝑠𝑖𝑛 𝟐𝟐,𝟔° 0,6157
Ka = = = = 0,44478
1+𝑠𝑖𝑛𝜃 1+𝑠𝑖𝑛 𝟐𝟐,𝟔° 1,3843

1+𝑠𝑖𝑛𝟐𝟐,𝟔° 1,3843
Kp = = = 2,24831
1−𝑠𝑖𝑛𝟐𝟐,𝟔° 0,6157
199

GAMBAR 5. 16 LETAK DINDING PENAHAN


TANAH TERHADAP JALAN

w1 = b x h x gamma batu kali


= 0,5m x 1,2m x 2,2 t/m2
= 1,32 ton

w2 = 1/2b x h x gamma batu kali


= 0,1m x 1,2m x 2,2 t/m2
= 0,264 ton
W3 = b x h x gamma batu kali
=1,5m x 0,5m x 2,2 t/m2
= 1,65 ton
Pa1 = 1/2Ka x h x 𝛾
= 0,5. 0,445 x 1,7m x 1,79
200

= 0,67673 KN
Ma1 = 1/2Ka x h2 x 𝛾 x 1/3
= 0,5. 0,445 x 1,14 x 1,79 x 0,33
= 0,3834 KN/m
Pp1 = 1/2Kp x h x 𝛾
= 0,5. 2,24831 x 0,5 x 1,79
= 1,1242
KN
Mp1 = 1/3Kp x h2 x 𝛾 x 1/2
= 0,33. 2,24831 x 0,25 x 1,79 x 0,5
= 0,16768 KN/m

5.5.2 Kontrol bangunan Dinding Penahan Tanah


Tabel
berat jarak
bidang (W) guling 0 Momen(w).(0)
1 1,32 0,85 1,122
2 0,264 0,47 0,124
3 1,65 0,75 1,237
total 3,234 2,4835
201

GAMBAR 5. 17 K ONFIGURASI
I NERSIA PADA TEMBOK PENAHAN

GRAFIK 5. 3 G RAFIK TEKANAN TANAH AKTIF DAN PASIF YANG


BEKERJA PADA DINDING PENAHAN
202

- Tanah aktif
bidang berat (w) jarak guling 0 momen
1 0.67673 0.56666667 0.383481

- Tanah pasif

bidang berat (w) jarak guling 0momen


1 1.00612 0.1666667 0.167686

5.5.2.1 Menghitung Stabilitas guling

(2,4835)+(0,167686)
FS = 0,383481
= 6.913692 Aman (lebih dari 1,5)

5.5.2.2 Menghitung stabilitas geser

Ph = C x b + Σw x tan Ѳ
= 0,013 x 1,5 + 3,234 x 0,41626
= 1,366 k.N
203

Pa = 0,67673 k.N
Stabilitas geser
𝑃ℎ
𝑃𝑎
= 2,0186 Aman (lebih dari 1,5)

Syarat : e < B/6


B/6 = 1,5m/6 = 0,25
Eksentrisitas =
𝐵 𝑠𝑖𝑔𝑚𝑎 𝑚𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑤−𝑠𝑖𝑔𝑚𝑎 𝑚𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ
e=2− 𝑠𝑖𝑔𝑚𝑎 𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛

1,5𝑚 2,48358 −(−0,2158)


e= 2
− 3,234

e = 0,7 - 0.834686
e = -0.134686 dianggap 0 ( Aman)

5.5.3 Teganngan Ijin Bahan Batu Kali


Prinsip yang digunakan untuk menentukan besarnya
tegangan pada dinding pasangan batu sama seperti menentukan
tegangan pada tanah dasar dimana tegangan pada bidang
horisontal dihitung dengan rumus
∑𝑉 6 𝑥 𝑒𝑘𝑠 3,234 𝑡𝑜𝑛 6 𝑥 (−0,13486) 𝑚
𝜎 max = (1 + ) = (1 + ) =
𝐵 𝐵 1,5 𝑚 1,5 𝑚
2,156 ton/m
𝝈 𝐦𝐚𝐱 < 𝑷 𝒊𝒋𝒊𝒏 𝑻𝒂𝒏𝒂𝒉 (Aman)
204

5.5.3.1 Daya Dukung Pondasi (Terzaghi)


TABEL 5. 38 NILAI FAKTOR D AYA D UKUNG TERZAGHI

 Interpolasi Nilai faktor daya dukung Terzaghi


Dengan rumus :

(22,26 − 20)
𝑁𝑐 = 17,7 + (25,1 − 17,7) = 18,36
(25 − 20)
(22,26 − 20)
𝑁𝑞 = 7,4 + (12,7 − 7,4) = 9,79
(25 − 20)
(22,26 − 20)
𝑁𝑦 = 5,0 + (9,7 − 5,0) = 7,12
(25 − 20)
205

𝑞𝑢𝑙𝑡 = 𝐶 . 𝑁𝑐 + 𝛾𝑏 . 𝑁𝑞 . 𝐷𝑓 + 0,5 . 𝛾𝑏. 𝐵. 𝑁𝑦


qult = 0,013 . 18,36 + 1,79 .9,79 .0,5 + 0,5 .1,79 .1.5 .7,12
qult = 18,56 ton/m2
𝑞𝑢𝑙𝑡
𝑞=
𝑆𝑓
Sf = 3
18,56
𝑞=
3
q = 6,1864 ton/m2
q(daya dukung pondasi) > Total W(berat dari tembok penahan)/
luasan
6,1864 ton/m2 > 3,234 ton / (1,5m x 2m)
6,1864 ton/m2 > 1,078 ton/m2 (Aman)

5.5.3.2 Kontrol Crack/ Pecah


Berdasarkan PMI – 1970 jenis konstruksi pasangan batu
kali dengan campuran 1Pc : 4 Pasir, maka :
- Ijin tekan yang diijinkan (σtekan) = 1500 Kpa =
152,9574 ton/m = 1360,77 KN/m
- Ijin tarik yang diijinkan (σtarik) = 300 Kpa = 30,591
ton/m = 272,15 KN/m
206

Dinding pasangan batu dianggap aman jika tegangan


minimum pada suatu bidang horizontal lebih besar atau sama
dengan nol.
Syarat : ∑H < σtekan dan σtarik
∑H = M Pasif – M aktif
∑H = 0,3834 KN/m - 0,16768 KN/m
∑H = 0.215794 KN/m
∑H < σtekan dan σtarik
5.6 Perhitungan Rencana Anggaran Biaya
Rencana anggaran biaya sudah meliputi 2 tahap pelaksanaan yaitu
tahap pertama di gunakan pada tahun 1 sampai tahun ke 8, dan
tahap ke dua di gunakan pada tahun 8 sampai tahun ke 20.

5.6.1 Volume Pekerjaan


1. Pekerjaan Galian
a. Galian tanah dinding penahan tanah (m3)
Galian tanah disini adalah pekerjaan yang dilakukan
untuk menggali tanah sebagai tempat penempatan pondasi
tembok penahan. Berikut ini adalah perhitungan volume galian
tanah untuk pondasi dinding penahan tanah:

GAMBAR 5. 18 G AMBAR GALIAN


PONDASI DINDING PENAHAN TANAH
207

 Tinggi pondasi = 0,6 m


 Lebar pondasi = 1,5 m
 Lokasi dinding penahan dari STA 15+000 - STA
13+800
 Panjang dinding penahan = 1200 m
Maka volume galian untuk pondasi dinding penahan
tanah yaitu :
0,6 m x 1,5 m x 1200 m = 1080 m3

b. Galian tanah untuk drainase jalan


Galian tanah untuk drainase jalan adalah pekerjaan yang
dilakukan untuk menggali tanah sebagai tempat penempatan
drainase jalan yang berupa beton. Berikut ini adalah dimensi
saluran drainase jalan dan rekapitulasi volume galian:

GAMBAR 5. 19 GAMBAR SALURAN


DRAINASE STA 13+350 – 13+800
208

TABEL 5. 39 REKAPITULASI GALIAN SALURAN DRAINASE

Dimensi Saluran
Volume
Terpasang Panjang
No STA awal STA akhir Galian
Saluran
Lebar B Tinggi H (m3)
(m) (m)
1 13+800 13+350 1.18 1.3 450 690.3
2 13+350 13+050 1.18 1.3 300 460.2
3 13+050 12+850 1.84 1.37 200 504.16
4 12+850 12+600 1.84 1.37 250 630.2
5 12+600 12+100 1.84 1.37 500 1260.4
6 12+100 12+000 1.98 1.4 100 277.2
Total 3822.46

c. Galian Tanah padat/Sirtu untuk pelebaran jalan


Galian Tanah untuk pelebaran jalan di laksanakan setelah
8 tahun penggunaan jalan/tahap 1 selesai. Pekerjaan galian
tersebut meliputi menggali tanah/ butiran sirtu padat bahu jalan
pada proyek tahap 1 selebar 3m. Berikut adalah perhitungan
galian tanah.
- Lebar pelebaran jalan x tebal perkerasan x tebal Lc x
panjang jalan x 2
= 3m x 0,3m x 0,1m x 3000m x 2 = 540 m3

GAMBAR 5. 20 GALIAN TANAH UNTUK PELEBARAN


JALAN
209

2. Pekerjaan Perkerasan berbutir


a. Pekerjaan lapisan lean concrette (m3)
- Lebar lean concrette: 6 m
- Tebal lapisan : 0,10 m3
- Panjang jalan : 3000 m
Volume : 6 m x 0,10 m x 3000 m = 1800 m3

GAMBAR 5. 21 LEAN C ONCRETE

b. Pengurugan tanah pelebaran jalan

GAMBAR 5. 22 DIMENSI PELEBARAN JALAN PADA STA 12+000


210

GAMBAR 5. 23 DIMENSI PELEBARAN JALAN PADA STA 12+050


Pada peningkatan jalan tahap 1 ,pengurukan tanah
berfungsi sebagai leveling terhadap elevasi muka jalan. Cara
menghitung volume urugan tanah pada STA 0+150 – STA 0+200:
- Menghitung luas daerah galian dapat diketahui dengan
bantuan software Auto CAD dengan fungsi AREA, untuk
STA 12+000 luas daerah urugan= 2,412 m2 sedangkan pada
STA 12+050 luas daerah urugan = 2,311 m2
- Menghitung rata-rata volume =
(𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 1 + 𝐿𝑢𝑎𝑠𝑠 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 2 )
𝑥 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 =
2
2,412 +2,311
𝑥 50 = 118,075 𝑚3
2

- Perhitungan tesebut digunakan untuk menghitung banyak


volume urugan tanah sepanjang segmen jalan dengan
potongan tiap segmen jalan sepanjang 50 m
Berikut adalah tabel rekapitulasi perhitungan volume urugan
tanah :

TABEL 5. 40 REKAPITULASI PERHITUNGAN VOLUME URUGAN


T ANAH

Jarak Volume
STA Luas (m2)
(m) (m3)
12+000 2.412 118.075
12+050 2.311 50 132.425
211

12+100 2.986 50 138.3


12+150 2.546 50 138.325
12+200 2.987 50 117.775
12+250 1.724 50 106.425
12+300 2.533 50 124.2
12+350 2.435 50 103.975
12+400 1.724 50 106.425
12+450 2.533 50 124.2
12+500 2.435 50 103.975
12+550 1.724 50 106.425
12+600 2.533 50 126.65
12+650 2.533 50 126.65
12+700 2.533 50 126.65
12+750 2.533 50 126.65
12+800 2.533 50 94.575
12+850 1.25 50 44.8
12+900 0.542 50 35.425
12+950 0.875 50 43.8
13+000 0.877 50 71.6
13+050 1.987 50 99.35
13+100 1.987 50 99.35
13+150 1.987 50 99.35
13+200 1.987 50 99.35
13+250 1.987 50 99.35
13+300 1.987 50 99.35
13+350 1.987 50 88.25
13+400 1.543 50 77.15
13+450 1.543 50 77.15
13+500 1.543 50 77.15
13+550 1.543 50 77.15
212

13+600 1.543 50 82.475


13+650 1.756 50 85.85
13+700 1.678 50 53.275
13+750 0.453 50 42.4
13+800 1.243 50 44.65
13+850 0.543 50 44.65
13+900 1.243 50 62.15
13+950 1.243 50 62.15
14+000 1.243 50 62.15
14+050 1.243 50 42.7
14+100 0.465 50 23.25
14+150 0.465 50 23.25
14+200 0.465 50 19.75
14+250 0.325 50 19.75
14+300 0.465 50 19.975
14+350 0.334 50 17.475
14+400 0.365 50 18.8
14+450 0.387 50 93.575
14+500 3.356 50 175.325
14+550 3.657 50 194.5
14+600 4.123 50 193.4
14+650 3.613 50 181.925
14+700 3.664 50 194.375
14+750 4.111 50 186.475
14+800 3.348 50 176.15
14+850 3.698 50 185.3
14+900 3.714 50 173.925
14+950 3.243 50 162.425
15+000 3.254 50
Total 5852.35
213

c. Pengurugan sirtu padat pada bahu jalan

GAMBAR 5. 24 DIMENSI BAHU JALAN


- Lebar bahu jalan pada tahap 1 x tebal bahu jalan x
panjang jalan x 2 = 4,5m x 0,3m x 3000m x 2
= 2700 m3

3. Pekerjaan Beton
a. Beton K – 400 (m3)

GAMBAR 5. 25 DIMENSI PERKERASAN B ETON

- Lebar jalan : 6 m
- Tebal perkerasan : 0,3 m untuk pelebaran jalan dan 0,28 m
untuk peningkatan jalan
- Panjang jalan : 3500 m
Volume : (0,3m x 6,5m + 0,28m x 6,5m) x 3000 m = 11310m3

b. Penulangan (kg)
- Dowel (Ulir) D25-305 panjang 480mm :
1,848 Kg x 7 x 3 x 500 = 6468 Kg

- Tie Bars D16 -750 panjang 700mm :


1,106kg x (10+12) x 2 x 500 = 24332 Kg

4. Pekerjaan drainase/ U-Ditch


214

a. Saluran drainase menggunakan beton pra cetak atau


precast/ U - ditch, berikut rekapitulasi saluran pra cetak yang
terpasang:

TABEL 5. 41 REKAPITULASI SALURAN PRECAST YANG TERPASANG


Kuat Tekan Dimensi Saluran Terpasang (m)
Panjang
No STA awal STA akhir Type Beton fc '
Efektif (m)
(MPA) W H B C D t s ls

1 13+800 13+350 1000x1200 2.4 28 1 1.2 1.18 0.9 0.1 0.09 0.1 0.1
2 13+350 13+050 1000x1200 2.4 28 1 1.2 1.18 0.9 0.1 0.09 0.1 0.1
3 13+050 12+850 1650x1200 2.4 28 1.65 1.2 1.84 1.44 0.17 0.09 0.15 0.1
4 12+850 12+600 1650x1200 2.4 28 1.65 1.2 1.84 1.44 0.17 0.09 0.15 0.1
5 12+600 12+100 1650x1200 2.4 28 1.65 1.2 1.84 1.44 0.17 0.09 0.15 0.1
6 12+100 12+000 1800x1200 2.4 28 1.8 1.2 1.98 1.56 0.2 0.09 0.18 0.1

GAMBAR 5. 26 SPESIFIKASI DIMENSI SALURAN DRAINASE / U-


DITCH WIKA BETON
Sumber : Brosur Wika Beton
215

Panjang tiap U-Ditch yaitu 2,4m, maka di butuhkan


saluran sebanyak :
TABEL 5. 42 REKAPITULASI HARGA DAN JUMLAH PER P CS
Panjang Dimensi Saluran
Kebutuhan
No STA awal STA akhir Type Efektif Lebar B Tinggi H Harga tiap Pcs Total Harga
(Pcs)
(m) (m) (m)
1 13+800 13+350 1000x1200 2.4 1.18 1.3 Rp 2,150,000 188 Rp 404,200,000
2 13+350 13+050 1000x1200 2.4 1.18 1.3 Rp 2,150,000 125 Rp 268,750,000
3 13+050 12+850 1650x1200 2.4 1.84 1.37 Rp 2,345,000 84 Rp 196,980,000
4 12+850 12+600 1650x1200 2.4 1.84 1.37 Rp 2,345,000 105 Rp 246,225,000
5 12+600 12+100 1650x1200 2.4 1.84 1.37 Rp 2,345,000 209 Rp 490,105,000
6 12+100 12+000 1800x1200 2.4 1.98 1.4 Rp 2,632,000 42 Rp 110,544,000
Total 753 Rp 1,716,804,000

Sumber : Brosur Wika Beton

b. Perhitungan urugan pasir untuk pondasi U-ditch setebal


10cm atau 0.1m, dengan cara tebal urugan x lebar U-ditch
x panjang jalan yang menggunakan U-Ditch
- 0.1m x 1.18m x 750m = 88,5m3
- 0.1m x 1.84m x 950m = 174,8m3
- 0.1m x 1.98m x 100m = 19,8m3
- Maka total volume urugan pasir = 283,1 m3
4. Pekerjaan pasangan batu dinding penahan tanah
Dinding penahan Tanah berfungsi sebagai penahan tanah
pada jalan agar tidak terjadi sliding/longsor. Dinding penahan
tanah digunakan pada STA 13+800 – STA 15+000. Berikut ini
adalah perhitungan Volume pasangan batu kali untuk dinding
penahan tanah:
216

GAMBAR 5. 27 DINDING PENAHAN TANAH

- Luas area dinding penahan tanah x panjang = 1,47m2 x


1200m = 1764 m3

5. Pekerjaan Median jalan / Kerb


a. Kerb pracetak
Median jalan atau kerb menggunakan precast atau beton
pra cetak. Berikut perhitungan kerb yang terpasang:
217

GAMBAR 5. 28 G AMBAR SPESIFIKASI DIMENSI KERB /MEDIAN


PRA CETAK ASIACON CIPTA PRIMA

Sumber : Brosur Asiacon Cipta Prima

Dari gambar brosur di atas penggunaan precast


dalam kerb/ median digunakan median dengan ukuran :

GAMBAR 5. 29 G AMBAR
MEDIAN / KERB
218

Panjang = 60 cm = 0,6 m
Tinggi = 30 cm
Lebar atas = 25 cm
Lebar bawah = 20 cm
Maka di butuhkan kerb sebanyak = (3000 m : 0,6 m) x 2 =
3600 kerb
- Harga 3600 kerb = Rp 70.000 x 3600 = Rp
252.000.000,-
b. Urugan tanah median
- Luas area urugan tanah untuk median x panjang
jalan = 0,423m2 x 3000m = 1269m3

GAMBAR 5. 30 G AMBAR URUGAN TANAH


MEDIAN
219

5.6.2 Daftar Harga Satuan


TABEL 5. 43 H ARGA SATUAN PEKERJA
No Nama Pekerja Upah (jam) Upah (hari)
1 Pembantu Tukang Rp 6,925.00 Rp 55,400.00
2 Tukang Rp 8,300.00 Rp 66,400.00
3 Mandor Rp 9,670.00 Rp 77,360.00
4 Operator Rp 8,300.00 Rp 66,400.00
5 Mekanik Rp 8,300.00 Rp 66,400.00
6 Kepala Tukang Rp 8,500.00 Rp 68,000.00
Sumber : Harga Satuan Dasar Jawa Timur 2016 UPT Lamongan

TABEL 5. 44 H ARGA SATUAN ALAT B ERAT

No Nama Alat Satuan Harga Satuan Total Harga (Hari)

1 Dump Truck bh Rp 258,125.00 Rp 2,065,000.00


2 Truck Mixer bh Rp 950,000.00 Rp 7,600,000.00
3 Excavator bh Rp 453,291.00 Rp 3,626,328.00
4 Mobile Crane bh Rp 554,542.00 Rp 4,215,000.00
5 Vibrator Truss Screed bh Rp 200,000.00 Rp 1,600,000.00
Sumber : Harga Satuan Dasar Jawa Timur 2016 UPT Lamongan
220

TABEL 5. 45 H ARGA SATUAN B AHAN DAN M ATERIAL


No Nama Bahan Satuan Harga Satuan Total Harga
1 semen PC 40kg Kg Rp 1,550.00 Rp 62,000.00
2 Pasir Cor/Beton M3 Rp 251,563.00 Rp 251,563.00
3 Batu Pecah mesin 0,5cm M3 Rp 241,700.00 Rp 241,700.00
4 Air Liter Rp 27.00 Rp 27.00
5 Kayu Meranti Bekisting M3 Rp 2,800,000.00 Rp 2,800,000.00
6 Paku Usuk Kg Rp 16,000.00 Rp 16,000.00
7 Minyak Bekkisting Liter Rp 27,500.00 Rp 27,500.00
8 Kayu Kamper 4/6 M3 Rp 5,203,125.00 Rp 5,203,125.00
9 Plywood 9mm Lembar Rp 98,000.00 Rp 98,000.00
10 Besi Beton Polos/Ulir Kg Rp 11,000.00 Rp 11,000.00
11 Kawat Ikat Kg Rp 16,800.00 Rp 16,800.00
12 Semen PC 50kg Zak Rp 1,550.00 Rp 77,500.00
13 Pasir Pasang M3 Rp 175,000.00 Rp 175,000.00
14 Btu Kali Belah 15/20cm M3 Rp 140,000.00 Rp 140,000.00
Sumber : Harga Satuan Dasar Jawa Timur 2016 UPT Lamongan

5.6.3Harga Satuan Pokok Pekerjaan

1. Pekerjaan Tanah
a. Pekerjaan Galian
TABEL 5. 46 HSPK PEKERJAAN GALIAN TANAH DAN ALAT BERAT
Galian Tanah dengan Alat Berat (m3)
No Komponen Koefisien satuan harga satuan dasar total harga satuan
A Tenaga
1 Mandor 0.007 OH Rp 77,360.00 Rp 541.52
2 Pekerja 0.226 OH Rp 55,400.00 Rp 12,520.40

B Bahan

C Peralatan
1 Exavator 0.067 jam Rp 453,291.00 Rp 30,370.50
2 Dump Truck 0.067 jam Rp 258,125.00 Rp 17,294.38
3 Alat Bantu 1 Ls
Total Rp 60,726.79
Keuntungan 10% Rp 6,072.68
total Harga Satuan Pekerjaan Rp 66,799.47
221

b. pekerjaan timbunan tanah


TABEL 5. 47 HSPK TIMBUNAN TANAH PADAT
Timbunan Tanah Padat
No Komponen Koefisien satuan harga satuan dasar total harga satuan
A Tenaga
1 Mandor 0.007 OH Rp 77,360.00 Rp 541.52
2 Pekerja 0.226 OH Rp 55,400.00 Rp 12,520.40

B Bahan
1 Tanah Urug 1.2 m3 Rp 143,225.000 Rp 171,870.00

C Peralatan
1 Sewa Stemper 0.0088 jam Rp 104,500.00 Rp 919.60

Total Rp 185,851.52
Keuntungan 10% Rp 18,585.15
total Harga Satuan Pekerjaan Rp 204,436.67
2. Pekerjaan Perkerasan Berbutir
TABEL 5. 48 HSPK PEKERJAAN B ETON K-175 (LEAN CCONCRETE )

Pekerjaan Lean Concrete (Beton K-175)


No Komponen Koefisien satuan harga satuan dasar total harga satuan
A Tenaga
1 Mandor 0.083 OH Rp 77,360.00 Rp 6,420.88
2 Kepala Tukang 0.028 OH Rp 68,000.00 Rp 1,904.00
3 Tukang 0.275 OH Rp 66,400.00 Rp 18,260.00
4 Pembantu Tukang 1.65 OH Rp 55,400.00 Rp 91,410.00

B Bahan
1 Semen Pc 40kg 8.15 Zak Rp 62,000.00 Rp 505,300.00
2 Pasir Cor/Beton 0.480625 m3 Rp 251,563.00 Rp 120,907.47
3 Batu Pecah Mesin 1/2 cm 0.541578 m3 Rp 241,700.00 Rp 130,899.40
4 Air Kerja 215 Liter Rp 27.00 Rp 5,805.00

C Peralatan
1 Truck Mixer 7m3 0.142857 jam Rp 950,000.00 Rp 135,714.15
2 Vibbratory Truss Screed 1.142857 jam Rp 200,000.00 Rp 228,571.40
3 Alat Bantu 1 Ls
Total Rp 1,245,192.30
Keuntungan 10% Rp 124,519.23
total Harga Satuan Pekerjaan Rp 1,369,711.53
222

TABEL 5. 49 HSPK PEKERJAAN PENGURUGAN SIRTU


Pengurukan Sirtu (PADAT)
A Tenaga
1 Mandor 0.025 OH Rp 77,360.00 Rp 1,934.00
2 Pekerja 0.25 OH Rp 55,400.00 Rp 13,850.00

B Bahan
1 Sirtu 1.2 m3 Rp 97,500.00 Rp 117,000.00

C Peralatan
1 Sewa Stemper 0.0088 jam Rp 104,500.00 Rp 919.60
Total Rp 133,703.60
Keuntungan 10% Rp 13,370.36
total Harga Satuan Pekerjaan Rp 147,073.96

3. Pekerjaaan Perkerasan Beton

TABEL 5. 50 HSPK PEKERJAAN B ETON K-400 (PERKERASAN B ETON )


Pekerjaan Perkerasan Beton K-4000
No Komponen Koefisien satuan harga satuan dasar total harga satuan
A Tenaga
1 Mandor 0.15 OH Rp 77,360.00 Rp 11,604.00
2 Kepala Tukang 0.035 OH Rp 68,000.00 Rp 2,380.00
3 Tukang 0.703 OH Rp 66,400.00 Rp 46,679.20
4 Pembantu Tukang 1.41 OH Rp 55,400.00 Rp 78,114.00

B Bahan
1 Semen Pc 40kg 8.15 Zak Rp 62,000.00 Rp 505,300.00
2 Pasir Cor/Beton 0.79 m3 Rp 251,563.00 Rp 198,734.77
3 Air Kerja 215 Liter Rp 27.00 Rp 5,805.00
4 Agregat Kasar 0.5412789 kg Rp 241,700.00 Rp 130,827.11

C Peralatan
1 Truck Mixer 7m3 0.142857 jam Rp 950,000.00 Rp 135,714.15
2 Vibbratory Truss Screed 1.142857 jam Rp 200,000.00 Rp 228,571.40
3 Alat Bantu 1 Ls
Total Rp 1,343,729.63
Keuntungan 10% Rp 134,372.96
total Harga Satuan Pekerjaan Rp 1,478,102.59
223

TABEL 5. 51 HSPK PEKERJAAN PEMBESIAN (ULIR )


Pekerjaan Pembesian (Ulir)
No Komponen Koefisien satuan harga satuan dasar total harga satuan
A Tenaga
1 Mandor 0.0004 OH Rp 77,360.00 Rp 30.94
2 Kepala Tukang 0.0007 OH Rp 68,000.00 Rp 47.60
3 Tukang 0.007 OH Rp 66,400.00 Rp 464.80
4 Pembantu Tukang 0.007 OH Rp 55,400.00 Rp 387.80

B Bahan
1 Besi beton Ulir 1.05 Zak Rp 11,000.00 Rp 11,550.00
2 kawat 0.015 m3 Rp 16,800.00 Rp 252.00

C Peralatan
-
Total Rp 12,733.14
Keuntungan 10% Rp 1,273.31
total Harga Satuan Pekerjaan Rp 14,006.46

TABEL 5. 52 HSPK PEKERJAAN B EKISTING


Pekerjaan Bekisting
No Komponen Koefisien satuan harga satuan dasar total harga satuan
A Tenaga
1 Mandor 0.033 OH Rp 77,360.00 Rp 2,552.88
2 Kepala Tukang 0.033 OH Rp 68,000.00 Rp 2,244.00
3 Tukang 0.33 OH Rp 66,400.00 Rp 21,912.00
4 Pembantu Tukang 0.66 OH Rp 55,400.00 Rp 36,564.00

B Bahan
1 Paku Eternit 0.4 kg Rp 16,000.00 Rp 6,400.00
Plywood uk.122 x 244 x
2 Rp 93,600.00 Rp 32,760.00
9mm 0.35 Lembar
3 Kayu kamper balok 4/6, 5/7
0.015 m3 Rp 6,400,000.00 Rp 96,000.00
4 Kayu meranti Bekisting 0.04 m3 Rp 3,200,000.00 Rp 128,000.00
5 Minyak bekisting 0.2 Liter Rp 28,300.00 Rp 5,660.00

C Peralatan
-
Total Rp 332,092.88
Keuntungan 10% Rp 33,209.29
total Harga Satuan Pekerjaan Rp 365,302.17
224

4. Pekerjaan Drainase
TABEL 5. 53 HSPK PEKERJAAN DRAINASE U-D ITCH
Pekerjaan Drainase U-Ditch
No Komponen Koefisien satuan harga satuan dasar total harga satuan
A Tenaga
1 Mandor 0.083 OH Rp 77,360.00 Rp 6,420.88
2 Kepala Tukang 0.028 OH Rp 68,000.00 Rp 1,904.00
3 Tukang 0.275 OH Rp 66,400.00 Rp 18,260.00
4 Pembantu Tukang 1.65 OH Rp 55,400.00 Rp 91,410.00

B Bahan
1 Semen Pc 40kg 8.15 Zak Rp 62,000.00 Rp 505,300.00
2 Pasir Cor/Beton 0.480625 m3 Rp 251,563.00 Rp 120,907.47
3 Batu Pecah Mesin 1/2 cm 0.541578 m3 Rp 241,700.00 Rp 130,899.40
4 Air Kerja 215 Liter Rp 27.00 Rp 5,805.00
5 Pasir Urug 1.2 m3 Rp 143,500.00 Rp 172,200.00

C Peralatan
1 Mobile crane 0.142857 jam Rp 950,000.00 Rp 135,714.15
2 Alat Bantu 1 Ls
Total Rp 1,188,820.90
Keuntungan 10% Rp 118,882.09
total Harga Satuan Pekerjaan Rp 1,307,702.99

5. Pekerjaan Tembok penahan Tanah


TABEL 5. 54 HSPK PEKERJAAN PASANGAN B ATU KALI
Pekerjaan Pasangan Batu Kali (1pc:3ps)
No Komponen Koefisien satuan harga satuan dasar total harga satuan
A Tenaga
1 Mandor 0.075 OH Rp 77,360.00 Rp 5,802.00
2 Kepala Tukang 0.075 OH Rp 68,000.00 Rp 5,100.00
3 Tukang 0.75 OH Rp 66,400.00 Rp 49,800.00
4 Pembantu Tukang 1.5 OH Rp 55,400.00 Rp 83,100.00

B Bahan
1 Semen PC 50kg 4.04 Zak Rp 66,000.00 Rp 266,640.00
2 Pasir Pasang/Plester 0.485 m3 Rp 175,000.00 Rp 84,875.00
3 Batu Kali Belah 15/20 1.2 m3 Rp 140,000.00 Rp 168,000.00

C Peralatan

Total Rp 663,317.00
Keuntungan 10% Rp 66,331.70
total Harga Satuan Pekerjaan Rp 729,648.70
225

6. Pekerjaan Median

TABEL 5. 55 HSPK PEKERJAAN M EDIAN/KERB


Pekerjaan Median/Kerb
No Komponen Koefisien satuan harga satuan dasar total harga satuan
A Tenaga
1 Mandor 0.075 OH Rp 77,360.00 Rp 5,802.00
2 Kepala Tukang 0.075 OH Rp 68,000.00 Rp 5,100.00
3 Tukang 0.75 OH Rp 66,400.00 Rp 49,800.00
4 Pembantu Tukang 1.5 OH Rp 55,400.00 Rp 83,100.00

B Bahan
1 Semen PC 50kg 4.04 Zak Rp 66,000.00 Rp 266,640.00
2 Pasir Pasang/Plester 0.485 m3 Rp 175,000.00 Rp 84,875.00

C Peralatan

Total Rp 495,317.00
Keuntungan 10% Rp 49,531.70
total Harga Satuan Pekerjaan Rp 544,848.70

7. Pekerjaan Minor
TABEL 5. 56 HSPK PEKERJAAN M INOR
Pekerjaan Minor
No Komponen Koefisien satuan harga satuan dasar total harga satuan
A Tenaga
1 Mandor 0.075 OH Rp 77,360.00 Rp 5,802.00
2 Tukang 0.225 OH Rp 66,400.00 Rp 14,940.00
3 Pembantu Tukang 0.6 OH Rp 55,400.00 Rp 33,240.00

B Bahan
1 Thermoplastic 1.95 Zak Rp 444,000.00 Rp 865,800.00
2 Glass Bead 0.45 m3 Rp 35,000.00 Rp 15,750.00
3 Minyak Thinner 1.05 m3 Rp 27,500.00 Rp 28,875.00

C Peralatan
1 compressor 0.075 jam Rp 152,723.00 Rp 11,454.23
2 Alat Bantu 1 Ls

Total Rp 975,861.23
Keuntungan 10% Rp 97,586.12
total Harga Satuan Pekerjaan Rp 1,073,447.35
226

5.6.4 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya


TABEL 5. 57 REKAPITULASI PERHITUNGAN RENCANA ANGGARAN B IAYA

No Jenis Pekerjaan Volume Satuan Harga Satuan (Rp) Total Satuan (Rp)

A Pekerjaan Persiapan
1 Mobilisasi Ls Rp 4,500,000.00 Rp 4,500,000.00
2 Direksi Keet Ls Rp 7,000,000.00 Rp 7,000,000.00
3 Pengaturan Lalulintas Ls Rp 2,000,000.00 Rp 2,000,000.00
Total 1 Rp 13,500,000.00
B Pekerjaan Perkerasan
Pekerjaan Lean Concrete
1 1800 M3 Rp 1,369,711.53 Rp 2,465,480,752.96
(beton K-175)
Pengurukan Tanah untuk
2 5852.35 M3 Rp 204,436.67 Rp 1,196,434,957.38
pelebaran jalan

Galian Tanah untuk pelebaran


3 540 M3 Rp 66,799.47 Rp 36,071,714.45
jalan dengan alat berat

Pengurukan sirtu padat untuk


4 2700 M3 Rp 147,073.96 Rp 397,099,692.00
bahu jalan
Perkerasan Beton (Beton K-
5 11310 M3 Rp 1,478,102.59 Rp 16,717,340,328.45
400)
Total 2 Rp 20,812,427,445.24
C Pembesian
1 Besi Ulir (Tie Bar) 24332 Kg Rp 14,006.46 Rp 340,805,145.79
2 Besi Ulir (Dowel) 6468 Kg Rp 14,006.46 Rp 90,593,772.93
Total 3 Rp 431,398,918.72
D Pekerjaan Bekisting
Bekisting untuk perkerasan
1 12000 M2 Rp 365,302.17 Rp 4,383,626,016
beton
Total 4 Rp 4,383,626,016
F Pekerjaan Drainase
Galian untuk drainase dengan
1 3107.76 M3 Rp 66,799.47 Rp 207,596,724.62
alat berat

2 Pemasangan U-Ditch 283.1 M3 Rp 1,307,702.99 Rp 370,210,716.31

Pengadaan U-Ditch
3 313 Pcs Rp 2,150,000.00 Rp 672,950,000.00
(1000x1200)
Pengadaan U-Ditch
4 398 Pcs Rp 2,345,000.00 Rp 933,310,000.00
(1650x1200)
Pengadaan U-Ditch
5 42 Pcs Rp 2,632,000.00 Rp 110,544,000.00
(1800x1200)
Total 5 Rp 2,294,611,440.92
G Pekerjaan Tembok Penahan
Galian untuk Tembok
1 1080 m3 Rp 66,799.47 Rp 72,143,428.90
penahan dengan alat berat
2 Pemasangan Batu kali 1764 m3 Rp 544,848.70 Rp 961,113,106.80
Total 6 Rp 1,033,256,535.70
H Pekekerjaan Median
Pengadaan Median/Kerb
1 3600 Pcs Rp 70,000.00 Rp 252,000,000.00
Precast
Pengurugan tanah untuk
2 1269 m3 Rp 204,436.67 Rp 259,430,136.77
(1000x1200)
Pengadaan U-Ditch
4 398 Pcs Rp 2,345,000.00 Rp 933,310,000.00
(1650x1200)
Pengadaan U-Ditch
5 42 Pcs Rp 2,632,000.00 Rp 110,544,000.00
(1800x1200) 227
Total 5 Rp 2,294,611,440.92
G Pekerjaan Tembok Penahan
Galian untuk Tembok
1 1080 m3 Rp 66,799.47 Rp 72,143,428.90
penahan dengan alat berat
2 Pemasangan Batu kali 1764 m3 Rp 544,848.70 Rp 961,113,106.80
Total 6 Rp 1,033,256,535.70
H Pekekerjaan Median
Pengadaan Median/Kerb
1 3600 Pcs Rp 70,000.00 Rp 252,000,000.00
Precast
Pengurugan tanah untuk
2 1269 m3 Rp 204,436.67 Rp 259,430,136.77
median
Total 7 Rp 511,430,136.77
I Pekerjaan Minor
1 Pekerjaan Marka dan Rambu 580 m2 Rp 1,073,447.35 Rp 622,599,461.55
Total 8 Rp 622,599,461.55
Jumlah Rp 30,102,849,954.89
PPN 10% Rp 3,010,284,995.49
Total Biaya Rp 33,113,134,950.38
Dibulatkan Rp 33,114,000,000.00

Jadi, rencana anggaran biaya yang dibutuhkan dalam


perencanaan peningkatan ruas jalan BTS Babat – Jombang
adalah Rp 33.114.000.000,- (Terbilang Tiga Puluh Tiga
Miliyar Seratus Empat Belas Juta Rupiah)
228

(Halaman ini sengaja dikosongkan)


BAB VI
METODE PELAKSANAAN

6.1 Metode Pelaksanaan Peningkatan Ruas Jalan


Jombang - Bts. Babat STA 12+000 – 15+000 dengan
Menggunakan Perkerasan Kaku
Perkerasan kaku (Rigid Pavement) adalah suatu susunan
konstruksi perkerasan dimana sebagai lapisan atas digunakan
pelat beton (lean concrete) yang terletak diatas tanah dasar
(subgrade) atau diatas pondasi, atau diatas tanah dasar
pondasi.Pada awalnya perkerasan kaku hanya diletakkan
langsung di atas tanah tanpa adanya pertimbangan terhadap jenis
tanah dasar dan drainasenya. Seiring dengan perkembangan
zaman, beban lalu lintas pun bertambah, pada akhirnya para
engineer menyadari bahwa betapa pentingnya pengaruh jenis
tanah dasar terhadap pengerjaan perkerasan terhadap terjadinya
pumping pada perkerasan. Pumping merupakan proses
pengocokan butiran-butiran subgrade atau subbase pada daerah-
daerah sambungan (basah ataupun kering) akibat gerakan
vertikal pelat karena beban lalu lintas yang mengakibatkan
turunnya daya dukung lapisan bawah tersebut.

6.2 Urutan Pekerjaan Peningkatan Ruas Jalan


Jombang - Bts. Babat STA 12+000 – 15+000 dengan
Menggunakan Perkerasan Kaku
6.2.1Pekerjaan Persiapan
a. Pembuatan Direksi keet (Kantor lapangan) Pembuatan direksi
keet ini ditujukan untuk mempermudah pengawasan
pekerjaan dan juga untuk mempermudah pekerjaan yang
bersifat administrative selama proyek berlangsung.
b. Mobilisasi Peralatan Seluruh peralatan yang akan digunakan
dalam pelaksanaan proyek ini didatangkan dan ditempatkan
200

di sekitar lokasi proyek. Adapun alat-alat yang digunakan


selama pelaksanaan proyek peningkatan ruas jalan ini adalah:
1. Dump Truck
2. Excavator
3. Truck Mixer
4. Fixed form Concrette Paver
5. Stampper
6. Water Tank Truck

6.2.2 Metode Pelaksaan Pekerjaan Drainase


Setelah ditinjau melalui proses perhitungan dalam perencanaan
menggunakan bentuk dan dimensi drainase yang berbeda
dengan kondisi eksisting. Pada kondisi eksisting sebagian besar
drainase yang ada menggunakan bentuk persegi dan hanya
berupa galian tanah. Pada perencanaan yang baru ini dipasang
Uditch sebagai saluran. Beton pracetak yang paling banyak
volumenya dipasang paling awal. Tahapan pelaksanaan
pemasangan BETON PRACETAK U-DITCH adalah sebagai
berikut :

1. Pengukuran
Pengukuran meliputi pengukuran panjang pekerjaan dan
elevasi. Elevasi yang tertera pada shop drawing
diterapkan di lapangan dengan memasang patok-patok
dan bouwplank untuk menyimpan elevasi.

2. Galian tanah
Setelah patok dipasang, pekerjaan galian bisa dimulai.
Elevasi galian dikontrol berdasarkan elevasi yang
sudah disimpan pada patok. Penggalian tanah
menggunakan excavator. Dalam waktu 1 hari target
panjang galian minimal adalah 7,2 m untuk memenuhi
kemampuan alat berat dalam memasang beton pracetak
yaitu 6 unit.
201

3. Pembuangan tanah bekas galian


Selama excavator mengerjakan galian, 1 unit dump
truck siap di sisi galian untuk menampung tanah bekas
galian. Tanah bekas galian tersebut langsung dibuang
ke luar proyek dan di sisi rencana saluran disiapkan
sebagian material bekas galian untuk digunakan
pengurugan kembali. Dengan demikian area di sisi
galian relatif bersih dan setiap saat siap ditempati stock
beton pracetak u-dtich.

4. Urug sirtu
Tahapan setelah galian mencapai panjang 7,2 m adalah
pengurugan sirtu. 1 hari sebelum pengurugan, sirtu
harus siap di sisi galian. Untuk segmen selanjutnya
sirtu didatangkan bertahap berdasarkan kebutuhan
setiap segmen galian. Ketebalan urugan sirtu adalah
250 mm. Pengurugan menggunakan excavator dengan
bantuan tenaga manusia untuk meratakannya.

5. Lantai kerja
Pada umumnya ketebalan lantai kerja adalah 50 mm
dengan mutu beton K125 atau B0. Permukaan lantai
kerja dibuat serata mungkin dan dikontrol elevasinya
berdasarkan elevasi yang sudah disimpan pada patok-
paton bantuan. Kerataan lantai kerja sangat
menentukan kerapian elevasi beton pracetak u-ditch
yang dipasang di atasnya

6. Pemasangan BETON PRACETAK U-DITCH

o Beton pracetak U-ditch yang sudah berumur lebih dari


7 hari dari fabrikasi dikirim ke lokasi dan di stok di
lokasi dekat pemasangan.
202

o Pemindahan BETON PRACETAK U-DITCH dari


stock yard ke tempat pemasangan menggunakan
forklift dengan kapasitas sesuai berat material.
Biasanya kapasitan forklift yang harus disediakan
adalah 2 x berat material.
o Pemasangan BETON PRACETAK U-DITCH
menggunakan excavator atau crane tergantung pada
berat material yang diangkat. Biasanya kapasitas
crane atau excavator = 5 x berat material yang
diangkat. Pemasangan dilakukan setelah cor lantai
kerja berumur minimal 1 hari. Target pemasangan
setiap hari rata-rata 6 unit.
o Di atas BETON PRACETAK U-DITCH sebaiknya
dipasang caping beam dari beton cor di tempat,
berfungsi untuk menjaga posisi beton pracetak u-dtich
agar tidak bergeser ke kiri atau ke kanan oleh desakan
tanah setelah pengurugan kembali.
o Pengelasan plat penyambung antar beton pracetak u-
ditch
o Spasi antar BETON PRACETAK U-DITCH ditutup
dengan spesi

6.2.3 Metode Pelaksaan Pekerjaan Dinding


penahan
a) Pekerjaan Pasangan Batu Kali
Pekerjaan pasangan batu kali dilakukan dikarenakan adanya
pembuatan dinding penahan tanah yang berfungsi sebagai
menahan tanah agar tidak longsor dan tergerus air saat hujan

o Tahapan pemilihan bahan


1. Batu harus terdiri dari batu alam atau dari sumber bahan
yang tidak terbelah,yang utuh,keras,awet,tahan terhadap
203

udara dan air dan cocok dalam segala hal untuk fungsi
yang dimaksud.
2. Ukuran dan dimensi batu harus disesuaikan dengan
ukuran tembok penahan.
3. Batu yang digunakan harus tertahan ayakan 10cm.
4.Adukan untuk spesi digunakan campuran 1 PC berbanding
4 Pasir jadi didalam pengadukan harus benar-benar merata
aduknya sehingga tidak terjadi kelemahan disuasi sisi
spesi nantinya. Adukan yang akan dipasang harus
mendapat persetujuan Direksi.

o Tahapan penyiapan batu


1. Batu harus dibersihkan dari bahan yang merugikan, yang
dapat mengurangi kelecakan dengan adukan
2. Sebelum pemasangan batu dilakukan, batu harus dibasahi
permukaanya dan diberikan waktu yang cukup untuk proses
penyerapan air sampai jenuh

o Tahapan pemasangan batu


1. Memasang bowplank sesuai dengan dimensi rencana.
Bowplank disini digunakan untuk memudahkan pemasangan
pasangan batu kali
2. Membuat landasan dari adukan semen paling sedikit setebal 3
cm harus dipasang pada formasi yang telah disiapkan.
Landasan adukan ini harus dikerjakan sedikit demi sedikit
sehingga permukaan batu akan tertanam pada adukan
sebelum mengeras
3. Batu harus ditanam dengan kuat di atas landasan adukan
semen sehingga satu batu bisa berdekatan dengan batu lain
sampai mendapatkan tebal pelapisan yang tepat.
4. Pekerjaan harus dimulai dari dasar lereng menuju keatas dan
pemukaan harus segera diselesaikan
setelah pengerasan awal dari adukan dengan cara menyapunya
dengan sapu yang kaku.
204

d) Pekerjaan Plesteran
1. Material dan bahan yang digunakan untuk pekerjaan plesteran
harus sesuai dengan spesifikasi dan syarat perencanaan.
2. Campuran yang dipakai dalam pekerjaan plesteran juga harus
sesuai dengan perencanaan.
3. Sebelum dilakukan plesteran permukaan pasangan batu
tersebut dibasahi dengan air agar adonan plester tersebut
dapat melekat.
4. Setelah itu padonan plester tersebut diratakan hingga merata
pada pasangan batu kali.

6.2.4 Pekerjaan Perkerasan Kaku


Pekerjaan akan diawali dengan Pelaksanaan Levelling
pembentukan badan jalan menggunakan sirtu dipadatkan. Dalam
pelaksanaan ini tentunya telah terlebih dahulu melakukan
pengukuran dan pemasangan bowplank.

1. Pekerjaan Levelling pembentukan badan jalan akan


dilaksanakan sebagai berikut :
a. Pengukuran Badan Jalan
Sebelum dilaksanakan pekerjaan leveling badan jalan
terlebih dahulu dilaksanakan pengukuran badan jalan
yaitu pengukuran vertical maupun horizontal, Hasil dari
pengukuran dicatatkan serta dibuat laporan hasil
pengukuran untuk persetujuan dalam pelaksanaan
pekerjaan, Selanjutnya dibuatkan patok-patok referensi
sebagai acuan dalam pelaksanaan pekerjaan nantinya.

b. Pekerjaan Levelling
pembentukan badan jalan menggunakan sirtu
dipadatkan Pekerjaan ini dilaksanakan diatas
permukaan existing dan badan jalan sesuai ketebalan
yang direncanakan. Penghamparan sirtu dilaksanakan
step by step untuk seluruh badan jalan yang perlu
205

dilakukan levelling. Dalam pelaksanaannya usahakan


untuk senantiasa selalu menempatkan Petugas lalu-
lintas dan juga berkoordinasi dengan aparat terkait
secara resmi.

Metoda kerja dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut :


- Sebelum melaksanakan pekerjaan ini terlebih dahulu
dibuatkan pengujian material agregat / sirtu yang akan
digunakan pada saat pelaksanaan sesuai spesifikasi teknik
yang disyaratkan.
- Material Sirtu didatangkan dari quary yang telah disetujui
kemudian material dibawa kelokasi pekerjaan
menggunakan dump truck.
- Material sirtu dihampar dengan tenaga manusia dan
dengan ketebalan rencana.
- Hamparan dibasahi sampai kadar air optimal sesuai hasil
pengujian kepadatan lapangan di lab dengan
menggunakan water tank truck dan dipadatkan dengan
menggunakan Plate Vibrator Stamper.
- Selama pemadatan, sekelompok pekerja merapihkan tepi
hamparan dan level permukaan dengan menggunakan alat
bantu.
- Setelah pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan pengetesan
kepadatan lapangan dengan test sand cone untuk
mengetahui kepadatan yang disyaratkan dalam spesifikasi
teknik.
Setelah pekerjaan leveling badan jalan selesai dilaksanakan,
pekerjaan akan dilanjutkan dengan betonisasi.

a. Pengukuran elevasi menggunakan theodolite


Menentukan elevasi kemiringan jalan yang akan dilakukan
rigid pavement (perkerasan kaku).
b. Pengaturan lalu lintas dan pemasangan rambu
o Memasasang rambu lalu lintas di lokasi proyek, rambu
yang digunakan :
206

1. Rambu peringatan adanya pekerjaan proyek


pembangunan jalan
2. Rambu kecepatan maksimum
3. Rambu hati-hati
4. Rambu penunjuk arah lalu lintas
o Pemasangan cone pada jalan.
o Pemberian lampu penanda berfungsi pada malam hari.
o Penempatan Flagman.

c. Pekerjaan overlay sebagai Lean Concrete. Adapun dalam


pelaksanaan pekerjaan peningkatan ini yang dilakukan adalah
pengecoran lean concrete (LC). Dalam perencanaan lean
concrete sendiri ada beberapa hal yang perlu dierhatikan,
seperti :
o Pengaturan posisi kendaraan proyek
o Pengecekan elevasi untuk lean concrete dengan
theodolite
o Penginstallan bekisting
o Pengecoran lean concrete dengan menggunakan molen
dan kemudian diratakan oleh pekerja, spesifikasi lean
concrete :
Mutu beton : K-175
Tebal Lc : 10 cm
o Meratakan permukaan hamparan beton menggunakan
mistar yang dilakukan oleh pekerja.
Berikut ini adalah diagram alir (Flow Chart) untuk
pelaksanaan pekerjaan lean concrete :
207

d. Pekerjaan Rigid Pavement


1. Persiapan lahan rigid yang meliputi : persiapan instalasi
secara manual sambungan dan tulangan sesuai dengan
panjang area yang akan di-rigid ( dalam hal ini per 100 m
akan dilakukan pekerjaan rigid pavement)

Spesifikasi sambungan yang digunakan :

Diameter Dowel = 25 mm
Panjang tulangan = 480 mm
Jarak = 305 mm
208

Diameter tulangan = 16 mm
Panjang tulangan = 700 mm
Jarak = 750 mm

2. Penyiapan alat fixedform concrete finisher yang akan


digunakan untuk meratakan permukaan beton. Berikut ini
adalah contoh gambar alat fixed form concrete paver.

GAMBAR 6. 1 ALAT FIXED FORM CONCRETE PAVER


Sumber:http://.apolloinffratech.com/fixed_form_concrete_pave
r.html

3. Pengukuran dan pengecekan elevasi rigid serta pemasangan


slink pada tepi area yang akan dilaksanakan pekerjaan rigid.
4. Melakukan pemasangan decking.
5. Pendatangan Truck Mixer dari tempat readymix setempat .
6. Sebelum dihampar, beton readymix tersebut diambil
beberapa sempel untuk dilakukan serangkaian uji tes
apakah beton tersebut sudah sesuai dengan persyaratan
yangn ditetapkan.Adapun beberapa uji tes beton adalah uji
209

kuat tekan, uji slump, uji kuat lentur, tes kubus.Berikut ini
adalah beberapa contoh pengambilan benda uji sebelum
dilakukannya serangkaian tes.

GAMBAR 6. 2 PENGAMBILAN UJI TES B ETON

Sumber : http://kampussipil.blogspot.co.id/2013/03/metode-
pelaksanaanpekerjaan-beton.html

Berikut adalah syarat beton yang harus dipenuhi untuk mutu


beton K-400 :
TABEL 6. 1 N ILAI UJI SLUMP UNTUK PEKERJAAN B ETON

Sumber : SNI Pelaksanaan Pekerjaan Beton Untuk Jalan Pd. T-05-


2004-B
210

TABEL 6. 2 NILAI K UAT TEKAN M INIMUM B ETON

Sumber : SNI Pelaksanaan Pekerjaan Beton Untuk Jalan Pd. T-05-


2004-B

7. Penghamparan beton readymix dari Truck Mixer ke area


yang telah disiapkan lalu diratakan oleh para pekerja.

GAMBAR 6. 3 P ROSES PENGHAMPARAN B ETON


R EADYMIX

Sumber: http://kampus-sipil.blogspot.co.id/2013/03/metode-
pelaksanaanpekerjaan-beton.html
211

7. Setelah beton readymix dihamparkan lalu dipadatkan


dengan menggunakan vibrator oleh para pekerja,
kemudian diratakan dengan menggunakan alat fixedform
concrete finisher oleh para pekerja. berikut adalah
ilustrasi bagaimana prose pemerataan perkerasan beton
menggunakan fixedform concrete paver.

GAMBAR 6. 4 P ROSES PENGHAMPARAN B ETON READYMIX

Sumber : http://kampus-sipil.blogspot.co.id/2013/03/metode-
pelaksanaanpekerjaan-beton.html

8. Finishing Rigid Pvement


ar permukaan
jalan tidak licin. Melaksanakan Cutting Beton sebelum retak
awal muncul pada permukaan jalan yaitu pada sekitar jam
ke 4 s/d ke 24 dan disarankan pada jam ke 18.

water tank. Setelah proses curing permukaan beton ditutup


dengan menggunakan plastic sheet/terpal untuk menjaga
kadar air dalam beton agar tetap terjaga.
212

GAMBAR 6. 5 ALAT GROOVING

GAMBAR 6. 6 P ROSES GROOVING

GAMBAR 6. 7 P ROSES C UTTING B ETON


213

GAMBAR 6. 8 P ROSES C URING B ETON

Sumber: CV. GAYO MEDIA PRATAMA

mbungan muai dan sambungan yang digergaji

GAMBAR 6. 9 PEMASANGAN PLASTIC SHEET

harus ditutup dengan bahan penutup yang memenuhi


persyaratan spesifikasi sebelum lalu lintas diijinkan melewati
perkerasan.
Sumber: http://aspalbinder.blogspot.co.id/

GAMBAR 6. 10 PENGISIAN J OINT FILLER


214

beton.

s dapat dilakukan ketika kuat tekan


minimum sesuai tabel berikut:

TABEL 6. 3 KUAT TEKAN UNTUK PEMBUKAAN LALU LINTAS

Sumber : SNI Pelaksanaan Pekerjaan Beton Untuk Jalan Pd. T-05-


2004-B
221

10. Selanjutnya para pekerja dengan menggunakan alat


fixedform concrete finisher akan bergerak terus hingga
akhir pelaksanaan rigid yang telah ditentukan

6.2.5 Skema pengaturan lalu lintas


Pada saat perencanaan peningkatan jalan kabupaten pacitan
ponorogo sedang dilaksanakan maka dapat dipastikan banyak
sekali kegiatan konstruksi di lapangan yang mengganggu ruas
jalan. Ruas jalan jalan yang terganggu oleh kegiatan konstruksi
di lapangan tersebut tentu berakibat pada kenyamanan
pengguna jalan. Pengguna jalan berkurang kenyamananya
karena tidak dapat menggunakan ruas jalan secara maksimal,
oleh karena itu dibuat suatu pengaturan lalu lintas agar lalu
lintas pada jalan yang sedang di rehabilitasi tidak lumpuh.
Pengaturan lalu lintas tersebut seperti :
o Kegiatan konstruksi jalan terfokus pada satu jalur
terlebih dahulu dalam hal ini disimulasikan pada jalan
arah...
215

o Agar lalu lintas tidak banyak terganggu pekerjaan


konstruksi dilakukan sepanjang 300 meter dengan jeda
sepanjang 500 meter pada satu lajur tersebut
o Setelah konstruksi pertama pada 300 meter selesai
maka dilanjutkan dengan menutup celah sepanjang 500
meter tersebut Setelah satu lajur selesai maka
dilanjutkan dengan lajur berikutnya dengan cara yang
sama persis

GAMBAR 6. 11 S KEMA P ENGATURAN L ALU-L INTAS


DARI ARAH BABAT - JOMBANG

GAMBAR 6. 12 S KEMA P ENGATURAN L ALU-


L INTAS DARI ARAH JOMBANG - BABAT
216

(Halaman ini sengaja dikosongkan)


217

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasrkan hasil perhitungan perencanaan Ulang
Jalan Babat – Bts. Jombang STA 12+000 – 15+000 dengan
menggunakan perkerasan kaku. panjang jalan sebesar 3000
m dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil perhitungan analisa kapasitas jalan pada UR
20 untuk kondisi eksisting 2/2 UD dengan lebar jalan 3,5
m per lajur diperoleh DS > 7,5 sehingga perlu diadakan
pelebaran jalan. Kebutuhan pelebaran jalan untuk UR 20
tahun adalah 4/2 D dengan lebar jalan 3 m per lajur.
2. Perencanaan Jalan Babat – Bts. Jombang STA 12+000 –
15+000 menggunakan perkerasan kaku (Beton K-400)
dengan tebal slab rigid diatas aspal yaitu 28 cm dan tebal
slab rigid diatas bahu jalan yaitu 30 cm. pondasi bawah
berupa campuran beton kurus, yaitu lean concrete
sebagai lantai kerja. Sambungan yang digunakan adalah
Sambungan Beton Bersambung Tanpa Tulangan
(BBTT) dengan ruji.
3. Perencanaan saluran tepi drainase menggunakan U-ditch
beton pracetak/ precast dengan dimensi seperti berikut:
Dimensi Saluran rencana

Lebar B
Tinggi H (m)
(m)
0.7 1.2
0.8 1.2
1.65 1.2
1.65 1.2
1.65 1.2
1.8 1.2
218

4. Rencana anggaran biaya untuk perencanaan Jalan Babat


– Bts. Jombang STA 12+000 – 15+000 adalah sebesar
Rp33.114.000.000,-

7.2 Saran
Dari hasil uraian di atas, ada beberapa yang perlu
diperhatikan, yaitu :
1. Diperlukan data lalu lintas yang lebih lengkap dan
pengecekan dengan survey lalu lintas langsung ke
lapangan agar didapatkan nilai pertumbuhan yang lebih
akurat. Sebaiknya juga ditunjang dengan data sekunder
yang valid agar tidak mengalami pertumbuhan lalu
lintas yang janggal.
2. Penambahan lapis Lean Concrete pada perkerasan
ditujukan sebagai lantai kerja untuk mencegah keretakan
beton akibat permukaan aspal yang tidak rata.
219

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Bina Marga


“Manual Kapasitas Jalan Indonesia”, 1997.

2. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Bina Marga “


Spesifikasi Standart untuk Perencanaan Geometrik Jalan
Antar Kota”,1997.

3. Standart Nasional Indonesia, “Perencanaan Perkerasan


Beton Semen”, PD T-14-2003.

4. Sukirman, Silvia, “Dasar dasar Perencanaan Geometrik


Jalan”, Nova, 1999.

5. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Bina Marga


“Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan”,
(SNI 03-3424-1994)

6. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Bina Marga


“Buku Petunjuk Teknis Analisa Biaya Harga Satuan
Pekerjaan”.

7. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Bina Marga “


Spesifikasi Teknik Daerah Provinsi Jawa Timur”,2015.

8. Hardiyatmo, H. C, 2003, “Mekanika Tanah II”, Edisi


Ketiga, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

9. Hardiyatmo, H. C, 2007, “Mekanika Tanah II”, Edisi


Keempat, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai