Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KKEPERAWATAN DENGAN TUBERKOLOSIS PARU

DIRUANG SA’AD IBNU ABI WAAQASH

DISUSUN OLEH :

NAMA : RACHMANDANI LILIK NURAMALA

KELAS : III C S1 ILMU KEPERAWATAN

NPM : 920173131

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN AKADEMIK 2019/2019


A. PENGERTIAN
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan
Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ
tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan dan saluran
pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak melalui inhalasi droplet
yang berasal dari orang yang terinfeksi bakteri tersebut. (Sylvia A.price dalam Amin
& Hardhi, 2015)
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis ditularkan melalui percikan dahak (droplet)
dari penderita tuberkulosis kepada individu yang rentan. Sebagian besar kuman
Mycobacterium tuberculosis menyerang paru, namun dapat juga menyerang organ
lain seperti pleura, selaput otak, kulit, kelenjar limfe, tulang, sendi, usus, sistem
urogenital, dan lain-lain. (Kemenkes RI, 2015)
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. (Nixson
Manurung, 2016)
B. ETIOLOGI
Penyebabnya adalah mycobacterium tuberculosis sejenis kuman berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um. Sifat kuman:
1. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah
yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam basa (asam alkohol)
disebut bakteri tahan asam (BTA).
2. Kuman tahan terhadap gangguan kimia dan fisis
3. Kuman dapat hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin.
4. Kuman hidup sebagai parasit intraseluler yakni dalam sitoplasma
makrofag karena makrofag banyak mengandung lipid.
5. Kuman bersifat aerob, kuman lebih menyukai jaringan yang tinggi
kandungan oksigennya. (Nixson Manurung, 2016)
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium Tuberculosa. Basil ini tidak
berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar
ultraviolet. Ada dua macam Mycobacteria Tuberculosis yaitu tipe Human dan tipe
Bovin. Basil tipe Human bisa berada dibercak ludah (droplet) dan di udara yang
berasal dari penderita TBC, dan orang yang terkena rentan terinfeksi bila
menghirupnya. (Wim de Jong dalam Amin & Hardhi, 2015)
Setelah organisme terinhalasi, dan masuk paru-paru bakteri dapat bertahan
hidup dan menyebar kenodus limfatikus lokal. Penyebaran melalui aliran darah ini
dapat menyebabkan TB pada orang lain, dimana infeksi laten dapat bertahan sampai
bertahun-tahun. (Patrick Davey dalam Amin & Hardhi, 2015)
Agen infeksius utama, mycobacterium culosis adalah batang aerobik tahan asam yang
tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet. (Andra &
Yessie, 2013)
C. MENISFESTASI KLINIS
Gejala utama TB paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa
sputum, malaise, gejala flu, demam derajat rendah, nyeri dada, dan batuk darah.
Pasien TB Paru menampakkan gejala klinis, yaitu :
1. Tahap asimtomatis.
2. Gejala TB Paru yang khas, kemudian stagnasi dan regresi.
3. Eksaserbasi yang memburuk
4. Gejala berulang dan menjadi kronik.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda :
1. Tanda-tanda infiltrate (redup, bronchial, ronki basah, dan lain-lain)
2. Tanda-tanda penarikkan paru, diafragma, dan mediatinum.
3. Secret di saluran napas dan ronkhi.
4. Suara napas amforik karena adanya kavitas yang berhubungan
langsung dengan bronkus.
D. PATHOFISIOLOGI
Ketika seorang klien TB Paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tidak
sengaja keluarlah droplet nuclei dan jatuh ke tanah, lantai, dan tempat lainnya. Akibat
terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet nuclei menguap.
Menguapnya bakteri droplei ke udara dibantu dengan pergerakan angin akan
membuat bakteri tuberculosis yang mengandung dalam droplet nuclei terbang ke
udara. Apabila bakteri ini dihirup oleh orang sehat, maka orang itu berpotensi terkena
infeksi bakteri tuberculosis. Penularan bakteri lewat udara disebut dengan istilah air
borne infection. Bakteri yang terhisap akan melewati pertahanan mukosilier saluran
pernapasan dan masuk hingga alveoli. Pada titik lokasi dimana terjadi implantasi
bakteri, bakteri akan menggandakan diri (multiplying). Bakteri tuberculosis dan focus
ini disebut focus primer, lesi primer, atau focus Ghon. Reaksi juga terjadi pada
jaringan limfe regional, yang bersama dengan focus primer disebut sebagai kompleks
primer. Dalam waktu 3-6 minggu, inang yang baru terkena infeksi akan menjdi
sensitive terhadap protein yang dibuat bakteri tuberculosis dan bereaksi positif
terhadap tes tuberculin atau tes Mantoux.
Berpangkal dari komples primer, infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh
melalui berbagai jalan, yaitu :
a. Percabangan bronkus
Penyebaran infeksi lewat percabangan bronchus dapat mengenai area
paru atau melalui sputum menyebar ke laring (menyebabkan ulserasi laring),
maupun ke saluran pencernaan.
b. Sistem saluran limfe
Penyebaran lewat saluran limfe menyebabkan adanya regional
limfadenopati atau akhirnya secara tak langsung mengakibatkan penyebaran
lewat darah melalui duktus limfatikus dan menimbulkan tuberculosis milier.
c. Aliran darah
Aliran vena pulmonalis yang melewati ke paru dapat membawa atau
mengangkat material yang mengandung bakteri tuberculosis dan bakteri ini
dapat mencapai berbagai organ melalui aliran darah, yaitu tulang, ginjal,
kelenjar adrenal, otak, dan meningen.
d. Reaktivasi infeksi primer (infeksi pasca-primer)
Jika pertahanan tubuh (inang) kuat, maka infeksi primer tidak
berkembang lebih jauh dan bakteri tuberculosis tak dapat berkembang biak
lebih lanjut dan menjadi dorman (tidur). Ketika suatu saat kondisi inang
melemah akibat sakit keras atau memakai obat yang dapat melemahkan daya
tahan tubuh terlalu lama, maka bakteri tuberculosis yang dorman dapat aktif
kembali. Inilah yang disebut sebagai reaktivasi infeksi primer atau infeksi
pasca primer. Infeksi ini dapat terjadi bertahun-tahun setelah infeksi primer
terjadi. Selain itu, infeksi pasca primer juga dapat diakibatkan oleh bakteri
tuberculosis baru. Biasanya infeksi pasca primer terjadi didaerah apeks paru.
E. PATHWAY
Ketidakefekt Perubahan Intoleransi aktifitas
Ganggua pertukaran
fan pola nutrisi kurang
gas
nafas dari kebuttuhan

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Rontgen Thoraks sangat berguna untuk mengevaluasi hasil
pengobatan dan ini tergantung pada tipe keterlibatan dan kerentanan bakteri
tuberkel terhadap OAT, apakah sama baiknya dengan respon dari klien.
Penyembuhan yang lengkap sering kali yang terjadi di beberapa area dan ini
adalah observasi yang dapat terjadi pada penyembuhan yang lengkap.
2. CT scan atau MRI memperlihatkan adanya gangguan meluasnya kerusakan
paru
3. Radiologis TB Paru Milier
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Pengobatan
Andra dan Yessie (2013) menjelaskan tentang cara pengobatan penyakit
tuberkulosis adalah sebagai berikut:
Tujuan pengobatan pada penderita TB paru selain untuk mengobati juga
mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta
memutuskan mata rantai penularan.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan)
dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan
obat tambahan. Jenis obat utama yang sesuai dengan rekomendasi WHO adalah
Rifampisan, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedang jenis obat
tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide, Amoksisilin + asam klavulanat,
derivat Rifampisin/INH.
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu
bedasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan
bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya. Disamping itu
perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly
Observed Treatment Short Course (DOTS) yang direkomendasikan oeh WHO yang
terdiri dari lima komponen yaitu:
1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan
dalam penanggulangan TB.
2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik
langsung sedang pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan
radiologis dan kultur dapat dilaksanakan di unit pelayanan yang
memiliki sarana tersebut.
3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan
pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO)
khususnya dalam 2 bulan pertama dimana penderita harus minum obat
setiap hari.
4. Kesinambungan ketersediaan padua OAT jangka pendek yang cukup
5. Pencatatan dan pelaporan yang baku.
b. Pencegahan
Menurut Najmah (2016) berikut ini merupakan pencegahan primer, sekunder,
dan tersier tuberkulosis.
1. Pencegahan primer
a. Tersedia sarana-saran kedokteran, pemeriksaan penderita, kontak atau
suspect gambas, sering dilaporkan, pemeriksaan dan pengobatan dini
bagi penderita, kontak, suspect, perawatan.
b. Petugas kesehatan dengan memberikan penyuluhan tentang penyakit
TB yang antara lain meliputi gejala bahaya dan akibat yang
ditimbulkannya
c. Pencegahan pada penderita dapat dilakukan dengan menutup mulut
sewaktu batuk dan membuang dahak tidak disembarangan tempat.
d. Pecegahan infeksi dengan cuci tangan dan praktek menjaga
kebersihan rumah harus dipertahankan sebagai kegiatan rutin.
Dekontaminasi udara dengan cara ventilasi yang baik dengan bisa
ditambahkan dengan sinar UV.
e. Imunisasi orang-orang kontak
Tindakan pencegahan bagi orang-orang sangat dekat (keluarga,
perawat, dokter, petugas kesehatan lain) dan lainnya yang terindikasi
dengan vaksin BCG dan tindak lanjut bagi positif yang tertular.
f. Mengurangi dan menghilangkan kondisi sosial yang mempertinggi
risiko terjadinya infeksi misalnya kepadatan hunian.
g. Lakukan eliminasi terhadap ternak sapi yang menderita TB bovinum
dengan cara menyembelih sapi-sapi yang tes tuberkulinnya positif,
susu di pasteurasi sebelum dikonsumsi.
h. Lakukan upaya pencegahan terjadinya silikosis pada pekerja pabrik
dan tambang.
2. Pencegahan Sekunder
a. Pengobatan Preventif, diartikan sebagai tindakan keperawatan terhadap
penyakit inaktif dengan pemberian pengobatan INH sebagai
pencegahan.
b. Isolasi pemeriksaan kepada orang-orang yang terinfeksi, pengobatan
khusus TBC. Pengobatan mondok di rumah sakit hanya bagi penderita
yang kategori berat yang memerlukan pengembangan program
pengobatannya yang karena alasan-alasan sosial ekonomi dan medis
untuk tidak dikehendaki pengobatan jalan.
c. Pemeriksaan bakteriologis dahak pada orang dengan gejala TB paru.
d. Pemeriksaan screening dengan tuberculin test pada kelompok beresiko
tinggi, seperti para emigrant, orang-orang kontak dengan penderita,
petugas di rumah sakit, petugas/guru di sekolah, petugas foto rontgen.
e. Pemeriksaan foto rontgen pada orang-orang yang positif dari hasil
pemeriksaan tuberculin test.
f. Pengobatan khusus, Penderita dengan TBC aktif perlu pengobatan
yang tepat. Obat-obat kombinasi yang telah ditetapkan oleh dokter
diminum dengan tekun dan teratur, waktu yang lama (6 atau 12 bulan).
Diwaspadai adanya kebal terhadap obat-obat, dengan pemeriksaan
penyelidikan oleh dokter.
3. Pencegahan tersier
a. Tindakan mencegah bahaya penyakit paru kronis karena menghirup
udara yang tercemar debu para pekerja tambang, pekerja semen, dan
sebagainya
b. Rehabilitasi
H. POLA FUNGSIONAL VIRGINIA HANDERSON

1. Pola Nafas

Sebelum sakit :Pasien dapat bernafas dengan normal tanpa alat bantu
pernafasan

Saat dikaji : Pasien tidak dapat bernafas dengan normal dan menggunakan
alat bantu

2. Nutrisi

Sebelum sakit : Pasien mengatakan 3x sehari dengan porsi nasi dengan lauk
pauk seadanya dan minum air putih 6-7 gelas

Saat dikaji : Pasien hanya menghabiskan setengah porsi makan yang


disediakan dari rumah sakit dan mual muntah ketika makan .
minum air putih 5 gelas perhari dan minum air teh

3. Eliminasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan biasa BAB 1 kali sehari dengan
konsistensi padat,warna kuning,BAK 4-5 x/hari dengan warna
kuning jernih

Saat dikaji : Pasien mengatakan BAB 1 kali sehari dengan konsistensi


lembek , warna kuning kecoklatan,berbau khas fese. BAK 4 – 7
kali sehari dengan warna kuning keruh seperti teh.

4. Pola istirahat tidur

Sebelum sakit : Pasien bisa tidur 7-8 jam/hari tanpa ada gangguan

Saat dikaji : Pasien mengatakan tidak bisa tidur semalaman dan juga siang
tidak bisa tidur

5. Pola gerak dan keseimbangan

Sebelum sakit : Pasien dapat melakukan kegiatan dan aktifitas tanpa bantuan
orang lain

Saat dikaji : Pasien tidak dapat bergerak bebas karena terpasang oksigen.
Aktivitas sehari – hari seperti mandi, makan, BAB, BAK
dibantu perawat dan keluarga.

6. Personal higine

Sebelum sakit : Pasien mnegatakn 2x/hari dengan mengguanakan sabun dan


selau gosok gigi keramas 2x seminggu

Saat dikaji : Pasien hanya disibin oleh keluarganya pagi dan sore hari

7. Berpakaian

Sebelum sakit : Pasien memilih dan memakai secara mandiri


Saat dikaji : Pasien mengatakan dalam memakai dan memilih baju dibantu
oleh keluarga atau istrinya

8. Mempertahankan suhu tubuh

Sebelum sakit : Pasien mengatakan jika dingin memakai jaket dan slimut jika
panas pasien hanya memakai baju yang tipis dan menyerap
kringat

Saat dikaji : Pasien tetap memakai baju yang tipis dan mmenyerap kringat

9. Bahaya lingkungan dan kecelakaan

Sebelum sakit : Pasien dapat melindungi dirinya dari bahaya lingkungan dan
kecelakaan

Saat dikaji : Pasien dibantu oleh keluarganya

10. Komunikasi

Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat berkomunikasi dengan orang lain


dengan lancar baik dengan menggunakan bahaasa jawa

11. Bekerja

Sebelum sakit : Pasien bekerja sebagai petani

Saat dikaji : Pasien tidak bisa melakukan kegiatan seperti biasa karena
keadaannya sedang sakit

12. Ibadah

Sebelun sakit : Pasien mnengatatkan beragama islam dan biasa menjalankan


sholat 5 waktu
Saat dikaji : Pasien tidak dapat menjalankan ibadah sholat 5 waktu dan
hanya tiduran

13. Rekreasi

Sebelum sakit : Pasien mengatakan untuk mengisi waktu luangnya passion


selalu berkumpul dengan kluarga terdekat atau keluarga

Saat dikaji : Pasien hanya tiduran ditempat tidur

14. Belajar

Sebelum sakit : Pasien mnratakn tidak mengetahui tantang penyakit sekarang

Saat dikaji : Pasien mendapatkan informasi tentang penyakit dari dokter


dan perawat

I. DIAGNOSA
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar-
kapiler ( domain 3. Eliminasi dan pertukaran, kelas 4. Fungsi respirasi 00030)
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan
(Domain 4 aktivitas/istirahat, kelas 4 respon kardiovaskuler/ pulmonal 00032)
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gaya hidup kurang bergerak (
Domain 4 aktivitas/istirahat, kelas 4 respon kardiovaskuler/ pulmonal 00092)
J. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Dx. Keperawatan NOC NIC


1. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan a. Kaji dispnea,
b/d perubahan membrane keperawatan selama 2x24 jam takipnea, bunyi
alveolar- kapiler ( domain diharapkan gangguan napas,
3.Eliminasi dan pertukaran gas tidak terjadi peningkatan
pertukran, kelas 4. Fungsi KH : upaya
respirasi 00030) a. Melaporkan penurunan pernapasan,
dispnea. ekspansi
b. Klien menunjukkan tidak thoraks, dan
ada gejala distres kelemahan.
pernapasan. b. Ajarkan semi
c. Menunjukkan perbaikan fowler untuk
ventilasi dan kadar mengurangi
oksigen jaringan adekuat sesak
gas darah arteri dalam nafas,batasi
rentang normal. aktivitas, dan
bantu dengan
terapi oksigen
c. Beri informasi
mengenai cara
mengurangi
sesak nafas
d. Kolaborasi
dengan tim
medis
a.
2. Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan a. Kaji fungsi
nafas berhubungan keperawatan selama 2x24 jam pernapasan, catat
dengan keletihan otot diharapkan pasien dapat kecepatan
pernafasan (Domain 4 memenuhi pernapasan,
aktivitas/istirahat, kelas 4 Kriteria Hasil : dispnea, sianosis,
respon kardiovaskuler/ a. Klien mampu melakukan dan perubahan
pulmonal 00032) batuk efektif. tanda vital.
b. Irana, frekuensi, dan b. Ajarkan posisi
kedalaman pernapasan fowler/semi
berada pada batas fowler tinggi dan
normal, pada miring pada sisi
pemeriksaan rontgen yang sakit, bantu
dada tidak ditemukan klien latihan
adanya akumulasi cairan, napas dalam dan
bunyi napas terdengar batuk efektif.
jelas. c. Berikan
informasi cara
mengurangi sesak
napas dan penyeb
sesak napas
d. Kolaborasi
dengan tim medis
3. Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan a. Monitor
berhubungan dengan gaya keperawatan selama 2x24 jam kepatuhan pasien
hidup kurang bergerak ( diharap pasien dapat memenuhi terhadap latihan
Domain 4 kriteria hasil : b. Ajarkan pasien
aktivitas/istirahat, kelas 4 1. Saturasi oksigen ketika untuk tetap focus
respon kardiovaskuler/ beraktifitas normal pada kekuatan
pulmonal 00092) 2. Frekuensi nadi ketika dibanding
beraktifitas normal kelemahan
c. Berikan
informasi cara
untuk
meningkatkan
aktivitas fisik
yang tepat
d. Kolaborasi
dengan tim medis
REFERENSI
Amin, dan Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jilid 3. Yogyakarta: Mediaction Publishing.
Andra, dan Yessie. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta: Nuha
Medika.
DiGiulio, Mary dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Rapha
Publishing.
Doenges, Marylinn E. dkk. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.
Jakarta:EGC.
Farandika, Reiza. 2014. Buku Pintar Anatomi Tubuh Manusia. Depok: Vicost
Publishing.
Manurung, Nixson. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory.
Jakarta: Trans Info Media.
Muttaqin, Arif. 2013. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Najmah. 2016. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: Trans Info Media.
Soedarto. 2013. Penyakit Menular di Indonesia. Jakarta: Sagung Seto.
Syaifuddin. 2014. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk
Keperawatan Dan Kebidanan. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Tarwoto, dan Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai