Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Aset Tetap
” untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Perpajakan dengan tepat waktu.
Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Mata
Kuliah Akuntansi Perpajakan yaitu, Aviani Widyastuti.,SE.,AK.,CA yang telah memberikan
kesempatan dan kepercayaan kepada kami untuk memenuhi serta menyelesaikan tugas makalah
ini.
Melalui kata pengantar ini penulis meminta maaf apabila dalam pembuatan makalah
ini masih terdapat kesalahan atau kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca sangat diperlukan demi penyempurnaan makalah di waktu yang akan datang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Aktiva tetap sangat berarti terhadap kelayakan laporan keuangan, kesalahan dalam
menilai aktiva tetap berwujud dapat mengakibatkan kesalahan yang cukup material karena
nilai investasi yang ditanamkan pada aktiva tetap relatif besar. Mengingat pentingnya
akuntansi aktiva tetap dalam laporan keuangan tersebut, maka perlakuannya harus
berdasarkan pada Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.16).
BAB II
PEMBAHASAN
Sebuah Entitas bisnis atau perusahaan mengakui setiap aset sebagai aset tetap jika
aset yang dimiliki telah memenuhi sifat dan karakteristiknya seperti yang telah disebut
sebelumnya. Aset yang berwujud diakui dan diklasifikasikan kedalam aset tetap jika:
1. Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan
mengalir ke entitas, dan
2. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal
Hal yang juga tak kalah penting dalam pengakuan aset tetap adalah perusahaan
mempunyai kontrol/kendali atas manfaat ekonomis yang diharapkan akan diterima dari aset
tetap tersebut.
Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi diakui sebagai aset awal harus diukur
sebesar biaya perolehan. Sebagai komponen biaya perolehan aset tetap tersebut meliputi
berikut ini (penerapan paragraph 16 PSAK no. 16 Revisi 2007).
1. Harga Perolehan
Dalam komponen harga perolehan termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh
dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-potongan lain.
2. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset e lokasi dan
kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud
manajemen. Sebagai biaya yang diatribusikan secara langsung yaitu meliputi:
a. Biaya imbalan kerja yang timbul secara langsung dari pembangunan atau akisisi aset tetap;
b. Biaya penyiapan lahan pabrik;
c. Biaya handling dan penyerahan awal;
d. Biaya perakitan dan instalas;
e. Biaya pengujian aset apakah aset berfungsi dengan baik, setelah dikurangi hasil bersih
penjualan produk yang dihasilkan sehubungan dengan pengujian terserbut; dan
f. Komisi penjualan
3. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset.
Kewajiban biaya-biaya tersebut timbul pada saat aset diperoleh atau karena entitas
menggunakan aset selama periode tertentu yang bertujuan selain menghasilkan persediaan.
Aset yang diperoleh melalui pertukaran non moneter atau kombinasi aset moneter dan
non moneter diukur sebesar nilai wajar, kecuali:
a. Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial; atau
b. Nilai wajar aset yang diterima dan diserahkan tidak dapat diukur secara andal
Biaya perolehan aset tetap yang dicatat oleh lessee dalam sewa pembiayaan
ditentukan sesuai dengan PSAK 30 (Revisi 2011): Sewa. Nilai tercatat aset tetap dapat
dikurangi dengan hibah pemerintah sesuai dengan PSAK 61: Akuntansi Hibah Pemerintah
dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah.
Pengukuran aset tetap selain dilakukan pada awal perolehan juga dilakukan pada
periode setelah aset tetap tersebut diperoleh. Di dalam PSAK 16 Revisi 2007 terdapat
perubahan yang signifikan mengenai perlakuan akuntansi aset tetap terutama tentang
pengukuran nilai aset tetap setelah perolehan. PSAK 16 Revisi 2007 mengakui adanya dua
metode dalam perlakuan akuntansi aset tetap tersebut. Kedua metode itu adalah:
a. Metode Biaya
Dengan metode ini setelah aset tetap diakui sebagai aset tetap, aset tetap tersebut
dicatat pada harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi
penurunan nilai aset.
b. Metode Revaluasi
Dengan metode ini setelah aset tetap diakui sebagai aset tetap, suatu aset tetap yang
nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai
wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan
nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi atas aset tetap harus dilakukan dengan
keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda
secara material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal
neraca.
Jurnal:
Tanah Rp. 180.000.000,-
Bangunan Rp. 120.000.000,-
Kas dan Bank Rp. 300.000.000,-
3. Perolehan Aset Tetap secara Angsuran
Harga perolehan aktiva tetap yang didapat dari transaksi pembelian angsuran diukur
dengan jumlah uang (harga) yang dibayarkan apabila aktiva itu dibeli secara tunai (cash
equivalent price). Unsur bunga dan financing cost yang terdapat di dalamnya harus
dikeluarkan dan diperlakukan sebagai biaya dalam periode di mana pembayaran itu terjadi.
Jika di dalam harga kontrak pembelian tidak secara spesifik dinyatakan adanya bunga yang
dibebankan, maka pada dasarnya unsur bunga itu harus diperhitungkan dan dikurangkan dari
harga kontrak di dalam menentukan harga perolehan aktiva tetap yang bersangkutan.
2. Dasar Penggunaan
a. Metode jam jasa (service hours method)
Pada metode ini besarnya penyusutan dihitung dengan mendasarkan teori bahwa
pembelian aset tetap ditunjukkan dari jumlah jam jasa langsung dan dalam metode ini
mengakui estimasi masa manfaat asset yang diukur dalam jam jasa.
b. Metode Unit Produksi
Dalam metode unit produksi taksiran manfaat dinyatakan dalam kapasitas produksi
yang dapat dihasilkan. Kapasitas produksi ini dapat pula dinyatakan dalam bentuk jam
pemakaian atau urut-urut kegiatan lainnya. Perhitungan besarnya biaya penyusutan dapat
dirumuskan:
Tarif Penyusutan = Kapasitas sebenarnya
Kapasitas produksi
Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan X Dasar Penyusutan
Dasar Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Residu
Tabel berikut menggambarkan kelompok harta berwujud, metode, serta tarif penyusutannya
didasarkan pada Pasal 11 Undang-undang no. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan:
BAB III
APLIKASI
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun
lebih dahulu, yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa,
untuk direntalkan kepada pihak lain , atau untuk tujuan administratif; dan diharapkan untuk
digunakan selama lebih dari satu periode.
Aset Tetap yang diperoleh dengan pembelian dalam bentuk siap pakai dicatat sejumlah
harga beli ditambah dengan biaya – biaya yang terjadi pada saat perolehan atas konstruksi
atau , jika dapat diterapkan, jumlah yang dapat diatribusikan ke aset pda saat pertama kali
diakui sesuai dengan persyaratn tertentu dalam PSAK 16.
Dalam penghitungan penyusutan ada berbagai metode yang harus digunakan baik
menurut akuntansi maupun menurut fiskal atau perpajaknnya. Untuk akuntansi metode yang
digunakan bisa memilih antara metode garis lurus, metode saldo menurun, atau metode
Jumlah unit. Sedangkan untuk perpajakannya bisa menggunakan Metode garis lurus atau
metode saldo menurun dan penggunaannya harus dilakukan secara taat asas.
Akuntansi aset tetap pada lingkup pajak merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
sebuah perusahaan atau entitas, karena pengakuan akun asset tetap dalam laporan
keuangan komesial perusahaan berbeda dengan pengakuan dalam laporan keuangan fiskal,
yang diperlukan oleh pihak fiskus. Dengan demikian adanya perkembangan dan perbaharuan
UU Perpajakan semata-mata untuk mempermudah dan menyesuaikan kondisi objek dan
subjek pajak sehingga meminimalisir terjadinya diskriminasi masalah penetapan tarif pajak.