9 Hu Kepemimpinan
9 Hu Kepemimpinan
BAB IX
KEPEMIMPINAN
the effective use all resources including people, while leadership concentrates on
getting the best out of people.” (Manajemen memperhatikan penggunaan sumberdaya
secara efektif termasuk orang, sementara kepemimpinan memperhatikan mendapatkan
hasil dari orang-orang terbaik). Jika Amstrong menyatakan manajer berkenaan dengan
efektif, maka Drucker menyatakan manajer berkenaan dengan efisiensi. Sharma (2009:
3) menyatakan, “Leadership and management are often regarded as essentially
practical activities.” (Kepemimpinan dan manajemen sering dipakai sebagai kegiatan
praktik yang mendasar). Kepemimpinan dan manajemen sama pentingnya, meskipun
kegiatannya berbeda. Manajemen berbeda dengan kepemimpinan (Yukl, 2010 & Bass
& Bass, 2011). Perbedaan manajemen dengan kepemimpinan seperti tabel berikut.
Tabel IX.1 Perbedaan Manajemen dengan Kepemimpinan
Manajemen Kepemimpinan
reality, the distinctions between management and leadership are a not clearly
defined.” (Dalam kenyataannya, perbedaan antara manajemen dengan kepemimpinan
tidak dapat didefinisikan dengan jelas). Pendapat Law & Glover tersebut mendapat
dukungan Hughes (2002: 11) yang menyatakan, “Leadership and management
overlap.” Demikian pula Bush (2009:3) yang menyatakan, “The concepts of leadership
and management overlap.”(Konsep kepemimpinan dengan manajemen tumpang
tindih). Alma (2014: 38) menyatakan, “Leadership that builds capacity within
schools, communities, and system.” (Kepemimpinan yang membangun kapasitas di
dalam sekolah, masyarakat, dan sistem). Pendapat Alma tersebut menegaskan bahwa
kepemimpinan tidak hanya berkenaan dengan orang tetapi juga bukan orang yaitu
sistem. Pada hal sistem adalah urusan manager.
Penulis dalam hal ini memilih kepemimpinan bagian dari manajemen dengan
alasan teoretis, yuridis, dan empiris sebagai berikut.
Alasan teoretis: (1) dalam perkembangan teori manajeman ada pendekatan
human relation yang fokus pada hubungan manusiawi; (2) prinsip manajemen antara
lain efektif dan efisien, transparan, akuntabel, dan mandiri; (4) manager to lead, leader
to manage (Sharma, 2009); (5) manajer yang efektif perlu keseimbangan manajemen
dengan kepemimpinan; (6) manajemen dan kepemimpinan tumpang tindah, tetapi
untuk menjelaskan perlu dipisahkan; (7) manajemen lebih luas daripada
kepemimpinan karena: (a) secara teoretis semua buku manajemen dan administrasi
pendidikan yang ditulis Gorton et al., 2007; Sharma, 2009; Lunenberg & Orstein,
2011; Hoy & Miskel, 2013, Macpherson (2014) menjadikan kepemimpinan sebagai
subbabnya.
Hampir semua buku manajemen membahas kepemimpinan sebagai subbabnya.
Demikian pula buku School Leadership &Administration (Gorton et al. (2007),
Educational Management (Sharma, 2009), Educational Administration (Lunenburg &
Orstein, 2011& Hoy & Miskel, 2013) menjadikan kepemimpinan sebagai subbabnya.
Ketiga buku tersebut merupakan buku utama MP atau AP.
Keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuannya membutuhkan keseimbangan
kepemimpinan yang kuat dan manajemen yang kuat seperti yang dinyatakan Sharma
(2009: 67), “Success in organizations requires balance of both leadership and
99
dipercaya karena kejujurannya. Bawahan sulit percaya kepada pemimpinnya jika tidak
memiliki kejujuran yang telah teruji atau terbukti. Sekali seseorang berbuat tidak jujur
atau berbohong, seumur hidup orang tidak akan percaya.
Pemimpin bersifat formal dan informal. Pemimpin formal ialah pemimpin
yang diangkat dengan Surat Keputusan (SK). Pemimpin nonformal ialah pemimpin
yang diangkat kelompoknya tanpa SK. Pemimpin nonformal dapat pula terjadi dengan
mengangkat dirinya sendiri secara suka rela pada saat-saat genting atau darurat.
Pimpinan adalah posisi atau jabatan, orang yang memiliki kedudukan tertinggi dalam
suatu organisasi. Kepala sekolah (principal atau head master) adalah orang yang
menduduki jabatan tertinggi di sekolahnya. Hal-hal yang berkenaan dengan kepala
sekolah disebut principalship atau kekepalasekolahan.
Kata leadership muncul tahun 1700-an. Sejak 1993, terdapat 221 definisi
kepemimpinan yang ditulis dalam 587 publikasi. Pada tahun 2005, Amazon.com telah
mendaftar 18.299 buku kepemimpinan. Google Schoolar mendaftar 16.800 buku
kepemimpinan dan sekitar 386.000 kutipan kepemimpinan (Bass & Bass, 2011).
Kepemimpinan didefinisikan orang sesuai sudut pandang masing-masing. Meskipun
sudah banyak definisi kepemimpinan tetapi tidak satupun memuaskan semua orang.
Pada tahun 1920-an, kepemimpinan didefinisikan sebagai kemampuan
mempengaruhi bawahan agar menjadi taat, hormat, setia, dan mudah bekerja sama
(Gill, 2009). Definisi ini adalah definisi yang paling lama dan menjadi dasar bagi
definisi kepemimpinan berikutnya. Stogdill (1974) mendefinisikan kepemimpinan
sebagai: (1) titik fokus proses kelompok, (2) kepribadian dan pengaruhnya, (3) seni
agar bujukan dipenuhi, (4) latihan mempengaruhi, (5) tindakan atau perilaku, (6)
bentuk membujuk, (7) kekuatan hubungan, (8) instrumen mencapai tujuan, (9) suatu
pengaruh interaksi, (10) suatu perbedaan peran, dan (11) inisiasi struktur. Definisi
kepemimpinan menurut Stogdill tersebut merupakan definisi kepemimpinan yang
paling komprehensif.
Definisi kepemimpinan menurut Bush (2008 & 2010) adalah tindakan-tindakan
mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan akhir yang diharapkan. Sejalan
dengan pendapat tersebut, Sharma (2009) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah:
(1) tindakan-tindakan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang
102
internal adal perbandingan antara inputs dengan outputs. Efisiensi eksternal adalah
perbandingan inputs dengan outcomes.
Kepemimpinan sekolah menurut Smith & Piele (2012), “The activity of
mobilizing and empowering others to serve the academic and related needs of students
with utmost skill and integrity.” Kepemimpinan sekolah adalah kegiatan
menggerakkan dan memberdayakan orang lain untuk memberikan pelayanan
akademik sesuai dengan kebutuhan siswa termasuk keterampilan dan integritas siswa.
Jadi, kepemimpinan sekolah adalah proses memberdayakan guru untuk
meningkatkan mutu proses dan hasil belajar siswa.
Sampai saat ini terdapat tiga mazhab kepemimpinan: (1) pemimpin itu
dilahirkan, (2) pemimpin itu dididik (di sekolahkan dan/atau dilatih), dan (3)
pemimpin itu dilahirkan dan dididik. Mazhab pertama menganut paham naturalism
atau nativisme, kedua menganut empirisme, dan ketiga menganut konvergenisme.
Mazhab pertama menyatakan pemimpin dilahirkan, tidak dididik dan dilatih (Leaders
are born, not built). Orang percuma saja dilatih kepemimpinan karena tidak punya
bakat kepemimpinan. Contohnya adalah Napoleon, Alexander the Great, Lincoln
Gandhi, Mao Tse Tung, Hitler, Churchill, Napolen, Washington, Trubman, Rosevelt,
Teresa, Mandela, Gates, Mao Tse Tung, dan Winfrey.
Mazhab yang kedua menyatakan pemimpin dididik dan/dilatih bukan
dilahirkan (Leaders are built, not born). Mazhab ini beranggapan setiap orang dapat
menjadi pemimpin asalkan setelah mendapat pengalaman melalui pendidikan dan/
pelatihan kepemimpinan. Mazhab yang ketiga menyatakan pemimpin dilahirkan dan/
dididik dan dilatih (Leaders are born and built). Mazhab ini beranggapan bahwa
pemimpin itu dilahirkan dan dididik serta dilatih.
untuk: (1) menerapkan dan mengembangkan visi; (2) melakukan perubahan terutama
meningkatkan mutu sekolah terus-menerus; (3) mengembangkan sekolah dan menjadi
sekolah efektif; (4) mendapatkan kepemimpinan yang efektif; (5) memberdayakan
guru dan tenaga kependidikan: (6) menerapkan dan mengembangkan iklim dan budaya
sekolah yang kondusif; (7) mendapatkan simbol sekolah yaitu orang pertama yang
mewakili sekolah); (8) mendemonstrasikan keterampilan, ganjaran, dukungan, sistem,
pengelolaan sumber daya, pembuatan keputusan, pendelegasian, komunikasi,
koordinasi, kerja sama, dan situasi; (9) meningkatkan daya saing saing sekolah; (10)
meningkatkan daya saing SDM Indonesia di abad 21 (Gorton et al., 2007).
D. Teori Kepemimpinan
Urutan teori kepemimpinan adalah: (1) teori orang besar (The great man
theories), (2) teori sifat, (3) teori atribut, (4) pendekatan pengaruh dan kekuasaan, (5)
teori keterampilan, (6) teori perilaku, (7) kepemimpinan situasional, (8) kepemimpinan
kontingensi, (9) kepemimpinan yang melayani (servant leadership), (10)
kepemimpinan transaksional, dan (11) kepemimpinan transformasional/kharismatik.
5. Teori Keterampilan
Penelitian Katz (1955: 34) menyimpulkan bahwa keefektifan kepemimpinan
ditentukan oleh tiga keterampilan yaitu teknik (operasional), sosial (human relations
atau interpersonal), dan konseptual. Pemimpin menurut teori keterampilan fokus pada
keterampilan. Setiap pemimpin dan manajer perlu memiliki ketiga keterampilan
tersebut seperti tabel berikut.
7. Kepemimpinan Situasional
Pendapat Hersey di atas, akhirnya direvisi oleh Gibson, et al. (2006) dan Yukl
(2010) yang menyatakan bahwa keefektifan kepemimpinan dipengaruhi fungsi
pemimpin, bawahan, dan situasi. Rumusnya yaitu KE = fpbs.
KE = Kepemimpinan Efektif.
f = fungsi.
p = pemimpin.
b = bawahan (pengkut)
s = situasi.
Pemimpin menurut kepemimpinan situasional menerapkan gaya (style disingat
S) tergantung pada situasi perilaku direktif (Directive behavior disingkat D)
bawahannya. Menurut tepri situasional, kepemimpinan efektif adalah jika
berfungsinya pemimpin itu sendiri (figure yang kredibel, akuntabel, bermoral),
mendapat banyak dukungan bawahannya (elektabel dan akseptabel atau dipilih dan
111
diterima bawahannya, serta situasi yang kondusif ( momentum yang tepat, fasilitas
yang memadai).
8. Kepemimpinan Kontingensi
Kepemimpinan kontingensi adalah kepemimpinan yang menggabungkan gaya
kepemimpinan dengan situasi. Teori kontingensi menyatakan tidak ada satupun teori
kepemimpinan yang terbaik. Kesuksesan pemimpin tergantung penggunaan gaya
kepemimpinan disesuaikan dengan situasi dan pengikutnya.
Teori kontingensi dikembangkan oleh Fiedler yang popular pada tahun 1970-an
sampai 1980-an. Yukl (2010) menyatakan bahwa ada enam teori kontingensi yaitu: (1)
path-goal theory, (2) situational leadership theory, (3) leader substitutes theory, (4)
the multiple-linkage model, (5) Least Preferred Co-operative (LPC) contingency
theory, (6) cognitive resources theory, (7) teori kontingensi Fiedler, (8) Teori 3D
Reddin, (9) model Tannenbaum & Schmitdt, (10) model kontingensi lima faktor dari
Farris, (11) model Cartwight & Zander, (12) model Action-Centred Leadership (ACL),
(13) pendekatan Leader-Member eXchange (LMX) dari vertical dyad linkage Graen.
Model kepemimpinan kontingensi merupakan pendekatan alternatif yang mengakui
adanya perbedaan lingkungan sekolah dan menerapkan berbagai gaya kepemimpinan
yang cocok dengan situasi yang ada. Pemimpin fokus pada pertemuan tipe pemimpin
dengan situasi. Pemimpin menurut kepemimpinan kontingensi fokus pada perilaku dan
pengikut.
Membentuk konsep
Memulihkan emosi Kinerja dan
Konteks dan budaya Mengutamakan pengikut pertumbuhan
Sifat pemimpin Membantu pengikut tumbuh dan pengikut
Daya penerimaan sukses Kinerja organisasi
pengikut Berperilaku secara etis Dampak bagi
Memberdayakan masyarakat
Menciptakan nilai masyarakat
Saddler Lunenburg & Northouse Gill (2009) Yukl (2010) Bass & Bass Hoy & Miskel
(1997) Orstein (2000) (2007 & 2010) (2011) (2013)
E. Hasil Penelitian
Hasil penelitian menemukan bahwa dua cara pemimpin mempengaruhi hasil
belajar siswa yaitu praktik kepemimpinan langsung dan tidak langsung mempengaruhi
pembelajaran (Hammond, 2010). Robertson & Timperley (2011: 58) menyimpulkan
bahwa kepemimpinan kepala sekolah mempengaruhi prestasi belajar siswa seperti
Gambar IX.2 dan Hasil penelitian Leitwood et al. (2004: 18; & 2010:14) menemukan
bahwa kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh tidak langsung terhadap hasil
belajar siswa seperti yang tampak pada Gambar IX.3 .
Konteks
Pendidik dan
Pengetahuan tenaga
dan Pengalaman Kependidikan
Konteks
Gambar IX.4 Model Lengkap Kepemimpinan untuk Pembelajaran (Robertson
& Timperley, 2011: 65).
115
Kepemimpinan
Siswa/Latar
publik,
belakang Kondisi sekolah
Kebijakan dan
keluarga (contoh: tujuan,
praktik
struktur, kultur)
Kebijakan dan
praktik
kepemimpinan Kepemimpinan Mutu Hasil
Guru
pejabat publik di kepala sekolah Belajar siswa
kabupaten/kota
Pengalaman
Pengembangan
Keprofesian Kondisi kelas (contoh:
Berkelanjutan Stakeholders materi, besar kelas,
Kepala Sekolah lainnya metode)
F. Praktik
Praktik kepemimpinan kepala sekolah seperti gambar berikut.
(Anonim, 2012: 21). Para pemimpin pendidikan kita saat ini bukan mengelola
kepentingan peserta didik, tetapi lebih mengutamakan kenyamanan diri (seperti
membangun ruang kerja yang mewah, mobil mewah, menuntut tunjangan jabatan yang
tinggi) ketimbang kewajiban memajukan kesejahteraan peserta didiknya (Yudi Latif,
2015: 15). Kepala sekolah sebagai Leader harus memiliki jiwa besar, dan kemampuan
untuk meyakinkan dan menggerakkan orang lain. Untuk itu, semua kepala sekolah
harus mengembangkan rasa memiliki terhadap sekolah serta memberi penghargaan
dan sanksi sesuai ketentuan secara konsekuen dan konsisten.
G. Kasus
Mental birokrat kita yang masih eksis hingga saat ini adalah mental kekuasaan
minta dilayani. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya tuntutan pejabat meminta gaji
yang tinggi, fasilitas mobil, kantor, mebel yang serba mewah. Uang rakyat yang
seharusnya untuk melayani rakyat ternyata diboroskan untuk melayani pejabat
termasuk juga pejabat di lingkungan pendidikan. Uang yang seharusnya untuk
melayani siswa dan mahasiswa dihabiskan untuk melayani keinginan pejabat. Berikan
solusinya!
H. Ringkasan
Setiap manusia adalah pemimpin. Pemimpin adalah orang yang memimpin.
Pemimpin bersifat formal dan nonformal. Pimpinan adalah jabatan. Kepemimpinan
adalah proses mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan. Ada 10 teori
kepemimpinan, namun tidak satupun ada teori terbaik untuk berbagai situasi.
I. Refleksi
Apa kelebihan dan kelemahan masing-masing teori kepemimpinan? Saya tidak
tahu cara memimpin yang terbaik kecuali menjadikan diriku sebagai teladan. Apakah
setiap pemimpin dengan kekuasaan yang sangat besar akan menjadi orang jahat?
DAFTAR PUSTAKA LENGKAP TERDAPAT DALAM NUKU BERJUDUL
Manajemen Pendidikan. Pengarang: Husaini Usman. Yogyakarta: Proyek
Penulisan Buku/Bahan Ajar Universitas Negeri Yogyakarta (2015)