Oleh:
BIL ATIAH INDA MELIA
NIM. 144012014048
Oleh:
BIL ATIAH INDA MELIA
NIM. 144012014048
ABSTRAK
ABSTRACT
The high infectious disease in children who manifest to fever becomes one of the
factors triggering the occurrence of febrile seizure. Febrile seizures are a seizure
spasm that occurs in the rise in body temperature >380C of the population of
children aged 6 months to 5 years. Problems that will arise in children febrile
seizure is hyperthermia. Hyperthermia is a condition when the individual
experience or are at risk of a continuous rise in body temperature of more than
37,80C (1000f) orally or 38,90C (1010f) rectally.
This study is to implement the care of nursing comprehensive through aspects bio-
psychological-sosiological-spiritual aspects of febrile seizure clients with
hyperthermia problems in RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung years
2017. Design used in this research is a case study. And participants used in this
research is 2 clients that is children aged 1-4 years with the diagnosis febrile
seizure with nursing problem hyperthermia given the same intervention that is
tepid sponge. The research in RSUD Dr. H. Abdul Moelok Bandar Lampung at
the July 2017.
Based on the resultof the results of the research that has been done after given
intervention tepid sponge. it was found that on 3 day, both clients experienced a
decrease in temperature, on client 1 An. A temperature of 37,90C to 37,20C. While
on client 2 An. Y 38,00C to 37,10C. It is expected the hospital makes tepid sponge
as a non pharmacological therapy to lower the temperature when the child has
hyperthermia.
Key Words : Febrile seizure, Hyperthermia.
Bibliography : 23 (2008-2015).
MENYETUJUI
Pembimbing I Pembimbing II
Karya Tulis Ilmiah oleh Bil Atiah Inda Melia ini telah diperiksa dan
dipertahankan dihadapan Tim penguji dan dinyatakan lulus pada tanggal 31 Juli
2017
MENGESAHKAN
1. TIM Penguji
Penguji I : Idayati, S.Kep., M.Kes. (........................)
NBM. 831 884
Mengetahui,
Ketua STIKes Muhammadiyah Pringsewu
Dibuat di : Pringsewu
Pada Tanggal : 31 Juli 2017
Yang menyatakan
Dengan segala puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas
dukungan, do’a dari orang-orang tercinta, akhirnya Karya Tulis Ilmiah ini bisa
diselesaikan dengan baik tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan rasa
syukur dan terimakasih saya kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas izin dan karunia Nya yang telah
meridhoi, mengabulkan segala do’a, sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
diselesaikan dengan baik.
2. Kedua orang tua ku tercinta papa Ismail Johansyah, Mama Nurmalina ku
persembahkan karya tulis ilmiah ini untuk kalian berdua, yang tiada pernah
hentinya selama ini memberiku semangat, do’a, dorongan, nasehat, dan kasih
sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan. Mama, papa terimalah bukti
kecil ini sebagai kado keseriusanku untuk membalas semua pengorbanan
kalian. Dalam hidupmu demi hidupku kalian ikhlas mengorbankan segala
perasaan tanpa kenal lelah, dalam lapar berjuang separuh nyawa hingga
segalanya. Maafkan aku masih menyusahkan kalian.
3. Idayati, S.Kep., M.kes. selaku pembimbing 1, Ns.Yusnita, S,Kep., M.Kes.
pembimbing 2, Ns.Andri Yulianto, S.Kep., M.kes. yang selama ini telah tulus
menuntun dan mengarahkan saya dengan sabar.
4. Kakak dan adik saya (Syiar, Feby, Alhadi, dan Aca) yang senantiasa
memberikan dukungan, semangat, senyum, dan doa untuk keberhasilan ini.
5. Prayuma Pratama yang telah menemani susahnya perjuanganku dari masa
putih abu-abu hingga aku menyelasaikan perkuliah ini. Terimakasih atas do’a,
kasih sayang, dan selalu ada disaat susah maupun senang, semoga allah selalu
menjaga hubungan ini.
6. Sahabat tersayang (Santi, Arke, Dwi, Rina, Reti, Rosi, Nisa, Retno, Citra, Tia,
dan Nupus) dan semua teman angkatan 19, tanpa semangat, dukungan, dan
bantuan kalian semua takkan mungkin saya sampai disini. Terimakasih untuk
canda, tawa, tangis, dan perjuangan yang kita lewati bersama.
Bil Atiah Inda Melia dilahirkan pada tanggal 09April 1996 di Talang padang,
putri kedua dari pasangan Ismail Johansyah, S.E., MM dan Nurmalina, S.Pd.
Penulis memulai pendidikan di TK Aisyah Talang Padang pada Tahun 2001,
Pendidikan Dasar di SDN 4Talang Padang ditamatkan pada tahun 2008 dan SMP
Negeri 1 Talang Padang ditamatkan tahun 2011. Pendidikan berikutnya SMA
Negeri 1 Pagelaran ditamatkan pada tahun 2014 dan pada tahun yang sama
penulis melanjutkan jenjang pendidikannnya ke STIKes Muhammadiyah
Pringsewu Lampung hingga Sekarang.
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis telah diberikan kemampuan untuk menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini sesuai waktu yang telah ditentukan. Karya Tulis Ilmiah ini
berjudul : “Asuhan Keperawatan Anak yang Mengalami Kejang Demam dengan
Masalah Keperawatan Hipertermi di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar
Lampung Tahun 2017”.
Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada
1. Ns. Asri Rahmawati, S.Kep., M.Kes., selaku Ketua STIKes Muhammadiyah
Pringsewu Lampung.
2. Idayati, S.Kep., M.Kes., selaku Ketua Prodi D III Keperawatan dan
Pembimbing I dalam penulisan Karya Tulis ilmiah ini.
3. Ns. Yusnita, S.Kep., M.Kes., selaku Pembimbing II.
4. Ns. Andri yulianto, S.Kep., M.Kes., selaku Pembimbing III
5. Seluruh dosen dan staf STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung.
6. Bapak, Ibu, dan Kakak tercinta yang selalu menantikan keberhasilanku.
7. Rekan-rekan seperjuangan angkatan ke-19 yang telah membantu dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah
ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun bahasa. Untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
selanjutnya. Semoga Karya Tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca pada umumnya dan profesi keperawatan khususnya.
Wasalammu’alaikum Wr. Wb.
Pringsewu, 31 Juli 2017
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang ...................................................................................... 1
B. BatasanMasalah.................................................................................... 5
C. RumusanMasalah ................................................................................. 5
D. Tujuan .................................................................................................. 5
1. TujuanUmum ................................................................................. 5
2. Tujuan Khusus ............................................................................... 6
E. Manfaat ................................................................................................ 6
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Tabel 2.1 Perbedaan derajat suhu normal pada berbagai kelompok usia ........ 30
Tabel 2.2 Intervensi kejang demam ................................................................. 37
Tabel 3.1 Batasan Istilah .................................................................................. 41
Tabel 4.1 Pengkajian ........................................................................................ 50
Tabel 4.2 Rencana ........................................................................................... 64
Tabel 4.3 Pelaksanaan ...................................................................................... 65
Tabel 4.4 Evaluasi ............................................................................................ 68
A. Latar Belakang
kesehatan yang saat ini terjadi di negara indonesia. Derajat kesehatan anak
mempunyai wilayah tropis terdapat dua faktor, yaitu gizi dan infeksi yang
mempunyai pengaruh sangat besar terhadap pertumbuhan anak. Saat ini 70%
malnutrisi. Hal ini menunjukkan bahwa infeksi virus telah menjadi faktor
utama dalam kejadian kejang demam Terjadinya proses infeksi dalam tubuh
merupakan faktor risiko utama terjadinya kejang demam (Veronica dan Jhon,
2015).
suhu tubuh mencapai 380C, kejang demam dapat terjadi karena proses
anak berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun (Nurarif dan Kusuma, 2015).
lebih dari 21,65 juta penderita kejang demam dan lebih dari 216 ribu
diantaranya meninggal. Selain itu di Kuwait dari 400 anak berusia 1 bulan-13
tahun dengan riwayat kejang, yang mengalami kejang demam sekitar 77%.
Beberapa negara memang masih mencatat angka kematian yang cukup tinggi,
malaysia angka kematian balita sebesar 6,1 kematian per 1000 kelahiran
hidup. Kejadian kejang demam di Asia dilaporkan lebih tinggi dan sekitar 80-
Berdasarkan hasil survey di Indonesia tahun 2016, terdapat 550 ribu kasus
kejang demam, 80% dari 110 kasus disebabkan oleh infeksi saluran
tubuhnya, karena luas permukaan tubuh relatif kecil dibandingkan pada orang
proses tumbuh kembang anak (Reiga, dalam Mohammad Ali Hamid, 2011).
Secara definitif terdapat dua tindakan untuk menurunkan suhu tubuh, yaitu
dengan terapi farmakologis dan terapi fisik. Terapi fisik dapat dilakukan
mengganti pakaian anak dengan pakaian yang tipis dan menyerap keringat,
hangat, yaitu tepid sponge. Tepid sponge sebagai metode kompres hangat
yang memberikan efek penurunan suhu yang konstan dan berlansung lama
sangat cocok untuk anak yang sedang mengalami kejang demam dan
wilayah tropis seperti Indonesia. Tepid sponge juga dianjurkan pada anak yang
berusia 6 bulan – 5 tahun, karena pada usia ini resiko kejang demam lebih
tinggi dengan usia lain nya (Guyton dan hall, dalam Mohammad Ali Hamid,
2011).
pengaruh kompres tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh anak yang
sebelum di beri tindakan 38,50C, nilai rata-rata penurunan suhu tubuh setelah
penerapan tepid sponge pada diagnosa medis kejang demam (febris convulsi )
Berbagai gangguan ini jika terjadi terus menerus dan berlangsung dalam
berkurangnya aliran darah ke otak. Akibatnya kerja sel akan terganggu dan
Sowden, 2009).
Abdul Moeloek Bandar Lampung, dari hasil data rekam medik kejang demam
nomor urut 6, dengan jumlah pasien selama 1 tahun terakhir pada usia 29
sebanyak 41 pasien.
terhadap 4 keluarga pasien yang anak nya mengalami kejang demam di ruang
hangat dan obat penurun panas, belum ada keluarga pasien yang melakukan
Moeloek Bandar Lampung tahun 2017”. Hal ini akan menjadi lanjutan dari
B. Batasan Masalah
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
2017.
E. Manfaat
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
a. Bagi Perawat
d. Bagi Klien.
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
suhu tubuh (suhu mencapai) >380C. Kejang demam dapat terjadi karena
4% populasi anak berumur 6 bulan s/d 5 tahun. Paling sering pada anak
dijumpai pada anak, terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4
secara mendadak dan sangat singkat atau sementara yang dapat disebabkan
oleh aktivitas otak yang abnormal serta adanya pelepasan listrik serebral
(Aziz, 2012).
b) Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului
kejang parsial
1) Intrakranial
2) Ekstrakranial
2. Etiologi
sangat mudah terpicu sehingga mengganggu fungsi normal otak dan juga
terganggu. Kejang itu sendiri dapat juga menjadi manifestasi dari suatu
berulang
demam berulang.
demam lebih dari >390C dan usia kurang dari dua tahun memiliki
a. Faktor demam
berlangsung lebih cepat sehingga oksigen lebih cepat habis dan akan
yang dapat dilihat dari hasil rekaman EEG. Kenaikan mendadak suhu
mendadak.
b. Faktor usia
Usia pertama kali kejang pada penelitian fuadi, dkk diketahi sebagian
besar usia >2 tahun. Pada keadaan ini otak belum matang reseptor
Pada keadaan otak belum matang neural Na+, K+ ATP ase masih
kurang, pada otak yang belum matang regulasi ion N+, K+, dan Ca++
lebih tinggi dibandingkan otak yang sudah matang. Pada asa ini
kejang.
3. Patofisiologi
merangsang kenaikan suhu di bagian tubuh yang lain seperti otot, kulit
merangsang perpindahan ion Natrium, ion Kalium dengan cepat dari luar
sel menuju ke dalam sel, peristiwa inilah yang diduga dapat menaikan fase
sehingga anak beresiko terhadap injuri dan kelangsungan jalan nafas oleh
Pathway
Kesadaran menurun Kurang dari 15 menit (KDS) Lebih dari 15 menit (KDK)
Resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan otak
Resiko Asfiksia
Gejala umum:
c. Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjadi sebagai
- Hepatomegali
5. Komplikasi
a. Pneumonia aspirasi.
b. Asfiksia.
c. Retardasi mental.
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan keperawatan
pasangkan sudip lidah yang telah dibungkus kasa atau bila ada
b. Penatalaksanaan medis
mg/kgBB perlahan-lahan.
a) Antipiretik
tiap 6 jam.
b) Anti konvulsan
(1) Berikan diazepam oral dosis 0,3 -0,5 mg/kgBB setiap 8 jam.
perhari.
kali perhari
c. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas
d. Pemeriksaan foto kepala, ct scan, dan MRI, tidak dianjurkan pada anak
kejang fokal atau mencari lesi organik diotak (Nurarif dan Kusuma,
2015).
1. Definisi
juga ukuran dan stuktur organ-organ tubuh dan otak. Sebagai contoh,
struktur dan fungsi tubuh yang lebih komplek, dalam pola yang teratur
a. Faktor Genetik
didalam sel telur yang telah dibuahi dapat ditentukan kualitas dan
jenis kelamin, suku bangsa / bangsa. Potensi genetik yang bermutu jika
yang optimal.
b. Faktor Lingkungan
1) Lingkungan prenatal
pada waktu ibu hamil, lingkungan mekanis, zat kimia atau toksin,
dan hormonal.
c. Faktor Hormonal
populasi anak berumur 6 bulan s/d 5 tahun. Paling sering pada anak usia
Motorik kasar:
1) Merangkak, berjalan
3) Merangkak ditangga
4) Berdiri di kursi,meja
5) Melempar bola
Motorik halus:
2) Membuka buku
Kognitif:
Sosial emosi:
4) Bermain pura-pura
Seni:
Keterampilan hidup:
meletakkannya kembali
Motorik Kasar:
2) Berjalan mundur
4) Berjalan jinjit
6) Mengayuh sepeda.
Motorik halus:
4) Menggenggam pensil
1) Mengatakan “aku”
5) Mengelompokkan warna
Sosial emosional:
sebentar
sendiri
sama.
Seni:
tubuh.
2) Melepaskan pakaian
sepanjang hari.
motorik kasar:
keseimbangan
Motorik halus:
1) Menyendok cairan
menumpahkan isinya.
Kognitif:
secara sederhana
(Skanisa, 2011).
C. Konsep Hipertermi
1. Definisi
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang lebih besar dari jangkauan
3 bulan 37,5
6 bulan 37,5
1 tahun 37,7
3 tahun 37,2
5 tahun 37,0
7 tahun 36,8
9 tahun 36,7
11 tahun 36,7
13 tahun 36,6
Dewasa 36,4
protein, dan zat lain, terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh
bakteri. Pirogen yang dilepas oleh bakteri toksik atau pirogen yang
proses penyakit yang terjadi pada anak, pola demam bergantung pada
berbeda. Durasi dan tingkat demam bergantung pada kekuatan pirogen dan
kemampuan respon individu. Selain itu dipengaruhi juga oleh faktor usia,
suhu sehingga dapat terjadi perubahan suhu tubuh yang drastis terhadap
tubuh, yang disebut juga zat pirogen leukosit atau pirogen endogen.
prostaglandin E2, atau zat yang mirip dengan zat ini, yang selanjutnya
Menurut Anas Tamsuri (2012) Pada saat demam, gejala klinis yang
timbul bervariasi tergantung pada fase demam, meliputi fase awal, proses,
katabolisme protein.
2) Berkeringat
3) Menggigil ringan
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
b. Sirkulasi
Gejala:
dan pernapasan.
c. Integritas ego
dan penanganan.
d. Eliminasi
Gejala : inkontenensia
e. Makanan/cairan
f. Neurosensori
g. Nyeri /kenyamanan
h. Pernafasan
i. Keamanan
j. Interaksi sosial
lingkungan sosialnya.
2. Diagnosa Keperawatan
atau mencegah masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung jawabnya
(2015):
a. Hipertermi.
b. Resiko cidera.
3. Perencanaan
normal trauma
- Kolaborasi pemberian
obat diazepam sesuai
indikasi.
4. Implementasi
5. Evaluasi
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain yang dipakai dalam penelitian ini adalah studi kasus, yaitu studi
B. Batasan Istilah
Partisipan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 klien yaitu Anak
usia 1-4 tahun dengan diagnosa medis kejang demam dengan masalah
Kemudian setelah 15 menit pemberian tepid sponge selesai, suhu klien akan
diobservasi kembali. Penerapan ini dilakukan selama 3 hari dalam satu hari
Studi kasus pada keperawatan Anak di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H.
Abdul Moelok Bandar Lampung diruang Alamanda pada bulan Juli 2017,
lama waktu sejak klien pertama kali masuk rumah sakit sampai pulang atau
klien yang dirawat minimal 3 hari. Hari pertama pengkajian, hari kedua
E. Pengumpulan Data
1. Wawancara
keluarga, atau rekam medik dari Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul
2. Pemeriksaan fisik
Pada Karya Tulis Ilmiah ini penulis melakukan pemeriksaan fisik adanya
3. Intervensi
pemberian tepid sponge pada kedua pasien untuk menurunkan suhu tubuh.
terlampir di lampiran.
5. Studi dokumentasi
data yang berasal dari dokumen asli. Dokumen asli tersebut dapat berupa
gambar, tabel, atau daftar periksa, dan film dokumentasi (Aziz, 2011).
F. Analisa Data
1. Pengumpulan data
2. Mereduksi data
naratif. Kerahasian dari klien dijaga dengan membuat nama inisial dalam
identitas klien.
4. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, dibahas dan dibandingkan pada hasil penelitian
evaluasi.
G. Etik Penelitian
1. Informed Consent
mengalami kejang demam. Setelah orang tua memahami salah satu faktor
penyebab terjadinya kejang demam yaitu saat suhu tubuh meningkat, dan
orang tua juga sudah memahami dampak dari peningkatan suhu tubuh
diberikan oleh orang tua klien 1 Ny. S, dan orang tua Klien 2 Ny. S. Hasil
3. Confiedentiality / kerahasiaan
tentang pasien tidak untuk disebarluaskan secara tidak tepat, tidak ada
Prinsip ini tidak merugikan (primum non nocere, firs no harm, non
5. Veracity/kejujuran
(Hanafiah, 2012).
kondisi klien 1 dan klien 2, dan menjawab dengan jujur sesuai kondisi
menyerang Sel darah putih yang ada sebagai sistem pertahanan tubuh,
6. Justice / keadilan
Tindakan yang dilakukan untuk semua orang sama. Tindakan yang sama
tidak selalu identik, tetapi dalam hal ini persamaan berarti mempunyai
(Suhaemi dan Mimin, 2014). Saat penelitian peneliti bertindak adil dalam
sosial-spiritual.
A. Hasil
a. Identitas Klien
Klien 1 klien 2
Tanggal masuk RS : 12 Juni 2017 Tanggal masuk RS : 10 juli 2017
Ruang Rawat: Alamanda zaal 1 Ruang rawat: Alamanda zaal 2
Tanggal pengkajian: 13 Juli 2017 Tanggal pengkajian : 15 Juli 2017
No Register : 00.50.86.05 No. Register: 00.33.27.32
Tanggal lahir/umur 2 Juli 2015/2 tahun 11hari 13 Juli 2011/4 tahun 2 hari
b. Riwayat penyakit Ibu klien mengatakan anak Ibu klien mengatakan anak
sekarang nya demam (suhu tidak nya demam (suhu ridak
terkaji) sejak tanggal 11 terkaji) dan mengalami
juni 2017, kemudian oleh kejang < 5 menit sejak
ibunya dibawa ke tanggal 8 juni 2017,
puskesmas dan mendapat kemudian oleh ibunya
obat parasetamol syrup dibawa ke puskesmas dan
tetapi demam tidak turun mendapat obat
juga. Pada waktu malam parasetamol syrup dan
hari jam 19.00 wib klien obat kejang (ibu lupa
Genogram klien 1
2 thn
Genogram klien 2
Keterangan :
: laki-laki : menikah
:perempuan : keturunan
: klien
usia 4 tahun) .
Klien 1
No Jenis Usia
1 BCG 2 bulan
2 DPT-1 2 bulan
3 DPT-2 4 bulan
4 DPT-3 6 bulan
5 POLIO-1 2 bulan
6 POLIO-2 4 bulan
7 POLIO-3 6 bulan
8 POLIO-4 18 bulan
9 HEPATITIS-1 0 bulan
10 HEPATITIS-2 1 bulan
11 HEPATITIS-3 5 bulan
12 CAMPAK 9 bulan
e. Riwayat usia anak (jika usia anak kurang dari 2 tahun, kecuali klien 2
tidak ada data pengkajian riwayat usia anak karena sudah memasuki
usia 4 tahun).
Pola nutrisi Saat sakit An. A makan habis 6 An. Y makan 5 sendok, frekuensi
sendok dengan frekuensi makan 3 makan 3 kali sehari, saat makan
kali sehari, saat makan tidak ada tidak ada keluhan, dan tidak ada
keluhan dan tidak ada yang yang dimuntahkan. An. Y tidak
dimuntahkan An. A tidak ada ada alergi makanan. BB sebelum
alergi makanan. BB sebelum sakit dan saat sakit 16 kg, tidak ada
9 kg, saat sakit 8 kg penurunan BB.
Pola cairan Klien saat sakit minum 2 gelas Klien saat sakit minum 5 gelas
sehari ±480cc/hari, susu 2 botol sehari ±1200 cc/hari, infus
480 cc/hari. asering faktor tetes mikro 720
Infus asering faktor tetes mikro cc/hari
240 cc/24 jam
Pola eliminasi a. BAK: ibu klien mengatan An.A BAK: Ibu klien mengatakan An.
masih menggunkan pampers, Y BAK 4 kali dalam sehari ± 800
frekuensi mengganti pampers 4 cc/hari warna kuning jernih, tidak
kali dalam sehari ± 800 cc/ hari
ada keluhan saat BAK.
warna kuning jernih tidak ada
keluhan saat BAK.
BAB: Ibu klien mengatakan An.
b. BAB: Ibu klien mengatakan An.A
belum pernah BAB selama di RS Y Selama di RS belum BAB
c.
d. IWL= (30- usia)xBB
e. = (30-2) x 7,8
f. = 218 cc/hari o. IWL = (30- usia)xBB
=(30-4) x 16
g. Input cairan:
h. Minum= 480 cc
i. Susu= 480
j. Infus= 240 cc/hari
k. Air Metabolisme=112 cc+ (8 input cairan:
ccXBB)
l. = 112 CC + (8 cc X 7,8) minum= 1200 cc/hari
m. = 174
n. infus= 480 cc
= 218+200 (38,80C-36,80C)
= 218+200(2)
= 618 cc/hari
= iwl+200(suhu tinggi-36,80C)
=1374-1218 Output
= 1920-1716
= 204cc/ hari
Pola tidur Saat sakit An. A tidur selama 6 Saat sakit An. Y tidur selama 6
jam saat malam hari, dan siang jam saat malam hari, dan siang
Pola hygiene tubuh Saat sakit An. A hanya dilap-lap Saat sakit An. Y hanya dilap-lap
saja oleh ibu nya dengan kain saja oleh ibu nya dengan kain
basah basah
Pola aktivitas Saat Saat sakit An. A tidak dapat Saat Saat sakit An. Y tidak dapat
bermain karena harus istirahat, bermain karena harus istirahat.
An. A hanya beraktivitas diatas An. A hanya beraktifitas ditempat
tempat tidur, bergurau dengan tidur, sesekali bermain mobil-
kakak sepupu nya. mobilan dengan ayah nya, diatas
tempat tidur
Kondisi Psikososial Saat sakit An. A lebih dekat Saat sakit An. Y lebih dekat
dengan orang tuanya, dengan tim dengan orang tuanya, dengan tim
kesehatan An. A ada rasa takut. kesehatan An. Y tidak ada rasa
takut.
a. Pengukuran Pertumbuhan
1. Tinggi badan 72 cm 98 cm
2. BB sebelum sakit 9 kg 16 kg
5. Lingkar kepala 43 cm 45 cm
6. Lingkar dada 38 cm 49 cm
b. Pengukuran perkembangan
1. Motorik kasar An. A mampu An. Y mampu
memegang botol makan sendiri,
susu nya tanpa memegang sendok,
terjatuh dan mengambil
minum
Menunjukkan dan
menyebutkan
anggota tubuh nya.
c. Keadaan Umum
1. Tingkat kesadaran Komposmentis Komposmentis
k. Sistem Muskulokeletal An. A tidak ada kesulitan An. Y tidak ada kesulitan
dalam bergerak, tidak ada dalam bergerak, tidak ada
sakit sendi, tidak ada sakit sendi, tidak ada
fraktur, tidak ada fraktur, tidak ada
kontraktur, tidak ada kontraktur, tidak ada
kelainan bentuk tulang, kelainan bentuk tulang,
tidak ada kelainan sendi, tidak ada kelainan sendi,
kekuatan otot baik kekuatan otot baik
P: 12,0-16,0
P: 4,2-5,4 juta/ul
Hematokrit 27 33 L: 42-52
P: 37-47
MCV 59 76 79-99 Fl
MCH 28 27 27-31 pg
Hitungan jenis
- Eosinofil 0 0 0-8
- Batang 0 0 0-8
- Segmen 51 86 17-60
- Limfosit 41 7 20-70
- monosit 8 7 1-11
j. Pengobatan/Terapi
Klien 1
3. Analisa Data
Klien 1
Data objektif:
- Saat pengkajian
didapatkan Suhu 38,80C
klien teraba hangat.
- Leukosit 13.500 mm3
(4.800-10.800/mm3)
Data subjektif:
- Ibu klien mengatakan Hipertermi Resiko keJang berulang
anak nya mulai pagi tadi
demam tinggi, suhu nya
naik tidak menentu, sudah
Perubahan konsentrasi
diberikan obat penurun
panas paracetamol syrup, ion diruang ekstraseluler
tetapi badan nya masih
teraba hangat, ketidakseimbangan
potensial membran ATP
- Ibu klien mengatakan ASE
khawatir biasanya An.A
mengalami kejang saat
suhu tubuh meningkat,
Pelepasan muatan listrik
Data subjektif:
- Ibu klien mengatakan Infeksi bakteri virus dan
anaknya demam sejak 1 parasit Hipertermi
Jam yang lalu, suhu nya
naik terus menerus,
sampai sekarang belum
turun juga, sudah Reaksi inflamasi
diberikan parasetamol
syrup untuk menurunkan
demam. Tetapi badan nya Proses demam
masih teraba hangat,
Data objektif:
- Saat pengkajian
didapatkan suhu 39,30C
klen teraba hangat
- Leukosit 15.800
(4.800-10.800/mm3)
Data subjektf: Hipertermi Resiko cidera
- Saat pengkajian
didapatkan suhu 39,30C Kejang
4. Perencanaan
Klien 1
5. Pelaksanaan
09.10
Meningkatkan intake
cairan
R: Klien mau minum
H: Klien minum sediki
dikit tapi sering sudah
habis satu gelas 240 cc
Klien 2 Implementasi Implementasi Implementasi
16.00
6. Evaluasi
Klien 1 S: S: S:
O:
O:
- An. A bersedia
- An. A bersedia O: diberi kompres tepid
diberi kompres tepid sponge melalui
sponge melalui - An. A bersedia motorik halusnya
motorik halusnya diberi kompres dengan meng
dengan meng tepid sponge angguk kan kepala
angguk kan kepala melalui motorik
halusnya dengan - Klien 2 kali di
- TTV sebelum diberi meng angguk kan kompres tepid
tepid sponge Suhu kepala sponge selama 20
38,40C TD 90/65 menit
mmHg - TTV sebelum
RR:27 x/menit diberikantepid
spongesuhu - Klien minum sediki
N: 104 x/ menit 38,10C, 90/60 dikit tapi sering
mmHg sudah habis satu
RR:24 x/menit gelas 240 cc
1. Monitor suhu
sesering mungkin
P : Lanjutkan intervensi P: Lanjutkan intervensi 2. Monitor tekanan
untuk mempertahankan untuk mempertahankan darah, nadi, dan RR
suhu tubuh suhu tubuh 3. Tingkatkan intake
cairan
1. Monitor suhu 1. Monitor suhu 4. Berkan antipiretk
sesering mungkin sesering dan tepid sponge
2. Monitor tekanan mungkin jika suhu naik lagi
darah, nadi, dan 2. Monitor
RR tekanan darah,
3. Lakukan tepid nadi, dan RR
sponge dan 3. Lakukan tepid
berikan antipiretik sponge dan
jika suhu naik lagi berikan
4. Tingkatkan intake antipiretik jika
cairan suhu naik lagi
4. Tingkatkan
intake cairan
KLIEN 2
Diagnosis 1 S: S: S:
- An. Y mengatakan - An. Y mengatakan - An. Y mengatakan
bersedia diberi bersedia diberi bersedia diberi
kompres tepid sponge kompres tepid kompres tepid
sponge sponge
O:
O: O: - TTV klien
sebelum diberikan
- TTV klien sebelum - Berdasarkan hasil tepid sponge suhu
diberikan tepid sponge pengkajian ibu 38,00C, TD 95/65
suhu 38,50C, TD klien mengatakan mmHgRR :24
100/65 mmHgRR :26 anaknya masih x/menit
x/menit demam N: 102x/ menit
B. Pembahasan
-
Leukosit 13.500/mm2 -
Leukosit 15.800/mm2
a. Keluhan utama
Tidak ada kesenjangan pada diagnosa yang aktual pada klien 1 dan
klien 2. Saat dilakukan pengkajian, penulis telah menentukan dengan jelas
status kesehatan klien, serta masalah keperawatan yang sedang dialami.
Berdasarkan data yang telah didapatkan penulis menegakkan diagnosa
keperawatan pada kedua klien yaitu masalah keperawatan hipertermi,
ditandai dengan suhu klien 1 An. A 38,40C dan klien 2 An. Y 38,50C
Pada landasan teori diagnosa kasus kejang demam menurut Nurarif
dan Kusuma (2015) yang pertama adalah Hipertermi, kejang demam
disebabkan oleh hipertermia yang muncul secara cepat yang berkaitan
dengan infeksi virus atau bakteri. Naiknya suhu dihipotalamus, otot, kulit,
3. Intervensi
Perencanaan klien 1 Perencanaan klien 2 Keterangan
4. Implementasi
5. Evaluasi
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
2. Diagnosa
3. Intervensi
Intervensi yang diberikan peneliti sesuai dengan teori, seluruh intervensi
mampu dilakukan, yaitu monitor suhu sesering mungkin, monitor tekanan
darah, nadi, dan RR, berikan antipiretik, lakukan tepid sponge, tingkatkan
intake cairan, kolaborasi pemberian cairan intravena. Intervensi pada
masalah hipertemi ini lebih menekankan pada intervensi memberikan
penerapan tepid sponge yang diberikan 2 kali dalam sehari.
4. Implementasi
5. Evaluasi
B. Saran
Cecyly L. Betz dan Linda A. Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri.
edisi 5. Jakarta: EGC.
Hanafiah dan Amir. 2012. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehaatan. Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Hidayat, A.aziz alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Surabaya: Salemba Medika.
Riyadi, Sujono dan Sukarmin, 2009. asuhan keperawatan pada anak. Edisi: 1.
Yogyakarta: Graha ilmu.
Soetjiningsih dan Gde Ranuh. 2013. Tumbuh Kembang Anak. Edisi: 2. Jakarta:
EGC.
Jurnal penelitian:
Fuadi, dkk (2010). Faktor Risiko Bangkitan Kejang Demam Pada Anak, jurnal
sari pediatri Vol. 12 143-149. Dilihat 4 juni 2017,
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&q=Faktor+Risiko+Bangkitan+
Kejang+Demam+Pada+Anak%2C+jurnal+sari+pediatr&btnG
Hamid Ali, mohammad, (2011), keefektifan kompres tepid sponge yang dilakukan
ibu dalam menurunkan demam pada anak di puskesmas mumbul sari
kabupaten jember, jurnal digilib uns. Dilihat 27 mei 2017.
<https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/21121/Keefektifan-Kompres-
Tepid-Sponge-Yang-Ilakukan-Ibu-Dalam-Menurunkan-Demam-
Padaanak-Randomized-Control-Trial-Di-Puskesmas-Mumbulsari-
Kabupaten-Jember>
Artikel:
No Prosedur
.
Fase Preinteraksi
1 Mengecek catatan medis dan perawatan
2 Cuci tangan
3 Menyiapkan alat-alat yang diperlukan
a. Handuk/ sapu tangan (washlap)
b. Selimut
c. Perlak
d. Handscone
e. Termometer aksila dan termometer air raksa
f. Mangkuk atau bak berisi air hangat
B. Fase Interaksi
4 Memberi salam tarapeutik
5 Melakuan evaluasi/validasi
6 Melakukan kontrak (waktu, tempat, dan topik)
7 Menerangkan tujuan dan prosedur tindakan
c. Fase kerja
8 Pertahankan privasi klien saat tindakan
9 Atur posisi pasien senyaman mungkin
10 Pasang alas dibawah daerah yang ingin dikompres, dekatan baskom yang
berisi air hangat
11 Gunakan sarung tangan
12 Ukur suhu tubuh
13 Membuka pakaian klien dengan hati hati
14 Mengisi bak dengan air hangat
15 Mengukur suhu air dengan termometer air raksa Suhu air 30-350C
(Setiawati, dalam Bartolomeus maling, 2012).
No Prosedur
Fase Preinteraksi
1 Mengecek catatan media dan perawatan
2 Cuci tangan
3 Menyiapkan alat-alat yang diperlukan
a. Termometer aksila
b. Kom kecil pencuci termometer: berisi larutan lysol, sabun, dan
air biasa
c. Tisu
d. Bengkok
e. Handscone dan wadahnya
f. Baki dan alasnya
g. Buku catatan
B. Fase Interaksi
4 Memberi salam tarapeutik
5 Melakuan evaluasi/validasi
6 Melakukan kontrak (waktu, tempat, dan topik)
7 Menerangkan tujuan dan prosedur tindakan
c. Fase kerja
8 Pertahankan privasi klien saat tindakan
9 Atur posisi pasien senyaman mungkin
10 Cuci tangan
11 Gunakan sarung tangan
12 Cuci termometer dengan air bersih dan keringkan dengan tisu
13 Bersihkan daerah aksila yang akan digunakan menggunakan tisu
14 Letakkan termometer dalam keadaan on dengan reservoir suhu tepat
dilengan aksila, rapatkan dengan meletakkan tangan yang diperiksa pada
dada. Lakukan selama 5-10 menit.
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Kesehatan Saat Ini
1) Alasan masuk rumah sakit
2) Keluhan utama (saat pengkajian, uraikan secara PQRST)
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah dialami:
a) Demam : ya/tidak ( x/tahun)
b. Pemeriksaan Diagnostik
Tanggal pemeriksaan:
No Jenis Pemeriksaan Hasil
8. PENGOBATAN/TERAPI
No Tanggal Jenis Terapi Dosis & Cara Waktu
(obat, cairan, Pemberian Pemberian/Hari
diet, O2)
1 2 3
Data Objektif :
Data Subjektif :