Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Aset Tetap
” untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Perpajakan dengan tepat waktu.

Harapan kami selaku penulis, semoga makalah ini dapat memberikan


manfaat dan penambah wawasan serta memperkuat pemahaman bagi penulis sendiri dan para
pembaca mengenai materi perpajakan.

Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Mata
Kuliah Akuntansi Perpajakan yaitu, Aviani Widyastuti.,SE.,AK.,CA yang telah memberikan
kesempatan dan kepercayaan kepada kami untuk memenuhi serta menyelesaikan tugas makalah
ini.

Melalui kata pengantar ini penulis meminta maaf apabila dalam pembuatan makalah
ini masih terdapat kesalahan atau kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca sangat diperlukan demi penyempurnaan makalah di waktu yang akan datang.

Malang,25 April 2016

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam pembelajaran akuntansi perpajakan baiknya kita mengetahui tentang apa yang
ada didalam ilmu ini. Salah satu yang terdapat didalamnya adalah tentang Aset Tetap yang
akan kami uraikan di dalam makalah kami ini yang mencakup bahasan Aset Tetap.

Aktiva tetap sangat berarti terhadap kelayakan laporan keuangan, kesalahan dalam
menilai aktiva tetap berwujud dapat mengakibatkan kesalahan yang cukup material karena
nilai investasi yang ditanamkan pada aktiva tetap relatif besar. Mengingat pentingnya
akuntansi aktiva tetap dalam laporan keuangan tersebut, maka perlakuannya harus
berdasarkan pada Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.16).

Aktiva tetap tersebut dalam penyajiannya pada laporan keuangan seharusnya


membebankan biaya depresiasi yang dimiliki secara konsisten pada setiap periode dengan
menggunakan metode yang dianggap sesuai untuk diterapkan, yaitu metode garis lurus untuk
bangunan, peralatan dan inventaris, serta metode jumlah angka tahun untuk kendaraan dan
sarana transportasi lainnya, agar diketahui nilai sisanya pada akhir periode.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana membedakan perlakuan aset tetap terhadap akuntansi dengan perpajakan ?
2. Bagaimana pencatatan aset tetap dengan pembelian siap pakai ?

1.3 Manfaat dan Tujuan


1. Untuk Mengetahui perlakuan pajak terhadap aset Tetap
2. Untuk mempelajari aspek-aspek yang ada di dalam aset tetap, tentang cara perlakuan serta
pengukuran aset tetap.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aset Tetap


2.1.1 Pengakuan Aset Tetap
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 16 (Revisi 2007) bertujuan untuk
mengatur perlakukan akuntansi aset tetap, agar pengguna laporan keuangan dapat
memahami informasi mengenai investasi entitas di aset tetap. Aset Tetap adalah aset
berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dahulu, yang
digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan
normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Kriteria aset tetap:
1. Mempuanyai wujud fisik
2. Tidak ditujukan untuk dijual lagi
3. Memiliki nilai yang material, harga aset tersebut cukup signifikan contohnya tanah, bangunan,
mesin, kendaraan, dan lain-lain.
4. Memiliki masa manfaat ekonomi lebih dari satu tahun buku dan nilai manfaatn ekonominya
bisa diukur dengan handal.
5. Aset digunakan dalam aktivitas normal perusahaan (tidak untuk dijual lagi seperti barang
dagang/persediaan atau investasi) misal, mobil bagi dealer mobil diakui sebagai "persediaan"
bukan aktiva tetap sedangkan bagi perusahaan manufakture mobil diakui sebagai "Aktiva
Tetap" bukan persediaan.

Sebuah Entitas bisnis atau perusahaan mengakui setiap aset sebagai aset tetap jika
aset yang dimiliki telah memenuhi sifat dan karakteristiknya seperti yang telah disebut
sebelumnya. Aset yang berwujud diakui dan diklasifikasikan kedalam aset tetap jika:
1. Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan
mengalir ke entitas, dan
2. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal
Hal yang juga tak kalah penting dalam pengakuan aset tetap adalah perusahaan
mempunyai kontrol/kendali atas manfaat ekonomis yang diharapkan akan diterima dari aset
tetap tersebut.

Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi diakui sebagai aset awal harus diukur
sebesar biaya perolehan. Sebagai komponen biaya perolehan aset tetap tersebut meliputi
berikut ini (penerapan paragraph 16 PSAK no. 16 Revisi 2007).
1. Harga Perolehan
Dalam komponen harga perolehan termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh
dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-potongan lain.
2. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset e lokasi dan
kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud
manajemen. Sebagai biaya yang diatribusikan secara langsung yaitu meliputi:
a. Biaya imbalan kerja yang timbul secara langsung dari pembangunan atau akisisi aset tetap;
b. Biaya penyiapan lahan pabrik;
c. Biaya handling dan penyerahan awal;
d. Biaya perakitan dan instalas;
e. Biaya pengujian aset apakah aset berfungsi dengan baik, setelah dikurangi hasil bersih
penjualan produk yang dihasilkan sehubungan dengan pengujian terserbut; dan
f. Komisi penjualan
3. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset.
Kewajiban biaya-biaya tersebut timbul pada saat aset diperoleh atau karena entitas
menggunakan aset selama periode tertentu yang bertujuan selain menghasilkan persediaan.

2.1.2 Pengukuran Biaya Perolehan


Sebagaimana telah dijelaskan dalam pengukuran awal bahwa aset tetap pada
awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. Pengertian biaya perolehan aset tetap
adalah setara dengan nilai tunainya dan diakui pada saat terjadinya.Jika pembayaran untuk
suatu aset ditangguhkan hingga melampaui jangka waktu kredit normal,perbedaan antara
nilai tunai dengan pembayaran total diakui sebagai beban bunga selamaperiode kredit,
kecuali dikapitalisasi sesuai dengan perlakuan alternatif yang diizinkan dalam PSAK 26
tentang Biaya Pinjaman.

Aset yang diperoleh melalui pertukaran non moneter atau kombinasi aset moneter dan
non moneter diukur sebesar nilai wajar, kecuali:
a. Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial; atau
b. Nilai wajar aset yang diterima dan diserahkan tidak dapat diukur secara andal
Biaya perolehan aset tetap yang dicatat oleh lessee dalam sewa pembiayaan
ditentukan sesuai dengan PSAK 30 (Revisi 2011): Sewa. Nilai tercatat aset tetap dapat
dikurangi dengan hibah pemerintah sesuai dengan PSAK 61: Akuntansi Hibah Pemerintah
dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah.
Pengukuran aset tetap selain dilakukan pada awal perolehan juga dilakukan pada
periode setelah aset tetap tersebut diperoleh. Di dalam PSAK 16 Revisi 2007 terdapat
perubahan yang signifikan mengenai perlakuan akuntansi aset tetap terutama tentang
pengukuran nilai aset tetap setelah perolehan. PSAK 16 Revisi 2007 mengakui adanya dua
metode dalam perlakuan akuntansi aset tetap tersebut. Kedua metode itu adalah:
a. Metode Biaya
Dengan metode ini setelah aset tetap diakui sebagai aset tetap, aset tetap tersebut
dicatat pada harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi
penurunan nilai aset.
b. Metode Revaluasi
Dengan metode ini setelah aset tetap diakui sebagai aset tetap, suatu aset tetap yang
nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai
wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan
nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi atas aset tetap harus dilakukan dengan
keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda
secara material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal
neraca.

2.2 Perolehan Aset Tetap


Aset tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara yang akan mempengaruhi harga
perolehan, antara lain:
1. Perolehan Aset Tetap dengan Pembelian Tunai
Aset yang diperoleh dengan cara pembelian tunai dicatat sebesar uang yang
dikeluarkan, yaitu terdiri dari harga belinya termasuk bea import dan PPN masukan, atau
biaya pembangunan ditambah biaya-biaya yang dapat didistribusikan secara langsung seperti
biaya angkut, biaya pemasangan, biaya balik nama, biaya simpan dan bongkar muat, juga
biaya professional seperti arsitek.
2. Perolehan Aset Tetap secara Gabungan
Apabila aset tetap diperoleh secara gabungan, maka harga perolehan aset masing-
masing aset tetap ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan berdasarkan
perbandingan nilai wajar masing-masing aset yang bersangkutan.
Contoh soal:
Harga bangunan termasuk tanah seharga Rp. 300.000.000,- (termasuk biaya notaries, bea
balik nama, bea perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan, dan lain-lain). Alokasi harga
perolehannya dapat dihitung sebagai berikut:
No. Jenis Aset Harga wajar Alokasi harga perolehan
1 Tanah Rp. 150.000.000,- 15/25 x Rp. 300.000.000 = Rp.
180.000.000
2 Bangunan Rp. 100.000.000,- 10/25 x Rp. 300.000.000 = Rp.
120.000.000
Jumlah Rp. 250.000.000,- Rp. 300.000.000,-

Jurnal:
Tanah Rp. 180.000.000,-
Bangunan Rp. 120.000.000,-
Kas dan Bank Rp. 300.000.000,-
3. Perolehan Aset Tetap secara Angsuran
Harga perolehan aktiva tetap yang didapat dari transaksi pembelian angsuran diukur
dengan jumlah uang (harga) yang dibayarkan apabila aktiva itu dibeli secara tunai (cash
equivalent price). Unsur bunga dan financing cost yang terdapat di dalamnya harus
dikeluarkan dan diperlakukan sebagai biaya dalam periode di mana pembayaran itu terjadi.
Jika di dalam harga kontrak pembelian tidak secara spesifik dinyatakan adanya bunga yang
dibebankan, maka pada dasarnya unsur bunga itu harus diperhitungkan dan dikurangkan dari
harga kontrak di dalam menentukan harga perolehan aktiva tetap yang bersangkutan.

4. Perolehan Aset Tetap secara Pertukaran


Aset tetap dapat diperoleh dengan cara pertukaran dengan aset tetap lainnya. Harga
perolehan atas aset yang didapat diukur dengan harga pasar (fair market value) dari aset
yang diserahkan (dilepaskan) sebagai alat penukarnya. Rugi-laba pertukaran harus diakui,
apabila terdapat perbedaan antara nilai buku dengan harga pasar aset tetap yang diserahkan
di dalam transaksi tersebut.
Apabila penentuan harga pasar aset tetap yang diserahkan dalam transaksi ini sulit
ditentukan, maka harga perolehan aset tetap yang didapat diukur dengan harga pasar aset
itu sendiri. Apabila dalam transaksi pertukaran itu disertai dengan pembayaran uang tunai
disamping penyerahan aset tetap (lama) maka harga perolehan aset tetap yang didapat,
adalah jumlah harga pasar aset lama ditambah dengan jumlah uang yang dibayarkan.
Pertukaran dengan aktiva tetap lainnya dapat dibagi dua jenis, antara lain:
a. Pertukaran aktiva tetap yang sejenis
Yang dimaksud dengan pertukaran aktiva tetap yang sejenis adalah pertukaran aktiva tetap
yang fungsi dan sifatnya sama, seperti mesin produksi X dengan mesin produksi Y.
Pencatatan atas transaksi ini didasarkan pada harga pasar aktiva tetap yang dilepaskan.
b. Pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis
Yang dimaksud dengan pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis adalah pertukaran aktiva
tetap yang sifat dan fungsinya tidak sama, seperti pertukaran tanah dengan mesin-mesin,
tanah dengan gedung, dan lain-lain. Dalam hal pertukaran terjadi antaraktiva yanag sejenis,
maka yang dipakai sebagai dasar pencatatannya adalah “nilai buku” dari aktiva yang
bersangkutan.

5. Perolehan Aset Tetap dengan cara Membangun Sendiri


Harga perolehan aktiva tetap yang dibangun sendiri oleh perusahaan (tidak dibeli dari
pihak luar) meliputi (i) biaya bahan bangunan yang dipakai, (ii) upah tenaga kerja langsung,
dan (iii) biaya-biaya pemakaian lain seperti pemakaian listrik dan depresiasi asset tetap
perusahaan yang digunakan untuk membangun. Kadang-kadang untuk membiayai
pembangunan asset tetap digunakan dana dari pinjaman. Bunga yang menjadi tanggungan
perusahaan atas penggunaan dana dari pinjaman dapat dimasukkan sebagai unsur biaya
perolehan. Namun besarnya bunga yang dimasukkan sebagai unsur biaya perolehan
hanyalah bunga selama masa konstruksi. Jika setelah masa konstruksi pinjaman belum lunas,
maka biaya bunganya dibebankan sebagai biaya periodik dalam laporan laba-rugi di
kelompok biaya di luar usaha.
Jumlah pengorbanan untuk membangun sendiri aktiva tetap boleh jadi lebih kecil
ketimbang jumlah harga apabila aktiva tetap itu dibeli dari luar. Penghematan yang diperoleh
karena membangun sendiri tidak boleh diakui sebagai keuntungan.

2.3 Penyusutan Aset Tetap


PSAK No. 17 (2007), yang dimaksudkan penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset
yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode
akuntansi dibebankan ke pendapatan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penyusutan dilakukan terhadap aset tetap berwujud dengan syarat aset tetap berwujud
tersebut:
a. Diharapkan digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi;
b. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas; dan
c. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok barang dan
jasa untuk disewakan, atau untuk tujuan administrasi
Penyusutan atau jumlah disusutkan (depreciable amount) adalah biaya perolehan
suatu aset atau jumlah lain yang disubstitusikan untuk biaya dalam laporan keuangan
dikurangi nilai sisa.

Dalam pengaturan penyusutan tersebut, persyaratan aset yang dapat disusutkan


menurut ketentuan perpajakan meliputi:
a. Harta yang dapat disusutkan adalah harta berwujud,
b. Harta tersebut mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun,
c. Harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.

2.3.1 Metode Penyusutan Sesuai Komersial


Dalam praktik akuntansi komersial metode penyusutan dapat digunakan sesuai
pengelompokan menurut kriteria:
1. Dasar Waktu
a. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Dalam metode ini, biaya penyusutan dialokasikan berdasar berjalannya waktu, dalam jumlah-
jumlah yang sama selama masa manfaat asset tetap berwujud tersebut.
Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Perhitungan

b. Metode Jumlah Angka Tahun


Metode ini sering disebut metode jumlah angka tahun yang akan menghasilkan jumlah
penyusutan yang semakin menurun dari tahun ke tahun.
Dengan rumusan:
Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penghitungan Penyusutan
Dasar Penghitungan Penyusutan = Harga Perolehan -/- Nilai Residu
Tarif penyusutan ditetapkan dengan pecahan, yaitu pembilang adalah angka tahun yang
ada selama masa manfaat aset tetap, sebagai contoh 1, 2, 3, 4, 5 dan seterusnya, sedangkan
pembilang untuk tahun pertama adalah penjumlahan angka tahun sampai dengan angka
tahun terakhir. Sebagai contoh, apabila masa manfaat hanya 5 tahun, maka penjumlahannya
(1 + 2 + 3 + 4 + 5) = 15.

c. Metode Saldo Menurun Ganda


Dalam metode ini, besarnya biaya penyusutan semakin lama menjadi lebih kecil dari
tahun ke tahun, dengan dasar pemikiran bahwa kapasitas asset tetap dalam memberikan
jasanya dari tahun ke tahun semakin menurun.
Penghitungan biaya penyusutan dapat dirumuskan:
Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penghitungan Penyusutan
Dasar Penghitungan Penyusutan = Harga Sisa Buku Awal Periode
Pada umumnya, tarif penyusutan adalah dua kali tarif penyusutan apabila
menggunakan metode ganis lurus tanpa memerhatikan nilai residu (recidual value).

2. Dasar Penggunaan
a. Metode jam jasa (service hours method)
Pada metode ini besarnya penyusutan dihitung dengan mendasarkan teori bahwa
pembelian aset tetap ditunjukkan dari jumlah jam jasa langsung dan dalam metode ini
mengakui estimasi masa manfaat asset yang diukur dalam jam jasa.
b. Metode Unit Produksi
Dalam metode unit produksi taksiran manfaat dinyatakan dalam kapasitas produksi
yang dapat dihasilkan. Kapasitas produksi ini dapat pula dinyatakan dalam bentuk jam
pemakaian atau urut-urut kegiatan lainnya. Perhitungan besarnya biaya penyusutan dapat
dirumuskan:
Tarif Penyusutan = Kapasitas sebenarnya
Kapasitas produksi
Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan X Dasar Penyusutan
Dasar Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Residu

2.3.2 Metode Penyusutan Sesuai Ketentuan Perpajakan


Metode penyusutan menurut ketentuan perundangan-undangan perpajakan
sebagaimana telah diatur dalam Pasal 11 Undang-undang Pajak Penghasilan.
1. Metode garis lurus (straight line method), atau metode saldo menurun (declining balance
method) untuk aset tetap berwujud bukan bangunan.
2. Metode garis lurus (straight line method) untuk aset tetap berwujud berupa bangunan.

Penggunaan metode penyusutan aset tetap berwujud disyaratkan taat asas


(konsisten). Dalam hal Wajib Pajak menggunakan metode saldo menurun, maka sisa buku
pada akhir masa manfaat harus disusutkan sekaligus. Dengan memperhatikan pembukuan
wajib pajak, apabila ditemukan adanya alat-alat kecil atau sering disebut small tools yang
sama atau sejenis dapat disusutkan dalam satu golongan.
Harta berwujud yang bukan bangunan terdiri dari empat kelompok, yaitu:
1. Kelompok 1: kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 4
tahun.
2. Kelompok 2: kelompok harta terwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 8
tahun.
3. Kelompok 3: kelompok harta terwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 16
tahun.
4. Kelompok 4: kelompok harta terwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 20
tahun.

Harta terwujud yang berupa bangunan dibagi menjadi dua, yaitu:


1. Permanen: masa manfaatnya 20 tahun.
2. Tidak permanen: bangunan yang bersifat sementara, terbuat dari bahan yang tidak tahan
lama, atau bangunan yang dapat dipindah-pindahkan. Masa manfaatnya tidak lebih dari 10
tahun.

Tabel berikut menggambarkan kelompok harta berwujud, metode, serta tarif penyusutannya
didasarkan pada Pasal 11 Undang-undang no. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan:

BAB III
APLIKASI

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan

Aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun
lebih dahulu, yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa,
untuk direntalkan kepada pihak lain , atau untuk tujuan administratif; dan diharapkan untuk
digunakan selama lebih dari satu periode.

Aset Tetap yang diperoleh dengan pembelian dalam bentuk siap pakai dicatat sejumlah
harga beli ditambah dengan biaya – biaya yang terjadi pada saat perolehan atas konstruksi
atau , jika dapat diterapkan, jumlah yang dapat diatribusikan ke aset pda saat pertama kali
diakui sesuai dengan persyaratn tertentu dalam PSAK 16.

Dalam penghitungan penyusutan ada berbagai metode yang harus digunakan baik
menurut akuntansi maupun menurut fiskal atau perpajaknnya. Untuk akuntansi metode yang
digunakan bisa memilih antara metode garis lurus, metode saldo menurun, atau metode
Jumlah unit. Sedangkan untuk perpajakannya bisa menggunakan Metode garis lurus atau
metode saldo menurun dan penggunaannya harus dilakukan secara taat asas.

Akuntansi aset tetap pada lingkup pajak merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
sebuah perusahaan atau entitas, karena pengakuan akun asset tetap dalam laporan
keuangan komesial perusahaan berbeda dengan pengakuan dalam laporan keuangan fiskal,
yang diperlukan oleh pihak fiskus. Dengan demikian adanya perkembangan dan perbaharuan
UU Perpajakan semata-mata untuk mempermudah dan menyesuaikan kondisi objek dan
subjek pajak sehingga meminimalisir terjadinya diskriminasi masalah penetapan tarif pajak.

Anda mungkin juga menyukai