Anda di halaman 1dari 4

INDIVIDUAL ASSIGNMENT

Dalam rangka menjelaskan bagaimana praktek dan proses bisnis (perusahaan) di Indonesia,
pertama kita perlu mengetahui dan memahami bagaimana budaya organisasi yang biasa di terapkan di
Indonesia secara umum. Perlu kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan terluas se Asia
Tenggara. Negara Indonesia dikaruniai ratusan ribu masyarakat dengan beragam budaya, ras, agama,
maupun etnik yang berbeda-beda. Keberagaman latar belakang sosial budaya yang dimiliki masyarakat
Indonesia ini, kemudian juga turut mempengaruhi praktek dan berjalannya proses bisnis di Indonesia.

Pada kesempatan kali ini, untuk lebih memahami pengaruh latar belakang budaya masyarakat
Indonesia terhadap budaya organisasi yang diterapkan di Indonesia, akan lebih baik jika kita
menggunakan “Cultural Maps” milik Erin Mayer dari INSEAD untuk memahami hal ini. Cultural Maps
ini merupakan alat yang dapat membantu seorang manajer perusahaan global untuk memahami perbedaan
budaya secara lebih komprehensif dan implementatif terhadap sebuah organisasi yang memiliki banyak
perbedaan latar belakang budaya dari karyawan, dalam hal ini untuk memahami buday aorganisasi
karyawan Indonesia . Cultural Maps ini secara umum terdiri dari 8 dimensi utama.

Pertama, mengenai cara karyawan berkomunikasi. Karyawan Indonesia memiliki kecenderungan


untuk berkomunikasi secara high-context daripada low-context. Berkomunikasi secara high-context
mengisyaratkan bahwa pesan yang disampaikan diberikan secara implisit bersama dengan konteks yang
dibangun dalam percakapan. Pemahaman mengenai konteks dalam percakapan sangat penting untuk
kemudian bisa menerima isi pesan yang ingin disampaikan. Hal ini berseberangan dengan low-context
culture, dimana pesan disampaikan secara eksplisit, jelas, dan simpel melalui percakapan yang dilakukan.
Adanya high context culture ini membuat manajer harus belajar lebih, bukan hanya bahasa verbal saja,
namun juga bahasa tubuh dan semiotika dalam berkomunikasi dengan budaya organisasi yang diteapkan
oleh karyawan di Indonesia.

Kedua,mengenai cara karyawan Indonesia dalam memberi feedback yang negatif kepada orang
lain. Kebanyakan karyawan akan memilih untuk memberikan indirect negative feedback daripada direct
negative feedback. Hal ini karena karyawan di Indonesia cenderung untuk lebih sopan dan
mempertahankan hubungan jangka panjang dengan orang lain. Oleh karena itu, kebanyakan akan memilih
untuk memberikan feedback secara halus dan hati-hati kepada orang lain.
Ketiga, mengenai cara karyawan Indonesia dalam mengungkapkan ide gagasan yang mereka
miliki. Cara yang dapat digunakan untuk menyampaikan ide gagasan ada 2 macam, yaitu concept first
dan application first. Secara umum, karyawan Indonesia memiliki kebiasaan untuk menerapkan cara
application first dalam menjelaskan ide yang ia miliki. Ketika orang lain mendengarkan penjelasan
karyawan Indonesia, akan lebih baik jika ia mendengarkan dari awal hingga akhir. Hal ini karena,
biasanya inti pesan yang ingin disampaikan berada di akhir percakapan. Penjelasan di bagian awal
merupakan prolog yang digunakan karyawan Indonesia untuk membangun konteks pembicaraan dengan
lawan bicara.

Keempat ,mengenai cara pandang karyawan Indonesia terhadap atasan/ bos. Di dalam budaya
organisasi Indonesia, secara umum atasan dipandang sebagai seseorang yang memiliki power yang tinggi
dibanding dengan bawahan. Atasan merupakan seseorang yang harus dihormati dan tidak boleh dibantah
perintahnya. Cara pandang ini kemudian menciptakan jarak dalam berkomunikasi antara karyawan dan
atasan. Hal ini mencerminkan bahwa budaya organisasi di Indonesia lebih cenderung pada hierarcial
dibanding dengan egalitarian.

Kelima, mengenai cara organisasi di Indonesia memutuskan suatu keputusan penting di


perusahaan. Di Indonesia, kebanyakan forum dibuat dalam bentuk musyawarah. Di dalam sebuah
musyawarah keputusan bisa disimpulkan setelah mencapai suatu mufakat. Hal ini menandakan bahwa
konsep pengambilan keputusan di Indonesia secara umum lebih cenderung pada consensus daripada top-
down. Sedangkan pada pengambilan keputusan secara top-down, hal ini lebih melibatkan peran penting
manajemen level atas untuk pengambilan keputusan.

Keenam, mengenai budaya Indonesia dalam membangun kepercayaan terhadap orang lain.
Kepercayaan masyarakat Indonesia memiliki kecenderungan pada relationship-based dibanding task-
based. Hal ini dapat diketahui melalui cara bangsa Indonesia yang sering membudayakan untuk berbagi
makanan dengan orang lain, jamuan untuk makan siang/malam,maupun cara coffee machine system dalam
berdiskusi dengan orang lain. Selain itu, orientasi hubungan yang dijalin oleh masyarakat Indonesia
kebanyakan mengarah pada hubungan jangka panjang dan sangat mempertahankan hubungan baik
dengan orang lain.

Ketujuh, dimensi ini menjelaskan mengenai budaya bangsa Indonesia dalam mengungkapkan
ketidaksetujuan terhadap sesuatu. Kebanyakan masyarakat Indonesia cenderung untuk mengungkapkan
ketidaksetujuan dengan menghindari konfrontasi (avoid confrontation). Secara umum, masyarakat
Indonesia memiliki pandangan bahwa ketidaksetujuan dan perdebatan adalah hal yang kurang baik.oleh
karena itu,akan lebih baik jika sebisa mungkin untuk dihindari. Budaya di Indonesia percaya bahwa
adanya konfrontasi akan memberikan dampak buruk pada keharmonisan dan hubungan baik yang telah
terjalin.

Kedelapan, dimensi ini menjelaskan mengenai budaya bangsa Indonesia dalam mempersepsikan
waktu (scheduling). Dimensi ini terbagi atas 2 pilihan, yaitu linear time dan flexible time. Budaya
organisasi Indonesia secara umum memiliki kecenderungan pada flexible time. Hal ini dapat dilihat
melalui cara kebanyakan organisasi yang sering begitu santai menghadapi deadline, menganggap bahwa
setiap detiknya perlu dinikmati dan tidak perlu terlalu ketat terhadap jadwal.
Referensi

HBR’s 10 Must Read. 2016. On Managing Across Culture. USA: Harvard Business School
Publishing Corporation.

Lubin, G. (2015, January 20). These 8 Scale Reveal Everything You Should Know About
Different Cultures. Retrieved May 26, 2019, from Business Insider:
www.businessinsider.com

Anda mungkin juga menyukai