Anda di halaman 1dari 139

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK YANG MENGALAMI KEJANG

DEMAM DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HIPERTERMI


DI RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2017

Karya Tulis Ilmiah

Oleh:
BIL ATIAH INDA MELIA
NIM. 144012014048

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKes)
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2017

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


ASUHAN KEPERAWATAN ANAK YANG MENGALAMI KEJANG
DEMAM DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HIPERTERMI
DI RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2017

Karya Tulis Ilmiah


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan
Pada Program Studi Diploma III Keperawatan

Oleh:
BIL ATIAH INDA MELIA
NIM. 144012014048

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKes)
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2017

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


ASUHAN KEPERAWATAN ANAK YANG MENGALAMI KEJANG DEMAM
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HIPERTERMI DI RSUD
Dr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2017

Bil Atiah Inda Melia


xvi + Halaman 85, Tabel 7, dan Lampiran 10

ABSTRAK

Tingginya penyakit infeksi pada anak yang bermanifestasi menjadi demam


menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya kejang demam. Kejang demam
merupakan bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
mencapai) >380C pada populasi anak berumur 6 bulan s/d 5 tahun. Masalah yang
akan timbul pada anak kejang demam adalah hipertermi. Hipertermi adalah
keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami kenaikan suhu tubuh
terus-menerus lebih dari 37,80C (1000f) per oral atau 38,90C (1010f) per rektal.

Penelitian ini bertujuan melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif


melalui aspek biologis-psikologis-sosiologis-spiritual pada klien kejang demam
dengan masalah hipertermi di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Desain yang dipakai dalam penelitian ini adalah studi kasus. Partisipan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 2 klien yaitu Anak usia 1-4 tahun dengan
diagnosa medis kejang demam dengan masalah keperawatan hipertermi yang
diberikan intervensi yang sama yaitu tepid sponge. Penelitian ini dilakukan di
RSUD Dr. H. Abdul Moelok Bandar Lampung pada bulan Juli 2017.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan setelah diberikan intervensi


tepid sponge, didapatkan bahwa pada hari ke-3 kedua klien mengalami penurunan
suhu, pada klien 1 An. a suhu 37,90C menjadi 37,20C. Sedangkan pada klien 2
An.Y 38,00C menjadi 37,10C. Diharapkan bagi pihak rumah sakit menjadikan
tepid sponge sebagai terapi non farmakologis untuk menurunkan suhu ketika anak
mengalami hipertermi.
Kata Kunci :Kejang Demam, Hipertermi.
Daftar Bacaan :23 (2008-2015).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


NURSING CARE OF CHILDREN FEBRILE SEIZURE WITH
HYPERTHERMIA IN Dr. H. ABDUL MOELOEK HOSPITAL
BANDAR LAMPUNG YEARS 2017

Bil Atiah Inda Melia


xvi + 85 pages, Table 7, and 10 attachment

ABSTRACT

The high infectious disease in children who manifest to fever becomes one of the
factors triggering the occurrence of febrile seizure. Febrile seizures are a seizure
spasm that occurs in the rise in body temperature >380C of the population of
children aged 6 months to 5 years. Problems that will arise in children febrile
seizure is hyperthermia. Hyperthermia is a condition when the individual
experience or are at risk of a continuous rise in body temperature of more than
37,80C (1000f) orally or 38,90C (1010f) rectally.

This study is to implement the care of nursing comprehensive through aspects bio-
psychological-sosiological-spiritual aspects of febrile seizure clients with
hyperthermia problems in RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung years
2017. Design used in this research is a case study. And participants used in this
research is 2 clients that is children aged 1-4 years with the diagnosis febrile
seizure with nursing problem hyperthermia given the same intervention that is
tepid sponge. The research in RSUD Dr. H. Abdul Moelok Bandar Lampung at
the July 2017.

Based on the resultof the results of the research that has been done after given
intervention tepid sponge. it was found that on 3 day, both clients experienced a
decrease in temperature, on client 1 An. A temperature of 37,90C to 37,20C. While
on client 2 An. Y 38,00C to 37,10C. It is expected the hospital makes tepid sponge
as a non pharmacological therapy to lower the temperature when the child has
hyperthermia.
Key Words : Febrile seizure, Hyperthermia.
Bibliography : 23 (2008-2015).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah


Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji dihadapan TIM penguji Karya Tulis Ilmiah

Judul KTI : “Asuhan Keperawatan Anak yang Mengalami Kejang


Demam dengan Masalah Keperawatan Hipertermi di
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun
2017”.
Nama Mahasiswa : Bil Atiah Inda Melia
NIM : 144012014048

MENYETUJUI

Pembimbing I Pembimbing II

Idayati, S.Kep., M.Kes. Ns. Yusnita, S.Kep., M.Kes.

NBM. 831 884 NBM. 225087801

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK YANG MENGALAMI KEJANG DEMAM


DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HIPERTERMI DI RSUD
Dr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2017

Karya Tulis Ilmiah oleh Bil Atiah Inda Melia ini telah diperiksa dan
dipertahankan dihadapan Tim penguji dan dinyatakan lulus pada tanggal 31 Juli
2017

MENGESAHKAN

1. TIM Penguji
Penguji I : Idayati, S.Kep., M.Kes. (........................)
NBM. 831 884

Penguji II : Ns. Yusnita, S.Kep., M.Kes. (........................)


NBM. 225087801

Penguji III : Ns. Andri Yulianto, S.Kep., M.Kes. (........................)


NBM. 1152 416

Ketua Program Studi

(Idayati, S.Kep., M.Kes.)


NBM. 831 884

Mengetahui,
Ketua STIKes Muhammadiyah Pringsewu

(Ns. Asri Rahmawati, S.Kep., M.Kes.)


NBM. 909724

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai sivitas akademik STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung, saya


yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Bil Atiah Inda Melia
NIM : 144012014048
Program Study : D III Keperawatan
Jenis Karya : Karya Tulis Ilmiah
Judul : Asuhan Keperawatan Anak Yang Mengalami Kejang
Demam dengan Masalah Keperawatan Hipertermi di
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun
2017.

Guna pengembangan ilmu pengetahuan kesehatan, menyetujui memberikan


kepada STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung tanpa menuntut ganti rugi
berupa materi atas karya Ilmiah saya yang berjudul “Asuhan Keperawatan Anak
yang Mengalami Kejang Demam dengan Masalah Keperawatan Hipertermi di
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2017”.
Dengan pernyataan ini STIKes Muhmmadiyah Pringsewu Lampung berhak
menyimpan, mengalih mediakan dalam bentuk format yang lain, mengelola dalam
bentuk pangkalan data (Data Base), merawat, dan memublikasikan tugas akhir
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik hak atas karya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Pringsewu
Pada Tanggal : 31 Juli 2017
Yang menyatakan

(Bil Atiah Inda Melia)

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


MOTTO

Ilmu Adalah Harta Yang Kekal


Karena ilmu bisa menjaga hartamu
Pengetahuan Akan Berarti Dengan Mengamalkannya.

(Bil Atiah Inda Melia)

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PERSEMBAHAN

Dengan segala puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas
dukungan, do’a dari orang-orang tercinta, akhirnya Karya Tulis Ilmiah ini bisa
diselesaikan dengan baik tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan rasa
syukur dan terimakasih saya kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas izin dan karunia Nya yang telah
meridhoi, mengabulkan segala do’a, sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
diselesaikan dengan baik.
2. Kedua orang tua ku tercinta papa Ismail Johansyah, Mama Nurmalina ku
persembahkan karya tulis ilmiah ini untuk kalian berdua, yang tiada pernah
hentinya selama ini memberiku semangat, do’a, dorongan, nasehat, dan kasih
sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan. Mama, papa terimalah bukti
kecil ini sebagai kado keseriusanku untuk membalas semua pengorbanan
kalian. Dalam hidupmu demi hidupku kalian ikhlas mengorbankan segala
perasaan tanpa kenal lelah, dalam lapar berjuang separuh nyawa hingga
segalanya. Maafkan aku masih menyusahkan kalian.
3. Idayati, S.Kep., M.kes. selaku pembimbing 1, Ns.Yusnita, S,Kep., M.Kes.
pembimbing 2, Ns.Andri Yulianto, S.Kep., M.kes. yang selama ini telah tulus
menuntun dan mengarahkan saya dengan sabar.
4. Kakak dan adik saya (Syiar, Feby, Alhadi, dan Aca) yang senantiasa
memberikan dukungan, semangat, senyum, dan doa untuk keberhasilan ini.
5. Prayuma Pratama yang telah menemani susahnya perjuanganku dari masa
putih abu-abu hingga aku menyelasaikan perkuliah ini. Terimakasih atas do’a,
kasih sayang, dan selalu ada disaat susah maupun senang, semoga allah selalu
menjaga hubungan ini.
6. Sahabat tersayang (Santi, Arke, Dwi, Rina, Reti, Rosi, Nisa, Retno, Citra, Tia,
dan Nupus) dan semua teman angkatan 19, tanpa semangat, dukungan, dan
bantuan kalian semua takkan mungkin saya sampai disini. Terimakasih untuk
canda, tawa, tangis, dan perjuangan yang kita lewati bersama.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


RIWAYAT PENULIS

Bil Atiah Inda Melia dilahirkan pada tanggal 09April 1996 di Talang padang,
putri kedua dari pasangan Ismail Johansyah, S.E., MM dan Nurmalina, S.Pd.
Penulis memulai pendidikan di TK Aisyah Talang Padang pada Tahun 2001,
Pendidikan Dasar di SDN 4Talang Padang ditamatkan pada tahun 2008 dan SMP
Negeri 1 Talang Padang ditamatkan tahun 2011. Pendidikan berikutnya SMA
Negeri 1 Pagelaran ditamatkan pada tahun 2014 dan pada tahun yang sama
penulis melanjutkan jenjang pendidikannnya ke STIKes Muhammadiyah
Pringsewu Lampung hingga Sekarang.

Semasa menjalani pendidikan sekolahmenengah atas penulis aktif di berbagai


kegiatan yaitu English Club dan Seni Tari dari tahun 2012- 2013.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis telah diberikan kemampuan untuk menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini sesuai waktu yang telah ditentukan. Karya Tulis Ilmiah ini
berjudul : “Asuhan Keperawatan Anak yang Mengalami Kejang Demam dengan
Masalah Keperawatan Hipertermi di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar
Lampung Tahun 2017”.

Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada
1. Ns. Asri Rahmawati, S.Kep., M.Kes., selaku Ketua STIKes Muhammadiyah
Pringsewu Lampung.
2. Idayati, S.Kep., M.Kes., selaku Ketua Prodi D III Keperawatan dan
Pembimbing I dalam penulisan Karya Tulis ilmiah ini.
3. Ns. Yusnita, S.Kep., M.Kes., selaku Pembimbing II.
4. Ns. Andri yulianto, S.Kep., M.Kes., selaku Pembimbing III
5. Seluruh dosen dan staf STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung.
6. Bapak, Ibu, dan Kakak tercinta yang selalu menantikan keberhasilanku.
7. Rekan-rekan seperjuangan angkatan ke-19 yang telah membantu dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah
ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun bahasa. Untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
selanjutnya. Semoga Karya Tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca pada umumnya dan profesi keperawatan khususnya.
Wasalammu’alaikum Wr. Wb.
Pringsewu, 31 Juli 2017

Penulis

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i


HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
HALAMAN PERSETUJAUN ...................................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN.......................................... vii
MOTTO .......................................................................................................... viii
PESEMBAHAN ............................................................................................. ix
RIWAYAT PENULIS .................................................................................... x
KATA PENGANTAR .................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
LAMPIRAN .................................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang ...................................................................................... 1
B. BatasanMasalah.................................................................................... 5
C. RumusanMasalah ................................................................................. 5
D. Tujuan .................................................................................................. 5
1. TujuanUmum ................................................................................. 5
2. Tujuan Khusus ............................................................................... 6
E. Manfaat ................................................................................................ 6

BAB II TIANJAUAN TEORI


A. Konsep Penyakit .................................................................................. 8
1. Definisi ........................................................................................... 8
2. Etiologi ........................................................................................... 10
3. Patofisiologi ................................................................................... 13
4. Manifestasi Klinis .......................................................................... 16
5. Komplikasi ..................................................................................... 16
6. Penatalaksanaan ............................................................................. 16
7. PemeriksaanPenunjang .................................................................. 20
B. KonsepTumbuh Kembang Anak .......................................................... 20
1. Definisi ........................................................................................... 20
2. Faktor yang MempengaruhiTumbuh Kembang ............................. 22
3. Tahapan Perkembangan Anak ....................................................... 24
C. Konsep Hipertermi ............................................................................... 30
1. Definisi ........................................................................................... 30
2. Etiologi ........................................................................................... 31
3. Proses terjadinya hipertermi........................................................... 31
4. Manifestasi Klinis .......................................................................... 33

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


D. Konsep asuhan keperawatan Kejang Demam ...................................... 34
1. Pengkajian ...................................................................................... 34
2. Diagnosa Keperawatan................................................................... 36
3. Perencanaan.................................................................................... 37
4. Implementasi ................................................................................. 40
5. Evaluasi ......................................................................................... 40

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian .................................................................................. 41
B. Batasan Istilah ...................................................................................... 41
C. Partisipan .............................................................................................. 42
D. Lokasi danWaktu Penelitian ................................................................ 42
E. Pengumpulan Data ............................................................................... 43
F. Analisa Data ......................................................................................... 44
G. Etik Penelitian ...................................................................................... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil ..................................................................................................... 49
1. Gambaran Lokasi Pengambilan Data ............................................. 49
2. Pengkajian ...................................................................................... 50
3. Analisa Data ................................................................................... 62
4. Perencanaan ................................................................................... 64
5. Pelaksanaan .................................................................................... 65
6. Evaluasi .......................................................................................... 68
B. Pembahasan .......................................................................................... 71
1. Pengkajian ...................................................................................... 71
2. Diagnosa Keperawatan................................................................... 79
3. Intervensi ....................................................................................... 80
4. Implementasi ................................................................................. 82
5. Evaluasi .......................................................................................... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan .......................................................................................... 86
1. Pengkajian ...................................................................................... 86
2. Diagnosa......................................................................................... 86
3. Intervensi ........................................................................................ 86
4. Implementasi .................................................................................. 87
5. Evaluasi .......................................................................................... 87
B. Saran ..................................................................................................... 88

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Pathway kejang demam .................................................................. 15


Bagan 4.1 Genogram klien 1 ............................................................................ 53
Bagan 4.2 Genogram klien 2 ............................................................................ 53

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


DAFTA TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan derajat suhu normal pada berbagai kelompok usia ........ 30
Tabel 2.2 Intervensi kejang demam ................................................................. 37
Tabel 3.1 Batasan Istilah .................................................................................. 41
Tabel 4.1 Pengkajian ........................................................................................ 50
Tabel 4.2 Rencana ........................................................................................... 64
Tabel 4.3 Pelaksanaan ...................................................................................... 65
Tabel 4.4 Evaluasi ............................................................................................ 68

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


LAMPIRAN
Lampiran 1. Informed Consent
Lampiran 2. SOP Tepid Sponge
Lampiran 3. SOP Pengukuran Suhu Tubuh
Lampiran 4. Alat dan bahan Tepid Sponge
Lampiarn 5. Surat Izin Pra Survey
Lampiran 6 Surat izin balasan Pra Survey
Lampiran 7. Surat Izin Pengambilan Data
Lampiran 8. Surat Izin Balasan Pengambilan Data
Lampiran 9. Format Pengkajian
Lampiran 10. Lembar Konsul.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

kesehatan yang saat ini terjadi di negara indonesia. Derajat kesehatan anak

mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus

bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan

pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut maka masalah kesehatan

anak diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan bangsa.

Di Negara yang sedang berkembang, termasuk indonesia yang

mempunyai wilayah tropis terdapat dua faktor, yaitu gizi dan infeksi yang

mempunyai pengaruh sangat besar terhadap pertumbuhan anak. Saat ini 70%

kematian anak disebabkan karena pneumonia, campak, diare, malaria, dan

malnutrisi. Hal ini menunjukkan bahwa infeksi virus telah menjadi faktor

utama dalam kejadian kejang demam Terjadinya proses infeksi dalam tubuh

menyebabkan kenaikan suhu tubuh yang biasa disebut demam, yang

merupakan faktor risiko utama terjadinya kejang demam (Veronica dan Jhon,

2015).

Kejang demam merupakan penyakit yang menyerang persyarafan atau

gangguan neurologis, kejang demam sendiri biasanya terjadi pada kenaikan

suhu tubuh mencapai 380C, kejang demam dapat terjadi karena proses

intrakranial maupun ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi

anak berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun (Nurarif dan Kusuma, 2015).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


WHO (World Health Organization) memperkirakan tahun 2016 terdapat

lebih dari 21,65 juta penderita kejang demam dan lebih dari 216 ribu

diantaranya meninggal. Selain itu di Kuwait dari 400 anak berusia 1 bulan-13

tahun dengan riwayat kejang, yang mengalami kejang demam sekitar 77%.

Beberapa negara memang masih mencatat angka kematian yang cukup tinggi,

seperti : Filipina sekitar 85.400 kematian balita akibat kejang demam,

malaysia angka kematian balita sebesar 6,1 kematian per 1000 kelahiran

hidup. Kejadian kejang demam di Asia dilaporkan lebih tinggi dan sekitar 80-

90% dari seluruh kejang demam sederhana.Indonesia pada tahun 2008,

terdapat 5 (6,5%) diantara 83 pasien kejang demam menjadi epilepsi.

Berdasarkan hasil survey di Indonesia tahun 2016, terdapat 550 ribu kasus

kejang demam, 80% dari 110 kasus disebabkan oleh infeksi saluran

pernapasan, 200 pasien kejang demam meninggal dengan observasi

Meningitis dan Enchepalitis.

Peningkatan suhu tubuh anak sangat berpengaruh terhadap fisiologis organ

tubuhnya, karena luas permukaan tubuh relatif kecil dibandingkan pada orang

dewasa, menyebabkan ketidakseimbangan organ tubuhnya. Peningkatan suhu

yang terlalu tinggi dapat menyebabkan dehidrasi, letargi, penurunan nafsu

makan sehingga asupan gizi berkurang termasuk kejang yang mengancam

kelangsungan hidupnya, lebih lanjut dapat mengakibatkan terganggunya

proses tumbuh kembang anak (Reiga, dalam Mohammad Ali Hamid, 2011).

Secara definitif terdapat dua tindakan untuk menurunkan suhu tubuh, yaitu

dengan terapi farmakologis dan terapi fisik. Terapi fisik dapat dilakukan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


dengan menempatkan anak diruangan bersuhu dan bersirkulasi baik,

mengganti pakaian anak dengan pakaian yang tipis dan menyerap keringat,

memberikan hidrasi yang adekuat, dan memberikan kompres. Salah satu

tindakan keperawatan mandiri untuk menurunkan suhu tubuh selain kompres

hangat, yaitu tepid sponge. Tepid sponge sebagai metode kompres hangat

yang memberikan efek penurunan suhu yang konstan dan berlansung lama

sangat cocok untuk anak yang sedang mengalami kejang demam dan

membantu menurunkan suhu pada anak yang mengalami demam dengan

wilayah tropis seperti Indonesia. Tepid sponge juga dianjurkan pada anak yang

berusia 6 bulan – 5 tahun, karena pada usia ini resiko kejang demam lebih

tinggi dengan usia lain nya (Guyton dan hall, dalam Mohammad Ali Hamid,

2011).

Penelitian yang dilakuan oleh Bartolomeus Maling (2012) tentang

pengaruh kompres tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh anak yang

mengalami hipertermi. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata suhu tubuh

sebelum di beri tindakan 38,50C, nilai rata-rata penurunan suhu tubuh setelah

15 menit diberi tepid sponge 37,10C. Berkesinambungan dengan penelitian

sebelumnya, penelitian yang dilakukan oleh Suwiji irianingsih (2016) “

penerapan tepid sponge pada diagnosa medis kejang demam (febris convulsi )

dengan masalah keperawatan hipertermi di ruang hijir ismail rumah sakit

islam surabaya” subjek penelitian menggunakan satu variabel. Suhu awal

didapatkan 39,80C dan setelah diberikan penerapan tepid sponge selama 20

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


menit, dilakukan 2 kali dalam sehari. Setelah 4 hari suhu tubuh berada di

rentang normal 36,00C- 37,50C.

Kejang demam dapat menyebabkan banyak gangguan seperti gangguan

tingkah laku, penurunan intelegensi, dan peningkatan metabolisme tubuh.

Berbagai gangguan ini jika terjadi terus menerus dan berlangsung dalam

waktu yang lama dapat mengakibatkan kekurangan glukosa, oksigen, dan

berkurangnya aliran darah ke otak. Akibatnya kerja sel akan terganggu dan

dapat menyebabkan kerusakan neuron serta retardasi mental (Cecyly dan

Sowden, 2009).

Hasil presurvey peneliti pada tanggal 28 April 2017 di RSUD Dr. H.

Abdul Moeloek Bandar Lampung, dari hasil data rekam medik kejang demam

dibulan Januari - Mei 2016 merupakan 10 penyakit terbanyak yang menempati

nomor urut 8, di bulan juni - desember 2016 kejang demam meningkat di

nomor urut 6, dengan jumlah pasien selama 1 tahun terakhir pada usia 29

bulan- 1 tahun sebanyak 66 pasien, 1-4 tahun sebanyak 98 pasien, 5 – 14tahun

sebanyak 41 pasien.

Berdasarkan fenomena dan hasil penelitian, penulis melakukan wawancara

terhadap 4 keluarga pasien yang anak nya mengalami kejang demam di ruang

Alamanda, 3 keluarga pasien mengatakan ketika demam pasien langsung

diberikan obat penurun panas dan 1 keluarga mengatakan diberikan kompres

hangat dan obat penurun panas, belum ada keluarga pasien yang melakukan

tepid sponge yang dapat menurunkan suhu tubuh secara berangsur-angsur.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Hal ini membuat peneliti sangat tertarik melakukan penelitian pada anak

dengan judul, “ Asuhan Keperawatan pada Anak yang Mengalami Kejang

Demam dengan Masalah Keperawatan Hipertermi di RSUD Dr. H. Abdul

Moeloek Bandar Lampung tahun 2017”. Hal ini akan menjadi lanjutan dari

penelitian selanjutnya bagaimana Tepid Sponge akan membantu menurunkan

suhu tubuh anak.

B. Batasan Masalah

Asuhan keperawatan klien yang mengalami kejang demam dengan

masalah keperawatan hipertermi di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar

Lampung tahun 2017.

C. Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Keperawatan Klien yang mengalami Kejang demam

dengan masalah keperawatan Hipertermi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

H. Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun 2017.

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Telah melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif melalui

aspek biologis-psikologis-sosiologis-spiritual pada klien kejang demam

dengan masalah keperawatan hipertermi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2017.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


2. Tujuan Khusus

a. Telah melakukan pengkajian keperawatan pada anak yang mengalami

kejang demam dengan masalah keperawatan masalah keperawatan

hipertermi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek

Bandar Lampung Tahun 2017.

b. Menetapkan diagnosis dan memprioritaskan masalah keperawatan

pada anak yang mengalami kejang demam dengan hipertermi di Rumah

Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun

2017.

c. Telah menyusun perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami

kejang demam dengan masalah keperawatan hipertermi di Rumah Sakit

Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2017.

d. Telah melaksanakan tindakan keperawatan pada klien yang mengalami

kejang demam dengan masalah keperawatan hipertermi di Rumah Sakit

Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2017.

e. Telah melakukan evaluasi pada klien yang mengalami kejang demam

dengan masalah keperawatan hipertermi di Rumah Sakit Umum Daerah

Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2017.

E. Manfaat

1. Manfaat teoritis

Untuk meningkatkan pengetahuan memperluas wawasan keperawatan

medikal bedah terutama pada asuhan kperawatan anak yang mengalami

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


kejang demam dengan masalah keperawatan hipertermi di Rumah Sakit

Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2017.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Perawat

Hasil penelitin ini dapat digunakan sebagai pengetahuan dan

pertimbangan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang

sesuai dengan kebutuhan pasien Kejang Demam.

b. Bagi Rumah Sakit

Dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan tindakan asuhan

keperawatan anak yang mengalami kejang demam dengan masalah

keperawatan hipertermi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul

Moeloek Bandar Lampung Tahun 2017.

c. Bagi Institusi Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat sebagai referensi pendidik dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan tentang asuhan keperawatan anak

yang mengalami kejang demam dengan masalah keperawatan

hipertermi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek

Bandar Lampung Tahun 2017.

d. Bagi Klien.

Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai kejang

demam tentang pencegahan serta perawatan yang baik untuk pasien

yang mengalami kejang demam.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


BAB II
TIANJAUAN TEORI

A. Konsep Penyakit

1. Definisi

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

suhu tubuh (suhu mencapai) >380C. Kejang demam dapat terjadi karena

proses intrakranial maupun ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada 2-

4% populasi anak berumur 6 bulan s/d 5 tahun. Paling sering pada anak

usia 17-23 bulan (Nurarif dan Kusuma, 2013).

Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering

dijumpai pada anak, terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4

tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah

menderita kejang demam (Ngastiyah, 2014).

Kejang demam merupakan suatu perubahan fungsi pada otak

secara mendadak dan sangat singkat atau sementara yang dapat disebabkan

oleh aktivitas otak yang abnormal serta adanya pelepasan listrik serebral

yang sangat berlebihan. Terjadinya kejang dapat disebabkan oleh

malformasi otak kongenital, faktor genetis, atau adanya penyakit seperti

meningitis, ensefalitis serta demam yang tinggi, gangguan metabolisme,

trauma dan lain sebagainya. Apabila kejangnya bersifat kronis dapat

dikatakan epilepsi yang terjadi secara berulang-ulang dengan sendirinya

(Aziz, 2012).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Menurut Nurarif dan kusuma (2015) kejang demam diklasifikasikan

menjadi dua, yaitu:

1) Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)

a) Kejang berlangsung singkat

b) Umumnya serangan berhenti sendiri dalam waktu <10 menit

c) Tidak berulang dalam waktu 24 jam

2) Kejang demam kompleks

a) Kejang berlangsung lama, lebih dari 15 menit

b) Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului

kejang parsial

c) Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam.

Kejang demam menurut proses terjadinya:

1) Intrakranial

a) Trauma (perdarahan) subaracnoid, subdural, atau ventrikuler.

b) Infeksi: bakteri, virus, parasit, misalnya meningitis.

c) Kongenital: disgenesis, kelainan serebri.

2) Ekstrakranial

a) Gangguan metabolik: hipoglikemia, hipokalsemia,

hipomagnesia, gangguan elektrolit (Na dan K), misalnya pada

pasien dengan riwayat diare sebelumnya.

b) Toksik: intoksikasi, anesti local, sindroma putus obat

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


c) Kongenital: gangguan metabolisme asam basa atau

ketergantungan dan kekurangan pirodoksin.

2. Etiologi

Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) Kejang terjadi akibat lepas

muatan paroksimal yang berlebihan dari suatu populasi neuron yang

sangat mudah terpicu sehingga mengganggu fungsi normal otak dan juga

dapat terjadi karena keseimbangan asam basa atau elektrolit yang

terganggu. Kejang itu sendiri dapat juga menjadi manifestasi dari suatu

penyakit mendasar yang membahayakan.

Kejang demam disebabkan oleh hipertermia yang muncul secara

cepat yang berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri. Umumnya

berlangsung singkat, dan mungkin terdapat predisposisi familial, dan

beberapa kejadian kejang non demam pada kehidupan selanjutnya.

Beberapa faktor risiko berulangnya kejang, yaitu:

- Riwayat kejang dalam keluarga

- Usia kurang dari 18 bulan

- Tingginya suhu badan sebelum kejang, makin tinggi suhu sebelum

kejang demam, semakin kecil kemungkinan kejang demam akan

berulang

- Lamanya demam sebelum kejang, semakin pendek jarak antara

mulainya demam dengan kejang, maka semakin besar risiko kejang

demam berulang.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Menurut penelitian fuadi, dkk (2010) dengan judul “faktor risiko

bangkitan kejang demam pada anak ” berdasarkan hasil penelitian nya

demam lebih dari >390C dan usia kurang dari dua tahun memiliki

risiko bangkitan kejang.

a. Faktor demam

Demam merupakan faktor utama timbul bangkitan kejang demam.

Pada penelitian nya bangkitan kejang demam terjadi pada kenaikan

suhu tubuh 38,9-39,90C. Perubahan kenaikan temperatur tubuh

berpengaruh terhadap nilai ambang kejang dan ekssitabilitas neural,

karena kenaikan suhu tubuh berpengaruh pada kanal ion dan

metabolisme seluler serta produksi ATP. Setiap kenaikan suhu tubuh

10C akan meningkatkan metabolisme karbohidrat 10-15%, sehingga

dengan adanya peningkatan suhu akan mengakibatkan peningkatan

glukosa dan oksigen. Akibat keadaan tersebut, reaksi-reaksi oksidasi

berlangsung lebih cepat sehingga oksigen lebih cepat habis dan akan

mengakibatkan kejadian hipoksia. Hipoksia menyebabkan kebutuhan

glukosa dan oksigen serta terganggunya berbagai transport aktif dalam

sel sehingga terjadi perubahan konsentrasi ion natrium. Selain itu,

demam tinggi dapat mempengaruhi perubahan konsentrasi ion natrium

intraselular akibat Na+influx sehingga menimbulkan keadaan

depolarisasi, disamping itu demam tinggi dapat menurunkan

kemampuan inhibisi akibat kerusakan GABA- nergik. Pada penelitian

fuadi, dkk diketahui sebagian besar anak dengan bangkitan kejang

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


demam didahuluii lama demam kurang dari dua jam. Setiap kenaikan

0,30C secara cepat akan menimbulkan discharge di daerah okspital,

yang dapat dilihat dari hasil rekaman EEG. Kenaikan mendadak suhu

tubuh menyebabkan kenaikan kadar asam glutamat dan menurunkan

kadar glutamin, tetapi sebaliknya kenaikan suhu tubuh secara pelan

tidak menyebabkan kenaikan kadar asam glutamat. Perubahan

glutamin menjadi asam glutamat dipengaruhi oleh kenaikan suhu

tubuh. Asam glutamat merupakan eksitator, sedangakan GABA

sebagai inhibitor tidak dipengaruhi oleh kenaikan suhu tubuh

mendadak.

b. Faktor usia

Usia pertama kali kejang pada penelitian fuadi, dkk diketahi sebagian

besar usia >2 tahun. Pada keadaan ini otak belum matang reseptor

untuk asam glutamat baik ion otropik maupun metabotropik sebagai

reseptor eksitator padat dan aktif, sebaliknya reseptor GABA sebagai

inhibitor kurang aktif. Sehingga otak belum matang eksitasi lebih

dominan dibanding inhibisi . Corticotropin releasing hormon (CRH)

merupakan neuropeptid eksitator, berfungsi sebagai prokonvulsan.

Pada keadaan otak belum matang kadar CRH di hipokampus tinggi,

berpotensi untuk terjadi bangkitan kejang, apabila dipicu oleh demam.

Pada keadaan otak belum matang neural Na+, K+ ATP ase masih

kurang, pada otak yang belum matang regulasi ion N+, K+, dan Ca++

belum sempurna, sehingga mengakibatkan gangguan repolarisasi

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


pasca depolarisasi dan meningkatkan eksitabilitas neuron. Oleh karena

itu, pada amasa otak belum matang mempunyai eksitabilitas neural

lebih tinggi dibandingkan otak yang sudah matang. Pada asa ini

disebut sebagai developmental window dan rentan terhadap bangkitan

kejang.

3. Patofisiologi

Infeksi yang terjadi pada jaringan diluar kranial seperti tonsilitis,

otitis media akut, bronkitis penyebab terbanyaknya adalah bakteri yang

bersifat toksik. Toksik yang dihasilkan oleh mikro organisme dapat

menyebar ke seluruh tubuh melalui hematogen maupun limfogen.

Penyebar toksik ke seluruh tubuh akan direspon oleh hipotalamus dengan

menaikkan pengaturan suhu di hipotalamus sebagai tanda tubuh dalam

bahaya secara sistemik. Naiknya pengaturan suhu di hipotalamus akan

merangsang kenaikan suhu di bagian tubuh yang lain seperti otot, kulit

sehingga terjadi peningkatan kontraksi otot.

Naiknya suhu dihipotalamus, otot, kulit, dan jaringan tubuh yang

lain akan disertai pengeluaran mediator kimia seperti epinefrin, dan

prostagladin. Pengeluaran mediator kimia ini dapat merangsang

peningkatan potensial aksi pada neuron. Peningkatan potensial inilah yang

merangsang perpindahan ion Natrium, ion Kalium dengan cepat dari luar

sel menuju ke dalam sel, peristiwa inilah yang diduga dapat menaikan fase

depolarisasi neuron dengan cepat sehingga timbul kejang. Serangan yang

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


cepat itulah yang dapat menjadikan anak mengalami penurunan respon,

kesadaran otot ekstremitas maupun bronkus juga dapat mengalami spasme

sehingga anak beresiko terhadap injuri dan kelangsungan jalan nafas oleh

penutupan lidah dan spasme bronkus (Sujono dan Sukarmin, 2009)

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Bagan 2.1 Pathway Kejang Demam

Pathway

Infeksi Bakteri virus dan


parasit
Rangsang mekanik dan
biokimia. Gangguan
Reaksi Inflamasi
keseimbangan cairan dan
elektrolit
Proses Demam
Perubahan konsentrasi ion Kelainan neurologis
Hipertermia diruang ekstraselular perinatal/prenatal

Resiko kejang berulang Ketidakseimbangan Perubahan difusi Na+ dan K+


potensial membrane ATP
ASE
Resiko Keterlambatan Perubahan beda potensial
perkembangan membrane sel neuron
Pelepasan muatan listrik
semakin meluas keseluruh Resiko Cidera
sel maupun membrane sel
sekitarnya dengan bantuan
Resiko Cidera neurotransmiter Kejang

Kesadaran menurun Kurang dari 15 menit (KDS) Lebih dari 15 menit (KDK)

Reflek menelan menurun Kontraksi otot meningkat Perubahan suplay darah


keotak
Resiko aspirasi Metabolisme meningkat

Resiko kerusakan sel


neuron otak
Kebutuhan O2 Meningkat Suhu Tubuh Makin
Meningkat

Resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan otak
Resiko Asfiksia

( Nurarif dan Kusuma, 2015).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


4. Manifestasi Klinis

Gejala umum:

a. Kejang umum biasanya diawali kejang tonik kemudian klonik

berlangsung 10 s.d 15 menit, bisa juga lebih.

b. Takikardia: pada bayi frekuensi sering diatas 150-200 per menit.

c. Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjadi sebagai

akibat menurunnya curah jantung.

d. Gejala bendungan system vena:

- Hepatomegali

- Peningkatan tekanan vena jugularis (Nurarif dan Kusuma, 2015).

5. Komplikasi

Komplikasi kejang demam menurut (Cecyly dan Sowden, 2009):

a. Pneumonia aspirasi.

b. Asfiksia.

c. Retardasi mental.

d. Cedera fisik, khususnya laserasi dahi dan dagu.

6. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan keperawatan

Tindakan saat kejang menurut (Ngastiyah, 2012):

1) Baringkan pasien di tempat yang rata, kepala dimiringkan dan

pasangkan sudip lidah yang telah dibungkus kasa atau bila ada

guedel lebih baik untuk mencegah aspirasi ludah atau muntah.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


2) Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien,lepaskan

pakaian yang mengganggu pernapasan (mis; ikat pinggang, gurita,

dan lain sebagainya).

3) Isap lendir sampai bersih, berikan O2.

4) Bila suhu tinggi berikan kompres hangat secara intensif

Selain kompres hangat, tepid sponge merupakan alternatif

menurunkan demam. Tepid sponge merupakan kombinasi tehnik

blok dengan seka. Tehnik ini menggunakan kompres blok tidak

hanya disatu tempat saja melainkan langsung dibeberapa tempat

yang memiliki pembuluh darah besar. Selain itu masih ada

perlakuan tambah yang memberikan seka dibeberapa area tubuh

sehingga perlakuan yang diterapkan pada klien dengan tehnik ini

akan semakin komplek dan rumit dibanding dengan tehnik yang

lain. Namun dengan kompres blok langsung diberbagai tempat ini

akan memfasilitasi penyampaian sinyal ke hipotalamus lebih

gencar. Selain itu pemberian seka akan mempercepat pelebaran

pembuluh darah perifer akan memfasilitasi perpindahan panas dari

tubuh kelingkungan sekitar yang akan semakin mempercepat

penurunan suhu tubuh (Reiga, 2010). Tehnik tepid sponge

dilakukan dengan melakukan kompres air hangat diseluruh badan

anak. Suhu air untuk mengompres antara 30-350C (Setiawati,

dalam Bartolomeus maling, 2012).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Tepid sponge jika dilakukan dengan benar akan sangat efektif

dalam menurunkan demam dengan cepat. Akan tetapi efek tepid

sponge selain menurunkan suhu tubuh, juga menyebabkan

vasokontriksi pada awal prosedur. Vasokontriksi ini menyebabkan

anak menggigil, terutama jika tidak dikombinasikan dengan

antipiretik. Tepid sponge dan obat antipiretik lebih efektif

menurunkan pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Berkolaborasi

dengan tepid sponge yang bekerja secara evaporasi melalui proses

vasodilatasi pembuluh darah pada daerah yang mendapatkan

tindakan, membuka pori-pori kulit sehingga memberikan

kesempatan panas keluar dari tubuh ke lingkungan sekitar. Selain

itu, tepid sponge juga meningkatkan sirkulasi darah dan oksigenasi

ke jaringan yang mengalami kerusakan dan perbaikan metabolisme

(Aryani dkk, dalam irnawati, 2010).

b. Penatalaksanaan medis

Penatalakasanaan medis menurut Ngastiyah (2014):

1) Pengobatan saat terjadi kejang

a) Pemberian diazepam suposutoria pada saat kejang sangat

efektif dalam menghentikan kejang.

b) Diazepam intravena juga dapat diberikan dengan dosis

sebesar 0,2-0,5 mg/kgBB.

c) Bila tetap masih kejang, berikan fenitoin per IV sebanyak 15

mg/kgBB perlahan-lahan.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


2) Pengobatan setelah kejang berhenti

Bila kejang berhenti dan tidak berlanjut, pengobatan cukup

dilanjutkan dengan pengobatan intermitten yang berikan pada

anak demam untuk mencegah terjadinya kejang demam. Obat

yang diberikan berupa :

a) Antipiretik

(1) Parasetamol atau asetominofen 10-15 mg/kgBB/kali atau

tiap 6 jam.

(2) Ibuprofen 10 mg/kgBB/kali diberikan 3 kali.

b) Anti konvulsan

(1) Berikan diazepam oral dosis 0,3 -0,5 mg/kgBB setiap 8 jam.

(2) Pada saat menurunkan resiko berulangnya kejang, atau

Diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgBB/hari sebanyak 3 kali

perhari.

(3) Diazepam rektal dosis 0,3-0,5 mg/kg/BB/hari sebanyak 3

kali perhari

c) Bila Kejang Berulang

Berikan pengobatan rumatan dengan fenobarbital atau asam

valproat dengan dosis asam valproat 15-40 mg/kgBB/hari

dibagi 2-3 dosis, sedangkan fenobarbital 3-5 mg/kgBB/hari.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


7. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tepi lengkap,

elektrolit, dan glukosa darah dapat dilakukan walaupun kadang tidak

menunjukkan kelainan yang berarti.

b. Indikasi lumbal pungsi pada kejang demam adalah untuk menegakkan

atau menyingrkirkan kemungkinan mengitis, indikasi lumbal pungsi

pada pasien dengan kejang demam meliputi ;

1) Bayi <12 bulan harus dilakukan lumbal pungsi karena gejala

meningitis sering tidak jelas

2) Bayi antara 12 bulan – 1 tahun dianjurkan untuk melakukan

lumbal pungsi kecuai pasti bukan meningitis

c. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas

d. Pemeriksaan foto kepala, ct scan, dan MRI, tidak dianjurkan pada anak

tanpa kelainan neurologis karena hampir semuanya menunjukkan

gambaran normal. CT scan atau MRI direkomendasikan untuk kasus

kejang fokal atau mencari lesi organik diotak (Nurarif dan Kusuma,

2015).

B. Konsep Tumbuh Kembang Anak

1. Definisi

Tumbuh kembang merupakan menifestasi yang kompleks dari

perubahan morfologi, biokimia, dan fisiologi yang terjadi sejak konsepsi

sampai maturitas/dewasa. Banyak orang menggunakan istilah “tumbuh”

secara sendiri-sendiri atau bahkan ditukar-tukar. Istilah tumbuh kembang

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling

berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan,

sementara itu, pengertian mengenai pertumbuhan dan perkembangan

perdefinisi adalah sebagai berikut:

a. Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kualitatif yaitu

bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ maupun

individu. Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik, melainkan

juga ukuran dan stuktur organ-organ tubuh dan otak. Sebagai contoh,

dari pertumbuhan otak adalah anak mempunyai kapasitas lebih besar

untuk belajar, mengingat, dan mempergunakan akalnya. Jadi anak

tumbuh baik secara fisik maupun mental. Pertumbuhan fisik dapat

dinilai dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang

(cm, meter), umur tulang, dan tanda-tanda seks sekunder.

b. Perkembangan (development) adalah perubahan sifat kuantitatif dan

kualitatif. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill)

struktur dan fungsi tubuh yang lebih komplek, dalam pola yang teratur

dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan/maturitas.

Perkembangan menyangkut proses diferensiasi sel tubuh, jaringan

tubuh, organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa

sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya, termasuk juga

perkembangan kognitif, bahasa, motorik, emosi, dan perkembangan

prilaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya.

Perkembangan merupakan perubahan yang bersifat progresif, terarah,

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


dan terpadu/koheren. Progresif mengandung arti bahwa perubahan

yang terjadi mempunyai arah tertentu dan cendrung maju kedepan,

tidak mundur (Soetjiningsih dan Ranuh, 2013)

2. Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang

a. Faktor Genetik

Faktor genetik merupakan dasar dalam mencapai hasil akhir proses

tumbuh kembang anak. Melalui intruksi genetik yang terkandung

didalam sel telur yang telah dibuahi dapat ditentukan kualitas dan

kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan

pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur

pubertas, dan berhentinya pertumbuhan tulang. Termasuk faktor

genetik adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan patologuk,

jenis kelamin, suku bangsa / bangsa. Potensi genetik yang bermutu jika

berinteraksi dengan lingkungan secara positif akan dicapai hasil akhir

yang optimal.

b. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan merupakan faktor yang memegang peranan penting

dalam menentukan tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki.

Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan prenatal (yaitu

lingkungan dalam kandungan), dan lingkungan post natal (yaitu

lingkungan setelah bayi lahir).

1) Lingkungan prenatal

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Lingkungan prenatal merupakan lingkungan dalam

kandungan,mulai dari konsepsi sampai lahir yang meliputi gizi

pada waktu ibu hamil, lingkungan mekanis, zat kimia atau toksin,

dan hormonal.

2) Lingkungan post natal

Selain faktor lingkungan terdapat lingkungan setelah lahir yang

juga dapat memengaruhi tumbuuh kembang anak, seperti budaya

lingkungan, sosial ekonomi keluarga, nutrisi, iklim atau cuaca,

olahraga, posisi anak dalam keluarga, dan status kesehatan.

c. Faktor Hormonal

Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak antara

lain hormon somatotropin, tiroid, dan glukortikoid. Hormon

somatotropin (Growth hormone) berperan dalam memengaruhi

pertumbuhan tinggi badan dengan menstimulasi terjadinya proliferasi

sel kartilago dan sistem skeletal. Hormon tiroid berperan menstimulasi

pertumbuhan sel interstisial dari testis (untuk memproduksi

testosteron) dan ovarium (untuk memproduksi estrogen), selanjutnya

hormon tersebut akan menstimulasi seks, baik pada anak laki-laki

maupun perempuan yang sesuai dengan peran hormonnya

(Soetjiningsih dan Ranuh, 2013).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


3. Tahapan Perkembangan Anak

Menurut Nurarif dan Kusuma(2013) Kejang demam terjadi pada 2-4%

populasi anak berumur 6 bulan s/d 5 tahun. Paling sering pada anak usia

17-23 bulan, berdasarkan presurvey yang dilakukan peniliti di RSUD Dr.

H. Abdul moeloek yang mengalami kejang demam terbanyak usia 1-4

tahun dengan jumlah 98 pasien selama 1 tahun.

a. Tahapan Perkembangan Anak 1-2 Tahun

Motorik kasar:

1) Merangkak, berjalan

2) Berjalan cepat usia 15 bulan

3) Merangkak ditangga

4) Berdiri di kursi,meja

5) Melempar bola

Bahasa dan bicara:

1) Merespon terhadap perintah sederhana

2) Paham pernyataan sederhana

3) Menunjukkan kepada benda yang dikenalnya jika diminta

4) Menggerakkan tubuh supaya orang lain mengerti

Motorik halus:

1) Mengambil benda kecil dengan ibu jari dan telunjuk

2) Membuka buku

3) Menyusun beberapa balok

4) Menuangkan cairan kewadah yang lain

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


5) Mencoret-coret

Kognitif:

1) Mengenal bermacam-macam benda

2) Menunjukkan gambar atau benda-benda dengan seksama

3) Menunjukkan dan menyebut minil 4 anggota tubuh.

Sosial emosi:

1) Bermain dengan beraneka ragam mainan

2) Bermain dengan permainan sederhana seperti menggelinding bola

kedepan dan kebelakang

3) Bermain dalam permainan yang melibatkan pihak lain

4) Bermain pura-pura

5) Menirukan suara dari lingkungan.

Seni:

1) Mendengarkan musik dan mengikuti irama’tertarik menggunakan

benda yang menimbulkan bunyi

2) Bertepuk tangan mengikuti irama

3) Menirukan lagu anak-anak.

Keterampilan hidup:

1) Mengambil gelas dari meja untuk dimunum kemudian

meletakkannya kembali

2) Menggunakan sendok untuk menyendok dan menyuap makanan

dan sedikit berceceran

3) Mengunyah dan menelan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


4) Minum dari gelas dengan pegang satu tangan.

b. Tahapan Perkembangan Anak Usia 2-3 Tahun

Motorik Kasar:

1) melompat ditempat tidur

2) Berjalan mundur

3) Menendang bola dengan kaki di ayun

4) Berjalan jinjit

5) Berdiri dengan sebelah kaki

6) Mengayuh sepeda.

Motorik halus:

1) Mencoret dengan satu tangan

2) Menggambarkan garis lurus serta lingkaran tidak beraturan

3) Membuka grendel pintu

4) Menggenggam pensil

5) Memakai celana sendiri.

Bahasa dan bicara:

1) Mengatakan “aku”

2) mengatakan jika ingin BAK/BAB

3) Membuat kalimat dengan 3 kata

4) 50% dari ucapannya sudah jelas

5) Menggunakan kata “ini punyaku”

6) Bertanya dengan pertanyaan sederhana.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Kognitif:

1) Mengenal berbagai benda, warna, ukuran, permukaan,

kasar/halus,dan fungsi benda sederhana

2) Menunjukkan dan menyebutkan gambar sederhana

3) Tertarik untuk dibacakan cerita

4) Menunjukkan anggota-anggota tubuhnya

5) Mengelompokkan warna

6) Mengerti konsep arah, buka/tutup, depan/belakang, keluar/masuk.

Sosial emosional:

1) Memperhatikan anak lain bermain dan mencoba untuk bergabung

sebentar

2) Mulai menunjukkan siapa dirinya, mencoba melakukan sesuatu

sendiri

3) Melakukan paralel role play

4) Menggunakan boneka untuk bermain peran

5) Mengidentifikasi dirinya dengan anak seusia yang berjenis kelamin

sama.

Seni:

1) Menggunakn benda-benda sebagai alat musik

2) Bertepuk tangan dengan variasi

3) Menyanyikan sebagian lagu anak-anak diikuti gerakan anggota

tubuh.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Keterampilan hidup:

1) Menyuapkan makanan dengan sendok tanpa tumpah

2) Melepaskan pakaian

3) Memasukkan tangan ke lengan baju yang benar dengan bantuan

4) Menggunakan baju dengan bukaan depan

5) Membuka kancing baju bagian depan

6) Mulai bisa mengatakan aku ingin BAK/BAB tidak mengompol

sepanjang hari.

c. Tahapan Perkembangan Anak Usia 3-4 Tahun

motorik kasar:

1) Berdiri dengan telapak kaki belakang tanpa kehilangan

keseimbangan

2) Melompat dengan satu kaki

3) Berjalan menyusuri papan, pagar, tembok datar

4) Menangkap bola besar

5) Mengendarai sepeda cukup terampil.

Motorik halus:

1) Menyendok cairan

2) Mencuci dan mengelap tangan sendiri

3) Makan dengan sendok dan garpu, membawa wadah tanpa

menumpahkan isinya.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Bahasa dan bicara:

1) Menjawab pertanyaan “siapa, mengapa, dimana”

2) Bertanya pertanyaan “kapan,bagaimana”

3) Merangkai kalimat dengan 4 buah kata

4) Menyebutkan jenis kelamin, usia, dan saudaranya

5) Mengerti dan melaksanakan perintah-perintah sederhana.

Kognitif:

1) Mengenal fungsi beda dengan benar

2) Mengelompokkan benda berdasarkan, warna, ukuran, dan fungsi

secara sederhana

3) Ikut dalam kegiatan membaca dengan mengisi kata-kata atau

bagian kalimat yang kosong

4) Menunjukkan dan menyebutkan anggota tubuh nya

5) Menyebutkan 2 warna dasar

6) Mencocokkan 2 bentuk lingkaran, segitiga, dan segi empat

(Skanisa, 2011).

C. Konsep Hipertermi

1. Definisi

Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal

(Nurarif, dan, Kusuma 2015).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Hipertermi adalah keadaan ketika suhu tubuh meningkat melebihi suhu

tubuh normal.Apabila suhu tubuh sangat tinggi (mencapai sekitar 410C),

disebut hiperpireksia (Anas Tamsuri, 2012).

Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang lebih besar dari jangkauan

normal (Dongoes Marilynn E, 2012).

Hipertermia adalah keadaan ketika individu mengalami atau beresiko

mengalami kenaikan suhu tubuh terus-menerus lebih dari 37,80C (1000f)

peroral atau 38,90C (1010F) per rektal (Anas Tamsuri, 2012).

Tabel 2.1 Perbedaan derajat suhu normal pada berbagai


kelompok usia (Anas Tamsuri, 2012).

Usia Suhu (0C)

3 bulan 37,5

6 bulan 37,5

1 tahun 37,7

3 tahun 37,2

5 tahun 37,0

7 tahun 36,8

9 tahun 36,7

11 tahun 36,7

13 tahun 36,6

Dewasa 36,4

>70 tahun 36,0

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


2. Etiologi

Hipertermi disebabkan gangguan otak atau akibat bahan toksik yang

memengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek

perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu, sehingga menyebabkan

hipertermi/demam yang disebut pirogen. Zat pirogen ini dapat berupa

protein, dan zat lain, terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh

bakteri. Pirogen yang dilepas oleh bakteri toksik atau pirogen yang

dihasilkan dari generasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama

keadaan sakit (Anas Tamsuri, 2012).

Suhu tubuh pada anak yang mengalami demam dipengaruhi oleh

proses penyakit yang terjadi pada anak, pola demam bergantung pada

pirogen penyebab. Peningkatan atau penurunan aktifitas pirogen

mengakibatkan peningkatan atau penurunan demam pada waktu yang

berbeda. Durasi dan tingkat demam bergantung pada kekuatan pirogen dan

kemampuan respon individu. Selain itu dipengaruhi juga oleh faktor usia,

pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme pengaturan

suhu sehingga dapat terjadi perubahan suhu tubuh yang drastis terhadap

lingkungan, regulasi suhu tubuh baru mencapai kestabilan saat pubertas

(Perry and Potter, 2015).

3. Proses terjadinya hipertermi

Mekanisme hipertermi/demam dimulai dengan timbulnya reaksi

tubuh terhadap pirogen. Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan

jaringan akan difagositosis oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


limfosit pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna

hasil pemecahan bakteri dan melepaskan zat interleukin-1 kedalam cairan

tubuh, yang disebut juga zat pirogen leukosit atau pirogen endogen.

Interleukin-1 ini ketika sampai di hipotalamus akan menimbulkan demam

dengan cara meningkatkan temperatur tubuh dalam waktu 8-10 menit.

Interleukin-1 juga menginduksi pembentukan prostaglandin, terutama

prostaglandin E2, atau zat yang mirip dengan zat ini, yang selanjutnya

bekerja di hipotalamus untuk membangkitkan reaksi demam.

Pada mekanisme tubuh alamiah, demam yang terjadi dalam diri

manusia bermanfaat sebagai proses imun. Pada proses ini, terjadi

pelepasan interleukin-1 yang akan mengaktifkan sel T. Suhu tinggi

(demam) juga berfungsi meningkatkan keaktifan (kerja) sel T dan B

terhadap organisme patogen. Namun, konsekuensi demam secara umum

timbul segera setelah pembangkitan demam (peningkatanomis suhu).

Perubahan anatomis kulit dan metabolisme menimbulkan konsekuensi

berupa gangguan keseimbangan cairan tubuh, peningkatan metabolisme,

juga peningkatan pemecahan zat energi, dan peningkatan kadar sisa

metabolisme. Selain itu, pada keadaan tertentu demam dapat mengaktifkan

kejang (Anas Tamsuri, 2012).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


4. Manifestasi Klinis

Menurut Anas Tamsuri (2012) Pada saat demam, gejala klinis yang

timbul bervariasi tergantung pada fase demam, meliputi fase awal, proses,

dan fase pemulihan (defervescence). Tanda-tanda ini muncul sebagai hasil

perubahan pada titik tetap dalam mekanisme pengaturan suhu tubuh.

a. Fase I: Awal (awitan dingin atau menggigil)

1) Peningkatan denyut jantung

2) Peningkatan laju dari kedalaman pernapasan

3) Menggigil akibat tegangan dan kontraksi otot

4) Kulit pucat dan dingin karena vasokonstriksi

5) Merasakan sensai dingin

6) Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokonstriksi

7) Rambut kulit berdiri

8) Pengeluaran keringat berlebih

9) Peningkatan suhu tubuh

b. Fase II: Poses Demam

1) Proses menggigil lenyap

2) Kulit terasa hangat/panas

3) Merasa tidak panas/dingin

4) Peningkatan nadi dan laju pernapasan

5) Peningkatan rasa haus

6) Dehidrasi ringan hingga berat

7) Mengantuk, delirium, atau kejang akibat iritasi sel saraf

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


8) Lesi mulut herpetiks

9) Kehilangan nafsu makan (jika demam memanjang)

10) Kelemahan, keletihan, dan nyeri ringan pada otot akibat

katabolisme protein.

c. Fase III: Pemulihan

1) Kulit tampak merah dan hangat

2) Berkeringat

3) Menggigil ringan

4) Kemungkinan mengalami dehidrasi.

D. Konsep asuhan keperawatan Kejang Demam

1. Pengkajian

Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses dinamis

yang terorganisasi, dan meliputi tiga aktivitas dasar yaitu : pertama,

mengumpulkan data secara sistematis, kedua memilah dan mengatur data

yang dikumpulkan dan ketiga, mendokumentasikan data dalam format

yang didapat dibuka kembali (Tarwoto dan Wartonah, 2011).

a. Aktivitas/istirahat

Tanda : keletihan,kelemahan umum.

Gejala : perubahan tonus otot/kekuatan otot.

Gerakan involunter/kontraksi otot ataupun sekelompok otot.

b. Sirkulasi

Gejala:

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


1) Iktal: hipertensi,peningkatan nadi,sianosis

2) Posiktal: tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi

dan pernapasan.

c. Integritas ego

Gejala : stersor eksternal/internal yang berhubungan dengan keadaan

dan penanganan.

Peka rangsang; perasaaan tidak ada harapan/tidak berdaya.

Tanda : Perbedaan rentang respon emosional.

d. Eliminasi

Gejala : inkontenensia

Tanda : peningkatan tekanan kandung kemih aliran tonus stringe,otot

relaksasi yangmengakibatkan inkontenensia (baik urin atau fekal).

e. Makanan/cairan

Gejala : sensitivitas terhadap makanan, mual/muntah yang

berhubungan dengan aktivitas kejang.

Tanda : kerusakan jaringan lunak/gigi (cedera selama kejang).

f. Neurosensori

Gejala : Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pingsan,

pusing, riwayat trauma kepala, infeksi serebral.

Adanya aura (rangsangan visual, auditorius, area halusinogenik).

Posiktal: kelemahan, nyeri otot, area perestese/paralisis.

g. Nyeri /kenyamanan

Gejala :sakit kepala,nyeri otot/punggung pada periode posiktal.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Nyeri abnormal paroksimal selama fase iktal (mungkin terjadi selama

kejang fokal/parsial tanpa mengalami penurunan kesadaran).

Tanda: sikap/tingkah laku yang berhati hati, perubahan pada tonus

otot, tingkah laku distraksi/gelisah.

h. Pernafasan

Gejala : fase iktal, gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun/cepat,

peningkatan sekresi mukus.

Fase posiktal: Apnea.

i. Keamanan

Gejala: riwayat terjatuh/trauma, fraktur, adanya alergi.

Tanda: trauma pada jaringan lunak/ekimosis, penurunan

kekuatan/tonus otot secara menyeluruh.

j. Interaksi sosial

Gejala : Masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga atau

lingkungan sosialnya.

Pembatasan/penghindaran terhadap kontak sosial.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status

kesehatan atau masalah aktual atau resiko dalam rangka mengidentifikasi

dan menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi,menghilangkan

atau mencegah masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung jawabnya

(Tarwoto dan Wartonah, 2011).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Diagnosa keperawatan kejang demam menurut Nurarif dan kusuma

(2015):

a. Hipertermi.

b. Resiko cidera.

c. Resiko kejang berulang.

3. Perencanaan

Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk

mencegah,menanggulangi atau mengoreksi masalah-masalah yang

diidentifikasi pada diagnosa keperawatan (Aziz, 2008).

Tabel 2.2 Intervensi kejang demam (Nurarif dan Kusuma, 2015).

No Diagnosa keperawatan NOC NIC

1, Hipertermia Thermoregulation Fever treatment


Definisi: Peningkatan Kriteria hasil :  monitor suhu sesering
suhu tubuh diatas  Suhu tubuh dalam mungkin
kisaran normal rentang normal  monitor iwl
 Nadi dan RR dalam  monitot tekanan darah,
Batasan karakteristik
rentang normal. nadi, dan RR
 Konvulsi  berikan anti piretik
 Kulit kemerahan  lakukan tapid sponge
 Peningkatan suhu  kolaborasi pemberian
diatas kisaran cairan intravena.
normal temperatur regulation
 Kejang
 monitor suhu minimal
 Takikardi
tiap 2 jam
 Takipnea
 rencanakan monitoring
 Kulit terasa hangat
suhu secara kontinyu
 monitor TD, nadi, dan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Faktor yang RR
berhubungan:  tingkatkan intake cairan
 berikan antipiretk
 Anoreksia
vital sign monitoring
 Penurunan
respirasi  monitor TD, nadi, suhu,
 Dehidrasi RR.
 Pemajanan  monitor kualitas dari
lingkungan yang nadi
panas  monitor frekuensi dan
 Penyakit irama pernapasan
 Pemakaian pakaian  monitor suhu, warna,
yang tidak sesuai dan kelembapan kulit
dengan suhu  monitor sianosis perifer
lingkungan  identifikasi penyebab
 Peningkatan laju dari perubahan vital
metabolisme sign
 Medikasi
 Trauma
 Aktivitas
berlebihan

2. Resiko cidera NOC NIC


Definisi : Beresiko  Risk kotrol environment management
mengalami cidera kriteria hasil : lingkungan (Manajemen
sebagai akibat kondisi lingkungan)
 Klien terbebas
lingkungan yang - Sediakan lingkungan yang
dari cidera
berinteraksi dengan aman untuk pasien
sumber adaptif dan - Identifikasi kebutuhan
defensif individu keamanan pasien sesuai
Faktor resiko : dengan kondisi fisik dan
 Eksternal fungsi kognitif pasien dan
- Biologis (mis, riwayat penyakit
tingkat imunisasi terdahulu pasien
komunitas, - Menghindari lingkungan
mikroorganisme) yang berbahaya (mis,

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


- Zat kimia (mis, memindahkan perabotan)
racun, polutan, - Memasang side rail
obat, agens farmasi, tempat tidur
alkhol, nikotin, - Menyediakan tempat tidur
pengawet, yang nyaman dan bersih
kosmetik, pewarna) - Menganjurkan keluarga
- Manusia (mis, untuk menemani pasien
agens nasokomial, - Memindahkan barang-
pola ketegangan, barang yang dapat
atau faktor kognitif, membahayakan
afektif, dan
psikomotor)
 Internal
- Profil darah yang
abnormal (mis,
leukositosis/leukop
enia, gangguan
faktor koagualasi,
trombositopenia, sel
sabit, talasemia,
penurunan Hb)
- Disfungsi biokimia
- Usia perkembangan
(fisiologis,
psikososial)
- Disfungsi afektor
- Disfungsi imun-
autoimun
- Disfungsi integratif
- Malnutrisi
- Fisik (mis,
integritas kulit tidak
utuh, gangguan
mobilitas)
- Psikologis
(orientasi afektif)
- Disfungsi sensorik

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


- Hipoksia jaringan
3. Resiko kejang NOC NIC
berulang  akifitas kejang - Kaji faktor pencetus
tidak berulang kejang
 Kriteria hasil - Anjurkan keluarga
 Kejang memantau dan
dapat mengawasi kondisi anak
dikontrol - Observasi tanda-tanda

 Suhu tubuh vital

kembali - Lindungi anak dari

normal trauma
- Kolaborasi pemberian
obat diazepam sesuai
indikasi.

4. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam

rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri

(independen) dan tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri (independen)

adalah aktivitas perawat yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan

sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas

kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil

keputusan bersama, seperti dokter dan petugas kesehatan lain.

5. Evaluasi

Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari

hasilnya. Tinjauannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan

perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan

keperawatan yang diberikan.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain yang dipakai dalam penelitian ini adalah studi kasus, yaitu studi

untuk mengeksplorasi masalah Asuhan Keperawatan pada Anak yang

Mengalami Kejang Demam dengan Masalah Keperawatan Hipertermi di

RSUD Dr. H. Abdul moeloek Bandar Lampung tahun 2017.

B. Batasan Istilah

“Asuhan Keperawatan pada Anak yang Mengalami Kejang Demam

dengan Masalah Keperawatan Hipertermi di RSUD Dr. H. Abdul moeloek

Bandar Lampung Tahun 2017”.

Tabel 3.1 Batasan Istilah


Variable Batasan istilah Cara Ukur
Kejang Demam Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan Wawancara,
suhu tubuh (suhu mencapai) >380C, ditandai
Observasi, rekam
dengan Kejang parsial sederhana tanpa
medik.
gangguan kesadaran (Nurarif dan kusuma,
2015).

Hipertermi Keadaan ketika individu mengalami atau Wawancara, rekam


beresiko mengalami kenaikan suhu tubuh terus-
medik, observasi,
menerus lebih dari 37,80C (1000f) peroral atau
dan, pemeriksaan
38,90C (1010F) per rektal, (Anas Tamsuri,
2012).
fisik.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


C. Partisipan

Partisipan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 klien yaitu Anak

usia 1-4 tahun dengan diagnosa medis kejang demam dengan masalah

keperawatan hipertermi yang diberikan intervensi yang sama. Dalam

penelitian ini pasien yang mengalami masalah hipertermi akan diobservasi

suhu nya sebelum diberikan perlakuan tepid sponge selanjutnya akan

dilanjutkan pemberian perlakuan tepid sponge dalam waktu 20 menit.

Kemudian setelah 15 menit pemberian tepid sponge selesai, suhu klien akan

diobservasi kembali. Penerapan ini dilakukan selama 3 hari dalam satu hari

akan dilakukan 2 kali pengompresan.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Studi kasus pada keperawatan Anak di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H.

Abdul Moelok Bandar Lampung diruang Alamanda pada bulan Juli 2017,

lama waktu sejak klien pertama kali masuk rumah sakit sampai pulang atau

klien yang dirawat minimal 3 hari. Hari pertama pengkajian, hari kedua

menentukan rencana, dan dilanjutkan hari ketiga sampai hari kelima

melakukan implementasi dan evaluasi.

E. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah :

1. Wawancara

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara

mewawancarai langsung responden nyang diteliti, metode ini memberikan

hasil secara langsung (Aziz, 2011).

Hasil anamnesis berisi tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat

penyakit sekarang-dahulu-keluarga. Sumber data didapat dari klien,

keluarga, atau rekam medik dari Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul

Moeloek Ruang Alamanda Bandar Lampung Tahun 2017.

2. Pemeriksaan fisik

Pada Karya Tulis Ilmiah ini penulis melakukan pemeriksaan fisik adanya

tanda-tanda hipertermi hasil pengukuran dengan pendekatan inspeksi dan

palpasi. Inspeksi dengan melihat adanya tanda- tanda kulit kemerahan,

menggigil, malaise/keletihan, dan kejang. Palpasi yaitu kulit terasa hangat,

dan, takikardia (Anas Tamsuri, 2012).

3. Intervensi

Dalam Karya Tulis Ilmiah ini penulis memberikan intervensi sesuai

dengan masalah keperawatan yang dialami kedua klien, klien 1 dengan

masalah keperawatan hipertermi dan resiko kejang berulang, klien 2

dengan masalah keperawatan hipertermi dan resiko cidera. Namun, dalam

karya tulis ilmiah ini penulis lebih menekankan penjelasan tentang

pemberian tepid sponge pada kedua pasien untuk menurunkan suhu tubuh.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


4. Observasi

Mengobservasi suhu tubuh sebelum dan sesudah dilakukan intervensi

tepid sponge, menggunakan termometer digital (aksila) seperti yang sudah

terlampir di lampiran.

5. Studi dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan mengambil

data yang berasal dari dokumen asli. Dokumen asli tersebut dapat berupa

gambar, tabel, atau daftar periksa, dan film dokumentasi (Aziz, 2011).

Studi dokumentasi ini menggunakan rekam medik berupa pemeriksaan

diagnostik dan hasil pemeriksaan laboratorium.

F. Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini adalah :

1. Pengumpulan data

Data dikumpulkan melalui wawancara , observasi , dokumentasi. Hasil

dari pengumpulan data ditulis dalam bentuk catatan lapangan kemudian

disalin dalam bentuk transkip.

2. Mereduksi data

Data dari hasil wawancara dibuat dalam bentuk transkip dan

dikelompokan menjadi data subyektif dan obyektif , dianalisis berdasarkan

hasil pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


3. Penyajian data

Penyajian data dilakukan menggunakan tabel , gambar, bagan maupun teks

naratif. Kerahasian dari klien dijaga dengan membuat nama inisial dalam

identitas klien.

4. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, dibahas dan dibandingkan pada hasil penelitian

terdahulu secara teori dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan

dengan metode induksi. Data yang dikumpulkan terkait proses

keperawatan dari pengkajian Berdasarkan data yang ada, dapat

disimpulkan bahwa pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan

evaluasi.

G. Etik Penelitian

Etika yang mendasari penelitian ini adalah :

1. Informed Consent

Informed consent adalah pilihan sukarela sesorang untuk berpartisipasi

dalam penelitian setelah mendapat penjelasan dan telah memahami

seluruh aspek penelitian yang relevan terhadap keputusannya ntuk

berpartisipasi (Hanafiah, 2012). Saat pengkajian peneliti melakukan

pendekatan kepada klien dan keluarga klien, memberikan penjelasan yang

berkaitan dengan kejang demam, dan penatalaksanaan pada saat klien

mengalami kejang demam. Setelah orang tua memahami salah satu faktor

penyebab terjadinya kejang demam yaitu saat suhu tubuh meningkat, dan

orang tua juga sudah memahami dampak dari peningkatan suhu tubuh

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


pada anak jika terjadi secara terus menerus. Orang tua klien 1 Ny. S dan

klien 2 Ny. S menyetujui semua intervensi yang akan dilakukan

khususnya intervensi tepid sponge untuk menurunkan suhu tubuh pada

anak yang mengalami kejang demam.

2. Self determinan/ otonomi

Menghormati otonomi yang mempersyaratkan bahwa manusia mampu

menalar pilihan pribadinya harus diperlakukan dengan menghormati

kemampuannya untuk mengambil keputusan mandiri (Hanafiah, 2012).

Saat dilakukan pendekatan dan meminta persetujuan dilakukan nya

tindakan keperawatan, peneliti menghormati sepenuhnya keputusan yang

diberikan oleh orang tua klien 1 Ny. S, dan orang tua Klien 2 Ny. S. Hasil

setelah melakukan pendekatan dan menghormati keputusan, kedua orang

tua klien 1 dan 2 menandatangani surat informed consent.

3. Confiedentiality / kerahasiaan

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi yang telah dikumpulkan

dijamin kerahasiaannya oleh peneliti (Aziz, 2012). Saat penelitian

peneliliti memberikan jaminan kerahasiaan bahwa data yang dikumpulkan

hanya untuk kepentingan penelitian. Peneliti menghargai semua informasi

tentang pasien tidak untuk disebarluaskan secara tidak tepat, tidak ada

seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan

oleh klien dengan bukti persetujuan.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


4. Beneficience /berbuat baik

Berbuat baik menyangkut kewajiban membantu orang lain, dilakukan

dengan mengupayakan manfaat maksimal dengan kerugian minimal.

Prinsip ini tidak merugikan (primum non nocere, firs no harm, non

malefecience) yang menyatakan bahwa jika orang tidak dapat melakukan

hal-hal yang bermanfaat setidaknya jangan merugikan orang lain,

(Hanafiah, 2012). Saat penelitian peneliti menjaga keselamatan klien 1

dan klien 2, mencegah terjadinya bahaya yang mengancam, seperti tetap

memasang pengahalang tempat tidur (side trail), memberikan intervensi

tepid sponge untuk menurunkan suhu tubuh, didapatkan penurunan suhu

tubuh secara signifikan setelah diberikan intervensi tepid sponge. tanpa

mengabaikan pengobatan yang dianjurkan dokter yaitu tetap diberikan

pemberian anti piretik setelah intervensi tepid sponge untuk mencegah

terjadinya vasokontriksi (menggigil) pada kedua klien.

5. Veracity/kejujuran

Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling percaya.

Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif.

(Hanafiah, 2012).

Saat penelitian peneliti membina hubungan saling percaya dan terbuka

pada orang tua klien,s mendengarkan keluhan yang berkaitan dengan

kondisi klien 1 dan klien 2, dan menjawab dengan jujur sesuai kondisi

yang dialami klien 1 dan 2. Menjelaskan bahwa kejang demam yang

dialami klien 1 dan 2 disebabkan oleh kenaikan suhu secara mendadak

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


yang berkaitan dengan infeksi virus dan bakteri. Virus dan bakteri ini

menyerang Sel darah putih yang ada sebagai sistem pertahanan tubuh,

syakni melawan bakteri, virus, dan mikroorganisme (leukosit), lemahnya

sistem pertahan tubuh kedua klien menyebabkan peningkatan suhu tubuh.

6. Justice / keadilan

Justice merupakan prinsip moral berlaku adil untuk semua individu.

Tindakan yang dilakukan untuk semua orang sama. Tindakan yang sama

tidak selalu identik, tetapi dalam hal ini persamaan berarti mempunyai

konstribusi yang relatif sama untuk kebaikan kehidupan seseorang

(Suhaemi dan Mimin, 2014). Saat penelitian peneliti bertindak adil dalam

merawat klien 1 dan 2. Menberikan asuhan keperawatan sesuai dengan

masalah keperawatan yang dialami klien. Klien 1 diberikan intervensi

keperawatan sesuai masalah yang dialaminya, yaitu hipertermi dan resiko

kejang berulang. Klien 2 diberikan intervensi keperawatan dengan

masalah keperawatan hipertermi dan resiko cidera, asuhan keperawatan

pada kedua klien dilakukan secara menyeluruh, biologis-psikologis-

sosial-spiritual.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Lokasi Pengambilan Data

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Bandar


Lampung terletak di Jalan Dr. Rivai 6, Penengahan Bandar Lampung.
didirikan pada tahun 1941 oleh pemerintah Hindia Belanda. Rumah sakit
ini merupakan rumah sakit rujukan tertinggi di Provinsi Lampung
berdasarkan SK Menkes RI Nomor: HK.03.05/1/2603/08 tanggal23 Juli
2008 sebagai rumah sakit kelas B pendidikan. Luas tanah Rumah sakit
umum daerah Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung ialah 81.486 m2
dengan luas bangunan 39.043 m2 dengan luas. Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung memiliki beberapa
ruangan salah satunya Ruang Alamanda yang terdiri dari ruang kepala
ruangan, ruang koordinator, ruang perawat, ruang Dokter, Ruang kelas 1
terdiri dari empat ruangan dengan fasilitas satu kamar terdapat dua bed,
Tv, Kulkas, AC, dan kamar mandi. Ruang kelas 2 terdiri dari 3 ruangan
dengan fasilitas satu kamar terdapat 2 bed, AC, dan kamar mandi. Kelas 3
zaal 1dan2 terdapat 9 bed, dan dua kamar mandi.
Berdasarkan surat keputusan Gubernur Lampung Nomor 44 tahun
2009, RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung memiliki visi
sebagai rumah sakit profesional kebanggan masyarakat Lampung, serta
memiliki misi memberikan pelayanan prima di segala bidang,
menyelenggarakan dan kembangkan pusat-pusat pelayanan unggulan,
membentuk sumber daya manusia profesional bidang kesehatan,
menjadikan pusat penelitian bidang kesehatan.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


2. Pengkajian

a. Identitas Klien

Klien 1 klien 2
Tanggal masuk RS : 12 Juni 2017 Tanggal masuk RS : 10 juli 2017
Ruang Rawat: Alamanda zaal 1 Ruang rawat: Alamanda zaal 2
Tanggal pengkajian: 13 Juli 2017 Tanggal pengkajian : 15 Juli 2017
No Register : 00.50.86.05 No. Register: 00.33.27.32

Tabel 4.1 Pengkajian


Identitas Klien Klien 1 Klien 2

Nama pasien An. A An. Y

Tanggal lahir/umur 2 Juli 2015/2 tahun 11hari 13 Juli 2011/4 tahun 2 hari

Agama Islam Islam

Pendidikan Belum sekolah Belum sekolah

Alamat Jl. Sultan Sisinga Jl. Lobak No. 40 lk.III


mangaraja Kec. Tanjung Jagabaya II Kec.
Karang Barat Kab/Kota Sukarame, Bandar
Bandar Lampung Lampung

Nama ayah Tn. I Tn. A

Umur 22 Tahun 52 Tahun

Agama Islam Islam

Pekerjaan Buruh Wiraswasta

Pendidikan SMP SMA

Nama ibu Ny. S Ny. S

Umur 21 Tahun 42 Tahun

Agama Islam Islam

Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Ibu rumah tangga

Pendidikan SMP SMA

Diagnosa Medis Kejang Demam Sederhana Kejang Demam Sederhana

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


b. Riwayat Penyakit
Riwayat kesehatan Klien 1 Klien 2

a. Keluhan Utama Demam tinggi. Kejang demam


Ibu klien mengatakan anak Ibu klien mengatakan
nya mulai pagi tadi demam anaknya demam sejak ±1
tinggi, suhu nya naik tidak Jam yang lalu, suhu nya
menentu, sudah diberikan naik terus menerus,
obat penurun panas sampai sekarang belum
paracetamol syrup, tetapi turun juga, sudah
badan nya masih teraba diberikan parasetamol
hangat, ibu klien syrup untuk menurunkan
mengatakan khawatir demam. tetapi badan nya
biasanya An.A mengalami masih teraba hangat, ibu
kejang saat suhu tubuh klien mengatakan saat
meningkat, saat pengkajian suhu naik An. A
didapatkan Suhu 38,80C mengalami kejang. Saat
klien teraba hangat, pengkajian didapatkan
TD: 90/60 mmHg suhu 39,30C klien teraba
RR: 26 x/menit hangat,
Nadi: 92 x/menit TD: 100/70 mmHg
RR: 28 x/menit
Nadi: 96 x/menit dan
mengalami kejang, saat
kejang tangan klien
melipat, kaki klien kaku,
menghentak hentak, gigi
klien terkatup rapat, saat
kejang klien tidak
mengalami penurunan
kesadaran, setelah kejang
berhenti tatapan klien
kosong selama 1 menit
lalu menangis, klien
kejang < 5 menit.

b. Riwayat penyakit Ibu klien mengatakan anak Ibu klien mengatakan anak
sekarang nya demam (suhu tidak nya demam (suhu ridak
terkaji) sejak tanggal 11 terkaji) dan mengalami
juni 2017, kemudian oleh kejang < 5 menit sejak
ibunya dibawa ke tanggal 8 juni 2017,
puskesmas dan mendapat kemudian oleh ibunya
obat parasetamol syrup dibawa ke puskesmas dan
tetapi demam tidak turun mendapat obat
juga. Pada waktu malam parasetamol syrup dan
hari jam 19.00 wib klien obat kejang (ibu lupa

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


mengalami kejang ± 2 nama obatnya) setelah
menit lalu oleh ibunya diberi obat, kejang tidak
dibawa ke IGD RSUD Dr. berulang lagi tetapi
H. Abdul moeloek hasil S: demam tidak turun juga.
38,60C N: 120X/menit RR: Pada sore hari tanggal 10
30 X/menit. Setelah itu juli pukul 17.00 wib klien
dirawat diruang alamanda mengalami kejang < 3
zaal 2 menit lalu oleh ibunya
dibawa ke IGD RSUD Dr.
H. Abdul Moeloek hasil S:
39,00C N: 124X/menit
RR: 32 X/menit. Setelah
itu dirawat diruang
alamanda zaal 1

c. Riwayat penyakit Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan


dahulu Klien pernah pernah sebelumnya An. Y pernah
mengalami kejang saat mengalami kejang saat
usia 22 bulan , dibawa oleh usia 13 bulan.
ibu ke puskesmas, hanya An.Y pernah mengalami
rawat jalan. demam, dan pernah
An A pernah mengalami mimisan. An.Y belum
demam, dan tidak pernah pernah dioperasi dan
mengalami mimisan. sebelumnya di usia 13
An. A belum pernah di bulan pernah dirawat di
operasi, dan pernah RS Abdul moeloek selama
dirawat di RS Tjokrodipo 1 minggu karena kejang,
yang dirujuk oleh Bidan pulang dengan keadaan
karena An. A lahir dengan sembuh.
keadaan asfiksia dirawat
selama satu minggu keluar
dari rumah sakit dengan
keadaan sehat. Dilihat dari
hasil buku posyandu
(KMS) yang dibawakan
oleh Ny. S terdapat garis
menurun, An. A
mempunyai riwayat
kurang gizi pada usi 7-18
bulan.
d. Riwayat keluarga Ibu klien mengatakan di Ibu klien mengatakan di
keluarga nya ayah An.A keluarga nya belum ada
mempunyai riwayat kejang yang mengalami kejang
saat usia 3 tahun, tetapi di demam, juga tidak ada
dalam keluarga tidak ada yang mengalami penyakit
yang mengalami penyakit yang menular dan kronis
yang menular dan kronis seperti darah tinggi dan
seperti darah tinggi, dan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


diabetes militus. deabetes militus

Genogram klien 1

Bagan 4.1 Genogram klien 1

2 thn

Genogram klien 2

Bagan 4.2 Genogram klien 1

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


4thn
thn

Keterangan :

: laki-laki : menikah

:perempuan : keturunan

: klien

: meninggal ------- : tinggal satu rumah

c. Riwayat kehamilan dan kelahiran


(jika usia anak kurang dari 2 tahun, klien ke 2 tidak dimasukkan
pengkajian riewayat kehamilan dan kelahiran karena sudah memasuki
usia 4 tahun)
1) Selama kehamilan
Ny. S selama kehamilan melakukan ANC 3 kali selama kehamilan,
imunisasi tetanus toksoid (TT) 1 kali selama hamil, Ny.S hanya
mengeluh mual muntah biasa di pagi hari, nutrisi saat hamil baik
Ny.S mengonsumsi nasi, sayur, lauk pauk,buah,dan susu.
2) Saat kelahiran
Ny. S melakukan persalinan dibantu oleh bidan A dengan usia
kehamilan 9 bulan, jenis persalinan normal, kondisi saat
melahirkan Ny. S mengalami ketuban pecah dini, An. A langsung

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


dirujuk ke RS. Tjokrodipo karena mengalami asfiksia, berat badan
dan panjang badan saat lahir 2,8 kg/49cm.
d. Riwayat imunisasi (jika usia anak kurang dari 2 tahun, kecuali klien 2

tidah ada data pengkajian riwayat imunisasi karena sudah memasuki

usia 4 tahun) .

Klien 1

No Jenis Usia

1 BCG 2 bulan

2 DPT-1 2 bulan

3 DPT-2 4 bulan

4 DPT-3 6 bulan

5 POLIO-1 2 bulan

6 POLIO-2 4 bulan

7 POLIO-3 6 bulan

8 POLIO-4 18 bulan

9 HEPATITIS-1 0 bulan

10 HEPATITIS-2 1 bulan

11 HEPATITIS-3 5 bulan

12 CAMPAK 9 bulan

e. Riwayat usia anak (jika usia anak kurang dari 2 tahun, kecuali klien 2

tidak ada data pengkajian riwayat usia anak karena sudah memasuki

usia 4 tahun).

1) Miring Usia 2 bulan

2) Tengkurap Usia 3 bulan

3) Merangkak Usia 6 bulan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


4) Tumbuh gigi pertama Usia 9 bulan

5) Berdiri Usia 18 bulan

6) Bicara Usia 18 bulan

7) Berjalan Ny. S mengatakan An. A belum bisa berjalan,


An.A baru belajar berjalan merambat dengan
berpegangan tembok

f. Pola kebutuhan sehari- hari

Pola kesehatan Klien 1 klien 2

Pola nutrisi Saat sakit An. A makan habis 6 An. Y makan 5 sendok, frekuensi
sendok dengan frekuensi makan 3 makan 3 kali sehari, saat makan
kali sehari, saat makan tidak ada tidak ada keluhan, dan tidak ada
keluhan dan tidak ada yang yang dimuntahkan. An. Y tidak
dimuntahkan An. A tidak ada ada alergi makanan. BB sebelum
alergi makanan. BB sebelum sakit dan saat sakit 16 kg, tidak ada
9 kg, saat sakit 8 kg penurunan BB.

Pola cairan Klien saat sakit minum 2 gelas Klien saat sakit minum 5 gelas
sehari ±480cc/hari, susu 2 botol sehari ±1200 cc/hari, infus
480 cc/hari. asering faktor tetes mikro 720
Infus asering faktor tetes mikro cc/hari
240 cc/24 jam

Pola eliminasi a. BAK: ibu klien mengatan An.A BAK: Ibu klien mengatakan An.
masih menggunkan pampers, Y BAK 4 kali dalam sehari ± 800
frekuensi mengganti pampers 4 cc/hari warna kuning jernih, tidak
kali dalam sehari ± 800 cc/ hari
ada keluhan saat BAK.
warna kuning jernih tidak ada
keluhan saat BAK.
BAB: Ibu klien mengatakan An.
b. BAB: Ibu klien mengatakan An.A
belum pernah BAB selama di RS Y Selama di RS belum BAB
c.
d. IWL= (30- usia)xBB
e. = (30-2) x 7,8
f. = 218 cc/hari o. IWL = (30- usia)xBB
=(30-4) x 16

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


= 416 cc/hari

g. Input cairan:
h. Minum= 480 cc
i. Susu= 480
j. Infus= 240 cc/hari
k. Air Metabolisme=112 cc+ (8 input cairan:
ccXBB)
l. = 112 CC + (8 cc X 7,8) minum= 1200 cc/hari
m. = 174
n. infus= 480 cc

p. Air Metabolise = 112 cc+ (8 ccX


IWL jika suhu naik BB)
q. = 112 cc + (8 cc X 16)
= iwl+200(suhu tinggi-36,80C) = 240

= 218+200 (38,80C-36,80C)

= 218+200(2)

= 618 cc/hari

IWL jika suhu naik

= iwl+200(suhu tinggi-36,80C)

Output = 416+200 (39,30C-36,80C)

Urin= 600 cc = 416+200(2,5)

IWL= 618cc/hari = 916cc/hari

Balance cairan = input- output

=1374-1218 Output

= 156cc/ hari Urin=800 cc/hari

IWL= 916 cc/hari

Balance cairan =input- output

= 1920-1716

= 204cc/ hari

Pola tidur Saat sakit An. A tidur selama 6 Saat sakit An. Y tidur selama 6
jam saat malam hari, dan siang jam saat malam hari, dan siang

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


hari 2 jam hari 1 jam

Pola hygiene tubuh Saat sakit An. A hanya dilap-lap Saat sakit An. Y hanya dilap-lap
saja oleh ibu nya dengan kain saja oleh ibu nya dengan kain
basah basah

Pola aktivitas Saat Saat sakit An. A tidak dapat Saat Saat sakit An. Y tidak dapat
bermain karena harus istirahat, bermain karena harus istirahat.
An. A hanya beraktivitas diatas An. A hanya beraktifitas ditempat
tempat tidur, bergurau dengan tidur, sesekali bermain mobil-
kakak sepupu nya. mobilan dengan ayah nya, diatas
tempat tidur

Kondisi Psikososial Saat sakit An. A lebih dekat Saat sakit An. Y lebih dekat
dengan orang tuanya, dengan tim dengan orang tuanya, dengan tim
kesehatan An. A ada rasa takut. kesehatan An. Y tidak ada rasa
takut.

g. Pemeriksaan fisik umum

Pemeriksaan Fisik Umum Klien 1 Klien 2

a. Pengukuran Pertumbuhan
1. Tinggi badan 72 cm 98 cm

2. BB sebelum sakit 9 kg 16 kg

3. BB saat sakit 7,8 kg 16 kg

4. Status Gizi IMT: 8 : (0,72)2 IMT: 16:(0,98)2=


=16 17

5. Lingkar kepala 43 cm 45 cm

6. Lingkar dada 38 cm 49 cm

b. Pengukuran perkembangan
1. Motorik kasar An. A mampu An. Y mampu
memegang botol makan sendiri,
susu nya tanpa memegang sendok,
terjatuh dan mengambil
minum

2. Motorik halus An. A belum mampu An. Y makan


berjalan, sendiri
An. A masih belajar menggunakan
jalan merambat sendok dan garpu,
berpegangan dengan membawa wadah
tembok, An. A tanpa

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


sudah bisa menumpahkannya
menggoyangkan ibu
jari
3. Bahasa dan kognitif An. A mampu An. Y mampu
memanggil ibu, Menjawab
ayah, dan nenek pertanyaan “siapa,
An. A mampu mengapa, dimana”
menolak hal yang
tidak diinginkan Bertanya
pertanyaan
“kapan,bagaimana”

Menunjukkan dan
menyebutkan
anggota tubuh nya.

4. Kemandirian dan bergaul Mengambil gelas An. Y mampu


dari meja untuk mencuci tangan,
dimunum kemudian dan makan sendiri
meletakkannya dengan rapih, klien
kembali, klien mampu
mampu berinteraksi berinteraksi dengan
dengan pasien lain pasien lain dan
perawat

c. Keadaan Umum
1. Tingkat kesadaran Komposmentis Komposmentis

2. Tekanan Darah 90/60 mmHg 100/70 mmHg

3. Nadi 92 x/m 96 x/menit

4. Respirasi 26 x/m 28 x/m

5. Suhu 38,80C 39,30C

h. Pemeriksaan fisik khusus persistem

Pemeriksaan Fisik Khusus Klien 1 Klien 2


persistem
a. Sistem penglihatan An. A fungsi penglihatan An. Y fungsi penglihatan
baik, mata nampak baik, posisi mata simetris,
strabismus , keadaan keadaan kelopak mata
kelopak mata mampu mampu membuka dan
membuka dan menutup, menutup, pergerakan bola
keadaan konjungtiva an mata normal, keadaan
anemis, keadaan kornea konjungtiva an anemis,
normal, keadaan sklera keadaan kornea normal,

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


anikterik, keadaan pupil keadaan sklera anikterik,
normal. Tidak ada tanda- keadaan pupil normal.
tanda peradangan Tidak ada tanda-tanda
peradangan

b. Sistem pendengaran An. A fungsi pendengaran An. Y fungsi pendengaran


baik, posisi telinga baik, posisi telinga simetris,
simetris, keadaan daun keadaan daun telinga
telinga normal, kondisi normal, kondisi telinga
telinga dalam keadan dalam keadan bersih, tidak
bersih, tidak ada cairan ada cairan pada telinga,
pada telinga, tidak ada tidak ada tinitus, tidak ada
tinitus, tidak ada serumen, serumen, tidak ada tanda-
tidak ada tanda-tanda tanda peradangan,
peradangan,
c. Sistem pernafasan An. A tidak bernafas An. Y tidak bernafas
melalui cuping hidung, , melalui cuping hidung,
bentuk dada simetris, bentuk dada simetris, tidak
tidak ada retraksi dada, ada retraksi dada, irama
irama nafas teratur, nafas teratur, kedalaman
kedalaman nafas normal, nafas normal, suara nafas
RR: 26 x/m vesikuler, RR 28 x/m, An.
An. A Batuk tidak Y tidak batuk
berdahak
d. Sistem Kardiovaskuler An. A kekuatan nadi 92 An. Y kekuatan nadi
x/m, irama nadi teratur, 96x/m, irama nadi teratur,
temperatur kulit hangat, temperatur kulit hangat,
warna kulit tidak sianosis, warna kulit tidak sianosis,
tidak oedema, kekuatan tidak oedema, kekuatan
denyut apical 92 x/m, denyut apical 96x/m, irama
irama teratur, tidak ada teratur, tidak ada kelainan
kelainan bunyi jantung, bunyi jantung, tidak ada
tidak ada nyeri dada, tidak nyeri dada, tidak ada
ada distensi vena distensi vena jugularis.
jugularis.
e. Sistem Sirkulasi An. A tingkat kesadaran An. Y tingkat kesadaran
komposmentis E: 4 M:5 komposmentis E: 4 M:5
V:6, tidak ada tekanan V:6, tidak ada tekanan
intrakranial, reflek intrakranial, reflek
fisiologis dan patologis fisiologis dan patologis baik
baik
f. Sistem Pencernaan An. Keadaan mulut bibir An. Y Keadaan mulut sehat
sehat tidak kering, tidak kering, terdapat
terdapat sedikit bintik- sedikit bintik-bintik putih
bintik putih dibagian dibagian tengah lidah, tidak
tengah lidah, tidak ada ada gangguan menelan, an.
gangguan menelan, an. A A tidak mual dan muntah
tidak mual dan muntah saat makan, bising usus

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


saat makan, bising usus 6x/m, keadaan abdomen
5x/m, keadaan abdomen tidak kembung.
tidak kembung.
g. Sistem Endokrin An. A bau nafas normal, An. Y bau nafas normal,
tidak ada pembesaran tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid. kelenjar tiroid.

h. Sistem 1. Fungsi cranial 1. Fungsi cranial


persyarafan/neurologi - Nervus 1 (olfaktorius): - Nervus 1 (olfaktorius):
klien belum dapat klien belum dapat
membedakan bau membedakan bau
- Nervus II (optikus) - Nervus II (optikus)
Penglihatan normal, Mata klien normal,
Mata klien mengalami fungsi penglihatan
strabismus - Nervus III,IV,VI
- Nervus III,IV,VI (Okulomotorius)
(Okulomotorius) Klien mampu
Klien mampu mengangkat bola mata
mengangkat bola mata keatas,reflk pupil
keatas,reflk pupil terhadap cahaya ada.dan
terhadap cahaya bisa menggerakkan
ada.dan bisa mata ke bawah dan
menggerakkan mata kedalam
ke bawah dan kedalam - Nervus V (trigemenus)
- Nervus V (trigemenus) Reflek kedip
Reflek kedip ada,gerakan rahang
ada,gerakan rahang positip
positip - Nervus VI (abdusen)
- Nervus VI (abdusen) Bola mata mampu
Bola mata mampu menjauh kesamping
menjauh kesamping kanan kiri
kanan kiri - Nervus VII (facialis)
- Nervus VII (facialis) Ekspresi wajah senyum,
Ekspresi wajah menutup kelopak mata,
senyum, menutup menjulukan lidah untuk
kelopak mata, membedakan rasa
menjulukan lidah - Nervus VIII (acusticus)
untuk membedakan Pendengaran dan
rasa keseimbangan baik
- Nervus VIII - Nervus IX
(acusticus) (glasofaringeus)
Pendengaran dan Fungsi menelan baik
keseimbangan baik - Nervus X (vagus)
- Nervus IX Mempunyai reflek
(glasofaringeus) muntah
Fungsi menelan baik - Nervus XI(accesorius)
- Nervus X (vagus) Pasien mampu
Mempunyai reflek menggerakkan bahu dan
muntah kuat melawan tahanan
- Nervus XI(accesorius) - Nervus XII (hipoglosus)

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Pasien mampu Pasien
menggerakkan bahu mampumenjulurkan
tetapi tidak kuat lidah ke sisi kanan dan
melawan tahanan kiri
- Nervus XII
(hipoglosus)
Pasien mampu
menjulurkan lidah
i. Sistem Urogenital An. A kebersihan genital An. Y kebersihan genital
bersih, tidak ada kelainan bersih, tidak ada kelainan
genital, tidak ada genital, tidak ada perubahan
perubahan pola kemih, pola kemih, tidak ada
tidak ada keluhan saat keluhan saat BAK, tidak
BAK, tidak ada keluhan ada keluhan distensi
distensi urinaria, An. A urinaria, An. Y tidak
tidak menggunakan menggunakan kateter
kateter
j. Sistem Integumen An. A keadaan rambut An. Y keadaan rambut
bersih, tidak rontok, kulit bersih, tidak rontok, kulit
kepala bersih, keadaan kepala bersih, keadaan
kuku bersih, turgor kulit kuku bersih, turgor kulit
elastis, waran kulit sawo elastis, waran kulit sawo
muda, tidak ada luka, muda, tidak ada luka,
keadaan kulit bersih keadaan kulit bersih teraba
teraba hangat hangat

k. Sistem Muskulokeletal An. A tidak ada kesulitan An. Y tidak ada kesulitan
dalam bergerak, tidak ada dalam bergerak, tidak ada
sakit sendi, tidak ada sakit sendi, tidak ada
fraktur, tidak ada fraktur, tidak ada
kontraktur, tidak ada kontraktur, tidak ada
kelainan bentuk tulang, kelainan bentuk tulang,
tidak ada kelainan sendi, tidak ada kelainan sendi,
kekuatan otot baik kekuatan otot baik

l. Sistem Imunologi An. A tidak ada An. Y tidak ada


pembesaran kelenjar getah pembesaran kelenjar getah
bening bening

i. Hasil pemeriksaan laboratorium

Klien 1 pemeriksaan laboratorium tanggal: 12/07/2017


Klien 2 pemeriksaan laboratorium tanggal: 15/07/2017
Parameter Hasil klien 1 Hasil klien 2 Nilai rujukan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Hematologi

Hemoglobin 14 13,6 L:14,0-18,0

P: 12,0-16,0

Leukosit 13.500 15.800 4800-10.800/mm3

Eritrosit 4,7 4,3 L: 4,7-6,1 juta/ul

P: 4,2-5,4 juta/ul

Hematokrit 27 33 L: 42-52

P: 37-47

Trombosit 350.000 301.000 150.000-450.000/µL

MCV 59 76 79-99 Fl

MCH 28 27 27-31 pg

MCHC 31 35 30-35 g/dl

Hitungan jenis

- Eosinofil 0 0 0-8

- Batang 0 0 0-8

- Segmen 51 86 17-60

- Limfosit 41 7 20-70

- monosit 8 7 1-11

LED 70 75 0-10 mm/jam

j. Pengobatan/Terapi
Klien 1

No Tanggal Jenis terapi Dosis dan cara Waktu


pemberian pemberian/hari

1 12 Juli 2017 Stesoid diazepam 5 ml/2,5 ml/rectal Saat kejang

2 12 Juli 2017 Paracetamol syrup 120 mg/ 5 ml/oral 3 kali sehari

3 12 Juli 2017 Ceftriaxone 40 mg/IV 2 kali sehari

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Klien 2

No Tanggal Jenis terapi Dosis dan cara Waktu


pemberian pemberian/hari

1 15 Juli 2017 Stesoid diazepam 5 ml/5 ml/rectal Saat kejang

2 15Juli 2017 Paracetamol syrup 120 mg/ 10 ml/oral 3 kali sehari

3 15 Juli 2017 Ceftriaxone 40 mg/IV 2 kali sehari

3. Analisa Data

Analisa Data Etiologi Masalah

Klien 1

Data subjektiF; Infeksi bakteri virus dan Hipertermi


- Ibu klien mengatakan parasit
anak nya mulai pagi tadi
demam tinggi, suhu nya
naik tidak menentu, sudah
Reaksi inflamasi
diberikan obat penurun
panas paracetamol syrup,
tetapi badan nya masih
teraba hangat Proses demam

Data objektif:

- Saat pengkajian
didapatkan Suhu 38,80C
klien teraba hangat.
- Leukosit 13.500 mm3
(4.800-10.800/mm3)
Data subjektif:
- Ibu klien mengatakan Hipertermi Resiko keJang berulang
anak nya mulai pagi tadi
demam tinggi, suhu nya
naik tidak menentu, sudah
Perubahan konsentrasi
diberikan obat penurun
panas paracetamol syrup, ion diruang ekstraseluler
tetapi badan nya masih
teraba hangat, ketidakseimbangan
potensial membran ATP
- Ibu klien mengatakan ASE
khawatir biasanya An.A
mengalami kejang saat
suhu tubuh meningkat,
Pelepasan muatan listrik

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


semakin meluas
keseluruh tubuh sel
Data objektif: maupun membran sel
sekitarnya
- Saat pengkajian
didapatkan Suhu 38,80C
klien teraba hangat.
Klien 2

Data subjektif:
- Ibu klien mengatakan Infeksi bakteri virus dan
anaknya demam sejak 1 parasit Hipertermi
Jam yang lalu, suhu nya
naik terus menerus,
sampai sekarang belum
turun juga, sudah Reaksi inflamasi
diberikan parasetamol
syrup untuk menurunkan
demam. Tetapi badan nya Proses demam
masih teraba hangat,

- Ibu klien mengatakan


saat suhu naik An. A
mengalami kejang.

Data objektif:

- Saat pengkajian
didapatkan suhu 39,30C
klen teraba hangat

- Leukosit 15.800
(4.800-10.800/mm3)
Data subjektf: Hipertermi Resiko cidera

- Ibu klien mengatakan


anaknya demam sejak 1
Ketidakseimbangan
Jam yang lalu, suhu nya
naik terus menerus, potensial membran ATP
sampai sekarang belum ASE
turun juga
- Ibu klien mengatakan saat
suhu naik An. A Pelepasan muatan listrik
mengalami kejang. semakin meluas
keseluruh sel maupun
Data objektif: membran sekitarnya

- Saat pengkajian
didapatkan suhu 39,30C Kejang

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


klen teraba hangat, dan
mengalami kejang,
- Saat kejang tangan klien Kontraksi otot
melipat, kaki klien kaku,
meningkat
menghentak hentak, gigi
klien terkatup rapat, saat
kejang klien tidak
mengalami penurunan
kesadaran, setelah kejang
berhenti tatapan klien
kosong selama 1 menit
lalu menangis, klien
kejang < 5 menit.

4. Perencanaan

Tabel 4.2 Intervensi


DIAGNOSIS KEPERAWATAN INTERVENSI
(Tujuan, kriteria hasil) (NIC)

Klien 1

Hipertermi b.d proses inflamasi penyakit 1. Monitor suhu sesering


(kejang) mungkin
2. Monitor tekanan darah, nadi,
Setelah dilakukan perawatan selama 3 X 24 jam dan RR
klien menunjukkan 3. Lakukan tepid sponge
4. Berikan antipiretik
5. Tingkatkan intake cairan
NOC 6. Kolaborasi pemberian cairan
- Suhu tubuh dalam rentang normal (36,8- intravena
37,20C)
- Nadi dan RR dalam rentang normal
Resiko kejang berulang b.d hipertermi - Kaji faktor pencetus kejang
- Anjurkan keluarga memantau
Setelah dilakukan perawatan selama 3 X 24 jam dan mengawasi kondisi anak
klien menunjukkan akifitas kejang tidak - Observasi tanda-tanda vital
berulang.
- Lindungi anak dari trauma
- Kolaborasi pemberian obat
NOC: diazepam sesuai indikasi.
- Kejang dapat dikontrol
- Suhu tubuh kembali normal
Klien 2

Hipertermi b.d proses inflamasi penyakit


(kejang)
1. Monitor suhu sesering
mungkin
Setelah dilakukan perawatan selama 3 X 24 jam

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


klien menunjukkan 2. Monitor tekanan darah, nadi,
NOC dan RR
- Suhu tubuh dalam rentang normal (36,8- 3. Lakukan tepid sponge
37,20C) 4. Berikan antipiretik
- Nadi dan RR dalam rentang normal 5. Tingkatkan intake cairan
6. Kolaborasi pemberian cairan
intravena
Resiko cidera b.d peningkatan kontraksi otot 1. Sediakan lingkungan yang
aman untuk pasien
Setelah dilakukan perawatan selama 3 X 24 jam
2. Identifikasi kebutuhan
klien menunjukkan
NOC keamanan pasien sesuai
- Klien terbebas dari cidera dengan kondisi fisik dan
fungsi kognitif pasien dan
riwayat penyakit terdahulu
pasien
3. Menghindari lingkungan yang
berbahaya (mis,memindahkan
perabotan)
4. Memasang side rail tempat
tidur
5. Menyediakan tempat tidur
yang nyaman dan bersih
6. Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien
7. Memindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan

5. Pelaksanaan

Tabel 4.3 Pelaksanaan


Diagnosa 15 juni 2017 16 juni 2017 17 juni 2017
keperawatan
Klien 1 Implementasi Implementasi Implementasi

08.00 08.00 08.00

Memonitor suhu Memonitor suhu Memonitor suhu


R: Klien mau diukur R: Klien mau R: Klien mau
suhu nya diukur suhu nya diukur suhu nya

H: Suhu klien 38,40C H: Suhu klien H: Suhu klien

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


38,10C 37,90C

08.05 08.05 08.05

Memonitor tekanan Memonitor Memonitor


darah, nadi, dan RR tekanan darah, tekanan darah,
nadi, dan RR nadi, dan RR

R: Klien bersedia R: Klien bersedia


R: Klien bersedia diukur TTV nya diukur TTV nya
diukur TTV nya
H: TD 90/60 H: TD 90/60
H: TD 90/65 mmHg mmHg mmHg

RR :27 x/menit RR :24 x/menit RR :22 x/menit

N: 104 x/ menit N: 100 x/ menit N: 102 x/ menit

08.15 08.15 08.15

Melakukan tepid Melakukan tepid Melakukan tepid


sponge sponge sponge
R: An. A bersedia R: An. A R: An. A
diberi kompres tepid bersedia diberi bersedia diberi
sponge melalui motorik kompres tepid kompres tepid
halusnya dengan meng sponge melalui sponge melalui
angguk kan kepala motorik halusnya motorik halusnya
nya dengan meng dengan meng
H: Klien 2 kali di angguk kan angguk kan
kompres tepid sponge kepala kepala
selama 20 menit
H: Klien 2 kali H: Klien 2 kali di
di kompres tepid kompres tepid
sponge selama 20 sponge selama 20
menit menit

08.35 08.35 08.35

Memonitor suhu tubuh Memonitor suhu Memonitor suhu


R : Klien mau diukur tubuh tubuh
suhu tubuh nya R : Klien mau R : Klien mau
H: Setelah 30 diukur suhu tubuh diukur suhu tubuh
menitklien di kompres nya nya
tepid sponge suhu klien H: Setelah 30 H: Setelah 30
37,60C menitklien di menitklien di
kompres tepid kompres tepid
sponge suhu klien sponge suhu klien
37,40C 37,20C

08..40 08.40 08.40

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Memonitor tekanan Memonitor Memonitor
darah, nadi, dan RR tekanan darah, tekanan darah,
nadi, dan RR nadi, dan RR
R: Klien bersedia
diukur ttv nya R: Klien bersedia R: Klien bersedia
diukur ttv nya diukur ttv nya
H:TD 90/65 mmHg
H:TD 90/60 H:TD 90/60
RR :26 x/menit mmHg mmHg

N: 96 x/ menit RR :25 x/menit RR :25 x/menit

N: 94x/ menit N: 96 x/ menit

09.00 09.00 09.00

Berkolaborasi Memberikan Memberikan


pemberian cairan antipiretik antipiretik
intravena Paracetamol syrup Paracetamol syrup
R: Keluarga klien 125 mg/ 5 ml per 125 mg/ 5 ml per
bersedi An. A di infus oral oral
H: terpasang infus R: Klien mau R: Klien mau
asering 10 tpm minum obat minum obat
H: Klien minum H: Klien minum
paracetamol syrup paracetamol syrup
5 ml per oral 5 ml per oral

09.00 09.10 09.10

Memberikan antipiretik Meningkatkan Meningkatkan


Paracetamol syrup 125 intake cairan intake cairan
mg/ 5 ml per oral R: Klien mau R: Klien mau
R: Klien mau minum minum minum
obat H: Klien minum H: Klien minum
H: Klien minum sediki dikit tapi sediki dikit tapi
paracetamol syrup 5 ml sering sudah habis sering sudah habis
per oral satu setengah satu setengah
gelas 280 cc gelas

09.10

Meningkatkan intake
cairan
R: Klien mau minum
H: Klien minum sediki
dikit tapi sering sudah
habis satu gelas 240 cc
Klien 2 Implementasi Implementasi Implementasi

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


08.00 08.00 07.00

Memonitor suhu Memonitor suhu Memonitor suhu


R: Klien mengatakan R: Klien mau R: Klien mau
mau diukur suhu nya diukur suhu nya diukur suhu nya
H: Suhu klien 38,50C H: Suhu klien H: Suhu klien
38,30C 38,00C

07.05 07.05 07.05

Memonitor tekanan Memonitor Memonitor


darah, nadi, dan RR tekanan darah, tekanan darah,
nadi, dan RR nadi, dan RR
R: Klien bersedia
diukur TTV nya R: Klien bersedia R: Klien bersedia
diukur TTV nya diukur TTV nya
H: TD 100/65 mmHg
H: TD 95/60 H: TD 95/65
RR :26 x/menit mmHg mmHg

N: 110 x/ menit RR :24 x/menit RR :24 x/menit

N: 104 x/ menit N: 102x/ menit

07.15 07.15 07.15

Melakukan tepid Melakukan tepid Melakukan tepid


sponge sponge sponge
R: An. Y mengatakan R: An. Y R: An. Y
bersedia diberi mengatakan mengatakan
kompres tepid sponge bersedia diberi bersedia diberi
H: Klien 2 kali di kompres tepid kompres tepid
kompres tepid sponge sponge sponge
selama 20 menit H: Klien 2 kali di H: Klien 2 kali di
kompres tepid kompres tepid
sponge selama 20 sponge selama 20
menit menit

07.35 07.35 07.35

Memonitor suhu tubuh Memonitor suhu Memonitor suhu


R : Klien mau diukur tubuh tubuh
suhu tubuh nya R : Klien mau R : Klien mau
H: Setelah 15 diukur suhu tubuh diukur suhu tubuh
menitklien di kompres nya nya
tepid sponge suhu klien H: Setelah 15 H: Setelah 15
37,50C menitklien di menitklien di
kompres tepid kompres tepid
sponge suhu klien sponge suhu klien
37,40C

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


37,10C

07.40 07.40 07.40

Memonitor tekanan Memonitor Memonitor


darah, nadi, dan RR tekanan darah, tekanan darah,
nadi, dan RR nadi, dan RR
R: Klien bersedia
diukur TTV nya R: Klien bersedia R: Klien bersedia
diukur TTV nya diukur TTV nya
H: TD 95/65 mmHg
H: TD 100/65 H: TD 100/65
RR :24 x/menit mmHg mmHg

N: 92 x/ menit RR :22x/menit RR :20 x/menit

N: 90x/ menit N: 20 x/ menit

08.15 15.55 11.00

Berkolaborasi Memberikan Memberikan


pemberian cairan antipiretik antipiretik
intravena Paracetamol syrup Paracetamol syrup
R: Keluarga klien 125 mg/ 5 ml per 125 mg/ 5 ml per
bersedi An. A di infus oral oral
H: terpasang infus R: Klien mau R: Klien mau
asering 20 tpm minum obat minum obat
H: Klien minum H: Klien minum
paracetamol syrup paracetamol syrup
5 ml per oral 5 ml per oral

15.55 16.00 15.55

Memberikan antipiretik Meningkatkan Meningkatkan


Paracetamol syrup 125 intake cairan intake cairan
mg/ 5 ml per oral R: Klien mau R: Klien mau
R: Klien mau minum minum minum
obat H: Klien minum H: Klien minum
H: Klien minum sediki dikit tapi sediki dikit tapi
paracetamol syrup 5 ml sering sudah habis sering sudah habis
per oral satu setengah satu setengah
gelas 280 cc gelas

16.00

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Meningkatkan intake
cairan
R: Klien mau minum
H: Klien minum sediki
dikit tapi sering sudah
habis satu setengah
gelas 280 cc

6. Evaluasi

Tabel 4.4 Evaluasi


Evaluasi Hari 1 Hari 2 Hari 3

Klien 1 S: S: S:

Diagnosis 1 - Ibu klien - Ibu klien - Ibu klien


mengatakan anak mengatakan mengatakan anaknya
nya rewel karena anaknya masih masih demam
suhu nya panas. demam

O:
O:
- An. A bersedia
- An. A bersedia O: diberi kompres tepid
diberi kompres tepid sponge melalui
sponge melalui - An. A bersedia motorik halusnya
motorik halusnya diberi kompres dengan meng
dengan meng tepid sponge angguk kan kepala
angguk kan kepala melalui motorik
halusnya dengan - Klien 2 kali di
- TTV sebelum diberi meng angguk kan kompres tepid
tepid sponge Suhu kepala sponge selama 20
38,40C TD 90/65 menit
mmHg - TTV sebelum
RR:27 x/menit diberikantepid
spongesuhu - Klien minum sediki
N: 104 x/ menit 38,10C, 90/60 dikit tapi sering
mmHg sudah habis satu
RR:24 x/menit gelas 240 cc

- Klien 2 kali di N: 100 x/ menit - TTV sebelum


kompres tepid diberikan tepid
sponge selama 20 - Klien 2 kali di sponge suhu 37,90C
menit kompres tepid TD 90/60 mmHg
sponge selama 20 RR :22 x/menit
- Setelah 15 menit meni
diberikan intervensi - Setelah 15 menit N: 102 x/ menit
tepid sponge suhu diberikan
klien 37,60C TD intervensitepid
90/65 mmHg spongesuhu klien - Setelah 15 menit
RR :26 x/menit 37,40C TD 90/60 diberikan intervensi
N: 96 x/ menit mmHg tepid sponge suhu

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


RR: 25 x/menit klien 37,20C TD
- Klien minum N: 94x/ menit 90/60 mmHg
parasetamol syrup 5 RR :25 x/menit
ml per oral - Klien minum N: 96 x/ menit.
parasetamol syrup
- Klien minum sediki 5 ml per oral
dikit tapi sering A: Masalah hipertermi
sudah habis satu - Klien minum teratasi
gelas 240 cc sediki dikit tapi
sering sudah habis
- Terpasang infus satu setengah gelas
asering 10 tpm 280 cc P: Lanjutkan intervensi
untuk mempertahankan
suhu tubuh tetap normal
A : Masalah hipertermi A: Masalah hipertermi
teratasi teratasi

1. Monitor suhu
sesering mungkin
P : Lanjutkan intervensi P: Lanjutkan intervensi 2. Monitor tekanan
untuk mempertahankan untuk mempertahankan darah, nadi, dan RR
suhu tubuh suhu tubuh 3. Tingkatkan intake
cairan
1. Monitor suhu 1. Monitor suhu 4. Berkan antipiretk
sesering mungkin sesering dan tepid sponge
2. Monitor tekanan mungkin jika suhu naik lagi
darah, nadi, dan 2. Monitor
RR tekanan darah,
3. Lakukan tepid nadi, dan RR
sponge dan 3. Lakukan tepid
berikan antipiretik sponge dan
jika suhu naik lagi berikan
4. Tingkatkan intake antipiretik jika
cairan suhu naik lagi
4. Tingkatkan
intake cairan

KLIEN 2

Diagnosis 1 S: S: S:
- An. Y mengatakan - An. Y mengatakan - An. Y mengatakan
bersedia diberi bersedia diberi bersedia diberi
kompres tepid sponge kompres tepid kompres tepid
sponge sponge
O:

O: O: - TTV klien
sebelum diberikan
- TTV klien sebelum - Berdasarkan hasil tepid sponge suhu
diberikan tepid sponge pengkajian ibu 38,00C, TD 95/65
suhu 38,50C, TD klien mengatakan mmHgRR :24
100/65 mmHgRR :26 anaknya masih x/menit
x/menit demam N: 102x/ menit

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


N: 110 x/ menit
- TTV klien - Klien 2 kali di
- Klien 2 kali di sebelum diberikan kompres tepid
kompres tepid sponge tepid sponge suhu sponge selama 20
selama 20 menit 38,30C TD 95/60 menit
mmHg, RR :24
- Setelah 15 menit diberi x/menit
tepid sponge suhu klien N: 104 x/ menit - Setelah 15 menit
37,50C 95/65 mmHg, diberikan
RR :24 x/menit - Klien 2 kali di intervensi tepid
N: 92 x/ menit kompres tepid sponge 37,10C TD
sponge selama 20 90/60 mmHg,
menit RR :25 x/menit
- Terpasang infus
asering 20 tpm N: 96 x/ menit
- Setelah 15 menit
- Klien minum diberikan
parasetamol syrup 10 intervensi tepid
sponge suhu klien - Klien minum
ml per oral
37,40C TD 90/60 Paracetamol syrup
mmHg ,RR: 25 10 ml per oral
- Klien minum sediki x/menit
dikit tapi sering sudah N: 94x/ menit - Klien mau minum
habis satu setengah sedikit demi
gelas 280 cc sedikit habis satu
gelas240 cc
- Klien minum
A: Masalah hipertermi parasetamol syrup
5 ml per oral
teratasi
A: Masalah hipertermi
- Klien minum teratasi
sediki dikit tapi
P: Lanjutkan intervensi sering sudah habis
satu setengah
untuk mempertahankan
gelas 280 cc P: Lanjutkan intervensi
suhu tubuh
untuk mempertahankan
1. Monitor suhu sesering suhu tubuh normal
A : Masalah hipertermi
mungkin
teratasi
2. Monitor tekanan darah,
nadi, dan RR
3. Berikan antipiretik dan 1. Monitor suhu
lakukan tepid sponge sesering mungkin
P: Lanjutkan 2. Monitor tekanan
jika suhu naik kembali
4. Tingkatkan intake intervensi untuk darah, nadi, dan
cairan mempertahankan suhu RR
tubuh 3. Tingkatkan intake
cairan
4. Berkan antipiretk
1. Monitor suhu dan tepid sponge
sesering mungkin jika demam
2. Monitor tekanan berulang
darah, nadi, dan RR
3. Lakukan tepid
sponge dan berikan
antipiretik jika suhu

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


naik kembali
4. Tingkatkan intake
cairan

B. Pembahasan

Setelah membahas tentang tinjauan teoritis tentang kejang demam baik


medis maupun konsep keperawatan laporan karya tulis ilmiah pada “ Asuhan
Keperawatan Pada Anak yang Mengalami Kejang Demam dengan Masalah
Hipertermi” yang dirawat di ruang Alamanda RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Bandar Lampung selama 5 hari, hari pertama pengkajian, hari kedua
menentukan rencana, dilanjutan hari ketiga sampai kelima dilakukan
implementasi, maka pada bab ini akan dibahas berbagai kesenjangan yang
akan ditemukan antara teori dan praktek nyata dengan membahas berdasarkan
tahapan proses keperawatan untuk lebih memudahkannya.
1. Pengkajian

Data Pasien 1 Data Pasien 2 Keterangan

a. Keluhan utama a. Keluhan utama Terdapat data kesenjangan


yang ditemukan antara
- Saat pengkajian klien pasien 1 dan 2 pada
tidak mengalami kejang - Saat pengkajian klien
keluhan utama, riwayat
pada suhu 38,80C mengalami kejang
pada suhu 39,30C penyakit dahulu, pola
b. Riwayat penyakit dahulu b. Riwayat penyakit cairan, keadaan umum suhu
dahulu tubuh, dan hasil
- Klien pernah mengalami pemeriksaan laboratorium
kejang saat usia 22 bulan
- Klien pernah
mengalami kejang saat
usia 13 bulan
c. Pola cairan dan eliminasi c. Pola cairan dan
eliminasi
- Klien saat sakit minum 2
gelas sehari ±480cc/hari, - Minum 5 gelas sehari
susu 2 botol 480 cc/hari. ±1200 cc/hari, infus
Infus asering faktor tetes asering faktor tetes
mikro 240 cc/24 jam. mikro 720 cc/hari.

- Ibu klien mengatan An.A


masih menggunkan - Ibu klien mengatakan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


pampers, frekuensi An. Y BAK 4 kali
mengganti pampers 3 kali dalam sehari ± 800
dalam sehari ± 600 cc/ cc/hari
hari.

d. Keadaan umum d. Keadaan umum

- Suhu 38,80C - Suhu 39,30C


e. Hasil pemeriksaan e. Hasil pemeriksaan
laboratorium laboratorium

-
Leukosit 13.500/mm2 -
Leukosit 15.800/mm2

a. Keluhan utama

Setelah dilakukan pengkajian klien 1 An. A laki laki usia 2 tahun


ditemukan data Ibu klien mengatakan anak nya mulai pagi tadi demam
tinggi, suhu nya naik tidak menentu, ibu klien mengatakan khawatir
biasanya An.A mengalami kejang saat suhu tubuh meningkat, saat
pengkajian didapatkan suhu 38,80C klien teraba hangat. Klien 2 An.
Y usia 4 tahun laki-laki ditemukan data ibu klien mengatakan anaknya
demam sejak ±1 Jam yang lalu, suhu nya naik terus menerus,sampai
sekarang belum turun juga, sudah diberikan parasetamol syrup untuk
menurunkan demam, Tetapi badan nya masih teraba hangat, ibu klien
mengatakan saat suhu naik An. A mengalami kejang. Saat pengkajian
didapatkan suhu 39,30C klien teraba hangat, dan mengalami kejang,
saat kejang tangan klien melipat, kaki klien kaku, menghentak hentak,
gigi klien terkatup rapat, saat kejang klien tidak mengalami penurunan
kesadaran, setelah kejang berhenti tatapan klien kosong selama1 menit
lalu menangis, klien kejang < 5 menit.
Menurut penelitian fuadi, dkk (2010) dengan judul “faktor risiko
bangkitan kejang demam pada anak” berdasarkan hasil penelitian nya
demam lebih dari >390C memiliki risiko bangkitan kejang. Pada
penelitian nya, kelompok kasus diketahu sebagian besar anak dengan
bangkitan kejang didahului kenaikan suhu 38,9- 39,90C secara
mendadak dan lama demam kurang dari dua jam. Perubahan kenaikan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


temperatur tubuh berpengaruh terhadap nilai ambang kejang dan
eksitabilitas neural, kenaikan suhu tubuh juga berpengaruh pada kanal
ion dan metabolisme seluler serta produksi ATP. Setiap kenaikan
suhu tubuh 10C akan meningkatkan metabolisme karbohidrat 10-15%,
sehingga dengan adanya peningkatan suhu akan mengakibatkan
peningkatan glukosa dan oksigen. Selain itu, demam tinggi dapat
mempengaruhi perubahan konsentrasi ion natrium intraselular akibat
Na+influx sehingga menimbulkan keadaan depolarisasi, disamping itu
demam tinggi dapat menurunkan kemampuan inhibisi akibat
kerusakan GABA- nergik. Pada penelitian fuadi, dkk diketahui
sebagian besar anak dengan bangkitan kejang demam didahuluii lama
demam kurang dari dua jam. Setiap kenaikan 0,30C secara cepat akan
menimbulkan discharge di daerah okspital, yang dapat dilihat dari
hasil rekaman EEG. Kenaikan mendadak suhu tubuh menyebabkan
kenaikan kadar asam glutamat dan menurunkan kadar glutamin, tetapi
sebaliknya kenaikan suhu tubuh secara pelan tidak menyebabkan
kenaikan kadar asam glutamat. Perubahan glutamin menjadi asam
glutamat dipengaruhi oleh kenaikan suhu tubuh. Asam glutamat
merupakan eksitator, sedangakan GABA sebagai inhibitor tidak
dipengaruhi oleh kenaikan suhu tubuh mendadak.
Jadi, berdasarkan fakta dan teori kesenjangan yang terjadi klien 1
dan klien 2 terletak pada nilai ambang kejang klien mengalami
peningkatan suhu tubuh. Klien 1 pada kenaikan suhu 38,80C sejak
pagi tidak mengalami bangkitan kejang, berbeda dengan klien 2
dengan kenaikan suhu 39,30C selama 1 jam mengalami bangkitan
kejang, hal ini dikarenakan kenaikan suhu secara mendadak < 2 jam
menyebabkan kenaikan kadar asam glutamat dan menurunkan kadar
glutamin sehingga mengakibatkan peningkatan glukosa dan oksigen,
yang mempengaruhi perubahan konsentrasi ion natrium intraselular
akibat Na+influx sehingga menimbulkan keadaan depolarisasi neuron
dengan cepat sehingga timbul kejang.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


b. Riwayat penyakit dahulu
Berdasarkan pengkajian terdapat kesenjangan pada riwayat usia
klien 1 dan 2 saat pertama kali mengalami kejang. Klien 1 An. A pernah
mengalami kejang saat usia 22 bulan, sedangkan klien 2 An. Y mengalami
kejang saat usia 13 bulan.
Menurut teori Nurarif dan Kusuma (2015) faktor risiko
berulangnya kejang, usia kurang dari 18 bulan. Menurut penelitian fuadi,
dkk (2010) dengan judul “faktor risiko bangkitan kejang demam pada
anak” usia < 2 tahun memiliki resiko bangkitan kejang karena pada Pada
keadaan ini otak belum matang reseptor untuk asam glutamat baik ion
otropik maupun metabotropik sebagai reseptor eksitator padat dan aktif,
sebaliknya reseptor GABA sebagai inhibitor kurang aktif. Sehingga otak
belum matang eksitasi lebih dominan dibanding inhibisi . Corticotropin
releasing hormon (CRH) merupakan neuropeptid eksitator, berfungsi
sebagai prokonvulsan. Pada keadaan otak belum matang kadar CRH di
hipokampus tinggi, berpotensi untuk terjadi bangkitan kejang, apabila
dipicu oleh demam. Pada keadaan otak belum matang neural Na+, K+ ATP
ase masih kurang, pada otak yang belum matang regulasi ion N+, K+, dan
Ca++ belum sempurna, sehingga mengakibatkan gangguan repolarisasi
pasca depolarisasi dan meningkatkan eksitabilitas neuron. Oleh karena itu,
pada masa otak belum matang mempunyai eksitabilitas neural lebih tinggi
dibandingkan otak yang sudah matang. Pada asa ini disebut sebagai
developmental window dan rentan terhadap bangkitan kejang.
Berdasarkan fakta dan teori klien 2 memiliki riwayat kejang saat
umur 13 bulan, hal ini sesuai teori Nurarif dan Kusuma (2015) bahwa usia
kurang dari 18 bulan merupakan faktor risiko terjadinya kejang berulang.
pada keadaan usia ini otak belum matang neural N+/K+ ATPase belum
sempurna sehingga mengakibatkan gangguan repolarisasi pasca
depolarisasi dan meningkatkan eksitabilitas neuron, peningkatan potensial
ini lah yang merangsang perpindahan ion Natrium, ion Kalium dengan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


cepat dari luar sel menuju ke dalam sel, peristiwa inilah yang diduga dapat
menaikan fase depolarisasi neuron dengan cepat sehingga timbul kejang.
c. Pola cairan dan eliminasi
Terdapat kesenjangan pada pola cairan dan eliminasi yaitu
perbedaan volume intake cairan dan output antara klien 1 dan klien 2
sehingga hasil balance cairan lebih besar pada klien 2. Pada saat
pengkajian ditemukan data klien 1 yaitu ibu klien mengatakan klien hanya
2 gelas per hari satu gelas ±240 𝑐𝑐 jadi klien minum sebanyak
±480cc/hari, dan minum susu 2 botol per hari, satu botol susu 240 cc, jadi
klien minum susu 480 cc/hari. Dan mendapatkan IVFD RL 10 tetes/menit
setelah dihitung menggunakan rumus ditemukan klien mendapat cairan
240 cc, dan air metabolisme 174. Total intake cairan 1374.
Pola elimanasi pada klien 1, ibu klien mengatakan An.A selama
dirawat di rumah sakit belum BAB, klien dirawat di rumah sakit kemarin
sore. Klien BAK menggunakan pampers biasanya dalam sehari klien
menghabiskan 3 pampers. 1 pampers dapat menampung urin 200 cc jadi
klien BAK sebanyak 600 cc/hari, dengan iwl 618 cc/hari, total output
cairan 1218 cc/hari. Jadi balance cairan klien 1 An. A 156 cc/hari.
Sedangkan pada klien 2 ibu klien mengatakan klien minum 5 gelas
per hari satu gelas ±240 𝑐𝑐 jadi klien minum sebanyak ±1200 cc/hari,.
dan mendapatkan IVFD RL 20 tetes per menit makro setelah dihitung
menggunakan rumus ditemukan klien mendapat cairan 480 cc, dan air
metabolisme 240. Total intake cairan 1920. Pola elimanasi pada klien 2,
ibu klien mengatakan An.Y selama dirawat di rumah sakit belum BAB,
klien datang ke. Klien BAK 4 800 cc, klien kerumah sakit kemarin. iwl
916 cc/ hari, total output cairan 1716 cc/hari. Jadi balance cairan klien 2
An. Y 204 cc/hari.
Menurut Dwi novita sari (2011) volume urine normal pada usia
anak 1-5 tahun 500-700 ml/ hari, selain itu kebutuhan cairan pada anak
usia 1-5 tahun 1350-1500. Menurut (Artikelsiana, 2014) faktor-faktor yang
mempengaruhi banyaknya pengeluaran urin salah satunya adalah jumlah

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


cairan yang masuk kedalam tubuh. Semakin banyak cairan yang masuk
maka pengeluaran urin semakin banyak.
Berdasarkan fakta dan teori penulis menyimpulkan bahwa
kebutuhan cairan pada klien 2 lebih besar dari pada klien 1. Klien 2 lebih
banyak minum sehingga pengeluaran urin klien 2 juga lebih banyak dari
pada klien 1, sehingga nilai balance cairan pada klien 1 lebih sedikit
dibanding klien 2.
d. Keadaan Umum
Terdapat kesenjangan tanda tanda vital klien 1 dan klien 2. Didapat
kan data klien 1 An. A suhu 38,80C. Klien 2 An. Y suhu 39,30C.
Menurut Anas Tamsuri (2012) Hipertermi disebabkan gangguan
otak atau akibat bahan toksik yang memengaruhi pusat pengaturan
suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek perangsangan terhadap pusat
pengaturan suhu, sehingga menyebabkan hipertermi/demam yang
disebut pirogen. Zat pirogen ini dapat berupa protein, dan zat lain,
terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri. Pirogen yang
dilepas oleh bakteri toksik atau pirogen yang dihasilkan dari generasi
jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama keadaan sakit.
Jadi kesimpulan nya, kesenjangan suhu tubuh antara klien 1 dan
klien 2 karena kenaikan suhu tubuh pada anak yang mengalami demam
dipengaruhi oleh pirogen penyebab selain itu proses demam juga
bergantung pada berapa banyak zat pirogen yang masuk didalam tubuh
individu dan bagaimana kemampuan respon pusat pengaturan suhu
tubuh dalam proses terjadinya demam.
e. Hasil pemeriksaan laboratorium
Terdapat kesenjangan antara nilai leukosit klien 1 dan klien 2.
An.A leukositnya 13.500 mm2, sedangkan An. A 15.800 mm2.
Menurut nurarif dan kusuma (2015) Kejang demam disebabkan
oleh hipertermia yang muncul secara cepat yang berkaitan dengan infeksi
virus atau bakteri. Menurut (mediskus, 2014) leukosit adalah sel-sel darah
putih yang ada dalam darah manusia. Nilai leukosit normal (4800-

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


10.800/mm3) leukosit memiliki peran utama sebagai sistem pertahanan
tubuh, yakni melawan bakteri, virus, dan mikroorganisme lainnya yang
menyebabkan infeksi. Adapun demam adalah gejala umum yang
disebabkan oleh adanya infeksi pada tubuh.
Jadi dapat disimpulkan bahwa peningkatan suhu tubuh pada klien 1
dan klien 2 pada anak yang mengalami kejang demam disebabkan karena
nilai leukosit yang tinggi melebihi normal, sedangkan Faktor yang
mempengaruhi perbedaan nilai leukosit antara klien 1 dan klien 2 adalah
bagaimana sistem pertahanan tubuh melawan bakteri, virus,
mikroorganisme, semakin lemah pertahanan tubuh nya maka semakin
mudah masuknya bakteri, virus, dan mikroorganisme kedalam sel darah
putih yang menyebabkan nilai leukosit melebihi normal, hal ini yang
menyebabkan klien 2 An. A mempunyai nilai leukosit lebih tinggi, yaitu
15.800 mm2 , sedangkan klien 1 An. Y 13.500 mm2.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa klien 1 Diagnosa klien 2 Keterangan

1. Hipertermi 1. Hipertermi Tidak ada


kesenjangan pada
diagnosa klien 1 dan
klien 2

Tidak ada kesenjangan pada diagnosa yang aktual pada klien 1 dan
klien 2. Saat dilakukan pengkajian, penulis telah menentukan dengan jelas
status kesehatan klien, serta masalah keperawatan yang sedang dialami.
Berdasarkan data yang telah didapatkan penulis menegakkan diagnosa
keperawatan pada kedua klien yaitu masalah keperawatan hipertermi,
ditandai dengan suhu klien 1 An. A 38,40C dan klien 2 An. Y 38,50C
Pada landasan teori diagnosa kasus kejang demam menurut Nurarif
dan Kusuma (2015) yang pertama adalah Hipertermi, kejang demam
disebabkan oleh hipertermia yang muncul secara cepat yang berkaitan
dengan infeksi virus atau bakteri. Naiknya suhu dihipotalamus, otot, kulit,

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


dan jaringan tubuh yang lain akan disertai pengeluaran mediator kimia
seperti epinefrin, dan prostagladin. Pengeluaran mediator kimia ini dapat
merangsang peningkatan potensial aksi pada neuron. Peningkatan
potensial inilah yang merangsang perpindahan ion Natrium, ion Kalium
dengan cepat dari luar sel menuju ke dalam sel, peristiwa inilah yang
diduga dapat menaikan fase depolarisasi neuron dengan cepat sehingga
timbul kejang.
Penulis memprioritaskan masalah hipertermi sebagai diagnosa pertama
pada kedu klien karena hipertermi dapat merangsang terjadinya kejang.
Selain itu, dampak dari hipertermi jika tidak segera ditangani metabolisme
tubuh akan berlangsung lebih cepat yang akan merangsang perpindahan
ion Natrium, ion Kalium dengan cepat yang dapat menimbulkan bangkitan
kejang.

3. Intervensi
Perencanaan klien 1 Perencanaan klien 2 Keterangan

1. Monitor suhu 1. Monitor suhu Tidak ada perbedaan


sesering mungkin sesering mungkin perncanaan antara
2. Monitor tekanan 2. Monitor tekanan klien 1 dan klien 2
darah, nadi, dan darah, nadi, dan
RR RR
3. Lakukan tepid 3. Lakukan tepid
sponge sponge
4. Berikan antipiretik 4. Berikan antipiretik
5. Tingkatkan intake 5. Tingkatkan intake
cairan caira
6. Kolaborasi 6. Kolaborasi
pemberian cairan pemberian cairan
intravena intravena

Setelah dilakukan pengkajian dan menegakkan diagnosa, penulis


menyusun intervensi. Masalah keperawatan lainnya tetap dilakukan
intervensi akan tetapi pada laporan karya tulis ilmiah ini penulis

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


memfokuskan pembahasan masalah hipertermi. Dalam penelitian ini
pasien yang mengalami masalah hipertermi akan diobservasi suhu
sebelum diberikan perlakuan tepid sponge selanjutnya akan dilanjutkan
pemberian perlakuan tepid spongedalam waktu 20 menit. Kemudian
setelah 15 menit pemberian tepid sponge selesai, suhu klien akan
diobservasi kembali. Penerapan inidilakukan selama 3 hari dalam satu
hari akan dilakukan 2 kali pengompresan.
Intervensi yang dilakukan sesuai dengan intervensi Nanda Nic Noc
monitor suhu sesering mungkin, monitor tekanan darah, nadi, dan RR,
berikan antipiretik, lakukan tepid sponge, tingkatkan intake cairan,
kolaborasi pemberian cairan intravena. Menurut (Reiga, 2010) Tepid
sponge merupakan kombinasi tehnik blok dengan seka. Tehnik ini
menggunakan kompres blok tidak hanya disatu tempat saja melainkan
langsung dibeberapa tempat yang memiliki pembuluh darah besar, dengan
kompres blok langsung diberbagai tempat ini akan memfasilitasi
penyampaian sinyal ke hipotalamus lebih gencar. Selain itu pemberian
seka akan mempercepat pelebaran pembuluh darah perifer akan
memfasilitasi perpindahan panas dari tubuh kelingkungan sekitar yang
akan semakin mempercepat penurunan suhu tubuh. Tepid sponge jika
dilakukan dengan benar sangat efektif dalam menurunkan demam dengan
cepat. Akan tetapi efek tepid sponge selain menurunkan suhu tubuh, juga
menyebabkan vasokontriksi pada awal prosedur. Vasokontriksi ini
menyebabkaan anak menggigil, terutama jika tidak dikombinasikan
dengan antipiretik.
Berdasarkan fakta dan teori yang ada penulis tertarik menggunakan
tepid sponge pada pasien yang mengalami kejang demam dengan masalah
hipertermi tanpa mengabaikan pengobatan sesuai dengan advise dokter.
yaitu pasien tetap diberikan antipiretik setelah diberikan perlakuan tepid
sponge karena pemberian antipiretik dapat mencegah terjadinya
vasokontriksi pembuluh darah setelah diberikan perlakuan tepid sponge.
Tepid sponge merupakan terapi non farmakologis yang menurunkan suhu

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


dengan memperlebar pembuluh darah disetiap lipatan tubuh, sehingga
pengeluaran suhu tubuh akan lebih cepat.

4. Implementasi

Pelaksanaan klien 1 Pelaksanaan klien 2 Keterangan

1. Memonitor suhu 1. Memonitor suhu Tidak ada perbedaan


sesering mungkin sesering mungkin implementasi antara
2. Memonitor tekanan 2. Memonitor tekanan klien 1 dan klien 2
darah, nadi, dan RR darah, nadi, dan RR
3. Melakukan tepid 3. Melakukan tepid
sponge sponge
4. memberikan 4. Mmberikan
antipiretik antipiretik
5. Meningkatkan 5. Meningkatkan
intake cairan intake cairan
6. Berkolaborasi 6. Berkolaborasi
pemberian cairan pemberian cairan
intravena intravena

Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana di intervensi dengan


menyesuaikan kondisi dan kebutuhan pada kedua klien, yaitu memonitor
suhu sesering mungkin, memonitor tekanan darah, nadi, dan RR,
meningkatkan intake cairan, berkolaborasi pemberian cairan intravena,
memberikan antipiretik, dan memberikan terapi non farmakologis dengan
tepid sponge untuk menurunkan suhu tubuh lebih cepat dengan mengelap
seluruh tubuh dengan waslap yang dibasahi oleh air hangat yang bersuhu
30-350C. Suhu awal klien 1 saat dilakukan implementasi didapatkan
38,40C setelah 15 menit diberikan penerapan tepid sponge suhu turun
menjadi 37,60C, hari kedua suhu klien 38,10C turun menjadi 37,40C, dan
dihari ketiga suhu klien 37,90C turun menjadi 37,20C. Begitupun dengan
klien 2 didapatkan suhu awal dilakukan implementasi 38,50C setelah 15

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


menit diberikan penerapan tepid sponge suhu turun menjadi 37,50C, dihari
kedua suhu klien 38,30C, turun menjadi 37,40C, dan dihari ketiga suhu
klien 38,0 turun menjadi 37,10C.
Implementasi yang dilakukan pada An. A dan An. Y sesuai dengan
teori (Aryani dkk, dalam irnawati 2010) tepid sponge lebih efektif
menurunkan pusat pengaturan suhu di hipotalamus yang bekerja secara
evaporasi melalui proses vasodilatasi pembuluh darah pada daerah yang
mendapatkan tindakan, membuka pori-pori kulit sehingga memberikan
kesempatan panas keluar dari tubuh ke lingkungan sekitar. Selain itu,
tepid sponge juga meningkatkan sirkulasi darah dan oksigenasi ke
jaringan yang mengalami kerusakan dan perbaikan metabolisme.
Didukung juga oleh penelitian yang dilakukan oleh Suwiji irianingsih
(2016) “ penerapan tepid sponge pada diagnosa medis kejang demam
(febris convulsi) dengan masalah keperawatan hipertermi di ruang hijir
ismail rumah sakit islam surabaya” subjek penelitian menggunakan satu
variabel. Suhu awal didapatkan 39,80C dan setelah diberikan penerapan
tepid sponge selama 20 menit, dilakukan 2 kali dalam sehari. Setelah 4
hari suhu tubuh berada di rentang normal 36,00C- 37,50C.
Berdasarkan implementasi yang penulis berikan, pemberian tepid
sponge mengalami penurunan suhu lebih cepat. Tepid sponge diberikan 2
kali selama 20 menit. mengelap seluruh tubuh dengan waslap yang
dibasahi oleh air hangat yang bersuhu 30-350C. Efek hangat dari waslap
tersebut dapat memvasodilatasi pembuluh darah sehingga aliran darah
menjadi lancar, panas berpindah melalui dinding pembuluh darah ke
permukaan kulit sehingga terjadi penurunan suhu tubuh yang signifikan.

5. Evaluasi

Evaluasi klien 1 Evaluasi klien 2 Keterangan

Setelah dilakukan Setelah dilakukan Terdapat kesenjangan


implementasi pada hari implementasi pada hari antara klien 1 dan 2
pertama sampai hari ke pertama sampai hari ke pada klien 1 suhu

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


tiga dilakukan tindakan tiga dilakukan tindakan hanya turun 0.70c
Memonitor suhu Memonitor suhu sedangkan klien 2 0,90
sesering mungkin, sesering mungkin,
Memonitor tekanan Memonitor tekanan
darah, nadi, dan RR, darah, nadi, dan RR,
memberikan memberikan
antipiretik, antipiretik,
meningkatkan intake meningkatkan intake
cairan berkolaborasi cairan berkolaborasi
pemberian cairan pemberian cairan
intravena melakukan intravena melakukan
tepid sponge. Pada hari tepid sponge. Pada hari
ketiga suhu klien ketiga suhu klien
0 0
37,9 C turun menjadi 38,0 C turun menjadi
37,20C. Klien 37,10C. Klien
mengalami penurunan mengalami penurunan
suhu sebesar 0,70C suhu sebesar 0,90C

Terdapat kesenjangan yang terjadi pada evaluasi setelah dilakukan


implementasi antara klien 1 dan klien 2. Klien 1 setelah dilakukan
implementasi pada hari ketiga mengalami penurunan suhu 0,70C,
sedangkan pada klien 2 mengalami penurunan suhu 0,90C.
Penelitian yang dilakukan oleh Suwiji irianingsih (2016) “
penerapan tepid sponge pada diagnosa medis kejang demam (febris
convulsi ) dengan masalah keperawatan hipertermi di ruang hijir ismail
rumah sakit islam surabaya” subjek penelitian menggunakan satu variabel.
Suhu awal didapatkan 39,80C dan setelah diberikan penerapan tepid
spongeselama 20 menit, dilakukan 2 kali dalam sehari. Setelah 4 hari suhu
tubuh berada di rentang normal 36,00C- 37,50C.
Menurut (Perry and Potter, 2010) suhu tubuh pada anak yang
mengalami demam dipengaruhi oleh proses penyakit yang terjadi pada
anak, pola demam bergantung pada pirogen penyebab. Peningkatan atau
penurunan aktifitas pirogen mengakibatkan peningkatan atau penurunan
demam pada waktu yang berbeda. Durasi dan tingkat demam bergantung
pada kekuatan pirogen dan kemampuan respon individu. Selain itu, faktor

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


usia pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme pengaturan
suhu sehingga dapat terjadi perubahan suhu tubuh yang drastis terhadap
lingkungan, regulasi suhu tubuh baru mencapai kestabilan saat pubertas.
Berdasarkan fakta dan teori dapat disimpulkan bahwa tepid sponge
berhasil menurunkan suhu pada anak kejang demam yang mengalami
hipertermi secara signifikan. Kesenjangan penurunan suhu antara klien 1
dan klien 2 disebabkan oleh kemampuan individu merespon demam dan
perbedaan aktivitas pirogen penyebab demam, didapatkan nilai leukosit
klien 1 An.a 13.500, klien 2 An. Y 15.800. Walaupun nilai lekosit An. Y
lebih tinggi dari pada An A, dilihat dari kematangan usia An. Y dengan
usia 4 tahun mempunyai mekanisme pengaturan suhu tubuh yang lebih
matang dari pada An. A usia 2 tahun, sehingga An. Y merespon demam
lebih cepat setelah diberikan tepid sponge.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pengkajian

Berdasarkan data yang ada, dapat disimpulkan bahwa pengkajian


kedua pasien mengalami kejang demam dengan masalah keperawatan
hipertermi. Didapatkan klien 1 suhu awal pengkajian 38,80C, klien 2
suhunya 39,30C. Pada pemeriksaan darah lengkap kedua pasien didapatkan
nilai leukosit nya melebihi nilai normal (4800-10.800/mm3). Klien 1
didapatkan nilai leukosit 13. 500/mm3, klien 2 didaptkan nilai leukositnya
15.800 mm3.

2. Diagnosa

Setelah melakukan pengkajian dan menganalisa data penulis


memprioritaskan masalah keperawatan yang paling utama dialami oleh
klien 1 dan 2 adalah hipertermi.

3. Intervensi
Intervensi yang diberikan peneliti sesuai dengan teori, seluruh intervensi
mampu dilakukan, yaitu monitor suhu sesering mungkin, monitor tekanan
darah, nadi, dan RR, berikan antipiretik, lakukan tepid sponge, tingkatkan
intake cairan, kolaborasi pemberian cairan intravena. Intervensi pada
masalah hipertemi ini lebih menekankan pada intervensi memberikan
penerapan tepid sponge yang diberikan 2 kali dalam sehari.
4. Implementasi

Semua implementasi mampu dilakukan penulis karena didukung


fasilitas yang memadai, dan klien yang kooperatif. Hasil yang diperoleh
penulis sangat baik karena kondisi klien mambaik. Khususnya
Implementasi yang dilakukan pada karya tulis berbasis studi kasus ini

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


diberikan perlakuan yang sama yaitu kedua pasien kejang demam yang
mengalami masalah hipertermi diberikan penerapan tepid sponge 2 kali
dalam sehari selama 20 menit. Hasil dari implementasi yang diberikan
terhadap klien kejang demam yang mengalami masalah keperawatan
hipertermi menunjukkan penurunan suhu yang signifikan.

5. Evaluasi

Penerapan tepid sponge pada pasien kejang demam dengan


masalah keperawatan hipertermi di ruang Alamanda RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Bandar lampung terbukti dapat menurunkan suhu tubuh.
Berdasarkan yang telah dilakukan, didapatkan bahwa pada hari ke-3
kedua klien mengalami penurunan suhu, pada klien 1 An. A suhu 37,90C
menjadi 37,20C. Sedangkan pada klien 2 An.Y 38,00C menjadi 37,10C.
Hal ini sudah terbukti penerapan kompres tepid sponge mampu
menurunkan suhu tubuh pada anak dengan diagnosa kejang demam.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas , saran atau harapan yang dapat peneliti


berikan untuk Asuhan Keperawatan Pada Anak yang Mengalami Kejang
Demam dengan Masalah Keperawatan Hipertermi antara lain:
1. Bagi Rumah Sakit
Digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi tempat
penelitian untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada pasien
secara optimal, menjadikan tepid sponge sebagai terapi non farmakologis
untuk menurunkan suhu ketika anak mengalami hipertermi, khususnya
pada kasus kejang demam.
2. Bagi perawat
Meningkatkan pengetahuan, keterampilan agar mampu merawat pasien
secara komprehensif dan optimal. Khususnya pada anak yang mengalami
kejang demam yang megalami masalah keperawatan hipertermi tepid
sponge dapat digunakan sebagai referensi implementasi.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


3. Bagi institusi pendidikan
Dapat bermanfaat sebagai bahan informasi dan sebagai salah satu rujukan
teori tentang asuhan keperawatan pada anak yang mengalami kejang
demam dengan masalah keperawatan hipertermi.
4. Bagi keluarga
Penerapan tepid sponge dapat digunakan sebagai alternatif untuk
menurunkan suhu tubuh anak.

5. Bagi peneliti selanjutnya


Dapat dijadikan referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan
dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap asuhan keperawatan kejang
demam yang belum diteliti oleh peneliti.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


DAFTAR PUSTAKA

Cecyly L. Betz dan Linda A. Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri.
edisi 5. Jakarta: EGC.

Dongoes, Marilynn, E. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.
jakarta: EGC.

Hanafiah dan Amir. 2012. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehaatan. Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Hidayat, A.aziz alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Surabaya: Salemba Medika.

Hidayat, A.aziz alimul. 2012. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:


salemba medika.

Hidayat, A.aziz alimul. 2011. Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik


Analisis Data. Jakarta: salemba medika.

Ngastiyah. 2014. Perawatan Anak Sakit. edisi: 2. Jakarta :EGC.

Nurarif, Amin, H, dan Kusuma, H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. jilid: 2. Jogjakarta:
mediaction.

Nurarif, Amin, H, dan Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. jilid: 2. Jogjakarta:
mediaction.

Potter dan Perry. 2010. Fundamental Keperawatan. Edisi: 7. Jakarta: Salemba


Medika.

Riyadi, Sujono dan Sukarmin, 2009. asuhan keperawatan pada anak. Edisi: 1.
Yogyakarta: Graha ilmu.

Soetjiningsih dan Gde Ranuh. 2013. Tumbuh Kembang Anak. Edisi: 2. Jakarta:
EGC.

Suhaemi, Mimin Emi. 2014. Etika Keperawatan. Jakarta : EGC

Tamsuri, Anas, 2012. Tanda-Tanda Vital Suhu Tubuh. Jakarta: EGC

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Tarwoto, dan Wartonah. 2011. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. edisi: 4. Jakarta : salemba medika.

Skripsi: Irianingsih,suwiji. 2016.” penerapan tepid sponge pada diagnosa medis


kejang demam (febris convulsi )dengan masalah keperawatan hipertermi
di ruang hijir ismail rumah sakit islam surabaya,”. Universitas nahdlatul
ulama surabaya.

Jurnal penelitian:

Fuadi, dkk (2010). Faktor Risiko Bangkitan Kejang Demam Pada Anak, jurnal
sari pediatri Vol. 12 143-149. Dilihat 4 juni 2017,
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&q=Faktor+Risiko+Bangkitan+
Kejang+Demam+Pada+Anak%2C+jurnal+sari+pediatr&btnG

Mamahit, Veronica, F, dan Tangka, jhon, E (2015), Hubungan Pengetahuan


Perawat dan Dukungan Keluarga dengan Penatalaksaan Kejang Demam
pada Anak, jurnal buletinsariputra, Vol. 2. 74-80. Dilihat 11 mei 2017.
<http://jurnal.unsrittomohon.ac.id/index.php/ejurnal/article/view/59>

Maling B, Haryani S, dan Arif, S, (2012). Pengaruh Kompres Tepid Sponge


Hangat Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Umur 1-10 Tahun
Dengan Hipertermia (Studi Kasus Di RSUD Tugu Rejo Semarang).
jurnal ilmiah s1 keperawatan. Dilihat 21 mei 2017 <
http://182.253.197.100/ejournal/index.php/ilmukeperawatan/article/view/85
/112>

Hamid Ali, mohammad, (2011), keefektifan kompres tepid sponge yang dilakukan
ibu dalam menurunkan demam pada anak di puskesmas mumbul sari
kabupaten jember, jurnal digilib uns. Dilihat 27 mei 2017.
<https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/21121/Keefektifan-Kompres-
Tepid-Sponge-Yang-Ilakukan-Ibu-Dalam-Menurunkan-Demam-
Padaanak-Randomized-Control-Trial-Di-Puskesmas-Mumbulsari-
Kabupaten-Jember>

Artikel:

Hanafi ikhsan, 2014, ‘ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Urin’,


Artikelsiana, dilihat 24 juli 2017,
<http://www.artikelsiana.com/2014/08/faktor-faktor-yang-memengaruhi-
jumlah.html>

Mediskus, 2014, ‘Leukosit tinggi dan demam’, dilihat 25 juli 2017


<https://mediskus.com/topik/leukosit>

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Skanisa. 2011, ‘Tahap Perkembangan Anak usia 1-5 tahun’, skanisa math, dilihat
5 mei 2017, < https://skanisamath.blogspot.co.id/2011/05/tahapan-
perkembangan-anak-usia-1-5.html>

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


LAMPIRAN - LAMPIRAN

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Standar Operasional Prosedur Tepid Sponge

No Prosedur
.
Fase Preinteraksi
1 Mengecek catatan medis dan perawatan
2 Cuci tangan
3 Menyiapkan alat-alat yang diperlukan
a. Handuk/ sapu tangan (washlap)
b. Selimut
c. Perlak
d. Handscone
e. Termometer aksila dan termometer air raksa
f. Mangkuk atau bak berisi air hangat
B. Fase Interaksi
4 Memberi salam tarapeutik
5 Melakuan evaluasi/validasi
6 Melakukan kontrak (waktu, tempat, dan topik)
7 Menerangkan tujuan dan prosedur tindakan
c. Fase kerja
8 Pertahankan privasi klien saat tindakan
9 Atur posisi pasien senyaman mungkin
10 Pasang alas dibawah daerah yang ingin dikompres, dekatan baskom yang
berisi air hangat
11 Gunakan sarung tangan
12 Ukur suhu tubuh
13 Membuka pakaian klien dengan hati hati
14 Mengisi bak dengan air hangat
15 Mengukur suhu air dengan termometer air raksa Suhu air 30-350C
(Setiawati, dalam Bartolomeus maling, 2012).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


16 Memasukkan handuk/sapu tangan kedalam bak
17 Evaluasi hasil dengan mengukur suhu tubuh pasien setelah 15 menit
18 Memeras handuk/sapu tangan dan menempatkan handuk/ saputangan di
dahi, ketiak, dan selangkangan.
19 Mengusap bagian ekstremitas klien selama 5 menit. Kemudia bagian
punggung klien selama 5-10 menit.
20 Memonitor respon klien
21 Mengganti pakaian klien dengan pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
22 Mengganti sprei dan memindahkan perlak dan memindahan perlak dan
alat-alat yang dipakai
D. Fase Terminasi
23 Evaluasi respon dan perasaan pasien
24 Sampaian hasil pelaksanaan kompres hangat
25 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
26 Cuci tangan
27 Dokumentasi: catat waktu pelasanaan tepid sponge, dan evaluasi hasil
pengukuran suhu tubuh setelah diberi kompres tepid sponge

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Standar Operasional Prosedur Pengukuran suhu Tubuh (Aksila)

No Prosedur
Fase Preinteraksi
1 Mengecek catatan media dan perawatan
2 Cuci tangan
3 Menyiapkan alat-alat yang diperlukan
a. Termometer aksila
b. Kom kecil pencuci termometer: berisi larutan lysol, sabun, dan
air biasa
c. Tisu
d. Bengkok
e. Handscone dan wadahnya
f. Baki dan alasnya
g. Buku catatan
B. Fase Interaksi
4 Memberi salam tarapeutik
5 Melakuan evaluasi/validasi
6 Melakukan kontrak (waktu, tempat, dan topik)
7 Menerangkan tujuan dan prosedur tindakan
c. Fase kerja
8 Pertahankan privasi klien saat tindakan
9 Atur posisi pasien senyaman mungkin
10 Cuci tangan
11 Gunakan sarung tangan
12 Cuci termometer dengan air bersih dan keringkan dengan tisu
13 Bersihkan daerah aksila yang akan digunakan menggunakan tisu
14 Letakkan termometer dalam keadaan on dengan reservoir suhu tepat
dilengan aksila, rapatkan dengan meletakkan tangan yang diperiksa pada
dada. Lakukan selama 5-10 menit.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


15 Angkat termometer, baca, dan catat hasilnya
16 Bersihkan termometer dengan tisu
17 Bersihkan dengan air sabun, dan usap lagi dengan gerakan memutar
18 Bersihkan dengan larutan desinfektan dan usap lagi dengan tisu sebagai
bakterisid
19 Turunkan suhu termometer dan simpan kembali ditempatnya.
D. Fase Terminasi
20 Evaluasi respon dan perasaan pasien
21 Sampaian hasil pelaksanaan pengukuran suhu
22 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
23 Cuci tangan
24 Dokumentasi: catat waktu pelasanaan pengukuran suhu, dan evaluasi
hasil pengukuran suhu tubuh.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Gambar alat dan bahan Tepid Sponge

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
FORMAT PENGKAJIAN

Tanggal Masuk RS : Ruang Rawat :


Tanggal Pengkajian : No. Register :
Perawat Yang Mengkaji : Diagnosa Medis :
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGA
a. Nama Pasien :
1) Tanggal lahir/umur :
2) Jenis kelamin :
3) Agama :
4) Pendidikan :
5) Alamat :
b. Nama Ayah :
1) Umur :
2) Agama :
3) Pekerjaan :
4) Pendidikan :
c. Nama Ibu :
1) Umur :
2) Agama :
3) Pekerjaan :
4) Pendidikan :

2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Kesehatan Saat Ini
1) Alasan masuk rumah sakit
2) Keluhan utama (saat pengkajian, uraikan secara PQRST)
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah dialami:
a) Demam : ya/tidak ( x/tahun)

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


b) Kejang : ya/tidak ( x/tahun)
c) Batuk/pilek : ya/tidak ( x/tahun)
d) Mimisan : ya/tidak ( x/tahun)
2) Dirawat di RS : ya/tidak ( x/tahun)
Jika ya, di RS mana?Kapan? Dengan penyakit apa? Berapa
lama? Saat keluar dari RS status kesehatan anak; sudah
sembuh/pulang atas permintaan sendiri/harus control teratur…..
3) Pernah dioperasi : ya/tidak ( x/tahun)
Jika ya: jenis operasi? Lama perawatan? Jenis/nama obat yang
pernah digunakan
4) Kecelakaan (terbentur/jatuh) : ya/tidak ( x/tahun)
c. Riwayat Keluarga (genogram)
1) Penyakit yang pernah diderita/masih baik menular/keturunan
dll
2) Minimal 3 generasi
d. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran (jika usia anak/klien kurang dari
2 tahun atau sesuai indikasi kasus
1) Selama kehamilan
a) ANC : ya/tidak ( x/selama hamil)
b) Imunisasi : ya/tidak ( x/selama hamil)
c) Kejadian khusus selama kehamilan :
Kapan…..kejadian…..apa tindakannya…..pengobatan dan
hasil…..
d) Nutrisi saat hamil :
Nasi, sayur, daging/lauk pauk, buah dan susu dengan
jumlah…..
2) Saat kelahiran
a) Penolong :
b) Tempat :
c) Usia kehamilan :
d) Jenis persalinan :

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


e) Kondisi saat lahir :
f) Berat bdan dan panjang badan saat lahir :
3) Setelah kelahiran
Keterampilan ibu: perawatan tali pusat, memandikan bayi,
menyusui, perawatan payudara
e. Riwayat Imunisasi (jika usia kurang dari 2 tahun atau sesuai
indikasi kasus)
No Jenis Usia
1. BCG
2. DPT-1
3. DPT-2
4. DPT-3
5. Polio-1
6. Polio-2
7. Polio-3
8. Polio-4
9. Hepatitis-1
10. Hepatitis-2
11. Hepatitis-3
12. Campak

f. Riwayat (usia anak/klien kurang dari 2 tahun atau sesuai indikasi


kasus)
1) Miring : usia……..bulan
2) Tengkurap : usia……..bulan
3) Merangkak : usia……..bulan
4) Tumbuh gigi pertama : usia……..bulan
5) Berdiri : usia……..bulan
6) Bicara : usia……..bulan
7) Berjalan : usia……..bulan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


g. Riwayat Psikososial
1) Pola interaksi dengan orang tua, saudara kandung dan teman-
temannya, pembawaan anak secara umum
2) Pola kultural: bahasa yang digunakan …..suku.….budaya
dirumah…..
3) Pola rekreasi: frekwensi…..tujuan…..
4) Lingkungan fisik tempat tinggal
5) Penanaman nilai kepercayaan

3. POLA KEBUTUHAN SEHARI-HARI


(sebelum dan sesudah sakit)
a. Pola Nutrisi
1) Pola makan : …..x/hari (pagi/siang/sore)
2) Makanan pokok : nasi/nasi tim/bubur/lain-lain
3) Makanan yang disukai dan :
yang tidak disukai
4) Porsi :
5) Lauk pauk : daging/tahu/tempe/ikan/lain-lain
6) Sayuran dan buah :
7) Nafsu makan :
8) Alergi terhadap makanan :
b. Pola Cairan dan Elektrolit
1) Jenis minum dan jumlah
2) Minuman yang disukai dan tidak disukai
3) Cairan tambahan (sonde, infus)
4) Total intake cairan/hari
c. Pola Eliminasi
1) BAK…..x/hari, warna…..jumlah…..keluhan…..
2) BAB…..x/hari, konsistensi…..warna…..bau…..keluhan…..
IWL =
Balance cairan = (total intake – total output)/hari

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


d. Pola Tidur : malam…..jam, siang…..jam, gangguan tidur…..,
kebiasaan tidur…..
e. Pola Hygiene Tubuh
1) Mandi : …..x/hari
2) Sikat gigi : …..x/hari
3) Kebersihan rambut : …..x/hari
4) Kebersihan kuku :…..x/hari
f. Pola Aktifitas
1) Bermain (ya/tidak) : jenis permainan…..
2) Sekolah : waktu…jam
kelas…kegiatan tambahan…
3) Aktivitas di rumah sakit :

4. KONDISI PSIKOSOSIAL (saat sakit)


a. Pola interaksi dengan orang tua, pengasuh, tim kesehatan dan
lingkungan rumah sakit
b. Pola pertahanan keluarga
Orang tua…….. saudara kandung…….
c. Pengetahuan keluarga
Tentang penyakit, pencegahan dan perawatan

5. PEMERIKSAAN FISIK UMUM


a. Pengukuran Pertumbuhan
1) Tinggi badan :…...cm
2) BB sebelum sakit :.…..kg
BB saat sakit :.…..kg
Status gizi :…..(berdasarkan indeks masa tubuh
(IMT/NCHS/KMS)
Bila anak usia kurang dari 5 tahun atau sesuai indikasi kasus
3) Lingkar kepala :…..cm
4) Lingkar dada :…..cm

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


5) Lingkar perut :…..cm
6) LLA :…..cm
b. Pengukuran perkembangan (DDST) dikaji jika usia anak < dari 6
tahun
1) Motorik halus :
2) Motorik kasar :
3) Bahasa dan kognitif :
4) Kemandirian dan bergaul :
c. Reflek primitif (pada bayi < 12 bulan)
1) Morro
2) Menggenggam
3) Rooting
4) Menghisap
5) Menelan
6) Babinski
7) Reflek lain
d. Keadaan umum
1) Tingkat kesadaran :
2) Tanda vital: Suhu…..0C Respirasi…..x/menit
Nadi…..x/menit Tekanan darah…..mmHg

6. PEMERIKSAAN FISIK KHUSUS


a. Sistem Penglihatan
1) Fungsi penglihatan
2) Posisi mata
3) Keadaan kelopak mata
4) Pergerakan bola mata
5) Keadaan konjungtiva
a) Keadaan kornea
b) Keadaan sclera
c) Keadaan pupil

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


d) Tanda-tanda peradangan
6) Penggunaan alat bantu (sebutkan jika menggunakan)
b. Sistem Pendengaran
1) Fungsi pendengaran
2) Posisi telingan
3) Keadaan daun telinga
4) Kondisi telinga
a) Kebersihan
b) Cairan pada telingan
c) Tinitus
d) Serumen
5) Tanda-tanda peradangan
6) Pemakaian alat bantu
7) Uji fungsi pendengaran (test ritme, weber, scwabah) jika perlu
c. Sistem Pernafasan
1) Pernafasan cuping hidung
2) Bersihan jalan nafas
3) Batuk (produktif/tidak produktif), jika produktif sebutkan
kondisi secret/sputum
4) Jenis pernafasan
5) Bentuk dada
6) Retraksi/tarikan (dinding dada)
7) Irama nafas
8) Kedalaman nafas
9) Suara nafas
10) Penggunaan alat bantu pernafasan
d. Sistem Kardiovaskuler
1) Sirkulasi perifer
a) Nadi: kekuatan….. irama…..
b) Temperatur kulit
c) Warna kulit

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


d) Pengisian kapiler (refill vena capillary)
e) Oedema
2) Sirkulasi jantung
a) Kecepatan denyut apical…..x/menit
b) Irama
c) Kelainan bunyi jantung
d) Nyeri dada
e) Distensi vena jugularis
e. Sistem (Sirkulasi Cerebral)
1) PCS score: E…..V…..M….. score…..
2) Reaksi pupil
3) Peningkatan tekanan intra kranial: ya/tidak. Sebutkan
4) Reflek fisisologis dan patologis
5) Nervus 1-12 (jika ada gangguan di sirkulasi cerebral)
f. Sistem Pencernaan
1) Keadaan mulut
2) Kemampuan menelan
3) Mual….. muntah…..
4) Nyeri perut (prekuensi, karakteristik dan lokasi)
5) Bising usus…..x/menit
6) Keadaan abdomen (ascites, distensi, meteorismus/kembung,
rasa sebah/penuh diperut)
7) Pembesaran hati dan limfa
8) Keadaan anus
g. Sistem Endokrin
1) Bau nafas
2) Pembesaran kelenjar tiroid
3) Tremor
4) Exopthalmus
5) Gangren

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


h. Sistem Urogenital
1) Kebersihan genital
2) Keadaan genital (jika ada kelainan)
3) Perubahan pola kemih
4) Keluhan saat BAK
5) Distensivesi kaurinaria
6) Penggunaan kateter
i. Sistem Integumen
1) Keadaan rambut (mudah rontok/tidak, kebersihan kulit kepala)
2) Karakteristik kuku
3) Keadaan kulit:
a) Turgor kulit
b) Warna kulit
c) Luka/stoma/lesi
d) Kebersihan kulit
j. Sistem Muskuloskeletal
1) Kesulitan dalam pergerakan
2) Sakit dada sendi
3) Fraktur
4) Kontraktur
5) Kelainan bentuk tulang
6) Kelainan sendi
7) Kekuatan otot (sesuaikan dengan kemampuan komunikasi
klien)
k. Sistem Imunologi
Pembesaran kelenjar getah bening

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


7. TEST DIAGNOSTIK
a. Hasil Laboratorium
No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

b. Pemeriksaan Diagnostik
Tanggal pemeriksaan:
No Jenis Pemeriksaan Hasil

8. PENGOBATAN/TERAPI
No Tanggal Jenis Terapi Dosis & Cara Waktu
(obat, cairan, Pemberian Pemberian/Hari
diet, O2)
1 2 3

9. (dari masuk UGD sampai saat pengkajian)

10. DATA FOKUS

Data Objektif :
Data Subjektif :

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


11. ANALISA DATA
No Data Senjang Masalah Etiologi

12. PRIORITAS MASALAH

13. RENCANA KEPERAWATAN


Hari Dx. Kep Perencanaan
Tgl
Tujuan Intervensi Rasional

14. IMPLEMENTASI & EVALUASI


No Hari/Tgl No. Dx. Kep Implementasi Evaluasi
Paraf
(Evaluasi S:
tindakan)
- Respon O:
- Hasil A:
P:

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung

Anda mungkin juga menyukai

  • Pedoman Pelayanan Berfokus Pasien
    Pedoman Pelayanan Berfokus Pasien
    Dokumen39 halaman
    Pedoman Pelayanan Berfokus Pasien
    Anonymous oDtkN0o
    100% (1)
  • Sop Pelayanan Darah Edit
    Sop Pelayanan Darah Edit
    Dokumen5 halaman
    Sop Pelayanan Darah Edit
    Kharisma Rosa
    Belum ada peringkat
  • Sop Pelayanan Darah Edit
    Sop Pelayanan Darah Edit
    Dokumen5 halaman
    Sop Pelayanan Darah Edit
    Kharisma Rosa
    Belum ada peringkat
  • SK Pembentukan Tim cODE bLUE
    SK Pembentukan Tim cODE bLUE
    Dokumen3 halaman
    SK Pembentukan Tim cODE bLUE
    indameliabilatiah
    Belum ada peringkat
  • SOP Imunosupreesd
    SOP Imunosupreesd
    Dokumen1 halaman
    SOP Imunosupreesd
    Shellyta Hasugian
    Belum ada peringkat
  • SK Pembentukan Tim cODE bLUE
    SK Pembentukan Tim cODE bLUE
    Dokumen3 halaman
    SK Pembentukan Tim cODE bLUE
    indameliabilatiah
    Belum ada peringkat
  • Obsgyn Hiperemesis
    Obsgyn Hiperemesis
    Dokumen24 halaman
    Obsgyn Hiperemesis
    indameliabilatiah
    Belum ada peringkat
  • Naskah Publikasi - Mahfudz Bayu
    Naskah Publikasi - Mahfudz Bayu
    Dokumen18 halaman
    Naskah Publikasi - Mahfudz Bayu
    nanda hanicahyani
    Belum ada peringkat
  • 8
    8
    Dokumen2 halaman
    8
    indameliabilatiah
    Belum ada peringkat
  • 1,2,3
    1,2,3
    Dokumen3 halaman
    1,2,3
    indameliabilatiah
    Belum ada peringkat
  • 10
    10
    Dokumen1 halaman
    10
    indameliabilatiah
    Belum ada peringkat
  • 173 367 3 PB PDF
    173 367 3 PB PDF
    Dokumen5 halaman
    173 367 3 PB PDF
    indameliabilatiah
    Belum ada peringkat
  • 12
    12
    Dokumen1 halaman
    12
    indameliabilatiah
    Belum ada peringkat
  • 4
    4
    Dokumen2 halaman
    4
    indameliabilatiah
    Belum ada peringkat
  • 15
    15
    Dokumen1 halaman
    15
    indameliabilatiah
    Belum ada peringkat
  • Diit TKTP
    Diit TKTP
    Dokumen1 halaman
    Diit TKTP
    indameliabilatiah
    Belum ada peringkat
  • 4
    4
    Dokumen2 halaman
    4
    indameliabilatiah
    Belum ada peringkat
  • Spesifikasi BM
    Spesifikasi BM
    Dokumen3 halaman
    Spesifikasi BM
    indameliabilatiah
    Belum ada peringkat
  • 16
    16
    Dokumen1 halaman
    16
    indameliabilatiah
    Belum ada peringkat
  • SK KEBIJAKAN Second Opinion New
    SK KEBIJAKAN Second Opinion New
    Dokumen2 halaman
    SK KEBIJAKAN Second Opinion New
    indameliabilatiah
    Belum ada peringkat
  • Spo Second Opinion New
    Spo Second Opinion New
    Dokumen3 halaman
    Spo Second Opinion New
    indameliabilatiah
    Belum ada peringkat
  • GIZI
    GIZI
    Dokumen64 halaman
    GIZI
    indameliabilatiah
    Belum ada peringkat
  • SPO Pelayanan Terintegrasi
    SPO Pelayanan Terintegrasi
    Dokumen1 halaman
    SPO Pelayanan Terintegrasi
    indameliabilatiah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    indameliabilatiah
    Belum ada peringkat
  • Spo Second Opinion New
    Spo Second Opinion New
    Dokumen3 halaman
    Spo Second Opinion New
    indameliabilatiah
    Belum ada peringkat
  • Restraint
    Restraint
    Dokumen28 halaman
    Restraint
    indameliabilatiah
    Belum ada peringkat
  • Pandu An
    Pandu An
    Dokumen6 halaman
    Pandu An
    indameliabilatiah
    Belum ada peringkat
  • SK Pelayanan Terintegrasi 2
    SK Pelayanan Terintegrasi 2
    Dokumen2 halaman
    SK Pelayanan Terintegrasi 2
    indameliabilatiah
    Belum ada peringkat
  • Sop Identifikasi
    Sop Identifikasi
    Dokumen2 halaman
    Sop Identifikasi
    indameliabilatiah
    Belum ada peringkat